2. Pendahuluan
Kejadian balita pendek atau biasa disebut dengan stunting
merupakan salah satu masalah gizi yang dialami oleh
balita di dunia saat ini. Pada tahun 2017 22,2% atau
sekitar 150,8 juta balita di dunia mengalami stunting.
Namun angka ini sudah mengalami penurunan jika
dibandingkan dengan angka stunting pada tahun 2000
yaitu 32,6% (Kemenkes RI, 2018).
3. Pravalensi data kejadian stunting
36.8
35.6
37.2
33.6
30.8
0
5
10
15
20
25
30
35
40
2007 2010 2013 2016 2018
Persen
Tahun
Kejadian Stunting pada Anak Balita di Indonesia
Kejadian Stunting
4. Interpretasi Data
Prevalensi balita pendek di Indonesia merupakan masalah gizi utama dan
cenderung statis yang dihadapi Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan prevalensi balita pendek di Indonesia
sebesar 36,8%. Pada tahun 2010, terjadi sedikit penurunan menjadi 35,6%.
Namun prevalensi balita pendek kembali meningkat pada tahun 2013 yaitu
menjadi 37,2%. Prevalensi balita pendek selanjutnya akan diperoleh dari hasil
Riskesdas tahun 2018 yang juga menjadi ukuran keberhasilan program yang
sudah diupayakan oleh pemerintah (Kemenkes RI, 2018).
5. Kesimpulan
Pencapaian target penurunan stunting pada anak-anak dan anemia pada wanita, serta
meningkatkan cakupan pemberian ASI Eksklusif diketahui dapat menjadi salah satu bentuk
investasi gizi yang sangat menguntungkan apabila dilakukan secara terus-menerus selama
sepuluh tahun ke depan. Investasi yang dilakukan dapat menyelamatkan 3.7 juta nyawa anak
di dunia, mengurangi 65 juta anak stunting, dan 265 juta wanita anemia (dibandingkan dengan
baseline data dunia tahun 2015). Kombinasi antara perbaikan kesehatan dan upaya
pengentasan kemiskinan dinilai mampu menyelamatkan sekitar 2,2 juta jiwa dan menurunkan
sekitar 50 juta kasus stunting pada tahun 2025.