SlideShare a Scribd company logo
1 of 46
Download to read offline
LAPORAN KERJA PRAKTEK
Analisis Overall equipment effectiveness, Six Big Lose Mesin Chentai 3,
Pembuatan Visual Basic Operating Procedure dari Mesin Super Heated
Water Autoclave DDFC dan Analisis Pengolahan Limbah Pabrik
PT. ABBOTT INDONESIA
Oleh :
1102120108 TONY IQBAL RAHMADIKA
Dosen Pembimbing
Dr. Ir. ENDANG CHUMAIDIYAH, M.T.
NIP. 93650091-1
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS REKAYASA INDUSTRI
UNIVERSITAS TELKOM
BANDUNG
i
LEMBAR PENGESAHAN PERUSAHAAN
LAPORAN KERJA PRAKTEK
Analisis Overall equipment effectiveness, Six Big Lose Mesin Chentai 3,
Pembuatan Visual Basic Operating Procedure dari Mesin Super Heated
Water Autoclave DDFC dan Analisis Pengolahan Limbah Pabrik
PT ABBOTT INDONESIA
Oleh :
TONY IQBAL RAHMADIKA
1102120108
Menyetujui,
PEMBIMBING KERJA PRAKTEK
Vera Meliala, S.Si., Apt.
NIK. 566
ii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING AKADEMIK
LAPORAN KERJA PRAKTEK
Analisis Overall equipment effectiveness, Six Big Lose Mesin Chentai 3,
Pembuatan Visual Basic Operating Procedure dari Mesin Super Heated
Water Autoclave DDFC dan Analisis Pengolahan Limbah Pabrik
PT. ABBOTT INDONESIA
Oleh :
TONY IQBAL RAHMADIKA
1102120108
Mengetahui,
DOSEN PEMBIMBING KOORDINATOR KERJA
PRAKTEK
Dr. Ir. ENDANG CHUMAIDIYAH, M.T. AMELIA KURNIAWATI, S.T., M.T.
NIP. 93650091-1 NIP. 10810591-1
KETUA PROGRAM STUDI
TEKNIK INDUSTRI
RINO ANDIAS
NIP. 99750184-1
iii
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat dan
karuniaNya penyusun dapat menyeleseikan laporan kerja praktek yang berjudul “Analisis Overall
equipment effectiveness, Six Big Lose Mesin Chentai 3, Pembuatan Visual Basic Operating Procedure
dari Mesin Super Heated Water Autoclave DDFC dan Analisis Pengolahan Limbah Pabrik” dalam
rangka memenuhi mata kuliah kerja praktek di perusahaan PT. Abbott. Kami mengucapkan terima kasih
sebesar - besarnya kepada semua pihak yang telah mendukung terseleseikannya laporan kerja praktek
ini.
Penyusun sangat berharap agar laporan kerja praktek ini dapat menjadi suatu pijakan dalam
menentukan solusi menggunakan ilmu teknik indutri. Selain itu laporan kerja praktek ini dapat
memberikan informasi serta pembelajaran bagi pembaca tentang Overall equipment effectiveness dan
Visual Basic Operating Procedure. Penyusun juga menyadari bahwa laporan kerja praktek ini masih
terdapat banyak kekurangan, oleh sebab itu penyusun berharap adanya kritik maupun saran serta usulan
demi perbaikan laporan kerja praktek “Analisis Overall equipment effectiveness, Six Big Lose Mesin
Chentai 3, Pembuatan Visual Basic Operating Procedure dari Mesin Super Heated Water Autoclave
DDFC dan Analisis Pengolahan Limbah Pabrik” agar lebih baik di masa mendatang.
Semoga laporan kerja praktek ini dapat berguna bagi penyusun dan bagi para pembaca. Mohon
maaf apabila terdapat kesalahan maupun kata-kata yang kurang berkenan.
Cimanggis, 10 Juli 2015
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PERUSAHAAN.......................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING AKADEMIK ................................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... iii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................................................. v
DAFTAR TABEL.................................................................................................................................. vi
BAB I. PENDAHULUAN................................................................................................................. 1
BAB II. TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN................................................................................... 4
BAB III. TEORI DASAR ................................................................................................................... 16
BAB IV. LAPORAN PELAKSANAAN KERJA............................................................................... 21
BAB V. ANALISIS HASIL PELAKSANAAN KERJA................................................................... 31
BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN................................................................................................. 36
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 38
Lampiran ............................................................................................................................................... 39
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar I.1 Metode Penelitian Kerja Praktek ...................................................................................2
Gambar II.1 Struktur Organisasi PT Abbott Indonesia Bagian Manufaktur.....................................7
Gambar II.2 Alur Proses Produksi PT Abbott Indonesia ...................................................................15
Gambar V.1 Range nilai Overall equipment effectiveness ............................................................... 31
vi
DAFTAR TABEL
Tabel I.1 Penjadwalan Kerja Praktek di PT Abbott Indonesia...........................................................3
Tabel II.1 Jenis Produk PT Abbott Indonesia ...................................................................................4
Tabel IV.1 Data Waktu Setting Mesin Chentai 3..............................................................................21
Tabel IV.2 Data Waktu Produksi Mesin Chentai 3...........................................................................21
Tabel IV.3 Data Waktu Rework dan Breakdown Mesin Chentai 3 ..................................................22
Tabel IV.4 Data Jumlah Produksi dan Reject Mesin Chentai 3........................................................22
Tabel IV.5 Perhitungan data..............................................................................................................23
Tabel IV.6 Perhitungan nilai Availibility..........................................................................................23
Tabel IV.7 Perhitungan Nilai Performance.......................................................................................24
Tabel IV.8 Perhitungan nilai Quality .................................................................................................24
Tabel IV.9 Perhitungan nilai OEE ....................................................................................................25
Tabel IV.10 Perhitungan Equipment Failure Losess.........................................................................25
Tabel IV.11 Perhitungan Setup and Adjusment Losess....................................................................26
Tabel IV.12 Perhitungan Idle and Minor Stoppage Losses...............................................................26
Tabel IV.13 Perhitungan Reduce Speed Losess................................................................................27
Tabel IV.14 Perhitungan Defect Losess.............................................................................................27
Tabel VI.1 Nilai Six Big Losess Mesin Chentai 3 ............................................................................31
1
BAB I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Penugasan
Abbott Indonesia adalah sebuah perusahaan multinasional bidang kesehatan yang
luas, berdedikasi untuk menemukan obat-obatan baru, teknologi baru, dan cara-cara baru untuk
mengelola kesehatan. Untuk memproduksi produk yang memiliki kualitas baik, PT Abbott
selalu memperhatikan ruangan, alat, bahan material maupun operator di dalamnya. Alat yang
digunakan oleh PT Abbott untuk memproduksi produknya menggunakan alat yang memiliki
teknologi tinggi. Untuk mengoperasikannya dibutuhkan operator yang harus mengerti setiap
langkah yang dilakukan dalam proses produksi. Untuk mempermudah penggunaan mesin,
dibutuhkan suatu prosedur atau langkah-langkah penggunaan mesin mulai dari set up kemudian
ke proses produksi maupun proses akhir yaitu pencucian. Operator PT Abbott sendiri yang
mengerti penggunaan mesin Super Heated Water Autoclave DDFC baru sedikit sehingga
apabila operator yang bersangkutan tidak bisa hadir pada hari itu maka mesin tidak bisa
dijalankan. Hal tersebut bisa menyebabkan terbuangnya waktu produksi dan pengangguran
pada bagian produksi liquidnya karena proses pada liquid harus sekali berjalan.
Dalam melakukan proses produksi sudah dijelaskan bahwa terdapat tiga proses
utama dalam satu mesin. Proses tersebut adalah proses set up, proses produksi dan proses
pencucian. Dalam melakukan ketiga proses tersebut, masih terdapat waktu delay ataupun
waktu menganggur dari mesin itu sendiri. Mesin yang baik adalah mesin yang digunakan dalam
masa produksi memiliki nilai efisiensi yang tinggi. Hal tersebut dikarenakan efisiensi tinggi
menunjukkan kerja mesin yang baik. Arti baik disini adalah mesin sesuai dengan target waktu
proses perusahaan, selain itu mesin juga memproduksi sesuai target yang telah direncanakan
atau mesin memiliki cacat produk/reject yang sedikit. Pada mesin Chentai 3, nilai efisiensi dari
mesin sendiri memiliki nilai yang belum memenuhi target dari perusahaan yang diketahui
menurut perhitungan dari bulan Januari sampai bulan Mei. Hal tersebut bisa disebabkan oleh
berbagai yang berhubungan dengan proses produksi baik waktu proses, operator maupun
peralatan yang digunakan selama produksi.
I.2. Lingkup Penugasan
Lingkup penugasan ini hanya pada departemen produksi di PT Abbott Indonesia di Cimanggis,
Depok, Jawa Barat. Tetapi pengenalan dilakukan secara menyeluruh di perusahaannya dan
diperkenalkan hampir semua departemen yang terdapat pada PT Abbott Indonesia Cimanggis.
2
I.3. Target Pemecahan Masalah
Target pemecahan masalah dari latar belakang penugasan yaitu :
I.3.1. Memahami keseluruhan proses produksi yang terjadi pada PT Abbott Indonesia di kota
Cimanggis mulai dari raw material sampai barang jadi.
I.3.2. Memberikan solusi untuk meningkatkan nilai Overall equipment effectiveness dan
menemukan penyebab masalah melalui metode six big lose.
I.3.3. Memperbaiki Basic Operation Precedure yang lama dari mesin Super Heated Water
Autoclave DDFC menjadi Visual Basic Operation Procedure.
I.3.4. Memahami pengolahan limbah PT Abbott Indonesia yang mengalami proses pengolahan.
I.4. Metode Pemecahan Masalah
Gambar I.1 Metode Penelitian Kerja Praktek
Survey
Pendahuluan
TinjauanPustaka
Identifikasi
Masalah
Perumusan
masalahdan tujuan
Basic Operation
Process
OEE dan Six Big
Losses
PencarianData
Visual BOP
PengolahanData
Visual BOP
Analisis
PengamatanVisual
BOP
PencarianData OEE
& Six Big Losses
PengolahanData
OEE & Six BigLosses
Analisis
Pengamatan OEE &
Six BigLosses
Kesimpulandan
Saran
3
I.5. Rencana dan Penjadwalan Kerja
Tabel I.1 Penjadwalan Kerja Praktek di PT Abbott Indonesia
I.6. Ringkasan Sistematika Penulisan Laporan
PT Abbott adalah perusahaan yang bergerak di bidang kimia farma yang memiliki produk
berupa produk obat dan susu. Dalam memproduksinya, perusahaan ini menggunakan mesin
yang modern dan harus steril dalam waktu yang ditentukan sehingga kebersihan sangat
diperlukan dalam proses produksi. Dalam menjalankan mesin tersebut diperlukan suatu
pokayoke yang dapat membantu operator lebih mempermudah dalam pemahaman yaitu BOP
visual. Dengan adanya BOP visual ini dapat meningkatkan efisiensi dari kerja mesin itu sendiri.
Hal tersebut dikarenakan operator yang mengerti kerja mesin lebih baik akan memudahkan
operator tersebut dalam menjalankan proses produksi. Hal tersebut dapat berdampak pada
beberapa aspek antara lain waktu produksi yang optimum, hasil produksi yang sesuai target
dan berkurangnya produk jadi yang cacat. Dikarenakan perusahaan ini bergerak pada bidang
kimia farma, maka output yang yang dibuang seperti limbah juga harus memiliki nilai positif
bagi masyarakat sehingga harus dilakukan pengolahan limbah.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Pengenalan perusahaan
dan proses produksi
keseluruhan
Pengenalan detail dari
proses produksi dan
fungsi-fungsi mesin
Melakukan pendataan
mesin Autoclave untuk
BOP Visual
Analasis mesin
Autoclave menjadi BOP
Visual
Melakukan analisis
lapangan mengenai
proses pengolahan
limbah
Revisi Pembuatan BOP
Visual Mesin Autoclave
Pencarian data OEE
Mesin Chentai 3
Pengolahan data dan
analisis OEE serta six big
Lose mesin Chentai 3
Kegiatan
Hari Kerja
4
BAB II. TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
II.1. Profil Perusahaan
Abbott Adalah sebuah perusahaan multinasional bidang kesehatan yang luas,
berdedikasi untuk menemukan obat-obatan baru, teknologi baru, dan cara-cara baru untuk
mengelola kesehatan. Produk kami terdapat disegala bidang perawatan, mulai dari produk-
produk nutrisi dan diagnostik laboratorium sampai alat-alat medis dan terapi farmasi. Rentang
produk kami yang lengkap memenuhi kebutuhan-kebutuhan kesehatan yang penting sejak usia
dini hingga usia lanjut.
Sepanjang sejarah kami yang sudah lebih dari 100 tahun, orang-orang Abbott telah
didorong oleh sebuah tujuan tetap: memajukan ilmu kesehatan untuk membantu orang-orang
agar hidup lebih sehat. Itu adalah bagian dari warisan kami. Hal itu terus mendorong pekerjaan
kami. Saat ini, 65.000 karyawan Abbott di seluruh dunia sama-sama memiliki hasrat besar
untuk "Turning Science Into Caring", adalah komitmen untuk berfokus pada apa yang paling
penting pada kehidupan dan potensi yang dimiliki ketika kita merasakan diri kita yang terbaik.
Abbott memiliki fasilitas riset & pengembangan produksi, distribusi & penjualan di seluruh
dunia, dekat dengan tempat di mana para pelanggan kami membutuhkan kami. Kami diakui
karena prestasi global kami dan kemampuan kami untuk melayani para pelanggan kami di
seluruh dunia.
Berikut adalah beberapa produk Abbott yang terdiri dari obat maupun susu.
Tabel II.1 Jenis Produk PT Abbott Indonesia
Produk Produk
Abbotic Granule 125 mg /5ml Iberet Folic – 500
Abbotic Granule 250 mg/5 ml Isoptin 80 mg
Brufen 400 mg Optilets M – 500
Brufen 600 mg Pedialyte Bubble Gum Flavor
Brufen Suspension Pedialyte Solution
Cecon Surbex – T
Depakene Syrup Surbex – Z
Depakote 250 mg Rytmonorm 150 mg
Eryderm 2% Urixin Tablets 400 mg
Iberet – 500 Vidaylin – L
5
II.2. Visi dan Misi
I.2.1. Visi
“Becoming supply center for Asean countries”
I.2.2. Misi
“To become supply center for ASEAN countries by providing high quality pharmaceutical
produts with orientation to the customer and stakeholder satisfaction whilst maintenance
complience to local and importing countries regulation as well as corporate policies at
the most effective cost”
II.3. Sejarah Singkat Perusahaan
Sejarah Abbott Nutrition International mulai dari awal abad ke-20. Produk nutrisi Abbott telah
bertambah sesuai dengan kemajuan ilmiah terbaru sejak pertama kali diperkenalkan dalam
tahun 1920-an. Abbott memperkenalkan produk susu pertama dalam tahun 1924. Pengawasan
mutu yang ketat dilakukan sebagaimana dilakukan pada produk-produk farmasi.
Sejarah komitmen kami terhadap nutrisi anak-anak
1. 1903
- Harry C. Moores and Stanley M. Ross mendirikan Moores & Ross Milk Company di
Columbus, Ohio pada tahun 1920-an
2. 1920-an
- Pada tahun 1925, Moores and Ross mengambil langkah yang berani memproduksi dan
memasarkan susu formula berbahan dasar susu sapi — sebuah konsep baru pada saat
itu —yang semula dikenal sebagai Franklin Infant Food
- Perusahaan tersebut diberi nama baru M&R Dietetic Laboratories pada tahun
3. 1950
- M & R Dietetic Laboratories Laboratories mendirikan sebuah divisi baru, Ross
Laboratories, untuk melanjutkan pengembangan produk nutrisi anak
- Dalam tahun 1959, Ross memperkenalkan produk nutrisi yang berbentuk bubuk
maupun cair dalam tahun 1960-an
4. 1960an
- Perluasan di luar negeri terjadi ketika pabrik baru di Belanda pada tahun 1964
- Ross bergabung dengan Abbott Laboratories, salah satu perusahaan bidang kesehatan
terbesar di dunia
6
- Cairan elektrolit oral siap minum pertama mulai didistribusikan di Amerika Serikat
- Isomil Plus diperkenalkan di AS selama tahun ini untuk memenuhi kebutuhan
makanan khusus dalam tahun 1970-an
5. 1970an
- Isomil Plus diperkenalkan di berbagai pasar internasional termasuk Kanada, Filipina,
Puerto Rico, Singapura, Afrika Selatan, dan Thailand
6. 1980-an
- PediaSure diperkenalkan untuk menjembatani kesenjangan antara kebutuhan
makanan khusus bayi dan orang dewasa
7. 1990-an
- Susu Pertumbuhan Tahap 3 (Gain Plus) diluncurkan secara internasional untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi anak kecil yang baru belajar berjalan usia 1 sampai 3
tahun
8. 2000-an
- Susu Pertumbuhan (Gain School) diluncurkan secara internasional untuk mendukung
kebutuhan nutrisi anak-anak usia 3-9 tahun ke atas pada tahun 2009
- Kami terus bekerja mewujudkan visi kami menjadi pelopor yang terpercaya dalam
menyediakan produk nutrisi inovatif dan memajukan mutu kehidupan yang lebih baik
untuk orang-orang dari segala usia, termasuk anak-anak Anda.
II.4. Lokasi Perusahaan
Pabrik PT. Abbott Indonesia terletak di Jalan Raya Jakarta – Bogor Km 37 Cimanggis, Depok,
Jawa Barat, sedangkan kantor pusat terletak di Wisma Pondok Indah 2, suite 2000 Jl. Sultan
Iskandar Muda Kav. V-TA Pondok Indah, Jakarta Selatan. Pabrik memiliki luas bangunan
22.671 m2
, meliputi bangunan kantor dan bangunan pabrik (bagian mutu, bagian produksi,
warehouse, pengemasan, kantin, engineering, gudang bahan material dan bagian pengolahan
limbah.
7
II.5. Struktur Organisasi
Gambar II.1 Struktur Organisasi PT Abbott Indonesia Bagian Manufaktur
Plant Director
Technical Service
Manager
Technical
Service
Production
Manager
Production
Supervisor (1)
Production
Supervisor (2)
Production
Supervisor (3)
Product
Compliance
Pharmacist
Engineering,
EHS, Project &
Security Senior
Engineering
Supervisor
Utility
Supervisor
Calibration
Coordinator
Building
Maintenance
Coordinator
Finance
Manager
Material
Management
Senior Manager
PPIC dan
Purchase
Manager
Export and
Import
Warehouse
Manager
Plant Secretary
8
II.6. Kepegawaian Perusahaan
I.6.1. Departemen Management Material (MM)
Departemen Manajemen Material terdiri dari 5 bagian yaitu :
I.6.1.1. Production planning and Inventoty Control (PPIC)
Production planning and Inventoty Control (PPIC) merupakan jembatan
antara bagian pemasaran dan bagian produksi. PPIC menerjemahkan
kebutuhan pengadaan barang ke dalam bentuk rencana produksi dan
rencana ketersediaan bahan baku serta bahan pengemas dengan
mempertimbangkan efisiensi, produktivitas dan produk yang bermutu
serta pengaturan persediaan untuk efisiensi biaya.
1. Perencanaan produksi
2. Perencanaan bahan dan kapasitas
3. Pengendalian persediaan
I.6.1.2. Gudang/Warehouse
Gudang PT.Abbott Indonesia memiliki fungsi diantaranya yaitu :
1. Penerimaan
Barang–barang dari pemasok, diterima di gudang oleh bagian
penerimaan. Kemudian dilakukan pemeriksaan kondisi kendaraan
yang membawa barang, jenis, keadaan fisik barang, kuantitas,
sertifikat analisis (Certificate of Analysis), dan kesesuaian barang
dengan PO (purchase order) yang merupakan daftar pemesanan
barang kepada supplier di mana supplier yang mengirimkan barang
sudah termasuk dalam daftar Approve Vendor.
2. Penyimpanan
Penyimpanan dilakukan di gudang penyimpanan yang terdiri dari
beberapa gudang yaitu :
a. Gudang bahan baku
b. Gudang bahan pengemas (finishing supplies)
c. Gudang produk jadi farmasi
9
d. Gudang nutrisi
e. Gudang bahan mudah terbakar (Flammable material )
f. Gudang B3 ( Bahan Berbahaya dan Beracun )
g. Gudang barang-barang yang ditolak (Return and Rejected Goods)
3. Penyiapan barang
Gudang menyiapkan barang berupa bahan baku atau produk jadi
untuk dikirim ke distributor dan bagian produksi saat ada order.
4. Pengeluaran barang
Barang dikeluarkan dari gudang ke bagian produksi atau ke
distributor.
a. Pengeluaran barang ke bagian produksi
Pengeluaran barang untuk keperluan produksi didasarkan pada
Manufacturing Order (MO) dan Finishing Order (FO) yang
diterima dari bagian produksi.
b. Pengeluaran barang ke distributor
Permintaan oleh distributor dilakukan dengan menggunakan surat
perintah pembelian (purchasing order/PO) ke bagian pemasaran.
Berdasarkan PO maka akan di buat surat perintah pengiriman
barang (Delivery Order/DO).
c. Pengembalian barang
Barang yang dikembalikan dari distributor (return goods) harus
diperiksa oleh bagian pengawasaan mutu untuk diketahui apakah
barang tersebut harus dimusnahkan atau tidak.
I.6.1.3. Purchasing
Bagian pengadaan bertanggung jawab dalam pengadaan bahan awal yang
terdiri dari bahan baku (baik bahan baku aktif maupun bahan penolong)
serta bahan pengemas. Kegiatan yang dilakukan di bagian pengadaan
yaitu :
a. Pemilihan supplier (pemasok)
b. Bernegosiasi mengenai harga, pembayaran, jadwal pengirimaan
bahan termasuk menerbitkan surat pesanan (purchasing order/PO)
10
c. Melakukan pemantauan pengirim barang yang dilakukan oleh
supplier; mencari material atau supplier baru.
I.6.1.4. Distributor
Bagian distribusi bertugas mendistribusikan pesanan ke distributor.
Bagian ini mengeluarkan pick slip berdasarkan PO yang tercantum pada
sistem BPICS (Business and Planning Inventory Control System) dan
menyerahkan pick slip tersebut ke bagian gudang.
I.6.1.5. Ekspor-Impor
Bagian ekspor-impor bertugas menyiapkan dokumen-dokumen yang
diperlukan terkait produk ekspor maupun impor. Dokumen yang
disiapkan sesuai dengan keperluan di bea cukai dalam rangka
mengeluarkan barang dari bea cukai atau mengirimkan barang ke negara
lain.
I.6.2.Departemen Produksi
Bagian produksi bertugas melakukan proses pembuatan obat agar senantiasa di
hasilkan produk-produk bermutu tinggi yang memenuhi persyaratan yang telah
ditetapkan oleh Abbott Internasional dengan menerapkan prinsip- prinsip CPOB.
Manager produksi dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh 3 orang supervisor,
yaitu 1 orang bertanggung jawab terhadap proses produksi produk solid (Solid
Product Supervisor), 1 orang bertanggung jawab terhadap proses produksi liquid
(Liquid Product Supervisor) dan 1 orang yang bertanggung jawab terhadap proses
pengemasaan (Finishing Supervisor).
I.6.2.1. Manufacturing Process
Bagian produksi melaksanakan kegiatan produksi berdasarkan surat
perintah produksi/MO (Manufacturing order). Setelah itu bahan baku
yang akan digunakan ditimbang oleh bagian gudang. Bagian produksi
yang telah menerima bahan baku dari gudang harus menimbang ulang
bahan baku tersebut agar sesuai dengan MO. Jika telah sesuai maka
proses produksi dapat dilakukan. Beberapa hal penting yang terdapat
dalam MO (Manufacturing Order) yaitu :
11
a. Kop MO
b. Pemeriksaan kesiapan penimbangan
c. Pemeriksaan ruang produksi
d. Manufacturing specification procedure
PT. Abbott Indonesia memproduksi 2 macam sediaan, yaitu sediaan solid
dan liquid.
 Bagian produksi sediaan Solid
Bagian ini memproduksi sediaan granul dan tablet. Dibagian ini
dilakukan proses pencampuran, granulasi, pengayakan, lubrikasi,
pencetakan tablet, penyalutan dan logo serta pengemasan primer.
 Bagian produksi sediaan cair
a. Sediaan cair steril
b. Sediaan Cair Non Steril
I.6.2.2. Finishing Process
Bagian pengemasan bertugas mengemas produk ruahan menjadi produk
jadi. Produk jadi siap kemas disimpan di ruangan grey area dan bagian
pengawasan mutu akan melakukan pengujian sesuai dengan spesifikasi
masing-masing produk. Sebelum proses pengemasan dilakukan, operator
bagian pengemasan akan memeriksa kesiapan ruangan, jalur
pengemasan serta alat-alat yang akan digunakan yang kemudian dicatat
dalam catatan Clearance Check List.
I.6.3.Departemen EHS & E (Environment, Health, Safety and Energy/
I.6.3.1. Sistem manajemen EHS di PT. Abbott Indonesia
Dalam rangka mencapai tujuan tersebut maka dilakukan upayaupaya
yang harus dijalankan oleh Departemen EHS yang terdiri dari delapan
elemen yaitu :
- Kebijakan (EHS Policy and Program)
- Perencanaan (Strategic Planning)
- Penilaian (Self assessment risk)
- Bussiness Integration
- Pelatihan (Training and Awareness)
12
- Komunikasi dan Informasi
- Pengukuran kinerja (Performance and Measures)
- Assurance review
I.6.3.2. Tanggung jawab dari Departemen EHS PT. Abbott Indonesia
Departemen EHS PT. Abbott Indonesia bertanggung jawab dalam
pengelolaan :
a. Lingkungan (Environment)
Departemen EHS bertanggung jawab terhadap pengolahan limbah
industri sebelum dibuang ke lingkungan. Pengolahan limbah
dilakukan untuk memastikan bahwa limbah yang dibuang ke
lingkungan telah aman dan memenuhi persyaratan limbah yang
ditetapkan pemerintah.
b. Kesehatan (Healthy)
Departemen EHS bertanggung jawab dalam menjaga kesehatan
karyawan dengan program kesehatan antara lain pemeriksaan umum
setiap tahun (general check up), pelatihan sanitasi dan higiene,
pemberian asuransi kesehatan, pemantauan sanitasi dan higiene
karyawan pada saat bekerja serta tersedianya sarana klinik.
c. Keselamatan dan Keamanan (Safety)
Dalam penerapan keselamatan dan keamanan kerja, karyawan dilatih
untuk menggunakan alat pelindung diri ketika bekerja sesuai dengan
lokasi kerja dan menggunakan alat pemadam kebakaran. APAR (Alat
Pemadam Api Ringan), detektor kebakaran, alat pemadam kebakaran
(sprinkler) dan tersedia kotak Pertolongan Pertama pada
Kecelakaan/first aid (P3K) pada tempat tertentu.
d. Energi (Energy)
Mengorganisir pengaturan energi untuk mengurangi pemanasan
global, meminimalkan sumber daya yang tidak tergantikan.
13
I.6.4.Engineering Departement
Engineering Departement dipimpin oleh seorang manajer yang bertugas dalam
menjaga dan memelihara aset perusahaan berupa lingkungan, bangunan dan
peralatan. Dalam pelaksanaan tugas, Engineering Department terdiri dari beberapa
bagian, yaitu :
I.6.4.1. Engineering
Bagian ini bertugas memelihara dan merawat perlengkapan, termasuk
mesin-mesin dan peralatan untuk proses produksi dan pengemasan.
Sistem perawatan dan pemeliharaan mesin di PT. Abbott Indonesia
dilakukan dengan 2 macam, yaitu :
a. Preventive Maintenance Program (PMP)
b. Breakdown Maintenance
I.6.4.2. Utility
Utility bertanggung jawab dalam penyediaan sumber daya yang
diperlukan, agar pabrik dapat berproduksi sesuai kebutuhan. Berikut
adalah beberapa tugas bagian utility yg tedapat pada PT Abbott
Indonesia.
a. Tenaga listrik
b. Udara bertekanan (compressed air)
c. Uap panas (Boiler)
d. HVAC (Heat, Ventilation and Air Conditioner)
e. Air Bersih (Purified Water)
I.6.4.3. Kalibrasi
Kalibrasi dilakukan dengan membandingkan alat atau sistem yang sudah
diketahui (standar) dengan alat atau sistem yang belum diketahui agar
diperoleh informasi penyimpangan yang ada sehingga dapat dilakukan
koreksi. Ketelitian alat-alat ukur harus dimonitor agar tetap dalam batas-
batas yang dapat diterima terutama untuk :
a. Memonitor dan mengontrol alat ukur yang dipakai untuk proses
pembuatan dan uji kualitas suatu produk serta alat yang dipakai untuk
memonitor kondisi lingkungan di mana obat atau produk yang
bersangkutan dibuat.
14
b. Untuk keperluan pemakaian pada uji pengembangan dan pembuatan
suatu produk, terutama pada validasi.
Bagian kalibrasi melakukan serangkaian kegiatan rutin diantaranya :
- Menginventarisasi alat dan mesin yang harus dikalibrasi,
- Membuat jadwal kalibrasi dalam satu tahun, bulan, minggu dan hari,
melakukan kalibrasi alat atau mesin sesuai jadwal berdasarkan BOP
dan prosedur kalibrasi produksi, dan
- Membuat laporan kalibrasi setiap satu bulan, tiga bulan dan satu
tahun.
I.6.5.Departemen Pelayanan Teknis (Technical Service/TS)
Depatemen ini bertugas menangani masalah pengembangan produk baru, validasi
dan kualifikasi (bersama bagian pemastian mutu) dan produk ekspor PT. Abbott
Indoensia dan dipimpin oleh seorang
I.6.5.1. Validasi
a. Validasi proses
Rencana validasi dibuat tahunan yaitu Site Validation Master Plan.
Sebelum dilakukan validasi, bagian TS akan membuat VCR
(Validation Change Request) yaitu data permintaan lengkap validasi
formula produk, prosedur dan alat yang digunakan.
b. Pengembangan produk
Pengembangan produk baru dilakukan melalui percobaan formula
dari Abbott Laboratories menggunakan mesin dan peralatan yan
dimiliki oleh PT. Abbott Indonesia dan dilakukan penyesuaian
hingga diperoleh produk yang sesuai persyaratan.
c. Packaging development
 Ekspor
Desain kemasan dirancang sesuai dengan permintaan negara
tujuan ekspor, menyangkut jenis kemasan primer yang
digunakan, dan rancangan desain tampilan kemasan.
15
 Lokal
Desain kemasan dirancang sesuai dengan permintaan pasar.
d. Export product liaison meliputi :
a) Launching produk baru
b) Pengembangan produk ekspor baru
c) Penanganan keluhan (complaint)
II.7. Alur Proses Produksi Perusahaan
Gambar I.2 Alur Proses Produksi PT Abbott Indonesia
Distributor
Gudang
Penyimpanan
Quality
Suplier Produksi
16
BAB III. TEORI DASAR
III.1. Standard Operation Process
SOP (Standard Operating Procedures) adalah panduan hasil kerja yang diinginkan serta proses
kerja yang harus dilaksanakan. SOP dibuat dan di dokumentasikan secara tertulis yang memuat
prosedur (alur proses) kerja secara rinci dan sistematis. Alur kerja (prosedur) tersebut haruslah
mudah dipahami dan dapat di implementasikan dengan baik dan konsisten oleh pelaku.
Implementasi SOP yang baik akan menunjukkan konsistensi hasil kerja, hasil produk dan proses
pelayanan seluruhnya dengan mengacu kepada kemudahan, pelayanan dan pengaturan yang
seimbang.
 Tujuan dan manfaat SOP
SOP yang baik haruslah mendasarkan pada tujuan dan manfaat sebagaimana poin-poin
berikut dibawah ini:
1. Memudahkan proses pemberian tugas serta tanggung jawab kepada pegawai yang
menjalankannya.
2. Memudahkan proses pemahaman (penguasaan tugas) staff secara sistematis dan
general.
3. Menghindari “error” dalam proses kerja.
4. Mempermudah dan mengetahui terjadinya kegagalan, inefisiensi proses dalam
prosedur kerja, serta kemungkinan-kemungkinan terjadinya penyalahgunaan
kewenangan oleh pegawai yang menjalankan.
5. Memudahkan dalam hal monitoring dan menjalankan fungsi kontrol dari setiap proses
kerja.
6. Menghemat waktu dalam program training, karena dalam SOP tersusun secara
sistematis.
III.2. Overall equipment effectiveness
OEE merupakan ukuran menyeluruh yang mengidentifikasikan tingkat produktivitas
mesin/peralatan dan kinerjanya secara teori. Pengukuran ini sangat penting untuk mengetahui
area mana yang perlu untuk ditingkatkan produktivitas ataupun efisiensi mesin/peralatan dan
juga dapat menunjukkan area bottleneck yang terdapat pada lintasan poduksi. OEE juga
merupakan alat ukur untuk mengevaluasi dan memperbaiki cara yang tepat untuk mejamin
penigkatan produktivitas penggunaan mesin/peralatan.
 Tujuan dan Manfaat Pengukuran OEE
Tujuan dari pengukuran OEE adalah untuk meningkatkan efektivitas peralatan Anda. Sejak
efektivitas peralatan mempengaruhi karyawan shopfloor lebih dari kelompok lain, cocok
17
untuk mereka untuk terlibat dalam pelacakan OEE dan dalam perencanaan dan pelaksanaan
perbaikan peralatan untuk mengurangi efektivitas hilang. Mari kita lihat beberapa manfaat
pengukuran OEE untuk operator shift dan pemimpin atau manajer lini. Kami
merekomendasikan bahwa operator mengumpulkan data harian tentang peralatan untuk
digunakan dalam perhitungan OEE. Pengumpulan data ini akan :
a) Operator mengajarkan tentang peralatan
b) Perhatian operator fokus pada kerugian
c) Tumbuh rasa kepemilikan peralatan
Pemimpin pergeseran atau manajer lini sering orang yang akan menerima data operasi setiap
hari dari operator dan proses untuk mengembangkan informasi tentang OEE tersebut.
Bekerja tangan dengan data akan;
a) Memberikan pemimpin/manajer fakta-fakta dasar dan angka pada peralatan
b) Membantu pemimpin/manajer memberikan umpan balik yang sesuai dengan operator
dan peralatan lain yang terlibat dalam perbaikan
c) Memungkinkan pemimpin untuk menjaga manajemen informasi tentang status
peralatan dan hasil perbaikan.
Formula matematis dari overall equipment effectiveness (OEE) dirumuskan sebagai berikut :
OEE = Availability x Performance efficiency x Rate of quality product x 100%
Kondisi operasi mesin/peralatan produksi tidak akan akurat ditunjukkan jika hanya didasari oleh
perhitungan satu faktor saja, misalnya performance efficiency saja. Dari enam pada six big
losses baru minor stoppages saja yang dihitung pada performance efficiency mesin/peralatan.
Keenam faktor dala six big losses harus diikutkan dalam perhitungan OEE, kemudian kondisi
aktual dari mesin/peralatan dapat dilihat secara akurat.
1. Availability
Availability merupakan rasio operation time terdapat waktu loading time-nya. Sehingga
dapat menghitung availability mesin dibutuhkan nilai dari :
a. Operation time
b. Loading time
c. Downtime
Nilai availability dihitung dengan rumus sebagai berikut :
𝑨𝒗𝒂𝒊𝒍𝒂𝒃𝒊𝒍𝒊𝒕𝒚 =
𝑶𝒑𝒆𝒓𝒂𝒕𝒊𝒐𝒏 𝑻𝒊𝒎𝒆
𝑳𝒐𝒂𝒅𝒊𝒏𝒈 𝑻𝒊𝒎𝒆
𝒙 𝟏𝟎𝟎%
18
𝑨𝒗𝒂𝒊𝒍𝒂𝒃𝒊𝒍𝒊𝒕𝒚 =
𝑳𝒐𝒂𝒅𝒊𝒏𝒈 𝑻𝒊𝒎𝒆 − 𝑫𝒐𝒘𝒏 𝑻𝒊𝒎𝒆
𝑳𝒐𝒂𝒅𝒊𝒏𝒈 𝑻𝒊𝒎𝒆
𝒙 𝟏𝟎𝟎%
- Loading time adalah waktu yang tersedia (availability) per hari atau per bulan dikurang
dengan waktu downtime mesin direncanakan (planned downtime)
- Loading time = Total availability – Planned downtime
- Planned downtime adalah jumlah waktu downtime mesin untuk pemeliharaan
(scheduled maintenance) atau kegiatan manajemen lainnya.
- Operation time merupakan hasil pengurangan loading time dengan waktu downtime
mesin (non-operation time), dengan kata lain operation time adalah waktu operasi
tesedia (availability time) setelah waktu downtime mesin keluarkan dari total
availability time yang direncanakan. Downtime mesin adalah waktu proses yang
seharusnya digunakan mesin aka tetapi karena adanya gangguan pada mesin/peralatan
(aqupment failures) mengakibatkan tidak ada output yang dihasilkan. Downtime
meliputi mesin berhenti beroperasi akibat kerusakan mesin/peralatan, penggantian
cetakan (dies), pelaksanaan prosedur setup dan adjesment dan lain-lainnya.
2. Performance Efficiency
Performance afficiency merupakan hasil perkalian dari operation speed rate dan net
operation rate, atau rasio kuantitas produk yang dihasilkan dikalikan dengan waktu siklus
idealnya terhadap waktu yang tersedia yang melakuakn proses produksi (operation
time).Operation speed rate merupakan perbandingan antara kecepatan ideal mesin
berdasarkan kapasitas mesin sebenarnya (theoretical/ideal cycle time) dengan kecepatan
aktual mesin (actual cycle time). Persamaan matematiknya ditunjukkan sebagai berikut :
𝑶𝒑𝒆𝒓𝒂𝒕𝒊𝒐𝒏 𝑺𝒑𝒆𝒆𝒅 𝑹𝒂𝒕𝒆 =
𝒊𝒅𝒆𝒂𝒍 𝒄𝒚𝒄𝒍𝒆 𝒕𝒊𝒎𝒆
𝒂𝒄𝒕𝒖𝒂𝒍 𝒄𝒚𝒄𝒍𝒆 𝒕𝒊𝒎𝒆
𝑵𝒆𝒕 𝑶𝒑𝒆𝒓𝒂𝒕𝒊𝒐𝒏 𝑹𝒂𝒕𝒆 =
𝑨𝒄𝒕𝒖𝒂𝒍 𝑷𝒓𝒐𝒄𝒆𝒔𝒔𝒊𝒏𝒈 𝑻𝒊𝒎𝒆
𝑶𝒑𝒆𝒓𝒂𝒕𝒊𝒏𝒈 𝑻𝒊𝒎𝒆
- Net operation rate merupakan perbandingan antara jumlah produk yang diproses
(processes amount) dikali actual cycle time dengan operation time. Net operation time
berguna untuk menghitung rugi-rugi yang diakibatkan oleh minor stoppages dan
menurunnya kecepatan produksi (reduced speed)
Tiga faktor penting yang dibutuhkan untuk menghitung performance efficiency :
a. ideal cycle ( waktu siklus ideal/waktu standar)
b. Processed amount (jumlah produk yang diproses)
c. Operation time (waktu operasi mesin)
19
Perfomance efficiency dapat dihitung sebagai berikut
𝑷𝒆𝒓𝒇𝒐𝒓𝒎𝒂𝒏𝒄𝒆 𝑬𝒇𝒇𝒊𝒄𝒊𝒆𝒏𝒄𝒚 = 𝑵𝒆𝒕 𝑶𝒑𝒆𝒓𝒂𝒕𝒊𝒏𝒈 𝒙 𝑶𝒑𝒆𝒓𝒂𝒕𝒊𝒏𝒈 𝑺𝒑𝒆𝒆𝒅 𝑹𝒂𝒕𝒆
=
𝑷𝒓𝒆𝒄𝒆𝒔𝒔𝒆𝒅 𝑨𝒎𝒐𝒖𝒏𝒕 𝒙 𝑨𝒄𝒕𝒖𝒂𝒍 𝑪𝒚𝒄𝒍𝒆 𝑻𝒊𝒎𝒆
𝑶𝒑𝒆𝒓𝒂𝒕𝒊𝒏𝒈 𝑻𝒊𝒎𝒆
𝒙
𝑰𝒅𝒆𝒂𝒍 𝑪𝒚𝒄𝒍𝒆 𝑻𝒊𝒎𝒆
𝑨𝒄𝒕𝒖𝒂𝒍 𝑪𝒚𝒄𝒍𝒆 𝑻𝒊𝒎𝒆
𝑷𝒆𝒓𝒇𝒐𝒓𝒎𝒂𝒏𝒄𝒆 𝑬𝒇𝒇𝒊𝒄𝒊𝒆𝒏𝒄𝒚 =
𝑷𝒓𝒐𝒄𝒆𝒔𝒔𝒆𝒅 𝑨𝒎𝒐𝒖𝒏𝒕 𝒙 𝑰𝒅𝒆𝒂𝒍 𝑪𝒚𝒄𝒍𝒆 𝑻𝒊𝒎𝒆
𝑶𝒑𝒆𝒓𝒂𝒕𝒊𝒏𝒈 𝑻𝒊𝒎𝒆
𝒙 𝟏𝟎𝟎%
3. Rate of quality product
Rate of quality product adalah rasio jumlah produk yang lebih baik terhadap jumlah total
produk yang diproses. Jadi rate of quality product adalah hasil perhitungan dengan
menggunakan dua faktor berikut :
a. Processed amount (jumlah produk yang diproses)
b. Defect amount (jumlah produk yang cacat)
Rate of quality product dapat dihitung sebagai berikut:
𝑅𝑎𝑡𝑒 𝑜𝑓 𝑄𝑢𝑎𝑙𝑖𝑡𝑦 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑐𝑡 =
𝑝𝑟𝑜𝑐𝑒𝑠𝑠𝑒𝑑 𝑎𝑚𝑜𝑢𝑛𝑡 − 𝑑𝑒𝑓𝑒𝑐𝑡 𝑎𝑚𝑜𝑢𝑛𝑡
𝑝𝑟𝑜𝑐𝑒𝑠𝑠𝑒𝑑 𝑎𝑚𝑜𝑢𝑛𝑡
𝑥 100%
III.3. Six Big Lose
Six Big Losses – penyebab umum dari ketidak efisienan dari manufacturing. Berikut adalah
faktor-faktor six big losses yaitu :
1. Downtime losses
Berarti waktu mesin seharusnya untuk beroperasi tetapi pada kenyataannya tidak. Downtime
mengandung 2 jenis kerugian (loss) yaitu : kegagalan peralatan, dan penyiapan dan
penyesuaian mesin/peralatan.
- Kegagalan Peralatan : Kegagalan peralatan atau breakdown mesin yang tiba-tiba dan
yang tidak diharapkan, merupakan penyebab nyata dari loss, karena berarti bahwa
mesin tidak memproduksi output apa-apa.
- Persiapan Peralatan : Kebanyakan pergantian mesin membutuhkan beberapa periode
waktu untuk mematikan mesin sehingga peralatan-peralatan di dalamnya dapat diganti.
Waktu antara produksi produk jadi terakhir dan produksi terakhir produk jadi
berikutnya merupakan downtime. Downtime ini sering mencakup waktu yang
dihabiskan untuk membuat penyesuaian sampai mesin memberikan produk baru yang
kualitasnya dapat diterima.
2. Speed losses
Berarti bahwa peralatan sedang beroperasi, tetapi mesin itu tidak beroperasi dengan
kecepatan maksimumnya yang direncanakan. Speed loss terdiri dari 2 kerugian utama :
penghentian kecil dan menganggur, dan kecepatan operasi yang berkurang.
20
- Penghentian Kecil dan Menganggur : Ketika sebuah mesin tidak beroperasi dengan
lancar dan pada kecepatan yang stabil, mesin itu akan kehilangan kecepatan dan
menghambat lancarnya aliran operasinya. Penundaan dan penghentian kecil initidak
disebabkan oleh kegagalan teknis, tetapi oleh masalah-masalah kecil seperti part yang
terkena sensor. Walaupun operator dapat dengan mudah memperbaiki masalah tersbut
ketika terjadi, frekuensi terjadi tersebut secara dramatis dapat mengurangi efektivitas
peralatan.
- Kecepatan Operasi Berkurang : Kecepatan operasi yang berkurang berarti selisih waktu
antara kecepatan actual operasi dan kecepatan peralatan yang dirancang. Hal yang
Sering terjadi adalah perbedaan persepsi orang tentang apa yang disebut dengan
kecepatan maksimum dan kecepatan maksimum actual yang dirancang. Kerugian yang
ditimbulkan dari kecepatan operasi yang berkurang sering terabaikan dan tidak
diperkirakan.
3. Defect losses : berarti bahwa peralatan menghasilkan produk yang tidak memenuhi
karakteristik kualitas yang diharapkan. Defect loss terdiari dari 2 tipe utama loss, yaitu
kerugian karena scrap dan pengerjaan ulang, dan kerugian startup.
- Scrap dan Pengerjaan Ulang : Kerugian terjadi ketika produk tidak memenuhi
spesifikasi kualitas, walaupun produk-produk tersebut dapat dikerjakan ulang. Tujuan
yang harus dicapai adalah zero defect (nol cacat) – membuat produk dengan benar
pada saat pertama dan setiap saat. Pemahaman terhadap jenis kerugian peralatan ini
diperlukan agar hasil yang diperoleh seoptimal mungkin menggambarkan situasi yang
sesungguhnya, serta tidak terdapat hal penting yang terlupakan. Dengan mengetahui
dan memahamim kerugian peralatan/mesin tersebut, maka data yang diperlukan untuk
pengukuran nilai OEE mudah didapatkan.
- Kerugian Startup : Startup loss terjadi ketika produksi tidak stabil dengan cepat pada
saat peralatan di start up, sehingga produk pertama tidak memenuhi spesifikasi.
Kerugian jenis ini merupakan kerugian laten, karena sering diterima, padahal dapat
memberikan kejutan yang cukup besar.
21
BAB IV. LAPORAN PELAKSANAAN KERJA
VI.1. Overall equipment effectiveness dan Six Big Lose Mesin Chentai 3
IV.1.1. Overall equipment effectiveness Mesin Chentai 3
a. Data Pengamatan
Berikut adalah data yang diambil dari produksi mesin Chentai 3 pada bulan Juni
2015.
- Data Waktu Setting
Tabel IV.1 Data Waktu Setting Mesin Chentai 3
- Data Waktu Produksi
Tabel IV.2 Data Waktu Produksi Mesin Chentai 3
52464XP Cecon500MG 5x6's 245
53587XP Cecon500MG 25x4's 180 85
53588XP Cecon500MG 25x4's 150 40 150
53589XP Cecon500MG 25x4's 135 100
53590XP Cecon500MG 25x4's 90 140
53591XP Cecon500MG 25x4's 150 100
53592XP Cecon500MG 25x4's 135 30 150 15 240
54608XP Surbex-Z 5x6's 75 130 515
Break
(2)
Productio
n
LotNo ProductName
SKU
(ML)
Production
Time
Break
(1)
Production
Time
Lot No Product Name
SKU
(ML)
Setup
Time
Setting Cleaning
52464XP Cecon 500 MG 5 x 6's 45 90
53587XP Cecon 500 MG 25 x 4's 45 90
53588XP Cecon 500 MG 25 x 4's 60 45
53589XP Cecon 500 MG 25 x 4's 45 45
53590XP Cecon 500 MG 25 x 4's 45 60
53591XP Cecon 500 MG 25 x 4's 30 45
53592XP Cecon 500 MG 25 x 4's 45 90
54608XP Surbex-Z 5 x 6's 45 90
22
- Data Waktu Rework dan Breakdown
Tabel IV.3 Data Waktu Rework dan Breakdown
- Data Jumlah Produksi dan reject
Tabel IV.4 Data Jumlah Produksi dan Reject
b. Pengolahan Data
Berikut ini adalah rumus yang digunakan dalam perhitungan nilai OEE.
i. Total Available Time = (Waktu setting + Waktu Produksi total + Waktu
Breakdown)
ii. Down Time Losses = (Waktu Setting + Waktu Break + Waktu
Breakdown)
iii. Available Production Time = Total Available Time – Down Time Losses
iv. Performance Losess = (1 – Performance) x Available Production Time
v. Net Operation Time = Available Production Time – Performance
Losess
vi. Rejection = (Sampel + Proses) / Actual Speed
vii. Actual Speed = Volume Produces / Available Production Time
52464XP Cecon 500 MG 5 x 6's
53587XP Cecon 500 MG 25 x 4's
53588XP Cecon 500 MG 25 x 4's
53589XP Cecon 500 MG 25 x 4's 45
53590XP Cecon 500 MG 25 x 4's
53591XP Cecon 500 MG 25 x 4's
53592XP Cecon 500 MG 25 x 4's 150
54608XP Surbex-Z 5 x 6's 105
Lot No Product Name
SKU
(ML)
Breakdown /
Failures
Time
Total
Waktu
Re-Work
Sampel
( Tab )
Proses
( Tab )
52464XP Cecon 500 MG 5 x 6's 711 1203 146640
53587XP Cecon 500 MG 25 x 4's 440 300 144300
53588XP Cecon 500 MG 25 x 4's 460 434 144300
53589XP Cecon 500 MG 25 x 4's 440 585 144200
53590XP Cecon 500 MG 25 x 4's 440 337 144000
53591XP Cecon 500 MG 25 x 4's 440 174 145300
53592XP Cecon 500 MG 25 x 4's 460 299 144900
54608XP Surbex-Z 5 x 6's 808 170 148560
Rejection
(Reject Sampel +Proses )
Volume
Produces / YieldLot No Product Name
SKU
(ML)
23
viii. Total Production Time = Net Operation Time – (Waktu Rework +
Rejection)
ix. Defect/Rework Q. Lose = Total Waktu Rework – Rejection
Berikut ini adalah Tabel perhitungan berdasarkan data pengamatan diatas dan
menggunakan rumus diatas
Tabel IV.5 Perhitungan data
 Perhitungan Availability
Rumus Availability
=
(𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑣𝑎𝑖𝑙𝑎𝑏𝑙𝑒 𝑇𝑖𝑚𝑒 − 𝐷𝑜𝑤𝑛 𝑇𝑖𝑚𝑒 𝐿𝑜𝑠𝑠𝑒𝑠)
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑣𝑎𝑖𝑙𝑖𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑦 𝑇𝑖𝑚𝑒
𝑥 100%
Tabel IV.6 Perhitungan nilai Availibility
3,2 146640 380 135 245 -48,3 293,28 3,2 290 599
1,4 144300 400 135 265 -23,6 288,6 1,4 287 545
1,9 144300 445 145 300 11,4 288,6 1,9 287 481
1,7 144200 370 135 235 -53,4 288,4 1,7 287 614
1,2 144000 335 105 230 -58,0 288 1,2 287 626
1,1 145300 325 75 250 -40,6 290,6 1,1 290 581
2,8 144900 705 180 525 235,2 289,8 152,8 137 276
4,7 148560 960 240 720 422,9 297,12 4,7 292 206
Net
Operatin
Defects
&
Total
Productiv
Actual
SpeedRejection
(min)
Volume
Produces
Total
Available
Down
Time
Available
Producti
Minor
Stop/
380 135 64%
400 135 66%
445 145 67%
370 135 64%
335 105 69%
325 75 77%
705 180 74%
960 240 75%
Total Available
Time / Total Plan
Down
Time Availability
24
 Perhitungan Performance
Rumus Performance
=(
𝐴𝑐𝑡𝑢𝑎𝑙 𝑆𝑝𝑒𝑒𝑑
𝐼𝑑𝑒𝑎𝑙 𝑆𝑝𝑒𝑒𝑑
) 𝑥 (
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑐𝑒
(𝐴𝑣𝑎𝑖𝑙𝑖𝑏𝑙𝑒 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑇𝑖𝑚𝑒 𝑥 𝐴𝑐𝑡𝑢𝑎𝑙 𝑆𝑝𝑒𝑒𝑑)
)
Tabel IV.7 Perhitungan Nilai Performance
 Perhitungan Quality
Rumus Quality
=
1−(𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑅𝑒𝑤𝑜𝑟𝑘+𝑅𝑒𝑗𝑒𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛)
𝑁𝑒𝑡 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑇𝑖𝑚𝑒
Tabel IV.8 Perhitungan nilai Quality
500 146640 245 599 120%
500 144300 265 545 109%
500 144300 300 481 96%
500 144200 235 614 123%
500 144000 230 626 125%
500 145300 250 581 116%
500 144900 525 276 55%
500 148560 720 206 41%
Ideal Speed Volume
Produces
Available
Production
Actual
Speed
Performance
3,2 293 99%
1,4 289 100%
1,9 289 99%
1,7 288 99%
1,2 288 100%
1,1 291 100%
150 2,8 290 47%
4,7 297 98%
Total Waktu
Re-Work
Rejection
(min)
Net
Operating
Time
(minute)
Quality
25
 Nilai OEE
Tabel IV.9 Perhitungan nilai OEE
Jadi nilai OEE rata-rata mesin Chentai 3 pada bulan juni 2015 adalah sebesar
64 %
IV.1.2. Six Big Lose Mesin Chentai 3
 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑝𝑚𝑒𝑛𝑡 𝑓𝑎𝑖𝑙𝑢𝑟𝑒 𝑙𝑜𝑠𝑠𝑒𝑠
Merupakan kerugian yang disebabkan oleh kerusakan mesin. Kerusakan mesin
yang sering terjadi adalah mesin mati mendadak sehingga proses produksi
terhenti dan berikut adalah perhitungannya.
Tabel IV. 10 Perhitungan Equipment Failure Losess
𝐸𝑞𝑢𝑖𝑝𝑚𝑒𝑛𝑡 𝐹𝑎𝑖𝑙𝑢𝑟𝑒 𝐿𝑜𝑠𝑠𝑒𝑠 =
𝐸𝑞𝑢𝑖𝑝𝑚𝑒𝑛𝑡 𝐹𝑎𝑖𝑙𝑢𝑟𝑒 𝑇𝑖𝑚𝑒
𝐿𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑇𝑖𝑚𝑒
𝑥 100%
=
300
2770
𝑥 100%
= 11%
52464XP 64% 120% 99% 76%
53587XP 66% 109% 100% 72%
53588XP 67% 96% 99% 64%
53589XP 64% 123% 99% 77%
53590XP 69% 125% 100% 86%
53591XP 77% 116% 100% 89%
53592XP 74% 55% 47% 19%
54608XP 75% 41% 98% 30%
Rata-rata 70% 98% 93% 64%
Lot Availability Performance Quality OEE
52464XP Cecon 500 MG 5 x 6's 245
53587XP Cecon 500 MG 25 x 4's 265
53588XP Cecon 500 MG 25 x 4's 300
53589XP Cecon 500 MG 25 x 4's 45 235
53590XP Cecon 500 MG 25 x 4's 230
53591XP Cecon 500 MG 25 x 4's 250
53592XP Cecon 500 MG 25 x 4's 150 525
54608XP Surbex-Z 5 x 6's 105 720
150 150
300
11%
Total Equipment Failure Time
Loading
Time
2770
Equipment Failure Losess
Lot No Product Name
SKU
(ML)
Breakdo
wn /
Total
Waktu
Total
26
 Setup and Adjusment Losses
Merupakan kerugian yang terjadi karena setelah setup dilakukan, mesin
tidak bisa menyala.
Tabel IV.11 Perhitungan Setup and Adjusment Losess
𝑆𝑒𝑡𝑢𝑝 & 𝐴𝑑𝑗𝑢𝑠𝑚𝑒𝑛𝑡 𝐿𝑜𝑠𝑠𝑒𝑠 =
𝑆𝑒𝑡𝑢𝑝 & 𝐴𝑑𝑗𝑢𝑠𝑚𝑒𝑛𝑡 𝑇𝑖𝑚𝑒
𝐿𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑇𝑖𝑚𝑒
𝑥 100%
=
360
2770
𝑥 100%
= 13%
 Idle and Minor Stoppage Losses
Merupakan kerugian yang disebabkan mesin berhenti sesaat. Hal ini
disebabkan karena operator yang bekerja tidak ada di tempat saat proses
produksi, material/adonan yang datang terlambat ke stasiun kerja atau
karena adanya pemadaman listrik.
Tabel IV. 12 Perhitungan Idle and Minor Stoppage Losses
=
(1169901−1162200)𝑥 0,002
2770
𝑥 100%
= 0,56%
Setup
Setting
52464XP Cecon 500 MG 5 x 6's 45 245
53587XP Cecon 500 MG 25 x 4's 45 265
53588XP Cecon 500 MG 25 x 4's 60 300
53589XP Cecon 500 MG 25 x 4's 45 235
53590XP Cecon 500 MG 25 x 4's 45 230
53591XP Cecon 500 MG 25 x 4's 30 250
53592XP Cecon 500 MG 25 x 4's 45 525
54608XP Surbex-Z 5 x 6's 45 720
360 2770
13%Setup Adjusment Losess
Total
Lot No Product Name
SKU
(ML)
Loading
Time
52464XP Cecon 500 MG 5 x 6's 148554 146640 0,002
245
53587XP Cecon 500 MG 25 x 4's 145040 144300 0,002 265
53588XP Cecon 500 MG 25 x 4's 145194 144300 0,002 300
53589XP Cecon 500 MG 25 x 4's 145225 144200 0,002 235
53590XP Cecon 500 MG 25 x 4's 144777 144000 0,002 230
53591XP Cecon 500 MG 25 x 4's 145914 145300 0,002 250
53592XP Cecon 500 MG 25 x 4's 145659 144900 0,002 525
54608XP Surbex-Z 5 x 6's 149538 148560 0,002 720
1169901 1162200
7701
0,56%
Jumlah
Produksi
Output
Idle and Minor Stoppage Losess
Total
2770
Selisih Output dan jumlah produksi
Theorical
Cycle Time
0,002
Lot No Product Name
SKU
(ML)
Loading
Time
27
 Reduce Speed Losses
Merupakan kerugian yang terjadi karena penurunan kecepatan mesin
sehingga mesin tidak dapat beroperasi dengan maksimal.
Tabel IV.13 Perhitungan Reduce Speed Losess
=
(0,019−0,002)𝑥 145275
2770
𝑥 100%
=15,75%
 Defect Losses
Merupakan kerugian yang disebabkan oleh produk yang cacat.
Tabel IV.14 Perhitungan Defect Losess
=
7701 𝑥 0,002
2770
𝑥 100%
= 0,56%
52464XP Cecon 500 MG 5 x 6's 0,002 0,002 146640 245
53587XP Cecon 500 MG 25 x 4's 0,002 0,002 144300 265
53588XP Cecon 500 MG 25 x 4's 0,002 0,002 144300 300
53589XP Cecon 500 MG 25 x 4's 0,002 0,002 144200 235
53590XP Cecon 500 MG 25 x 4's 0,002 0,002 144000 230
53591XP Cecon 500 MG 25 x 4's 0,002 0,002 145300 250
53592XP Cecon 500 MG 25 x 4's 0,002 0,004 144900 525
54608XP Surbex-Z 5 x 6's 0,002 0,005 148560 720
0,016 0,019
0,003
15,75%
Actual
Cycle
Reduce Speed Losess
Total
145275 2770
Selisih Cycle Time
Lot No Product Name
SKU
(ML)
Output Loading
Time
Theorical
Cycle
Time
52464XP Cecon 500 MG 5 x 6's 711 1203 0,002 245
53587XP Cecon 500 MG 25 x 4's 440 300 0,002 265
53588XP Cecon 500 MG 25 x 4's 460 434 0,002 300
53589XP Cecon 500 MG 25 x 4's 440 585 0,002 235
53590XP Cecon 500 MG 25 x 4's 440 337 0,002 230
53591XP Cecon 500 MG 25 x 4's 440 174 0,002 250
53592XP Cecon 500 MG 25 x 4's 460 299 0,002 525
54608XP Surbex-Z 5 x 6's 808 170 0,002 720
4199 3502
7701
0,56%
Total
0,002 2770
Total Reject
Reject Lose
Product Name
SKU
(ML)
Reject
Sampel
Reject
Proses
Theorical
Cycle Time
Loading
Time
Lot No
28
VI.2. Basic Operation Process Mesin Autoclave SHW
Mesin Autoclave SHW adalah mesin yang digunakan untuk melakukan proses sterilisasi
produk liquid. Produk yang mengalami proses ini antara lain Pedialtyle Solution dan Pedialtyle
Bubble Gum.
IV.2.1. Alat-alat penunjang Mesin Autoclave SHW
Dalam melakukan proses produksi, mesin Autoclave selalu dibantu dengan alat
penunjang lainnya yang akan mempermudah proses sterilisasi. Berikut adalah beberapa
alat penunjang yang membantu dalam proses sterilisasi yaitu :
1. Hidraulik
Hidraulik disini digunakan untuk menaikkan dan menurunkan trolley yang berisi
botol ke Autoclave SHW. Alat ini mempermudah operator agar dalam menaikkan
dan menurunkan trolley mengeluarkan energi yang ringan. Dalam Basic Operation
Process sebelumnya terdapat bab yang menjelaskan tentang alat ini sehingga
mempermudah operator dalam melakukan proses ini.
2. Kaye Validator
Kaye validator digunakan untuk melakukan validasi terhadap suhu, tekanan dan
melakukan validasi tabel Fo secara otomatis. Alat ini mempermudah operator dalam
mencatat suhu dan tekanan karena dilengkapi dengan waktu. Sehingga dalam
pencatatannya dapat disesuaikan sesuai waktu yang telah direncanakan sebelumnya.
3. Panel Pengontrol
Panel pengontrol ini digunakan sebagai pusat kontrol dari proses sterilisasi dari
mesin Autoclave SHW. Berikut adalah detail dari tombol yang terdapat pada panel
pengontrol.
a. Tombol Emergency Switch (Warna merah) untuk menghubungkan listrik ke
panel pengontro (searah jarum jam) dan mematikan listril ke panel pengontol
(berlawanan arah jarum jam)
b. Lampu indikator warna merah menandakan panel pengontrol aktif
c. Tombol No.2 digunakan untuk memmasukkan air DEM ke dalam Autoclave
SHW
d. Tombol No.3 digunakan untuk menghidupkan dan mematikan pompa sirkulasi
e. Tombol No.4 digunakan untuk menambah tekanan di dalam Autoclave SHW
f. Tombol No.5 digunakan untuk mengurangi tekanan di dalam Autoclave SHW
g. Tombol No.7 digunakan untuk memasukkan cooling water atau air dingin saat
proses pendinginan pada Autoclave
h. Temperatur control Fenwall untuk mengatur temperatur air sirkulasi sesuai yang
dibutuhkan (untuk membuka dan menutup Solenoid Steam)
29
IV.2.2. Proses Utama yang Dilakukan
Berikut adalah proses utama yang dilakukan dalam proses sterilisasi pada mesin
Autoclave SHW.
1. Proses Awal
2. Proses Persiapan Autoclave SHW
3. Proses Pemanasan
4. Proses Sterilisasi
5. Proses Pendinginan
6. Proses Akhir
7. Proses Pembersihan/Pencucian
IV.2.3. Kendala yang terjadi
Dalam melakukan proses sterilisasi, terdapat kendala-kendala yang terjadi sehingga
perlu dibuat Visual Basic Operational Process (Visual BOP) adalah sebagai berikut :
1. Pada BOP sebelumnya operator mengalami kebingungan karena terdapat perbedaan
dengan proses yang dilakukan sekarang.
2. Kurangnya operator yang melakukan proses sterilisasi ini sehingga operator
mengalami kesulitan dan kejenuhan dalam melaksanakan proses sterilisasi.
3. Kurangnya operator yang mengerti dalam bidang finishing sehingga kalau operator
yang terampil tidak bisa masuk pada hari itu, maka akan dialihkan ke operator lain
yang memiliki shift lain.
VI.3. Proses Pengolahan Limbah PT Abbott Indonesia
Proses pengolahan limbah yang dilakukan oleh PT Abbott Indonesia adalah merubah limbah
pabrik yang berupa limbah cair menjadi air yang memiliki kandungan bersih yang akan
dialirkan ke sungai. Selain itu padatan dari limbah ini akan dikirimkan ke PT. Prima Karya.
Aliran limbah yang akan dilakukan pengolahan limbah ini terdiri dari tiga jenis limbah dari
proses produksi.Berikut adalah proses pengolahan limbah yang terjadi :
1. Tiga jenis limbah dialirkan menuju kolam pengadukan (Equalitation Tank) yang berfungsi
untuk merubah komponan air limbah menjadi air homogan yang terpecah-pecah.
2. Menambahkan nutrient yaitu urea untuk mengurangi bau pada air limbah.
3. Limbah yang telah ditambahkan nutrient ini akan menuju Aerationt Tank untuk mengalami
proses pengendapan tahap pertama.
4. Selanjutnya air limbah akan menuju ke Clafier tank untuk mengalami proses pengendapan
tahap kedua.
5. Air yang sudah mengalami proses pengendapan akan menuju treat water tank dengan
penambahan disinfectant yang bertujuan sebagai perkembangbiakan bakteri.
6. Kemudian air limbah akan mengalami proses penyaringan di active carbon filter.
30
7. Air yang sudah mengalami proses penyaringan akan menuju ke kolam fish bone atau kolam
ikan yang bertujuan sebagai indikator untuk mengetahui kondisi air setelah diolah.
8. Air yang sudah bersih tersebut akan dibuang melalui pipa ke sungai.
Setelah air limbah mengalami proses pengolahan limbah, selanjutnya akan dilakukan uji warna
pada air limbah sebelum diolah dan air limbah setelah diolah. Berikut ini adalah proses
pengujian warna pada kedua sampel tersebut.
Sampel : A = Air Limbah sebelum diolah
B = Air sampel bersih
1 = Air limbah setelah diolah
2 = Air Limbah setelah diolah
1. Menyiapkan keempat sampel air tersebut dan memasukkannya kedalam tabung kimia
kecil yang sudah diisi oleh cairan pengetes warna.
2. Jangan lupa memberikan nama kepada keempat sampel sesuai dengan kriteria diatas.
3. Memanaskan keempat air tersebut ke dalam CODWWTRCCTOR selama dua jam.
4. Setelah dua jam angkat keempat tabung dan diamkan beberapa menit agar air dalam
tabung sudah dalam keadaan normal.
5. Lakukan tes penglihatan pada keempat tabung yang memiliki hasil sebagai berikut:
Tabung A = Warna Hijau
Tabung B = Warna Orange
Tabung 1 = Warna Orange
Tabung 2 = Warna orange
Warna hijau mengindikasikan bahwa air limbah belum mengalami proses pengolahan
sedangkan warna orange yaitu sebaliknya.
6. Lakukan uji warna menggunakan colorimeter yang hasilnya sebagai berikut :
Tabung A = 1640
Tabung B =
Tabung 1 = 60
Tabung 2 = 54
31
BAB V. ANALISIS HASIL PELAKSANAAN KERJA
V.1 Analisis Overall equipment effectiveness dan Six Big Lose Mesin Chentai 3
V.1.1 Overall equipment effectiveness Mesin Chentai 3
Dari hasil yang diperoleh dari pengolahan diatas dapat diketahui bahwa nilai Overall
equipment effectiveness pada bulan juni 2015 pada mesin Chentai 3 memiliki nilai
sebesar 64%. Dari hasil diatas dapat digolongkan memiliki arti Typical yang berarti
cukup khas untuk produsen diskrit , tetapi menunjukkan ada ROOM besar untuk
perbaikan. (http://www.leanproduction.com/oee.html)
Gambar V.1 Range nilai Overall equipment effectiveness
(http://www.leanproduction.com/oee.html)
V.1.2 Six Big Lose Mesin Chentai 3
Dari Beberapa perhitungan menggunakan six big losess, dapat diperoleh nilai dari
masing-masing faktor penyebab kecilnya nilai OEE pada mesin Chentai 3. Berikut
adalah nilai dari masing-masing faktor.
Tabel VI.1 Nilai Six Big Losess Mesin Chentai 3
Dari data diatas dapat diketahui bahwa terdapat tiga nilai yang melebihi nilai 10% yaitu
Equipment Failure Losess, Setup Adjusment Losess dan Reduce Speed Losess.
 Equipment Failure Losess
Nilai Equipment Losess pada mesin chentai 3 pada bulan Juni 2015 adalah sebesar
11%. Equipment Failure Losess adalah kerugian yang disebabkan oleh kerusakan
mesin. Kerusakan mesin yang sering terjadi adalah mesin mati mendadak sehingga
proses produksi terhenti. Hal yang dapat menyebabkan besarnya nilai ini :
1. Kondisi mesin saat produksi
2. Salah melakukan proses setup
Faktor Losess Nilai
Equipment Failure Losess 11%
Setup Adjusment Losess 13%
Idle and Minor Stoppage Losess 0,56%
Reduce Speed Losess 16%
Reject Lose 0,56%
32
Dua hal diatas salah satu akibat yang dapat menimbulkan mesin mati saat
produksi dan harus dapat dihindari dengan cara melakukan pengecekan mesin
dan memberikan training kepada operator saat melakukan setup.
 Setup Adjusment Losess
Setup adjusment losess adalah kerugian yang terjadi karena setelah setup dilakukan,
mesin tidak bisa menyala. Kesalahan ini bisa terjadi akibat kurangnya pemahaman
operator mengenai cara setting mesin di awal proses produksi. Nilai pada faktor ini
juga melebihi nilai 10% yaitu 13% sehingga harus dilakukan tindakan perbaikan
pada faktor ini.
 Reduce Speed Losess
Reduce speed losess adalah faktor kerugian pada proses produksi yang diakibatkan
pada menurunnya kecepatan mesin saat proses produksi. Nilai pada faktor ini paling
besar dibandingkan dengan nilai dua faktor lain yaitu 16%. Beberapa hal yang
mungkin mengakibatkan terjadinya faktor ini antara lain kondisi operator mulai
menurun pada akhir produksi. Penurunan kecepatan ini bisa berdampak pada
kurangnya output yang dihasilkan saat proses produksi terjadi.
V.1.3 Usulan Improvement dari faktor Six Big Losess
1. Memberikan pelatihan lebih mengenai cara set up maupun cleaning mesin chentai 3
kepada operator yang ditunjuk menangani mesin ini.
2. Selalu melakukan pengecekan rutin/service mesin agar mesin tidak mengalami
problem saat proses produksi.
3. Supervisor atau asisten supervisor yang ditunjuk harus melakukan pengawasan
langsung saat operator melakukan proses produksi.
33
V.2 Basic Operation Process Mesin Autoclave SHW
V.2.1 Flow Chart Pembuatan Visual BOP
Gambar V.1 Flow Chart Pembuatan Visual BOP
V.2.2 Analisis Flow Chart
1. BOP Eksisting
Dalam proses ini, pembina lapangan memberikan print out BOP yang harus dipelajari
oleh penulis dan mencari perbedaan yang terjadi dengan proses yang dilakukan
sekarang.
2. Perubahan Proses Sterilisasi
Dalam tahap ini dilakukan identifikasi perbedaan proses yang dilakukan operator
terhadap BOP eksisting. Berikut adalah perbedaannya.
a. Tidak digunakannya lagi tombol pada panel pengontrol nomor 1, 6, 8 dan 9 dan
diganti dengan beberapa proses.
- Tombol no 1 diganti dengan penutupan manual oleh operator dan dikunci
menggunakan mur Autoclave
- Tombol nomor 6 diganti dengan
- Tombol nomor 8 dan 9 diganti dengan drain valve 8 and 9.
b. Adanya proses tambahan yaitu proses sampel air sterilisasi saat menunjukkan suhu
100o
C menggunakan gelas ukur yang akan diuji ke laboratorium.
3. Kendala Operator
Brikut adalah beberapa penyebab kendala yang dialami oleh operator mesin Autoclave
SHW.
a. Pada BOP sebelumnya operator mengalami kebingungan karena terdapat
perbedaan dengan proses yang dilakukan sekarang.
BOPEksisting
Kendala
Operator
TargetPencarian
Data
Perubahan
Proses
PencarianData
Pengamatan
PengolahanData Evaluasi VisualBOP
Usulan
34
- Penjelasan :
Dari pernyataan kendala tersebut bahwa proses sterilisasi tersebut mengalami
beberapa perubahan proses karena dari pihak engineeringnya selalu
mengupdate beberapa peralatan yang mungkin tidak digunakan lagi dalam
proses sterilisasinya. Menurut operator, mereka harus secara mandiri
mempelajari proses baru yang ada melalui operator bagian engineering.
b. Kurangnya operator yang melakukan proses sterilisasi ini sehingga operator
mengalami kesulitan dan kejenuhan dalam melaksanakan proses sterilisasi.
- Penjelasan
Dari beberapa pengambilan data yang dilakukan, dapat dibuktikan bahwa
operator yang melakukan proses sterilisasi ini hanya satu orang. Hal tersebut
membuat operator merasa lebih dalam melakukan pekerjaannya dibanding
operator lainnya di bagian finishing. Dalam Basic Operation Process
sebelumnya juga sudah dicantumkan bahwa minimal operator yang
mengerjakan proses ini minimal harus dua orang tetapi kenyataan saat proses
sterilisasi hanya satu orang saja.
c. Kurangnya operator yang mengerti dalam bidang finishing sehingga kalau operator
yang terampil tidak bisa masuk pada hari itu, maka akan dialihkan ke operator lain
yang memiliki shift lain.
- Dalam wawancara dengan operator Autoclave SHW, bahwa operator yang
mengerti mengenai kerja dari mesin Autoclave SHW ini hanya tiga orang.
Sehingga jika salah satu operator tidak bisa hadir pada shift tersebut, maka
harus digantikan oleh operator shift lain yang juga akan menghambat jalannya
proses.
4. Target Pencarian Data
Pada target pencarian data ini, penulis mencari data visual dan data proses. Hal tersebut
sesuai dengan dua faktor yang merubah BOP sebelumnya menjadi visual BOP yang
sekarang. Data visual yang dicari adalah semua gambar dari proses yang dilakukan
operator baik yang sudah tercantum maupun yang mengalami perubahan proses.
5. Pencarian Data
Pada pencarian data ini akan dilakukan pencarian sesuai dengan target awal data yang
akan dicari. Tetapi kendala yang dihadapi adalah kerja mesin yang belum diketahui
jadwalnya dan kadang bekerja pada shift 3 atau shift malam. Akan tetapi semua data
telah dicari dan dilakukan pengolahan ke dalam visual BOP.
35
6. Pengolahan Data
a. Input Gambar
Proses input gambar ini dilakukan dengan memasukkan data visual yang telah
diperoleh ke dalam rancangan visual BOP yang dibuat.
b. Analisis Proses
Analisis proses dilakukan dengan berkonsultasi dengan operator mesin Autoclave
SHW mengenai proses perubahan yang terjadi pada proses sterilisasi ini.
7. Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing kerja
praktek yang akan melakukan evaluasi terhadap visual BOP yang telah dibuat yang
selanjutnya akan diperbaiki lagi oleh penulis.
8. Visual BOP Usulan
Terlampir
V.3 Proses Pengolahan Limbah PT Abbott Indonesia
Dari proses pengolahan limbah pada PT Abbott Indonesia, sudah diketahui bahwa PT Abbott
Indonesia menggunakan pengolahan limbah yang modern dan sesuai dari prosedur yang telah
diatur oleh pemerintah. Dalam proses pengetesan air limbahnya pun juga sudah melakukan
beberapa metode yaitu :
1. pH
2. TSS (Total Solid Suspension/Total Suspensi Padat)
3. COD (Chemical Oxygen Demand/ Nilai Oksigen Kimia)
4. BOD (Biological Oxygen Demand/Nilai Oksigen Biologi)
5. Pengetesan Warna air
Dari hasil diatas, dapat dikategorikan bahwa PT Abbott Indonesia sudah menjadi perusahaan
khususnya di bidang kimia farma yang mentaati peraturan dari pemerintah mengenai
pengolahan limbah.
36
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN
VI.1. Kesimpulan
1. Di PT Abbott Indonesia Cimanggis memiliki dua bagian utama yaitu bagian manufaktur
dan bagian Quality yang masing masing memiliki struktur organisasi sendiri.
2. Pada pengolahan nilai Overall equipment effectiveness pada mesin Chentai 3, nilai yang
diperoleh adalah sebesar 64% yaitu perusahaan tergolong Typical yang berarti cukup khas
untuk produsen diskrit , tetapi menunjukkan ada ROOM besar untuk perbaikan. Sedangkan
pada analisis Six Big Losess, terdapat tiga faktor utama yang mempengaruhi kecilnya nilai
Overall equipment effectiveness
- Equipment Failure Losess (11%)
- Setup Adjusment Losess (13%)
- Reduce Speed Losess (16%)
Beberapa usulan improvement yang dapat diusulkan antara lain :
a. Memberikan pelatihan lebih mengenai cara set up maupun cleaning mesin chentai 3
kepada operator yang ditunjuk menangani mesin ini.
b. Selalu melakukan pengecekan rutin/service mesin agar mesin tidak mengalami
problem saat proses produksi.
c. Supervisor atau asisten supervisor yang ditunjuk harus melakukan pengawasan
langsung saat operator melakukan proses produksi.
3. Pada perbaikan Basic Operation Procedure menjadi Visual Basic Operation Procedure
terdapat beberapa proses yang mengalami perpecahan dan penambahan proses karena pada
Basic Operation Procedure belum terdapat proses tersebut.
4. PT Abbott Indonesia merupakan perusahaan yang mencerminkan perusahaan sehat dan taat
aturan karena di dalam perusahaannya memiliki sistem pengolahan limbah pabrik yang
melalui berbagi proses sehingga akan dihasilkan air yang bersih sebelum di buang ke
sungai. Beberapa tes yang dilakukan pada air pengolahannya adalah :
a. pH
b. TSS (Total Solid Suspension/Total Suspensi Padat)
c. COD (Chemical Oxygen Demand/ Nilai Oksigen Kimia)
d. BOD (Biological Oxygen Demand/Nilai Oksigen Biologi)
e. Pengetesan Warna air
37
VI.2. Saran
38
DAFTAR PUSTAKA
Abbott Indonesia . 2006 . Profil PT. Abbott Indonesia. http://abbott.co.id/
Lean Production . 2013 . OEE. http://www.leanproduction.com/oee.html
Ngelamunin. 2011. Overall Equipment Effectiveness (OEE).
http://ngelamunin.blogspot.com/2011/08/overall-equipment-effectiveness-oee.html
Taufik Amsyah. 2013. Pengertian SOP.
https://taufikamsyah.wordpress.com/2013/02/18/pengertian-sop/
MOTIVASI HIDUP BERKAH. 2015. Apa Itu Six Big Losses?.
http://motivasihidupberkah.blogspot.com/2013/04/apa-itu-six-big-losses.html
39
Lampiran
- Copy surat lamaran ke perusahaan
- Copy Balasan Surat lamaran
- Lembar Penilaian Pembimbing lapangan
- Lembar berita acara presentasi dan penilaian pembimbing akademik
-

More Related Content

What's hot

Modul Praktik Alignment_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisand...
Modul Praktik Alignment_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisand...Modul Praktik Alignment_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisand...
Modul Praktik Alignment_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisand...
Ir. Duddy Arisandi, ST, MT
 
Metodologi Penelitian pada Bidang Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi
Metodologi Penelitian pada Bidang Ilmu Komputer dan Teknologi InformasiMetodologi Penelitian pada Bidang Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi
Metodologi Penelitian pada Bidang Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi
Albaar Rubhasy
 
Penerapan konsep ekologi industri pada kawasan industri kelapa sawit
Penerapan konsep ekologi industri pada kawasan industri kelapa sawitPenerapan konsep ekologi industri pada kawasan industri kelapa sawit
Penerapan konsep ekologi industri pada kawasan industri kelapa sawit
Dewi Wahyuningtyas
 
PENGUKURAN ALIRAN DENGAN PLATE ORIFICE
PENGUKURAN ALIRAN DENGAN PLATE ORIFICEPENGUKURAN ALIRAN DENGAN PLATE ORIFICE
PENGUKURAN ALIRAN DENGAN PLATE ORIFICE
Albert Agri
 

What's hot (20)

Makalah method engineering Teknik Industri
Makalah method engineering Teknik IndustriMakalah method engineering Teknik Industri
Makalah method engineering Teknik Industri
 
Modul Praktik Alignment_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisand...
Modul Praktik Alignment_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisand...Modul Praktik Alignment_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisand...
Modul Praktik Alignment_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisand...
 
Ppt seminar kp
Ppt seminar kpPpt seminar kp
Ppt seminar kp
 
11 biaya dalam proyek
11  biaya dalam proyek11  biaya dalam proyek
11 biaya dalam proyek
 
ANALISIS SISTEM ANTRIAN SERVICE MOBIL DI PT. TUNAS MOBILINDO PERKASA DENGAN M...
ANALISIS SISTEM ANTRIAN SERVICE MOBIL DI PT. TUNAS MOBILINDO PERKASA DENGAN M...ANALISIS SISTEM ANTRIAN SERVICE MOBIL DI PT. TUNAS MOBILINDO PERKASA DENGAN M...
ANALISIS SISTEM ANTRIAN SERVICE MOBIL DI PT. TUNAS MOBILINDO PERKASA DENGAN M...
 
Metodologi Penelitian pada Bidang Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi
Metodologi Penelitian pada Bidang Ilmu Komputer dan Teknologi InformasiMetodologi Penelitian pada Bidang Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi
Metodologi Penelitian pada Bidang Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi
 
kelompok06 modul 3
kelompok06 modul 3 kelompok06 modul 3
kelompok06 modul 3
 
PPT KP FIX.pptx
PPT KP FIX.pptxPPT KP FIX.pptx
PPT KP FIX.pptx
 
Presentasi Laporan Kuliah Kerja Praktek (KKP)
Presentasi Laporan Kuliah Kerja Praktek (KKP)Presentasi Laporan Kuliah Kerja Praktek (KKP)
Presentasi Laporan Kuliah Kerja Praktek (KKP)
 
Laporan Praktikum Pengelasan
Laporan Praktikum PengelasanLaporan Praktikum Pengelasan
Laporan Praktikum Pengelasan
 
laporan praktikum motor bakar
laporan praktikum motor bakarlaporan praktikum motor bakar
laporan praktikum motor bakar
 
Penerapan konsep ekologi industri pada kawasan industri kelapa sawit
Penerapan konsep ekologi industri pada kawasan industri kelapa sawitPenerapan konsep ekologi industri pada kawasan industri kelapa sawit
Penerapan konsep ekologi industri pada kawasan industri kelapa sawit
 
Laporan praktikum rugi rugi aliran
Laporan praktikum rugi rugi aliran Laporan praktikum rugi rugi aliran
Laporan praktikum rugi rugi aliran
 
Laporan Magang Proses Pengolakan PKS Rejosari (Andria)
Laporan Magang Proses Pengolakan PKS Rejosari (Andria)Laporan Magang Proses Pengolakan PKS Rejosari (Andria)
Laporan Magang Proses Pengolakan PKS Rejosari (Andria)
 
Pembacaan dan pemahaman gambar teknik
Pembacaan dan pemahaman gambar teknikPembacaan dan pemahaman gambar teknik
Pembacaan dan pemahaman gambar teknik
 
Laporan Praktikum Proses Produksi - Teknik Industri (Lengkap)
Laporan Praktikum Proses Produksi - Teknik Industri (Lengkap)Laporan Praktikum Proses Produksi - Teknik Industri (Lengkap)
Laporan Praktikum Proses Produksi - Teknik Industri (Lengkap)
 
metalurgi serbuk
metalurgi serbukmetalurgi serbuk
metalurgi serbuk
 
2. PERANCANGAN SISTEM KERJA & ERGONOMI - STUDI GERAKAN &PRINSIP EKONOMI GERAKAN
2. PERANCANGAN SISTEM KERJA & ERGONOMI - STUDI GERAKAN &PRINSIP EKONOMI GERAKAN2. PERANCANGAN SISTEM KERJA & ERGONOMI - STUDI GERAKAN &PRINSIP EKONOMI GERAKAN
2. PERANCANGAN SISTEM KERJA & ERGONOMI - STUDI GERAKAN &PRINSIP EKONOMI GERAKAN
 
Industri Baja PT Krakatau Steel
Industri Baja PT Krakatau SteelIndustri Baja PT Krakatau Steel
Industri Baja PT Krakatau Steel
 
PENGUKURAN ALIRAN DENGAN PLATE ORIFICE
PENGUKURAN ALIRAN DENGAN PLATE ORIFICEPENGUKURAN ALIRAN DENGAN PLATE ORIFICE
PENGUKURAN ALIRAN DENGAN PLATE ORIFICE
 

Similar to LAPORAN KERJA PRAKTEK perusahaan

laporan prektek kerja nyata di PT WIJAYA KARYA BOYOLALI
laporan prektek kerja nyata di PT WIJAYA KARYA BOYOLALIlaporan prektek kerja nyata di PT WIJAYA KARYA BOYOLALI
laporan prektek kerja nyata di PT WIJAYA KARYA BOYOLALI
Syaifa Altari
 
Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Laporan Pratikum Proses Produksi 1Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Arismon Saputra
 

Similar to LAPORAN KERJA PRAKTEK perusahaan (20)

LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI JURUSAN MESIN PRODUKSI SMKN 2 PEKANBARU T.A 20...
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI JURUSAN MESIN PRODUKSI SMKN 2 PEKANBARU T.A 20...LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI JURUSAN MESIN PRODUKSI SMKN 2 PEKANBARU T.A 20...
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI JURUSAN MESIN PRODUKSI SMKN 2 PEKANBARU T.A 20...
 
Laporan Kerja Praktek PT Inti Ganda Perdana
Laporan Kerja Praktek PT Inti Ganda PerdanaLaporan Kerja Praktek PT Inti Ganda Perdana
Laporan Kerja Praktek PT Inti Ganda Perdana
 
laporan prektek kerja nyata di PT WIJAYA KARYA BOYOLALI
laporan prektek kerja nyata di PT WIJAYA KARYA BOYOLALIlaporan prektek kerja nyata di PT WIJAYA KARYA BOYOLALI
laporan prektek kerja nyata di PT WIJAYA KARYA BOYOLALI
 
Laporan Kerja Praktek - PT. Inti Ganda Perdana
Laporan Kerja Praktek - PT. Inti Ganda PerdanaLaporan Kerja Praktek - PT. Inti Ganda Perdana
Laporan Kerja Praktek - PT. Inti Ganda Perdana
 
Makalah Perencanaan Bengkel Pengukuran
Makalah Perencanaan Bengkel PengukuranMakalah Perencanaan Bengkel Pengukuran
Makalah Perencanaan Bengkel Pengukuran
 
09 e01037
09 e0103709 e01037
09 e01037
 
05. Konsep Perencanaan Fasilitas, Konsep Perancangan Tata Letak Fasilitas, da...
05. Konsep Perencanaan Fasilitas, Konsep Perancangan Tata Letak Fasilitas, da...05. Konsep Perencanaan Fasilitas, Konsep Perancangan Tata Letak Fasilitas, da...
05. Konsep Perencanaan Fasilitas, Konsep Perancangan Tata Letak Fasilitas, da...
 
Laporan Prakerin - Dian Aditya - 2008/2009
Laporan Prakerin - Dian Aditya - 2008/2009Laporan Prakerin - Dian Aditya - 2008/2009
Laporan Prakerin - Dian Aditya - 2008/2009
 
Master program pbk operator otomatisasi elektronika industri ok
Master program pbk operator otomatisasi elektronika industri okMaster program pbk operator otomatisasi elektronika industri ok
Master program pbk operator otomatisasi elektronika industri ok
 
Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Laporan Pratikum Proses Produksi 1Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Laporan Pratikum Proses Produksi 1
 
Contoh Laporan PKL di PT DAE HWA INDONESIA (DHI)
Contoh Laporan PKL di PT DAE HWA INDONESIA (DHI)Contoh Laporan PKL di PT DAE HWA INDONESIA (DHI)
Contoh Laporan PKL di PT DAE HWA INDONESIA (DHI)
 
Proses perawatan mould water outlet ewo 10
Proses perawatan mould water outlet ewo 10Proses perawatan mould water outlet ewo 10
Proses perawatan mould water outlet ewo 10
 
Laporan praktik kerja industri atek
Laporan praktik kerja industri atekLaporan praktik kerja industri atek
Laporan praktik kerja industri atek
 
Laporan Pkl wika beton byl.
Laporan Pkl wika beton byl.Laporan Pkl wika beton byl.
Laporan Pkl wika beton byl.
 
LAPORAN PKL .doc FIXS.docx
LAPORAN PKL .doc FIXS.docxLAPORAN PKL .doc FIXS.docx
LAPORAN PKL .doc FIXS.docx
 
Presentasi 8 pengintegrasian perawatan atau pemeliharaan
Presentasi 8 pengintegrasian perawatan atau pemeliharaanPresentasi 8 pengintegrasian perawatan atau pemeliharaan
Presentasi 8 pengintegrasian perawatan atau pemeliharaan
 
PPT KP AGAM PERAWATAN DAN PERBAIKAN GEAR COUPLING PADA ROLLER PRESS CEMENT MILL
PPT KP AGAM PERAWATAN DAN PERBAIKAN GEAR COUPLING PADA ROLLER PRESS CEMENT MILLPPT KP AGAM PERAWATAN DAN PERBAIKAN GEAR COUPLING PADA ROLLER PRESS CEMENT MILL
PPT KP AGAM PERAWATAN DAN PERBAIKAN GEAR COUPLING PADA ROLLER PRESS CEMENT MILL
 
Jit presentasi
Jit presentasiJit presentasi
Jit presentasi
 
Ini cari uang lewat ekiosku com
Ini cari uang lewat ekiosku comIni cari uang lewat ekiosku com
Ini cari uang lewat ekiosku com
 
Audit Produksi dan Operasi
Audit Produksi dan OperasiAudit Produksi dan Operasi
Audit Produksi dan Operasi
 

LAPORAN KERJA PRAKTEK perusahaan

  • 1. LAPORAN KERJA PRAKTEK Analisis Overall equipment effectiveness, Six Big Lose Mesin Chentai 3, Pembuatan Visual Basic Operating Procedure dari Mesin Super Heated Water Autoclave DDFC dan Analisis Pengolahan Limbah Pabrik PT. ABBOTT INDONESIA Oleh : 1102120108 TONY IQBAL RAHMADIKA Dosen Pembimbing Dr. Ir. ENDANG CHUMAIDIYAH, M.T. NIP. 93650091-1 PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS REKAYASA INDUSTRI UNIVERSITAS TELKOM BANDUNG
  • 2. i LEMBAR PENGESAHAN PERUSAHAAN LAPORAN KERJA PRAKTEK Analisis Overall equipment effectiveness, Six Big Lose Mesin Chentai 3, Pembuatan Visual Basic Operating Procedure dari Mesin Super Heated Water Autoclave DDFC dan Analisis Pengolahan Limbah Pabrik PT ABBOTT INDONESIA Oleh : TONY IQBAL RAHMADIKA 1102120108 Menyetujui, PEMBIMBING KERJA PRAKTEK Vera Meliala, S.Si., Apt. NIK. 566
  • 3. ii LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING AKADEMIK LAPORAN KERJA PRAKTEK Analisis Overall equipment effectiveness, Six Big Lose Mesin Chentai 3, Pembuatan Visual Basic Operating Procedure dari Mesin Super Heated Water Autoclave DDFC dan Analisis Pengolahan Limbah Pabrik PT. ABBOTT INDONESIA Oleh : TONY IQBAL RAHMADIKA 1102120108 Mengetahui, DOSEN PEMBIMBING KOORDINATOR KERJA PRAKTEK Dr. Ir. ENDANG CHUMAIDIYAH, M.T. AMELIA KURNIAWATI, S.T., M.T. NIP. 93650091-1 NIP. 10810591-1 KETUA PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI RINO ANDIAS NIP. 99750184-1
  • 4. iii KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat dan karuniaNya penyusun dapat menyeleseikan laporan kerja praktek yang berjudul “Analisis Overall equipment effectiveness, Six Big Lose Mesin Chentai 3, Pembuatan Visual Basic Operating Procedure dari Mesin Super Heated Water Autoclave DDFC dan Analisis Pengolahan Limbah Pabrik” dalam rangka memenuhi mata kuliah kerja praktek di perusahaan PT. Abbott. Kami mengucapkan terima kasih sebesar - besarnya kepada semua pihak yang telah mendukung terseleseikannya laporan kerja praktek ini. Penyusun sangat berharap agar laporan kerja praktek ini dapat menjadi suatu pijakan dalam menentukan solusi menggunakan ilmu teknik indutri. Selain itu laporan kerja praktek ini dapat memberikan informasi serta pembelajaran bagi pembaca tentang Overall equipment effectiveness dan Visual Basic Operating Procedure. Penyusun juga menyadari bahwa laporan kerja praktek ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh sebab itu penyusun berharap adanya kritik maupun saran serta usulan demi perbaikan laporan kerja praktek “Analisis Overall equipment effectiveness, Six Big Lose Mesin Chentai 3, Pembuatan Visual Basic Operating Procedure dari Mesin Super Heated Water Autoclave DDFC dan Analisis Pengolahan Limbah Pabrik” agar lebih baik di masa mendatang. Semoga laporan kerja praktek ini dapat berguna bagi penyusun dan bagi para pembaca. Mohon maaf apabila terdapat kesalahan maupun kata-kata yang kurang berkenan. Cimanggis, 10 Juli 2015 Penyusun
  • 5. iv DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PERUSAHAAN.......................................................................................... i LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING AKADEMIK ................................................................... ii KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... iii DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... iv DAFTAR GAMBAR .............................................................................................................................. v DAFTAR TABEL.................................................................................................................................. vi BAB I. PENDAHULUAN................................................................................................................. 1 BAB II. TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN................................................................................... 4 BAB III. TEORI DASAR ................................................................................................................... 16 BAB IV. LAPORAN PELAKSANAAN KERJA............................................................................... 21 BAB V. ANALISIS HASIL PELAKSANAAN KERJA................................................................... 31 BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN................................................................................................. 36 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 38 Lampiran ............................................................................................................................................... 39
  • 6. v DAFTAR GAMBAR Gambar I.1 Metode Penelitian Kerja Praktek ...................................................................................2 Gambar II.1 Struktur Organisasi PT Abbott Indonesia Bagian Manufaktur.....................................7 Gambar II.2 Alur Proses Produksi PT Abbott Indonesia ...................................................................15 Gambar V.1 Range nilai Overall equipment effectiveness ............................................................... 31
  • 7. vi DAFTAR TABEL Tabel I.1 Penjadwalan Kerja Praktek di PT Abbott Indonesia...........................................................3 Tabel II.1 Jenis Produk PT Abbott Indonesia ...................................................................................4 Tabel IV.1 Data Waktu Setting Mesin Chentai 3..............................................................................21 Tabel IV.2 Data Waktu Produksi Mesin Chentai 3...........................................................................21 Tabel IV.3 Data Waktu Rework dan Breakdown Mesin Chentai 3 ..................................................22 Tabel IV.4 Data Jumlah Produksi dan Reject Mesin Chentai 3........................................................22 Tabel IV.5 Perhitungan data..............................................................................................................23 Tabel IV.6 Perhitungan nilai Availibility..........................................................................................23 Tabel IV.7 Perhitungan Nilai Performance.......................................................................................24 Tabel IV.8 Perhitungan nilai Quality .................................................................................................24 Tabel IV.9 Perhitungan nilai OEE ....................................................................................................25 Tabel IV.10 Perhitungan Equipment Failure Losess.........................................................................25 Tabel IV.11 Perhitungan Setup and Adjusment Losess....................................................................26 Tabel IV.12 Perhitungan Idle and Minor Stoppage Losses...............................................................26 Tabel IV.13 Perhitungan Reduce Speed Losess................................................................................27 Tabel IV.14 Perhitungan Defect Losess.............................................................................................27 Tabel VI.1 Nilai Six Big Losess Mesin Chentai 3 ............................................................................31
  • 8. 1 BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penugasan Abbott Indonesia adalah sebuah perusahaan multinasional bidang kesehatan yang luas, berdedikasi untuk menemukan obat-obatan baru, teknologi baru, dan cara-cara baru untuk mengelola kesehatan. Untuk memproduksi produk yang memiliki kualitas baik, PT Abbott selalu memperhatikan ruangan, alat, bahan material maupun operator di dalamnya. Alat yang digunakan oleh PT Abbott untuk memproduksi produknya menggunakan alat yang memiliki teknologi tinggi. Untuk mengoperasikannya dibutuhkan operator yang harus mengerti setiap langkah yang dilakukan dalam proses produksi. Untuk mempermudah penggunaan mesin, dibutuhkan suatu prosedur atau langkah-langkah penggunaan mesin mulai dari set up kemudian ke proses produksi maupun proses akhir yaitu pencucian. Operator PT Abbott sendiri yang mengerti penggunaan mesin Super Heated Water Autoclave DDFC baru sedikit sehingga apabila operator yang bersangkutan tidak bisa hadir pada hari itu maka mesin tidak bisa dijalankan. Hal tersebut bisa menyebabkan terbuangnya waktu produksi dan pengangguran pada bagian produksi liquidnya karena proses pada liquid harus sekali berjalan. Dalam melakukan proses produksi sudah dijelaskan bahwa terdapat tiga proses utama dalam satu mesin. Proses tersebut adalah proses set up, proses produksi dan proses pencucian. Dalam melakukan ketiga proses tersebut, masih terdapat waktu delay ataupun waktu menganggur dari mesin itu sendiri. Mesin yang baik adalah mesin yang digunakan dalam masa produksi memiliki nilai efisiensi yang tinggi. Hal tersebut dikarenakan efisiensi tinggi menunjukkan kerja mesin yang baik. Arti baik disini adalah mesin sesuai dengan target waktu proses perusahaan, selain itu mesin juga memproduksi sesuai target yang telah direncanakan atau mesin memiliki cacat produk/reject yang sedikit. Pada mesin Chentai 3, nilai efisiensi dari mesin sendiri memiliki nilai yang belum memenuhi target dari perusahaan yang diketahui menurut perhitungan dari bulan Januari sampai bulan Mei. Hal tersebut bisa disebabkan oleh berbagai yang berhubungan dengan proses produksi baik waktu proses, operator maupun peralatan yang digunakan selama produksi. I.2. Lingkup Penugasan Lingkup penugasan ini hanya pada departemen produksi di PT Abbott Indonesia di Cimanggis, Depok, Jawa Barat. Tetapi pengenalan dilakukan secara menyeluruh di perusahaannya dan diperkenalkan hampir semua departemen yang terdapat pada PT Abbott Indonesia Cimanggis.
  • 9. 2 I.3. Target Pemecahan Masalah Target pemecahan masalah dari latar belakang penugasan yaitu : I.3.1. Memahami keseluruhan proses produksi yang terjadi pada PT Abbott Indonesia di kota Cimanggis mulai dari raw material sampai barang jadi. I.3.2. Memberikan solusi untuk meningkatkan nilai Overall equipment effectiveness dan menemukan penyebab masalah melalui metode six big lose. I.3.3. Memperbaiki Basic Operation Precedure yang lama dari mesin Super Heated Water Autoclave DDFC menjadi Visual Basic Operation Procedure. I.3.4. Memahami pengolahan limbah PT Abbott Indonesia yang mengalami proses pengolahan. I.4. Metode Pemecahan Masalah Gambar I.1 Metode Penelitian Kerja Praktek Survey Pendahuluan TinjauanPustaka Identifikasi Masalah Perumusan masalahdan tujuan Basic Operation Process OEE dan Six Big Losses PencarianData Visual BOP PengolahanData Visual BOP Analisis PengamatanVisual BOP PencarianData OEE & Six Big Losses PengolahanData OEE & Six BigLosses Analisis Pengamatan OEE & Six BigLosses Kesimpulandan Saran
  • 10. 3 I.5. Rencana dan Penjadwalan Kerja Tabel I.1 Penjadwalan Kerja Praktek di PT Abbott Indonesia I.6. Ringkasan Sistematika Penulisan Laporan PT Abbott adalah perusahaan yang bergerak di bidang kimia farma yang memiliki produk berupa produk obat dan susu. Dalam memproduksinya, perusahaan ini menggunakan mesin yang modern dan harus steril dalam waktu yang ditentukan sehingga kebersihan sangat diperlukan dalam proses produksi. Dalam menjalankan mesin tersebut diperlukan suatu pokayoke yang dapat membantu operator lebih mempermudah dalam pemahaman yaitu BOP visual. Dengan adanya BOP visual ini dapat meningkatkan efisiensi dari kerja mesin itu sendiri. Hal tersebut dikarenakan operator yang mengerti kerja mesin lebih baik akan memudahkan operator tersebut dalam menjalankan proses produksi. Hal tersebut dapat berdampak pada beberapa aspek antara lain waktu produksi yang optimum, hasil produksi yang sesuai target dan berkurangnya produk jadi yang cacat. Dikarenakan perusahaan ini bergerak pada bidang kimia farma, maka output yang yang dibuang seperti limbah juga harus memiliki nilai positif bagi masyarakat sehingga harus dilakukan pengolahan limbah. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Pengenalan perusahaan dan proses produksi keseluruhan Pengenalan detail dari proses produksi dan fungsi-fungsi mesin Melakukan pendataan mesin Autoclave untuk BOP Visual Analasis mesin Autoclave menjadi BOP Visual Melakukan analisis lapangan mengenai proses pengolahan limbah Revisi Pembuatan BOP Visual Mesin Autoclave Pencarian data OEE Mesin Chentai 3 Pengolahan data dan analisis OEE serta six big Lose mesin Chentai 3 Kegiatan Hari Kerja
  • 11. 4 BAB II. TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN II.1. Profil Perusahaan Abbott Adalah sebuah perusahaan multinasional bidang kesehatan yang luas, berdedikasi untuk menemukan obat-obatan baru, teknologi baru, dan cara-cara baru untuk mengelola kesehatan. Produk kami terdapat disegala bidang perawatan, mulai dari produk- produk nutrisi dan diagnostik laboratorium sampai alat-alat medis dan terapi farmasi. Rentang produk kami yang lengkap memenuhi kebutuhan-kebutuhan kesehatan yang penting sejak usia dini hingga usia lanjut. Sepanjang sejarah kami yang sudah lebih dari 100 tahun, orang-orang Abbott telah didorong oleh sebuah tujuan tetap: memajukan ilmu kesehatan untuk membantu orang-orang agar hidup lebih sehat. Itu adalah bagian dari warisan kami. Hal itu terus mendorong pekerjaan kami. Saat ini, 65.000 karyawan Abbott di seluruh dunia sama-sama memiliki hasrat besar untuk "Turning Science Into Caring", adalah komitmen untuk berfokus pada apa yang paling penting pada kehidupan dan potensi yang dimiliki ketika kita merasakan diri kita yang terbaik. Abbott memiliki fasilitas riset & pengembangan produksi, distribusi & penjualan di seluruh dunia, dekat dengan tempat di mana para pelanggan kami membutuhkan kami. Kami diakui karena prestasi global kami dan kemampuan kami untuk melayani para pelanggan kami di seluruh dunia. Berikut adalah beberapa produk Abbott yang terdiri dari obat maupun susu. Tabel II.1 Jenis Produk PT Abbott Indonesia Produk Produk Abbotic Granule 125 mg /5ml Iberet Folic – 500 Abbotic Granule 250 mg/5 ml Isoptin 80 mg Brufen 400 mg Optilets M – 500 Brufen 600 mg Pedialyte Bubble Gum Flavor Brufen Suspension Pedialyte Solution Cecon Surbex – T Depakene Syrup Surbex – Z Depakote 250 mg Rytmonorm 150 mg Eryderm 2% Urixin Tablets 400 mg Iberet – 500 Vidaylin – L
  • 12. 5 II.2. Visi dan Misi I.2.1. Visi “Becoming supply center for Asean countries” I.2.2. Misi “To become supply center for ASEAN countries by providing high quality pharmaceutical produts with orientation to the customer and stakeholder satisfaction whilst maintenance complience to local and importing countries regulation as well as corporate policies at the most effective cost” II.3. Sejarah Singkat Perusahaan Sejarah Abbott Nutrition International mulai dari awal abad ke-20. Produk nutrisi Abbott telah bertambah sesuai dengan kemajuan ilmiah terbaru sejak pertama kali diperkenalkan dalam tahun 1920-an. Abbott memperkenalkan produk susu pertama dalam tahun 1924. Pengawasan mutu yang ketat dilakukan sebagaimana dilakukan pada produk-produk farmasi. Sejarah komitmen kami terhadap nutrisi anak-anak 1. 1903 - Harry C. Moores and Stanley M. Ross mendirikan Moores & Ross Milk Company di Columbus, Ohio pada tahun 1920-an 2. 1920-an - Pada tahun 1925, Moores and Ross mengambil langkah yang berani memproduksi dan memasarkan susu formula berbahan dasar susu sapi — sebuah konsep baru pada saat itu —yang semula dikenal sebagai Franklin Infant Food - Perusahaan tersebut diberi nama baru M&R Dietetic Laboratories pada tahun 3. 1950 - M & R Dietetic Laboratories Laboratories mendirikan sebuah divisi baru, Ross Laboratories, untuk melanjutkan pengembangan produk nutrisi anak - Dalam tahun 1959, Ross memperkenalkan produk nutrisi yang berbentuk bubuk maupun cair dalam tahun 1960-an 4. 1960an - Perluasan di luar negeri terjadi ketika pabrik baru di Belanda pada tahun 1964 - Ross bergabung dengan Abbott Laboratories, salah satu perusahaan bidang kesehatan terbesar di dunia
  • 13. 6 - Cairan elektrolit oral siap minum pertama mulai didistribusikan di Amerika Serikat - Isomil Plus diperkenalkan di AS selama tahun ini untuk memenuhi kebutuhan makanan khusus dalam tahun 1970-an 5. 1970an - Isomil Plus diperkenalkan di berbagai pasar internasional termasuk Kanada, Filipina, Puerto Rico, Singapura, Afrika Selatan, dan Thailand 6. 1980-an - PediaSure diperkenalkan untuk menjembatani kesenjangan antara kebutuhan makanan khusus bayi dan orang dewasa 7. 1990-an - Susu Pertumbuhan Tahap 3 (Gain Plus) diluncurkan secara internasional untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak kecil yang baru belajar berjalan usia 1 sampai 3 tahun 8. 2000-an - Susu Pertumbuhan (Gain School) diluncurkan secara internasional untuk mendukung kebutuhan nutrisi anak-anak usia 3-9 tahun ke atas pada tahun 2009 - Kami terus bekerja mewujudkan visi kami menjadi pelopor yang terpercaya dalam menyediakan produk nutrisi inovatif dan memajukan mutu kehidupan yang lebih baik untuk orang-orang dari segala usia, termasuk anak-anak Anda. II.4. Lokasi Perusahaan Pabrik PT. Abbott Indonesia terletak di Jalan Raya Jakarta – Bogor Km 37 Cimanggis, Depok, Jawa Barat, sedangkan kantor pusat terletak di Wisma Pondok Indah 2, suite 2000 Jl. Sultan Iskandar Muda Kav. V-TA Pondok Indah, Jakarta Selatan. Pabrik memiliki luas bangunan 22.671 m2 , meliputi bangunan kantor dan bangunan pabrik (bagian mutu, bagian produksi, warehouse, pengemasan, kantin, engineering, gudang bahan material dan bagian pengolahan limbah.
  • 14. 7 II.5. Struktur Organisasi Gambar II.1 Struktur Organisasi PT Abbott Indonesia Bagian Manufaktur Plant Director Technical Service Manager Technical Service Production Manager Production Supervisor (1) Production Supervisor (2) Production Supervisor (3) Product Compliance Pharmacist Engineering, EHS, Project & Security Senior Engineering Supervisor Utility Supervisor Calibration Coordinator Building Maintenance Coordinator Finance Manager Material Management Senior Manager PPIC dan Purchase Manager Export and Import Warehouse Manager Plant Secretary
  • 15. 8 II.6. Kepegawaian Perusahaan I.6.1. Departemen Management Material (MM) Departemen Manajemen Material terdiri dari 5 bagian yaitu : I.6.1.1. Production planning and Inventoty Control (PPIC) Production planning and Inventoty Control (PPIC) merupakan jembatan antara bagian pemasaran dan bagian produksi. PPIC menerjemahkan kebutuhan pengadaan barang ke dalam bentuk rencana produksi dan rencana ketersediaan bahan baku serta bahan pengemas dengan mempertimbangkan efisiensi, produktivitas dan produk yang bermutu serta pengaturan persediaan untuk efisiensi biaya. 1. Perencanaan produksi 2. Perencanaan bahan dan kapasitas 3. Pengendalian persediaan I.6.1.2. Gudang/Warehouse Gudang PT.Abbott Indonesia memiliki fungsi diantaranya yaitu : 1. Penerimaan Barang–barang dari pemasok, diterima di gudang oleh bagian penerimaan. Kemudian dilakukan pemeriksaan kondisi kendaraan yang membawa barang, jenis, keadaan fisik barang, kuantitas, sertifikat analisis (Certificate of Analysis), dan kesesuaian barang dengan PO (purchase order) yang merupakan daftar pemesanan barang kepada supplier di mana supplier yang mengirimkan barang sudah termasuk dalam daftar Approve Vendor. 2. Penyimpanan Penyimpanan dilakukan di gudang penyimpanan yang terdiri dari beberapa gudang yaitu : a. Gudang bahan baku b. Gudang bahan pengemas (finishing supplies) c. Gudang produk jadi farmasi
  • 16. 9 d. Gudang nutrisi e. Gudang bahan mudah terbakar (Flammable material ) f. Gudang B3 ( Bahan Berbahaya dan Beracun ) g. Gudang barang-barang yang ditolak (Return and Rejected Goods) 3. Penyiapan barang Gudang menyiapkan barang berupa bahan baku atau produk jadi untuk dikirim ke distributor dan bagian produksi saat ada order. 4. Pengeluaran barang Barang dikeluarkan dari gudang ke bagian produksi atau ke distributor. a. Pengeluaran barang ke bagian produksi Pengeluaran barang untuk keperluan produksi didasarkan pada Manufacturing Order (MO) dan Finishing Order (FO) yang diterima dari bagian produksi. b. Pengeluaran barang ke distributor Permintaan oleh distributor dilakukan dengan menggunakan surat perintah pembelian (purchasing order/PO) ke bagian pemasaran. Berdasarkan PO maka akan di buat surat perintah pengiriman barang (Delivery Order/DO). c. Pengembalian barang Barang yang dikembalikan dari distributor (return goods) harus diperiksa oleh bagian pengawasaan mutu untuk diketahui apakah barang tersebut harus dimusnahkan atau tidak. I.6.1.3. Purchasing Bagian pengadaan bertanggung jawab dalam pengadaan bahan awal yang terdiri dari bahan baku (baik bahan baku aktif maupun bahan penolong) serta bahan pengemas. Kegiatan yang dilakukan di bagian pengadaan yaitu : a. Pemilihan supplier (pemasok) b. Bernegosiasi mengenai harga, pembayaran, jadwal pengirimaan bahan termasuk menerbitkan surat pesanan (purchasing order/PO)
  • 17. 10 c. Melakukan pemantauan pengirim barang yang dilakukan oleh supplier; mencari material atau supplier baru. I.6.1.4. Distributor Bagian distribusi bertugas mendistribusikan pesanan ke distributor. Bagian ini mengeluarkan pick slip berdasarkan PO yang tercantum pada sistem BPICS (Business and Planning Inventory Control System) dan menyerahkan pick slip tersebut ke bagian gudang. I.6.1.5. Ekspor-Impor Bagian ekspor-impor bertugas menyiapkan dokumen-dokumen yang diperlukan terkait produk ekspor maupun impor. Dokumen yang disiapkan sesuai dengan keperluan di bea cukai dalam rangka mengeluarkan barang dari bea cukai atau mengirimkan barang ke negara lain. I.6.2.Departemen Produksi Bagian produksi bertugas melakukan proses pembuatan obat agar senantiasa di hasilkan produk-produk bermutu tinggi yang memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh Abbott Internasional dengan menerapkan prinsip- prinsip CPOB. Manager produksi dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh 3 orang supervisor, yaitu 1 orang bertanggung jawab terhadap proses produksi produk solid (Solid Product Supervisor), 1 orang bertanggung jawab terhadap proses produksi liquid (Liquid Product Supervisor) dan 1 orang yang bertanggung jawab terhadap proses pengemasaan (Finishing Supervisor). I.6.2.1. Manufacturing Process Bagian produksi melaksanakan kegiatan produksi berdasarkan surat perintah produksi/MO (Manufacturing order). Setelah itu bahan baku yang akan digunakan ditimbang oleh bagian gudang. Bagian produksi yang telah menerima bahan baku dari gudang harus menimbang ulang bahan baku tersebut agar sesuai dengan MO. Jika telah sesuai maka proses produksi dapat dilakukan. Beberapa hal penting yang terdapat dalam MO (Manufacturing Order) yaitu :
  • 18. 11 a. Kop MO b. Pemeriksaan kesiapan penimbangan c. Pemeriksaan ruang produksi d. Manufacturing specification procedure PT. Abbott Indonesia memproduksi 2 macam sediaan, yaitu sediaan solid dan liquid.  Bagian produksi sediaan Solid Bagian ini memproduksi sediaan granul dan tablet. Dibagian ini dilakukan proses pencampuran, granulasi, pengayakan, lubrikasi, pencetakan tablet, penyalutan dan logo serta pengemasan primer.  Bagian produksi sediaan cair a. Sediaan cair steril b. Sediaan Cair Non Steril I.6.2.2. Finishing Process Bagian pengemasan bertugas mengemas produk ruahan menjadi produk jadi. Produk jadi siap kemas disimpan di ruangan grey area dan bagian pengawasan mutu akan melakukan pengujian sesuai dengan spesifikasi masing-masing produk. Sebelum proses pengemasan dilakukan, operator bagian pengemasan akan memeriksa kesiapan ruangan, jalur pengemasan serta alat-alat yang akan digunakan yang kemudian dicatat dalam catatan Clearance Check List. I.6.3.Departemen EHS & E (Environment, Health, Safety and Energy/ I.6.3.1. Sistem manajemen EHS di PT. Abbott Indonesia Dalam rangka mencapai tujuan tersebut maka dilakukan upayaupaya yang harus dijalankan oleh Departemen EHS yang terdiri dari delapan elemen yaitu : - Kebijakan (EHS Policy and Program) - Perencanaan (Strategic Planning) - Penilaian (Self assessment risk) - Bussiness Integration - Pelatihan (Training and Awareness)
  • 19. 12 - Komunikasi dan Informasi - Pengukuran kinerja (Performance and Measures) - Assurance review I.6.3.2. Tanggung jawab dari Departemen EHS PT. Abbott Indonesia Departemen EHS PT. Abbott Indonesia bertanggung jawab dalam pengelolaan : a. Lingkungan (Environment) Departemen EHS bertanggung jawab terhadap pengolahan limbah industri sebelum dibuang ke lingkungan. Pengolahan limbah dilakukan untuk memastikan bahwa limbah yang dibuang ke lingkungan telah aman dan memenuhi persyaratan limbah yang ditetapkan pemerintah. b. Kesehatan (Healthy) Departemen EHS bertanggung jawab dalam menjaga kesehatan karyawan dengan program kesehatan antara lain pemeriksaan umum setiap tahun (general check up), pelatihan sanitasi dan higiene, pemberian asuransi kesehatan, pemantauan sanitasi dan higiene karyawan pada saat bekerja serta tersedianya sarana klinik. c. Keselamatan dan Keamanan (Safety) Dalam penerapan keselamatan dan keamanan kerja, karyawan dilatih untuk menggunakan alat pelindung diri ketika bekerja sesuai dengan lokasi kerja dan menggunakan alat pemadam kebakaran. APAR (Alat Pemadam Api Ringan), detektor kebakaran, alat pemadam kebakaran (sprinkler) dan tersedia kotak Pertolongan Pertama pada Kecelakaan/first aid (P3K) pada tempat tertentu. d. Energi (Energy) Mengorganisir pengaturan energi untuk mengurangi pemanasan global, meminimalkan sumber daya yang tidak tergantikan.
  • 20. 13 I.6.4.Engineering Departement Engineering Departement dipimpin oleh seorang manajer yang bertugas dalam menjaga dan memelihara aset perusahaan berupa lingkungan, bangunan dan peralatan. Dalam pelaksanaan tugas, Engineering Department terdiri dari beberapa bagian, yaitu : I.6.4.1. Engineering Bagian ini bertugas memelihara dan merawat perlengkapan, termasuk mesin-mesin dan peralatan untuk proses produksi dan pengemasan. Sistem perawatan dan pemeliharaan mesin di PT. Abbott Indonesia dilakukan dengan 2 macam, yaitu : a. Preventive Maintenance Program (PMP) b. Breakdown Maintenance I.6.4.2. Utility Utility bertanggung jawab dalam penyediaan sumber daya yang diperlukan, agar pabrik dapat berproduksi sesuai kebutuhan. Berikut adalah beberapa tugas bagian utility yg tedapat pada PT Abbott Indonesia. a. Tenaga listrik b. Udara bertekanan (compressed air) c. Uap panas (Boiler) d. HVAC (Heat, Ventilation and Air Conditioner) e. Air Bersih (Purified Water) I.6.4.3. Kalibrasi Kalibrasi dilakukan dengan membandingkan alat atau sistem yang sudah diketahui (standar) dengan alat atau sistem yang belum diketahui agar diperoleh informasi penyimpangan yang ada sehingga dapat dilakukan koreksi. Ketelitian alat-alat ukur harus dimonitor agar tetap dalam batas- batas yang dapat diterima terutama untuk : a. Memonitor dan mengontrol alat ukur yang dipakai untuk proses pembuatan dan uji kualitas suatu produk serta alat yang dipakai untuk memonitor kondisi lingkungan di mana obat atau produk yang bersangkutan dibuat.
  • 21. 14 b. Untuk keperluan pemakaian pada uji pengembangan dan pembuatan suatu produk, terutama pada validasi. Bagian kalibrasi melakukan serangkaian kegiatan rutin diantaranya : - Menginventarisasi alat dan mesin yang harus dikalibrasi, - Membuat jadwal kalibrasi dalam satu tahun, bulan, minggu dan hari, melakukan kalibrasi alat atau mesin sesuai jadwal berdasarkan BOP dan prosedur kalibrasi produksi, dan - Membuat laporan kalibrasi setiap satu bulan, tiga bulan dan satu tahun. I.6.5.Departemen Pelayanan Teknis (Technical Service/TS) Depatemen ini bertugas menangani masalah pengembangan produk baru, validasi dan kualifikasi (bersama bagian pemastian mutu) dan produk ekspor PT. Abbott Indoensia dan dipimpin oleh seorang I.6.5.1. Validasi a. Validasi proses Rencana validasi dibuat tahunan yaitu Site Validation Master Plan. Sebelum dilakukan validasi, bagian TS akan membuat VCR (Validation Change Request) yaitu data permintaan lengkap validasi formula produk, prosedur dan alat yang digunakan. b. Pengembangan produk Pengembangan produk baru dilakukan melalui percobaan formula dari Abbott Laboratories menggunakan mesin dan peralatan yan dimiliki oleh PT. Abbott Indonesia dan dilakukan penyesuaian hingga diperoleh produk yang sesuai persyaratan. c. Packaging development  Ekspor Desain kemasan dirancang sesuai dengan permintaan negara tujuan ekspor, menyangkut jenis kemasan primer yang digunakan, dan rancangan desain tampilan kemasan.
  • 22. 15  Lokal Desain kemasan dirancang sesuai dengan permintaan pasar. d. Export product liaison meliputi : a) Launching produk baru b) Pengembangan produk ekspor baru c) Penanganan keluhan (complaint) II.7. Alur Proses Produksi Perusahaan Gambar I.2 Alur Proses Produksi PT Abbott Indonesia Distributor Gudang Penyimpanan Quality Suplier Produksi
  • 23. 16 BAB III. TEORI DASAR III.1. Standard Operation Process SOP (Standard Operating Procedures) adalah panduan hasil kerja yang diinginkan serta proses kerja yang harus dilaksanakan. SOP dibuat dan di dokumentasikan secara tertulis yang memuat prosedur (alur proses) kerja secara rinci dan sistematis. Alur kerja (prosedur) tersebut haruslah mudah dipahami dan dapat di implementasikan dengan baik dan konsisten oleh pelaku. Implementasi SOP yang baik akan menunjukkan konsistensi hasil kerja, hasil produk dan proses pelayanan seluruhnya dengan mengacu kepada kemudahan, pelayanan dan pengaturan yang seimbang.  Tujuan dan manfaat SOP SOP yang baik haruslah mendasarkan pada tujuan dan manfaat sebagaimana poin-poin berikut dibawah ini: 1. Memudahkan proses pemberian tugas serta tanggung jawab kepada pegawai yang menjalankannya. 2. Memudahkan proses pemahaman (penguasaan tugas) staff secara sistematis dan general. 3. Menghindari “error” dalam proses kerja. 4. Mempermudah dan mengetahui terjadinya kegagalan, inefisiensi proses dalam prosedur kerja, serta kemungkinan-kemungkinan terjadinya penyalahgunaan kewenangan oleh pegawai yang menjalankan. 5. Memudahkan dalam hal monitoring dan menjalankan fungsi kontrol dari setiap proses kerja. 6. Menghemat waktu dalam program training, karena dalam SOP tersusun secara sistematis. III.2. Overall equipment effectiveness OEE merupakan ukuran menyeluruh yang mengidentifikasikan tingkat produktivitas mesin/peralatan dan kinerjanya secara teori. Pengukuran ini sangat penting untuk mengetahui area mana yang perlu untuk ditingkatkan produktivitas ataupun efisiensi mesin/peralatan dan juga dapat menunjukkan area bottleneck yang terdapat pada lintasan poduksi. OEE juga merupakan alat ukur untuk mengevaluasi dan memperbaiki cara yang tepat untuk mejamin penigkatan produktivitas penggunaan mesin/peralatan.  Tujuan dan Manfaat Pengukuran OEE Tujuan dari pengukuran OEE adalah untuk meningkatkan efektivitas peralatan Anda. Sejak efektivitas peralatan mempengaruhi karyawan shopfloor lebih dari kelompok lain, cocok
  • 24. 17 untuk mereka untuk terlibat dalam pelacakan OEE dan dalam perencanaan dan pelaksanaan perbaikan peralatan untuk mengurangi efektivitas hilang. Mari kita lihat beberapa manfaat pengukuran OEE untuk operator shift dan pemimpin atau manajer lini. Kami merekomendasikan bahwa operator mengumpulkan data harian tentang peralatan untuk digunakan dalam perhitungan OEE. Pengumpulan data ini akan : a) Operator mengajarkan tentang peralatan b) Perhatian operator fokus pada kerugian c) Tumbuh rasa kepemilikan peralatan Pemimpin pergeseran atau manajer lini sering orang yang akan menerima data operasi setiap hari dari operator dan proses untuk mengembangkan informasi tentang OEE tersebut. Bekerja tangan dengan data akan; a) Memberikan pemimpin/manajer fakta-fakta dasar dan angka pada peralatan b) Membantu pemimpin/manajer memberikan umpan balik yang sesuai dengan operator dan peralatan lain yang terlibat dalam perbaikan c) Memungkinkan pemimpin untuk menjaga manajemen informasi tentang status peralatan dan hasil perbaikan. Formula matematis dari overall equipment effectiveness (OEE) dirumuskan sebagai berikut : OEE = Availability x Performance efficiency x Rate of quality product x 100% Kondisi operasi mesin/peralatan produksi tidak akan akurat ditunjukkan jika hanya didasari oleh perhitungan satu faktor saja, misalnya performance efficiency saja. Dari enam pada six big losses baru minor stoppages saja yang dihitung pada performance efficiency mesin/peralatan. Keenam faktor dala six big losses harus diikutkan dalam perhitungan OEE, kemudian kondisi aktual dari mesin/peralatan dapat dilihat secara akurat. 1. Availability Availability merupakan rasio operation time terdapat waktu loading time-nya. Sehingga dapat menghitung availability mesin dibutuhkan nilai dari : a. Operation time b. Loading time c. Downtime Nilai availability dihitung dengan rumus sebagai berikut : 𝑨𝒗𝒂𝒊𝒍𝒂𝒃𝒊𝒍𝒊𝒕𝒚 = 𝑶𝒑𝒆𝒓𝒂𝒕𝒊𝒐𝒏 𝑻𝒊𝒎𝒆 𝑳𝒐𝒂𝒅𝒊𝒏𝒈 𝑻𝒊𝒎𝒆 𝒙 𝟏𝟎𝟎%
  • 25. 18 𝑨𝒗𝒂𝒊𝒍𝒂𝒃𝒊𝒍𝒊𝒕𝒚 = 𝑳𝒐𝒂𝒅𝒊𝒏𝒈 𝑻𝒊𝒎𝒆 − 𝑫𝒐𝒘𝒏 𝑻𝒊𝒎𝒆 𝑳𝒐𝒂𝒅𝒊𝒏𝒈 𝑻𝒊𝒎𝒆 𝒙 𝟏𝟎𝟎% - Loading time adalah waktu yang tersedia (availability) per hari atau per bulan dikurang dengan waktu downtime mesin direncanakan (planned downtime) - Loading time = Total availability – Planned downtime - Planned downtime adalah jumlah waktu downtime mesin untuk pemeliharaan (scheduled maintenance) atau kegiatan manajemen lainnya. - Operation time merupakan hasil pengurangan loading time dengan waktu downtime mesin (non-operation time), dengan kata lain operation time adalah waktu operasi tesedia (availability time) setelah waktu downtime mesin keluarkan dari total availability time yang direncanakan. Downtime mesin adalah waktu proses yang seharusnya digunakan mesin aka tetapi karena adanya gangguan pada mesin/peralatan (aqupment failures) mengakibatkan tidak ada output yang dihasilkan. Downtime meliputi mesin berhenti beroperasi akibat kerusakan mesin/peralatan, penggantian cetakan (dies), pelaksanaan prosedur setup dan adjesment dan lain-lainnya. 2. Performance Efficiency Performance afficiency merupakan hasil perkalian dari operation speed rate dan net operation rate, atau rasio kuantitas produk yang dihasilkan dikalikan dengan waktu siklus idealnya terhadap waktu yang tersedia yang melakuakn proses produksi (operation time).Operation speed rate merupakan perbandingan antara kecepatan ideal mesin berdasarkan kapasitas mesin sebenarnya (theoretical/ideal cycle time) dengan kecepatan aktual mesin (actual cycle time). Persamaan matematiknya ditunjukkan sebagai berikut : 𝑶𝒑𝒆𝒓𝒂𝒕𝒊𝒐𝒏 𝑺𝒑𝒆𝒆𝒅 𝑹𝒂𝒕𝒆 = 𝒊𝒅𝒆𝒂𝒍 𝒄𝒚𝒄𝒍𝒆 𝒕𝒊𝒎𝒆 𝒂𝒄𝒕𝒖𝒂𝒍 𝒄𝒚𝒄𝒍𝒆 𝒕𝒊𝒎𝒆 𝑵𝒆𝒕 𝑶𝒑𝒆𝒓𝒂𝒕𝒊𝒐𝒏 𝑹𝒂𝒕𝒆 = 𝑨𝒄𝒕𝒖𝒂𝒍 𝑷𝒓𝒐𝒄𝒆𝒔𝒔𝒊𝒏𝒈 𝑻𝒊𝒎𝒆 𝑶𝒑𝒆𝒓𝒂𝒕𝒊𝒏𝒈 𝑻𝒊𝒎𝒆 - Net operation rate merupakan perbandingan antara jumlah produk yang diproses (processes amount) dikali actual cycle time dengan operation time. Net operation time berguna untuk menghitung rugi-rugi yang diakibatkan oleh minor stoppages dan menurunnya kecepatan produksi (reduced speed) Tiga faktor penting yang dibutuhkan untuk menghitung performance efficiency : a. ideal cycle ( waktu siklus ideal/waktu standar) b. Processed amount (jumlah produk yang diproses) c. Operation time (waktu operasi mesin)
  • 26. 19 Perfomance efficiency dapat dihitung sebagai berikut 𝑷𝒆𝒓𝒇𝒐𝒓𝒎𝒂𝒏𝒄𝒆 𝑬𝒇𝒇𝒊𝒄𝒊𝒆𝒏𝒄𝒚 = 𝑵𝒆𝒕 𝑶𝒑𝒆𝒓𝒂𝒕𝒊𝒏𝒈 𝒙 𝑶𝒑𝒆𝒓𝒂𝒕𝒊𝒏𝒈 𝑺𝒑𝒆𝒆𝒅 𝑹𝒂𝒕𝒆 = 𝑷𝒓𝒆𝒄𝒆𝒔𝒔𝒆𝒅 𝑨𝒎𝒐𝒖𝒏𝒕 𝒙 𝑨𝒄𝒕𝒖𝒂𝒍 𝑪𝒚𝒄𝒍𝒆 𝑻𝒊𝒎𝒆 𝑶𝒑𝒆𝒓𝒂𝒕𝒊𝒏𝒈 𝑻𝒊𝒎𝒆 𝒙 𝑰𝒅𝒆𝒂𝒍 𝑪𝒚𝒄𝒍𝒆 𝑻𝒊𝒎𝒆 𝑨𝒄𝒕𝒖𝒂𝒍 𝑪𝒚𝒄𝒍𝒆 𝑻𝒊𝒎𝒆 𝑷𝒆𝒓𝒇𝒐𝒓𝒎𝒂𝒏𝒄𝒆 𝑬𝒇𝒇𝒊𝒄𝒊𝒆𝒏𝒄𝒚 = 𝑷𝒓𝒐𝒄𝒆𝒔𝒔𝒆𝒅 𝑨𝒎𝒐𝒖𝒏𝒕 𝒙 𝑰𝒅𝒆𝒂𝒍 𝑪𝒚𝒄𝒍𝒆 𝑻𝒊𝒎𝒆 𝑶𝒑𝒆𝒓𝒂𝒕𝒊𝒏𝒈 𝑻𝒊𝒎𝒆 𝒙 𝟏𝟎𝟎% 3. Rate of quality product Rate of quality product adalah rasio jumlah produk yang lebih baik terhadap jumlah total produk yang diproses. Jadi rate of quality product adalah hasil perhitungan dengan menggunakan dua faktor berikut : a. Processed amount (jumlah produk yang diproses) b. Defect amount (jumlah produk yang cacat) Rate of quality product dapat dihitung sebagai berikut: 𝑅𝑎𝑡𝑒 𝑜𝑓 𝑄𝑢𝑎𝑙𝑖𝑡𝑦 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑐𝑡 = 𝑝𝑟𝑜𝑐𝑒𝑠𝑠𝑒𝑑 𝑎𝑚𝑜𝑢𝑛𝑡 − 𝑑𝑒𝑓𝑒𝑐𝑡 𝑎𝑚𝑜𝑢𝑛𝑡 𝑝𝑟𝑜𝑐𝑒𝑠𝑠𝑒𝑑 𝑎𝑚𝑜𝑢𝑛𝑡 𝑥 100% III.3. Six Big Lose Six Big Losses – penyebab umum dari ketidak efisienan dari manufacturing. Berikut adalah faktor-faktor six big losses yaitu : 1. Downtime losses Berarti waktu mesin seharusnya untuk beroperasi tetapi pada kenyataannya tidak. Downtime mengandung 2 jenis kerugian (loss) yaitu : kegagalan peralatan, dan penyiapan dan penyesuaian mesin/peralatan. - Kegagalan Peralatan : Kegagalan peralatan atau breakdown mesin yang tiba-tiba dan yang tidak diharapkan, merupakan penyebab nyata dari loss, karena berarti bahwa mesin tidak memproduksi output apa-apa. - Persiapan Peralatan : Kebanyakan pergantian mesin membutuhkan beberapa periode waktu untuk mematikan mesin sehingga peralatan-peralatan di dalamnya dapat diganti. Waktu antara produksi produk jadi terakhir dan produksi terakhir produk jadi berikutnya merupakan downtime. Downtime ini sering mencakup waktu yang dihabiskan untuk membuat penyesuaian sampai mesin memberikan produk baru yang kualitasnya dapat diterima. 2. Speed losses Berarti bahwa peralatan sedang beroperasi, tetapi mesin itu tidak beroperasi dengan kecepatan maksimumnya yang direncanakan. Speed loss terdiri dari 2 kerugian utama : penghentian kecil dan menganggur, dan kecepatan operasi yang berkurang.
  • 27. 20 - Penghentian Kecil dan Menganggur : Ketika sebuah mesin tidak beroperasi dengan lancar dan pada kecepatan yang stabil, mesin itu akan kehilangan kecepatan dan menghambat lancarnya aliran operasinya. Penundaan dan penghentian kecil initidak disebabkan oleh kegagalan teknis, tetapi oleh masalah-masalah kecil seperti part yang terkena sensor. Walaupun operator dapat dengan mudah memperbaiki masalah tersbut ketika terjadi, frekuensi terjadi tersebut secara dramatis dapat mengurangi efektivitas peralatan. - Kecepatan Operasi Berkurang : Kecepatan operasi yang berkurang berarti selisih waktu antara kecepatan actual operasi dan kecepatan peralatan yang dirancang. Hal yang Sering terjadi adalah perbedaan persepsi orang tentang apa yang disebut dengan kecepatan maksimum dan kecepatan maksimum actual yang dirancang. Kerugian yang ditimbulkan dari kecepatan operasi yang berkurang sering terabaikan dan tidak diperkirakan. 3. Defect losses : berarti bahwa peralatan menghasilkan produk yang tidak memenuhi karakteristik kualitas yang diharapkan. Defect loss terdiari dari 2 tipe utama loss, yaitu kerugian karena scrap dan pengerjaan ulang, dan kerugian startup. - Scrap dan Pengerjaan Ulang : Kerugian terjadi ketika produk tidak memenuhi spesifikasi kualitas, walaupun produk-produk tersebut dapat dikerjakan ulang. Tujuan yang harus dicapai adalah zero defect (nol cacat) – membuat produk dengan benar pada saat pertama dan setiap saat. Pemahaman terhadap jenis kerugian peralatan ini diperlukan agar hasil yang diperoleh seoptimal mungkin menggambarkan situasi yang sesungguhnya, serta tidak terdapat hal penting yang terlupakan. Dengan mengetahui dan memahamim kerugian peralatan/mesin tersebut, maka data yang diperlukan untuk pengukuran nilai OEE mudah didapatkan. - Kerugian Startup : Startup loss terjadi ketika produksi tidak stabil dengan cepat pada saat peralatan di start up, sehingga produk pertama tidak memenuhi spesifikasi. Kerugian jenis ini merupakan kerugian laten, karena sering diterima, padahal dapat memberikan kejutan yang cukup besar.
  • 28. 21 BAB IV. LAPORAN PELAKSANAAN KERJA VI.1. Overall equipment effectiveness dan Six Big Lose Mesin Chentai 3 IV.1.1. Overall equipment effectiveness Mesin Chentai 3 a. Data Pengamatan Berikut adalah data yang diambil dari produksi mesin Chentai 3 pada bulan Juni 2015. - Data Waktu Setting Tabel IV.1 Data Waktu Setting Mesin Chentai 3 - Data Waktu Produksi Tabel IV.2 Data Waktu Produksi Mesin Chentai 3 52464XP Cecon500MG 5x6's 245 53587XP Cecon500MG 25x4's 180 85 53588XP Cecon500MG 25x4's 150 40 150 53589XP Cecon500MG 25x4's 135 100 53590XP Cecon500MG 25x4's 90 140 53591XP Cecon500MG 25x4's 150 100 53592XP Cecon500MG 25x4's 135 30 150 15 240 54608XP Surbex-Z 5x6's 75 130 515 Break (2) Productio n LotNo ProductName SKU (ML) Production Time Break (1) Production Time Lot No Product Name SKU (ML) Setup Time Setting Cleaning 52464XP Cecon 500 MG 5 x 6's 45 90 53587XP Cecon 500 MG 25 x 4's 45 90 53588XP Cecon 500 MG 25 x 4's 60 45 53589XP Cecon 500 MG 25 x 4's 45 45 53590XP Cecon 500 MG 25 x 4's 45 60 53591XP Cecon 500 MG 25 x 4's 30 45 53592XP Cecon 500 MG 25 x 4's 45 90 54608XP Surbex-Z 5 x 6's 45 90
  • 29. 22 - Data Waktu Rework dan Breakdown Tabel IV.3 Data Waktu Rework dan Breakdown - Data Jumlah Produksi dan reject Tabel IV.4 Data Jumlah Produksi dan Reject b. Pengolahan Data Berikut ini adalah rumus yang digunakan dalam perhitungan nilai OEE. i. Total Available Time = (Waktu setting + Waktu Produksi total + Waktu Breakdown) ii. Down Time Losses = (Waktu Setting + Waktu Break + Waktu Breakdown) iii. Available Production Time = Total Available Time – Down Time Losses iv. Performance Losess = (1 – Performance) x Available Production Time v. Net Operation Time = Available Production Time – Performance Losess vi. Rejection = (Sampel + Proses) / Actual Speed vii. Actual Speed = Volume Produces / Available Production Time 52464XP Cecon 500 MG 5 x 6's 53587XP Cecon 500 MG 25 x 4's 53588XP Cecon 500 MG 25 x 4's 53589XP Cecon 500 MG 25 x 4's 45 53590XP Cecon 500 MG 25 x 4's 53591XP Cecon 500 MG 25 x 4's 53592XP Cecon 500 MG 25 x 4's 150 54608XP Surbex-Z 5 x 6's 105 Lot No Product Name SKU (ML) Breakdown / Failures Time Total Waktu Re-Work Sampel ( Tab ) Proses ( Tab ) 52464XP Cecon 500 MG 5 x 6's 711 1203 146640 53587XP Cecon 500 MG 25 x 4's 440 300 144300 53588XP Cecon 500 MG 25 x 4's 460 434 144300 53589XP Cecon 500 MG 25 x 4's 440 585 144200 53590XP Cecon 500 MG 25 x 4's 440 337 144000 53591XP Cecon 500 MG 25 x 4's 440 174 145300 53592XP Cecon 500 MG 25 x 4's 460 299 144900 54608XP Surbex-Z 5 x 6's 808 170 148560 Rejection (Reject Sampel +Proses ) Volume Produces / YieldLot No Product Name SKU (ML)
  • 30. 23 viii. Total Production Time = Net Operation Time – (Waktu Rework + Rejection) ix. Defect/Rework Q. Lose = Total Waktu Rework – Rejection Berikut ini adalah Tabel perhitungan berdasarkan data pengamatan diatas dan menggunakan rumus diatas Tabel IV.5 Perhitungan data  Perhitungan Availability Rumus Availability = (𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑣𝑎𝑖𝑙𝑎𝑏𝑙𝑒 𝑇𝑖𝑚𝑒 − 𝐷𝑜𝑤𝑛 𝑇𝑖𝑚𝑒 𝐿𝑜𝑠𝑠𝑒𝑠) 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑣𝑎𝑖𝑙𝑖𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑦 𝑇𝑖𝑚𝑒 𝑥 100% Tabel IV.6 Perhitungan nilai Availibility 3,2 146640 380 135 245 -48,3 293,28 3,2 290 599 1,4 144300 400 135 265 -23,6 288,6 1,4 287 545 1,9 144300 445 145 300 11,4 288,6 1,9 287 481 1,7 144200 370 135 235 -53,4 288,4 1,7 287 614 1,2 144000 335 105 230 -58,0 288 1,2 287 626 1,1 145300 325 75 250 -40,6 290,6 1,1 290 581 2,8 144900 705 180 525 235,2 289,8 152,8 137 276 4,7 148560 960 240 720 422,9 297,12 4,7 292 206 Net Operatin Defects & Total Productiv Actual SpeedRejection (min) Volume Produces Total Available Down Time Available Producti Minor Stop/ 380 135 64% 400 135 66% 445 145 67% 370 135 64% 335 105 69% 325 75 77% 705 180 74% 960 240 75% Total Available Time / Total Plan Down Time Availability
  • 31. 24  Perhitungan Performance Rumus Performance =( 𝐴𝑐𝑡𝑢𝑎𝑙 𝑆𝑝𝑒𝑒𝑑 𝐼𝑑𝑒𝑎𝑙 𝑆𝑝𝑒𝑒𝑑 ) 𝑥 ( 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑐𝑒 (𝐴𝑣𝑎𝑖𝑙𝑖𝑏𝑙𝑒 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑇𝑖𝑚𝑒 𝑥 𝐴𝑐𝑡𝑢𝑎𝑙 𝑆𝑝𝑒𝑒𝑑) ) Tabel IV.7 Perhitungan Nilai Performance  Perhitungan Quality Rumus Quality = 1−(𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑅𝑒𝑤𝑜𝑟𝑘+𝑅𝑒𝑗𝑒𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛) 𝑁𝑒𝑡 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑇𝑖𝑚𝑒 Tabel IV.8 Perhitungan nilai Quality 500 146640 245 599 120% 500 144300 265 545 109% 500 144300 300 481 96% 500 144200 235 614 123% 500 144000 230 626 125% 500 145300 250 581 116% 500 144900 525 276 55% 500 148560 720 206 41% Ideal Speed Volume Produces Available Production Actual Speed Performance 3,2 293 99% 1,4 289 100% 1,9 289 99% 1,7 288 99% 1,2 288 100% 1,1 291 100% 150 2,8 290 47% 4,7 297 98% Total Waktu Re-Work Rejection (min) Net Operating Time (minute) Quality
  • 32. 25  Nilai OEE Tabel IV.9 Perhitungan nilai OEE Jadi nilai OEE rata-rata mesin Chentai 3 pada bulan juni 2015 adalah sebesar 64 % IV.1.2. Six Big Lose Mesin Chentai 3  𝐸𝑞𝑢𝑖𝑝𝑚𝑒𝑛𝑡 𝑓𝑎𝑖𝑙𝑢𝑟𝑒 𝑙𝑜𝑠𝑠𝑒𝑠 Merupakan kerugian yang disebabkan oleh kerusakan mesin. Kerusakan mesin yang sering terjadi adalah mesin mati mendadak sehingga proses produksi terhenti dan berikut adalah perhitungannya. Tabel IV. 10 Perhitungan Equipment Failure Losess 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑝𝑚𝑒𝑛𝑡 𝐹𝑎𝑖𝑙𝑢𝑟𝑒 𝐿𝑜𝑠𝑠𝑒𝑠 = 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑝𝑚𝑒𝑛𝑡 𝐹𝑎𝑖𝑙𝑢𝑟𝑒 𝑇𝑖𝑚𝑒 𝐿𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑇𝑖𝑚𝑒 𝑥 100% = 300 2770 𝑥 100% = 11% 52464XP 64% 120% 99% 76% 53587XP 66% 109% 100% 72% 53588XP 67% 96% 99% 64% 53589XP 64% 123% 99% 77% 53590XP 69% 125% 100% 86% 53591XP 77% 116% 100% 89% 53592XP 74% 55% 47% 19% 54608XP 75% 41% 98% 30% Rata-rata 70% 98% 93% 64% Lot Availability Performance Quality OEE 52464XP Cecon 500 MG 5 x 6's 245 53587XP Cecon 500 MG 25 x 4's 265 53588XP Cecon 500 MG 25 x 4's 300 53589XP Cecon 500 MG 25 x 4's 45 235 53590XP Cecon 500 MG 25 x 4's 230 53591XP Cecon 500 MG 25 x 4's 250 53592XP Cecon 500 MG 25 x 4's 150 525 54608XP Surbex-Z 5 x 6's 105 720 150 150 300 11% Total Equipment Failure Time Loading Time 2770 Equipment Failure Losess Lot No Product Name SKU (ML) Breakdo wn / Total Waktu Total
  • 33. 26  Setup and Adjusment Losses Merupakan kerugian yang terjadi karena setelah setup dilakukan, mesin tidak bisa menyala. Tabel IV.11 Perhitungan Setup and Adjusment Losess 𝑆𝑒𝑡𝑢𝑝 & 𝐴𝑑𝑗𝑢𝑠𝑚𝑒𝑛𝑡 𝐿𝑜𝑠𝑠𝑒𝑠 = 𝑆𝑒𝑡𝑢𝑝 & 𝐴𝑑𝑗𝑢𝑠𝑚𝑒𝑛𝑡 𝑇𝑖𝑚𝑒 𝐿𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑇𝑖𝑚𝑒 𝑥 100% = 360 2770 𝑥 100% = 13%  Idle and Minor Stoppage Losses Merupakan kerugian yang disebabkan mesin berhenti sesaat. Hal ini disebabkan karena operator yang bekerja tidak ada di tempat saat proses produksi, material/adonan yang datang terlambat ke stasiun kerja atau karena adanya pemadaman listrik. Tabel IV. 12 Perhitungan Idle and Minor Stoppage Losses = (1169901−1162200)𝑥 0,002 2770 𝑥 100% = 0,56% Setup Setting 52464XP Cecon 500 MG 5 x 6's 45 245 53587XP Cecon 500 MG 25 x 4's 45 265 53588XP Cecon 500 MG 25 x 4's 60 300 53589XP Cecon 500 MG 25 x 4's 45 235 53590XP Cecon 500 MG 25 x 4's 45 230 53591XP Cecon 500 MG 25 x 4's 30 250 53592XP Cecon 500 MG 25 x 4's 45 525 54608XP Surbex-Z 5 x 6's 45 720 360 2770 13%Setup Adjusment Losess Total Lot No Product Name SKU (ML) Loading Time 52464XP Cecon 500 MG 5 x 6's 148554 146640 0,002 245 53587XP Cecon 500 MG 25 x 4's 145040 144300 0,002 265 53588XP Cecon 500 MG 25 x 4's 145194 144300 0,002 300 53589XP Cecon 500 MG 25 x 4's 145225 144200 0,002 235 53590XP Cecon 500 MG 25 x 4's 144777 144000 0,002 230 53591XP Cecon 500 MG 25 x 4's 145914 145300 0,002 250 53592XP Cecon 500 MG 25 x 4's 145659 144900 0,002 525 54608XP Surbex-Z 5 x 6's 149538 148560 0,002 720 1169901 1162200 7701 0,56% Jumlah Produksi Output Idle and Minor Stoppage Losess Total 2770 Selisih Output dan jumlah produksi Theorical Cycle Time 0,002 Lot No Product Name SKU (ML) Loading Time
  • 34. 27  Reduce Speed Losses Merupakan kerugian yang terjadi karena penurunan kecepatan mesin sehingga mesin tidak dapat beroperasi dengan maksimal. Tabel IV.13 Perhitungan Reduce Speed Losess = (0,019−0,002)𝑥 145275 2770 𝑥 100% =15,75%  Defect Losses Merupakan kerugian yang disebabkan oleh produk yang cacat. Tabel IV.14 Perhitungan Defect Losess = 7701 𝑥 0,002 2770 𝑥 100% = 0,56% 52464XP Cecon 500 MG 5 x 6's 0,002 0,002 146640 245 53587XP Cecon 500 MG 25 x 4's 0,002 0,002 144300 265 53588XP Cecon 500 MG 25 x 4's 0,002 0,002 144300 300 53589XP Cecon 500 MG 25 x 4's 0,002 0,002 144200 235 53590XP Cecon 500 MG 25 x 4's 0,002 0,002 144000 230 53591XP Cecon 500 MG 25 x 4's 0,002 0,002 145300 250 53592XP Cecon 500 MG 25 x 4's 0,002 0,004 144900 525 54608XP Surbex-Z 5 x 6's 0,002 0,005 148560 720 0,016 0,019 0,003 15,75% Actual Cycle Reduce Speed Losess Total 145275 2770 Selisih Cycle Time Lot No Product Name SKU (ML) Output Loading Time Theorical Cycle Time 52464XP Cecon 500 MG 5 x 6's 711 1203 0,002 245 53587XP Cecon 500 MG 25 x 4's 440 300 0,002 265 53588XP Cecon 500 MG 25 x 4's 460 434 0,002 300 53589XP Cecon 500 MG 25 x 4's 440 585 0,002 235 53590XP Cecon 500 MG 25 x 4's 440 337 0,002 230 53591XP Cecon 500 MG 25 x 4's 440 174 0,002 250 53592XP Cecon 500 MG 25 x 4's 460 299 0,002 525 54608XP Surbex-Z 5 x 6's 808 170 0,002 720 4199 3502 7701 0,56% Total 0,002 2770 Total Reject Reject Lose Product Name SKU (ML) Reject Sampel Reject Proses Theorical Cycle Time Loading Time Lot No
  • 35. 28 VI.2. Basic Operation Process Mesin Autoclave SHW Mesin Autoclave SHW adalah mesin yang digunakan untuk melakukan proses sterilisasi produk liquid. Produk yang mengalami proses ini antara lain Pedialtyle Solution dan Pedialtyle Bubble Gum. IV.2.1. Alat-alat penunjang Mesin Autoclave SHW Dalam melakukan proses produksi, mesin Autoclave selalu dibantu dengan alat penunjang lainnya yang akan mempermudah proses sterilisasi. Berikut adalah beberapa alat penunjang yang membantu dalam proses sterilisasi yaitu : 1. Hidraulik Hidraulik disini digunakan untuk menaikkan dan menurunkan trolley yang berisi botol ke Autoclave SHW. Alat ini mempermudah operator agar dalam menaikkan dan menurunkan trolley mengeluarkan energi yang ringan. Dalam Basic Operation Process sebelumnya terdapat bab yang menjelaskan tentang alat ini sehingga mempermudah operator dalam melakukan proses ini. 2. Kaye Validator Kaye validator digunakan untuk melakukan validasi terhadap suhu, tekanan dan melakukan validasi tabel Fo secara otomatis. Alat ini mempermudah operator dalam mencatat suhu dan tekanan karena dilengkapi dengan waktu. Sehingga dalam pencatatannya dapat disesuaikan sesuai waktu yang telah direncanakan sebelumnya. 3. Panel Pengontrol Panel pengontrol ini digunakan sebagai pusat kontrol dari proses sterilisasi dari mesin Autoclave SHW. Berikut adalah detail dari tombol yang terdapat pada panel pengontrol. a. Tombol Emergency Switch (Warna merah) untuk menghubungkan listrik ke panel pengontro (searah jarum jam) dan mematikan listril ke panel pengontol (berlawanan arah jarum jam) b. Lampu indikator warna merah menandakan panel pengontrol aktif c. Tombol No.2 digunakan untuk memmasukkan air DEM ke dalam Autoclave SHW d. Tombol No.3 digunakan untuk menghidupkan dan mematikan pompa sirkulasi e. Tombol No.4 digunakan untuk menambah tekanan di dalam Autoclave SHW f. Tombol No.5 digunakan untuk mengurangi tekanan di dalam Autoclave SHW g. Tombol No.7 digunakan untuk memasukkan cooling water atau air dingin saat proses pendinginan pada Autoclave h. Temperatur control Fenwall untuk mengatur temperatur air sirkulasi sesuai yang dibutuhkan (untuk membuka dan menutup Solenoid Steam)
  • 36. 29 IV.2.2. Proses Utama yang Dilakukan Berikut adalah proses utama yang dilakukan dalam proses sterilisasi pada mesin Autoclave SHW. 1. Proses Awal 2. Proses Persiapan Autoclave SHW 3. Proses Pemanasan 4. Proses Sterilisasi 5. Proses Pendinginan 6. Proses Akhir 7. Proses Pembersihan/Pencucian IV.2.3. Kendala yang terjadi Dalam melakukan proses sterilisasi, terdapat kendala-kendala yang terjadi sehingga perlu dibuat Visual Basic Operational Process (Visual BOP) adalah sebagai berikut : 1. Pada BOP sebelumnya operator mengalami kebingungan karena terdapat perbedaan dengan proses yang dilakukan sekarang. 2. Kurangnya operator yang melakukan proses sterilisasi ini sehingga operator mengalami kesulitan dan kejenuhan dalam melaksanakan proses sterilisasi. 3. Kurangnya operator yang mengerti dalam bidang finishing sehingga kalau operator yang terampil tidak bisa masuk pada hari itu, maka akan dialihkan ke operator lain yang memiliki shift lain. VI.3. Proses Pengolahan Limbah PT Abbott Indonesia Proses pengolahan limbah yang dilakukan oleh PT Abbott Indonesia adalah merubah limbah pabrik yang berupa limbah cair menjadi air yang memiliki kandungan bersih yang akan dialirkan ke sungai. Selain itu padatan dari limbah ini akan dikirimkan ke PT. Prima Karya. Aliran limbah yang akan dilakukan pengolahan limbah ini terdiri dari tiga jenis limbah dari proses produksi.Berikut adalah proses pengolahan limbah yang terjadi : 1. Tiga jenis limbah dialirkan menuju kolam pengadukan (Equalitation Tank) yang berfungsi untuk merubah komponan air limbah menjadi air homogan yang terpecah-pecah. 2. Menambahkan nutrient yaitu urea untuk mengurangi bau pada air limbah. 3. Limbah yang telah ditambahkan nutrient ini akan menuju Aerationt Tank untuk mengalami proses pengendapan tahap pertama. 4. Selanjutnya air limbah akan menuju ke Clafier tank untuk mengalami proses pengendapan tahap kedua. 5. Air yang sudah mengalami proses pengendapan akan menuju treat water tank dengan penambahan disinfectant yang bertujuan sebagai perkembangbiakan bakteri. 6. Kemudian air limbah akan mengalami proses penyaringan di active carbon filter.
  • 37. 30 7. Air yang sudah mengalami proses penyaringan akan menuju ke kolam fish bone atau kolam ikan yang bertujuan sebagai indikator untuk mengetahui kondisi air setelah diolah. 8. Air yang sudah bersih tersebut akan dibuang melalui pipa ke sungai. Setelah air limbah mengalami proses pengolahan limbah, selanjutnya akan dilakukan uji warna pada air limbah sebelum diolah dan air limbah setelah diolah. Berikut ini adalah proses pengujian warna pada kedua sampel tersebut. Sampel : A = Air Limbah sebelum diolah B = Air sampel bersih 1 = Air limbah setelah diolah 2 = Air Limbah setelah diolah 1. Menyiapkan keempat sampel air tersebut dan memasukkannya kedalam tabung kimia kecil yang sudah diisi oleh cairan pengetes warna. 2. Jangan lupa memberikan nama kepada keempat sampel sesuai dengan kriteria diatas. 3. Memanaskan keempat air tersebut ke dalam CODWWTRCCTOR selama dua jam. 4. Setelah dua jam angkat keempat tabung dan diamkan beberapa menit agar air dalam tabung sudah dalam keadaan normal. 5. Lakukan tes penglihatan pada keempat tabung yang memiliki hasil sebagai berikut: Tabung A = Warna Hijau Tabung B = Warna Orange Tabung 1 = Warna Orange Tabung 2 = Warna orange Warna hijau mengindikasikan bahwa air limbah belum mengalami proses pengolahan sedangkan warna orange yaitu sebaliknya. 6. Lakukan uji warna menggunakan colorimeter yang hasilnya sebagai berikut : Tabung A = 1640 Tabung B = Tabung 1 = 60 Tabung 2 = 54
  • 38. 31 BAB V. ANALISIS HASIL PELAKSANAAN KERJA V.1 Analisis Overall equipment effectiveness dan Six Big Lose Mesin Chentai 3 V.1.1 Overall equipment effectiveness Mesin Chentai 3 Dari hasil yang diperoleh dari pengolahan diatas dapat diketahui bahwa nilai Overall equipment effectiveness pada bulan juni 2015 pada mesin Chentai 3 memiliki nilai sebesar 64%. Dari hasil diatas dapat digolongkan memiliki arti Typical yang berarti cukup khas untuk produsen diskrit , tetapi menunjukkan ada ROOM besar untuk perbaikan. (http://www.leanproduction.com/oee.html) Gambar V.1 Range nilai Overall equipment effectiveness (http://www.leanproduction.com/oee.html) V.1.2 Six Big Lose Mesin Chentai 3 Dari Beberapa perhitungan menggunakan six big losess, dapat diperoleh nilai dari masing-masing faktor penyebab kecilnya nilai OEE pada mesin Chentai 3. Berikut adalah nilai dari masing-masing faktor. Tabel VI.1 Nilai Six Big Losess Mesin Chentai 3 Dari data diatas dapat diketahui bahwa terdapat tiga nilai yang melebihi nilai 10% yaitu Equipment Failure Losess, Setup Adjusment Losess dan Reduce Speed Losess.  Equipment Failure Losess Nilai Equipment Losess pada mesin chentai 3 pada bulan Juni 2015 adalah sebesar 11%. Equipment Failure Losess adalah kerugian yang disebabkan oleh kerusakan mesin. Kerusakan mesin yang sering terjadi adalah mesin mati mendadak sehingga proses produksi terhenti. Hal yang dapat menyebabkan besarnya nilai ini : 1. Kondisi mesin saat produksi 2. Salah melakukan proses setup Faktor Losess Nilai Equipment Failure Losess 11% Setup Adjusment Losess 13% Idle and Minor Stoppage Losess 0,56% Reduce Speed Losess 16% Reject Lose 0,56%
  • 39. 32 Dua hal diatas salah satu akibat yang dapat menimbulkan mesin mati saat produksi dan harus dapat dihindari dengan cara melakukan pengecekan mesin dan memberikan training kepada operator saat melakukan setup.  Setup Adjusment Losess Setup adjusment losess adalah kerugian yang terjadi karena setelah setup dilakukan, mesin tidak bisa menyala. Kesalahan ini bisa terjadi akibat kurangnya pemahaman operator mengenai cara setting mesin di awal proses produksi. Nilai pada faktor ini juga melebihi nilai 10% yaitu 13% sehingga harus dilakukan tindakan perbaikan pada faktor ini.  Reduce Speed Losess Reduce speed losess adalah faktor kerugian pada proses produksi yang diakibatkan pada menurunnya kecepatan mesin saat proses produksi. Nilai pada faktor ini paling besar dibandingkan dengan nilai dua faktor lain yaitu 16%. Beberapa hal yang mungkin mengakibatkan terjadinya faktor ini antara lain kondisi operator mulai menurun pada akhir produksi. Penurunan kecepatan ini bisa berdampak pada kurangnya output yang dihasilkan saat proses produksi terjadi. V.1.3 Usulan Improvement dari faktor Six Big Losess 1. Memberikan pelatihan lebih mengenai cara set up maupun cleaning mesin chentai 3 kepada operator yang ditunjuk menangani mesin ini. 2. Selalu melakukan pengecekan rutin/service mesin agar mesin tidak mengalami problem saat proses produksi. 3. Supervisor atau asisten supervisor yang ditunjuk harus melakukan pengawasan langsung saat operator melakukan proses produksi.
  • 40. 33 V.2 Basic Operation Process Mesin Autoclave SHW V.2.1 Flow Chart Pembuatan Visual BOP Gambar V.1 Flow Chart Pembuatan Visual BOP V.2.2 Analisis Flow Chart 1. BOP Eksisting Dalam proses ini, pembina lapangan memberikan print out BOP yang harus dipelajari oleh penulis dan mencari perbedaan yang terjadi dengan proses yang dilakukan sekarang. 2. Perubahan Proses Sterilisasi Dalam tahap ini dilakukan identifikasi perbedaan proses yang dilakukan operator terhadap BOP eksisting. Berikut adalah perbedaannya. a. Tidak digunakannya lagi tombol pada panel pengontrol nomor 1, 6, 8 dan 9 dan diganti dengan beberapa proses. - Tombol no 1 diganti dengan penutupan manual oleh operator dan dikunci menggunakan mur Autoclave - Tombol nomor 6 diganti dengan - Tombol nomor 8 dan 9 diganti dengan drain valve 8 and 9. b. Adanya proses tambahan yaitu proses sampel air sterilisasi saat menunjukkan suhu 100o C menggunakan gelas ukur yang akan diuji ke laboratorium. 3. Kendala Operator Brikut adalah beberapa penyebab kendala yang dialami oleh operator mesin Autoclave SHW. a. Pada BOP sebelumnya operator mengalami kebingungan karena terdapat perbedaan dengan proses yang dilakukan sekarang. BOPEksisting Kendala Operator TargetPencarian Data Perubahan Proses PencarianData Pengamatan PengolahanData Evaluasi VisualBOP Usulan
  • 41. 34 - Penjelasan : Dari pernyataan kendala tersebut bahwa proses sterilisasi tersebut mengalami beberapa perubahan proses karena dari pihak engineeringnya selalu mengupdate beberapa peralatan yang mungkin tidak digunakan lagi dalam proses sterilisasinya. Menurut operator, mereka harus secara mandiri mempelajari proses baru yang ada melalui operator bagian engineering. b. Kurangnya operator yang melakukan proses sterilisasi ini sehingga operator mengalami kesulitan dan kejenuhan dalam melaksanakan proses sterilisasi. - Penjelasan Dari beberapa pengambilan data yang dilakukan, dapat dibuktikan bahwa operator yang melakukan proses sterilisasi ini hanya satu orang. Hal tersebut membuat operator merasa lebih dalam melakukan pekerjaannya dibanding operator lainnya di bagian finishing. Dalam Basic Operation Process sebelumnya juga sudah dicantumkan bahwa minimal operator yang mengerjakan proses ini minimal harus dua orang tetapi kenyataan saat proses sterilisasi hanya satu orang saja. c. Kurangnya operator yang mengerti dalam bidang finishing sehingga kalau operator yang terampil tidak bisa masuk pada hari itu, maka akan dialihkan ke operator lain yang memiliki shift lain. - Dalam wawancara dengan operator Autoclave SHW, bahwa operator yang mengerti mengenai kerja dari mesin Autoclave SHW ini hanya tiga orang. Sehingga jika salah satu operator tidak bisa hadir pada shift tersebut, maka harus digantikan oleh operator shift lain yang juga akan menghambat jalannya proses. 4. Target Pencarian Data Pada target pencarian data ini, penulis mencari data visual dan data proses. Hal tersebut sesuai dengan dua faktor yang merubah BOP sebelumnya menjadi visual BOP yang sekarang. Data visual yang dicari adalah semua gambar dari proses yang dilakukan operator baik yang sudah tercantum maupun yang mengalami perubahan proses. 5. Pencarian Data Pada pencarian data ini akan dilakukan pencarian sesuai dengan target awal data yang akan dicari. Tetapi kendala yang dihadapi adalah kerja mesin yang belum diketahui jadwalnya dan kadang bekerja pada shift 3 atau shift malam. Akan tetapi semua data telah dicari dan dilakukan pengolahan ke dalam visual BOP.
  • 42. 35 6. Pengolahan Data a. Input Gambar Proses input gambar ini dilakukan dengan memasukkan data visual yang telah diperoleh ke dalam rancangan visual BOP yang dibuat. b. Analisis Proses Analisis proses dilakukan dengan berkonsultasi dengan operator mesin Autoclave SHW mengenai proses perubahan yang terjadi pada proses sterilisasi ini. 7. Evaluasi Evaluasi dilakukan dengan melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing kerja praktek yang akan melakukan evaluasi terhadap visual BOP yang telah dibuat yang selanjutnya akan diperbaiki lagi oleh penulis. 8. Visual BOP Usulan Terlampir V.3 Proses Pengolahan Limbah PT Abbott Indonesia Dari proses pengolahan limbah pada PT Abbott Indonesia, sudah diketahui bahwa PT Abbott Indonesia menggunakan pengolahan limbah yang modern dan sesuai dari prosedur yang telah diatur oleh pemerintah. Dalam proses pengetesan air limbahnya pun juga sudah melakukan beberapa metode yaitu : 1. pH 2. TSS (Total Solid Suspension/Total Suspensi Padat) 3. COD (Chemical Oxygen Demand/ Nilai Oksigen Kimia) 4. BOD (Biological Oxygen Demand/Nilai Oksigen Biologi) 5. Pengetesan Warna air Dari hasil diatas, dapat dikategorikan bahwa PT Abbott Indonesia sudah menjadi perusahaan khususnya di bidang kimia farma yang mentaati peraturan dari pemerintah mengenai pengolahan limbah.
  • 43. 36 BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN VI.1. Kesimpulan 1. Di PT Abbott Indonesia Cimanggis memiliki dua bagian utama yaitu bagian manufaktur dan bagian Quality yang masing masing memiliki struktur organisasi sendiri. 2. Pada pengolahan nilai Overall equipment effectiveness pada mesin Chentai 3, nilai yang diperoleh adalah sebesar 64% yaitu perusahaan tergolong Typical yang berarti cukup khas untuk produsen diskrit , tetapi menunjukkan ada ROOM besar untuk perbaikan. Sedangkan pada analisis Six Big Losess, terdapat tiga faktor utama yang mempengaruhi kecilnya nilai Overall equipment effectiveness - Equipment Failure Losess (11%) - Setup Adjusment Losess (13%) - Reduce Speed Losess (16%) Beberapa usulan improvement yang dapat diusulkan antara lain : a. Memberikan pelatihan lebih mengenai cara set up maupun cleaning mesin chentai 3 kepada operator yang ditunjuk menangani mesin ini. b. Selalu melakukan pengecekan rutin/service mesin agar mesin tidak mengalami problem saat proses produksi. c. Supervisor atau asisten supervisor yang ditunjuk harus melakukan pengawasan langsung saat operator melakukan proses produksi. 3. Pada perbaikan Basic Operation Procedure menjadi Visual Basic Operation Procedure terdapat beberapa proses yang mengalami perpecahan dan penambahan proses karena pada Basic Operation Procedure belum terdapat proses tersebut. 4. PT Abbott Indonesia merupakan perusahaan yang mencerminkan perusahaan sehat dan taat aturan karena di dalam perusahaannya memiliki sistem pengolahan limbah pabrik yang melalui berbagi proses sehingga akan dihasilkan air yang bersih sebelum di buang ke sungai. Beberapa tes yang dilakukan pada air pengolahannya adalah : a. pH b. TSS (Total Solid Suspension/Total Suspensi Padat) c. COD (Chemical Oxygen Demand/ Nilai Oksigen Kimia) d. BOD (Biological Oxygen Demand/Nilai Oksigen Biologi) e. Pengetesan Warna air
  • 45. 38 DAFTAR PUSTAKA Abbott Indonesia . 2006 . Profil PT. Abbott Indonesia. http://abbott.co.id/ Lean Production . 2013 . OEE. http://www.leanproduction.com/oee.html Ngelamunin. 2011. Overall Equipment Effectiveness (OEE). http://ngelamunin.blogspot.com/2011/08/overall-equipment-effectiveness-oee.html Taufik Amsyah. 2013. Pengertian SOP. https://taufikamsyah.wordpress.com/2013/02/18/pengertian-sop/ MOTIVASI HIDUP BERKAH. 2015. Apa Itu Six Big Losses?. http://motivasihidupberkah.blogspot.com/2013/04/apa-itu-six-big-losses.html
  • 46. 39 Lampiran - Copy surat lamaran ke perusahaan - Copy Balasan Surat lamaran - Lembar Penilaian Pembimbing lapangan - Lembar berita acara presentasi dan penilaian pembimbing akademik -