1. MATA KULIAHMATA KULIAH
BAHASA INDONESIABAHASA INDONESIA
JURUSANJURUSAN TEKNIK INFORMATIKATEKNIK INFORMATIKA
UNIVERSITASUNIVERSITAS SULAWESISULAWESI BARATBARAT
2. TUJUAN UMUM DAN KHUSUSTUJUAN UMUM DAN KHUSUS
KULIAH BAHASA INDONESIAKULIAH BAHASA INDONESIA
TUJUAN UMUM
Agar para mahasiswa memiliki sikap bahasa yang positif
terhadap bahasa Indonesia
TUJUAN KHUSUS
Agar para mahasiswa terampil menggunakan Bahasa
Indonesia dengan baik dan benar secara lisan dan terutama
secara tertulis
3. PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIAPERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA
DAN PETUNJUK PERKEMBANGANDAN PETUNJUK PERKEMBANGAN
1. BAHASA INDONESIA BERASAL DARI BAHASA
MELAYU
1. Lingua franca (komunikasi antarsuku)
2. Alat komunikasi perdagangang tempo dulu
2. KAPAN BAHASA MELAYU MULAI DIJADIKAN
ALAT KOMUNIKASI:
1. Prasasti Kedukan Bukit di Palembang tahun 683
2. Prasasti Talang Tuo di Palembang tahun 684
3. Prasasti Kota Kapur di Bangka Barat tahun 686
4. Prasasti Karang Brahi antara Jambi dan Sungai Musi tahun 688
5. Prasasti Gandasuli di Jateng tahun 832
6. Prasasti Bogor tahun 942
5. ALASAN BAHASA MELAYU DIANGKATALASAN BAHASA MELAYU DIANGKAT
SEBAGAI BAHASA INDONESIASEBAGAI BAHASA INDONESIA
1. Bahasa melayu merupakan lingua franca di
Indonesia, bahasa perhubungan dan bahasa
perdagangan.
2. Sistem bahasa Melayu sederhana, mudah
dipelajari karena dalam bahasa ini tidak dikenal
tingkatan bahasa
3. Suku Jawa, suku Sunda dan suku-suku yang lain
dengan sukarela menerima bahasa Melayu
menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa
nasional.
4. Bahasa Melayu mempunyai kesanggupan untuk
dipakai sebagai bahasa kebudayaan dalam arti
luas.
6. Kedudukan dan Fungsi Bahasa
Indonesia
1. Bahasa Nasional
Tercantum pada ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928
Fungsi sebagai bahasa nasional:
a. Lambang kebanggaan bangsa
b. Lambang identitas nasional
c. Alat penghubung antarwarga
d. Alat penyatuan suku bangsa
7. 2. Sebagai bahasa Negara
Tercantum di dalam UUD 1945 Bab XV, pasal 36)
Fungsi sebagai bahasa negara:
a. Bahasa resmi kenegaraan
b. Bahasa pengantar di dalam dunia pendidikan
c. Alat perhubungan perencanaan dan pelaksaan pembangunan
d. Alat pengembangan kebudayaan ilmu pengetahuan
dan teknologi
lanjutanlanjutan
8. RAGAM BAHASA INDONESIARAGAM BAHASA INDONESIA
1. TULIS
* Terikat struktur dan ejaan
* Ragam tulis lebih pada pengembangan
akademik dan ilmiah
2. LISAN (Retorika)
* Menghendaki orang lain sebagai lawan bicara
* Membutuhkan mimik, gerak, pandangan,
dan intonasi
3. BAKU
* Ditulis untuk kepentingan komunikasi tulis.
* Diakui sebagai bahasa resmi (KBBI)
9. CABANG ILMU BAHASACABANG ILMU BAHASA
FONOLOGI
Berkaitan dengan bunyi bahasa
MORFOLOGI
Berkaitan dengan pembentukan kata
SINTAKSIS
Berkaitan dengan penyusunan kalimat
SEMANTIK
Berkaitan dengan pemahaman dan pengembangan makna
10. PERTEMUAN KE-2:PERTEMUAN KE-2: TANDA BACATANDA BACA
A. Tanda Titik (.)
1. mengakhiri kalimat
2. dipakai di belakang angka/ huruf dalam satu bagian,
contoh: (A.), (1.)
3. memisahkan angka jam, menit, dan detik
contoh: 13.15.25
4. menulis daftar pustaka
contoh: Hirata, Andrea. 2006. Laskar Pelangi. Yogyakarta:
Bentang.
5. menulis bilangan ribuan dan kelipatannya
contoh: 3.000.000
6. menulis gelar akademik/nonakademik
contoh: (S.E.), (S.H.), (S.Pd.), (Dr.), (Prof.), (Hj.)
7. menulis singkatan
contoh: (No.), (Yth.), (Jend.), (s.d.)
11. B. Tanda KomaB. Tanda Koma
(,)(,)
1. menulis rincian atau pembilangan
Cth: - Kami membutuhkan air, makanan, pakaian, dan tempat
singgah.
- Merah, biru, kuning, ataupun putih merupakan warna
dasar.
2. dipakai di belakang kata penghubung antarkalimat
cth: (Jadi, …), (Oleh karena itu,…), (Dengan demikian,…)
3. memisahkan petikan kalimat langsung
cth: Mereka berkata, “ Kami membutuhkan bantuan media.”
4. memisahkan nama, alamat, dan tempat tinggal
cth: Jaka Permana, Jalan Merdeka, Jakarta
5. memisahkan kata ekspresi atau emosi
12. 6. memisahkan nama dan gelar
cth: (Faizal Akbar, S.H.), (Erni Fitria, S.E.), (Permana, S.Si.)
7. menulisakan angka/ bilangan pecahan persepuluhan
cth: (13,5), (10,5)
8. menulis keterangan tambahan
cth: Di sekolah kami, misalnya, masih banyak siswa yang sakit.
9. memisahkan anak kalimat dan induk kalimat jika anak kalimat
berada di depan
cth: Ketika hujan deras, semua buruh berteduh di tepi
bangunan.
10. memisahkan antara bagian-bagian nama dalam daftar pustaka
dan catatan kaki
cth: (Ismail, Taufik. …), (Yogyakarta: Bentang. 2006), halm. 3
C. Tanda Koma (,)C. Tanda Koma (,)
13. D. Tanda titik dua (:)D. Tanda titik dua (:)
1. memisahkan kata umum dan khusus
cth: Kami membawa alat tulis: pensil, penggaris, dan pena.
2. menulis data
cth: hari, tanggal: Senin, 21 Maret 2011
tempat : Lab. Bahasa
3. menulis naskah dialog/ drama
cth: Surya : “Wah, indah sekali pantai ini!”
Reza : “Di sini juga tempat penjualan ikan.”
4. memisahkan surat dan ayat, tahun dan hal. (dalam kutipan)
cth: Yusuf: 15, (2006: 12), (Nurdiansyah,2011: 35)
14. 1. memisahkan bagian kalimat yang sejenis dan setara
cth: Hari sudah hampir pagi; tugas ini belum selesai.
2. mengganti kata penghubung antarkalimat majemuk
setara
cth: Mereka mengerjakan tugas di kelas; kami mencari
bahan materi di perpustakaan.
E. Tanda titik koma (;)E. Tanda titik koma (;)
15. F. Tanda hubung (-)F. Tanda hubung (-)
1. menyambung kata dasar yang terpisah karena pergantian garis
cth: Tima SAR sedang mencari kor-
ban bencana tsunami.
2. memisahkan imbuhan dan kota
cth: se-Jawa, se-Bali, se-Indonesia
3. memisahkan (singkatan, kata asing dan imbuhan)
cth: KTP-nya, di-smash
4. memisahkan imbuhan dan angka
Cth: ke-17, 90-an
5. memperjelas pemenggalan bagian-bagian kata
Cth: dua puluh lima-ribuan (20 5000)
anak-istri saya (anak dan istri saya)
6. menulis kata ulang
Cth: makan-makan, jalan-jalan
16. 1. menyatakan sampai
cth: Jogja–Solo, 2010–2011
2. membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi
penjelasan di luar kalimat
cth: Kesuksesan itu –mereka yakin– akan dapat diraih.
G. Tanda pisahG. Tanda pisah
(–)(–)
17. H. Tanda Kurung ((…))H. Tanda Kurung ((…))
1. mengapit tanda keterangan atau penjelasan singkatan
cth: DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta)
2. membuat perincian
cth: Faktor pendidikan menyangkut masalah (a) sarana,
(b) pendidik, dan (c) peserta didik
3. mengapit keterangan atau penjelasan
cth: Keterangan itu (lihat Tabel 13) menunjukkan
faktor prestasi anak di pengaruhi oleh motivasi
18. I. Tanda Petik (“…”)I. Tanda Petik (“…”)
1. mengapit petikan langsung
cth: “Kami sudah menunggu,” kata Rini, “Ya, tunggu
sebentar!”
2. mengapit judul
cth: Kami sudah menonton “Sang Pemimpi”.
Kalian sudah membaca buku
“Pedoman Umum EYD”?
3. mengapit istilah atau kata yang mempunyai arti khusus
cth: Ia sedang “sakau” hingga pingsan.
4. mengapit julukan
cth: Ia disebut sebagai pendekar “Si Pitung” dari Betawi.
19. J. Tanda Garis Miring (/)J. Tanda Garis Miring (/)
1. menulis nomor surat pada surat resmi
cth: No. :3/UR/007/03/2011
2. mengganti kata dan, atau, atau tiap
cth: mahasiswa/mahasiswi, Bapak/Ibu
Rp 500,00/lembar
20. PERTEMUAN KE-3PERTEMUAN KE-3::
HURUF, HURUF KAPITAL, DAN HURUF MIRINGHURUF, HURUF KAPITAL, DAN HURUF MIRING
A. Huruf
1. Huruf Vokal : a, i, u, e, o
2. Huruf Konsonan: b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w,
x, y, z
3. Huruf Diftong:
a. ai, au, oi (diftong huruf vokal)
di awal : aula, ain
di tengah : syaitan, saudara, boikot
di akhir : pandai, harimau, amboi
b. kh, ng, ny, sy (diftong huruf konsonan)
di awal : khusus, ngilu, nyata, syarat
di tengah : akhir, bangun, hanyut, isyarat
di akhir : tarikh, senang
21. B. Pemenggalan KataB. Pemenggalan Kata
1. Pemenggalan pada kata dasar
a. jika ada vokal berurutan
cth: au-la, sau-dara,
b. jika ada huruf vokal dan konsonan di tengah
cth: ba-pak, de-ngan, mu-ta-khir
c. jika ada dua huruf konsonan yang beruntun
cth: man-di, som-bong, bang-sa
d. jika ada tiga atau lebih konsonan
cth: in-stru-men, in-fra, bang-krut, ikh-las
22. Lanjutan …Lanjutan …
2. Pemenggalan kata berimbuhan
cth: minum-an, mem-bawa, ambil-lah
catatan:
1. imbuhan –i tidak dipenggal (mak-nai)
2. pemenggalan imbuhan sisipan dipisah (te-lun-juk, ge-
ri-gi, ge-me-tar)
3. Jika satu kata terdiri dari satu unsur atau lebih (foto-
grafi: fo-to-gra-fi, introspeksi: in-tro-spek-si)
23. C. Huruf Kapital atau Huruf BesarC. Huruf Kapital atau Huruf Besar
1. dipakai pada huruf pertama awal kalimat
cth: Kami tertidur.
2. dipakai pada huruf pertama petikan langsung
cth: Ibu bertanya, “Kapan kamu pulang?”
3. penulisan nama Tuhan, nabi, agama dan kitab suci
cth: Allah, Isa, Budha, Al-Quran
4. menulis gelar kehormatan
cth: Sri Sultan Hamengku Buwono, Haji Ahmad Yusuf
5. menulis nama jabatan (jika diikuti nama orang dan
tempat menjabat)
Cth: Presiden Indonesia, Gubernur Sulawesi Selatan
24. lanjutanlanjutan
6. menulis nama orang
cth: Usman Hanafi
7. menulis nama suku, negara, dan bahasa
cth: suku Dayak, negara Indonesia, bahasa Mandarin
8. menulis nama hari, bulan, tahun
cth: Senin, Maret, Masehi
9. menulis nama letak geografi (jika diikuti nama tempatnya)
cth: Danau Toba, Selat Sunda, Jalan Proklamasi
10. menulis nama negara, unsur pemerintahan, dan dokumen
Cth: Majelis Permusyawaratan Rakyat, Keputusan Presiden
25. 11. menulis nama instansi/ surat kabar
cth: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Kedaulatan
Rakyat
12. menulis judul (buku, film, lagu, dll)
cth: Bom buku “Yahudi Militan”
13. menulis nama gelar akademik
cth: Prof., Dr., S.H.
14. menulis kata sapaan (hubungan akrab)
cth: Bapak, Ibu, Saudara, Anda, Paman, Nenek
15. menulis singkatan
cth: KPK, BNN
lanjutanlanjutan
26. Singkatan dan AkronimSingkatan dan Akronim
1. Singkatan (gelar, instansi, umum, lambang)
cth: (S.H.), (PT), ((s.d.), (d.a.), (dsb.), (Yth.), (dst.)), (H2O)
2. Akronim: gabungan deret huruf awal yang dapat dibaca seperti
kata
a. akronim nama diri
cth: ABRI (Akademi Bersenjata Republik Indonesia)
SIM (Surat Izin Mengemudi)
b. akronim nama diri berupa gabungan suku kata
cth: Bapenas (Badan Perencana Pembangunan Nasional)
Iwapi (Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia)
c. akronim nama diri berupa gabungan huruf
cth: pemilu (pemilihan umum), rudal (peluru kendali)
tilang (bukti pelanggaran)
27. D. HURUFD. HURUF
MIRINGMIRING
1. menulis nama buku, majalah, dan surat kabar yang
dikutip
cth: buku Cermat Berbahasa Indonesia
majalah Tempo
harian Kompas
2. menegaskan atau mengkhususkan huruf
cth: Kami akan menipu, tetapi tertipu.
3. menuliskan nama ilmiah
cth: oryza sativa (nama latin padi), aurellia (nama latin
cacing)
28. ImbuhanImbuhan
1. Imbuhan Asli: awalan (prefiks), sisipan
(infiks), akhiran (sufik), awal+akhiran
(konfiks)
2. Imbuhan Asing: is, isme, isasi, man, wan,
wati, i, wi, ah, pra, a
3. Imbuhan Daerah: tuna, pasca, nara, swa,
catur, sapta, panca, dasa, maha, para, a
4. Klitik (possesive/milik): ku, mu, nya, kau
29. Imbuhan AsliImbuhan Asli
1. Awalan (prefik): meN, ber, di, ter, peN,
pe, se, per, ke
2. Sisipan (infiks): el, em, er
3. Akhiran (sufiks): kan, an, i, nya, wan,
wati, wi
4. Awalan+akhiran (konfiks/simulfiks): ke-
an, me-kan, di-kan, pe-an, me-i,
31. Pengembangan ImbuhanPengembangan Imbuhan
Gabungan imbuhan di-i
di + tempat (dipisah) di + ungkapan/idiom
(digabung)
di meja dimejahijaukan
di rumah dirumahkan
di Indonesia diindonesiakan
di dalam didalami
di belakang dibelakangi
di + tempat (dipisah) di + kerja (digabung)
di jalan dijalankan
di kantor diambil
di sungai dibuang
32. Makna Imbuhan meN-Makna Imbuhan meN-
1. Suatu perbuatan aktif: mencetak, menulis, memukul,
membaca, merundingkan
2. Menjadi seperti: melebar, meluas, mengecil, menyempit,
membatu, menguning,
3. Menuju ke : menepi, melaut, mendarat
4. Berlaku seperti: mengabdi, membujang
5. Berfungsi sebagai/ menyerupai: menyupir, membukit,
menyemut
6. Menyatakan keadaan: mengantuk, menyendiri
7. Membuat gulai : menggulai
8. Mengeluarkan bunyi: mengeong, meraung
9. Mencari/mengumpulkan: mendamar, merumput, merotan
10. Makan/ minum: menyatai, mengopi,
33. Proses PeluluhanProses Peluluhan
Pada awalan meN dan peN dapat mengalami proses peluluhan
jika kedua imbuhan tersebut bertemu dengan kata yang
berawalan huruf (K, T, S, P) cth: pukul, kurang, satu, tunjuk
Jadi: me+ tunjuk= menunjuk, me+kurang= mengurang
me+ pukul= memukul, me+satu = menyatu
Kecuali: imbuhan tersebut tidak meluluhkan kata yang diawali
dengan huruf (K, T, S, P) jika terdapat klaster, tetapi tetap.
Klaster: kata yang diawalai dengan dua konsonan
cth: praktik, traktir, sponsor, kritik
Jadi: me+protes= memprotes, me+traktir= mentraktir
me+kritik = mengkritik, me+sponsor+i= mensponsori
37. Kata dan KalimatKata dan Kalimat
Kata sebagai unsur pembentuk kata memiliki berbagai jenis
fungsi dan makna untuk membentuk kalimat.
Jenis kata:
1. Kata benda
2. Kata sifat
3. Kata kerja
4. Kata nominal
5. Kata keterangan
6. Kata ulang
7. Kata depan
8. Kata majemuk
38. Gabungan Kata: FrasaGabungan Kata: Frasa
Frasa: gabungan kata yang menduduki satu fungsi atau unsur dalam
kalimat
Jenis Frasa:
1. Frasa Eksosentrik: frasa yang terdiri dari gabungan kata dasar
dan kata depan (preposisi)
cth: di kebun, ke pasar, dari kampus, pada malam
2. Frasa Endosenstrik: frasa yang terdiri dari unsur yang tidak
dapat disubtisusikan oleh unsur lain
- frasa koordinatif: frasa yang unsurnya tidak dapat diganti oleh
unsur lain dan hanya dapat disisipi oleh unsur (dan) atau (atau)
- frasa atributif: frasa yang terdiri dari unsur inti dan tambahan
(atribut)
- frasa apositif: frasa yang berupa istilah dan tidak bisa digantikan
dengan unsur lain
39. Jenis FrasaJenis Frasa
1. Frasa Verba: sedang berbicara,
2. Frasa Nomina: sepeda baru, rumah
makan
3. Frasa Adjektifa: sangat cantik, paling
tampan
4. Frasa Adverbia: tadi malam, kemarin
sore
5. Frasa Preposisional: dari kantor, di
rumah, ke kebun
40. Gabungan Kata (bukan Frasa)Gabungan Kata (bukan Frasa)
1. Gabungan kata (kata majemuk)
cth: duta besar, kambing hitam, kereta api, kelinci
percobaan, orang tua, tangan kanan, memeras
keringat, banting tulang
2. Gabungan kata dirangkai
cth: acapkali, adakalanya, barangkali, bilamana,
beasiswa, belasungkawa, bumiputra, daripada,
darmabakti, kacamata, olahraga, radioaktif, saputangan,
saripati, segitiga, sekalipun, sukacita, sukarela,
peribahasa,
42. KlausaKlausa
Klausa ada struktur atau gabungan kata
yang memiliki struktur unsur kalimat tetapi
belum menjadi kalimat.
Cth: kami sedang mengamen
mereka membutuhkan makanan
Jenis Klausa:
1. Klausa atasan/inti: induk kalimat
2. Klausa bawahan/: anak kalimat
44. lanjutanlanjutan
2. Kalimat Majemuk
kalimat yang memiliki unsur klausa atau
inti kalimat lebih dari satu.
Cth: Ia tidak sekolah karena ia sakit
Kami tetap berangkat walaupun hari ini hujan
lebat.
Mereka tetap akan mendaki gunung meskipun di
antara mereka ada yang tidak dapat ikut.
45. lanjutanlanjutan
1. Kalimat Majemuk Setara
Konjungsi: dan, atau, kemudian, lalu,
Pemuda itu membawa patung
dan benda kerajinan di dalam
mobilnya.
46. lanjutanlanjutan
2. Kalimat Majemuk bertingkat:
Pemuda yang duduk di dekat pohon itu
akan menyeberang dan membeli makanan
ringan
Petani itu membajak sawah
dengan alat tradisional yang
dibantu oleh kerbau.
47. 3. Kalimat majemuk campuran:
Mereka membawa surat dan mereka membawa
hadiah ketika kami sedang rapat membahas lomba
futsal di kampus.
Para karyawan mengajukan gugatan kenaikan gaji
dan perpanjangan kontrak ketika perusahaan
sedang mengalami kenaikan pendapatan bulan ini.
lanjutan
48. Konjungsi Korelasi
Bukan … melainkan.
Contoh:
Bukan hanya mahasiswa yang
menginginkan presiden mundur melainkan
masyarakat DIY juga menginginkan hal
yang sama.
lanjutan
49. Tidak (hanya)… tetapi.
Tidak hanya di Surabaya dan Jakarta tetapi
di DIY juga sedang terserang wabah ulat
bulu.
Baik … maupun
Baik siswa maupun guru semua harap
menuju ke aula untuk menyaksikan
pementasan drama dari siswa kelas IX.
lanjutan
50. Antara … dengan/dan
Antara persepakbolaan Indonesia dengan
Amerika latin memiliki tipe dan gaya
permainan yang sama karena sebagian
pemain asing di Indonesia berasal dari
Amerika latin.
lanjutan
51. Kalimat Aktif dan Pasif
Kalimat Aktif: melakukan aktivitas
Contoh Kalimat aktif:
1.Para mahasiswa sedang
mengumpulkan koin untuk
presiden.
2.Mereka bermain layang-layang di
lapangan.
lanjutan
52. Kalimat pasif: dikenai aktivitas
Boneka itu dibuat oleh perajin di
desa wisata. (Perajin itu membuat
boneka di desa wisata = aktif.)
Mobil itu diparkir di halaman
kantor.
Anak itu terjatuh dari sepeda.
Saya tertidur.
lanjutan
53. Kalimat EfektifKalimat Efektif
Kalimat Efektif: Kalimat yang tidak
berlebihan
1. Para mahasiswa berkumpul di aula
Para mahasiswa berkumpul bersama di aula.
2. Mereka membicarakan (tentang=tidak perlu)
permasalahan keuangan organisasi.
3. Kami berbicara tentang tujuan dan visi
organisasi.
4. Wanita itu sangat cantik.
5. (Di mana= tidak penting) mereka
cenderung menyanyikan lagu tersebut.
54. ParagrafParagraf
Paragraf adalah seperangkat kalimat yang
membicarakan/menjelaskan gagasan atau
topik tertentu.
Syarat-syarat paragraf
1. Kesatuan Paragraf (kohesi)
Dalam satu paragraf hanya terdiri dari satu pokok pikiran.
Kalimat-kalimat harus disusun secara cermat agar tidak
menyimpang dari topik.
2. Kepaduan Paragraf (koheren)
Kalimat yang ditulis logis dan ada hubungan antarkalimat
3. Ada gagasan utama/ ide pokok: inti tulisan (didapatkan dari
kalimat utama)
4. Kesimpulan : saran atau solusi kritis
55. Kata Penghubung AntaparagrafKata Penghubung Antaparagraf
Hubungan transisi
Hubungan kata ganti
Pengulangan kata kunci
1. Hubungan Transisi
- hubungan tambahan: selanjutnya, lebih lagi, di
samping itu, lalu, berikutnya, demikian pula, begitu
juga, lagi pula
- hubungan pertentangan: akan tetapi, namun,
bagaimanapun, walaupun demikian, sebaliknya,
meskipun begitu, lain halnya.
56. lanjutanlanjutan
- Hubungan perbandingan: sama dengan itu,
dalam hal yang demikian, sehubungan dengan hal
itu
- Hubungan akibat: oleh sebab itu, jadi,
akibatnya, oleh karena itu, maka, oleh sebab itu
- Hubungan tujuan: untuk itu, untuk maksud
itu
- Hubungan singkatan: singkatnya, pendeknya,
akhirnya, pada umumnya, dengan kata lain,
sebagai simpulan
- Hubungan waktu: sementara itu, segera
setelah itu, beberapa saat kemudian,
- Hubungan tempat: berdekatan dengan itu
57. Hubungan kata ganti orang: dengan
menyebutkan nama dan kata ganti sebagai
penghubung antarkalimat dalam sebuah
paragrag. Cth: ia, dia, mereka, dan nama
Hubungan kata kunci: dengan
memberikan kata kunci yang diulang-ulang
dalam sebuah paragraf
lanjutan
58. Jenis ParagrafJenis Paragraf
Berdasar Letak Kalimat UtamanyaBerdasar Letak Kalimat Utamanya
1. Deduktif: depan/ awal
2. Induktif : belakang/ akhir
3. Ineratif : tengah
4. Variatif : awal dan akhir
5. Deskriptif : tanpa kalimat utama
59. Jenis Paragraf Berdasar IsinyaJenis Paragraf Berdasar Isinya
1. Argumentatif : berisi opini/ pendapat
2. Persuasif : berisi ajakan/ bujukan
3. Eksposisi : berisi paparan/ penjelasan
yang bersifat teknis/ proses
4. Deskriptif: berisi gambaran tentang
suatu tempat/ benda/ suasana
5. Naratif : berisi cerita dengan
kelengkapan peristiwa, tokoh, setting,
dan alur
60. Pengembangan ParagrafPengembangan Paragraf
1. Generalisasi: pola pengembangan khusus-
umum dengan penyimpulan di akhir paragraf
2. Analogi : pola pengembangan dengan
persamaan dua hal yang memiliki kesamaan
sifat
3. Klasifikasi ; pola pengembangan dengan
pengelompokan
4. Definisi : pola pengembangan dengan
penjelasan instilah/ unsur
5. Sebab-Akibat: pola klausul (sebab-akibat/
akibat-sebab)
61. Karya Tulis IlmiahKarya Tulis Ilmiah
Karya tulis atau karangan ilmiah adalah
karangan yang menyajikan gagasan atau argumen
keilmuwan berdasarkan fakta.
• Gagasan keilmuwan itu harus dapat dipercaya dan
diterima kebenarannya, sehingga perlu penyajian secara
benar.
• Gagasan dalam karya tulis seharusnya disajikan dengan
tidak mambuat pihak lain atau pembaca ragu untuk
menerimanya.
• Penyajian karya tulis ilmiah harus dilakukan secara logis.
• Karya tulis yang ilmiah berarti karangan yang menyajikan
argumen dengan menggunakan logika berpikir secara
benar.
62. Mengenal karya tulis ilmiahMengenal karya tulis ilmiah
Kekhususan karya tulis ilmiah
a. Mengupas dan mempermasalahkan
pengetahuan.
b. Membuktikan kebenaran ilmiah dan
disajikan dengan metode ilmiah.
c. Menerapkan kebenaran ilmiah dan
disajikan dengan metode ilmiah.
63. Pengguna Karya Tulis IlmiahPengguna Karya Tulis Ilmiah
Para ilmuwan dan peneliti
Praktisi dan profesional akademik
(pendidik)
Pelajar dan Mahasiswa
Semua pihak yang terlibat dan
mengembangkan karya tulis ilmiah
seharusnya memiliki kemampuan
menyusun karya tulis ilmiah
64. Karya tulis ilmiah dan nonilmiahKarya tulis ilmiah dan nonilmiah
Karya Tulis Ilmiah Karya Tulis Nonilmiah
Fakta umum Fakta pribadi
Metodologi penulis ilmiah
(prosedural)
Model penulisan beragam
Kebenaran dapat
dibuktikan (objektif)
Bersifat subjektif
65. Jenis Karya TulisJenis Karya Tulis
Karya Tulis Ilmiah Karya Tulis Nonilmiah
Makalah Artikel/ opini (nonfiksi)
Laporan penelitian Berita/ features (nonfiksi)
Skripsi Cerpen (fiksi)
Diktat Novel (fiksi)
Buku teks Puisi (fiksi)
66. Karakteristik Karya Tulis IlmiahKarakteristik Karya Tulis Ilmiah
Menyajikan fakta
Menyajikan pengertian/ definisi tentang
permasalahan
Menguraikan permasalahan
Menerapkan teori
Membahas, memecahkan, dan
menyimpulkan masalah
67. Karangan ilmu pengetahuan yang
menyajikan fakta dan ditulis dengan
metodologi penulisan yang baik dan
benar.
Harus ditulis dengan jujur, akurat
berdasarkan kebenaran yang objektif
berdasarkan data dan fakta di lapangan,
bukan kebenaran normatif
KARANGAN ILMIAHKARANGAN ILMIAH
68. Laporan merupakan sebuah tulisan
yang dibuat setelah seseorang melakukan
pengamatan, kunjungan, wawancara,
pembacaan buku/literatur, percobaan, dan
lain-lain. Laporan dapat berisi informasi
yang beraneka ragam, misalnya kemajuan
suatu peristiwa, penyelesaian tugas, hasil
wawancara, hasil pengkajian masalah, atau
pengungkapan hasil penelitian. Sebagai
karya ilmiah, laporan harus ditulis atas
dasar aturan yang berlaku dalam
Laporan.Laporan.
69. Pada umumnya makalah disebut pula paper. Menurut
Parera (1983:25), makalah adalah karya tulis yang
memerlukan studi, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Makalah dapat disajikan dalam pertemuan
ilmiah, seperti seminar, lokakarya, simposium, diskusi
ilmiah, dan sebagainya.
Apabila suatu makalah akan dimuat dalam majalah ilmiah,
seperti jurnal, sebagai sebuah artikel, penulis perlu
memodifikasi baik isi maupun bentuk penulisannya
sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada majalah yang
akan memuatnya. makalah yang dibuat oleh mahasiswa
sering disebut term paper atau paper.
Makalah yang dibuat mahasiswa ini merupakan jenis
tugas tertulis pada suatu mata kuliah tertentu. Hal ini
dapat berupa kajian suatu buku, kajian suatu masalah,
atau analisis fakta hasil observasi.
MakalahMakalah
70. Seperti makalah tetapi analisisnya lebih
serius.
Biasanya makalah yang dibuat oleh
seseorang atau pejabat dan dibawakan
dalam suatu pertemuan atau rapat sering
disebut kertas kerja.
Ditulis untuk disajikan dalam seminar atau
lokakarya.
Kertas kerjaKertas kerja
71. Karya tulis ilmiah yang mengemukakan
pendapat penulis berdasarkan pendapat
orang lain.
Pendapat didukung data dan fakta
empiris-objektif, baik lewat penelitian
langsung atau tak langsung.
Ditulis untuk melengkapi syarat guna
memperoleh gelar sarjana yang
penyusunannya dibimbing oleh seorang
dosen atau tim yang ditunjuk oleh
lembaga perguruan tinggi
SkripsiSkripsi
72. Lebih mendalam daripada skripsi
Mengungkapkan pengetahuan baru
yang diperoleh dari penelitian
sendiri.
Memperbincangkan pengujian
terhadap satu hipotesis atau lebih
dan ditulis oleh mahasiswa pasca
sarjana
TesisTesis
73. Mengemukakan suatu dalil yang dapat
dibuktikan oleh penulis berdasarkan data
dan fakta yang sahih dan analisis yang
terinci
Dipertahankan dihadapan senat guru
besar/ penguji dari perguruan tinggi
Berisi temuan penulis sendiri yang
berupa temuan orisinil.
DisertasiDisertasi
74. Mengetengahkan masalah dalam bidang/ cabang
ilmu tertentu
Mengetengahkan persoalan secara utuh,
meliputi bagian pendahuluan, isi dan bagian
penutup
Objektif, tidak memihak kepada seorang atau
kelompok tertentu
Pembahasan secara rasional tidak emosional
Didukung data dan fakta
Alur sistemik dan runtut
Karya ilmiahKarya ilmiah
75. Penulis terlatih mengembangkan ketrampilan membaca
yang efektif.
Terlatih menggabungkan hasil bacaan dari berbagai buku
sumber, mengambil sarinya, mengembangkannya ke
tingkat pemikiran yang lebih matang.
Akan berkenalan dengan kegiatan perpustakaan.
Dapat meningkatkan ketrampilan mengorganisir dan
menyajikan fakta secara jelas dan sistematis.
Memperoleh kepuasan intelektual
Turut memperluas cakrawala ilmu pengetahuan
masyarakat.
Manfaat tulisan ilmiahManfaat tulisan ilmiah
76. Ingin tahu dengan selalu bertanya tentang bergabagai hal. Mengapa
demikian? Apa saja unsur-unsurnya?
Kritis direalisasikan dengan mencari informasi sebanyak-banyaknya,
baik dengan jalan bertanya kepada siapa saja yang diperkirakan
mengetahui masalah maupun dengan membaca sebelum menentukan
pendapat utnuk ditulis
Terbuka, selalu mendengarkan keterangan dan argumentasi orang
lain.
Objektif, menyatakan apa adanya tanpa perasaan pribadi.
Rela menghargai karya orang lain - mengutip, menyatakan terima
kasih dan menganggapnya sebagai karya orisinil milik pengarangnya.
Berani mempertahankan kebenaran - membela fakta atas hasil
penelitiannya.
Menjangkau ke depan - “futuristik” berpandangan jauh, mampu
membuat hipotesis dan membuktikannya, bahkan mampu menyusun
teori baru.
Tujuh macam sikap ilmiahTujuh macam sikap ilmiah
77. PILIH TOPIK
Pokok bhsn tertentu & tent ruang lingkup
Pilih
TENTUKAN JUDUL
OUTLINE
KUMPUL DATA
ORGANISASIR
EDITING
Judul menarik dan terbatas
Bentuk & jenis krgn dgn metode penulisan
Studi pustaka, wawancara, observasi
Data lalu susun jadi wacana
Kaidah bhs, ejaan, diksi, alinea
tetapkan
Sesuaikan
laksanakan
Klasifikasikan
Suntinglah
LANGKAH PENULISAN KARYA ILMIAHLANGKAH PENULISAN KARYA ILMIAH
PENULISAN AKHIR
78. Topik adalah pokok permasalahan, apa yang akan ditulis
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan topik
1. Berada di sekitar kita (pengalaman/ pengetahuan)
2. Menarik perhatian kita
3. Terpusat pada lingkup yang sempit
4. Punya data dan fakta yang objektif, jangan subjektif
5. Diketahui prinsip-prinsip ilmiahnya, walau serba sedikit,
jangan terlalu baru, teknis dan kontroversial
6. Punya sumber acuan, sumber pustaka.
PEMILIHAN TOPIK/ MASALAHPEMILIHAN TOPIK/ MASALAH
79. Supaya lebih terfokus, sehingga
ketika menulis penuh keyakinan dan
kepercayaan karena topik sudah
dikuasai benar.
Penelitian menjadi lebih intensif,
penulis lebih mudah memilih hal yang
mudah untuk dikembangkan.
Pembatasan topikPembatasan topik
80. Melontarkan pertanyaan
- Masalah apa?
- Mengapa?
- Bagaimana?
- Di mana?
- Kapan?
- Siapa?
- Dsb, tergantung kondisi
Penentuan JudulPenentuan Judul
82. Mengembang------ Pengembangan
Melayani- ---------- Pelayanan
Bermanfaat--------- Manfaat
Meningkat --------- Meningkatnya
Meningkat --------- Upaya Meningkatkan
Meledak ----------- Ledakan
Judul harus dalam bentuk Frasa
Mengapa?Mengapa?
83. Pengembangan Industri Metanol atau Upaya
Mengembangkan Industri Metanol
Meningkatnya Mutu Pelayanan Rumah Sakit
atau Upaya Meningkatkan Mutu Pelayanan
Rumah Sakit
Manfaat Penggunaan Biooil atau
Memanfaatkan Penggunaan Biooil
Judul harus dalam bentuk frasa, dapat pulaJudul harus dalam bentuk frasa, dapat pula
berupa kata kerja asal bukan merupakanberupa kata kerja asal bukan merupakan
kalimatkalimat
84. Di Pulau Bunyu------ Pengembangan
Industri Metanol di Pulau Bunyu
Di RSDK ----------- Upaya Meningkatkan
Mutu Pelayanan Rumah Sakit Dokter Kariadi
Di Semarang ------ Manfaat Penggunaan
Kondom di Semarang
Di Bali ------Ledakan Bom Terjadi Lagi di
Bali
Di mana?Di mana?
85. Tahun 90-an --
Pengembangan Industri
Metanol di Pulau Bunyu Tahun
90-an
Semester I tahun 2005 ---
Pelayanan Rumah Sakit Dr
Kariadi Semarang Semester I
tahun 2005
Kapan?Kapan?
86. Manfaat Penggunaan Kondom
dalam Mencegah Penularan
Penyakit HIV/ AIDS di
Semarang
Manfaat Desain Interior Rumah
Sakit dalam Mendukung
Pelayanan kepada Masyarakat
Untuk apa/ siapa?Untuk apa/ siapa?
87. Mutu Pendidikan Perawat di
Indonesia tahun 2000-2005: Studi
Kasus di Politekkes Semarang
Manfaat Penggunaan Kondom bagi
Pencegahan HIV/ AIDS: Studi Kasus
pada PSK Sunan Kuning Semarang
Pembicaraan atas Novel “ Harry
Potter” : Analisis Struktural
Pembatasan dan penjelasan denganPembatasan dan penjelasan dengan
pemberian anak judulpemberian anak judul
Antara Judul dan Anak judulAntara Judul dan Anak judul
dipisahkan dengan :dipisahkan dengan :
88. Menurut tempat
Indonesia ---- Jawa --- Jawa Tengah --
Semarang ---- Tembalang
Pulau Jawa Sebelum Indonesia Merdeka
-- Semarang sebelum Indonesia Merdeka
Menurut Waktu/ Periode/ Zaman
Kebudayaan Indonesia -- Seni Patung di
Zaman Kerajaan Hindu
Hubungan Sebab Akibat
Dekadensi Moral di Kalangan Remaja --
Pokok Pangkal Timbulnya Dekadensi Moral
di Kalangan Remaja
Pembatasan TopikPembatasan Topik
89. Ruang Lingkup
Kesehatan --- Rumah Sakit --- Perawat
Agama ---- Islam ---- Syariat ---
Puasa
Aspek Khusus – Umum, Individual – Kolektif
Pengaruh Siaran TV terhadap Masyarakat
Jawa Tengah --- Pengaruh Siaran Televisi
bagi Perkembangan Anak di Jawa Tengah
Objek material dan objek formal
Keluarga Berencana Ditinjau dari Segi
Agama
90. Adalah pokok pemikiran yang akan
disampaikan oleh penulis dalam
karangannya
Pengungkapan maksud dan tujuan.
Tema perlu dirumuskan secara eksplisit
dalam bentuk kalimat panjang untuk
memudahkan penyusunan kerangka
TEMATEMA
91. Topik: Belajar mengemukakan
pendapat yang efektif
Tujuan : Menjelaskan bagaimana
cara mengemukakan pendapat
secara tertulis, logis dan
sistematis dalam bahasa
Indonesia yang baik dan benar.
92. Struktur Karya Tulis IlmiahStruktur Karya Tulis Ilmiah
Struktur Utama KTI
1. Pendahuluan : latar belakang permasalahan dan
maksud penulisan
2. Isi : uraian pengembangan gagasan utama masalah,
sajian pengertian/definisi, sajian fakta, sajian teori
yang berkaitan, pembahasan masalah dengan teori
dan fakta yang ada untuk memecahkan masalah
3. Penutup : simpulan atau jawaban atas masalah dan
saran atau rekomendasi dari hasil pembahasan
4. Referensi/sumber : daftar kepustakaan
93. Struktur KTI (Makalah)Struktur KTI (Makalah)
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan dan Maksud Penulisan
(dapat ditambahkan asumsi dasar dalam makalah)
Bab II Landasan Teori
(Berisi argumen yang diperkuat oleh teori yang berhubungan dengan topik
yang dibahas)
Bab III Metode Penulisan
Metode dan Prosedur Kajian
Bab IV Pembahasan
Hasil analisis dan pembahasan
Bab V Simpulan dan Saran
(disajikan simpulan untuk menjawab rumusan permasalahan dan
membuktikan kajian yang dilakukan)
94. Struktur KTI (Skripsi)Struktur KTI (Skripsi)
Bab I. Pendahuluan
- Latar Belakang (alasan penulisan)
- Identifikasi Masalah (spesifikasi masalah)
- Rumusan Masalah (masalah yang akan dikaji)
- Pembatasan Masalah (batasan masalah)
- Tujuan Penulisan (maksud penulisan)
- Hipotesis penelitian (dugaan sementara)
95. Lanjutan (format Skripsi)Lanjutan (format Skripsi)
Bab II. Landasan Teori
(Berisi argumen yang diperkuat oleh teori yang
berhubungan dengan topik yang dibahas)
Bab III. Metode Penelitian
- Metode Penelitian
- Desain Penelitian
- Variabel Penelitian (objek kajian)
- Prosedur Penelitian
- Sumber data
- Tempat dan waktu penelitian
- Teknik dan instrumen Penelitian
- Teknik pengolahan data
- Validasi penelitian
96. Bab IV Pembahasan
- Deskripsi data hasil penelitian
- Pengolahan data (teknik analisis data)
- Pembahasan
- Implikasi penelitian (implementasi hasil
kajian)
- Pengujian hipotesis (pembuktian hipotesis)
Lanjutan (format Skripsi)Lanjutan (format Skripsi)
97. Bab V Simpulan dan Saran
(berisi simpulan untuk menjawab rumusan
masalah atau membuktikan argumen
berdasarkan kajian yang dilakukan dan
diikuti dengan rekomendasi yang disajikan
Lanjutan (format Skripsi)Lanjutan (format Skripsi)
98. Skripsi, paper/makalah, laporan penelitian,
dan lain sebagainya, memiliki format
penulisan tertentu untuk bisa disebut sebagai
sebuah karya ilmiah.
Uraian di bawah ini membahas format
penulisan karya ilmiah berupa skripsi pada
Program S-1 Teknik Mesin FT UMY.
Namun beberapa poin penting dalam format
penulisan dimaksud bisa dipakai sebagai
acuan dalam penulisan karya ilmiah selain
skripsi, seperti paper/makalah, artikel dalam
jurnal ilmiah, dan lain sebagainya.
FORMAT PENULISAN KARYAFORMAT PENULISAN KARYA
ILMIAHILMIAH
99. Komponen-komponen karya ilmiah yang berupa skripsi, tesis, dan disertasi pada
prinsipnya hampir sama. Komponen-komponen tersebut disusun dengan urutan
sebagai berikut.
(1) Bagian Awal:
(a) Halaman sampul/judul.
(b) Halaman pengesahan.
(c) Kata Pengantar
(d) Daftar Isi
(e) Daftar Tabel (jika ada)
(f) Daftar Gambar (jika ada)
(g) Abstrak.
(2) Bagian Pokok/Utama:
(a) Pendahuluan (Latar belakang dan permasalahan)
(b) Kerangka teoritik dan pengajuan hipotesis (jika diperlukan)
, Tinjauan Pustaka
(c) Metode Penelitian
(d) Hasil penelitian, pengujian hipotesis, dan pembahasan
(e) Simpulan, implikasi, dan saran.
(3) Bagian Akhir:
(a) Daftar Pustaka (Kepustakaan)
(b) Lampiran-lampiran.
100. Jika karya ilmiah yang berupa skripsi,
tesis, dan disertasi tersebut akan disajikan
dalam majalah ilmiah, karya ilmiah
tersebut harus diubah dalam bentuk
makalah dan disesuaikan dengan
ketentuan yang berlaku pada majalah yang
akan memuatnya.
101. Komponen-komponen penting yang ada dalam sebuah makalah dapat
dikemukakan secara runtut sebagai berikut.
(1) Bagian Awal:
Halaman judul (berisi judul makalah & nama penulis)
(2) Bagian Pokok/Utama:
(a) Judul makalah
(b) Nama Penulis dan institusinya
(c) Abstrak
(d) Pendahuluan
(e) Tinjauan pustaka /Dasar Teori (jika perlu)
(f) Metode Penelitian
(g) Hasil dan Pembahasan
(h) Simpulan dan Saran
(3) Bagian Akhir:
(a) Buku Rujukan (sumber)
(b) lampiran (jika perlu)
102. Menurut Gie (1992:105), karya (karangan) ilmiah
populer merupakan salah satu ragam karangan
faktawi. Atas dasar hal tersebut, berarti bahwa karya
ilmiah populer identik dengan karya ilmiah. Dengan
demikian, ciri-ciri karya ilmiah berlaku pula bagi karya
ilmiah populer, yaitu menyajikan fakta-fakta secara
cermat, jujur, objektif, netral, sistematik, dan logis,
serta pemaparannya secara ringkas, jelas, tegas, dan
tepat. Disamping itu, permasalahan yang dikemukakan
senantiasa berkaitan dengan topik-topik keilmuan,
topik-topik kronologis, atau gabungan antara kedua
hal tersebut. Atas dasar hal tersebut, berarti bahwa
karya ilmiah populer bukan semata-mata tulisan
informatif, melainkan tulisan atas dasar fakta yang
disajikan secara ilmiah.
Karya Ilmiah PopulerKarya Ilmiah Populer
103. Aspek lain yang membedakan karya ilmiah
populer itu dengan karya ilmiah pada
umumnya adalah bentuk penyusunan dan
jangkauan pembacanya. Bentuk
penyusunan karya ilmiah populer tidak
terikat oleh pola dan ketentuan yang
berlaku pada masyarakat ilmuwan. Bentuk
karya ilmiah populer tidak perlu
menyebutkan bagian-bagiannya dengan
penomoran secara eksplisit, tidak perlu
menggunakan sistem penulisan sumber
104. Jangkauan pembaca karya ilmiah populer
adalah masyarakat umum atau khalayak
ramai, bukan terbatas pada golongan
ilmuwan atau kaum cendekiawan
tertentu. Karya ilmiah populer ditujukan
kepada setiap orang yang berminat
membaca guna menambah pengetahuan
tentang aspek-aspek ilmu dan teknologi,
meskipun hanya secara global dan
sederhana
105. Berdasarkan bentuk penyajiannya, karya
ilmiah populer dapat digolongkan menjadi
beberapa jenis, yaitu (1) tajuk rencana
(editorial), (2) esai (artikel), (3) pikiran
pembaca, dan (4) ulasan (berita, ekonomi,
politik, buku, dll)
106. Tajuk rencana adalah induk artikel yang berfungsi
sebagai pengantar segala berita/isi surat kabar atau
majalah (Natawidjaja, 1986:113). Pada umumnya, tajuk
rencana berisi pesan pimpinan surat kabar/majalah,
sikap editor, atau sambutan atas sesuatu hal yang
istimewa yang ada/terjadi pada saat surat
kabar/majalah itu terbit. Tajuk rencana biasanya
ditempatkan pada kolom 1 dan 2 dalam halaman
pertama atau kedua. Panjangnya sekitar delapan
paragraf atau kurang lebih 20 sampai 35 kalimat.
Istilah lain dari tajuk rencana yang sering digunakan
dalam surat kabar atau majalah, antara lain editorial,
induk berita, induk opini, pesan redaksi,
mahkota berita, dan sepatah kata redaksi.
Tajuk rencanaTajuk rencana
107. Esai adalah bentuk karya ilmiah populer
yang berisi kupasan terhadap suatu
masalah, baik persoalan yang berkaitan
dengan ilmu, teknologi, maupun seni.
Bagian-bagian penting yang perlu ada
dalam sebuah esai adalah
permasalahan, kajian dan
pemecahan masalah, dan simpulan.
Selain harus disusun secara objektif,
sistematis dan logis, esai harus
dikemukakan dengan bahasa yang lugas,
EsaiEsai
108. Pikiran pembaca yaitu tulisan yang
berisi pendapat (opini) atau gagasan
tentang suatu peristiwa atau masalah yang
muncul di masyarakat. Gagasan tersebut
dapat berupa usulan, saran atau
pemecahan masalah yang ditujukan
kepada pihak lain (pemerintah, lembaga,
organisasi, atau seseorang). Pikiran
pembaca juga disusun berdasarkan fakta
dan dikemukakan secara sistematis, logis,
objektif, lugas, singkat, dan sederhana.
Pikiran pembacaPikiran pembaca
109. Ulasan merupakan bentuk karya ilmiah populer
yang berisi komentar terhadap suatu
pendapat/gagasan orang lain, peristiwa, esai,
artikel berita, buku, dll. Ulasan disusun atas dasar
data yang objektif. Dalam ulasan lebih ditekankan
pada komentar terhadap hal-hal yang istimewa
dan positif. Namun demikian, hal-hal yang kurang
istimewa atau hal-hal yang menunjukkan
kelemahan pun perlu dikemukakan agar orang lain
atau pihak yang terkait dapat mengambil hikmah
atau manfaatnya untuk memperbaikinya. Dilihat
dari isinya, ulasan itu beraneka ragam, antara lain
ulasan berita, ulasan peristiwa, ulasan buku, dan
sebagainya.
UlasanUlasan
110. Bahan dan ukuran kertas yang dipakai dalam
sebuah karya ilmiah adalah sebagai berikut:
1. Ukuran kertas: A4 (21 x 29,7 cm).
2. Jenis kertas: HVS 80 gram.
3. Kertas doorslag berwarna (sesuai dengan
warna yang telah ditentukan) dengan lambang
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta .
A. Bahan dan Ukuran KertasA. Bahan dan Ukuran Kertas
111. Ketentuan-ketentuan dalam pengetikan sebuah karya ilmiah dirinci
sbb :
1. Menggunakan software pengolah kata dengan flatform Windows,
seperti MS Word, Excel, dan lain-lain.
2. Jenis huruf yang digunakan adalah Times New Roman dengan
ukuran 12 kecuali untuk:
Halaman judul sampul/luar (hard cover) dan halaman judul dalam
(soft cover), yang menggunakan huruf tegak (kecuali istilah asing) dan
dicetak tebal (bold) dengan ukuran font mulai 12 sampai 16
(disesuaikan dengan panjang judul,
b. Catatan kaki (footnotes), yang menggunakan font ukuran 10.
3. Huruf tebal (bold) digunakan untuk judul dan sub-judul
(sub-bab, sub sub-bab), memberi penekanan, pembedaan, dan
aejenisnya.
4...
B. PengetikanB. Pengetikan
112. 4. Huruf miring (italic) digunakan untuk istilah dalam bahasa asing atau
bahasa daerah, memberi penekanan, pembedaan (termasuk
pembedaan sub-judul yang hirarkhinya tidak se ingkat), dan
sejenisnya. Judul sub sub-sub-bab dibuat dengan
mengkombinasikan huruf miring dan huruf tebal (italic-bold atau
bold-italic). Judul sub sub-sub-sub-bab dan seterusnya dibuat dengan
huruf miring biasa (italic).
5. Batas tepi (margin):
a. Tepi atas : 4 cm
b. Tepi bawah : 3 cm
c. Tepi kiri : 4 cm
d. Tepi kanan : 3 cm
6. Sela ketukan (indensi) selebar 1 cm. Indensi Tab dipakai pada baris
pertama alinea baru. Indensi gantung digunakan untuk daftar
pustaka.
Lanjutan : PengetikanLanjutan : Pengetikan
113. 7. Spasi bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir:
a. Bagian awal dari karya ilmiah termasuk di dalamnya adalah halaman
judul, halaman pengesahan, halaman pernyataan, abstrakkata
pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan daftar
lampiran. Spasi yang digunakan adalah:
1) Pernyataan ditulis dengan spasi tunggal (lihat Lampiran).
2) Pengantar ditulis dengan spasi satu setengah
3) Abstrak, antara 150-250 kata (dalam satu halaman) ditulis dengan
menggunakan spasi tunggal (lihat Lampiran).
4) Daftar Isi, Daftar Tabel, Daftar Gambar, Daftar Lampiran disusun
dengan menggunakan spasi tunggal (lihat Lampiran).
5) Lainnya, lihat Lampiran.
b. Bagian isi karya ilmiah meliputi Bab I sampai BAB V, disusun
dengan menggunakan spasi satu setengah
c. Bagian akhir karya ilmiah terdiri dari Daftar Pustaka, yang daftar
referensinya memakai spasi tunggal dan indensi gantung (jarak antar
referensi dengan satu setengah), dan Lampiran yang ditulis dengan
spasi satu setengah atau disesuaikan dengan bentuk/jenis lampiran
Lanjutan : PengetikanLanjutan : Pengetikan
114. 6. Judul karya ilmiah, bab, sub bab, dan lain sebagainya:
a. Judul karya ilmiah dan bab, diketik dengan huruf
besar/kapital, dicetak tebal, tanpa singkatan (kecuali yang
berlaku umum seperti PT., CV.), posisinya di tengah
halaman, dan tanpa diakhiri tanda titik. Perkecualiannya
adalah judul pada halaman Persetujuan Seminar dan
Pengesahan Skripsi (dengan huruf biasa, dicetak tebal).
b. Judul sub-bab diketik sejajar dengan batas tepi
(margin) sebelah kiri dengan menggunakan huruf A, B, C,
dan seterusnya. Huruf pertama setiap kata dimulai dengan
huruf besar (Title Case) kecuali kata penghubung dan kata
depan, tanpa diakhiri titik. Judul sub-bab dicetak dengan
huruf tebal (bold).
Lanjutan : PengetikanLanjutan : Pengetikan
115. c. Judul sub sub-bab dimulai dengan angka 1, 2, 3 dan
seterusnya. Huruf pertama setiap kata dimulai dengan huruf
besar (Title Case) kecuali kata penghubung dan kata depan, tanpa
diakhiri titik. Judul sub sub-bab dicetak dengan huruf tebal (bold).
d. Judul sub sub-sub-bab dimulai dengan huruf a, b, c dan
seterusnya. Huruf pertama setiap kata dimulai dengan huruf besar
(Title Case) kecuali kata penghubung dan kata depan, tanpa diakhiri
titik. Judul sub sub-sub-bab dicetak dengan huruf tebalmiring (bold-
italic).
e. Judul sub sub-sub-sub bab dimulai dengan angka 1), 2), 3)
dst. (tanpa titik), dan judul sub sub-sub-sub-sub bab dimulai
dengan huruf a), b), c) dst. (tanpa titik). Huruf pertama setiap kata
dimulai dengan huruf besar (Title Case) kecuali kata penghubung dan
kata depan, tanpa diakhiri titik. Judul sub sub-sub-sub-bab dan sub
subsub- sub-sub-bab dicetak dengan huruf miring (italic).
Lanjutan : Pengetikan 6.Lanjutan : Pengetikan 6.
118. g. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih
jelas tentang perbedaan keduanya (headings
hierarchy dan points/items hierarchy) dalam
sebuah teks/tulisan, lihat contohnya pada
Lampiran.
h. Sepanjang memungkinkan, hindari
penggunaan hirarkhi sub-judul (headings
hierarchy) yang terlalu banyak tingkatannya (sub
sub-subsub- bab dan seterusnya). Hal ini bisa
dilakukan dengan memanfaatkan penggunaan
rincian poin-poin atau item-item (points/items
hierarchy).
Lanjutan : PengetikanLanjutan : Pengetikan
119. 7. Bilangan dan satuan:
a. Bilangan diketik dengan angka kecuali bilangan
yang terletak pada awal kalimat yang harus dieja.
Contoh:
Umur mesin 10 tahun.
Sepuluh perusahaan besar… dan seterusnya.
b. Bilangan desimal ditandai dengan koma
(contoh: Rp1.150,25)
c. Satuan dinyatakan dengan singkatan resmi
tanpa tanda titik (kg, cm, dan lain-lain)
Lanjutan : PengetikanLanjutan : Pengetikan
120. 7. Bilangan dan satuan:
a. Bilangan diketik dengan angka kecuali bilangan yang
terletak pada awal kalimat yang harus dieja.
Contoh:
Umur mesin 10 tahun.
Sepuluh perusahaan besar… dan seterusnya.
b. Bilangan desimal ditandai dengan koma (contoh:
Rp1.150,25)
c. Satuan dinyatakan dengan singkatan resmi tanpa tanda titik
(kg, cm, dan lain-lain)
d. Pecahan yang berdiri sendiri ditulis dengan angka,
sedangkan pecahan yang bergabung dengan bilangan bulat
harus ditulis dengan huruf/dieja. Contoh: tiga dua pertiga.
Lanjutan : PengetikanLanjutan : Pengetikan
121. C. Penomoran Halaman
Ketentuan-ketentuan dalam penomoran halaman, seperti halaman
awal, halaman judul bab, halaman teks utama, dan lain sebagainya,
adalah sbb :
1. Bagian awal karya ilmiah (halaman judul, halaman pengesahan,
halaman pernyataan, abstrak, riwayat hidup, kata pengantar, daftar
isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran) diberi nomor
halaman dengan angka romawi kecil (i, ii, iii, dan seterusnya) dan
ditempatkan di tengah bagian bawah. Halaman judul tidak diberi
nomor, tetapi tetap dihitung.
2. Mulai dari BAB I sampai dengan halaman terakhir pada Daftar
Pustaka diberi nomor halaman dengan angka latin (1, 2, 3, dan
seterusnya). Nomor halaman ditempatkan di sebelah kanan atas,
kecuali bab baru yang diisi nomor halaman di tengah bawah.
3. Data yang mendukung penelitian disajikan dalam lampiran yang
disajikan menurut kelompoknya tanpa diberi nomor halaman.
Contoh:
Lampiran 1. Pedoman Wawancara
Lampiran 2. Peta Desa Mahak Baru
Lanjutan : PengetikanLanjutan : Pengetikan
122. D. Tabel dan Gambar
Pembuatan dan penomoran Tabel dan Gambar mengikuti
ketentuanketentuan sebagai berikut:
1. Tabel
a. Tabel dalam bagian isi karya ilmiah berisi ringkasan data-
data penelitian yang penting. Data lengkapnya dapat
disajikan pada Lampiran.
b. Tabel disajikan di tengah, simetris/sejajar dengan batas tepi
kiri dan kanan pengetikan.
c. Kolom-kolom disusun dengan rapi sehingga mudah dibaca.
d. Jarak antara baris dalam tabel adalah satu spasi.
e. Garis batas tabel tidak melampaui batas tepi kertas.
f. Kolom tabel diletakkan sejajar dengan panjang kertas.
g. Tabel boleh diletakkan di tengah halaman di antara baris-
baris teks. Dalam hal ini jarak tabel dan kalimat di bawahnya
adalah dua spasi.
Lanjutan : PengetikanLanjutan : Pengetikan
123. h. Di atas garis batas tabel dituliskan nomor dan judul
tabel, dengan ketentuan:
1) Jika judul tabel terdiri dari dua baris atau lebih, maka
spasi yang digunakan adalah satu spasi. Baris terakhir
judul terletak dua spasi di atas garis batas atas tabel.
2) Nomor tabel terletak dua spasi di bawah baris
terakhir teks.
Nomor tabel terdiri dari dua bagian, bagian pertama
menunjukkan nomor bab tempat tabel itu dimuat, dan
bagian kedua menunjukkan nomor urut tabel pada bab
itu.
Contoh: Tabel 2.5 menunjukkan bahwa tabel itu ada di
BAB II dan tabel urutan kelima pada bab itu.
Lanjutan : PengetikanLanjutan : Pengetikan
124. i. Tabel yang memerlukan kertas yang lebih
besar dari halaman naskah dapat diizinkan,
tetapi sebaiknya hanya tabel yang jika dilipat
satu kali sudah mencapai ukuran halaman
naskah yang dimasukkan dalam teks.
j. Dalam setiap tabel tentang data, di bawah
tabel tersebut harus dicantumkan sumbernya
dengan ukuran huruf (font) 10 dengan spasi
tunggal (lihat Lampiran).
Lanjutan : PengetikanLanjutan : Pengetikan
125. 2. Gambar
a. Yang dimaksud dengan gambar adalah bagan,
grafik, peta, diagram, atau foto.
b. Garis batas gambar diletakkan sedemikian rupa
sehingga garis batas tersebut tidak melampaui
batas tepi kertas.
c. Untuk gambar besar, ukurannya diatur agar
sejajar dengan batas tepi kiri dan kanan
pengetikan; sedangkan untuk gambar kecil yang
tampilannya menjadi kurang bagus kalau
diperbesar, atur ukuran dan posisinya agar
simetris dengan batas tepi halaman (tidak sejajar,
tapi jarak ke tepi kiri dan kanan sama).
Lanjutan : PengetikanLanjutan : Pengetikan
126. d. Di atas gambar disajikan nomor dan judul gambar, dengan
ketentuan:
1) Jika judul gambar terdiri dari dua baris atau lebih, spasi
yang digunakan adalah spasi tunggal. Baris terakhir judul
terletak dua spasi di atas gambar.
2) Nomor gambar terletak dua spasi di bawah baris terakhir
teks. Nomor gambar terdiri dari dua bagian. Bagian
pertama menunjukkan nomor bab tempat gambar itu
dimuat, sedangkan bagian kedua menunjukkan nomor urut
tabel pada bab itu.
Contoh: Gambar 2.1 menunjukkan bahwa gambar tersebut
adalah gambar urutan pertama pada Bab II.
e. Gambar yang memerlukan halaman yang lebih besar dari
halaman naskah disajikan sebagai lampiran.
f. Jika ada keterangan gambar, keterangan tersebut ditulis
pada tempat kosong di bawah gambar (tidak diletakkan di
halaman lain).
Lanjutan : PengetikanLanjutan : Pengetikan