1. PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
GROUP 9
Anggota Kelompok:
1. Conny Anggraini
2. Mellisrawati
3. Susi Novita
Dosen: Dra. Eldarni, M. Pd
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN & ILMU PENDIDIKAN
YAYASAN DHARMA BAKTI LUBUK ALUNG
2013
2. BAB IX
PERKEMBANGAN
MORAL REMAJA
A. Pengertian Moral B. Teori Perkembangan
Moral
C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Perkembangan Moral Remaja
D. Usaha-usaha yang Dapat Dilakukan Orang Tua
dan Guru untuk Mengembangkan Moral Remaja
3. Pengertian moral
• Kata moral berasal dari bahasa latin yaitu mos atau
mores yang berarti kebiasaan.ss
Santrok dan Yunan (1977) mengemukakan
bahwaa moral adalah kebiasaan atau aturan yang
harus dipatuhi seseorang dalam berinteraksi dengan
oraang lain.
Kolberg dan piaget (dalam Bezonky , 1981)
mengemukakan bahwa moral itu meliputi tiga
pengertian yang berebeda satu sama yang lainya |
a. pandangan moral
b. perassaan moral
c. tingkah laku moral
4. • Pandangan moral
merupakan pendapat atau
pertimbangan seseorang tentang persoalan
moral
• Perasaan moral
merupakan perasaan yaang terjadi
dalam diri remaja setelah ia mengambil
keputusan untuk bertingkah laku bermoral
atau tidak
• Tingkah laku moral
tindakn yang sesuai dengan aturan-
aturan etika moral
5. Terori perkembangan moral
• Perkembangan menurut teori belajar sosial
menurut teori belajar sosial perkembangan
sosial merupakan proses yang dipelajari
selama proses interaks sosial seseorang dengan
orang lain
menurut bandura perkembangan moral
berlangsung melalui interaksi seseorang
denagn lingkungan yaang menyediakan konten
moral
6. Perkembangan moral menurut teori
kognitif
pelopor teori kognitif adalah jean piaget
yang menekankan bahwa perkembangan
kognitif erat kaitannya dengan perkembangan
moral remaja.
Piaget (furmann ,1990) berpendapat bahwa
terapat hubungan yang sejajar antara
perkembangan moral dengan kognitif
7. Tahap-tahap perkembangan moral
menurut Kohlberg
1. Tingkat pramoralitas
a.Periode 0
pada tingkat ini pemahaman anak tentang
baik dan buruk,benar dan salah ditemukan
oleh akibat fisik yang di timbulkan oleh
tindakan itu seperti hukuman,ganjaran yang
bersifat fisik atau materi yang diberikan oleh
orang yang berkuasa terhadap anak.
8. b. Periode 1
suatu tingkah laku anak bermoral bagi
anak kalau tinngkah laku itu patuh
patuh mengikuti kemauan orang
berkuasa seperti orangtua dan guru atau
tingkah laku yang mendapat kan
penghargaan fisik atau
material,sedangkan tingkah laku tidak
bermoral kalau membantah dan
mendapat hukuman dari yang berkuasa
terhadap anak.
9. c. Periode 2
Anak memahami bahwa tingkah laku
benar,salah,baik pantas tergantung
padatingkah laku itu memuaskan
menimbulkan kenikmatan pada diri
sendiri atau orang lain (hedonisme)
.dalam melakukan tingkah laku sosial
yang adil menurut anak ,apabila
hubungan itu saling memberi ke untungan
timbal balik.
10. 2.Moralitas dianggap kesamaan peranan
yang biasa
a.Periode 3
pada periode ini anak memahami bahwa
tingkah laku moral adalah mengakui dan
mengikututi ataran –aturan yang telah
ditentukan oleh ornang dewasa
b.Periode 4
priode perkembabgan moral tahap ini di tandai
oleh pemahamahaman anak bahwa tingkah laku
yang baik dan benar adalah menaati aturan dan
hukum-hukuman yang telah disepakati bersama
dan menguasai kehidupan masyarakat.
11. Moralitas dengan penerimaan
prinsip-prinsip Moral
a.Periode 5
pada tingkat perkembangan moral ini anak
mulai memahami nilai moral dan prinsip-prinsip
moral merupakan standar kebenaran yang benar
dan dapat terjadi pertentangan dengan apa saja
yang terjadi atau di terima oleh masyarakat.
B Periode 6
periode ini pengakuan yang mendalam tentang
prinsip-prinsip kebenaran yang absrak dan
universal.
12. 4. Kekhasan tingkah laku moral
remaja
Perkembangan moral remaja berbeda dengan
perkembangan moral anak anak.
a.Meningkatnya kemampuan kognetif dari
berpikir kongrit menjadi kemampuan
abstrak/formal
b. Remaja memperoleh kemampuan untuk
memahami bahwa peraturan itu dibuat atas
persetujuan semua orang yang bersifat
ideal(windmiller,1976)
13. Michel 1975 mencatat ada tiga perubahan penting
dalam perkembanan moral selama remaja yaitu,:
a. Remaja menyadari bahwa yang disebut benar
atau salah itu adalah atas pertimbangan ke
adilan atau kebijaksanaan ,bukan atas kemauan
yang kuasa.
b. Remaja paham tentang peraturan moral atau
agama dan sosial karena telah di peroleh nya
kemampuan memahami suatu dari sudut pandang
tertentu.
c. Akibat perubahan di atas , remaja mengalami
konflik tingkah laku moral dengan pikiran moral
15. 1. Orangtua/Guru sebagai Model
• Teori Psikoanalisis, moralitas atau kesusilaan adalah
bagian dari kata hati atau superego seseorang.
• Freud (Dusek, 1977), baik remaja pria maupun wanita
meniru tingkah laku orangtua (yang sejenis) adalah
karena keinginan untuk menjadi seperti orangtua.
• Bronfenbrenner (1960), seorang remaja meniru
seluruh atau sebagian aspek-aspek tingkah laku orang
tua.
• Pendapat lain dari Psikoanalisa tentang terjadinya
proses identifikasi adalah karena adanya perasaan
bersalah, setiap remaja melakukan kesalahan atau
tergoda untuk melakukan kesalahan.
16. 2. Disiplin yang Diberikan Orang Tua
Penelitian Hoffman dan Saltztein (1970),
Orang tua yang mempergunakan teknik disiplin
induksi cenderung menyebabkan perkembangan
moral remaja yang sangat baik.
Penggunaan disiplin berkuasa atau otoriter cenderung
menyebabkan perkembangan moral yang lemah.
Penggunaan teknik penarikan cinta (love withdrawl)
tidak mendukung perkembangan moral remaja.
Pengaruh keberadaan orang tua laki-laki dalam
keluarga terhadap perkembangan remaja. Remaja pria
yang ayahnya tidak ada, skor moralnya lebih rendah
dari remaja pria yang ayahnya bersama-sama
dengannya.
17. Hal diatas dapat terjadi karena:
Ayah dapat memberikan pengarahan
langsung cara bertingkah laku sesuai dengan
standar moral, dalam situasi yang tidak
disiplin
Peranan disiplin dari ayah menjadi
terancam, kalau disiplin banyak diberikan
oleh ibu.
18. Kesimpulan:
Orang tua yang menonjolkan kekuasaan dalam
mendisiplin remaja dapat melemahkan perkembangan
moral remaja.
Orang tua yang menerapkan disiplin penarikan cinta,
menimbulkan pengaruh yang buruk atau agresif bagi
perkembangan remaja.
Orang tua yang menerapkan disiplin induksi dalam
mendisiplin remajanya meningkatkan perkembangan
moral remaja
Disiplin yang dilakukan ayah jarang mempengaruhi
perkembangan moral remaja.
Perasaan kasih sayang yang diberikan orang tua melalui
tingkah laku yang ramah, hangat, dan sentuhan-
sentuhan fisik sangat positif akibatnya terhadap
perkembangan moral remaja.
19. 3. Interaksi dengan Teman Sebaya
Menurut Pigaet, interaksi dengan teman
sebaya dan kemampuan bermain peranan
meningkatkan perkembangan moral remaja
(Dusek 1977).
Interaksi dengan teman sebaya dan
kemampuan bermain peran terjadi karena
telah dikuasainya kemampuan “role taking”,
yaitu kemampuan memahami sesuatu atau
peristiwa dari sudut pandang orang lain.
20. D. Usaha-usaha yang dapat
dilakukan oleh Orang tua dan
Guru untuk mengembangkan
moral remaja
21. Individu yang sudah mencapai usia remaja
diharapkan sudah mencapai tahap perkembangan
moral tertinggi, yang disebut oleh Kohrlberg tahap
postkonvensional.
Ahli psikologoi perkebangan berpendapat bahwa
perkembangan moral terjadi sepanjang rentang
kehidupan. Usaha yang dilakukan untuk
menanamkan nilai-nilai moral dilakukan melalui
pendidikan. Teknik-teknik dan prosedur yang
digunakan dalam pendidikan oral harus ditujukan
pada dua asped, yaitu ditujukan untuk stimulus
kognitif dan mengembangkan empati (Duska &
Whelen, 1982:102).
22. • Menciptakan stimulus kognitif berarti
mengguncang equiblirium seseorang dengan
menciptakan situasi konflik sehingga
seseorang menjadi sadar bahwa apa yang
dimiliki selama ini belum cukup mampu
untuk menyelesaikan konflik tentang nilai-
nilai mral yang dihadapinya.
• Menurut Kohlberg, konflik kognitif hanya
akan dirasakan bila pemikiran-pemikiran
yang didoktrinasikan kepada satu tahap di
atas tahap perkembangan moral anak,
sehingga seseorang bisa melakukan
penalaran moral.
23. • Menurut Pigaet dan Kohlberg
mengembangkan empati sebagai unsur
afeksi, sangat penting bagi perkembangan
moral anak.
• Anak perlu dilatih dan diberi pengalaman
untuk dapat merasakan sesuatu menurut
pandangan orang lain (Duska & Whelen,
1982:105)
• Furhmann (1990:410) mengemukakan
perkembangan moral dapat dibantu melalui
usaha pendidikan.
24. • Ryan (Furhmann, 1990) mengatakan bahwa
pendidikan moral di sekolah merupakan
tanggung jawab guru.
• Wilcox (Furhmann, 1990:412) mengemukakan
pendidikan moral yang diberikan sekolah
harus dapat mendorong perkembangan moral
yang mengarah pada level konvensional.
Pendekatan-pendekatan yang dapat
digunakan guru untuk membantu
pengembangan moral
25. 1.Pendidikan klarifikasi nilai
Penggunaan pendekatan ini dapat memberi
pengalaman belajar kepada siswa melalui proses
menganalisis secara mendalam dan hati-hati nilai-
nilai yang dipilih dalam klarifikasi. Siswa akan
tumbuh menjadi pribadi yang lebih positif, memiliki
tujuan, dan menerapkan nilai-nilai dalam menjalani
kehidupannya.
Tingkah laku spesifik yang diharapkan dari
pendekatan ini adalah kesadaran akan konsekuensi
pemilikan nilai, dapat menyebarkan nilai-nilai,
menghargai nilai-nilai, memberikan sesuatu sesuai
dengan nilai, dan dapat mewujudkan dalam
kehidupannya.
26. 2. Pendekatan dilema moral
Kohlberg dan pengikutnya menemukan bahwa
dilema berguna dalam pendidikan moral. Siswa
tidak hanya belajar dilema untuk belajar, tapi
juga belajar dilema nyata dari kehidupan sehari-
hari. Diskusi-diskusi dilema moral dapat
mendorong siswa pada perkembangan moral
yang lebih tinggi. Turie (furhmann 1990:414)
menemukan bahwa siswa cenderung
memberikan respon satu tahap di atas
perkembangan moralnya yang nyata.
27. Duskha & Whelen 1982:113 mengemukakan pedoman
praktis yang dapat digunakan guru
Menciptakan kelas sebagai lingkungan yang
membuat siswa dapat hidup dan belajar
bersama dalam suasana aman
Beri siswa kesempatan untuk mengemukakan
pendapat dalam menentukan aturan-aturan
kelas.
Pilihlah hukuman yang ada hubungannya
dengan pelanggaran, dan bila mungkin
,hukuman yang di berikan dapat
memperlihatkan akibat dari perbuatan siswa
terhadap kelompok.
28. Bedakan antara krtik terhadap pekerjaan
yang berhubungan dengan pelajaran dan
kritik terhadap tindak-tinduk, antara aturan
tata tertib sekolah dengan aturan-aturan
tentang keadilan dan hubungan antar
manusia.
Beri kesempatan siswa bekerja dalam
kelompok
Dalam bercerita dan berdiskusi pengalaman
sehari-hari, bantulah anak-anak memikirkan
perasaan orang lain, baik yang benar-benar
terjadi maupun yang fiktif.
29. Buatlah permainan peran (role playing )
dalam kehidupan sehari-hari.
Adakah kesempatan untuk mendengar
jawaban tiap siswa tentang pertimbangan
moral dan pancinglah diskusi-diskusi yang
menariknya kepenalaran moral yang lebih
tinggi dengan menggunakan bahan bacaan,
film dan pengalaman sehari-hari.
Janganlah memberi penilaian terhadap
perkembangan moral atas dasar tingkah laku
setiap orang.