Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Penelitian ini membahas faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual remaja di beberapa sekolah di Kelurahan Pondok Labu.
2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penggunaan internet berbasis pornografi dengan perilaku seksual remaja serta faktor-faktor lainnya seperti usia, jenis kelamin, lingkungan sekolah, dan orang tua.
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Hubungan situs internet berbasis pornografi dengan perilaku seksual
1. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA PADA
MURID SMA 34, SMA 66, SMK 41, SMA PGRI
DI KELURAHAN PONDOK LABU
Pembimbing :
Dr. Maskito A. Soerjoasmoro, MD,MS,PhD
dr. Nurwirah Verliyanti
Penyusun :
Muhammad Fikri (030.06.322)
Novy Yanthi (030.05.159)
Shakirah Ab Halim (030.06.345)
2. LATAR BELAKANG
Remaja Indonesia saat ini sedang mengalami
perubahan sosial yang cepat dari masyarakat
tradisional menuju masyarakat modern
Dulu : terjaga kuat oleh sistem keluarga, adat
budaya serta nilai-nilai tradisional yang ada,
telah mengalami pengikisan yang disebabkan
oleh urbanisasi dan industrialisasi yang cepat.
3. REMAJA DITINJAU DARI PENGARUH
LINGKUNGAN
Perkembangan remaja tidak hanya
dipengaruhi oleh satu faktor, tetapi banyak
faktor di dalam kehidupan remaja.
keluarga, teman sebaya, teman sekolah,
lingkungan agama, dan masyarakat di
lingkungan tempat tinggal mereka.
Hal lain : media.
4. PERILAKU SEKSUAL
Sarwono Segala tingkah laku yang
didorong oleh hasrat seksual, baik dengan
lawan jenisnya maupun dengan sesama
jenis.
Bentuk-bentuk tingkah laku ini bisa
bermacam-macam, mulai dari perasaan
tertarik sampai tingkah laku berkencan,
bercumbu, dan bersenggama.
5. PERILAKU SEKSUAL
L’Engle perilaku seksual terbagi atas dua
aktivitas yaitu :
Aktivitas seksual ringan : dimulai dari menaksir
seseorang, sesekali pergi berkencan, pergi
ketempat yang bersifat pribadi, berciuman
ringan, french kiss,
Aktivitas seksual berat : meraba payudara,
meraba vagina atau penis, oral seks, dan
melakukan hubungan seksual.
6. PENELITIAN YANG DILAKUKAN OLEH
FAKULTAS PSIKOLOGI UI (1987)
Pada siswa-siswi kelas II SLTA di Jakarta dan
Banjarmasin :
Di antara remaja yang sudah berpacaran hampir semua
di atas 93% pernah berpegangan tangan dengan
pacarnya.
Melakukan ciuman 61% untuk pria, 39,4% untuk wanita.
Meraba payudara 2,32% untuk pria dan 6,7% untuk
wanita.
Sementara itu yang memegang alat kelamin 7,1% untuk
pria, 1,0% untuk wanita.
Yang pernah berhubungan kelamin dengan pacarnya
2,0% semuanya pria.
7. BADAN KOORDINASI KELUARGA
BERENCANA
NASIONAL TAHUN 2010 (BKKBN) :
51% di Jakarta, Bogor, Tangerang, dan
Bekasi (JABOTABEK)
54% di Surabaya
47% di Bandung
52% di Medan.
remaja telah berhubungan seks
pranikah!!!
8. INTERNET
Fasilitas internet diperlukan suatu pengetahuan dan
diperlukan keterampilan khusus dalam mengoperasikannya.
Beragamnya kebebasan, kekayaan serta tersedianya
informasi dan pesan dari berbagai negara, tidak semuanya
memiliki kesesuaian dengan kondisi budaya dan nilai-nilai
yang dimiliki oleh para penggunaannya.
Satu hal yang cukup memprihatinkan adalah kemudahan
penggunaan untuk menelusuri situs-situs porno yang banyak
bertebaran di internet serta bebas sensor.
Hasil penelitian menemukan bahwa 2 jenis situs yang paling
popular di antara remaja adalah situs kasino dan pornografi
9. JEJAK KAKI INTERNET PROTECTION
(JAKARTA)
Sekitar 97% anak usia antara 9-14 tahun
mengaku sudah pernah mengakses situs porno
di internet.
Sampai saat ini lebih dari 1100 situs terlarang
ditemukan di dunia maya.
10. Remaja menempatkan media massa sebagai
sumber informasi seksual yang lebih penting
dibandingkan orang tua.
Orang Tua Media Massa
• Kurang mempunyai • Gambaran yang lebih
pengetahuan yang baik mengenai keinginan
dan kemungkinan yang
cukup mengenai positif mengenai seks
kesehatan
reproduksi remaja • Lebih baik tertarik
kepada materi seks yang
berbau porno
• Menakut-nakuti dibandingkan dengan
materi seks yang
dikemas dalam bentuk
pendidikan
11. HIPOTESIS PENELITIAN
Terdapat hubungan antara usia dan jenis
kelamin terhadap pemakaian internet
berbasis pornografi
Terdapat hubungan antara usia dan jenis
kelamin terhadap perkembangan perilaku
seksual
12. Terdapat hubungan antara peran orang tua
terhadap perkembangan perilaku seksual
Terdapat hubungan antara teman sebaya dan
sekolah terhadap perkembangan perilaku
seksual
Terdapat hubungan antara penggunaan
internet berbasis pornografi terhadap perilaku
seksual remaja
13. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan Umum :
• Dapat menerapkan perilaku seksual
sehat pada murid SMA di kelurahan
Pondok Labu.
14. Tujuan Khusus :
• Diketahuinya prevalensi remaja
pengguna situs internet berbasis
pornografi.
• Diketahuinya prevalensi perilaku seksual
ringan pada remaja.
• Diketahuinya prevalensi perilaku seksual
berat pada remaja.
• Diketahuinya hubungan antara
penggunaan internet berbasis pornografi
dengan perilaku seksual pada remaja.
15. Tujuan Khusus :
• Diketahuinya hubungan antara usia,
jenis kelamin, dengan penggunaan
internet berbasis pornografi.
• Diketahuinya hubungan antara sikap
dan persepsi remaja yang menggunakan
internet berbasis pornografi terhadap
perkembangan perilaku seksual.
• Diketahuinya peran orang tua, teman
sebaya, dan lingkungan sekolah
terhadap perkembangan seksual anak.
16. MANFAAT PENELITIAN
• dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan yang
berkaitan dengan promosi kesehatan khusunya perilaku
Bagi peneliti seksual remaja.
Bagi • membantu mengembangkan program PKPR (Pelayanan
Puskesmas Kesehatan Peduli Remaja) Puskesmas Pondok Labu
terhadap sekolah yang diteliti.
Kelurahan
Pondok Labu
Bagi Pemerintah • memberikan masukan dalam mengambil kebijakan ke
depan berupa usaha untuk mengantisipasi terhadap
Daerah Kelurahan informasi tentang seksual dari media massa.
Pondok Labu
• sebagai studi perbandingan untuk dijadikan pengkajian
yang lebih mendalam terhadap pengaruh predisposisi,
Bagi pihak lain pemungkin dan pendorong remaja pengguna situs
internet dengan perilaku seksual remaja.
17. Sarana
Media
Internet
Faktor Faktor
Predisposisi Pendorong
Perilaku
Seksual
Remaja
18. Alat Ukur dan
No Variabel Definisi Hasil ukur Skala ukur
Cara Ukur
VARIABEL
INDEPENDEN
1. Usia Umur responden Kuesioner Berupa angka usia Interval
Cara Ukur:
Wawancara
2. Jenis kelamin Jenis kelamin responden Kuesioner 1 : laki-laki Nominal
Cara Ukur: 2: perempuan
Wawancara
3. Sikap Sikap responden terhadap Kuesioner 1 : mudah terpengaruh Nominal
pengaruh stimulus lingkungan
Cara Ukur: 2 : tidak mudah
terpengaruh
Wawancara
4. Pengetahuan Kemampuan responden untuk Kuesioner 1: Ya Nominal
mengakses internet
Cara ukur: 2:Tidak
Wawancara
19. Alat Ukur dan
No Variabel Definisi Hasil ukur Skala ukur
Cara Ukur
VARIABEL
INDEPENDEN
5. Akses Internet Di mana responden Kuesioner 1:Rumah Nominal
mengakses sarana internet
Cara ukur: 2:Warnet
Wawancara 3:Handphone
6. Waktu mengakses Jam berapa responden Kuesioner 1: 07.00-13.00 Ordinal
biasanya mengakses
Cara ukur: 2: 13.00-19.00
internet
Wawancara 3: 19.00-00.00
4: >00.00
7. Situs Internet Situs berbasis pornografi Kuesioner 1:Ya Nominal
Cara ukur: 2:Tidak
Wawancara
8. Lama paparan Jumlah waktu yang Kuesioner 1: 1-2 jam Ordinal
dibutuhkan oleh responden
Cara ukur: 2: 3-5 jam
untuk mengakses internet
dalam sehari Wawancara 3: >6 jam
20. Alat Ukur dan
No Variabel Definisi Hasil ukur Skala ukur
Cara Ukur
VARIABEL
INDEPENDEN
9. Orang Tua Kenyamanan responden Kuesioner 1:Ya Nominal
berbicara hal-hal seksual
Cara ukur: 2:Tidak
dengan orang tua,
sehingga responden Wawancara
mendapat informasi
seksual yang adekuat.
10. Teman sebaya Keberadaan teman Kuesioner 1: Ada Nominal
sebaya yang yang
Cara Ukur: 2: Tidak ada
berperilaku seksual tidak
sehat, (seperti Wawancara
mengakses pornografi,
kontak seksual).
11. Lingkungan sekolah Terdapatnya jam kosong Kuesioner 1: Ada Nominal
di luar waktu istirahat
Cara Ukur: 2:Tidak ada
Wawancara
21. Alat Ukur dan
No Variabel Definisi Hasil ukur Skala ukur
Cara Ukur
VARIABEL
DEPENDEN
1. Perilaku seksual Segala tingkah laku yang didorong Kuesioner 1 : Ya Nominal
oleh hasrat seksual baik secara 2 : Tidak
Cara Ukur:
individual maupun dengan lawan
jenis. Wawancara
1. Berfantasi tentang seksual
2. Berpegangan tangan
3. Berpelukan
4. Cium pipi
5. Cium bibir
6. Cumbuan berat
7. Raba sensitif
8. Onani
9. Petting
10.Oral seks
11.Intercourse
22. Metode Penelitian
• Desain potong lintang (Cross sectional).
Lokasi Penelitian
• Penelitian ini dilakukan di beberapa SMA di
Kelurahan Pondok Labu tahun ajaran
2011/2012.
Waktu Penelitian
• Penelitian ini diperkirakan mulai bulan
Desember 2011 sampai dengan bulan Januari
2012.
23. Populasi Penelitian
• Siswa-siswi yang berumur 15-18 tahun di
kelurahan Pondok Labu.
Sampel Populasi
• Sampel adalah bagian dari populasi yang
dipilih dengan menggunakan pemilihan
berdasarkan non-random cluster sampling.
24. n = Z2xpxq
d2
n = besar sampel yang digunakan dalam
penelitian
n0 = besar sampel dari populasi yang infinit
N = jumlah penduduk berumur 15-18 tahun
Cl = Tingkat kepercayaan (Confidence level) yang
diinginkan adalah 95% à Z2= 1,96
d = penyimpangan dari populasi 5%
p = prevalensi perilaku seks luar nikah
25. Telah berhubungan seks luar nikah :
n0 = Z2 x p x q / d2
= (1, 96)2 x 0, 51 x0, 49 / (0, 05)2
= 384
Dengan menggunakan rumus populasi finit, maka
besar sampel anak yang diperlukan untuk
penelitian sebesar :
n = n0 / (1 + n0/N)
= 384 / (1 +384 /3730)
= 348.16 dibulatkan menjadi 350
26. Kriteria
• Siswa-siswi SMA di Pondok
Labu Jakarta. Eksklusi
• Berusia 15 – 18 tahun
• Responden yang tidak dapat
• Pengguna internet. diwawancara
• Bersedia menjadi responden. • Responden yang menolak
• Belum menikah. diwawancara
• Hadir saat pengambilan • Responden yang telah menjadi
sampel. responden pada uji coba
kuesioner
Kriteria
Inklusi
28. PELAKSANAAN PENELITIAN DAN
PENGUMPULAN DATA
Data primer : Dikumpulkan secara wawancara
langsung menggunakan kuesioner yang
disebarkan pada siswa-siwi SMA di kelurahan
Pondok Labu.
Data Sekunder : Jumlah populasi siswa SMA yang
diperoleh dari kantor kelurahan Pondok Labu.
Data Tersier : Data yang diperoleh dari jurnal dan
buku-buku.
29. RENCANA PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
Data yang telah berhasil diperoleh diolah
secara elektronik setelah melalui proses
penyuntingan pemindahan data ke komputer
tabulasi. Data yang terkumpul dari hasil
kuesioner diolah, dianalisis, dengan
menggunakan program SPSS Statistics 17.
30. ANALISIS DATA
Analisis data Bivariat
Analisis ini bertujuan untuk memperoleh
hubungan yang bermakna antara masing-masing
variabel yang mencakup faktor predisposisi,
sarana media internet, faktor pendorong dan
perilaku seksual.Uji statistik yang dipakai adalah
uji chi square sedangkan untuk menganalisis
hubungan yang bermakna antara variabel
digunakan uji ANOVA.
31. PENYAJIAN DATA
Data yang telah terkumpul dan diolah akan
disajikan dalam bentuk:
Tabular: penyajian data hasil penelitian dengan
menggunakan tabel
Tekstular:penyajian data hasil penelitian dengan
menggunakan kalimat
Grafik: penelitian dari akan digunakan diagram
batang yang menggambarkan sifat-sifat yang
dimiliki
49. Dipengaruhi
Dipengaruhi
Pornografi
Pornografi
44.9% 55.1%
Tidak
Tidak
Dipengaruhi
Dipengaruhi
Pornografi
Pornografi
PENGARUH PORNOGRAFI TERHADAP PERILAKU
SEKSUAL
53. TERDAPAT HUBUNGAN ANTARA USIA DENGAN
PEMAKAIAN INTERNET BERBASIS PORNOGRAFI.
80 80
80
70 P value: (<0.005)
60 54
50
50
40 35 Ya
32
30 Tidak
20
11
8
10
0
15 tahun 16 tahun 17 tahun 18 tahun
54. TERDAPAT HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DENGAN
PEMAKAIAN INTERNET BERBASIS PORNOGRAFI
P value: (<0.005)
183
93
35 39
55. TERDAPAT HUBUNGAN ANTARA USIA DENGAN
PERILAKU SEKSUAL.
100 93 P value: (<0.005)
90 78
78
80 Melakukan
70 Perilaku Seksual
60 Berat
50 Melakukan
40 Perilaku Seksual
26
30 Ringan
17
20 11 11 9 13 Tidak Melakukan
8
10 5 1 Apa-apa
0
15 16 17 18
tahun tahun tahun tahun
56. TERDAPAT HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN
DENGAN PERILAKU SEKSUAL.
P value: (<0.005)
175
87
31
25 16 16
57. TERDAPAT HUBUNGAN ANTARA SIKAP RESPONDEN
MENANGGAPI INFORMASI SEKSUAL DENGAN
PERILAKU SEKSUAL.(KS)
P value: (<0.005)
107
103
29
23 22
18 17
11 3 11
3 3
67. Bias Informasi
ketidakjujuran pertanyaan bersifat sangat pribadi, berhubungan
dengan perilaku seksual atau hal-hal yang tabu di masyarakat.
salah pengertian.
suasana yang tidak kondusif saat mengisi kuesioner.
Bias berusaha dikontrol dengan :
uji coba kuesioner;
menerangkan dan menyamakan persepsi terlebih dahulu;
mempersiapkan suasana yang kondusif
meyakinkan bahwa jawaban kuesioner akan dirahasiakan dan tidak
perlu mencantumkan nama.
Waktu Penyebaran Kuesioner
Penyebaran kuesioner dilakukan saat responden berada di akhir
semester sehingga kehadiran remaja di sekolah sangat minim. Oleh
karena itu, kuesioner hanya disebar secara acak sehingga sebaran
umur dan jenis kelamin tidak merata.
68. KESIMPULAN
Persentase remaja pengguna situs internet berbasis
pornografi adalah 38,3%. Sedangkan persentase remaja
yang berperilaku seksual ringan adalah 74,9% dan
persentase remaja yang berperilaku seksual berat adalah
11,7%.
Faktor Predisposisi (usia dan jenis kelamin) dengan
Penggunaan Internet Berbasis Pornografi
Terdapat hubungan
Kelompok Usia Terbesar: 18 tahun
Jenis Kelamin Terbesar: Laki-laki.
Umur dan jenis kelamin remaja dengan perilaku seksual
remaja.
Terdapat hubungan
Kelompok Usia Terbesar: 18 tahun
69. Penggunaan sarana internet berbasis pornografi
dengan perilaku seksual remaja
Terdapat hubungan
Sebagian besar remaja yang mengakses pornografi
melaukan perilaku seksual.
Terdapat hubungan antara sikap remaja dalam
menanggapi informasi seksual yang diperoleh dari
teman sebaya dengan perilaku seksual remaja.
70. FAKTOR LAIN YANG MEMPENGARUHI REMAJA
PERILAKU SEKSUAL REMAJA
MENGAKSES INTERNET Teman sebaya yang
BERBASIS PORNOGRAFI mengakses pornografi
Informasi seksual dari Informasi seksual dari
teman sebaya. teman sebaya,
X Informasi seksual X Informasi seksual dari
dari orang
orang tua tua
X Informasi dari pihak X Informasi seksual dari
sekolah pihak
X Kenyamanan sekolah
berbicara X Kenyamanan berbicara
tentang seks dengan tentang seks dengan
orang tua. orang
71. SARAN
• Mewujudkan Program
Pelayanan Kesehatan
Remaja (PKPR) di sekolah
PUSKESMA • Memberikan penyuluhan
S kesehatan seksual secara
berkala
• Melakukan konseling
kepada remaja
72. SARAN
• Bekerja sama dengan Puskemas
dalam mewujudkan Program
Pelayanan Kesehatan Remaja
(PKPR)
• Mengisi jam-jam kosong di sekolah
Sekolah dengan kegiatan yang bermanfaat.
• Membatasi penggunaan internet
hanya pada jam-jam tertentu
• memberikan sanksi
• Melakukan razia terhadap materi
pornografi yang dibawa oleh remaja
73. SARAN
• RUU Anti Pornografi dan
Pornoaksi dan memberikan
sanksi/hukuman
• memblokir situs-situs
Pemerintah internet berbasis pornografi
• mensensor tayangan-
tayangan yang berbau
pornografi
74. SARAN
• Membatasi tontonan yang
mengandung materi pornografi
• Membatasi jam penggunaan
Orang internet, hanya pada jam-jam di
mana orang tua dapat mengawasi
anaknya.
Tua • Memberikan informasi seksual
sedini mungkin
• Meningkatkan komunikasi dengan
anaknya terutama pada usia remaja
75. SARAN
• Mencari informasi dari sumber yang
terpercaya
• Memilih informasi mana yang dapat
dipercaya
• Menghindari materi-materi berbau
Remaja pornografi dan mengalihkan
perhatian/pikiran/perilakunya ke
kegiatan yang lebih positif
• Menyebarkan info seksual dari
sumber yang terpercaya tersebut
kepada teman sebayanya.
76. DAFTAR PUSTAKA
Adnani H, Widowat C. Motivasi Belajar dan Sumber-sumber Informasi tentang Kesehatan Reproduksi dengan Perilaku
Seksual Remaja di SMUN 2 Banguntapan Bantul. Diunduh dari http://skripsistikes.files.wordpress.com/2009/08/57.pdf.
Diakses tanggal 7 Desember 2010.
Syarif, S. 2010 Data BKKBN. Liputan 6.com. Jakarta
Asfriyanti, 2005, Masalah Kehamilan Pranikah pada Remaja Ditinjau dari Kesehatan Reproduksi, Info Kesehatan
Masyarakat, The Journal of Public Health, Volume IX, Nomor 1, Juni 2005, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara, Medan
Pellettieri, B. (2004) Television and the internet: Important source of sexual health information for youth. Advocates for
Youth.
Brown, J.D. & Keller, S.N. (2003) Can the mass media be healthy sex educator? FamPlanPerspect, 32(5): 255-256.
Brown, J.D. & Knight, J,L (2007) The media as powerful teen sex educators. School of
Journalism and Mass Communication University of North Carolina – Chapel Hill.
Hurlock, E.B. (1993) Perkembangan anak, (jilid 1, Edisi keenam). Ed: Dharma, A. Alih Bahasa: Tjandrasa, M.M.,
Zakarsih, M. Jakarta: Erlangga.
Bandura, A., & Walters, R. H. (1963). Social learning and personality development. New York: Holt, Rinehart, & Winston.
Sarwono, S.W. (2006) Psikologi remaja (Ed.rev.). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Paquette, D. & Ryan, J. (2001) Bronfenbrenner’s ecological system theory, National-Louis University
Pornografi dari Internet Picu Perkembangan Kelainan Seksual Anak. Diunduh dari :
http://ruuappri.blogsome.com/2006/05/26/pornografi-dari-internet-picu-perkembangan-kelainan-seksual-anak/. Diakses
tanggal : 7 Desember 2011.
Poltekkes Depkes Jakarta I, 2010. Kesehatan Remaja Problem dan Solusinya. Jakarta: SalembaMedika
Duarsa, N.W. (2007) Remaja dan infeksi menular seksual, dalam: Soetjiningsih. Tumbuh kembang remaja dan
permasalahnnya. Jakarta: CV. Sagung Seto, 135.
Madani Y. Pendidikan Seks Untuk Anak Dalam Islam Panduan Bagi Orang Tua,Ulama,Guru dan Kalangan Lainnya.
Cetakan I. Jakarta: Pustaka Zahra (2003)
77. DAFTAR PUSTAKA
Seks pranikah remaja, trend kah?. Diunduh dari : www.isekolah.org/file/h_1090920840.doc. Diakses
tanggal 7 Desember 2010.
Notoadmodjo, 2007, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Cetakan I, Jakarta, Rineka Cipta.
Green, LW. Kreuteur, MW. Deeds, S.G. & Patridge, K.B. (1980) Health education planning, a
127egara127r127c approach. California: Mayfield Publishing Company.
L’Engle, K.L., Brown, J.D. & Kenneavy, K. (2006) The mass media are en important contex for
adolescents’ sexual 128egara128r. J Adolesc Health, 38: 186-192.
PKBI. (1999) Perkembangan seksualitas remaja. Di dalam: Modul Kesehatan Reproduksi Remaja,
Cetakan kedua.PKBI
Hanifah L. 2009. Bicara Seksualitas, Tabu atau Perlu. Diakses: 7 Desember 2011.
http://www.tabloidnova.com/Nova/Kesehatan/Umum/Biacara-Seksualitas-Tabu-atau-Perlu.
Saifuddin, A.F & Hidayana, I.M. 1999. Seksualitas Remaja. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.Imran, I.,
1999,
Perkembangan Seksual Remaja, PKBI, BKKBN, UNFPA, Jakarta.
Arsyad, A. Media pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Daryanto. (2007). Memahami kerja internet. Bandung: Yrama Widya
Kunkel, D., Cope, K.M., Farinola, W.J.M., Biely, E., Rollin, E., & Donnerstein, E. (1999). A Biennial report
to The Kaiser Family Foundation. Santa Barbara: University of California
Internet Sisi Positif dan Negatif. Diunduh dari : http://www.spanda2yes.sch.id/artikel/60-internet-sisi-
positis-dan-negatif.html. Diakses tanggal : 7 Desember 2011.
Nathan Tabor. Adultery Is Killing the American Family. Diunduh dari :
http://www.canadafreepress.com/2005/tabor092305.htm. Diakses tanggal : 7 Desember 2011.