Hubungan antara bahasa dan filsafat sangat erat, dimana bahasa merupakan alat utama bagi filsafat untuk mengungkapkan hasil pemikiran kepada orang lain. Filsafat berperan penting dalam pengembangan ilmu bahasa melalui analisis konsep-konsep menggunakan bahasa. Hubungan ini terlihat pada bahasa Al-Quran yang menjadi objek penelitian filsafat untuk memahami makna ayat-ayatnya.
1. Hubungan Bahasa dan Filsafat
Konsetrasi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam
Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga
Yogyakarta
Rini Susanti 22205035020 Yoga Pratama 22205035022
2. 1
Filsafat bahasa sebagai salah satu cabang filsafat mulai dikenal dan berkembang pada abad
XX ketika para filsuf mulai sadar bahwa terdapat banyak masalah-masalah dan konsep-
konsep filsafat baru dapat dijelaskan melalui analisis bahasa. Misalnya problema filsafat
yang menyangkut pertanyaan keadilan, kebaikan, kebenaran, kewajiban, hakikat ada dan
pertanyaan-pertanyaan fundamental lainnya yang hanya dapat dijelaskan melalui metode
analisis bahasa. Tradisi inilah oleh para ahli disebut dengan filsafat analitik yang
berkembang di Eropa terutama di Inggris.
Walaupun demikian, sebenarnya perhatian para filsuf terhadap bahasa dalam
menjelaskan konse-konsep filsafat telah berlangsung sejak zaman Yunani. Misalnya
Sokrates yang telah menggunakan metode analitika bahasa dalam berdebat dengan kaum
Sofis yang dikenal dengan metode dialektis-kritis. Demikian juga tokoh Thomas Aquinas
pada abad pertengahan melalui analisis bahasa analogi dan methapor untuk menjelaskan
konsep-konsep filosofisnya. Pada abad modern, ada Rene Descartes yang menjelaskan
konsep-konsepnya melalui analisis bahasa. Baru pada abad XX filsafat analitika bahasa
menemukan bentuknya yang memusatkan pada analisis konsep-konsep filsafat melalui
analisis bahasa atau analisis penggunaan ungkapan-ungkapan bahasa. Tulisan ini akan
membahas bagaimana hubungan antara filsafat dan bahasa Kaelan, Filsafat
Bahasa Semiotika Dan Hermeneutika (Yogyakarta: Paradigma, 2009), p. 4.
Pendahuluan
3. 1. Fungsi filsafat terhadap Bahasa
Kerja filsafat adalah dimulai dari suatu pertanyaan kritis tentang suatu realitas.
Bagi filsafat,
seluruh realitas adalah layak untuk dipertanyakan. Pertanyaan tersebut bukan
sekedar bertanya, tapi diharapkan berupa pertanyaan yang kritis tentang apa saja.
Berikut ini beberapa masalah kebahasaan yang memerlukan analisis filsafat:
a. Masalah “bahasa” pertama dan yang paling mendasar adalah apakah hakikat
bahasa itu? Mengapa bahasa harus ada pada manusia dan merupakan ciri
utama manusia? Apa hakikat manusia? Bagaimana hubungan antara bahasa
dan manusia?
b. Apakah perbedaan utama antara bahasa manusia dengan bahasa di luar
manusia?
c. Apa hubungan antara bahasa dan akal?
4
2
Filsafat dan Bahasa
4. Bagian-bagian tersebut merupakan sebagian contoh problematika kebahasaan yang
membutuhkan analisis filsafat. Agar mendapat sedikit gambaran, berikut ini akan dijelaskan
hubungan fungsional antara bahasa dan filsafat menurut Asep Hidayat. Di antaranya adalah
sebagai berikut:
a. Filsafat, dalam arti analisis filsafat merupakan salah satu metode yang digunakan oleh
para filosof dalam memecahkan problematika kebahasaan.
b. Filsafat, dalam arti pandangan atau aliran tertentu terhadap suatu realitas, (misalnya
filsafat idealisme, rasionalisme, strukturalisme, dll.) akan mewarnai pula pandangan
para ahli bahasa dalam mengembangkan teori-teorinya.
c. Filsafat, juga berfungsi memberi arah agar teori kebahasaan yang telah dikembangkan
oleh para ahli ilmu bahasa memiliki relevansi dengan realitas kehidupan umat
manusia.
d. Filsafat, termasuk juga filsafat bahasa, memiliki fungsi untuk memberikan petunjuk
dan arah dalam pengembangan teori-teori kebahasaan menjadi ilmu bahasa atau ilmu
sastra.
e. Dari uraian tersebut, jelaslah bahwa filsafat memiliki fungsi yang sangat luas dan
berharga bagi pengembangan ilmu bahasa maupun bahasa itu sendiri.
Asep Ahmad Hidayat, Filsafat Bahasa: Mengungkap Hakikat Bahasa, Makna Dan Tanda (Bandung: PT Reamaja Rosdakarya, 2014), pp. 37–38.
Filsafat dan Bahasa
5. Keberadaan bahasa sebagai sesuatu yang khas dalam kegiatan komunikasi manusia tidak
hanya sebagai simbol belaka melainkan juga sebagai media pengembang terhadap pikiran
manusia terutama dalam hal mengungkapkan realitas atau kebenaran dari setiap sesuatu.
Dengan demikian, bahasa telah menunjukkan fungsi vitalnya pada aktivitas manusia yaitu
mode berfilsafat. Siapapun akan senantiasa melakukan relasi yang erat dengan bahasa,
termasuk filosof (ahli filsafat). Fakta telah menunjukkan bahwa ungkapan pikiran dan hasil-
hasil perenungan filosofis seseorang tidak dapat dilakukan tanpa bahasa. Bagaimanapun, alat
paling utama dari filsafat adalah bahasa. Tanpa bahasa, seorang filosof tidak mungkin bisa
mengungkapkan hasil-hasil pemikiran kefilsafatannya kepada orang lain. Tanpa bantuan
bahasa, seseorang tidak akan mengerti tentang buah pikiran kefilsafatan.
Louis O. Katsooff berpendapat bahwa suatu sistem filsafat sebenarnya dalam arti tertentu
dapat dipandang suatu bahasa, perenungan kefilsafatan dapat dipandang sebagai suatu upaya
penyusunan bahasa tesebut. Oleh karena itu, ilsafat dan bahasa akan senantiasa beriringan,
tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Ia bagaikan gula dengan manisnya. Bahasa pada
hakikatnya merupakan sistem simbol-simbol. Sedangkan tugas filsafat yang utama adalah
mencari jawaban atau makna dari seluruh simbol yang menampakkan diri di alam semesta ini.
Bahasa juga alat untuk membongkar seluruh rahasia simbol-simbol tersebut.
2. Bahasa dalam Filsafat dan Perannya dalam Pemikiran Filsafat
4
Filsafat dan Bahasa
6. Bahasa memiliki tugas yang paling penting yaitu memberikan kejelasan hubungan antara
berpikir dan berbicara, antara fungsi ekspresif dan representatif bahasa. Menjelaskan kondisi-
kondisi psikofisik dari ucapan, peranan individu dan komunitas dalam perkembangan sebuah
bahasa, hubungan antara tipe-tipe bahasa umum dan struktur bahasa khusus. Secara
terminologi, menyelidiki sumber-sumber pertama sebuah bahasa dan hasil baru yang ada
sekarang dari bahasa itu serta usaha-usaha lebih lanjut. Pandangan-pandangan pada filsafat
bahasa berbeda terutama atas masalah hubungan antara yang dipikirkan dan yang diucapkan.
Jadi dengan bahasa bukan saja manusia dapat berpikir secara teratur namun juga dapat
mengkomunikasikan apa yang sedang dia pikirkan kepada orang lain. Namun bukan itu saja,
dengan bahasa kita pun dapat mengekspresikan sikap dan perasaan kita. Seorang bayi bila dia
sudah kenyang dan hatinya pun sangat senang, dia mulai membuka suara. Lewat seni suara dia
akan mengekspresikan perasaannya, kedukaan, dan kesukaan lewat liku nada kata-kata.
Dari uraian di atas, maka jelaslah bahwa bahasa dan filsafat memiliki hubungan atau relasi
yang sangat erat, dan sekaligus merupakan hukum kausalitas (sebab musabbab dan akibat)
yang tidak dapat ditolak kehadirannya. Sebab itulah seorang filosof (ahli filsafat), baik secara
langsung maupun tidak, akan senantiasa menjadikan bahasa sebagai sahabat akrabnya yang
tidak akan terpisahkan oleh siapa pun dan dalam kondisi bagaimanapun.
4
Filsafat dan Bahasa
7. Bahasa memiliki sejumlah kelemahan dalam hubungannya dengan ungkapan-ungkapan dalam
aktivitas berfilsafat. Kelemahan-kelemahan tersebut antara lain:
a. Vangueness (kesamaran)
b. Inexplicitness (tidak eksplisit)
c. Ambiguity (ketaksaan)
d. Contex-dependence (tergantung pada konteks)
e. Missleadingness (menyesatkan)
Bebagai kelemahan dan kekurangan bahasa dalam proses pengungkapan proses-proses
pengungkapan konsep-konsep filosofis perlu diberikan suatu penjelasan khusus agar tidak
terjadi misleadingness. Betapapun demikian, keberadaan bahasa sebagai sesuatu yang khas
milik manusia tidak hanya merupakan simbol belaka, melainkan merupakan media
pengembang pemikiran manusia terutama dalam mengunkapkan realitas segala sesuatu.
C. Kelemahan Bahasa
4
Filsafat dan Bahasa
8. Bahasa senantiasa hadir dan dihadirkan. Ia berada dalam diri manusia, dalam alam,
dalam sejarah, termasuk juga dalam wahyu Tuhan. Tuhan hadir dengan menampakkan diri
pada manusia bukan melalui zat-Nya, melainkan lewat bahasa-Nya yaitu bahasa alam dan
kitab suci. Umat Islam mengenali Tuhan melalui al-Qur’an. Al-Quran dalam teologis muslim
dipercayai sebagai kalam Allah (kalam: logos, ucapan, bahasa) yang diwahyukan kepada Nabi
Muhammad.
M. Quraish Shihab mengatakan bahwa keunikan dan keistimewaan al-Qur’an
terdapat dari segi bahasa merupakan kemukjizatan utama dan pertama yang ditujukan kepada
masyarakat Arab. Di sisi lain, tidak semua orang mengetahui bahasa Arab. Sehingga diperlukan
upaya untuk memahami teks keagamaan tersebut.
Proses memahami al-Qur’an baik dari segi teks maupun konteks membutuhkan
analisis filsafat. Karena filsafat pada dasarnya digunakan untuk mencari “jawaban-jawaban”
termasuk jawaban dari pertanyaan “apa makna dari ayat-ayat al-Qur’an?”. Maka muncullah
beberapa penelitian analisis filsafat terhadap al-Qur’an baik dari segi semantik, semiotik,
hermeneutik dan sebagainya.
Hidayat, p. 245.
M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur’an: Ditinjau Dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah Dan Pemberitaan Ghaib (Bandung: Mizan, 2007).
D. Bahasa Al-Qur’an
4
Filsafat dan Bahasa
9. Berdasarkan uraian, di atas dapat disimpulkan:
1. Hubungan filsafat dengan bahasa yaitu mempunyai kaitan yang sangat erat bagi keduanya,
sebab alat utama dari filsafat adalah bahasa. Karena bahasa, bisa mengungkapkan hasil-
hasil perenungan kefilsafatannya kepada orang lain. Dan bahasa pula, yang dapat
membuat orang lain mampu memahami buah pikiran kefilsafatan.
2. Peranan filsafat bahasa dalam pengembangan ilmu bahasa sangat penting. Filsafat bahasa
ini mempunyai kekhususannya, yaitu masalah yang dibahas berkenaan dengan bahasa,
yaitu ungkapan-ungkapan bahasa yang mempunyai arti. Di dalam pengembangan bahasa
peranan filsafat bahasa cukup jelas, akibat banyaknya timbul kata-kata baru, sinonim,
struktur kalimat, singkatan (akronim) dan kaidah-kaidahnya. Ini semua karena ilmu
pengetahuan yang semakin meningkat pada saat ini, dan banyak timbul paradigma baru.
Bahasa memiliki daya tarik tersendiri untuk dijadikan objek bagi penelitian filsafat.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hubungan antara bahasa dengan filsafat memang
sangat erat segi konteksnya sehingga mampu menghasilkan pembahasan baru yakni filsafat
bahasa.
4
Kesimpulan