Wandia Mellani Trihapsari_427566_Tugas Essay Topik TI1 dan TI2.pdf
1. NAMA: WANDIA MELLANI TRIHAPSARI
NIM: 18/427566/PA/18526
Essay: Bukti Geofisika yang Memperkuat Teori Tektonik Lempeng
Teori Tektonik lempeng belakangan ini banyak diperbincangkan oleh para ahli ilmu kebumian
dan banyak dianut karena dianggap paling dapat menjelaskan keseluruhan sistem tektonik bumi. Jika
waktu ditarik mundur maka sebelum lahirnya teori tektonik lempeng, sudah lebih dulu lahir gagasan
atau hipotesis yang berusaha memecahkan masalah sistem tektonik bumi. Sebut saja Abraham Ortelius
seorang pembuat peta dari Belanda pada tahun 1956 memperhatikan bahwa Benua Amerika terpisah
dari Benua Afrika dan Eropa karena gempa bumi dan kemudian hanyut terbawa aliran. Pada tahun
1620 Francis Bacon juga mengomentari bentuk garis pantai yang ada di pantai barat Afrika dan
Amerika Selatan memiliki kemiripan. Dan pada tahun 1800 Eduard Suess yang merupakan seorang
ahli geologi, mengusulkan bahwa benua bagian selatan tersebut tergabung dalam sesuatu yang disebut
"Gondwanaland". Hipotesis-hipotesis tersebut membuat seorang ahli meteorologis asal Jerman, Albert
Wegener, mengusulkan hipotesis baru yang kemudian disebut Continental Drift dan didalamnya
menyatakan bahwa benua-benua pernah bersatu dalam superkontinen yang disebut Pangea sampai
kemudian Pangea tersebut terpisah sekitar ~ 200 juta tahun lalu dan terhanyut sehingga benua-benua
ada diposisi sekarang. Namun agaknya hipotesis Albert Wegener tidak dapat diterima pada masa itu
karena hipotesis tersebut belum dapat menjelaskan apa yang mengakibatkan benua-benua tersebut
bergerak dan bagaimana cara benua-benua bergerak di dasar samudera. Sampai pada akhirnya, pada
tahun 1929, Arthur Holmes kembali menguraikan hipotesis Wegener dan menjelaskan bahwa
penyebab benua-benua bergerak adalah konveksi termal didalam mantel bumi. Pernyataan tersebut
yang kemudian menjadi awal dikenalnya sebuah teori tektonik lempeng. Jadi, dapat dikatakan bahwa
teori tektonik lempeng merupakan perpaduan dari teori Continental Drift dan Sea Floor Spreading yang
telah dikembangkan.
Teori tektonik lempeng berhubungan erat dengan mantel bumi bagian atas yang terdiri dari
Litosfer (kerak + bagian mantel atas) yang bersifat mudah patah (brittle) dan Astenosfer bagian mantel
atas yang bersifat plastis. Lempeng-lempeng bergerak dan digerakkan oleh sebuah arus konveksi dan
memiliki batas lempeng. Setiap lempeng bergerak dalam arah tertentu dan kecepatan tertentu sehingga
menghasilkan interaksi antar lempeng yang berbeda. Entah itu divergen (lempeng saling menajuhi),
konvergen (lempeng saling mendekat), dan transform (lempeng saling berpapasan dan bergerak dalam
arah berbeda). Kemudian mari berbicara mengenai contoh bukti dari hipotesis dan teori yang
mendukung pembuktian teori tektonik lempeng. Seperti teori pada umumnya, Continental Drift, Sea
Floor Spreading, dan teori tektonik lempeng juga dituntut memiliki bukti-bukti yang logis dan dapat
diterima akal manusia. Bukti tersebut dapat berupa bukti geologi maupun bukti geofisika. Bukti-bukti
Continental Drift tersebut secara umum adalah ditemukannya batuan yang berumur relative sama, fosil
tumbuhan dan hewan serupa dan berusia relative sama yang hidup di darat telah ditemukan di benua
yang terpisah yaitu Afrika dan Amerika Selatan. Padahal jika dinalar maka hewan dan tumbuhan
tersebut tidak akan berpindah dalam jarak sejauh itu. Lalu ditemukan juga lapisan batubara di Antartika
membuktikan bahwa daerah tersebut mengalami perubahan iklim secara ekstrim dan dulunya daerah
tersebut pernah hangat. Dan sebaliknya, glasial juga ditemukan di garis lintang ekuator (India,
Australia, Afrika dan Amerika Selatan) menunjukkan bahwa dulunya daerah tersebut merupakan
lapisan es yang tebal dan berubah iklim menjadi seperti sekarang. Kemudian bukti lain dari Sea Floor
Spreading adalah ditemukannya fitur topografi didasar samudera seperti ditemukannya gunung api
bawah laut dan juga ditemukan fenomena Rock magnetism.
Lalu yang terpenting yang lain adalah bukti modern yang disajikan dalam bentuk data untuk
memperkuat teori tektonik lempeng. Terdapat banyak bukti-bukti yang jelas ditemukan untuk
memperkuat teori tektonik lempeng, yaitu: Lempeng Indo-Australia yang bergerak mendekati lempeng
2. NAMA: WANDIA MELLANI TRIHAPSARI
NIM: 18/427566/PA/18526
Eurasia dengan kecepatan rata-rata 5,6 cm/tahun. Lalu batas lempeng juga beraosiasi dengan gempa
bumi, pembentukan fitur topografi, aktivitas vulkanik, kenampakan hotspot dan mid oceanic ridge,
pembentukan pegunungan dan palung samudera, anomali magnetik, anomali gravitasi, dan pola
seismisitas.
Seperti yang dikatakan dalam teori tektonik lempeng bahwa
bumi dibagi menjadi 7 lempeng utama yang memiliki batas-batas
antar lempeng. Batas antar lempeng menjadi zona interaksi antar
lempeng baik secara divergen, konvergen, atau transform
sehingga di batas lempeng akan banyak terdapat fitur geologi
yang mencirikannya. Contohnya seperti meningkatnya aktivitas
vulkanik dan gempa bumi di zona tersebut. Dapat dilihat dalam
gambar membuktikan bahwa aktivitas vulkanik (titik merah) dan gempa bumi (titik biru) tersebar di
sepanjang batas lempeng. Hal itu memicu banyak ahli untuk mengupas secara tuntas penyebabnya.
Interaksi di sepanjang batas lempeng menghasilkan peningkatan frekuensi gempa bumi di lokasi
tersebut. Selain itu, gempa bumi yang lebih kuat lebih mungkin terjadi di sepanjang batas lempeng
aktif. Gempa bumi kuat lebih sering terjadi pada batas lempeng transformasi dan konvergen dan
patahan San Andreas di California adalah contoh dari batas lempeng transformasi aktif. Bukti lain
adanya ring of fire pacific adalah wilayah aktivitas vulkanik dan seismik tinggi yang mengelilingi sebagian
besar cekungan samudra pasifik.
Gunung berapi berada diatas batas lempeng konvergen yang
dihasilkan dari proses subduksi antara lempeng benua dan
lempeng samudera, didalam peristiwa tersebut terdapat partial
melting dan magma akan naik melalui zona rekah membentuk
jajaran gunung api vulkanik. Namun jika interaksi yang terjadi
adalah antar lempeng samudera makan yang terbentuk adalah
busur kepulauan. Lalu ada Mid oceanic ridge pada batas lempeng
divergen di mana magma upwelling mendorong antar lempeng
(zona keretakan) menyebabkan lempeng bergerak terpisah dan kemudian membentuk lempeng
samudera yang baru yang aktif dan berumur lebih muda. Bukti lain yang tidak kalah menarik adalah
hubungan erat antara gempa bumi fokus dalam dan palung laut serta tidak adanya gempa bumi dengan
fokus dalam di sepanjang sistem punggungan samudera. Palung laut dalam yaitu setiap cekungan
panjang, sempit, dan curam di dasar samudera dan biasanya terbentuk di lokasi di mana satu lempeng
tektonik menunjam di bawah lempeng lain. Deep focus earthquake itu banyak terjadi di zona subduksi
dan setiap peristiwa subduksi pasti nantinya akan membentuk busur palung samudera yang mengikuti
garis continental serta sejajar dengan busur vulkanik dan busur kepulauan. Gempa bumi terjadi akibat
adanya gaya gesek antara 2 lempeng yang saling menunjam dan penunjaman dapat mencapai
kedalaman lebih dari 600km. Walaupun ada yang mengatakan bahwa kerak bumi akan mulai meleleh
pada kedalaman 40 km akibat gradient suhu, perlu diingat bahwa peristiwa itu hanya partial melting.
Maka dari itu tetap ada bagian lempeng yang berhasil menunjam kedalaman lebih dari 40 km dan
menjadi Deep focus earthquake zone. Lalu gempa bumi dangkal banyak terjadi di batas divergen dimana
terdapat regangan atau rekahan batuan yang aktif bergerak sehingga dapat menimbulkan gempa bumi.
Zona divergensi ini disebut sebagai mid oceanic ridge dimana lempeng samudera akan merekah ke kanan
dan ke kiri membentuk punggungan.
3. NAMA: WANDIA MELLANI TRIHAPSARI
NIM: 18/427566/PA/18526
Dari bukti-bukti diatas dapat disimpulkan bahwa bumi terbagi-bagi menjadi beberapa bagian
yang disebut lempeng. Lempeng memiliki batas, bergerak, dan saling berinteraksi. Zona batas lempeng
merupakan zona dengan aktivitas seismic dan vulkanik tinggi. Antar lempeng digerakkan oleh energi
yang dihasilkan dari arus konveksi yang berasal dari mantel. Dan tektonik bumi merupakan suatu
sistem besar yang sangat kompleks.
DAFTAR PUSTAKA
Anggarini, Ade. 2020. TI_1A_Matrikulasi (MFG 3916 Tektonik Indonesia). Yogyakarta: Program Studi
Geofisika, Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah
Mada.
Anggarini, Ade. 2020. TI_1A_NoPodcast_Sorry (MFG 3916 Tektonik Indonesia). Yogyakarta: Program
Studi Geofisika, Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Gadjah Mada.
Anggarini, Ade. 2020. TI_2_BatasLempeng (MFG 3916 Tektonik Indonesia). Yogyakarta: Program Studi
Geofisika, Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah
Mada.
4. NAMA: WANDIA MELLANI TRIHAPSARI
NIM: 18/427566/PA/18526
LAMPIRAN DILUAR KONTEN ESSAY
Contoh kasus Gempa Bumi untuk daerah subduksi Indonesia menurut data IRIS
Kita tahu bahwa di selatan pulau Jawa yang membentang hingga barat daya pulau Sumatera
terdapat zona subduksi. Di selatan pulau Jawa dan barat daya Sumatera banyak terjadi gempa dengan
kedalaman 0 km – 150 km yang diwakili oleh warna ungu-hijau. Hal itu dapat diduga kalau gempa yang
relative lebih dangkal terjadi karena ada gesekan akibat pertemuan lempeng tepat di zona subduksi.
Namun di bagian utara pulau Jawa atau selatan Sulawesi justru terdapat gempa fokus dalam yaitu pada
kedalaman 300 km – 800 km. Gempa-gempa dangkal yang terjadi di selatan pulau Jawa dan barat daya
Sumatera adalah gempa akibat pertemuan lempeng untuk pertama kalinya ataupun akibat sesar geser
yang ada di sumatera. Dan gempa fokus dalam di utara pulau Jawa atau selatan Sulawesi adalah gempa
5. NAMA: WANDIA MELLANI TRIHAPSARI
NIM: 18/427566/PA/18526
akibat subduksi di titik terdalam. Jangan lupakan kalau subduksi memiliki sudut dan lempeng terus
bergerak.