SlideShare a Scribd company logo
1 of 126
Download to read offline
PELATIHAN STI:
UJI CEPAT RAMBAT
GELOMBANG ULTRASONIK
LABORATORIUM MEKANIKA BATUAN - ITB
REVIEW
01
TUJUAN
1. Mengukur cepat rambat gelombang gelombang ultrasonik pada contoh batuan
2. Menentukan Modulus Elastisitas Dinamis (E)
GELOMBANG ULTRASONIK
Gelombang primer atau kompresi
merupakan gelombang longitudinal dimana
gerak partikel bergerak searah dengan arah
rambat gelombang.
• Merupakan gelombang yang memiliki
getaran dengan frekuensi > 20 kHz.
• Dapat merambat pada medium padat,
cair, dan gas.
Gelombang Sekunder
Gelombang Primer
Gelombang sekunder atau dilatasi
merupakan gelombang transversal dimana
gerak partikel bergerak tegak lurus dengan
arah rambat gelombang
PUNDIT
Transduser
PERCOBAAN
• Mengukur waktu yang
ditempuh gelombang untuk
merambat.
KECEPATAN RAMBAT GELOMBANG
Kecepatan Rambat Gelombang Primer Kecepatan Rambat Gelombang Sekunder
PARAMETER DINAMIK
Modulus Geser: rasio tegangan geser terhadap regangan geser
Nisbah Poisson: perbandingan antara kontraksi lateral terhadap regangan longitudinal
G : Modulus Geser (Pascal)
ρ : massa jenis (kg/m3)
Vs : Kecepatan Rambat Gelombang Sekunder (m/s)
v : Nisbah Poisson
Vp : Kecepatan Rambat Gelombang Primer (m/s)
Vs : Kecepatan Rambat Gelombang Sekunder (m/s)
PARAMETER DINAMIK
Modulus Young Dinamik: Perbandingan tegangan normal (σ) dan regangan longitudinal (e).
Menyatakan ukuran kekakuan material.
E : Modulus Young Dinamik (Pascal)
G : Modulus Geser (Pascal)
v : Nisbah Poisson
FAKTOR YANG MEMENGARUHI
1. Komposisi dan ukuran butir
2. Bobot isi
3. Kandungan air dan porositas
4. Temperatur
5. Kehadiran bidang lemah
HUBUNGAN Vp DAN UCS
● Hubungan UCS & Vp sulit ditentukan tanpa memperhitungkan faktor-faktor di dalam batuan.
● Faktor-faktor: beban pada contoh saat pengujian, porositas, pre-existing crack, bobot isi,
kandungan air, ukuran butir & komposisi mineral
PENGOLAHAN
DATA
02
PENGOLAHAN DATA
PELATIHAN STI:
UJI POINT LOAD INDEX
LABORATORIUM MEKANIKA BATUAN - ITB
REVIEW
01
TUJUAN
1. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan dari sampel batuan secara
tidak langsung di lapangan (sampel batuan dapat berbentuk silinder atau tidak
beraturan).
PERCOBAAN
• Diametrikal • Aksial/Block/Ireguler
L/D >1 0,3 < L/D < 1
PERCOBAAN
POINT LOAD INDEX
JENIS FRACTURE PADA PLI
HUBUNGAN UCS DAN PLI
CONTOH SOAL
Dilakukan Uji Point Load Diametrikal dengan dimensi sampel sebagai berikut:
Panjang (L) = 46,83 mm
Diameter (D) = 45 mm
Sampel tersebut pecah ketika gaya yang diberikan sebesar:
Force (P) = 5 kN
Tentukan nilai Indeks Point Load dari sampel tersebut!
KEMAMPUGALIAN DAN KEMAMPUGARUAN
PENGOLAHAN
DATA
02
PENGOLAHAN DATA
TERIMA
KASIH
Uji Sifat Fisik
Physical Properties Test
Physical Properties Test
Untuk memperoleh paramter sifat-sifat fisik batuan di laboratorium
● Bobot isi asli (natural density);
● Bobot isi kering (dry density);
● Bobot isi jenuh (saturated density);
● Berat jenis semu (apparent specific gravity);
● Berat jenis sejati (true specific gravity);
● Kadar air asli (natural water content);
● Kadar air jenuh (saturated water content);
● Derajat kejenuhan (degree of saturation);
● Porositas
● Void ratio.
10Paramter sifat-sifat fisik batuan
4pengukuran
Wnatural (Berat Jenuh)
Wwet (Berat Jenuh)
Wsubmerge (Berat Gantung)
Woven (Berat kering)
Peralatan yang digunakan
Oven
Timbangan
Desikator dan Pompa
Bak air dan air
1
2
3
4
Perhitungan
Prinsip Perhitungan Massa Jenis (ρ) dengan volume
D1
D2
D3
L1
L2
L3
𝑉 = 𝜋 ×
ഥ
𝐷
2
2
× ത
𝐿
Timbangan
𝑚
𝜌 =
𝑚
𝑉
𝐾𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 (𝑊𝑜)
𝐽𝑒𝑛𝑢ℎ (𝑊𝑤)
𝑁𝑎𝑡𝑢𝑟𝑎𝑙 (𝑊𝑛)
Prinsip Perhitungan Massa Jenis (ρ) tanpa volume
Bagaimana Menghitung volume
batuan yang tidak beraturan ?
W
Fapung= 𝑉𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 × 𝜌𝑎𝑖𝑟
𝑊𝑡𝑒𝑟𝑔𝑎𝑛𝑡𝑢𝑛𝑔 = 𝑊𝑎𝑤𝑎𝑙 −𝐹
𝑎𝑝𝑢𝑛𝑔
Hukum Archimedes
Gaya apung keatas oleh air besarnya sama
dengan berat air yang dipindahkan (berat
air yang volumenya sama dengan volume
benda yang berada di dalam air)
Fapung = 𝑉𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 × 𝜌𝑎𝑖𝑟
𝑉𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 = Fapung /𝜌𝑎𝑖𝑟
𝑽𝒃𝒆𝒏𝒅𝒂 = (𝑾𝒂𝒘𝒂𝒍 − 𝑾𝒕𝒆𝒓𝒈𝒂𝒏𝒕𝒖𝒏𝒈)/𝝆𝒂𝒊𝒓
Prosedur Pengujian
Timbangan
Desikator
Timbangan
Timbangan
Oven
Timbangan
Sampel/Pecahan
Wn (Berat natural)
Wo (Berat kering)
Ww (Berat Jenuh)
Ws (Berat Gantung)
*Catatan: nilai yang
diukur di timbangan
seharusnya “massa”
(m) bukan “berat“ (W)
𝑊 = 𝑚 × 𝑔
Prinsip Perhitungan Massa Jenis (ρ) tanpa volume
● Natural Density, ρn =
𝑊𝑛
𝑊𝑤−𝑊𝑠
=
𝜌𝑛×𝑉×𝑔
𝐹𝑎𝑝𝑢𝑛𝑔
=
𝜌𝑛×𝑉×𝑔
𝜌𝑎𝑖𝑟×𝑉×𝑔
, ρair = 1
= ρn
● Dry Density, ρd =
𝑊𝑜
𝑊𝑤−𝑊𝑠
=
𝜌𝑑×𝑉×𝑔
𝐹𝑎𝑝𝑢𝑛𝑔
= ρd
● Saturated Density, ρs =
𝑊𝑤
𝑊𝑤−𝑊𝑠
=
𝜌𝑠×𝑉×𝑔
𝐹𝑎𝑝𝑢𝑛𝑔
= ρs
Ww
Fapung
𝑊
𝑤 −𝐹
𝑎𝑝𝑢𝑛𝑔 = 𝑊
𝑠
Prinsip Perhitungan Parameter Kandungan Air
● Natural Water Content, W =
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑖𝑟
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛
× 100%
=
𝑤𝑛−𝑤𝑜
𝑤𝑜
× 100%
● Degree of Saturation, S =
𝐾𝑎𝑛𝑑𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑎𝑖𝑟 𝑛𝑎𝑡𝑢𝑟𝑎𝑙
𝐾𝑎𝑛𝑑𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑎𝑖𝑟 𝑗𝑒𝑛𝑢ℎ
× 100%
=
(𝑊𝑛−𝑊𝑜)
𝑊𝑤−𝑊𝑜
× 100%
air
padatan
udara
Prinsip Perhitungan Parameter Pori-pori
● Porosity, n =
𝑊𝑤−𝑊𝑜
𝑊𝑤−𝑊𝑠
× 100%
=
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐴𝑖𝑟 𝐽𝑒𝑛𝑢ℎ
𝐹𝑎𝑝𝑢𝑛𝑔
× 100%
=
𝑉𝑝𝑜𝑟𝑖×𝑔×𝜌𝑎𝑖𝑟
𝑉𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙×𝑔×𝜌𝑎𝑖𝑟
× 100%
=
𝑉𝑝𝑜𝑟𝑖
𝑉𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
× 100%
● Void ratio, e =
𝑉𝑝𝑜𝑟𝑖
𝑉𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛
× 100%
=
𝑉𝑝𝑜𝑟𝑖
𝑉𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙−𝑉𝑝𝑜𝑟𝑖
× 100%
=
𝑛
1−𝑛
Pori-pori
Rentang Densitas Batuan
Rentang Void Ratio
Rentang Porositas Batuan
Aplikasi Phisical Properties Test
1. Mengetahui Parameter Void Ratio, semakin besar void ratio maka secara
umum semakin lemah batuan
2. Sebagai Parameter Inputan untuk mengetahui kekuatan batuan, seperti
densitas, specific gravity dan lainnya
3. Sebagai salah satu pertimbangan awal dalam memperlakukan batuan dan
indikasi awal kekuatan batuan (Contoh densitas batuan terhadap longsoran
lereng)
Prosedur Pengukuran
No Code Depth (m) Lithology
W wadah
(g)
W wdh gtg
(g)
W natural
(g)
W kering
(g)
W jenuh
(g)
W gantung
(g)
1 UCS-01/PP-01 5.00 - 6.00 Andesit 9.1 5.8 76.4 75.6 77.2 47.7
2 UCS-02/PP-02 10.00 - 11.00 Andesit 9.2 6 80.4 79.3 81.3 49.7
3 UCS-03/PP-03 15.00 - 16.00 Andesit 9.3 6 76.3 75.4 77 47.3
4 UCS-04/PP-04 6.00 - 7.00 Andesit 9.2 6 96.7 95.4 97.7 59.8
5 UCS-05/PP-05 9.00 - 10.00 Andesit 9.2 6 107.2 106.2 108 66.4
6 UCS-06/PP-06 12.00 - 13.00 Andesit 9.1 5.9 85.6 84.5 86.4 53
𝑊
𝑛 = 𝑊 𝑛𝑎𝑡𝑢𝑟𝑎𝑙 − 𝑊 𝑤𝑎𝑑𝑎ℎ
𝑊
𝑜 = 𝑊 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 − 𝑊 𝑤𝑎𝑑𝑎ℎ
𝑊
𝑤 = 𝑊 𝐽𝑒𝑛𝑢ℎ − 𝑊 𝑤𝑎𝑑𝑎ℎ
𝑊
𝑠 = 𝑊 𝑔𝑎𝑛𝑡𝑢𝑛𝑔 − 𝑊 𝑤𝑎𝑑𝑎ℎ 𝑔𝑎𝑛𝑡𝑢𝑛𝑔
Contoh Physical
Properties Test
TERIMA KASIH
Uji Kuat Tekan
Unconfined Compressive Strenght (UCS Test)
Uji Kuat Tekan (UCS)
● Menentukan nilai Unconfined Compressive Strengt (UCS), Young Modulus, dan Poisson
Ratio
● Kuat tekan batuan adalah kemampuan batuan untuk menahan tegangan secara vertikal
menggunakan mesin tekan (compression machine)
Peralatan yang digunakan
Stop Watch
Dial Gauge
Mesin Tekan ‘Kontrol’
Jangka Sorong
Manometer
Mesin Tekan
Contoh
Peralatan yang digunakan
Dial Gauge
Letak Contoh
Servo Control
Syarat Contoh Uji Uji Kuat Tekan (UCS)
● Perbandingan panjang terhadap diameter contoh (L/D) 2 – 2,5 mengikuti
standar dari ASTM (American Society for Testing and Materials).
● Kedua ujung contoh halus dan rata dengan ketidakrataan kurang dari 0,02 mm
untuk tiap ujung contoh.
● Kedua ujung contoh tegak lurus sumbu utama dengan ketidaktegaklurusan
kurang dari 0,06°.
● Keliling contoh halus dan bebas dari ketidakberaturan serta lurus, tidak
melebihi dari 0,3 mm pada seluruh tinggi contoh
Uji Uji Kuat Tekan (UCS)
Perubahan bentuk contoh batuan pada Uji Kuat Tekan (UCS)
D
L
ൗ
L
D = 2
D + ∆D
L
+
∆L
ൗ
1
2 ∆L
ൗ
1
2 ∆L
F
F
L/D=2
L/D=1
Cone failure
L/D=2
Friction constraint
Berbagai Potensi Tipe Pecah Contoh Batuan Hasil Uji UCS
(Kramadibrata, 1991) - L/D=2
Uji Kuat Tekan (UCS)
Kurva tegangan regangan uji kuat tekan uniaksial (UCS)
Tegangan
(MPa)
Regangan (%) Aks
ial
Later
al
Penutupan
rekahan
Runtuh
Batas
Elastik
σ
c
σ
E
Variasi Kurva Tegangan Regangan
Parameter Uji Kuat Tekan (UCS)
1. Kuat tekan uniaksial (σc) : nilai tegangan maksimum yang dapat ditanggung
sebuah sampel batuan sesaat sebelum sampel tersebut hancur atau runtuh
(failure).
2. Modulus young (E) : kemampuan batuan untuk mempertahankan kondisi elastisnya
dengan:
σc = Kuat tekan uniaksial (MPa)
F = Beban saat sampel batuan pecah (N)
A = Luas kontak sampel (mm2)
dengan:
E = Modulus young (MPa)
Δσ = Beda tegangan (MPa)
Δεaksial = Beda regangan aksial
Parameter Uji Kuat Tekan (UCS)
1. Nisbah poisson (ν) : nilai mutlak dari perbandingan antara regangan lateral
dengan regangan aksial
2. Regangan (ε) : perbandingan antara perubahan panjang terhadap panjang
mula-mula
dengan:
ν = Nisbah poisson
εlateral = Regangan lateral (%)
εaksial = Regangan aksial (%)
dengan:
ε = Regangan (%)
Δl = Perubahan panjang (mm)
l = Panjang mula-mula (mm)
Contoh Kurva Tegangan Regangan
Kuat Tekan Uniaksial (UCS)
Kuat Tekan Uniaksial (UCS)
Nisbah Poisson Batuan
Kategori Nisbah Poisson
Kategori Nisbah Poisson
Sangat Rendah 0  n < 0.1
Rendah 0.1  n < 0.2
Medium 0.2  n < 0.3
Tinggi 0.3  n < 0.4
Sangat Tinggi 0.4  n < 0.5
Kategori Nisbah Poisson
Loose sand 0.20  n < 0.40
Medium dense sand 0.25  n < 0.40
Dense sand 0.30  n < 0.45
Silty sand 0.20  n < 0.40
Sand & gravel 0.15  n < 0.35
Saturated cohesive soil n ~ 0.50
Aplikasi UCS di Lapangan
1. Untuk mengetahui metode pemberaian yang dipakai
di pertambangan. Apakah menggunakan alat
mekanis atau peledakan
2. Sebagai salah satu variabel penentu kestabilan
lereng
3. Mengetahui kualitas batuan sebagai acuan
bagaimana batuan akan diperlakukan
4. Menghitung efesiensi penyangga pada TBT
Prosedur Pengujian
L
+
∆L
∆L
F
D
L
ൗ
L
D = 2
F
D + ∆D
F
Pecah
Prinsip Pengukuran Displacement
Sample Code MKB03/UCS01
Depth (m) 43.10 - 43.45
Lithology Sandy Claystone
59,4
59,5
59,4
59,43
123,8
123,7
123,8
123,77
Diameter
(mm)
Length (mm)
Input Data
Lateral 1 Lateral 2
Axial
Load Cell
Gaya (kN)
0 0 0 0
1 12 49 78
2 65 57 141
3 255 -83 195
4 310 -76 247
5 405 -94 300
6 420 -16 359
7 483 99 436
8,3 590 357 583
F (kN) Lateral 1 Lateral 2 Axial
Hasil Pengamatan UCS
Prinsip Perhitungan Regangan (ε)
Lateral 1 Lateral 2
Axial
𝐿𝑎𝑡𝑒𝑟𝑎𝑙 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝐿𝑎𝑡𝑒𝑟𝑎𝑙 1 + 𝐿𝑎𝑡𝑒𝑟𝑎𝑙 2
𝜀𝑙𝑎𝑡𝑒𝑟𝑎𝑙 =
Δ𝐷
𝐷
=
𝐿𝑎𝑡𝑒𝑟𝑎𝑙 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙
𝐷
× 100%
𝜀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑎𝑙 =
Δ𝐿
𝐿
=
𝐴𝑥𝑖𝑎𝑙
𝐿
× 100%
𝜀𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒𝑡𝑟𝑖𝑘 = 𝜀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑎𝑙 + 2 × 𝜀𝑙𝑎𝑡𝑒𝑟𝑎𝑙
Prinsip Perhitungan Tegangan (σ)
Gaya σ =
𝐺𝑎𝑦𝑎
𝐴
D1
D2
D3
𝐴 = 𝜋
ഥ
𝐷
2
2
Prinsip Perhitungan Tegangan dan Regangan
Sample Code MKB03/UCS01
Depth (m) 43.10 - 43.45
Lithology Sandy Claystone
59,4
59,5
59,4
59,43
123,8
123,7
123,8
123,77
Diameter
(mm)
Length (mm)
Input Data
1. Penentuan nilai tegangan (σ) : Gunakan
persamaan Berikut untuk masing-masing
nilai gaya
𝛔 =
𝐅
𝐀
2. Penentuan nilai regangan (ε) : Tentukan
nilai regangan lateral dan aksian dengan
persamaan
Nilai regangan volumetric didapatkan
berdasarkan persamaan Berikut:
𝛆𝐥𝐚𝐭𝐞𝐫𝐚𝐥 =
𝚫𝐃
𝐃
=
𝐋𝐚𝐭𝐞𝐫𝐚𝐥 𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥
𝐃
× 𝟏𝟎𝟎%
𝛆𝐚𝐤𝐬𝐢𝐚𝐥 =
𝚫𝐋
𝐋
=
𝐀𝐱𝐢𝐚𝐥
𝐋
× 𝟏𝟎𝟎%
𝛆𝐯𝐨𝐥𝐮𝐦𝐞𝐭𝐫𝐢𝐤 = 𝛆𝐚𝐤𝐬𝐢𝐚𝐥 + 𝟐 × 𝛆𝐥𝐚𝐭𝐞𝐫𝐚𝐥
sc D Lateral D Axial e Lateral e Axial e Volumetric
(MPa) (μm) (x10μm) % % %
1 0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
2 1 0,36 -61,22 77,97 -0,10 0,63 0,42
3 2 0,72 -122,43 141,22 -0,21 1,14 0,73
4 3 1,08 -172,36 195,43 -0,29 1,58 1,00
5 4 1,44 -234,17 247,04 -0,39 2,00 1,21
6 5 1,80 -310,84 299,52 -0,52 2,42 1,37
7 6 2,16 -404,15 359,05 -0,68 2,90 1,54
8 7 2,52 -582,45 435,66 -0,98 3,52 1,56
9 8,3 2,99 -947,37 583,31 -1,59 4,71 1,53
No F (KN)
Nilai UCS sampel batuan (σc)
Perhitungan Young’s Modulus (E) dan Poisson’s Ratio (v)
0,0
0,5
1,0
1,5
2,0
2,5
3,0
3,5
-2,0 -1,0 0,0 1,0 2,0 3,0 4,0 5,0 6,0
s
(MPa)
e (%)
STRESS - STRAIN CURVE
Axial Lateral Volumetric
(e; s) = (2.9;2.16)
(e; s) = (-0.68;2.16)
(e; s) = (-0.21;0.72)
(e; s) = (1.14;0.72)
1. Modulus Young (E) :
𝐸 =
Δs
Δe
𝐸 =
2.16 − 0.72 𝑀𝑃𝑎
2.9 − 1.14 %
𝑬 = 𝟖𝟐 𝑴𝑷𝒂
2. Poisson ratio (v) :
v =
𝜀𝑙𝑎𝑡𝑒𝑟𝑎𝑙
𝜀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑎𝑙
v =
−0.68 − (−0.21)
2.9 − 1.14
𝒗 = 𝟎. 𝟏𝟕
Laporan Uji UCS
TERIMA KASIH
Uji Triaksial
Triaxial Test
Uji Triaksial
● Menentukan nilai kekuatan batuan dibawah tiga komponen tegangan memalui
persamaan kriteria keruntuhan.
● Parameter kekuatan batuan yang dapat ditentukan adalah :
- Kurva instrinsik (Strenght envelope)
- Kurva Geser ( Shear Envelope)
- Kohesi (C)
- Tegangan Normal (σn)
- Sudut Geser Dalam (φ)
Peralatan yang digunakan
Stop Watch
Dial Gauge
Jangka Sorong
Sel Triaksial
Peralatan yang digunakan
Dial Gauge
Letak Contoh
Servo Control
Mekanisme Triaksial
Sel Triaksial Tipe Hoek
& Franklin (1968)
Syarat Contoh Uji Triaksial
● Perbandingan panjang terhadap diameter contoh (L/D) antara 2,5 – 3 ( ISMR,
1981) atau 2 – 2,5 mengikuti standar dari ASTM (American Society for Testing
and Materials).
● Kedua ujung contoh halus dan rata dengan ketidakrataan kurang dari 0,02 mm
untuk tiap ujung contoh.
● Kedua ujung contoh tegak lurus sumbu utama dengan ketidaktegaklurusan
kurang dari 0,06°.
● Keliling contoh halus dan bebas dari ketidakberaturan serta lurus, tidak
melebihi dari 0,3 mm pada seluruh tinggi contoh
Uji Triaxial
Perubahan bentuk contoh batuan pada Uji Triaxial
D
L
ൗ
L
D = 2
D + ∆D
L
+
∆L
ൗ
1
2 ∆L
ൗ
1
2 ∆L
F
F
L/D=2
L/D=1
Cone failure
L/D=2
Friction constraint
Berbagai Potensi Tipe Pecah Contoh Batuan Hasil Uji UCS
(Kramadibrata, 1991) - L/D=2
Uji Triaxial
Kurva Lingkaran Mohr dan Kurva Intrinsik
Parameter Uji Triaksial
1. Kohesi (C) : Kohesi adalah gaya tarik menarik antara partikel dalam batuan. Salah satu aspek yang
memengaruhi nilai kohesi adalah kerapatan dan jarak antar molekul dalam suatu benda.
2. Sudut Geser Dalam (φ) : merupakan sudut yang dibentuk dari hubungan antara tegangan normal
dan tegangan geser di dalam material tanah atau batuan. Sudut geser dalam adalah sudut rekahan
yang dibentuk jika suatu material dikenai tegangan atau gaya terhadapnya yang melebihi tegangan
gesernya. makna fisik dari sudut geser tanah pada kondisi tanpa tegangan pengekang
3. Tegangan normal (σn) : adalah intensitas gaya yang bekerja tegak lurus atau normal terhadap
penampang.
Pengaruh Tekanan Pori
MPa
Aplikasi Uji Triaksial di Lapangan
1. Untuk mengetahui metode pemberaian yang dipakai
di pertambangan. Apakah menggunakan alat
mekanis atau peledakan
2. Sebagai salah satu variabel penentu kestabilan
lereng
3. Mengetahui kualitas batuan sebagai acuan
bagaimana batuan akan diperlakukan
4. Menghitung efesiensi penyangga pada TBT
Prosedur Pengujian
Sel triaksial
Fluida
F1
σ3
σ3
F1
σ3
σ3
Pengujian dilakukan sebanyak 3 kali dengan σ3 yang bervariasi (5, 10, dan 15 MPa)
Prinsip Perhitungan Tegangan (σ)
D1
D2
D3
𝐴 = 𝜋
ഥ
𝐷
2
2
F1
σ3
σ3 σ3
σ3 σ3
σ3
σ1 =
𝐹1
𝐴
Kurva Triaxial
σ1 = 5.71σ3 + 61.69
0,00
50,00
100,00
150,00
200,00
0 5 10 15 20
σ
1
(MPa)
σ3 (MPa)
Principal Stress Space
σc
τ = 0.986σ + 12.90
0
50
100
0 50 100 150 200
τ
(MPa)
σ (MPa)
Mohr Stress Space
c
ϕ
Hubungan Principal Stress dengan Mohr Stress
• 𝑂𝑃 = 𝑂𝐴 sin 𝜙
• 1
2
𝜎1 − 𝜎3 =
𝑐
tan 𝜙
+
1
2
𝜎1 + 𝜎3 sin 𝜙
• 1
2
𝜎1 − 𝜎3 =
𝑐
tan 𝜙
sin 𝜙 +
1
2
𝜎1 + 𝜎3 sin 𝜙
• 1
2
𝜎1 1 − sin 𝜙 = 𝑐 cos 𝜙 +
1
2
𝜎3 1 + sin 𝜙
• 𝜎1 = 2𝑐
cos 𝜙
1−sin 𝜙
+𝜎3
1+sin 𝜙
1−sin 𝜙
τ
(MPa)
σ (MPa)
O σ1
σ3
c
ϕ
P
A
σc k
𝜏 = 𝑐 + 𝜎 tan 𝜙
σ1 = 5.71σ3 + 61.69
0,00
50,00
100,00
150,00
200,00
0 5 10 15 20
σ
1
(MPa)
σ3 (MPa)
Principal Stress Space
σc
Pembuatan Kurva Prinsipal Stress
Sampel 1 2 3
σ3 5 10 15
σ1 89.74 119.87 146.88
Pembuatan Kurva Mohr Coulomb
Sampel 1 2 3
σ3 5 10 15
σ1 89.74 119.87 146.88
O = 1/2 (σ1+σ3) 47.37 64.93 80.94
r = 1/2 (σ1-σ3) 42.37 54.93 65.94
0
50
100
0 50 100 150 200
τ
(MPa)
σ (MPa)
Mohr Stress Space
c
1
2
3
• 𝜎1 = 61.69 + 𝜎3 5.71
• 𝜎1 = 2𝑐
cos 𝜙
1−sin 𝜙
+𝜎3
1+sin 𝜙
1−sin 𝜙
• 𝜙 = 44.60
• 𝑐 = 12.90
• tan 44.60 = 0.986
Pembuatan Kurva Mohr Coulomb
y = 0.986x + 12.90
0
50
100
0 50 100 150 200
τ
(MPa)
σ (MPa)
Mohr Stress Space
TERIMA KASIH
Uji Geser Langsung
Direct Shear Test
Uji Geser Langsung (DS)
● Mengukur kuat geser sampel batuan (Shear Strength)
● Kuat geser batuan adalah kemampuan batuan untuk menahan tegangan geser
𝜏 = 𝑐 + 𝜎𝑛 tan 𝜙
Peralatan yang digunakan
Busur Derajat
Sampel Batuan
1 Set Alat Direct Shear Test
Jangka Sorong
Prosedur Pengujian
< 1KN
> 1KN
Peak
Residual 1
Residual
Residual 2
Pengujian dilakukan sebanyak 3 kali dengan F Normal yang bervariasi (0.2, 0.4, dan 0.6 kN)
F Normal
F Geser
Prinsip Pengukuran F Normal (Proving Ring 1 kN)
Hasil Kalibrasi
Nilai Dial
(0,01 mm)
Gaya Sebenarnya
(kgf)
Gaya Sebenarnya
(kN)
0 0.0 0.000
25 16.6 0.163
50 33.0 0.324
75 48.7 0.478
100 64.7 0.635
125 80.9 0.794
150 97.0 0.952
y = 0,0064x
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
1,2
0 50 100 150 200
Gaya
(kN)
Nilai Dial
(0.01 mm)
Kalibrasi
Gaya
Prinsip Pengukuran F Normal (Proving Ring 1 kN)
Konversi
Nilai Dial
(0,01 mm)
Gaya Sebenarnya
(kN)
1 0.01
2 0.02
3 0.02
4 0.03
5 0.03
6 0.04
7 0.05
8 0.05
9 0.06
10 0.07
11 0.07
12 0.08
13 0.09
14 0.09
15 0.10
16 0.10
17 0.11
18 0.12
19 0.12
20 0.13
21 0.14
22 0.14
23 0.15
24 0.15
25 0.16
Konversi
Nilai Dial
(0,01 mm)
Gaya Sebenarnya
(kN)
26 0.17
27 0.17
28 0.18
29 0.19
30 0.19
31 0.20
32 0.21
33 0.21
34 0.22
35 0.22
36 0.23
37 0.24
38 0.24
39 0.25
40 0.26
41 0.26
42 0.27
43 0.27
44 0.28
45 0.29
46 0.29
47 0.30
48 0.31
49 0.31
50 0.32
Konversi
Nilai Dial
(0,01 mm)
Gaya Sebenarnya
(kN)
51 0.32
52 0.33
53 0.34
54 0.34
55 0.35
56 0.36
57 0.36
58 0.37
59 0.38
60 0.38
61 0.39
62 0.39
63 0.40
64 0.41
65 0.41
66 0.42
67 0.43
68 0.43
69 0.44
70 0.44
71 0.45
72 0.46
73 0.46
74 0.47
75 0.48
Konversi
Nilai Dial
(0,01 mm)
Gaya Sebenarnya
(kN)
76 0.48
77 0.49
78 0.49
79 0.50
80 0.51
81 0.51
82 0.52
83 0.53
84 0.53
85 0.54
86 0.55
87 0.55
88 0.56
89 0.56
90 0.57
91 0.58
92 0.58
93 0.59
94 0.60
95 0.60
96 0.61
97 0.61
98 0.62
99 0.63
100 0.63
Prinsip Pengukuran F Geser (Proving Ring 4 kN)
F Normal = 0,2 kN
Perpindahan
(mm)
Nilai Dial (0,01 mm)
Peak Residual
0 0 0
0.5 3 2
1 6 4
1.5 9 6
2 12 8
2.5 15 6
3 18 4
3.5 15 4
4 12 4
4.5 9
5 9
5.5
6
F Normal = 0,4 kN
Perpindahan
(mm)
Nilai Dial (0,01 mm)
Peak Residual
0 0 0
0.5 4 2
1 8 4
1.5 12 6
2 16 8
2.5 20 10
3 24 8
3.5 20 7
4 18 6
4.5 14 6
5 10
5.5 10
6
F Normal = 0,6 kN
Perpindahan
(mm)
Nilai Dial (0,01 mm)
Peak Residual
0 0 0
0.5 5 2
1 10 4
1.5 20 7
2 25 9
2.5 30 11
3 25 14
3.5 20 11
4 18 9
4.5 15 6
5 15
5.5
6
y = 0,0157x
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
0 50 100 150 200 250
Gaya
(kN)
Nilai Dial
(0.01 mm)
Kalibrasi
Prinsip Pengukuran F Geser (Proving Ring 4 kN)
Gaya
Hasil Kalibrasi
Nilai Dial
(0,01 mm)
Nilai Sebenarnya
(kgf)
Gaya Sebenarnya
(kN)
0 0.0 0.000
25 39.6 0.388
50 80.4 0.789
75 120.9 1.186
100 160.5 1.575
125 199.6 1.958
150 237.7 2.332
175 281.4 2.761
200 320.6 3.145
225 358.7 3.519
Prinsip Pengukuran F Geser (Proving Ring 4 kN)
F Normal
(kN)
Nilai Dial
(0,01 mm)
F Geser
(kN)
Peak Residual Peak Residual
0.2 18 8 0.283 0.126
0.4 24 10 0.377 0.157
0.6 30 14 0.471 0.220
Prinsip Perhitungan Tegangan Normal dan Tegangan Geser
F Normal
F Geser
𝐴 = 𝜋
𝐷
2
2
D1
D2
𝐴 = 𝜋
𝐷1
2
𝐷2
2
θ
𝐴′
=
𝐴
cos 𝜃
𝜎𝑛 =
𝐹 𝑁𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙
𝐴′
𝜏 =
𝐹 𝐺𝑒𝑠𝑒𝑟
𝐴′
𝜎𝑛
𝜏
Prinsip Perhitungan Tegangan Normal dan Tegangan Geser
F Normal
(kN)
Nilai Dial
(0,01 mm)
F Geser
(kN)
D1
(mm)
D2
(mm)
A
(mm2
)
θ
(o
)
A’
(mm2
)
σn
(MPa)
t
(MPa)
Peak Residual Peak Residual Peak Residual
0.2 18 8 0.283 0.126 59 60 2780.31 5 2790.93 0.072 0.101 0.045
0.4 24 10 0.377 0.157 60 61 2874.56 6 2890.39 0.138 0.130 0.054
0.6 30 14 0.471 0.220 59 61 2826.65 7 2847.88 0.211 0.165 0.077
Prinsip Perhitungan Kohesi dan Sudut Geser Dalam
σn
(MPa)
t
(MPa)
Peak Residual
0.072 0.101 0.045
0.138 0.130 0.054
0.211 0.165 0.077
t = 0.4608σn + 0.067
t = 0.2317σn + 0.026
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0 0,1 0,2 0,3 0,4
Shear
Stress
(MPa)
Normal Stress
(MPa)
Shear Strength Curve
Peak Residual
Cohesion
(MPa)
Internal Friction
Angle (o
)
Peak Residual Peak Residual
0.067 0.026 24.74 13.05
𝜏 = 𝑐 + 𝜎𝑛 tan 𝜙
𝜙𝑝𝑒𝑎𝑘 = tan−1
0.4608
𝜙𝑟𝑒𝑠𝑖𝑑𝑢𝑎𝑙 = tan−1
0.2317
Data Hasil Pengukuran
F Normal
(kN)
Nilai Dial
(0,01 mm)
F Geser
(kN)
σn
(MPa)
t
(MPa)
Peak Residual Peak Residual Peak Residual
0.2 15 8 0.236 0.126 0.072 0.084 0.045
0.4 22 10 0.345 0.157 0.138 0.119 0.054
0.6 33 13 0.518 0.204 0.211 0.182 0.072
t = 0.7078σn + 0.029
t = 0.1952σn + 0.030
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0 0,1 0,2 0,3 0,4
Shear
Stress
(MPa)
Normal Stress
(MPa)
Shear Strength Curve
Peak Residual
Laporan Uji DS
Rentang Kuat Geser Batuan
Types Rock φ (o
)
Sedimentary
Sandstone 25 – 35
Shale 27
Siltstone 27 – 33
Conglomerate 35
Chalk 30
Limestone 27 – 37
Igenous
Basalt 31 – 38
Fine-grained granite 29 – 35
Coarse-grained granite 31 – 35
Porphyry 31
Dolerite 32 – 36
Metamorphic
Amphibolite 32
Gneiss 23 – 29
Slate 25 – 30
Kegunaan Kuat Geser
● Untuk menganalisis kestabilan lereng
● Untuk menganalisis daya dukung tanah
TERIMA KASIH
Uji Kuat Tarik Tak Langsung
Uniaxial Tensile Strenght (UTS) – Brazilian Test
Uji Kuat Tarik
● Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kuat tarik (tensile strength) dari percontoh batu
berbentuk silinder secara tak langsung.
● Tujuan:
● Mengukur kekuatan tarik langsung batuan.
● Mengevaluasi sifat elastis dan kekuatan tarik.
● Mengidentifikasi zona keretakan dan kegagalan.
Peralatan yang digunakan
Stop Watch
Dial Gauge
Mesin Tekan ‘Kontrol’
Jangka Sorong
Manometer
Mesin Tekan
Contoh
Peralatan yang digunakan
Dial Gauge
Letak Contoh
Servo Control
Ilustrasi Brazilian Test
Hal yang perlu diperhatikan
Ketika melakukan pengujian, pastikan bidang kontak antara batuan dan plat tekan
tidak lebih dari 8°. Hal ini dipastikan dengan menggunakan kertas karbon dan
kertas hvs yang diletakkan di antara plat dan contoh batuan.
𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑖𝑑𝑎𝑛𝑔 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑎𝑘
𝐾𝑒𝑙𝑖𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑏𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛
=
𝑥
360°
Kuat Tarik Brazillian
- Menurut Jumikis (1983), nilai
UTS dari suatu batuan hanya
sekitar 10% dari nilai UCSnya.
- Brittleness Index, untuk
memperkirakan kinerja alat
gali. Semakin besar maka
semakin besar pula kinerja alat
gali yang dibutuhkan
Klasifikasi Brittleness Index (Kramadibrata,1996)
Rumus Kuat Tarik Brazillian
Correction Factor
Manfaat Brazilian Test
● Menentukan Kekuatan Tarik Batuan (Tensile Strength): Metode Brazilian Test digunakan untuk mengukur
kekuatan tarik langsung batuan. Ini memberikan informasi yang sangat berguna tentang kemampuan batuan
untuk menahan tekanan dalam bentuk tarik. Informasi ini kritis dalam perencanaan tambang, konstruksi
geoteknik, dan pengembangan proyek infrastruktur yang melibatkan penggunaan batuan.
● Penilaian Kekuatan Kritis: Kekuatan tarik batuan adalah salah satu parameter kunci yang digunakan untuk
mengevaluasi stabilitas lereng tambang, terowongan, dan dinding penahan. Dengan mengukur kekuatan
tarik, kita dapat menilai apakah batuan dapat menahan gaya tarik yang dihasilkan oleh beban tertentu.
● Penentuan Karakteristik Mekanik Batuan: Brazilian Test juga memberikan wawasan tentang karakteristik
mekanik batuan, seperti modulus elastisitas (Young's Modulus), modulus Poisson, dan sebagainya. Informasi
ini membantu dalam perhitungan perpindahan, deformasi, dan tingkat elastisitas batuan.
● Penilaian Kerapuhan Batuan: Metode ini juga membantu dalam menilai sejauh mana batuan bersifat
keropos atau tahan terhadap retakan. Ini sangat penting dalam perencanaan pengeboran tambang dan
penanganan batuan di dalamnya.
Manfaat Brazilian Test
● Desain Struktur Geoteknik: Informasi dari uji Brazilian dapat digunakan untuk merancang struktur
geoteknik yang efisien, seperti fondasi, terowongan, atau dinding penahan.
● Kualitas Batuan dalam Tambang: Metode ini juga digunakan untuk mengukur kualitas batuan dalam
tambang. Ini membantu produsen batuan untuk mengidentifikasi batuan yang kuat dan berkualitas
tinggi yang dapat digunakan dalam berbagai aplikasi konstruksi.
● Manajemen Risiko: Data dari uji Brazilian dapat digunakan dalam analisis risiko geoteknik untuk
mengidentifikasi potensi bahaya yang berkaitan dengan kekuatan tarik batuan dan mengambil
langkah-langkah mitigasi yang sesuai.
Contoh Soal
TERIMA KASIH
Uji Slake Durability
Slake Durability Test
Slake Durability Test
● Mendapatkan sifat mekanik batuan di laboratorium berupa ketahanan contoh
batuan seperti pelemahan dan penguraian dengan peralatan yang tersedia di
Laboratorium Geomekanika, Program Studi Teknik Pertambangan-FTTM,
ITB.
● ASTM Procedures:
D 4644-87 Standard Test Method for Slake Durability of Shales and Similar Weak
Rocks
Peralatan yang digunakan
Motor Pemutar + Drum
Timbangan Digital
Neraca Ohaus
Oven
Prosedur
1. Persiapan contoh:
a. Contoh berbentuk relatif bulat, jumlah 10 buah, dan berat 40-60
gram/contoh.
b. Apabila contoh kurang bulat dapat digerinda sehingga dapat
menghasilkan nilai yg cukup baik.
c. Timbang berat seluruh contoh (10 buah) dalam keadaan natural
(maksimum 600 gram).
Prosedur
2. Persiapan alat:
a. Timbang berat drum yang digunakan sebagai wadah
contoh.
b. Uji kecepatan putaran drum dalam motor pemutar (dibuat
konstan 20 rpm).
Prosedur
3. Pengujian:
a. Keringkan seluruh contoh (10 buah) di dalam oven pada suhu 110°C selama 6-8 jam.
b. Keluarkan contoh dari dalam oven lalu dinginkan pada suhu ruangan selama 20 menit,
kemudian timbang berat kering contoh tersebut sebagai berat kering contoh sebelum
pengujian.
c. Masukkan seluruh contoh kering ke dalam drum, tuangkan air hingga 20 mm di bawah
sumbu drum, lalu putar drum dengan kecepatan 20 rpm selama 10 menit.
d. Pindahkan seluruh contoh yang tertahan di dalam drum, kemudian masukkan kembali
ke dalam oven untuk dikeringkan pada suhu 110°C selama 6-8 jam.
e. Keluarkan contoh dari dalam oven lalu dinginkan pada suhu ruangan selama 20 menit.
f. Ulangi langkah c-e.
g. Timbang berat kering contoh tersebut sebagai berat kering contoh setelah pengujian.
Perhitungan
Penjelasan
Durability index Type of retained wet material Classification
< 60% T2, T3 S - N
60% to 90% T1S, T3 S - N
60% to 90% T1H, T2 R - D
> 90% T1S, T3 S - N
> 90% T1H, T2 R - D
Type :
T1S soft, can be broken apart or remolded
T1H hard, can't be broken apart
T2 retained particles consist of large and small pieces
T3 retained particles are all small fragments
Classification :
S - N soil like (non durable)
R - D rock like (durable)
TERIMA KASIH

More Related Content

Similar to uJI MEKANIKA BATUAN TRAINING SOLUSI TAMBANG INDONESIA

Skripsi Elastik Impedansi dan LMR inversion
Skripsi Elastik Impedansi dan LMR inversionSkripsi Elastik Impedansi dan LMR inversion
Skripsi Elastik Impedansi dan LMR inversionAkbar Dwi Wahyono
 
Paper UCS, RQD & RMR
Paper UCS, RQD & RMRPaper UCS, RQD & RMR
Paper UCS, RQD & RMRheny novi
 
Tipikal pergerakan tanah, pencatatan, investigasi tanah, dan pengujian
Tipikal pergerakan tanah, pencatatan, investigasi tanah, dan pengujianTipikal pergerakan tanah, pencatatan, investigasi tanah, dan pengujian
Tipikal pergerakan tanah, pencatatan, investigasi tanah, dan pengujianHasanuddin University
 
Mekanika batuan 1
Mekanika batuan 1 Mekanika batuan 1
Mekanika batuan 1 Bayu Laoli
 
08Rekayasa saluran irigasi__21-22 (1).pptx
08Rekayasa saluran irigasi__21-22 (1).pptx08Rekayasa saluran irigasi__21-22 (1).pptx
08Rekayasa saluran irigasi__21-22 (1).pptxSudrajatDadan
 
Soil Investigation - Uji Sondir
Soil Investigation - Uji SondirSoil Investigation - Uji Sondir
Soil Investigation - Uji SondirEdi Supriyanto
 
PENGGUNAAN METODE ANALISIS GELOMBANG SEISMIK PERMUKAAN UNTUK PENGEMBANGAN TE...
PENGGUNAAN METODE ANALISIS GELOMBANG SEISMIK PERMUKAAN UNTUK PENGEMBANGAN TE...PENGGUNAAN METODE ANALISIS GELOMBANG SEISMIK PERMUKAAN UNTUK PENGEMBANGAN TE...
PENGGUNAAN METODE ANALISIS GELOMBANG SEISMIK PERMUKAAN UNTUK PENGEMBANGAN TE...ayu bekti
 
Mekanika fluida i @ tia setiawan
Mekanika fluida i @ tia setiawanMekanika fluida i @ tia setiawan
Mekanika fluida i @ tia setiawanTiaSetiawan5
 
Teknik fondasi 1 - Penyelidikan Lapangan Uji Sondir, Boring, dan SPT
Teknik fondasi 1 - Penyelidikan Lapangan Uji Sondir, Boring, dan SPTTeknik fondasi 1 - Penyelidikan Lapangan Uji Sondir, Boring, dan SPT
Teknik fondasi 1 - Penyelidikan Lapangan Uji Sondir, Boring, dan SPTnoussevarenna
 
PENGUJIAN KUAT TEKAN BEBAS.docx
PENGUJIAN KUAT TEKAN BEBAS.docxPENGUJIAN KUAT TEKAN BEBAS.docx
PENGUJIAN KUAT TEKAN BEBAS.docxMuh. Aksal
 
Slide uji geser langsung tanah pasir
Slide uji geser langsung tanah pasirSlide uji geser langsung tanah pasir
Slide uji geser langsung tanah pasirDella Andandaningrum
 
18383-42777-1-PB.pdf
18383-42777-1-PB.pdf18383-42777-1-PB.pdf
18383-42777-1-PB.pdfJoseDa4
 
+BAB XII KUAT TEKAN BEBAS (FIX) KLP3.docx
+BAB XII KUAT TEKAN BEBAS (FIX) KLP3.docx+BAB XII KUAT TEKAN BEBAS (FIX) KLP3.docx
+BAB XII KUAT TEKAN BEBAS (FIX) KLP3.docxMukbilHadi1
 
modul pengujian material metode ut
modul pengujian material metode utmodul pengujian material metode ut
modul pengujian material metode utdinabihaqqi
 
01 introduction to fluids mechanics
01 introduction  to fluids mechanics01 introduction  to fluids mechanics
01 introduction to fluids mechanicspraptome
 
01 introduction to fluids mechanics
01 introduction  to fluids mechanics01 introduction  to fluids mechanics
01 introduction to fluids mechanicspraptome
 
01 introduction to fluids mechanics
01 introduction  to fluids mechanics01 introduction  to fluids mechanics
01 introduction to fluids mechanicspraptome
 
T1 mektan 1_iwansutriono_41112120104.ppt
T1 mektan 1_iwansutriono_41112120104.pptT1 mektan 1_iwansutriono_41112120104.ppt
T1 mektan 1_iwansutriono_41112120104.pptIwan Sutriono
 

Similar to uJI MEKANIKA BATUAN TRAINING SOLUSI TAMBANG INDONESIA (20)

Skripsi Elastik Impedansi dan LMR inversion
Skripsi Elastik Impedansi dan LMR inversionSkripsi Elastik Impedansi dan LMR inversion
Skripsi Elastik Impedansi dan LMR inversion
 
Paper UCS, RQD & RMR
Paper UCS, RQD & RMRPaper UCS, RQD & RMR
Paper UCS, RQD & RMR
 
Laporan uji kekerasan
Laporan uji kekerasanLaporan uji kekerasan
Laporan uji kekerasan
 
Tipikal pergerakan tanah, pencatatan, investigasi tanah, dan pengujian
Tipikal pergerakan tanah, pencatatan, investigasi tanah, dan pengujianTipikal pergerakan tanah, pencatatan, investigasi tanah, dan pengujian
Tipikal pergerakan tanah, pencatatan, investigasi tanah, dan pengujian
 
Mekanika batuan 1
Mekanika batuan 1 Mekanika batuan 1
Mekanika batuan 1
 
08Rekayasa saluran irigasi__21-22 (1).pptx
08Rekayasa saluran irigasi__21-22 (1).pptx08Rekayasa saluran irigasi__21-22 (1).pptx
08Rekayasa saluran irigasi__21-22 (1).pptx
 
Soil Investigation - Uji Sondir
Soil Investigation - Uji SondirSoil Investigation - Uji Sondir
Soil Investigation - Uji Sondir
 
Awal triaxial
Awal triaxialAwal triaxial
Awal triaxial
 
PENGGUNAAN METODE ANALISIS GELOMBANG SEISMIK PERMUKAAN UNTUK PENGEMBANGAN TE...
PENGGUNAAN METODE ANALISIS GELOMBANG SEISMIK PERMUKAAN UNTUK PENGEMBANGAN TE...PENGGUNAAN METODE ANALISIS GELOMBANG SEISMIK PERMUKAAN UNTUK PENGEMBANGAN TE...
PENGGUNAAN METODE ANALISIS GELOMBANG SEISMIK PERMUKAAN UNTUK PENGEMBANGAN TE...
 
Mekanika fluida i @ tia setiawan
Mekanika fluida i @ tia setiawanMekanika fluida i @ tia setiawan
Mekanika fluida i @ tia setiawan
 
Teknik fondasi 1 - Penyelidikan Lapangan Uji Sondir, Boring, dan SPT
Teknik fondasi 1 - Penyelidikan Lapangan Uji Sondir, Boring, dan SPTTeknik fondasi 1 - Penyelidikan Lapangan Uji Sondir, Boring, dan SPT
Teknik fondasi 1 - Penyelidikan Lapangan Uji Sondir, Boring, dan SPT
 
PENGUJIAN KUAT TEKAN BEBAS.docx
PENGUJIAN KUAT TEKAN BEBAS.docxPENGUJIAN KUAT TEKAN BEBAS.docx
PENGUJIAN KUAT TEKAN BEBAS.docx
 
Slide uji geser langsung tanah pasir
Slide uji geser langsung tanah pasirSlide uji geser langsung tanah pasir
Slide uji geser langsung tanah pasir
 
18383-42777-1-PB.pdf
18383-42777-1-PB.pdf18383-42777-1-PB.pdf
18383-42777-1-PB.pdf
 
+BAB XII KUAT TEKAN BEBAS (FIX) KLP3.docx
+BAB XII KUAT TEKAN BEBAS (FIX) KLP3.docx+BAB XII KUAT TEKAN BEBAS (FIX) KLP3.docx
+BAB XII KUAT TEKAN BEBAS (FIX) KLP3.docx
 
modul pengujian material metode ut
modul pengujian material metode utmodul pengujian material metode ut
modul pengujian material metode ut
 
01 introduction to fluids mechanics
01 introduction  to fluids mechanics01 introduction  to fluids mechanics
01 introduction to fluids mechanics
 
01 introduction to fluids mechanics
01 introduction  to fluids mechanics01 introduction  to fluids mechanics
01 introduction to fluids mechanics
 
01 introduction to fluids mechanics
01 introduction  to fluids mechanics01 introduction  to fluids mechanics
01 introduction to fluids mechanics
 
T1 mektan 1_iwansutriono_41112120104.ppt
T1 mektan 1_iwansutriono_41112120104.pptT1 mektan 1_iwansutriono_41112120104.ppt
T1 mektan 1_iwansutriono_41112120104.ppt
 

Recently uploaded

TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfTEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfYogiCahyoPurnomo
 
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppttaniaalda710
 
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptxManual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptxRemigius1984
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaRenaYunita2
 
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdfMetode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdfArvinThamsir1
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++FujiAdam
 
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdfMODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdfihsan386426
 
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdfAnonymous6yIobha8QY
 

Recently uploaded (8)

TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfTEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
 
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
 
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptxManual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
 
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdfMetode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
 
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdfMODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
 
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
 

uJI MEKANIKA BATUAN TRAINING SOLUSI TAMBANG INDONESIA

  • 1. PELATIHAN STI: UJI CEPAT RAMBAT GELOMBANG ULTRASONIK LABORATORIUM MEKANIKA BATUAN - ITB
  • 3. TUJUAN 1. Mengukur cepat rambat gelombang gelombang ultrasonik pada contoh batuan 2. Menentukan Modulus Elastisitas Dinamis (E)
  • 4. GELOMBANG ULTRASONIK Gelombang primer atau kompresi merupakan gelombang longitudinal dimana gerak partikel bergerak searah dengan arah rambat gelombang. • Merupakan gelombang yang memiliki getaran dengan frekuensi > 20 kHz. • Dapat merambat pada medium padat, cair, dan gas. Gelombang Sekunder Gelombang Primer Gelombang sekunder atau dilatasi merupakan gelombang transversal dimana gerak partikel bergerak tegak lurus dengan arah rambat gelombang
  • 5. PUNDIT Transduser PERCOBAAN • Mengukur waktu yang ditempuh gelombang untuk merambat.
  • 6. KECEPATAN RAMBAT GELOMBANG Kecepatan Rambat Gelombang Primer Kecepatan Rambat Gelombang Sekunder
  • 7. PARAMETER DINAMIK Modulus Geser: rasio tegangan geser terhadap regangan geser Nisbah Poisson: perbandingan antara kontraksi lateral terhadap regangan longitudinal G : Modulus Geser (Pascal) ρ : massa jenis (kg/m3) Vs : Kecepatan Rambat Gelombang Sekunder (m/s) v : Nisbah Poisson Vp : Kecepatan Rambat Gelombang Primer (m/s) Vs : Kecepatan Rambat Gelombang Sekunder (m/s)
  • 8. PARAMETER DINAMIK Modulus Young Dinamik: Perbandingan tegangan normal (σ) dan regangan longitudinal (e). Menyatakan ukuran kekakuan material. E : Modulus Young Dinamik (Pascal) G : Modulus Geser (Pascal) v : Nisbah Poisson
  • 9. FAKTOR YANG MEMENGARUHI 1. Komposisi dan ukuran butir 2. Bobot isi 3. Kandungan air dan porositas 4. Temperatur 5. Kehadiran bidang lemah
  • 10. HUBUNGAN Vp DAN UCS ● Hubungan UCS & Vp sulit ditentukan tanpa memperhitungkan faktor-faktor di dalam batuan. ● Faktor-faktor: beban pada contoh saat pengujian, porositas, pre-existing crack, bobot isi, kandungan air, ukuran butir & komposisi mineral
  • 13. PELATIHAN STI: UJI POINT LOAD INDEX LABORATORIUM MEKANIKA BATUAN - ITB
  • 15. TUJUAN 1. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan dari sampel batuan secara tidak langsung di lapangan (sampel batuan dapat berbentuk silinder atau tidak beraturan).
  • 16. PERCOBAAN • Diametrikal • Aksial/Block/Ireguler L/D >1 0,3 < L/D < 1
  • 21. CONTOH SOAL Dilakukan Uji Point Load Diametrikal dengan dimensi sampel sebagai berikut: Panjang (L) = 46,83 mm Diameter (D) = 45 mm Sampel tersebut pecah ketika gaya yang diberikan sebesar: Force (P) = 5 kN Tentukan nilai Indeks Point Load dari sampel tersebut!
  • 26. Uji Sifat Fisik Physical Properties Test
  • 27. Physical Properties Test Untuk memperoleh paramter sifat-sifat fisik batuan di laboratorium ● Bobot isi asli (natural density); ● Bobot isi kering (dry density); ● Bobot isi jenuh (saturated density); ● Berat jenis semu (apparent specific gravity); ● Berat jenis sejati (true specific gravity); ● Kadar air asli (natural water content); ● Kadar air jenuh (saturated water content); ● Derajat kejenuhan (degree of saturation); ● Porositas ● Void ratio. 10Paramter sifat-sifat fisik batuan 4pengukuran Wnatural (Berat Jenuh) Wwet (Berat Jenuh) Wsubmerge (Berat Gantung) Woven (Berat kering)
  • 28. Peralatan yang digunakan Oven Timbangan Desikator dan Pompa Bak air dan air 1 2 3 4
  • 30. Prinsip Perhitungan Massa Jenis (ρ) dengan volume D1 D2 D3 L1 L2 L3 𝑉 = 𝜋 × ഥ 𝐷 2 2 × ത 𝐿 Timbangan 𝑚 𝜌 = 𝑚 𝑉 𝐾𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 (𝑊𝑜) 𝐽𝑒𝑛𝑢ℎ (𝑊𝑤) 𝑁𝑎𝑡𝑢𝑟𝑎𝑙 (𝑊𝑛)
  • 31. Prinsip Perhitungan Massa Jenis (ρ) tanpa volume Bagaimana Menghitung volume batuan yang tidak beraturan ? W Fapung= 𝑉𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 × 𝜌𝑎𝑖𝑟 𝑊𝑡𝑒𝑟𝑔𝑎𝑛𝑡𝑢𝑛𝑔 = 𝑊𝑎𝑤𝑎𝑙 −𝐹 𝑎𝑝𝑢𝑛𝑔 Hukum Archimedes Gaya apung keatas oleh air besarnya sama dengan berat air yang dipindahkan (berat air yang volumenya sama dengan volume benda yang berada di dalam air) Fapung = 𝑉𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 × 𝜌𝑎𝑖𝑟 𝑉𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 = Fapung /𝜌𝑎𝑖𝑟 𝑽𝒃𝒆𝒏𝒅𝒂 = (𝑾𝒂𝒘𝒂𝒍 − 𝑾𝒕𝒆𝒓𝒈𝒂𝒏𝒕𝒖𝒏𝒈)/𝝆𝒂𝒊𝒓
  • 32. Prosedur Pengujian Timbangan Desikator Timbangan Timbangan Oven Timbangan Sampel/Pecahan Wn (Berat natural) Wo (Berat kering) Ww (Berat Jenuh) Ws (Berat Gantung) *Catatan: nilai yang diukur di timbangan seharusnya “massa” (m) bukan “berat“ (W) 𝑊 = 𝑚 × 𝑔
  • 33. Prinsip Perhitungan Massa Jenis (ρ) tanpa volume ● Natural Density, ρn = 𝑊𝑛 𝑊𝑤−𝑊𝑠 = 𝜌𝑛×𝑉×𝑔 𝐹𝑎𝑝𝑢𝑛𝑔 = 𝜌𝑛×𝑉×𝑔 𝜌𝑎𝑖𝑟×𝑉×𝑔 , ρair = 1 = ρn ● Dry Density, ρd = 𝑊𝑜 𝑊𝑤−𝑊𝑠 = 𝜌𝑑×𝑉×𝑔 𝐹𝑎𝑝𝑢𝑛𝑔 = ρd ● Saturated Density, ρs = 𝑊𝑤 𝑊𝑤−𝑊𝑠 = 𝜌𝑠×𝑉×𝑔 𝐹𝑎𝑝𝑢𝑛𝑔 = ρs Ww Fapung 𝑊 𝑤 −𝐹 𝑎𝑝𝑢𝑛𝑔 = 𝑊 𝑠
  • 34. Prinsip Perhitungan Parameter Kandungan Air ● Natural Water Content, W = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑖𝑟 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 × 100% = 𝑤𝑛−𝑤𝑜 𝑤𝑜 × 100% ● Degree of Saturation, S = 𝐾𝑎𝑛𝑑𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑎𝑖𝑟 𝑛𝑎𝑡𝑢𝑟𝑎𝑙 𝐾𝑎𝑛𝑑𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑎𝑖𝑟 𝑗𝑒𝑛𝑢ℎ × 100% = (𝑊𝑛−𝑊𝑜) 𝑊𝑤−𝑊𝑜 × 100% air padatan udara
  • 35. Prinsip Perhitungan Parameter Pori-pori ● Porosity, n = 𝑊𝑤−𝑊𝑜 𝑊𝑤−𝑊𝑠 × 100% = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐴𝑖𝑟 𝐽𝑒𝑛𝑢ℎ 𝐹𝑎𝑝𝑢𝑛𝑔 × 100% = 𝑉𝑝𝑜𝑟𝑖×𝑔×𝜌𝑎𝑖𝑟 𝑉𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙×𝑔×𝜌𝑎𝑖𝑟 × 100% = 𝑉𝑝𝑜𝑟𝑖 𝑉𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 × 100% ● Void ratio, e = 𝑉𝑝𝑜𝑟𝑖 𝑉𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 × 100% = 𝑉𝑝𝑜𝑟𝑖 𝑉𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙−𝑉𝑝𝑜𝑟𝑖 × 100% = 𝑛 1−𝑛 Pori-pori
  • 39. Aplikasi Phisical Properties Test 1. Mengetahui Parameter Void Ratio, semakin besar void ratio maka secara umum semakin lemah batuan 2. Sebagai Parameter Inputan untuk mengetahui kekuatan batuan, seperti densitas, specific gravity dan lainnya 3. Sebagai salah satu pertimbangan awal dalam memperlakukan batuan dan indikasi awal kekuatan batuan (Contoh densitas batuan terhadap longsoran lereng)
  • 40. Prosedur Pengukuran No Code Depth (m) Lithology W wadah (g) W wdh gtg (g) W natural (g) W kering (g) W jenuh (g) W gantung (g) 1 UCS-01/PP-01 5.00 - 6.00 Andesit 9.1 5.8 76.4 75.6 77.2 47.7 2 UCS-02/PP-02 10.00 - 11.00 Andesit 9.2 6 80.4 79.3 81.3 49.7 3 UCS-03/PP-03 15.00 - 16.00 Andesit 9.3 6 76.3 75.4 77 47.3 4 UCS-04/PP-04 6.00 - 7.00 Andesit 9.2 6 96.7 95.4 97.7 59.8 5 UCS-05/PP-05 9.00 - 10.00 Andesit 9.2 6 107.2 106.2 108 66.4 6 UCS-06/PP-06 12.00 - 13.00 Andesit 9.1 5.9 85.6 84.5 86.4 53 𝑊 𝑛 = 𝑊 𝑛𝑎𝑡𝑢𝑟𝑎𝑙 − 𝑊 𝑤𝑎𝑑𝑎ℎ 𝑊 𝑜 = 𝑊 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 − 𝑊 𝑤𝑎𝑑𝑎ℎ 𝑊 𝑤 = 𝑊 𝐽𝑒𝑛𝑢ℎ − 𝑊 𝑤𝑎𝑑𝑎ℎ 𝑊 𝑠 = 𝑊 𝑔𝑎𝑛𝑡𝑢𝑛𝑔 − 𝑊 𝑤𝑎𝑑𝑎ℎ 𝑔𝑎𝑛𝑡𝑢𝑛𝑔
  • 43. Uji Kuat Tekan Unconfined Compressive Strenght (UCS Test)
  • 44. Uji Kuat Tekan (UCS) ● Menentukan nilai Unconfined Compressive Strengt (UCS), Young Modulus, dan Poisson Ratio ● Kuat tekan batuan adalah kemampuan batuan untuk menahan tegangan secara vertikal menggunakan mesin tekan (compression machine)
  • 45. Peralatan yang digunakan Stop Watch Dial Gauge Mesin Tekan ‘Kontrol’ Jangka Sorong Manometer Mesin Tekan Contoh
  • 46. Peralatan yang digunakan Dial Gauge Letak Contoh Servo Control
  • 47. Syarat Contoh Uji Uji Kuat Tekan (UCS) ● Perbandingan panjang terhadap diameter contoh (L/D) 2 – 2,5 mengikuti standar dari ASTM (American Society for Testing and Materials). ● Kedua ujung contoh halus dan rata dengan ketidakrataan kurang dari 0,02 mm untuk tiap ujung contoh. ● Kedua ujung contoh tegak lurus sumbu utama dengan ketidaktegaklurusan kurang dari 0,06°. ● Keliling contoh halus dan bebas dari ketidakberaturan serta lurus, tidak melebihi dari 0,3 mm pada seluruh tinggi contoh
  • 48. Uji Uji Kuat Tekan (UCS) Perubahan bentuk contoh batuan pada Uji Kuat Tekan (UCS) D L ൗ L D = 2 D + ∆D L + ∆L ൗ 1 2 ∆L ൗ 1 2 ∆L F F L/D=2 L/D=1 Cone failure L/D=2 Friction constraint
  • 49. Berbagai Potensi Tipe Pecah Contoh Batuan Hasil Uji UCS (Kramadibrata, 1991) - L/D=2
  • 50. Uji Kuat Tekan (UCS) Kurva tegangan regangan uji kuat tekan uniaksial (UCS) Tegangan (MPa) Regangan (%) Aks ial Later al Penutupan rekahan Runtuh Batas Elastik σ c σ E
  • 52. Parameter Uji Kuat Tekan (UCS) 1. Kuat tekan uniaksial (σc) : nilai tegangan maksimum yang dapat ditanggung sebuah sampel batuan sesaat sebelum sampel tersebut hancur atau runtuh (failure). 2. Modulus young (E) : kemampuan batuan untuk mempertahankan kondisi elastisnya dengan: σc = Kuat tekan uniaksial (MPa) F = Beban saat sampel batuan pecah (N) A = Luas kontak sampel (mm2) dengan: E = Modulus young (MPa) Δσ = Beda tegangan (MPa) Δεaksial = Beda regangan aksial
  • 53. Parameter Uji Kuat Tekan (UCS) 1. Nisbah poisson (ν) : nilai mutlak dari perbandingan antara regangan lateral dengan regangan aksial 2. Regangan (ε) : perbandingan antara perubahan panjang terhadap panjang mula-mula dengan: ν = Nisbah poisson εlateral = Regangan lateral (%) εaksial = Regangan aksial (%) dengan: ε = Regangan (%) Δl = Perubahan panjang (mm) l = Panjang mula-mula (mm)
  • 58. Kategori Nisbah Poisson Kategori Nisbah Poisson Sangat Rendah 0  n < 0.1 Rendah 0.1  n < 0.2 Medium 0.2  n < 0.3 Tinggi 0.3  n < 0.4 Sangat Tinggi 0.4  n < 0.5 Kategori Nisbah Poisson Loose sand 0.20  n < 0.40 Medium dense sand 0.25  n < 0.40 Dense sand 0.30  n < 0.45 Silty sand 0.20  n < 0.40 Sand & gravel 0.15  n < 0.35 Saturated cohesive soil n ~ 0.50
  • 59. Aplikasi UCS di Lapangan 1. Untuk mengetahui metode pemberaian yang dipakai di pertambangan. Apakah menggunakan alat mekanis atau peledakan 2. Sebagai salah satu variabel penentu kestabilan lereng 3. Mengetahui kualitas batuan sebagai acuan bagaimana batuan akan diperlakukan 4. Menghitung efesiensi penyangga pada TBT
  • 61. Prinsip Pengukuran Displacement Sample Code MKB03/UCS01 Depth (m) 43.10 - 43.45 Lithology Sandy Claystone 59,4 59,5 59,4 59,43 123,8 123,7 123,8 123,77 Diameter (mm) Length (mm) Input Data Lateral 1 Lateral 2 Axial Load Cell Gaya (kN) 0 0 0 0 1 12 49 78 2 65 57 141 3 255 -83 195 4 310 -76 247 5 405 -94 300 6 420 -16 359 7 483 99 436 8,3 590 357 583 F (kN) Lateral 1 Lateral 2 Axial Hasil Pengamatan UCS
  • 62. Prinsip Perhitungan Regangan (ε) Lateral 1 Lateral 2 Axial 𝐿𝑎𝑡𝑒𝑟𝑎𝑙 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝐿𝑎𝑡𝑒𝑟𝑎𝑙 1 + 𝐿𝑎𝑡𝑒𝑟𝑎𝑙 2 𝜀𝑙𝑎𝑡𝑒𝑟𝑎𝑙 = Δ𝐷 𝐷 = 𝐿𝑎𝑡𝑒𝑟𝑎𝑙 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷 × 100% 𝜀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑎𝑙 = Δ𝐿 𝐿 = 𝐴𝑥𝑖𝑎𝑙 𝐿 × 100% 𝜀𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒𝑡𝑟𝑖𝑘 = 𝜀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑎𝑙 + 2 × 𝜀𝑙𝑎𝑡𝑒𝑟𝑎𝑙
  • 63. Prinsip Perhitungan Tegangan (σ) Gaya σ = 𝐺𝑎𝑦𝑎 𝐴 D1 D2 D3 𝐴 = 𝜋 ഥ 𝐷 2 2
  • 64. Prinsip Perhitungan Tegangan dan Regangan Sample Code MKB03/UCS01 Depth (m) 43.10 - 43.45 Lithology Sandy Claystone 59,4 59,5 59,4 59,43 123,8 123,7 123,8 123,77 Diameter (mm) Length (mm) Input Data 1. Penentuan nilai tegangan (σ) : Gunakan persamaan Berikut untuk masing-masing nilai gaya 𝛔 = 𝐅 𝐀 2. Penentuan nilai regangan (ε) : Tentukan nilai regangan lateral dan aksian dengan persamaan Nilai regangan volumetric didapatkan berdasarkan persamaan Berikut: 𝛆𝐥𝐚𝐭𝐞𝐫𝐚𝐥 = 𝚫𝐃 𝐃 = 𝐋𝐚𝐭𝐞𝐫𝐚𝐥 𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐃 × 𝟏𝟎𝟎% 𝛆𝐚𝐤𝐬𝐢𝐚𝐥 = 𝚫𝐋 𝐋 = 𝐀𝐱𝐢𝐚𝐥 𝐋 × 𝟏𝟎𝟎% 𝛆𝐯𝐨𝐥𝐮𝐦𝐞𝐭𝐫𝐢𝐤 = 𝛆𝐚𝐤𝐬𝐢𝐚𝐥 + 𝟐 × 𝛆𝐥𝐚𝐭𝐞𝐫𝐚𝐥 sc D Lateral D Axial e Lateral e Axial e Volumetric (MPa) (μm) (x10μm) % % % 1 0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2 1 0,36 -61,22 77,97 -0,10 0,63 0,42 3 2 0,72 -122,43 141,22 -0,21 1,14 0,73 4 3 1,08 -172,36 195,43 -0,29 1,58 1,00 5 4 1,44 -234,17 247,04 -0,39 2,00 1,21 6 5 1,80 -310,84 299,52 -0,52 2,42 1,37 7 6 2,16 -404,15 359,05 -0,68 2,90 1,54 8 7 2,52 -582,45 435,66 -0,98 3,52 1,56 9 8,3 2,99 -947,37 583,31 -1,59 4,71 1,53 No F (KN) Nilai UCS sampel batuan (σc)
  • 65. Perhitungan Young’s Modulus (E) dan Poisson’s Ratio (v) 0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 3,5 -2,0 -1,0 0,0 1,0 2,0 3,0 4,0 5,0 6,0 s (MPa) e (%) STRESS - STRAIN CURVE Axial Lateral Volumetric (e; s) = (2.9;2.16) (e; s) = (-0.68;2.16) (e; s) = (-0.21;0.72) (e; s) = (1.14;0.72) 1. Modulus Young (E) : 𝐸 = Δs Δe 𝐸 = 2.16 − 0.72 𝑀𝑃𝑎 2.9 − 1.14 % 𝑬 = 𝟖𝟐 𝑴𝑷𝒂 2. Poisson ratio (v) : v = 𝜀𝑙𝑎𝑡𝑒𝑟𝑎𝑙 𝜀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑎𝑙 v = −0.68 − (−0.21) 2.9 − 1.14 𝒗 = 𝟎. 𝟏𝟕
  • 69. Uji Triaksial ● Menentukan nilai kekuatan batuan dibawah tiga komponen tegangan memalui persamaan kriteria keruntuhan. ● Parameter kekuatan batuan yang dapat ditentukan adalah : - Kurva instrinsik (Strenght envelope) - Kurva Geser ( Shear Envelope) - Kohesi (C) - Tegangan Normal (σn) - Sudut Geser Dalam (φ)
  • 70. Peralatan yang digunakan Stop Watch Dial Gauge Jangka Sorong Sel Triaksial
  • 71. Peralatan yang digunakan Dial Gauge Letak Contoh Servo Control
  • 72. Mekanisme Triaksial Sel Triaksial Tipe Hoek & Franklin (1968)
  • 73. Syarat Contoh Uji Triaksial ● Perbandingan panjang terhadap diameter contoh (L/D) antara 2,5 – 3 ( ISMR, 1981) atau 2 – 2,5 mengikuti standar dari ASTM (American Society for Testing and Materials). ● Kedua ujung contoh halus dan rata dengan ketidakrataan kurang dari 0,02 mm untuk tiap ujung contoh. ● Kedua ujung contoh tegak lurus sumbu utama dengan ketidaktegaklurusan kurang dari 0,06°. ● Keliling contoh halus dan bebas dari ketidakberaturan serta lurus, tidak melebihi dari 0,3 mm pada seluruh tinggi contoh
  • 74. Uji Triaxial Perubahan bentuk contoh batuan pada Uji Triaxial D L ൗ L D = 2 D + ∆D L + ∆L ൗ 1 2 ∆L ൗ 1 2 ∆L F F L/D=2 L/D=1 Cone failure L/D=2 Friction constraint
  • 75. Berbagai Potensi Tipe Pecah Contoh Batuan Hasil Uji UCS (Kramadibrata, 1991) - L/D=2
  • 76. Uji Triaxial Kurva Lingkaran Mohr dan Kurva Intrinsik
  • 77. Parameter Uji Triaksial 1. Kohesi (C) : Kohesi adalah gaya tarik menarik antara partikel dalam batuan. Salah satu aspek yang memengaruhi nilai kohesi adalah kerapatan dan jarak antar molekul dalam suatu benda. 2. Sudut Geser Dalam (φ) : merupakan sudut yang dibentuk dari hubungan antara tegangan normal dan tegangan geser di dalam material tanah atau batuan. Sudut geser dalam adalah sudut rekahan yang dibentuk jika suatu material dikenai tegangan atau gaya terhadapnya yang melebihi tegangan gesernya. makna fisik dari sudut geser tanah pada kondisi tanpa tegangan pengekang 3. Tegangan normal (σn) : adalah intensitas gaya yang bekerja tegak lurus atau normal terhadap penampang.
  • 79. Aplikasi Uji Triaksial di Lapangan 1. Untuk mengetahui metode pemberaian yang dipakai di pertambangan. Apakah menggunakan alat mekanis atau peledakan 2. Sebagai salah satu variabel penentu kestabilan lereng 3. Mengetahui kualitas batuan sebagai acuan bagaimana batuan akan diperlakukan 4. Menghitung efesiensi penyangga pada TBT
  • 80. Prosedur Pengujian Sel triaksial Fluida F1 σ3 σ3 F1 σ3 σ3 Pengujian dilakukan sebanyak 3 kali dengan σ3 yang bervariasi (5, 10, dan 15 MPa)
  • 81. Prinsip Perhitungan Tegangan (σ) D1 D2 D3 𝐴 = 𝜋 ഥ 𝐷 2 2 F1 σ3 σ3 σ3 σ3 σ3 σ3 σ1 = 𝐹1 𝐴
  • 82. Kurva Triaxial σ1 = 5.71σ3 + 61.69 0,00 50,00 100,00 150,00 200,00 0 5 10 15 20 σ 1 (MPa) σ3 (MPa) Principal Stress Space σc τ = 0.986σ + 12.90 0 50 100 0 50 100 150 200 τ (MPa) σ (MPa) Mohr Stress Space c ϕ
  • 83. Hubungan Principal Stress dengan Mohr Stress • 𝑂𝑃 = 𝑂𝐴 sin 𝜙 • 1 2 𝜎1 − 𝜎3 = 𝑐 tan 𝜙 + 1 2 𝜎1 + 𝜎3 sin 𝜙 • 1 2 𝜎1 − 𝜎3 = 𝑐 tan 𝜙 sin 𝜙 + 1 2 𝜎1 + 𝜎3 sin 𝜙 • 1 2 𝜎1 1 − sin 𝜙 = 𝑐 cos 𝜙 + 1 2 𝜎3 1 + sin 𝜙 • 𝜎1 = 2𝑐 cos 𝜙 1−sin 𝜙 +𝜎3 1+sin 𝜙 1−sin 𝜙 τ (MPa) σ (MPa) O σ1 σ3 c ϕ P A σc k 𝜏 = 𝑐 + 𝜎 tan 𝜙
  • 84. σ1 = 5.71σ3 + 61.69 0,00 50,00 100,00 150,00 200,00 0 5 10 15 20 σ 1 (MPa) σ3 (MPa) Principal Stress Space σc Pembuatan Kurva Prinsipal Stress Sampel 1 2 3 σ3 5 10 15 σ1 89.74 119.87 146.88
  • 85. Pembuatan Kurva Mohr Coulomb Sampel 1 2 3 σ3 5 10 15 σ1 89.74 119.87 146.88 O = 1/2 (σ1+σ3) 47.37 64.93 80.94 r = 1/2 (σ1-σ3) 42.37 54.93 65.94 0 50 100 0 50 100 150 200 τ (MPa) σ (MPa) Mohr Stress Space c 1 2 3
  • 86. • 𝜎1 = 61.69 + 𝜎3 5.71 • 𝜎1 = 2𝑐 cos 𝜙 1−sin 𝜙 +𝜎3 1+sin 𝜙 1−sin 𝜙 • 𝜙 = 44.60 • 𝑐 = 12.90 • tan 44.60 = 0.986 Pembuatan Kurva Mohr Coulomb y = 0.986x + 12.90 0 50 100 0 50 100 150 200 τ (MPa) σ (MPa) Mohr Stress Space
  • 89. Uji Geser Langsung (DS) ● Mengukur kuat geser sampel batuan (Shear Strength) ● Kuat geser batuan adalah kemampuan batuan untuk menahan tegangan geser 𝜏 = 𝑐 + 𝜎𝑛 tan 𝜙
  • 90. Peralatan yang digunakan Busur Derajat Sampel Batuan 1 Set Alat Direct Shear Test Jangka Sorong
  • 91. Prosedur Pengujian < 1KN > 1KN Peak Residual 1 Residual Residual 2 Pengujian dilakukan sebanyak 3 kali dengan F Normal yang bervariasi (0.2, 0.4, dan 0.6 kN) F Normal F Geser
  • 92. Prinsip Pengukuran F Normal (Proving Ring 1 kN) Hasil Kalibrasi Nilai Dial (0,01 mm) Gaya Sebenarnya (kgf) Gaya Sebenarnya (kN) 0 0.0 0.000 25 16.6 0.163 50 33.0 0.324 75 48.7 0.478 100 64.7 0.635 125 80.9 0.794 150 97.0 0.952 y = 0,0064x 0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 0 50 100 150 200 Gaya (kN) Nilai Dial (0.01 mm) Kalibrasi Gaya
  • 93. Prinsip Pengukuran F Normal (Proving Ring 1 kN) Konversi Nilai Dial (0,01 mm) Gaya Sebenarnya (kN) 1 0.01 2 0.02 3 0.02 4 0.03 5 0.03 6 0.04 7 0.05 8 0.05 9 0.06 10 0.07 11 0.07 12 0.08 13 0.09 14 0.09 15 0.10 16 0.10 17 0.11 18 0.12 19 0.12 20 0.13 21 0.14 22 0.14 23 0.15 24 0.15 25 0.16 Konversi Nilai Dial (0,01 mm) Gaya Sebenarnya (kN) 26 0.17 27 0.17 28 0.18 29 0.19 30 0.19 31 0.20 32 0.21 33 0.21 34 0.22 35 0.22 36 0.23 37 0.24 38 0.24 39 0.25 40 0.26 41 0.26 42 0.27 43 0.27 44 0.28 45 0.29 46 0.29 47 0.30 48 0.31 49 0.31 50 0.32 Konversi Nilai Dial (0,01 mm) Gaya Sebenarnya (kN) 51 0.32 52 0.33 53 0.34 54 0.34 55 0.35 56 0.36 57 0.36 58 0.37 59 0.38 60 0.38 61 0.39 62 0.39 63 0.40 64 0.41 65 0.41 66 0.42 67 0.43 68 0.43 69 0.44 70 0.44 71 0.45 72 0.46 73 0.46 74 0.47 75 0.48 Konversi Nilai Dial (0,01 mm) Gaya Sebenarnya (kN) 76 0.48 77 0.49 78 0.49 79 0.50 80 0.51 81 0.51 82 0.52 83 0.53 84 0.53 85 0.54 86 0.55 87 0.55 88 0.56 89 0.56 90 0.57 91 0.58 92 0.58 93 0.59 94 0.60 95 0.60 96 0.61 97 0.61 98 0.62 99 0.63 100 0.63
  • 94. Prinsip Pengukuran F Geser (Proving Ring 4 kN) F Normal = 0,2 kN Perpindahan (mm) Nilai Dial (0,01 mm) Peak Residual 0 0 0 0.5 3 2 1 6 4 1.5 9 6 2 12 8 2.5 15 6 3 18 4 3.5 15 4 4 12 4 4.5 9 5 9 5.5 6 F Normal = 0,4 kN Perpindahan (mm) Nilai Dial (0,01 mm) Peak Residual 0 0 0 0.5 4 2 1 8 4 1.5 12 6 2 16 8 2.5 20 10 3 24 8 3.5 20 7 4 18 6 4.5 14 6 5 10 5.5 10 6 F Normal = 0,6 kN Perpindahan (mm) Nilai Dial (0,01 mm) Peak Residual 0 0 0 0.5 5 2 1 10 4 1.5 20 7 2 25 9 2.5 30 11 3 25 14 3.5 20 11 4 18 9 4.5 15 6 5 15 5.5 6
  • 95. y = 0,0157x 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 0 50 100 150 200 250 Gaya (kN) Nilai Dial (0.01 mm) Kalibrasi Prinsip Pengukuran F Geser (Proving Ring 4 kN) Gaya Hasil Kalibrasi Nilai Dial (0,01 mm) Nilai Sebenarnya (kgf) Gaya Sebenarnya (kN) 0 0.0 0.000 25 39.6 0.388 50 80.4 0.789 75 120.9 1.186 100 160.5 1.575 125 199.6 1.958 150 237.7 2.332 175 281.4 2.761 200 320.6 3.145 225 358.7 3.519
  • 96. Prinsip Pengukuran F Geser (Proving Ring 4 kN) F Normal (kN) Nilai Dial (0,01 mm) F Geser (kN) Peak Residual Peak Residual 0.2 18 8 0.283 0.126 0.4 24 10 0.377 0.157 0.6 30 14 0.471 0.220
  • 97. Prinsip Perhitungan Tegangan Normal dan Tegangan Geser F Normal F Geser 𝐴 = 𝜋 𝐷 2 2 D1 D2 𝐴 = 𝜋 𝐷1 2 𝐷2 2 θ 𝐴′ = 𝐴 cos 𝜃 𝜎𝑛 = 𝐹 𝑁𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙 𝐴′ 𝜏 = 𝐹 𝐺𝑒𝑠𝑒𝑟 𝐴′ 𝜎𝑛 𝜏
  • 98. Prinsip Perhitungan Tegangan Normal dan Tegangan Geser F Normal (kN) Nilai Dial (0,01 mm) F Geser (kN) D1 (mm) D2 (mm) A (mm2 ) θ (o ) A’ (mm2 ) σn (MPa) t (MPa) Peak Residual Peak Residual Peak Residual 0.2 18 8 0.283 0.126 59 60 2780.31 5 2790.93 0.072 0.101 0.045 0.4 24 10 0.377 0.157 60 61 2874.56 6 2890.39 0.138 0.130 0.054 0.6 30 14 0.471 0.220 59 61 2826.65 7 2847.88 0.211 0.165 0.077
  • 99. Prinsip Perhitungan Kohesi dan Sudut Geser Dalam σn (MPa) t (MPa) Peak Residual 0.072 0.101 0.045 0.138 0.130 0.054 0.211 0.165 0.077 t = 0.4608σn + 0.067 t = 0.2317σn + 0.026 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0 0,1 0,2 0,3 0,4 Shear Stress (MPa) Normal Stress (MPa) Shear Strength Curve Peak Residual Cohesion (MPa) Internal Friction Angle (o ) Peak Residual Peak Residual 0.067 0.026 24.74 13.05 𝜏 = 𝑐 + 𝜎𝑛 tan 𝜙 𝜙𝑝𝑒𝑎𝑘 = tan−1 0.4608 𝜙𝑟𝑒𝑠𝑖𝑑𝑢𝑎𝑙 = tan−1 0.2317
  • 100. Data Hasil Pengukuran F Normal (kN) Nilai Dial (0,01 mm) F Geser (kN) σn (MPa) t (MPa) Peak Residual Peak Residual Peak Residual 0.2 15 8 0.236 0.126 0.072 0.084 0.045 0.4 22 10 0.345 0.157 0.138 0.119 0.054 0.6 33 13 0.518 0.204 0.211 0.182 0.072 t = 0.7078σn + 0.029 t = 0.1952σn + 0.030 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0 0,1 0,2 0,3 0,4 Shear Stress (MPa) Normal Stress (MPa) Shear Strength Curve Peak Residual
  • 102. Rentang Kuat Geser Batuan Types Rock φ (o ) Sedimentary Sandstone 25 – 35 Shale 27 Siltstone 27 – 33 Conglomerate 35 Chalk 30 Limestone 27 – 37 Igenous Basalt 31 – 38 Fine-grained granite 29 – 35 Coarse-grained granite 31 – 35 Porphyry 31 Dolerite 32 – 36 Metamorphic Amphibolite 32 Gneiss 23 – 29 Slate 25 – 30
  • 103. Kegunaan Kuat Geser ● Untuk menganalisis kestabilan lereng ● Untuk menganalisis daya dukung tanah
  • 105. Uji Kuat Tarik Tak Langsung Uniaxial Tensile Strenght (UTS) – Brazilian Test
  • 106. Uji Kuat Tarik ● Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kuat tarik (tensile strength) dari percontoh batu berbentuk silinder secara tak langsung. ● Tujuan: ● Mengukur kekuatan tarik langsung batuan. ● Mengevaluasi sifat elastis dan kekuatan tarik. ● Mengidentifikasi zona keretakan dan kegagalan.
  • 107. Peralatan yang digunakan Stop Watch Dial Gauge Mesin Tekan ‘Kontrol’ Jangka Sorong Manometer Mesin Tekan Contoh
  • 108. Peralatan yang digunakan Dial Gauge Letak Contoh Servo Control
  • 110. Hal yang perlu diperhatikan Ketika melakukan pengujian, pastikan bidang kontak antara batuan dan plat tekan tidak lebih dari 8°. Hal ini dipastikan dengan menggunakan kertas karbon dan kertas hvs yang diletakkan di antara plat dan contoh batuan. 𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑖𝑑𝑎𝑛𝑔 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑎𝑘 𝐾𝑒𝑙𝑖𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑏𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛 = 𝑥 360°
  • 111. Kuat Tarik Brazillian - Menurut Jumikis (1983), nilai UTS dari suatu batuan hanya sekitar 10% dari nilai UCSnya. - Brittleness Index, untuk memperkirakan kinerja alat gali. Semakin besar maka semakin besar pula kinerja alat gali yang dibutuhkan
  • 112. Klasifikasi Brittleness Index (Kramadibrata,1996)
  • 113. Rumus Kuat Tarik Brazillian Correction Factor
  • 114. Manfaat Brazilian Test ● Menentukan Kekuatan Tarik Batuan (Tensile Strength): Metode Brazilian Test digunakan untuk mengukur kekuatan tarik langsung batuan. Ini memberikan informasi yang sangat berguna tentang kemampuan batuan untuk menahan tekanan dalam bentuk tarik. Informasi ini kritis dalam perencanaan tambang, konstruksi geoteknik, dan pengembangan proyek infrastruktur yang melibatkan penggunaan batuan. ● Penilaian Kekuatan Kritis: Kekuatan tarik batuan adalah salah satu parameter kunci yang digunakan untuk mengevaluasi stabilitas lereng tambang, terowongan, dan dinding penahan. Dengan mengukur kekuatan tarik, kita dapat menilai apakah batuan dapat menahan gaya tarik yang dihasilkan oleh beban tertentu. ● Penentuan Karakteristik Mekanik Batuan: Brazilian Test juga memberikan wawasan tentang karakteristik mekanik batuan, seperti modulus elastisitas (Young's Modulus), modulus Poisson, dan sebagainya. Informasi ini membantu dalam perhitungan perpindahan, deformasi, dan tingkat elastisitas batuan. ● Penilaian Kerapuhan Batuan: Metode ini juga membantu dalam menilai sejauh mana batuan bersifat keropos atau tahan terhadap retakan. Ini sangat penting dalam perencanaan pengeboran tambang dan penanganan batuan di dalamnya.
  • 115. Manfaat Brazilian Test ● Desain Struktur Geoteknik: Informasi dari uji Brazilian dapat digunakan untuk merancang struktur geoteknik yang efisien, seperti fondasi, terowongan, atau dinding penahan. ● Kualitas Batuan dalam Tambang: Metode ini juga digunakan untuk mengukur kualitas batuan dalam tambang. Ini membantu produsen batuan untuk mengidentifikasi batuan yang kuat dan berkualitas tinggi yang dapat digunakan dalam berbagai aplikasi konstruksi. ● Manajemen Risiko: Data dari uji Brazilian dapat digunakan dalam analisis risiko geoteknik untuk mengidentifikasi potensi bahaya yang berkaitan dengan kekuatan tarik batuan dan mengambil langkah-langkah mitigasi yang sesuai.
  • 118. Uji Slake Durability Slake Durability Test
  • 119. Slake Durability Test ● Mendapatkan sifat mekanik batuan di laboratorium berupa ketahanan contoh batuan seperti pelemahan dan penguraian dengan peralatan yang tersedia di Laboratorium Geomekanika, Program Studi Teknik Pertambangan-FTTM, ITB. ● ASTM Procedures: D 4644-87 Standard Test Method for Slake Durability of Shales and Similar Weak Rocks
  • 120. Peralatan yang digunakan Motor Pemutar + Drum Timbangan Digital Neraca Ohaus Oven
  • 121. Prosedur 1. Persiapan contoh: a. Contoh berbentuk relatif bulat, jumlah 10 buah, dan berat 40-60 gram/contoh. b. Apabila contoh kurang bulat dapat digerinda sehingga dapat menghasilkan nilai yg cukup baik. c. Timbang berat seluruh contoh (10 buah) dalam keadaan natural (maksimum 600 gram).
  • 122. Prosedur 2. Persiapan alat: a. Timbang berat drum yang digunakan sebagai wadah contoh. b. Uji kecepatan putaran drum dalam motor pemutar (dibuat konstan 20 rpm).
  • 123. Prosedur 3. Pengujian: a. Keringkan seluruh contoh (10 buah) di dalam oven pada suhu 110°C selama 6-8 jam. b. Keluarkan contoh dari dalam oven lalu dinginkan pada suhu ruangan selama 20 menit, kemudian timbang berat kering contoh tersebut sebagai berat kering contoh sebelum pengujian. c. Masukkan seluruh contoh kering ke dalam drum, tuangkan air hingga 20 mm di bawah sumbu drum, lalu putar drum dengan kecepatan 20 rpm selama 10 menit. d. Pindahkan seluruh contoh yang tertahan di dalam drum, kemudian masukkan kembali ke dalam oven untuk dikeringkan pada suhu 110°C selama 6-8 jam. e. Keluarkan contoh dari dalam oven lalu dinginkan pada suhu ruangan selama 20 menit. f. Ulangi langkah c-e. g. Timbang berat kering contoh tersebut sebagai berat kering contoh setelah pengujian.
  • 125. Penjelasan Durability index Type of retained wet material Classification < 60% T2, T3 S - N 60% to 90% T1S, T3 S - N 60% to 90% T1H, T2 R - D > 90% T1S, T3 S - N > 90% T1H, T2 R - D Type : T1S soft, can be broken apart or remolded T1H hard, can't be broken apart T2 retained particles consist of large and small pieces T3 retained particles are all small fragments Classification : S - N soil like (non durable) R - D rock like (durable)