Invensi ini merupakan terobosan teknologi dalam bidang pengelolaan limbah B3 industri terutama limbah pembakaran batubara yang belum termanfaatkan pada bidang pertanian pangan, tanaman kehutanan, tanaman perkebunan dan industri, tanaman hortikultura 10 serta tanaman bioenergi. Teknologi yang digunakan adalah memanfaatkan limbah industri yang berlimpah dengan mengolahnya dengan pemberian asam lemah dan surfaktan untuk memperbaiki sifat tanah serta menambahkan mineral hara makro, mikro serta suplemen yang diperlukan tanaman.

1. DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
UJI COBA
PENGARUH SLURI FLY ASH LIMBAH BATUBARA
TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN
SORGUM (Sorghum bicolor (L.) Moench) PADA
TANAH PODSOLIK

2. PENDAHULUAN
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

3. Latar Belakang
Kenaikan harga bahan bakar minyak
Perkembangan industri pertambangan batubara di
Indonesia.

4. Potensi sorgum manis sebagai bioetanol
kebutuhan bahan baku industri bioetanol
Peningkatan produksi sorgum manis

5. Tujuan
1. Mendapatkan informasi pengaruh abu
terbang (fly ash) terhadap pertumbuhan
dan produksi tanaman sorgum manis
(Shorgum bicolor L. Moench).
2. Menentukan dosis optimum abu terbang
(fly ash) untuk meningkatkan
pertumbuhan dan produksi tanaman
sorgum manis (Shorgum bicolor L.
Moench).

6. Hipotesis
1. Abu terbang (fly ash) mempengaruhi
pertumbuhan dan produksi tanaman
sorgum manis (Shorgum bicolor L.
Moench).
2. Dosis abu terbang (fly ash) optimum
yang diaplikasikan dapat
meningkatkan pertumbuhan dan
produksi tanaman sorgum manis
(Shorgum bicolor L. Moench).

7. METODE
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

8. DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018

9. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat: Laboratorium Pengujian AGH
(Lab. Ekotoksikologi), Kebun
Percobaan Leuwikopo, dan
Laboratorium Pasca Panen,
Departemen Agronomi dan
Hortikultura, Institut Pertanian
Bogor .
Waktu: 2018

10. Bahan dan Alat
Bahan: fly ash, akuades, larutan NaOH 0,1 M dan
larutan HCL 0,1 M, benih sorgum varietas
Super 2 sebagai tanaman indikator, furadan,
pupuk N, P dan K, serta penanda tanaman
contoh (ajir).
Alat : Kertas saring whatman 42, pengayak octagen
250 μm, pH meter, gelas ukur dan pipet
tetes, traktor, gembor, meteran, penggaris,
cangkul, kored, alat tulis, timbangan, karung,
jangka sorong dan oven.

11. Rancangan Percobaan
 Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT)
faktorial dengan menggunakan 6 perlakuan dan 3
ulangan, yaitu: P0 (Kontrol), P1, P2, P3, P4 dan P5
dengan 18 satuan percobaan
P0 = Tanpa pemberian fly ash
P1 = Diberi fly ash dengan dosis 2 kg/petak
P2 = Diberi fly ash dengan dosis 4 kg/petakP3 =
Diberi fly ash dengan dosis 8 kg/petak
P4 = Diberi fly ash dengan dosis 12 kg /petak
P5 = Diberi fly ash dengan dosis 24 kg /petak

12.  Model statistik dari rancangan percobaan yaitu Yij
= μ+τi+βj+εij dengan i= 0, 1,2,3,4,5 dan j= 1,2,3.
 Keterangan: Yij : Nilai pengamatan pada
perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
 μ : Nilai tengah umum
 τi : Pengaruh perlakuan ke-i
 βj : Pengaruh kelompok ke-j
 εij : Pengaruh galat percobaan perlakuan ke-i dan
kelompok ke-j

13. Denah Percobaan

14. Prosedur Percobaan
 Pembuatan Dosis Fly Ash
 Pengukuran pH Tanah
 Aplikasi Fly Ash pada Petakan Percobaan

15. Pengamatan Percobaan
 Pengamatan pH tanah sebelum aplikasi
fly ash dan setelah aplikasi fly ash
 Pengamatan terhadap komponen
pertumbuhan dan komponen hasil
tanaman sorgum (Sorgum bicolor L.
Moench)

16. Pengamatan Komponen Pertumbuhan
 Tinggi tanaman, diukur dari permukaan
tanah sampai ujung daun tertinggi.
Pengukuran tinggi tanaman dilakukan mulai
dai 2 minggu sesudah tanam (MST).

17.  Diameter batang, diukur pada 10 cm di atas
permukaan tanah dengan cara mengukur diameter
batang tanaman sorgum, menggunakan jangka
sorong dilakukan mulai dari 2 sampai 9 MST.

18.  Umur tanaman berbunga, diketahui setelah 50%
dari seluruh populasi tanaman sorgum dari masing-
masing genotipe telah berbunga.
 Tingkat kehijauan daun, diukur dengan
menggunakan alat yang bernama klorofil meter.

19. Pengamatan Komponen Hasil pada
Tanaman Sorgum
 Panjang malai, diukur dengan cara mengukur panjang
malai dari pangkal malai hingga ujung malai.
 Bobot kering malai, ditentukan dengan cara
menimbang malai yang telah dikeringkan didalam
oven selama 24 jam pada suhu 70º C dan dipisahkan
dari biji sorgumnya.

20.  Jumlah biji per malai, diukur dengan cara menghitung
jumlah biji per malai setelah dipipil.
 Bobot biji per malai, diukur dengan cara menimbang seluruh
biji sorgum per malai yang sudah dipipil dari malainya pada
masing-masing tanaman sample setelah dikeringkan dalam
oven selama 24 jam dengan suhu 70ºC.
 Bobot 1000 butir biji, diukur dengan cara menimbang 1000
butir biji tanaman sorgum yang sudah dipipil dan
dikeringkan pada masing-masing tanaman sample.

21. Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis untuk
mengetahui pengaruh dari perlakuan
dengan melakukan uji F pada taraf
nyata α = 5%. Uji lanjut yang
digunakan adalah uji beda nyata
terkecil (BNT).

23. TERIMA KASIH
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018