SlideShare a Scribd company logo
Uğur Mumcu dan Mereka yang Dilenyapkan
Oleh:
Bernardo J. Sujibto
www.pindai.org | t: @pindaimedia | f: facebook.com/pindai.org | e: redaksi@pindai.org
PINDAI.ORG – Uğur Mumcu dan Mereka yang Dilenyapkan/ 23 Januari 2016
	
H a l a m a n 	2	|	5	
	
Uğur Mumcu dan Mereka yang Dilenyapkan
oleh Bernardo J. Sujibto
Pemasungan terhadap kebebasan berekspresi di Turki.
KAMIS, 21 Januari 2016, kelar sejenak dari urusan tesis tentang nobelis sastra Orhan Pamuk,
saya pergi dari Istanbul menuju Bursa, sebuah kota penting dalam peta sejarah politik Turki
pra-Konstantinopel. Saya datang ke sana atas undangan ringan Serhan Sopyan, kawan
keturunan Albania yang menyebut dirinya seorang Atatürkçü atau Kemalis. Asosiasi tempatnya
bergiat, bernama Atatürkçü Düşünce Derneği atau Organisasi Pemikiran Atatürk (disingkat
ADD), akan mengadakan satu acara peringatan pada 24 Januari untuk Uğur Mumcu (1942-
1993), jurnalis dan pemikir yang terbunuh karena keberaniannya menentang kekerasan negara.
Pemikiran Mumcu tertuang dalam puluhan buku. Meski warisan sekulerisme Atatürk pelan-
pelan memudar dan dihapus oleh penguasa berhaluan Islamis AKP (Partai Keadilan dan
Pembangunan), proses peremajaan ideologi sekuler dan Kemalisme tetap berjalan, salah
satunya melalui ADD yang hadir nyaris di semua kabupaten di Turki; selain ada pula kelompok
komunis dan nasionalis.
Saya berangkat menuju Bursa, tepatnya nanti ke Kabupaten Mustafakemalpaşa, dengan
melayari Laut Marmara, terusan selat Bosphorus, di atas kapal feri selama setengah jam.
Esoknya, saya sudah berada dalam lingkaran kecil komunitas dan anak-anak muda sekuler,
generasi pelanjut perjuangan Atatürk. Saya berjumpa mereka di sebuah gedung di tepi anak
sungai Kirmasti, terletak di tengah kota.
Kota ini bisa dibilang jantung spirit sekulerisme Kemalis, selain Izmir. Di sini kita cukup mudah
menjumpai meyhane (bar), pavyon (klub malam), dan beragam tongkrongan yang menguarkan
wangi alkohol. Budaya minum bir ini berjalan seirama proyek modernisme apa yang disebut
“Atatürk yolu” (jalan atau cara Atatürk): kebebasan rakyat, ilmu pengetahuan, bangsa Turk
(yang unggul dan tercerahkan), kemenangan, pemikiran, demokrasi, serta modernisme dan
negara hukum. Nama kabupatennya sendiri sudah terang sebagai nisbat terhadap Atatürk alias
“Bapak Republik Turki” yang menggenangi pikiran penduduk kota tersebut.
Di seberang Kirmasti ada monumen patung Mustafa Kemal Atatürk—satu situs wajib di setiap
daerah di Turki. Di lokasi itulah acara mengenang Uğur Mumcu dihelat.
Pada satu siang musim dingin berkumpullah anak-anak muda yang membawa foto Mumcu
berhias bunga dan memampang figura para tokoh sekuler. Mereka lantas membacakan satu
puisi pamflet karangan Mumcu berjudul ‘Vurulduk Ey Halkım Unutma Bizi’ (Wahai Rakyatku,
Ingat Kami yang Telah Dibunuh). Puisi ini identik dengan para Kemalis untuk mengenang
tokoh-tokoh penting mereka yang hilang atau dibunuh—barangkali, jika di Indonesia, dalam
gradasi tertentu seumpama puisi ‘Peringatan’-nya Wiji Thukul.
Kutipan salah satu bait puisi tersebut:
Petani miskin di Giresun, kami mati demi kalian.
Pekerja tembakau di Aegean, kami mati demi kalian.
Orang-orang kampung tak bertanah di daerah Timur, kami mati demi kalian.
Para pekerja di Istanbul, di Ankara, kami mati demi kalian.
Di Adana, para pengumpul kapas dengan tangannya yang terberai lebur, kami mati demi
kalian.
Kami ditembak, digantung, wahai rakyatku, ingat kami yang telah dibunuh...
PINDAI.ORG – Uğur Mumcu dan Mereka yang Dilenyapkan/ 23 Januari 2016
	
H a l a m a n 	3	|	5	
	
“Kami semua adalah bagian dari Mumcu yang dihabisi dan dicerai-beraikan. Kami akan
melanjutkan perjuangannya kepada jalan cahaya yang telah ditunjukkan oleh Mustafa Kemal,”
ujar Zeynep Nida Ortalık, ketua sayap pemuda ADD cabang Mustafakemalpaşa.
Sebelum dikenal kolumnis yang kritis, Mumcu bekerja sebagai asisten dosen dan advokat. Daya
kritisnya tumbuh semasa kuliah hukum di Universitas Ankara. Dia adalah kolumnis tetap di
harian terkemuka Cumhuriyet, selain menulis pula di sejumlah surat kabar seperti Akşam,
Milliyet, dan Yeni Ortam. Karena tulisan-tulisannya yang kritis dan tajam melawan negara,
Mumcu dipenjara setelah kudeta militer tahun 1971. Sekeluar dari bilik jeruji, ia makin berani
dan menentang kedekatan Turki dengan negara imperialis seperti Amerika Serikat dan Israel.
Pandangannya juga adalah suara dukungan terhadap gerakan kelompok sosialis dan
revolusioner. Ia berdiri dalam posisi berlawanan terhadap agen ‘Counter-Guerilla’, satu
organisasi rahasia bekingan AS yang dibentuk khusus untuk Turki dan beroperasi sengit selama
Perang Dingin dengan tujuan melemahkan penyebaran komunisme.
“Ya, negeri kita berada di bawah pendudukan. Ya, negeri kita yang indah ini telah dijajah. Ya,
para mafia keparat telah mencabik tanah ini,” tulis Mumcu di harian Cumhuriyet, 11 Desember
1979.
Tahun 1960-an hingga 1990-an, saat banyak rekannya yang jurnalis dan pejuang kemandirian
Turki tewas dibunuh, Mumcu adalah salah satu suara yang lantang. Saat rekannya Abdi İpekçi,
redaktur utama Milliyet, dibunuh pada 1 Februari 1979, Mumcu menulis di harian Cumhuriyet
pada 1 Februari 1980 bahwa “kekuatan negara tidak cukup mengungkap” pembunuhan itu.
İpekçi dikenal berkat kolom-kolomnya yang menyuarakan kebebasan berekspresi, Kemalisme,
dan Turki yang independen. Pembunuhan terhadap İpekçi kelak dialami Mumcu sendiri.
Mumcu tewas di halaman rumahnya pada 24 Januari 1993 ketika ia menghidupkan mesin
mobil. Sebuah bom plastik yang dilekatkan di mobilnya meledak. Banyak yang menduga
kematiannya terkait investigasi independen dia menyelidiki hubungan antara Partai Pekerja
Kurdistan (PKK) dan Organisasi Intelijen Nasional Turki. Proses keadilan atas kematiannya
masih buram sampai kini, meski banyak yang meyakini melibatkan peran Mossad (dinas
rahasia luar negeri Israel), CIA (dinas intelijen AS), dinas rahasia Turki, kekuatan negara dan
bersenjata Turki, serta PKK sendiri.
Sebagai upaya mengenang perjuangannya, keluarga dan rekan-rekan Mumcu mendirikan Uğur
Mumcu Araştırmacı Gazetecilik Vakfı (Yayasan Jurnalisme Investigatif Uğur Mumcu) pada
Oktober 1994.
Kekerasan terhadap Wartawan
Kasus pembunuhan terhadap Mumcu, dan para jurnalis-cum-penulis di Turki, melekat dalam
sejarah politik negara ini. Jauh sebelum Mumcu, ada puluhan jurnalis yang tewas dibunuh.
Menurut data Committee to Protect Journalists, Turki kerap menduduki tiga teratas sebagai
negara yang paling banyak memenjarakan wartawan, selain Tiongkok dan Iran. Pada 2013
misalnya, ada 40 wartawan yang dibui otoritas Turki (posisi teratas tahun itu). Yang terbaru
adalah penangkapan wartawan kawakan Can Dündar, pemimpin redaksi Cumhuriyet, pada
November 2015. Dalam lima tahun terakhir, menurut sebuah laporan, kebebasan pers di Turki
mengalami kemunduran seiring aturan ketat terbaru yang mendukung penyensoran negara
terhadap situs web dan media sosial.
“Di sini nyawa siapa pun murah! Kamu harus sangat hati-hati masuk ke isu-isu sensitif,” pesan
Serhan Sopyan satu kali ketika saya mengutarakan rencana dan ketertarikan riset ihwal gerakan
suku Kurdi di bagian timur dan tenggara Turki.
PINDAI.ORG – Uğur Mumcu dan Mereka yang Dilenyapkan/ 23 Januari 2016
	
H a l a m a n 	4	|	5	
	
Menurut rilis Asosiasi Wartawan Progresif, salah satu persatuan jurnalis berpengaruh selain
Perkumpulan Wartawan Turki, jurnalis yang terbunuh di Turki berjumlah 77 orang; 19 di
antaranya dilenyapkan pada masa akhir keruntuhan Kesultanan Ottoman.
Dalam sejarah kelam penghilangan nyawa jurnalis, Tevfik Nevzat tercatat sebagai nama
perdana yang dibunuh ketika dikirim ke penjara. Nevzat pernah mendirikan majalah sastra
bernama Nevruz bersama Halit Ziya Uşaklıgil (1866-1945), sastrawan terkenal masa awal
republik. Keduanya juga menerbitkan harian Hizmet, media yang kemudian dianggap
berseberangan dengan pemerintahan kesultanan terakhir Ottoman Abdülhamit II. Nevzat
dikirim ke satu penjara di Provinsi Adana dan dibunuh pada 19 Maret 1905.
Setelah Turki menjadi republik, pemenjaraan dan pembunuhan terhadap jurnalis terus
berlangsung sengit, termasuk terhadap Hrant Dink (tewas 19 Januari 2007), Ahmet Taner
Kışlalı (21 Oktober 1999), Sayfettin Tepe (29 Agustus 1995), dan Onat Kutlar (11 Januari 1995).
Ada pula kasus penculikan dan penghilangan paksa, misalnya menimpa Nazım Babaoğlu
(hilang 12 Maret 1994) dan İhsan Uygur (6 Juli 1993).
Ada beragam cara dan pelaku eksekusi terhadap para wartawan dan pemikir Turki ini. Pelaku
terbanyak adalah agen negara atau intelijen dengan memasang bom atau membunuhnya di
tahanan. Tetapi ada juga pelakunya dari warga sipil sebagaimana terjadi pada Hrant Dink dan
Kamil Başaran. Pelaku penembakan terhadap Dink adalah bocah berusia 17 tahun bernama
Ogün Samast. Sementara Başaran ditembak oleh pemilik restoran hanya karena tidak suka
dengan caranya menulis dan menurunkan liputan.
Di Turki, yang masyarakatnya sangat dinamis dalam haluan politiknya, kita sangat mudah
mengenali individu atau kelompok sebagai kawan dan lawan. Selama studi dan tinggal di Turki
dalam tiga tahun terakhir, saya menjumpai kecenderungan bahwa seseorang yang
berseberangan secara ideologis akan sulit untuk menjadi kawan (dalam arti kompromis) bila
sudah bertemu di arena politik. Perjuangan kelompok-kelompok politik ini acapkali
bermuncratan darah, pelenyapan nyawa, dan tindakan teror lain.
Kaum sekuler (Kemalis) akan sangat sulit mencapai titik temu dengan kelompok Islamis dalam
konteks perjuangan ideologi mereka. Sama halnya gejolak massa nasionalis dan ultra-nasionalis
melawan kelompok lain yang membawa bendera etnis selain Turk, misalnya HDP (Partai
Rakyat Demokratik) yang berafiliasi dengan suku Kurdi. Belum lagi massa komunis yang
diwakili oleh Partai Komunis Turki (TKP) dan kelompok-kelompok devrimci (revolusioner) lain
yang berafiliasi dengan Marxist-Leninist seperti Front-Partai Pembebasan Rakyat Revolusioner
(DHKP-C). Salah satu ketegangan kutub ideologis itu terlihat dari pemilu tahun lalu. Karena
macet mencapai solusi di parlemen untuk membentuk pemerintahan dari pemilu 7 Juni 2015,
digelarlah pemilu ulang pada 1 November.
Di bawah AKP (Partai Keadilan dan Pembangunan), dengan membawa ideologi Islamis dan
memakai jalan demokrasi, kutub ketegangan ideologi Turki bisa sedikit reda. Kelompok-
kelompok yang sebelumnya berseberangan seperti kaum nasionalis (yang mendefinisikan diri
Turk-Islam) dan komunitas suku Kurdi religius akhirnya mulai bisa dirangkul oleh penguasa
dengan mempertemukan spirit dan simbol Islam. Namun ideologi kelompok sekuler-Kemalis
berhaluan Atatürk yolu, seperti juga ditunjukkan oleh Uğur Mumcu, jelas tidak akan bisa
bertemu dengan ideologi AKP.
Spirit Atatürk dan Mumcu yang ingin Turki menjadi independen dalam konteks ekonomi-
politik belum bisa ditunaikan oleh AKP, karena praktik ekonomi dan politik pemerintah Turki
cenderung liberal. Titik kontras itu tetap memupuk konfrontasi ideologis antara AKP dan CHP
(Partai Rakyat Republik), corong kaum sekuler. Apalagi warisan-warisan sekularisme ala
Atatürk pelan tapi pasti mulai ditinggalkan.
PINDAI.ORG – Uğur Mumcu dan Mereka yang Dilenyapkan/ 23 Januari 2016
	
H a l a m a n 	5	|	5	
	
“Mumcu adalah seorang Kemalis sejati, dikenal sosok yang gigih mengaplikasikan nilai-nilai
Kemalisme. Tetapi dia harus meregang nyawa lebih awal,” ujar Zeynep Nida Ortalık.
“Tanpa memperhatikan ideologi, Mumcu berjuang melawan segala bentuk imperialisme demi
menjaga hak-hak rakyat dan sekaligus menunjukkan kecintaannya kepada mereka. Hari ini
orang yang tidak mengerti Uğur Mumcu, saya pikir mereka tidak paham politik. Kami harus
meniru pendirian dan keberaniannya. Kegiatan anma (peringatan) seperti ini dihelat di seluruh
Turki oleh ribuan orang.”
Saya mengikuti seluruh peringatan itu. Sesudah orasi dan pembacaan puisi, sekelompok orang
lantas melakukan pawai (yürüyüş). Mereka membentangkan bendera Turki dan simbol Mustafa
Kemal Atatürk, lantas ditaruh di dekat patung Atatürk dengan spanduk bertuliskan:TERÖRÜ
LANETLİYORUZ (Kami Mengutuk Teror).
Malam harinya, bersama Serhan Sopyan dan kolega pemuda Kemalis, saya mengumpulkan
sejumlah perkakas peraga aksi peringatan yang seharian dipasang di monumen Atatürk di
tengah kota Mustafakemalpaşa. Alat-alat aksi itu kami simpan kembali di kantor Organisasi
Pemikiran Atatürk. Sesudahnya, berselimut musim dingin yang pucat saat rintik salju menerpa
halus, kami meluncur ke sebuah meyhane. Di sana musik arabesk mengiringi kami memuncaki
malam.*

More Related Content

Similar to Ugur Mumcu dan Mereka yang Dilenyapkan

Pembelaan presiden Soekarno terhadap PKI
Pembelaan presiden Soekarno terhadap PKIPembelaan presiden Soekarno terhadap PKI
Pembelaan presiden Soekarno terhadap PKI
ANJU NOFAROF HASUDUNGAN
 
Melawan Melalui Humor
Melawan Melalui HumorMelawan Melalui Humor
Melawan Melalui Humor
Pindai Media
 
Snu pemberontakan pki madiun
Snu pemberontakan pki madiunSnu pemberontakan pki madiun
Snu pemberontakan pki madiun
wahyuni070289
 
Amir sjarifuddin-antara-negara-dan-revolusi-oleh-jacques-leclerc
Amir sjarifuddin-antara-negara-dan-revolusi-oleh-jacques-leclercAmir sjarifuddin-antara-negara-dan-revolusi-oleh-jacques-leclerc
Amir sjarifuddin-antara-negara-dan-revolusi-oleh-jacques-leclerc
Muhammad Mardhan
 
Sejarah G30 S/PKI
Sejarah G30 S/PKISejarah G30 S/PKI
Sejarah G30 S/PKI
Bonadea Visakha
 
sejarah sastra di indonesia pada tahun 1970 1980
sejarah sastra di indonesia pada tahun 1970 1980sejarah sastra di indonesia pada tahun 1970 1980
sejarah sastra di indonesia pada tahun 1970 1980
AjengIlla
 
Makalah organisasi partai komunis indonesia
Makalah organisasi partai komunis indonesiaMakalah organisasi partai komunis indonesia
Makalah organisasi partai komunis indonesia
ALKATA
 
PAHLAWAN INDONESIA (ARISKA COMPNET)
PAHLAWAN INDONESIA (ARISKA COMPNET)PAHLAWAN INDONESIA (ARISKA COMPNET)
PAHLAWAN INDONESIA (ARISKA COMPNET)
ARISKA COMPNET
 
Indische partij
Indische partijIndische partij
Indische partij
Ardella Aswieri
 
Materi-III-Perkembangan-Pers-Indonesia.ppt
Materi-III-Perkembangan-Pers-Indonesia.pptMateri-III-Perkembangan-Pers-Indonesia.ppt
Materi-III-Perkembangan-Pers-Indonesia.ppt
penugasanupn
 
Presentasi staip pati 9 Elemen Jurnalisme (Wahyu Dwi Pranata)
Presentasi staip pati 9 Elemen Jurnalisme (Wahyu Dwi Pranata)Presentasi staip pati 9 Elemen Jurnalisme (Wahyu Dwi Pranata)
Presentasi staip pati 9 Elemen Jurnalisme (Wahyu Dwi Pranata)
Wahyu Dwi Pranata
 

Similar to Ugur Mumcu dan Mereka yang Dilenyapkan (19)

Pembelaan presiden Soekarno terhadap PKI
Pembelaan presiden Soekarno terhadap PKIPembelaan presiden Soekarno terhadap PKI
Pembelaan presiden Soekarno terhadap PKI
 
Melawan Melalui Humor
Melawan Melalui HumorMelawan Melalui Humor
Melawan Melalui Humor
 
Biografi
BiografiBiografi
Biografi
 
Snu pemberontakan pki madiun
Snu pemberontakan pki madiunSnu pemberontakan pki madiun
Snu pemberontakan pki madiun
 
Amir sjarifuddin-antara-negara-dan-revolusi-oleh-jacques-leclerc
Amir sjarifuddin-antara-negara-dan-revolusi-oleh-jacques-leclercAmir sjarifuddin-antara-negara-dan-revolusi-oleh-jacques-leclerc
Amir sjarifuddin-antara-negara-dan-revolusi-oleh-jacques-leclerc
 
Sejarah G30 S/PKI
Sejarah G30 S/PKISejarah G30 S/PKI
Sejarah G30 S/PKI
 
sejarah sastra di indonesia pada tahun 1970 1980
sejarah sastra di indonesia pada tahun 1970 1980sejarah sastra di indonesia pada tahun 1970 1980
sejarah sastra di indonesia pada tahun 1970 1980
 
Indonesia menggugat-pandangan-soekarno-thd-hukum
Indonesia menggugat-pandangan-soekarno-thd-hukumIndonesia menggugat-pandangan-soekarno-thd-hukum
Indonesia menggugat-pandangan-soekarno-thd-hukum
 
Esai Novel - Layar Terkembang
Esai Novel - Layar TerkembangEsai Novel - Layar Terkembang
Esai Novel - Layar Terkembang
 
Melesa xii ips 4
Melesa xii ips 4Melesa xii ips 4
Melesa xii ips 4
 
Makalah organisasi partai komunis indonesia
Makalah organisasi partai komunis indonesiaMakalah organisasi partai komunis indonesia
Makalah organisasi partai komunis indonesia
 
Melesa xii ips 4
Melesa xii ips 4Melesa xii ips 4
Melesa xii ips 4
 
Ppt pers
Ppt persPpt pers
Ppt pers
 
PAHLAWAN INDONESIA (ARISKA COMPNET)
PAHLAWAN INDONESIA (ARISKA COMPNET)PAHLAWAN INDONESIA (ARISKA COMPNET)
PAHLAWAN INDONESIA (ARISKA COMPNET)
 
Indische partij
Indische partijIndische partij
Indische partij
 
Materi-III-Perkembangan-Pers-Indonesia.ppt
Materi-III-Perkembangan-Pers-Indonesia.pptMateri-III-Perkembangan-Pers-Indonesia.ppt
Materi-III-Perkembangan-Pers-Indonesia.ppt
 
Sejarah peristiwa madiun
Sejarah peristiwa madiunSejarah peristiwa madiun
Sejarah peristiwa madiun
 
Contoh Resensi buku
Contoh Resensi bukuContoh Resensi buku
Contoh Resensi buku
 
Presentasi staip pati 9 Elemen Jurnalisme (Wahyu Dwi Pranata)
Presentasi staip pati 9 Elemen Jurnalisme (Wahyu Dwi Pranata)Presentasi staip pati 9 Elemen Jurnalisme (Wahyu Dwi Pranata)
Presentasi staip pati 9 Elemen Jurnalisme (Wahyu Dwi Pranata)
 

More from Pindai Media

Ditimang Irama Bang Haji
Ditimang Irama Bang HajiDitimang Irama Bang Haji
Ditimang Irama Bang Haji
Pindai Media
 
Aroma Cengkeh di Kaki Menoreh
Aroma Cengkeh di Kaki MenorehAroma Cengkeh di Kaki Menoreh
Aroma Cengkeh di Kaki Menoreh
Pindai Media
 
Poncke Princen, Pembela Kemanusiaan Paripurna
Poncke Princen, Pembela Kemanusiaan ParipurnaPoncke Princen, Pembela Kemanusiaan Paripurna
Poncke Princen, Pembela Kemanusiaan Paripurna
Pindai Media
 
Paranoid indonesia, nestapa papua phelim kine
Paranoid indonesia, nestapa papua   phelim kineParanoid indonesia, nestapa papua   phelim kine
Paranoid indonesia, nestapa papua phelim kine
Pindai Media
 
Media dalam Terorisme
Media dalam TerorismeMedia dalam Terorisme
Media dalam Terorisme
Pindai Media
 
Orang-Orang Tegaldowo
Orang-Orang TegaldowoOrang-Orang Tegaldowo
Orang-Orang Tegaldowo
Pindai Media
 
Menari di Medan yang Riuh
Menari di Medan yang RiuhMenari di Medan yang Riuh
Menari di Medan yang Riuh
Pindai Media
 
Sengketa tanah di bumi mataram anang zakaria
Sengketa tanah di bumi mataram   anang zakariaSengketa tanah di bumi mataram   anang zakaria
Sengketa tanah di bumi mataram anang zakaria
Pindai Media
 
Pak Raden dan Buku Dongeng
Pak Raden dan Buku DongengPak Raden dan Buku Dongeng
Pak Raden dan Buku Dongeng
Pindai Media
 
Putu Wijaya Berputar di Planet
Putu Wijaya Berputar di PlanetPutu Wijaya Berputar di Planet
Putu Wijaya Berputar di Planet
Pindai Media
 
Semangat Anti-Tank
Semangat Anti-TankSemangat Anti-Tank
Semangat Anti-Tank
Pindai Media
 
Senjakala Media Cetak
Senjakala Media CetakSenjakala Media Cetak
Senjakala Media Cetak
Pindai Media
 
Merumahkan Orang Rimba
Merumahkan Orang RimbaMerumahkan Orang Rimba
Merumahkan Orang Rimba
Pindai Media
 
Serikat Buruh dan Media Propaganda
Serikat Buruh dan Media PropagandaSerikat Buruh dan Media Propaganda
Serikat Buruh dan Media Propaganda
Pindai Media
 
Anomali Industri Buku
Anomali Industri BukuAnomali Industri Buku
Anomali Industri Buku
Pindai Media
 
Hikayat Virginia
Hikayat VirginiaHikayat Virginia
Hikayat Virginia
Pindai Media
 
Perang Balon
Perang BalonPerang Balon
Perang Balon
Pindai Media
 
Mario
MarioMario
Orhan Pamuk, 8 Tahun Dipenjara Buku
Orhan Pamuk, 8 Tahun Dipenjara BukuOrhan Pamuk, 8 Tahun Dipenjara Buku
Orhan Pamuk, 8 Tahun Dipenjara Buku
Pindai Media
 
Efek Proust
Efek ProustEfek Proust
Efek Proust
Pindai Media
 

More from Pindai Media (20)

Ditimang Irama Bang Haji
Ditimang Irama Bang HajiDitimang Irama Bang Haji
Ditimang Irama Bang Haji
 
Aroma Cengkeh di Kaki Menoreh
Aroma Cengkeh di Kaki MenorehAroma Cengkeh di Kaki Menoreh
Aroma Cengkeh di Kaki Menoreh
 
Poncke Princen, Pembela Kemanusiaan Paripurna
Poncke Princen, Pembela Kemanusiaan ParipurnaPoncke Princen, Pembela Kemanusiaan Paripurna
Poncke Princen, Pembela Kemanusiaan Paripurna
 
Paranoid indonesia, nestapa papua phelim kine
Paranoid indonesia, nestapa papua   phelim kineParanoid indonesia, nestapa papua   phelim kine
Paranoid indonesia, nestapa papua phelim kine
 
Media dalam Terorisme
Media dalam TerorismeMedia dalam Terorisme
Media dalam Terorisme
 
Orang-Orang Tegaldowo
Orang-Orang TegaldowoOrang-Orang Tegaldowo
Orang-Orang Tegaldowo
 
Menari di Medan yang Riuh
Menari di Medan yang RiuhMenari di Medan yang Riuh
Menari di Medan yang Riuh
 
Sengketa tanah di bumi mataram anang zakaria
Sengketa tanah di bumi mataram   anang zakariaSengketa tanah di bumi mataram   anang zakaria
Sengketa tanah di bumi mataram anang zakaria
 
Pak Raden dan Buku Dongeng
Pak Raden dan Buku DongengPak Raden dan Buku Dongeng
Pak Raden dan Buku Dongeng
 
Putu Wijaya Berputar di Planet
Putu Wijaya Berputar di PlanetPutu Wijaya Berputar di Planet
Putu Wijaya Berputar di Planet
 
Semangat Anti-Tank
Semangat Anti-TankSemangat Anti-Tank
Semangat Anti-Tank
 
Senjakala Media Cetak
Senjakala Media CetakSenjakala Media Cetak
Senjakala Media Cetak
 
Merumahkan Orang Rimba
Merumahkan Orang RimbaMerumahkan Orang Rimba
Merumahkan Orang Rimba
 
Serikat Buruh dan Media Propaganda
Serikat Buruh dan Media PropagandaSerikat Buruh dan Media Propaganda
Serikat Buruh dan Media Propaganda
 
Anomali Industri Buku
Anomali Industri BukuAnomali Industri Buku
Anomali Industri Buku
 
Hikayat Virginia
Hikayat VirginiaHikayat Virginia
Hikayat Virginia
 
Perang Balon
Perang BalonPerang Balon
Perang Balon
 
Mario
MarioMario
Mario
 
Orhan Pamuk, 8 Tahun Dipenjara Buku
Orhan Pamuk, 8 Tahun Dipenjara BukuOrhan Pamuk, 8 Tahun Dipenjara Buku
Orhan Pamuk, 8 Tahun Dipenjara Buku
 
Efek Proust
Efek ProustEfek Proust
Efek Proust
 

Ugur Mumcu dan Mereka yang Dilenyapkan

  • 1. Uğur Mumcu dan Mereka yang Dilenyapkan Oleh: Bernardo J. Sujibto www.pindai.org | t: @pindaimedia | f: facebook.com/pindai.org | e: redaksi@pindai.org
  • 2. PINDAI.ORG – Uğur Mumcu dan Mereka yang Dilenyapkan/ 23 Januari 2016 H a l a m a n 2 | 5 Uğur Mumcu dan Mereka yang Dilenyapkan oleh Bernardo J. Sujibto Pemasungan terhadap kebebasan berekspresi di Turki. KAMIS, 21 Januari 2016, kelar sejenak dari urusan tesis tentang nobelis sastra Orhan Pamuk, saya pergi dari Istanbul menuju Bursa, sebuah kota penting dalam peta sejarah politik Turki pra-Konstantinopel. Saya datang ke sana atas undangan ringan Serhan Sopyan, kawan keturunan Albania yang menyebut dirinya seorang Atatürkçü atau Kemalis. Asosiasi tempatnya bergiat, bernama Atatürkçü Düşünce Derneği atau Organisasi Pemikiran Atatürk (disingkat ADD), akan mengadakan satu acara peringatan pada 24 Januari untuk Uğur Mumcu (1942- 1993), jurnalis dan pemikir yang terbunuh karena keberaniannya menentang kekerasan negara. Pemikiran Mumcu tertuang dalam puluhan buku. Meski warisan sekulerisme Atatürk pelan- pelan memudar dan dihapus oleh penguasa berhaluan Islamis AKP (Partai Keadilan dan Pembangunan), proses peremajaan ideologi sekuler dan Kemalisme tetap berjalan, salah satunya melalui ADD yang hadir nyaris di semua kabupaten di Turki; selain ada pula kelompok komunis dan nasionalis. Saya berangkat menuju Bursa, tepatnya nanti ke Kabupaten Mustafakemalpaşa, dengan melayari Laut Marmara, terusan selat Bosphorus, di atas kapal feri selama setengah jam. Esoknya, saya sudah berada dalam lingkaran kecil komunitas dan anak-anak muda sekuler, generasi pelanjut perjuangan Atatürk. Saya berjumpa mereka di sebuah gedung di tepi anak sungai Kirmasti, terletak di tengah kota. Kota ini bisa dibilang jantung spirit sekulerisme Kemalis, selain Izmir. Di sini kita cukup mudah menjumpai meyhane (bar), pavyon (klub malam), dan beragam tongkrongan yang menguarkan wangi alkohol. Budaya minum bir ini berjalan seirama proyek modernisme apa yang disebut “Atatürk yolu” (jalan atau cara Atatürk): kebebasan rakyat, ilmu pengetahuan, bangsa Turk (yang unggul dan tercerahkan), kemenangan, pemikiran, demokrasi, serta modernisme dan negara hukum. Nama kabupatennya sendiri sudah terang sebagai nisbat terhadap Atatürk alias “Bapak Republik Turki” yang menggenangi pikiran penduduk kota tersebut. Di seberang Kirmasti ada monumen patung Mustafa Kemal Atatürk—satu situs wajib di setiap daerah di Turki. Di lokasi itulah acara mengenang Uğur Mumcu dihelat. Pada satu siang musim dingin berkumpullah anak-anak muda yang membawa foto Mumcu berhias bunga dan memampang figura para tokoh sekuler. Mereka lantas membacakan satu puisi pamflet karangan Mumcu berjudul ‘Vurulduk Ey Halkım Unutma Bizi’ (Wahai Rakyatku, Ingat Kami yang Telah Dibunuh). Puisi ini identik dengan para Kemalis untuk mengenang tokoh-tokoh penting mereka yang hilang atau dibunuh—barangkali, jika di Indonesia, dalam gradasi tertentu seumpama puisi ‘Peringatan’-nya Wiji Thukul. Kutipan salah satu bait puisi tersebut: Petani miskin di Giresun, kami mati demi kalian. Pekerja tembakau di Aegean, kami mati demi kalian. Orang-orang kampung tak bertanah di daerah Timur, kami mati demi kalian. Para pekerja di Istanbul, di Ankara, kami mati demi kalian. Di Adana, para pengumpul kapas dengan tangannya yang terberai lebur, kami mati demi kalian. Kami ditembak, digantung, wahai rakyatku, ingat kami yang telah dibunuh...
  • 3. PINDAI.ORG – Uğur Mumcu dan Mereka yang Dilenyapkan/ 23 Januari 2016 H a l a m a n 3 | 5 “Kami semua adalah bagian dari Mumcu yang dihabisi dan dicerai-beraikan. Kami akan melanjutkan perjuangannya kepada jalan cahaya yang telah ditunjukkan oleh Mustafa Kemal,” ujar Zeynep Nida Ortalık, ketua sayap pemuda ADD cabang Mustafakemalpaşa. Sebelum dikenal kolumnis yang kritis, Mumcu bekerja sebagai asisten dosen dan advokat. Daya kritisnya tumbuh semasa kuliah hukum di Universitas Ankara. Dia adalah kolumnis tetap di harian terkemuka Cumhuriyet, selain menulis pula di sejumlah surat kabar seperti Akşam, Milliyet, dan Yeni Ortam. Karena tulisan-tulisannya yang kritis dan tajam melawan negara, Mumcu dipenjara setelah kudeta militer tahun 1971. Sekeluar dari bilik jeruji, ia makin berani dan menentang kedekatan Turki dengan negara imperialis seperti Amerika Serikat dan Israel. Pandangannya juga adalah suara dukungan terhadap gerakan kelompok sosialis dan revolusioner. Ia berdiri dalam posisi berlawanan terhadap agen ‘Counter-Guerilla’, satu organisasi rahasia bekingan AS yang dibentuk khusus untuk Turki dan beroperasi sengit selama Perang Dingin dengan tujuan melemahkan penyebaran komunisme. “Ya, negeri kita berada di bawah pendudukan. Ya, negeri kita yang indah ini telah dijajah. Ya, para mafia keparat telah mencabik tanah ini,” tulis Mumcu di harian Cumhuriyet, 11 Desember 1979. Tahun 1960-an hingga 1990-an, saat banyak rekannya yang jurnalis dan pejuang kemandirian Turki tewas dibunuh, Mumcu adalah salah satu suara yang lantang. Saat rekannya Abdi İpekçi, redaktur utama Milliyet, dibunuh pada 1 Februari 1979, Mumcu menulis di harian Cumhuriyet pada 1 Februari 1980 bahwa “kekuatan negara tidak cukup mengungkap” pembunuhan itu. İpekçi dikenal berkat kolom-kolomnya yang menyuarakan kebebasan berekspresi, Kemalisme, dan Turki yang independen. Pembunuhan terhadap İpekçi kelak dialami Mumcu sendiri. Mumcu tewas di halaman rumahnya pada 24 Januari 1993 ketika ia menghidupkan mesin mobil. Sebuah bom plastik yang dilekatkan di mobilnya meledak. Banyak yang menduga kematiannya terkait investigasi independen dia menyelidiki hubungan antara Partai Pekerja Kurdistan (PKK) dan Organisasi Intelijen Nasional Turki. Proses keadilan atas kematiannya masih buram sampai kini, meski banyak yang meyakini melibatkan peran Mossad (dinas rahasia luar negeri Israel), CIA (dinas intelijen AS), dinas rahasia Turki, kekuatan negara dan bersenjata Turki, serta PKK sendiri. Sebagai upaya mengenang perjuangannya, keluarga dan rekan-rekan Mumcu mendirikan Uğur Mumcu Araştırmacı Gazetecilik Vakfı (Yayasan Jurnalisme Investigatif Uğur Mumcu) pada Oktober 1994. Kekerasan terhadap Wartawan Kasus pembunuhan terhadap Mumcu, dan para jurnalis-cum-penulis di Turki, melekat dalam sejarah politik negara ini. Jauh sebelum Mumcu, ada puluhan jurnalis yang tewas dibunuh. Menurut data Committee to Protect Journalists, Turki kerap menduduki tiga teratas sebagai negara yang paling banyak memenjarakan wartawan, selain Tiongkok dan Iran. Pada 2013 misalnya, ada 40 wartawan yang dibui otoritas Turki (posisi teratas tahun itu). Yang terbaru adalah penangkapan wartawan kawakan Can Dündar, pemimpin redaksi Cumhuriyet, pada November 2015. Dalam lima tahun terakhir, menurut sebuah laporan, kebebasan pers di Turki mengalami kemunduran seiring aturan ketat terbaru yang mendukung penyensoran negara terhadap situs web dan media sosial. “Di sini nyawa siapa pun murah! Kamu harus sangat hati-hati masuk ke isu-isu sensitif,” pesan Serhan Sopyan satu kali ketika saya mengutarakan rencana dan ketertarikan riset ihwal gerakan suku Kurdi di bagian timur dan tenggara Turki.
  • 4. PINDAI.ORG – Uğur Mumcu dan Mereka yang Dilenyapkan/ 23 Januari 2016 H a l a m a n 4 | 5 Menurut rilis Asosiasi Wartawan Progresif, salah satu persatuan jurnalis berpengaruh selain Perkumpulan Wartawan Turki, jurnalis yang terbunuh di Turki berjumlah 77 orang; 19 di antaranya dilenyapkan pada masa akhir keruntuhan Kesultanan Ottoman. Dalam sejarah kelam penghilangan nyawa jurnalis, Tevfik Nevzat tercatat sebagai nama perdana yang dibunuh ketika dikirim ke penjara. Nevzat pernah mendirikan majalah sastra bernama Nevruz bersama Halit Ziya Uşaklıgil (1866-1945), sastrawan terkenal masa awal republik. Keduanya juga menerbitkan harian Hizmet, media yang kemudian dianggap berseberangan dengan pemerintahan kesultanan terakhir Ottoman Abdülhamit II. Nevzat dikirim ke satu penjara di Provinsi Adana dan dibunuh pada 19 Maret 1905. Setelah Turki menjadi republik, pemenjaraan dan pembunuhan terhadap jurnalis terus berlangsung sengit, termasuk terhadap Hrant Dink (tewas 19 Januari 2007), Ahmet Taner Kışlalı (21 Oktober 1999), Sayfettin Tepe (29 Agustus 1995), dan Onat Kutlar (11 Januari 1995). Ada pula kasus penculikan dan penghilangan paksa, misalnya menimpa Nazım Babaoğlu (hilang 12 Maret 1994) dan İhsan Uygur (6 Juli 1993). Ada beragam cara dan pelaku eksekusi terhadap para wartawan dan pemikir Turki ini. Pelaku terbanyak adalah agen negara atau intelijen dengan memasang bom atau membunuhnya di tahanan. Tetapi ada juga pelakunya dari warga sipil sebagaimana terjadi pada Hrant Dink dan Kamil Başaran. Pelaku penembakan terhadap Dink adalah bocah berusia 17 tahun bernama Ogün Samast. Sementara Başaran ditembak oleh pemilik restoran hanya karena tidak suka dengan caranya menulis dan menurunkan liputan. Di Turki, yang masyarakatnya sangat dinamis dalam haluan politiknya, kita sangat mudah mengenali individu atau kelompok sebagai kawan dan lawan. Selama studi dan tinggal di Turki dalam tiga tahun terakhir, saya menjumpai kecenderungan bahwa seseorang yang berseberangan secara ideologis akan sulit untuk menjadi kawan (dalam arti kompromis) bila sudah bertemu di arena politik. Perjuangan kelompok-kelompok politik ini acapkali bermuncratan darah, pelenyapan nyawa, dan tindakan teror lain. Kaum sekuler (Kemalis) akan sangat sulit mencapai titik temu dengan kelompok Islamis dalam konteks perjuangan ideologi mereka. Sama halnya gejolak massa nasionalis dan ultra-nasionalis melawan kelompok lain yang membawa bendera etnis selain Turk, misalnya HDP (Partai Rakyat Demokratik) yang berafiliasi dengan suku Kurdi. Belum lagi massa komunis yang diwakili oleh Partai Komunis Turki (TKP) dan kelompok-kelompok devrimci (revolusioner) lain yang berafiliasi dengan Marxist-Leninist seperti Front-Partai Pembebasan Rakyat Revolusioner (DHKP-C). Salah satu ketegangan kutub ideologis itu terlihat dari pemilu tahun lalu. Karena macet mencapai solusi di parlemen untuk membentuk pemerintahan dari pemilu 7 Juni 2015, digelarlah pemilu ulang pada 1 November. Di bawah AKP (Partai Keadilan dan Pembangunan), dengan membawa ideologi Islamis dan memakai jalan demokrasi, kutub ketegangan ideologi Turki bisa sedikit reda. Kelompok- kelompok yang sebelumnya berseberangan seperti kaum nasionalis (yang mendefinisikan diri Turk-Islam) dan komunitas suku Kurdi religius akhirnya mulai bisa dirangkul oleh penguasa dengan mempertemukan spirit dan simbol Islam. Namun ideologi kelompok sekuler-Kemalis berhaluan Atatürk yolu, seperti juga ditunjukkan oleh Uğur Mumcu, jelas tidak akan bisa bertemu dengan ideologi AKP. Spirit Atatürk dan Mumcu yang ingin Turki menjadi independen dalam konteks ekonomi- politik belum bisa ditunaikan oleh AKP, karena praktik ekonomi dan politik pemerintah Turki cenderung liberal. Titik kontras itu tetap memupuk konfrontasi ideologis antara AKP dan CHP (Partai Rakyat Republik), corong kaum sekuler. Apalagi warisan-warisan sekularisme ala Atatürk pelan tapi pasti mulai ditinggalkan.
  • 5. PINDAI.ORG – Uğur Mumcu dan Mereka yang Dilenyapkan/ 23 Januari 2016 H a l a m a n 5 | 5 “Mumcu adalah seorang Kemalis sejati, dikenal sosok yang gigih mengaplikasikan nilai-nilai Kemalisme. Tetapi dia harus meregang nyawa lebih awal,” ujar Zeynep Nida Ortalık. “Tanpa memperhatikan ideologi, Mumcu berjuang melawan segala bentuk imperialisme demi menjaga hak-hak rakyat dan sekaligus menunjukkan kecintaannya kepada mereka. Hari ini orang yang tidak mengerti Uğur Mumcu, saya pikir mereka tidak paham politik. Kami harus meniru pendirian dan keberaniannya. Kegiatan anma (peringatan) seperti ini dihelat di seluruh Turki oleh ribuan orang.” Saya mengikuti seluruh peringatan itu. Sesudah orasi dan pembacaan puisi, sekelompok orang lantas melakukan pawai (yürüyüş). Mereka membentangkan bendera Turki dan simbol Mustafa Kemal Atatürk, lantas ditaruh di dekat patung Atatürk dengan spanduk bertuliskan:TERÖRÜ LANETLİYORUZ (Kami Mengutuk Teror). Malam harinya, bersama Serhan Sopyan dan kolega pemuda Kemalis, saya mengumpulkan sejumlah perkakas peraga aksi peringatan yang seharian dipasang di monumen Atatürk di tengah kota Mustafakemalpaşa. Alat-alat aksi itu kami simpan kembali di kantor Organisasi Pemikiran Atatürk. Sesudahnya, berselimut musim dingin yang pucat saat rintik salju menerpa halus, kami meluncur ke sebuah meyhane. Di sana musik arabesk mengiringi kami memuncaki malam.*