SlideShare a Scribd company logo
Daftar Isi
Kata Pengantar ........................................................................................................................2
Daftar Isi...................................................................................................................................3
Bab I Biografi Imam Syafi’i....................................................................................................4
A. Latar Belakang Imam Syafi’i............................................................................................4
B. Kehidupan Imam Syafi’i...................................................................................................4
C. Pemikiran Imam Syafi’i ....................................................................................................5
D. Corak dan Model Istinbath Imam Syafi’i .........................................................................6
1. Kitab Allah (al-Qur’an)..................................................................................................6
2. Sunnah Rasul (al-Hadist)...............................................................................................6
3. Ijma’...............................................................................................................................7
4. Qiyas ..............................................................................................................................8
Bab II Biografi Imam Ahmad Ibn Hanbal............................................................................9
A. Latar Belakang Imam Ahmad Ibn Hanbal ........................................................................9
B. Kehidupan Imam Ahmad Ibn Hanbal ...............................................................................9
C. Pemikiran Imam Ahmad Ibn Hanbal ..............................................................................10
D. Corak dan Model Imam Ahmad ibn Hanbal...................................................................11
1. Al-Nushus yaitu al-Quran dan hadits...........................................................................12
2. Fatwa sahabat...............................................................................................................12
3. Pendapat sahabat yang dekat dengan al-Quran dan sunnah.........................................13
4. Hadits mursal dan dhaif ...............................................................................................13
5. Qiyas ............................................................................................................................13
Daftar Pustaka .......................................................................................................................14
Bab I
Biografi Imam Syafi’i
A. Latar Belakang Imam Syafi’i
Imam Syafi’I punya nama asli, Abu Abdullah Muhammad bin Idris asy-Syafi’i al-
Muththalibi al-Qurasyi. Dia lahir di Ashkelon, Gaza, Palestina pada tahun 150 H/767 M.
kemudian meninggal di Fusthat, Mesir, 204 H/819 M Sebagaimana ditulis Wikipedia. Dia
adalah seorang mufti besar Sunni Islam dan juga pendiri mazhab Syafi’i.
Imam Syafi’i juga tergolong kerabat dari Rasulullah. Ia termasuk dalam Bani Muththalib, yaitu
keturunan dari al-Muththalib, saudara dari Hasyim, yang merupakan kakek Muhammad.Saat
usia 13 tahun, Imam Syafi’i dikirim ibunya pergi ke Madinah untuk berguru kepada ulama
besar saat itu, yaitu Imam Malik. Dua tahun kemudian, ia juga pergi ke Irak, untuk berguru
pada murid-murid Imam Hanafi di sana.
B. Kehidupan Imam Syafi’i
Imam Syafi'i berasal dari keturunan bangsawan yang paling tinggi di masanya.
Walaupun hidup dalam keadaan sangat sederhana, namun kedudukannya sebagai putra
bangsawan, menyebabkan ia terpelihara dari Perangai - perangai buruk, tidak mau
merendahkan diri dan berjiwa besar. Ia bergaul rapat dalam masyarakat dan merasakan
penderitaan – penderitaan mereka. Imam Syafi'i dengan usaha ibunya telah dapat menghafal
Al - Qur'an dalam umur yang masih sangat muda. Kemudian ia memusatkan perhatian
menghafal hadiś. Ia menerima hadits dengan jalan membaca dari atas tembikar dan kadang-
kadang di kulit-kulit binatang. Seringkali pergi ke tempat buangan kertas untuk memilih mana-
mana yang masih dapat dipakai. Di samping itu ia mendalami bahasa Arab untuk menjauhkan
diri dari pengaruh Ajamiyah yang sedang melanda bahasa Arab pada masa itu. Ia pergi ke
Kabilah Huzail yang tinggal di pedusunan untuk mempelajari bahasa Arab yang fasih. Sepuluh
tahun lamanya Imam Syafi'i tinggal di pedusunan itu, mempelajari syair, sastra dan sejarah. Ia
terkenal ahli dalam bidang syair yang digubah kabilah Huzail itu, amat indah susunan
bahasanya. Di sana pula ia belajar memanah dan mahir dalam bermain panah.
Dalam masa itu Imam Syafi'i menghafal al-Qur'an, menghafal hadits, mempelajari
sastra Arab dan memahirkan diri dalam mengendarai kuda dan meneliti keadaan penduduk -
penduduk Badiyah. Imam Syafi'i belajar pada ulama-ulama Mekkah, baik pada ulamaulama
fiqih, maupun ulama-ulama hadits, sehingga ia terkenal dalam bidang fiqh dan memperoleh
kedudukan yang tinggi dalam bidang itu.
C. Pemikiran Imam Syafi’i
Gurunya Muslim Ibn Khalid Al-Zanji, menganjurkan supaya Imam Syafi'i bertindak
sebagai mufti. Sungguh pun ia telah memperoleh kedudukan yang tinggi itu namun ia terus
juga mencari ilmu Sampai kabar kepadanya bahwa di Madinah Al - Munawwarah ada seorang
ulama besar yaitu Imam Malik, yang memang pada masa itu terkenal di mana-mana dan
mempunyai kedudukan tinggi dalam bidang ilmu dan hadits. Imam Syafi'i ingin pergi belajar
kepadanya, akan tetapi sebelum pergi ke Madinah ia lebih dahulu menghafal Al - Muwatta',
susunan Imam Malik yang telah berkembang pada masa itu. Kemudian ia berangkat ke
Madinah untuk belajar kepada Imam Malik dengan membawa sebuah surat dari gubernur
Mekkah. Mulai ketika itu ia memusatkan perhatian mendalami fiqh di samping mempelajari
Al - Muwatta'.
Imam Syafi'i mengadakan mudarasah dengan Imam Malik dalam masalah-masalah
yang difatwakan Imam Malik. Di waktu Imam Malik meninggal tahun 179 H, Imam Syafi'i
telah mencapai usia dewas dan matang. Di antara hal - hal yang secara serius mendapat
perhatian Imam Syafi'i adalah tentang metode pemahaman Al - Qur'an dan sunnah atau metode
istinbat (ushul fiqih). Meskipun para imam mujtahid sebelumnya dalam berijtihad terikat
dengan kaidah-kaidahnya, namun belum ada kaidah - kaidah yang tersusun dalam sebuah buku
sebagai satu disiplin ilmu yang dapat dipedomani oleh para peminat hukum Islam. Dalam
kondisi demikianlah Imam Syafi'i tampil berperan menyusun sebuah buku ushul fiqih. Idenya
ini didukung pula dengan adanya permintaan dari seorang ahli hadits bernama Abdurrahman
bin Mahdi (W. 198 H) di Baghdad agar Imam Syafi'i menyusun metodologi istinbat Imam
Muhammad Abu Zahrah (w. 1394 H/1974 M; ahli hukum Islam berkebangsaan Mesir)
menyatakan buku itu disusun ketika Imam Syafi'I berada di Baghdad, sedangkan Abdurrahman
bin Mahdi ketika itu berada di Mekkah. Imam Syafi'i memberi judul bukunya dengan "Al -
Kitab" (Kitab, atau Buku) atau "Kitabi" (Kitabku), kemudian lebih dikenal dengan "Al -
Risalah" yang berarti "sepucuk surat." Dinamakan demikian, karena buku itu merupakan surat
Imam Syafi'i kepada Abdurrahman bin Mahdi. Kitab Al - Risalah yang pertama ia susun
dikenal dengan Ar - Risalah Al - Qadimah (Risalah Lama). Dinamakan demikian, karena di
dalamnya termuat buah-buah pikiran: Imam Syafi'i sebelum pindah ke Mesir. Setelah sampai
di Mesir, isinya disusun kembali dalam rangka penyempurnaan bahkan ada yang diubahnya,
sehingga kemudian dikenal dengan sebutan Al - Risalah Al - Jadidah (Risalah Baru).
D. Corak dan Model Istinbath Imam Syafi’i
Imam Syafi’i adalah seorang Imam Mazhab yang terkenal dalam sejarah islam. Seorang
pakar ilmu pengetahuan agama yang luas dan memiliki kepandaian yang luar biasa, sehingga
ia mampu merumuskan kaidah-kaidah pokok yang dapat diyakini sebagai metode istinbath,
sebagaimana yang termaktub dalam karyanya yang terkenal yaitu “ar- Risalah”. Kitab ar-
Risalah merupakan sumbangan Imam Syafi’i yang sangat besar dalam dunia intelektual
muslim. Dengan kitab al-Qur’an, as-Sunnah serta teori Imam Syafi’i tentang prinsip-prinsip
jurisprodensi (ushul fiqh) penjabaran hukum islam dapat diawasi keotentikannya secara
obyektif dan sekaligus kreatif dikembangkan dengan suatu penalaran yang rasional.
Imam Syafi’i apabila hendak memutuskan suatu hukum beliau pertama-tema
mendahulukan tingkatan yang lebih tinggi sebagaimana diterangkan dalam kitab ar-Risalah,
bahwa dasar Imam Syafi’i dalam menetapkan hukum adalah:
1. Kitab Allah (al-Qur’an).
2. Sunnah Rasul (al-Hadist).
3. Ijma’
4. Qiyas
1. Kitab Allah (al-Qur’an).
Imam Syafi’i sangat mengutamakan dan menyertakan al-hadist sebagai pemberi
penjelasan terhadap al-Qur’an yang sifatnya masih Zanni. Oleh karena itu jumhur
membolehkan mentahsis al-Qur’an dengan khabar ahad. Adapun yang dimaksud
dengan hadits ahad adalah hadist yang diriwayatkan oleh satu orang dari satu orang dan
demikian seterusnya sampai ke sumbernya, yakni Nabi atau sahabat.
2. Sunnah Rasul (al-Hadist).
Hadist seperti ini tidak dapat menjadi hujjah, kecuali jika orang yang
meriwayatkan terpecaya dalam agamanya, dikenal jujur dalam periwayatan, memahami
apa yang diriwayatkan, menyadari sesuatu lafadz yang mungkin dapat mengubah arti
hadist, dan hendaknya cakap meriwayatkan hadist kata demi kata sebagaimana yang ia
dengar dan bukan hanya meriwayatkan maksudnya, sebab apabila ia hanya
meriwayatkan maksudnya dan tidak menyadari apa yang mungkin dapat mengubah
artinya, tidak diketahui jelas, mungkin dia telah mengubah yang halal kepada yang
haram atau sebaliknya . Disamping itu mereka (jumhur) mengemukakan alasan bahwa
perintah Allah untuk mengikuti Nabi tidak terbatas, karena itu apabila Nabi
mengeluarkan suatu ketentuan umat islam wajib mentaatinya andai kata ketentuan dari
Nabi SAW itu menurut lahirya berlawanan dengan keumuman al-Qur’an, hendaklah
diusahakan untuk mengkompromikannya, ialah mentahsiskan keumumannya, dan
mereka konsekuen dengan pendapatnya bahwa dalalah lafadz ‘am sebagian satunya
adalah zanni.
3. Ijma’
Menurut Imam Syafi’i ijma’ merupakan hujjah syar’iyyah, karena ketika Umar
bin Khattab berkunjung ke Ahjabiyah, dia berpidato di muka para sahabat, pada
kesempatan itu beliau mengatakan: “Diceritakan dari Abdullah berkata, bapak saya
menceritakan padaku, diceritakan Ali ibn Ishaq berkata Umar bin Khattab telah
berkutbah di hadapan kaum muslimin di Jabiyah dengan perkataan, Sesunguhnya
Rasulallah SAW berdiri seperti berdirinya aku disini dan bersabda: Berbuat baiklah
kepada sahabat-sahabatku kemudian penerus-penerusnya dan penerus yang
selanjutnya, kemudian tersebarlah kebohongan, kesaksiannya sehingga ada seorang
laki-laki untuk memulai bersaksi sebelum ditanya. Barang siapa yang ingin
memperoleh kelapangan di surga, maka ia harus mengikuti mayoritas ummat, maka
sesungguhnya syaitan beserta orang yang menyendiri, jka seorang bergabung dengan
yang lainnya sehingga menjadi berdua dan seterusnya, maka syaitan semakin menjauh.
Janganlah seorang laki-laki menyendiri dengan seorang wanita, sebab syaitan akan
menjadi teman yang ketiga bagi mereka,dan barang siapa merasa bahagia dengan amal
baiknya dan merasa susah dengan amal buruknya, maka dia adalah mukmin yang
sesungguhnya”.
Menurut Imam Syafi’i yang dimaksud dengan ijma’ adalah Berkumpulnya
ulama disuatu massa tentang hukum syar’i amali dari suatu dalil yang di peganginya.
Kemudian jika tidak terdapat ketentuan hukum sesuatu secara eksplisit, baik dalam al-
Qur’an maupun as-Sunnah dan tidak terdapat pula dalam ijma’ (kesepakatan para
ulama) maka Imam Syafi’i mempergunakan istinbath qiyas (analogi). Dalam kitab ar-
Risalah Imam Syafi’i menyebutkan bahwa semua perseolan yang terjadi dalam
kehidupan seorang muslim tentu ada hukum yang jelas mengikat sekurang-kurangnya
adat ketentuan umum yang menunjukkan kepadanya. Jika tidak, maka ketentuan hukum
itu harus di cari dengan ijtihad dan ijtihad itu tidak lain adalah qiyas.
4. Qiyas
Qiyas menurut bahasa berarti menyamakan sesuatu, sedangkan menurut ahli
ushul fiqh adalah mempersamakan hukum sesuatu peristiwa yang tidak ada nas
hukumnya dengan suatu peristiwa yang ada nash hukumnya, karena persamaan
keduanya itu dalam illat hukumnya.
Sedangkan illat ialah suatu sifat yang ada pada ashal (al-ashl) yang sifat itu
menjadi dasar untuk menetapkan hukum ashal serta untuk mengetahui hukum pada
fara’ (alfara’) yang belum di tetapkan hukumnya. Hikmah hukum berbeda dengan illat
hukum. Hikmah hukum merupakan pendorong pembentukan hukum dan sebagai
tujuannya yang terakhir ialah untuk kemaslahatan manusia di dunia dan akhirat dengan
memperoleh manfaat dan keuntungan serta terhindar dari segala macam kerusakan. Illat
hukumnya suatu sifat yang nyata dan pasti ada pada suatu peristiwa yang dijadikan
dasar hukum.
Bab II
Biografi Imam Ahmad Ibn Hanbal
A. Latar Belakang Imam Ahmad Ibn Hanbal
Imam Ahmad ibn Hanbal adalah imam yang keempat dari fuqoha Islam. Dia memiliki
sifat-sifat yang luhur dan tinggi, imam umat Islam, imam Darussalam, Mufti di Irak, Zahid dan
saleh, sabar menghadapi cobaan, seorang ahli hadits dan contoh teladan bagi orang-orang yang
ahli hadits. Sayyid Rasyid Ridho berpendapat bahwa Ahmad ibn Hanbal adalah seorang
mujaddid (pembaharu) abad ketiga.Bahkan dalam pandangan peneliti lainnya berpendapat
bahwa Imam Ahmad ibn Hanbal lebih utama, dengan gelar tersebut, dari pada Ibnu Suraij,
Syafi’i,Thahawy, al-Khilal dan an-Nasa’i .
Imam Ahmad ibn Hanbal al-Syaibany dilahirkan di Baghdad tepatnya di kota
Maru/Mery, kota kelahiran sang ibu, pada bulan Rabiul awal tahun 164 H atau bulan Nopember
780 Masehi. Nama lengkapnya Abu Abdillah Ahmad ibn Muhammad ibn Hanbal ibn Hilal ibn
Asad Ibn Idris ibn Abdillah ibn Hayyan ibn Abdillah bin Anas ibn Awf ibn Qasitibn Mazin ibn
Syaiban ibn Zulal ibn Ismail ibn Ibrahim. Dengan kata lain, dia keturunan Arab dari suku bani
Syaiban, sehingga diberi laqab al- Syaibany. Nasab keturunannya bertemu dengan Rasulullah
SAW pada nizar ibn Ma’ad bin Adnan.
Pernasaban nama Ibn Hanbal diambil dari nama kakeknya yang bernama Hanbal.
Sehingga orang-orang lebih suka memanggil ibn Hanbal, padahal Hanbal sendiri nama
kakeknya. Sedangkan ayahnya bernama Muhammad. Itu semua disebabkan karena kakeknya
lebih terkenal dari pada ayahnya, Kakeknya, Hanbal ibn Hilal adalah Gubernur di Sarakhs,
Khurasan pada masa Daulah Umayyah.
Ayah ibn Hanbal meninggal dunia ketika dia masih kecil. Karena itulah dia diasuh dan
dibesarkan serta di didik oleh ibunya yang bernama Shatiyah binti Maimunah binti Abdul
Malik Asy-Syaibani dari Bani Amir. Maka ayah dan bunda dia adalah keturunan Arab asli suku
Syaiban yang tinggal di Basrah. Karena itu dia juga diberi gelar al-Basri.
B. Kehidupan Imam Ahmad Ibn Hanbal
Ketika ayah ibn Hanbal meninggal dunia, ayahnya hanya meninggalkan harta pas-
pasan untuk menghidupi keluarganya. Sebuah riwayat menyebutkan bahwa jika Ahmad ibn
Hanbal ditanya asal usulsukunya, dia mengatakan bahwa ia anak dari suku orang-orang miskin.
Dan semenjak kematian ayahnya, ibunya tidak menikah lagi, meskipun diamasih muda dan
banyak laki-laki yang melamarnya. Hal itu dilakukan dengan tujuan agar ia bisa memfokuskan
perhatian pada Ahmad ibn Hanbal sehingga bisa tumbuh sebagaimana yang ia harapkan.
Ahmad ibn Hanbal dibesarkan di Baghdad dan mendapatkan pendidikan awalnya di
kota tersebut hingga usia 19 tahun. Sejak kecil Ahmad disekolahkan kepada seorang ahli
Qiroat. Pada umur yang masih relatif muda ia sudah menghafalkan al-Quran, sejak usia enam
belas tahun Ahmad juga belajar hadits. Karena kecintaan Ahmad terhadap hadits pagipagibuta
dia selalu pergi ke masjid-masjid hingga ibunya merindukannya.
Tahun 183 H Ahmad ibn Hanbal pergi ke beberapa kota dalamrangka mencari ilmu.
Dia pergi ke Kuffah pada tahun 183 H, kemudian keBashrah pada tahun 186, ke Makkah pada
tahun 187, dilanjutkan keMadinah, Yaman (197), Siria dan Mesa Mesopotamia. Ibn Hanbal
mempelajari hadits untuk pertama kalinya dari Abu Yusuf Ya’qub bin Ibrahim al-Qodhi,
seorang ahl alra’yi pengikut Abu Hanifah. Dia belajar fiqih dan hadits dari Abi Yusuf. Karena
itulah Abu Yusuf terhitungsebagai guru pertama bagi Ibn Hanbal. Sebagian peneliti
berpendapat bahwa pengaruh Abu Yusuf terhadap Ibn Hanbal tidak begitu kuat. Sehingga ada
yang mengatakan bahwa Abu Yusuf bukan guru pertamanya melainkan Hasyim bin Basyirbin
Abu Hazim al-Wasithy. Sesungguhnya dialah yang memberi pengaruhyang jelas pada diri Ibn
Hanbal. Ibn Hanbal berguru pada Hasyim selama 4 tahun dan mengambil hadits dan
menulisnya sebanyak 3000 hadits.
Imam Syafi’i sebagai salah satu seorang guru dia bertemu dengan Imam Syafi’i di
musim haji ketika sedang mengajar di masjidil Haram. Kesempatan kedua kali mereka bertemu
di Baghdad. Waktu akan pindah ke Mesir Imam Syafi’i menyarankan supaya mengikuti dia ke
Mesir. Diamenyetujui saran itu, tetapi tidak terlaksana. Ibn Hanbal belajar dari Imam Syafi’i
tentang pemahaman istinbath (pengambilan hukum) atau penyimpulan sebuah hukum hingga
Muhammad bin Ishak bin Khuzimahberkata : “Ahmad ibn Hanbal adalah murid imam Syafi’i.
Ibn Hanbal juga pernah belajar dari Ibrahim bin Saad, Yahya bin Al-Qattan Waki’ dan lain-
lain. Dia pernah bercita-cita hendak menuntutilmu dengan Malik bin Anas, tetapi Imam Malik
meninggal sebelum ia menuntut ilmu padanya. Sebagai gantinya dia belajar kepada Sufyan bin
Uyainah yang tinggal di Mekkah. Ibn Hanbal menuntut ilmu sepanjang hayatnya.
C. Pemikiran Imam Ahmad Ibn Hanbal
Kecintaan Ahmad kepada hadis mendorongnya untuk melakukan rihlah (perjalanan)
mencari hadis. Ahmad menemui syaikh-syaikh hadis di berbagai daerah untuk menerima
periwayatan hadis. Dia mulai mempelajari hadis di Baghdad tahun 179 H. Ketika masih
berumur 15 tahun. Selama tujuh tahun dia menekuni hadis di kota ini dengan menemui lebih
dari 20 orang syaikh hadis, antara lain Hasyim ibn Basyir. Tahun 186 H, dia belajar ke
Bashrah. Setahun kemudian dia pergi ke Hijaz. Selanjutnya dia melakukan perjalanan lagi ke
Bashrah, Kufah, Hijaz dan Yaman. Tercatat sebanyak lima kali Ahmad berkunjung ke
Bashrah dan lima kali pula ke Hijaz. Ketika pergi ke Mekah, Ahmad bertemu untuk pertama
kalinya dengan Imam Syafi'i dan Ahmad langsung berguru kepadanya tentang fikih dan ushul
fikih. Pertemuan selanjutnya antara mereka terjadi ketika Syafi'i berkunjung ke Baghdad.
Setelah setahun menuntut ilmu dan memiliki perbendaharaan ilmu yang kaya,
terutama tentang hadis dan fikih, Ahmad mendirikan majelis sendiri di kota Baghdad ketika
usianya telah mencapai 40 tahun. Dia mulai berijtihad sendiri, mengeluarkan fatwa dan
mengajari murid-muridnya. Batas usia 40 tahun dipandangnya sebagai ukuran kematangan
pribadi dan pengetahuan seseorang. Rasulullah saw. diangkat menjadi rasul ketika berumur
40 tahun dan Imam Abu Hanifah mulai mendirikan majelis sendiri setelah mencapai usia
tersebut. Meskipun demikian bukan berarti Ahmad sama sekali tidak mengeluarkan fatwa dan
mengajarkan ilmu sebelum berumur 40 tahun. Dia telah juga melakukan kegiatan tersebut
secara terbatas dan tanpa mendirikan majelis sendiri.
Di dalam menuntut dan mengajarkan ilmu, Ahmad lebih percaya kepada dan
mengandalkan catatan dibandingkan dengan hafalan, meskipun semua orang mengakui
kekuatan daya hafalannya. Para muridnya dilarang menulis hadis kecuali setelah dipastikan
berasal dari catatannya. Akan tetapi Ahmad melarang mencatat fatwa-fatwanya dan fatwa-
fatwa orang lain. Kebijakan Ahmad ini mungkin sebagai sikap hati-hati terhadap banyaknya
paham dan fatwa yang menyimpang ketika itu. Oleh karena itu, tidak ada koleksi fatwa
Ahmad yang ditulis sendiri maupun yang didiktekan kepada muridnya.
Di samping menghasilkan karya di bidang fikih dan hadis, Imam Ahmad juga
menyampaikan pemikiran-pemikiran di bidang lain seperti di bidang aqidah dan politik.
Pemikiran dan pendiriannya tentang Alquran sebagai kalam Allah yang qadim menyebabkan
dia disiksa dan dipenjara pada masa pemberlakukan mihnah pada masa khalifah al-Ma'mun,
al-Mu'tashim, dan al-Watsiq. Ketiga khalifah itu menyetujui pendapat Mu'tazilah tetang
kemakhlukan Alquran dan memaksakan pendapatnya kepada umat Islam, terutama para
qadhi dan ulama.
D. Corak dan Model Imam Ahmad ibn Hanbal
Imam Ahmad ibn Hanbal menganggap Imam Syafi’i sebagai guru besarnya, oleh
karena itu di dalam pemikiran ia banyak dipengaruhi oleh Imam Syafi’i. Thaha Jabir Fayadl
al-Ulwani mengatakan bahwa cara ijtihad Imam Ahmad ibn Hanbal sangat dekat dengan cara
ijtihad Imam as-Syafi’i. Ibn Qoyyim al-Jauziyyah menjelaskan bahwa pendapatpendapat
Imam Ahmad ibn Hanbal dibangun atas 5 dasar:
1. Al-Nushus yaitu al-Quran dan hadits.
2. Fatwa sahabat.
3. Pendapat sahabat yang dekat dengan al-Quran dan sunnah.
4. Hadits mursal dan hadits dhaif.
5. Qiyas
Adapun penjelasan dari masing-masing pokok gagasan yang digunakan Imam Ahmad
ibn Hanbal dalam membina madzhabnya adalah sebagai berikut:
1. Al-Nushus yaitu al-Quran dan hadits
Al-Quran yaitu perkataan Allah SWT yang diturunkan oleh ruhulamin ke dalam
hati Rasulullah dengan lafadz bahasa Arab, agar supaya menjadi hujjah bagi
Rasulullah bahwa dia adalah utusan Allah SWT .
Al-Hadits yaitu segala ucapan, segala perbuatan, dan segala keadaan atau perilaku Nabi
SAW. Menurut Imam Ahmad ibn Hanbal al-Quran adalah sumber pertama dalam
menggali sumber hukum fiqh dia. Sedangkan sunnahsendiri adalah penjelas al-Quran
dan tafsir hukum- hukumnya makatidak aneh apabila ia menjadikan al-Quran an sunnah
sebagai perintissumber- sumber bagi pendapat fiqh dia. Oleh karena itu ia menolak
terhadap orang-orang yang mengambil teks-teks al-Quran dan meninggalkan sunnah.
Dalam pendahuluan bantahannya ia berkata: “Sesungguhnya Allah SWT telah
mengutus Muhammad dan menurunkan kitab-Nya dengan membawa petunjuk bagi
yangmengikutinya.”Rasulullah adalah penjelas dari kitab Allah SWT danpemberi
petunjuk terhadap makna-makna al Quran. Bila jawabanatas persoalan hukum sudah
didapat dalam nash-nash al-Quran danhadits, ia tidak beranjak ke sumber lain, tidak
pula menggunakan metode ijtihad.
2. Fatwa sahabat
Setelah Nabi Muhammad SAW wafat, sahabat sebagai generasi Islam pertama
meneruskan ajaran dan misi kerasulan. Sahabatmelakukan penelaahan terhadap al-
Quran dan sunnahdalammenyelesaikan suatu kasus. Apabila tidak didapatkan dalam al-
Quran dan sunnah, mereka melakukan ijtihad dalam menyelesaikan kasusdisebut fatwa,
yaitu suatu pendapat yang muncul karena adanya peristiwa yang terjadi .Jadi fatwa
sahabat merupakan ijtihad parasahabat dalam menyelesaikan suatu kasus.
3. Pendapat sahabat yang dekat dengan al-Quran dan sunnah
Apabila Imam Ahmad ibn Hanbal mendapatkan fatwa dari beberapa sahabat
maka ia mengambil pendapat yang menurutnya lebih dekat dengan al-Quran dan
sunnah. Ia tidak pernah meninggalkan pendapat-pendapat sahabat untuk membuat
ijtihad sendiri. Jika dia tidak yakin pendapat mana yang lebih dekat dengan al-Quran
dan as- Sunah maka dia menerangkan seluruh perbedaan pendapat tersebut tanpa
menegaskan pendapat mana yang harus diambil.
4. Hadits mursal dan dhaif
Hadits ini dipakai apabila tidak ada keterangan atau pendapat yang menolaknya.
Pengertian mengenai hadits dhaif pada masa dahulu tidak sama dengan pengertiannya
di zaman sekarang. Pada masa Imam Ahmad ibn Hanbal hanya ada dua macam hadits:
hadits shahih dan hadis dhaif. Dimaksud dhaif disini bukan dhaif yang batil dan yang
mungkar, tetapi merupakan hadits yang tidak berisnad kuat yang tergolong sahih atau
hasan.Menurut Ahmad hadits tidak terbagi atas sahih, hasan dan dhaif tetapi sahih dan
dhaif.Pembagian hadits atas sahih, hasan, dan dhaif dipopulerkan oleh al-Turmudzi.
Hadits-hadits dhaif ada bertingkat-tingkat, yang dimaksud dhaif disini adalah pada
tingkat yang paling atas.Menggunakan hadits semacam ini lebih utama dari pada
menggunakan qiyas.
5. Qiyas
Apabila hadits mursal dan hadits dhaif sebagaimana disyaratkandi atas tidak
didapatkan, Imam Ahmad ibn Hanbal menganalogikan(menggunakan qiyas) dalam
pandangannya, qiyas adalah dalil yangdipakai dalam keadaan terpaksa.
Daftar Pustaka
Al-Syafi'i, Muhammad Ibn Idris, al-Um, Mesir, Maktabah al-Kulliyat al-Ashariyah, 1961.
Jamil, Ahmad, Seratus Muslim Terkemuka, Jakarta, Pustaka Firdaus, 1987.
Al-Syarqawi, Abdurrahman, A'immah al-Fiqh al-Tis'ah, Beirut. Dar al-lqra', 1981.
Dahlan, Abdul Azis (ed.). 1996. Ensiklopedi Hukum Islam. Jilid I-II. Cet.
I Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve.
Ismail, Sya'ban Muhammad. 1995. al-Tasyri al-Islami: Mashadiruhu wa Athwaruhu.
Kairo Maktabah al-Nahdhah al-Mishriyah.
Jundi, Abd. Al-Halim. 1970. Ahmad Ibn Hanbal Imam Ahl al-Sunnah. Uni Emirat Arab.
Al-majlis al-A'la li Syuun al-Islamyyah.
Kholil, Munawar. 1995. Empat Serangkai Imam Mazhab. Jakarta: Bulan Bintang.
Musa, Muhammad Yusuf. 1953. al-Madkhal li al-Dirasah al-Fiqh alIslamy.
Misra: Dar al-Ma'ari
Qaththan, Manna' Kholil. 1989. al-Tasyri wa al-Fiqh fi al-Islamy:Tarikhan wa Manhajan:
Misra; Dar al-Maarif.
Sayis, Muhammad Ali. t.th. Tarikh al-Fiqh al-Islamy. Mesir: Matba'ah
Muhammad al-Shabih.

More Related Content

What's hot

Makalah hadist
Makalah hadist Makalah hadist
Makalah hadist
Fadhilurc
 
Sejarah dan pengantar ilmu hadits(karya prof. dr. t.m. hasbi ash shiddieqy)
Sejarah dan pengantar ilmu hadits(karya prof. dr. t.m. hasbi ash shiddieqy)Sejarah dan pengantar ilmu hadits(karya prof. dr. t.m. hasbi ash shiddieqy)
Sejarah dan pengantar ilmu hadits(karya prof. dr. t.m. hasbi ash shiddieqy)
Riezal Bintan
 
Makalah Makiyah dan Madaniyah
Makalah Makiyah dan MadaniyahMakalah Makiyah dan Madaniyah
Makalah Makiyah dan Madaniyah
nitapradana
 
Hadist Riwayah dan Diroyah
Hadist Riwayah dan DiroyahHadist Riwayah dan Diroyah
Ulumul hadits
Ulumul haditsUlumul hadits
Ulumul hadits
Ruhawi uye Ruhawi uye
 
Pengenalan ulum hadis-HADIS RIWAYAH & HADIS DIRAYAH
Pengenalan ulum hadis-HADIS RIWAYAH & HADIS DIRAYAHPengenalan ulum hadis-HADIS RIWAYAH & HADIS DIRAYAH
Pengenalan ulum hadis-HADIS RIWAYAH & HADIS DIRAYAH
Farra Shahirra
 
Pengenalan awalan kepada kajian hadis pt 1
Pengenalan awalan kepada kajian hadis  pt 1Pengenalan awalan kepada kajian hadis  pt 1
Pengenalan awalan kepada kajian hadis pt 1
Amiruddin Ahmad
 
Makalah hadist dan ulumul hadist
Makalah hadist dan ulumul hadistMakalah hadist dan ulumul hadist
Makalah hadist dan ulumul hadist
Nur Afifah
 
PERKEMBANGAN HADITS
PERKEMBANGAN HADITSPERKEMBANGAN HADITS
PERKEMBANGAN HADITS
Azzahra Azzahra
 
Makki & madani
Makki & madaniMakki & madani
Makki & madani
Aris Budiman
 
Metode kritik hadits
Metode kritik haditsMetode kritik hadits
Metode kritik hadits
Muhamad Anugrah
 
2. ilmuhadits pengertian, sejarah dan cabang nya
2. ilmuhadits pengertian, sejarah dan cabang nya2. ilmuhadits pengertian, sejarah dan cabang nya
2. ilmuhadits pengertian, sejarah dan cabang nyaFakhri Cool
 
Kenabian dan teori interpretasi islam
Kenabian dan teori interpretasi islamKenabian dan teori interpretasi islam
Kenabian dan teori interpretasi islamGiovanni Promesso
 
9.8.2012 hadis riwayah
9.8.2012   hadis riwayah9.8.2012   hadis riwayah
9.8.2012 hadis riwayahAngah Rahim
 
Ruang lingkup pembahasan ilmu hadist dan dancabang cabangnya
Ruang lingkup pembahasan ilmu hadist dan dancabang cabangnyaRuang lingkup pembahasan ilmu hadist dan dancabang cabangnya
Ruang lingkup pembahasan ilmu hadist dan dancabang cabangnya
sholihiyyah
 

What's hot (20)

Makalah hadist
Makalah hadist Makalah hadist
Makalah hadist
 
Sejarah dan pengantar ilmu hadits(karya prof. dr. t.m. hasbi ash shiddieqy)
Sejarah dan pengantar ilmu hadits(karya prof. dr. t.m. hasbi ash shiddieqy)Sejarah dan pengantar ilmu hadits(karya prof. dr. t.m. hasbi ash shiddieqy)
Sejarah dan pengantar ilmu hadits(karya prof. dr. t.m. hasbi ash shiddieqy)
 
Makalah Makiyah dan Madaniyah
Makalah Makiyah dan MadaniyahMakalah Makiyah dan Madaniyah
Makalah Makiyah dan Madaniyah
 
Hadist Riwayah dan Diroyah
Hadist Riwayah dan DiroyahHadist Riwayah dan Diroyah
Hadist Riwayah dan Diroyah
 
Ulumul hadits
Ulumul haditsUlumul hadits
Ulumul hadits
 
Tugas ulumul hadits
Tugas ulumul haditsTugas ulumul hadits
Tugas ulumul hadits
 
Ulumul Qur'an Maki Madani
Ulumul Qur'an Maki MadaniUlumul Qur'an Maki Madani
Ulumul Qur'an Maki Madani
 
Pengenalan ulum hadis-HADIS RIWAYAH & HADIS DIRAYAH
Pengenalan ulum hadis-HADIS RIWAYAH & HADIS DIRAYAHPengenalan ulum hadis-HADIS RIWAYAH & HADIS DIRAYAH
Pengenalan ulum hadis-HADIS RIWAYAH & HADIS DIRAYAH
 
Pengenalan awalan kepada kajian hadis pt 1
Pengenalan awalan kepada kajian hadis  pt 1Pengenalan awalan kepada kajian hadis  pt 1
Pengenalan awalan kepada kajian hadis pt 1
 
Makalah aik (hadits)
Makalah aik (hadits)Makalah aik (hadits)
Makalah aik (hadits)
 
Makalah hadist dan ulumul hadist
Makalah hadist dan ulumul hadistMakalah hadist dan ulumul hadist
Makalah hadist dan ulumul hadist
 
PERKEMBANGAN HADITS
PERKEMBANGAN HADITSPERKEMBANGAN HADITS
PERKEMBANGAN HADITS
 
Ulumul hadits
Ulumul haditsUlumul hadits
Ulumul hadits
 
Makki & madani
Makki & madaniMakki & madani
Makki & madani
 
Metode kritik hadits
Metode kritik haditsMetode kritik hadits
Metode kritik hadits
 
2. ilmuhadits pengertian, sejarah dan cabang nya
2. ilmuhadits pengertian, sejarah dan cabang nya2. ilmuhadits pengertian, sejarah dan cabang nya
2. ilmuhadits pengertian, sejarah dan cabang nya
 
Kenabian dan teori interpretasi islam
Kenabian dan teori interpretasi islamKenabian dan teori interpretasi islam
Kenabian dan teori interpretasi islam
 
9.8.2012 hadis riwayah
9.8.2012   hadis riwayah9.8.2012   hadis riwayah
9.8.2012 hadis riwayah
 
Ruang lingkup pembahasan ilmu hadist dan dancabang cabangnya
Ruang lingkup pembahasan ilmu hadist dan dancabang cabangnyaRuang lingkup pembahasan ilmu hadist dan dancabang cabangnya
Ruang lingkup pembahasan ilmu hadist dan dancabang cabangnya
 
Qira'at 5
Qira'at 5Qira'at 5
Qira'at 5
 

Similar to Typing pembuatan makalah mazhab

Imam Syafi'i dalam Menetapkan Hukum Islam
Imam Syafi'i dalam Menetapkan Hukum IslamImam Syafi'i dalam Menetapkan Hukum Islam
Imam Syafi'i dalam Menetapkan Hukum Islam
karina_auliaa
 
2_SEJARAH_PERKEMBANGAN_ILMU_TAFSIR_Noras.pptx
2_SEJARAH_PERKEMBANGAN_ILMU_TAFSIR_Noras.pptx2_SEJARAH_PERKEMBANGAN_ILMU_TAFSIR_Noras.pptx
2_SEJARAH_PERKEMBANGAN_ILMU_TAFSIR_Noras.pptx
SharifahNurulhuda3
 
Makalah bersama
Makalah bersamaMakalah bersama
Makalah bersama
Supriyadi Al-bajuri
 
MAKALAH STUDI QUR'AN 1.docx
MAKALAH STUDI QUR'AN 1.docxMAKALAH STUDI QUR'AN 1.docx
MAKALAH STUDI QUR'AN 1.docx
StHadijah
 
KEJAYAAN INTELEKTUAL ULAMA ISLAM MASA DINASTI ABBASIYAH.pptx
KEJAYAAN INTELEKTUAL ULAMA ISLAM MASA DINASTI ABBASIYAH.pptxKEJAYAAN INTELEKTUAL ULAMA ISLAM MASA DINASTI ABBASIYAH.pptx
KEJAYAAN INTELEKTUAL ULAMA ISLAM MASA DINASTI ABBASIYAH.pptx
InezAuliana
 
I.hadits
I.haditsI.hadits
I.hadits
MbaCh DrenZz
 
Iman malik lahir pada tahun 93
Iman malik lahir pada tahun 93Iman malik lahir pada tahun 93
Iman malik lahir pada tahun 93
Nur Alfiyatur Rochmah
 
Iman malik lahir pada tahun 93
Iman malik lahir pada tahun 93Iman malik lahir pada tahun 93
Iman malik lahir pada tahun 93
Nur Alfiyatur Rochmah
 
Biografi dan Pemikiran Imam Syafi'i dan Hambali
Biografi dan Pemikiran Imam Syafi'i dan HambaliBiografi dan Pemikiran Imam Syafi'i dan Hambali
Biografi dan Pemikiran Imam Syafi'i dan Hambali
Abdul Fauzan
 
Ulum al quran
Ulum  al quranUlum  al quran
Ulum al quran
Kamarudin Jaafar
 
Pend. Agama Islam Tingkatan 4 - Sirah: Imam Ahmad bin Hanbal Rahimahullah
Pend. Agama Islam Tingkatan 4 - Sirah: Imam Ahmad bin Hanbal RahimahullahPend. Agama Islam Tingkatan 4 - Sirah: Imam Ahmad bin Hanbal Rahimahullah
Pend. Agama Islam Tingkatan 4 - Sirah: Imam Ahmad bin Hanbal Rahimahullah
Qhaiyum Shah
 
Ilmu pengetahuan masa d. abbasiah makalah hd
Ilmu pengetahuan masa d. abbasiah makalah hdIlmu pengetahuan masa d. abbasiah makalah hd
Ilmu pengetahuan masa d. abbasiah makalah hd
Idris Miaus
 
akidah Ath thahawi
akidah Ath thahawiakidah Ath thahawi
akidah Ath thahawi
Lina Wy
 
Ruang lingkup dan pembagian ulumul qur’an
Ruang lingkup dan pembagian ulumul qur’anRuang lingkup dan pembagian ulumul qur’an
Ruang lingkup dan pembagian ulumul qur’an
juniska efendi
 
02.pembukuan hadits
02.pembukuan hadits02.pembukuan hadits
02.pembukuan hadits
ufiurwati
 
nida' al-eman
nida' al-emannida' al-eman
nida' al-eman
Nur Hidayah Malik
 
20140306100342 modul unit 1 5 (1)
20140306100342 modul unit 1 5 (1)20140306100342 modul unit 1 5 (1)
20140306100342 modul unit 1 5 (1)Sukor Bakar
 
Semangat menuntut ilmu
Semangat menuntut ilmuSemangat menuntut ilmu
Semangat menuntut ilmu
Zhafirah Yumna
 
Agama
AgamaAgama

Similar to Typing pembuatan makalah mazhab (20)

Imam Syafi'i dalam Menetapkan Hukum Islam
Imam Syafi'i dalam Menetapkan Hukum IslamImam Syafi'i dalam Menetapkan Hukum Islam
Imam Syafi'i dalam Menetapkan Hukum Islam
 
2_SEJARAH_PERKEMBANGAN_ILMU_TAFSIR_Noras.pptx
2_SEJARAH_PERKEMBANGAN_ILMU_TAFSIR_Noras.pptx2_SEJARAH_PERKEMBANGAN_ILMU_TAFSIR_Noras.pptx
2_SEJARAH_PERKEMBANGAN_ILMU_TAFSIR_Noras.pptx
 
Makalah bersama
Makalah bersamaMakalah bersama
Makalah bersama
 
MAKALAH STUDI QUR'AN 1.docx
MAKALAH STUDI QUR'AN 1.docxMAKALAH STUDI QUR'AN 1.docx
MAKALAH STUDI QUR'AN 1.docx
 
Sshi
SshiSshi
Sshi
 
KEJAYAAN INTELEKTUAL ULAMA ISLAM MASA DINASTI ABBASIYAH.pptx
KEJAYAAN INTELEKTUAL ULAMA ISLAM MASA DINASTI ABBASIYAH.pptxKEJAYAAN INTELEKTUAL ULAMA ISLAM MASA DINASTI ABBASIYAH.pptx
KEJAYAAN INTELEKTUAL ULAMA ISLAM MASA DINASTI ABBASIYAH.pptx
 
I.hadits
I.haditsI.hadits
I.hadits
 
Iman malik lahir pada tahun 93
Iman malik lahir pada tahun 93Iman malik lahir pada tahun 93
Iman malik lahir pada tahun 93
 
Iman malik lahir pada tahun 93
Iman malik lahir pada tahun 93Iman malik lahir pada tahun 93
Iman malik lahir pada tahun 93
 
Biografi dan Pemikiran Imam Syafi'i dan Hambali
Biografi dan Pemikiran Imam Syafi'i dan HambaliBiografi dan Pemikiran Imam Syafi'i dan Hambali
Biografi dan Pemikiran Imam Syafi'i dan Hambali
 
Ulum al quran
Ulum  al quranUlum  al quran
Ulum al quran
 
Pend. Agama Islam Tingkatan 4 - Sirah: Imam Ahmad bin Hanbal Rahimahullah
Pend. Agama Islam Tingkatan 4 - Sirah: Imam Ahmad bin Hanbal RahimahullahPend. Agama Islam Tingkatan 4 - Sirah: Imam Ahmad bin Hanbal Rahimahullah
Pend. Agama Islam Tingkatan 4 - Sirah: Imam Ahmad bin Hanbal Rahimahullah
 
Ilmu pengetahuan masa d. abbasiah makalah hd
Ilmu pengetahuan masa d. abbasiah makalah hdIlmu pengetahuan masa d. abbasiah makalah hd
Ilmu pengetahuan masa d. abbasiah makalah hd
 
akidah Ath thahawi
akidah Ath thahawiakidah Ath thahawi
akidah Ath thahawi
 
Ruang lingkup dan pembagian ulumul qur’an
Ruang lingkup dan pembagian ulumul qur’anRuang lingkup dan pembagian ulumul qur’an
Ruang lingkup dan pembagian ulumul qur’an
 
02.pembukuan hadits
02.pembukuan hadits02.pembukuan hadits
02.pembukuan hadits
 
nida' al-eman
nida' al-emannida' al-eman
nida' al-eman
 
20140306100342 modul unit 1 5 (1)
20140306100342 modul unit 1 5 (1)20140306100342 modul unit 1 5 (1)
20140306100342 modul unit 1 5 (1)
 
Semangat menuntut ilmu
Semangat menuntut ilmuSemangat menuntut ilmu
Semangat menuntut ilmu
 
Agama
AgamaAgama
Agama
 

Recently uploaded

PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan Regulasi Terbaru P...
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan  Regulasi  Terbaru P...PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan  Regulasi  Terbaru P...
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan Regulasi Terbaru P...
Kanaidi ken
 
KIAN karya ilmiah akhir ners keperawatan medikal bedah.ppt
KIAN karya ilmiah akhir ners keperawatan medikal bedah.pptKIAN karya ilmiah akhir ners keperawatan medikal bedah.ppt
KIAN karya ilmiah akhir ners keperawatan medikal bedah.ppt
WAYANDARSANA1
 
Materi Geografi Kelas 11 Mitigasi Bencana
Materi Geografi Kelas 11 Mitigasi BencanaMateri Geografi Kelas 11 Mitigasi Bencana
Materi Geografi Kelas 11 Mitigasi Bencana
AyuniDwiLestari
 
UNIT 3 PB 2 MODUL AJAR PPKn KELAS 5 - modulguruku.com.docx
UNIT 3 PB 2 MODUL AJAR PPKn KELAS 5 - modulguruku.com.docxUNIT 3 PB 2 MODUL AJAR PPKn KELAS 5 - modulguruku.com.docx
UNIT 3 PB 2 MODUL AJAR PPKn KELAS 5 - modulguruku.com.docx
nengenok23
 
(Fase B ) - Gaya Hidup Berkelanjutan (P5).docx
(Fase B ) - Gaya Hidup Berkelanjutan (P5).docx(Fase B ) - Gaya Hidup Berkelanjutan (P5).docx
(Fase B ) - Gaya Hidup Berkelanjutan (P5).docx
BAHTIARMUHAMAD
 
PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI kelas. pptx
PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI kelas. pptxPEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI kelas. pptx
PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI kelas. pptx
dwiwahyuningsih74
 
Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdfDemonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
d2spdpnd9185
 
Aksi Nyata Modul 1.1. Pendidikan Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1. Pendidikan Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1. Pendidikan Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1. Pendidikan Guru Penggerak
TitisNindiasariAnggr
 
BAHAN MENGAJAR MATEMATIK KEPADA KANAK - KANAK
BAHAN MENGAJAR MATEMATIK KEPADA KANAK - KANAKBAHAN MENGAJAR MATEMATIK KEPADA KANAK - KANAK
BAHAN MENGAJAR MATEMATIK KEPADA KANAK - KANAK
HUMAH KUMARASAMY
 
PPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptx
PPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptxPPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptx
PPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptx
SriKuntjoro1
 
PAPARAN PELATIHAN SATKAMLING DALAM RANGKA LOMBA.pptx
PAPARAN PELATIHAN SATKAMLING DALAM RANGKA LOMBA.pptxPAPARAN PELATIHAN SATKAMLING DALAM RANGKA LOMBA.pptx
PAPARAN PELATIHAN SATKAMLING DALAM RANGKA LOMBA.pptx
xtemplat
 
UNIT 3 PB 1 MODUL AJAR PPKn KELAS 5 - modulguruku.com.docx
UNIT 3 PB 1 MODUL AJAR PPKn KELAS 5 - modulguruku.com.docxUNIT 3 PB 1 MODUL AJAR PPKn KELAS 5 - modulguruku.com.docx
UNIT 3 PB 1 MODUL AJAR PPKn KELAS 5 - modulguruku.com.docx
nengenok23
 
Panduan E_KSP SMK 2024 Program Kemendikbud SMK
Panduan E_KSP SMK 2024 Program Kemendikbud SMKPanduan E_KSP SMK 2024 Program Kemendikbud SMK
Panduan E_KSP SMK 2024 Program Kemendikbud SMK
PujiMaryati
 
juknis_2024_new pendaftaran ppdb kota kediri
juknis_2024_new pendaftaran ppdb kota kedirijuknis_2024_new pendaftaran ppdb kota kediri
juknis_2024_new pendaftaran ppdb kota kediri
DaraAOi
 
REVIEW KSP PERMENDIKBUDRISTEK 12 TH 2024.pptx
REVIEW KSP PERMENDIKBUDRISTEK 12 TH 2024.pptxREVIEW KSP PERMENDIKBUDRISTEK 12 TH 2024.pptx
REVIEW KSP PERMENDIKBUDRISTEK 12 TH 2024.pptx
adityanoor64
 
Modul Kimia Fase E Kelas X TH 24 - E10.6 Kimia Hijau.docx
Modul Kimia Fase E Kelas X TH 24 - E10.6 Kimia Hijau.docxModul Kimia Fase E Kelas X TH 24 - E10.6 Kimia Hijau.docx
Modul Kimia Fase E Kelas X TH 24 - E10.6 Kimia Hijau.docx
SuciHarianti3
 
UNIT 4 PB 3 MODUL AJAR PPKn KELAS 5 - modulguruku.com.docx
UNIT 4 PB 3 MODUL AJAR PPKn KELAS 5 - modulguruku.com.docxUNIT 4 PB 3 MODUL AJAR PPKn KELAS 5 - modulguruku.com.docx
UNIT 4 PB 3 MODUL AJAR PPKn KELAS 5 - modulguruku.com.docx
nengenok23
 
Modul Ajar PJOK Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PJOK Kelas 4 Fase B Kurikulum MerdekaModul Ajar PJOK Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PJOK Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Aksi Nyata Buku Non Teks Bermutu Dan Manfaatnya .pdf
Aksi Nyata Buku Non Teks Bermutu Dan Manfaatnya .pdfAksi Nyata Buku Non Teks Bermutu Dan Manfaatnya .pdf
Aksi Nyata Buku Non Teks Bermutu Dan Manfaatnya .pdf
DenysErlanders
 
Selamat "Hari Raya_Idul Adha 1445H / 2024H".
Selamat "Hari Raya_Idul Adha 1445H / 2024H".Selamat "Hari Raya_Idul Adha 1445H / 2024H".
Selamat "Hari Raya_Idul Adha 1445H / 2024H".
Kanaidi ken
 

Recently uploaded (20)

PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan Regulasi Terbaru P...
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan  Regulasi  Terbaru P...PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan  Regulasi  Terbaru P...
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan Regulasi Terbaru P...
 
KIAN karya ilmiah akhir ners keperawatan medikal bedah.ppt
KIAN karya ilmiah akhir ners keperawatan medikal bedah.pptKIAN karya ilmiah akhir ners keperawatan medikal bedah.ppt
KIAN karya ilmiah akhir ners keperawatan medikal bedah.ppt
 
Materi Geografi Kelas 11 Mitigasi Bencana
Materi Geografi Kelas 11 Mitigasi BencanaMateri Geografi Kelas 11 Mitigasi Bencana
Materi Geografi Kelas 11 Mitigasi Bencana
 
UNIT 3 PB 2 MODUL AJAR PPKn KELAS 5 - modulguruku.com.docx
UNIT 3 PB 2 MODUL AJAR PPKn KELAS 5 - modulguruku.com.docxUNIT 3 PB 2 MODUL AJAR PPKn KELAS 5 - modulguruku.com.docx
UNIT 3 PB 2 MODUL AJAR PPKn KELAS 5 - modulguruku.com.docx
 
(Fase B ) - Gaya Hidup Berkelanjutan (P5).docx
(Fase B ) - Gaya Hidup Berkelanjutan (P5).docx(Fase B ) - Gaya Hidup Berkelanjutan (P5).docx
(Fase B ) - Gaya Hidup Berkelanjutan (P5).docx
 
PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI kelas. pptx
PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI kelas. pptxPEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI kelas. pptx
PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI kelas. pptx
 
Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdfDemonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
 
Aksi Nyata Modul 1.1. Pendidikan Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1. Pendidikan Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1. Pendidikan Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1. Pendidikan Guru Penggerak
 
BAHAN MENGAJAR MATEMATIK KEPADA KANAK - KANAK
BAHAN MENGAJAR MATEMATIK KEPADA KANAK - KANAKBAHAN MENGAJAR MATEMATIK KEPADA KANAK - KANAK
BAHAN MENGAJAR MATEMATIK KEPADA KANAK - KANAK
 
PPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptx
PPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptxPPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptx
PPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptx
 
PAPARAN PELATIHAN SATKAMLING DALAM RANGKA LOMBA.pptx
PAPARAN PELATIHAN SATKAMLING DALAM RANGKA LOMBA.pptxPAPARAN PELATIHAN SATKAMLING DALAM RANGKA LOMBA.pptx
PAPARAN PELATIHAN SATKAMLING DALAM RANGKA LOMBA.pptx
 
UNIT 3 PB 1 MODUL AJAR PPKn KELAS 5 - modulguruku.com.docx
UNIT 3 PB 1 MODUL AJAR PPKn KELAS 5 - modulguruku.com.docxUNIT 3 PB 1 MODUL AJAR PPKn KELAS 5 - modulguruku.com.docx
UNIT 3 PB 1 MODUL AJAR PPKn KELAS 5 - modulguruku.com.docx
 
Panduan E_KSP SMK 2024 Program Kemendikbud SMK
Panduan E_KSP SMK 2024 Program Kemendikbud SMKPanduan E_KSP SMK 2024 Program Kemendikbud SMK
Panduan E_KSP SMK 2024 Program Kemendikbud SMK
 
juknis_2024_new pendaftaran ppdb kota kediri
juknis_2024_new pendaftaran ppdb kota kedirijuknis_2024_new pendaftaran ppdb kota kediri
juknis_2024_new pendaftaran ppdb kota kediri
 
REVIEW KSP PERMENDIKBUDRISTEK 12 TH 2024.pptx
REVIEW KSP PERMENDIKBUDRISTEK 12 TH 2024.pptxREVIEW KSP PERMENDIKBUDRISTEK 12 TH 2024.pptx
REVIEW KSP PERMENDIKBUDRISTEK 12 TH 2024.pptx
 
Modul Kimia Fase E Kelas X TH 24 - E10.6 Kimia Hijau.docx
Modul Kimia Fase E Kelas X TH 24 - E10.6 Kimia Hijau.docxModul Kimia Fase E Kelas X TH 24 - E10.6 Kimia Hijau.docx
Modul Kimia Fase E Kelas X TH 24 - E10.6 Kimia Hijau.docx
 
UNIT 4 PB 3 MODUL AJAR PPKn KELAS 5 - modulguruku.com.docx
UNIT 4 PB 3 MODUL AJAR PPKn KELAS 5 - modulguruku.com.docxUNIT 4 PB 3 MODUL AJAR PPKn KELAS 5 - modulguruku.com.docx
UNIT 4 PB 3 MODUL AJAR PPKn KELAS 5 - modulguruku.com.docx
 
Modul Ajar PJOK Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PJOK Kelas 4 Fase B Kurikulum MerdekaModul Ajar PJOK Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PJOK Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka
 
Aksi Nyata Buku Non Teks Bermutu Dan Manfaatnya .pdf
Aksi Nyata Buku Non Teks Bermutu Dan Manfaatnya .pdfAksi Nyata Buku Non Teks Bermutu Dan Manfaatnya .pdf
Aksi Nyata Buku Non Teks Bermutu Dan Manfaatnya .pdf
 
Selamat "Hari Raya_Idul Adha 1445H / 2024H".
Selamat "Hari Raya_Idul Adha 1445H / 2024H".Selamat "Hari Raya_Idul Adha 1445H / 2024H".
Selamat "Hari Raya_Idul Adha 1445H / 2024H".
 

Typing pembuatan makalah mazhab

  • 1. Daftar Isi Kata Pengantar ........................................................................................................................2 Daftar Isi...................................................................................................................................3 Bab I Biografi Imam Syafi’i....................................................................................................4 A. Latar Belakang Imam Syafi’i............................................................................................4 B. Kehidupan Imam Syafi’i...................................................................................................4 C. Pemikiran Imam Syafi’i ....................................................................................................5 D. Corak dan Model Istinbath Imam Syafi’i .........................................................................6 1. Kitab Allah (al-Qur’an)..................................................................................................6 2. Sunnah Rasul (al-Hadist)...............................................................................................6 3. Ijma’...............................................................................................................................7 4. Qiyas ..............................................................................................................................8 Bab II Biografi Imam Ahmad Ibn Hanbal............................................................................9 A. Latar Belakang Imam Ahmad Ibn Hanbal ........................................................................9 B. Kehidupan Imam Ahmad Ibn Hanbal ...............................................................................9 C. Pemikiran Imam Ahmad Ibn Hanbal ..............................................................................10 D. Corak dan Model Imam Ahmad ibn Hanbal...................................................................11 1. Al-Nushus yaitu al-Quran dan hadits...........................................................................12 2. Fatwa sahabat...............................................................................................................12 3. Pendapat sahabat yang dekat dengan al-Quran dan sunnah.........................................13 4. Hadits mursal dan dhaif ...............................................................................................13 5. Qiyas ............................................................................................................................13 Daftar Pustaka .......................................................................................................................14
  • 2. Bab I Biografi Imam Syafi’i A. Latar Belakang Imam Syafi’i Imam Syafi’I punya nama asli, Abu Abdullah Muhammad bin Idris asy-Syafi’i al- Muththalibi al-Qurasyi. Dia lahir di Ashkelon, Gaza, Palestina pada tahun 150 H/767 M. kemudian meninggal di Fusthat, Mesir, 204 H/819 M Sebagaimana ditulis Wikipedia. Dia adalah seorang mufti besar Sunni Islam dan juga pendiri mazhab Syafi’i. Imam Syafi’i juga tergolong kerabat dari Rasulullah. Ia termasuk dalam Bani Muththalib, yaitu keturunan dari al-Muththalib, saudara dari Hasyim, yang merupakan kakek Muhammad.Saat usia 13 tahun, Imam Syafi’i dikirim ibunya pergi ke Madinah untuk berguru kepada ulama besar saat itu, yaitu Imam Malik. Dua tahun kemudian, ia juga pergi ke Irak, untuk berguru pada murid-murid Imam Hanafi di sana. B. Kehidupan Imam Syafi’i Imam Syafi'i berasal dari keturunan bangsawan yang paling tinggi di masanya. Walaupun hidup dalam keadaan sangat sederhana, namun kedudukannya sebagai putra bangsawan, menyebabkan ia terpelihara dari Perangai - perangai buruk, tidak mau merendahkan diri dan berjiwa besar. Ia bergaul rapat dalam masyarakat dan merasakan penderitaan – penderitaan mereka. Imam Syafi'i dengan usaha ibunya telah dapat menghafal Al - Qur'an dalam umur yang masih sangat muda. Kemudian ia memusatkan perhatian menghafal hadiś. Ia menerima hadits dengan jalan membaca dari atas tembikar dan kadang- kadang di kulit-kulit binatang. Seringkali pergi ke tempat buangan kertas untuk memilih mana- mana yang masih dapat dipakai. Di samping itu ia mendalami bahasa Arab untuk menjauhkan diri dari pengaruh Ajamiyah yang sedang melanda bahasa Arab pada masa itu. Ia pergi ke Kabilah Huzail yang tinggal di pedusunan untuk mempelajari bahasa Arab yang fasih. Sepuluh tahun lamanya Imam Syafi'i tinggal di pedusunan itu, mempelajari syair, sastra dan sejarah. Ia terkenal ahli dalam bidang syair yang digubah kabilah Huzail itu, amat indah susunan bahasanya. Di sana pula ia belajar memanah dan mahir dalam bermain panah. Dalam masa itu Imam Syafi'i menghafal al-Qur'an, menghafal hadits, mempelajari sastra Arab dan memahirkan diri dalam mengendarai kuda dan meneliti keadaan penduduk - penduduk Badiyah. Imam Syafi'i belajar pada ulama-ulama Mekkah, baik pada ulamaulama fiqih, maupun ulama-ulama hadits, sehingga ia terkenal dalam bidang fiqh dan memperoleh kedudukan yang tinggi dalam bidang itu.
  • 3. C. Pemikiran Imam Syafi’i Gurunya Muslim Ibn Khalid Al-Zanji, menganjurkan supaya Imam Syafi'i bertindak sebagai mufti. Sungguh pun ia telah memperoleh kedudukan yang tinggi itu namun ia terus juga mencari ilmu Sampai kabar kepadanya bahwa di Madinah Al - Munawwarah ada seorang ulama besar yaitu Imam Malik, yang memang pada masa itu terkenal di mana-mana dan mempunyai kedudukan tinggi dalam bidang ilmu dan hadits. Imam Syafi'i ingin pergi belajar kepadanya, akan tetapi sebelum pergi ke Madinah ia lebih dahulu menghafal Al - Muwatta', susunan Imam Malik yang telah berkembang pada masa itu. Kemudian ia berangkat ke Madinah untuk belajar kepada Imam Malik dengan membawa sebuah surat dari gubernur Mekkah. Mulai ketika itu ia memusatkan perhatian mendalami fiqh di samping mempelajari Al - Muwatta'. Imam Syafi'i mengadakan mudarasah dengan Imam Malik dalam masalah-masalah yang difatwakan Imam Malik. Di waktu Imam Malik meninggal tahun 179 H, Imam Syafi'i telah mencapai usia dewas dan matang. Di antara hal - hal yang secara serius mendapat perhatian Imam Syafi'i adalah tentang metode pemahaman Al - Qur'an dan sunnah atau metode istinbat (ushul fiqih). Meskipun para imam mujtahid sebelumnya dalam berijtihad terikat dengan kaidah-kaidahnya, namun belum ada kaidah - kaidah yang tersusun dalam sebuah buku sebagai satu disiplin ilmu yang dapat dipedomani oleh para peminat hukum Islam. Dalam kondisi demikianlah Imam Syafi'i tampil berperan menyusun sebuah buku ushul fiqih. Idenya ini didukung pula dengan adanya permintaan dari seorang ahli hadits bernama Abdurrahman bin Mahdi (W. 198 H) di Baghdad agar Imam Syafi'i menyusun metodologi istinbat Imam Muhammad Abu Zahrah (w. 1394 H/1974 M; ahli hukum Islam berkebangsaan Mesir) menyatakan buku itu disusun ketika Imam Syafi'I berada di Baghdad, sedangkan Abdurrahman bin Mahdi ketika itu berada di Mekkah. Imam Syafi'i memberi judul bukunya dengan "Al - Kitab" (Kitab, atau Buku) atau "Kitabi" (Kitabku), kemudian lebih dikenal dengan "Al - Risalah" yang berarti "sepucuk surat." Dinamakan demikian, karena buku itu merupakan surat Imam Syafi'i kepada Abdurrahman bin Mahdi. Kitab Al - Risalah yang pertama ia susun dikenal dengan Ar - Risalah Al - Qadimah (Risalah Lama). Dinamakan demikian, karena di dalamnya termuat buah-buah pikiran: Imam Syafi'i sebelum pindah ke Mesir. Setelah sampai di Mesir, isinya disusun kembali dalam rangka penyempurnaan bahkan ada yang diubahnya, sehingga kemudian dikenal dengan sebutan Al - Risalah Al - Jadidah (Risalah Baru).
  • 4. D. Corak dan Model Istinbath Imam Syafi’i Imam Syafi’i adalah seorang Imam Mazhab yang terkenal dalam sejarah islam. Seorang pakar ilmu pengetahuan agama yang luas dan memiliki kepandaian yang luar biasa, sehingga ia mampu merumuskan kaidah-kaidah pokok yang dapat diyakini sebagai metode istinbath, sebagaimana yang termaktub dalam karyanya yang terkenal yaitu “ar- Risalah”. Kitab ar- Risalah merupakan sumbangan Imam Syafi’i yang sangat besar dalam dunia intelektual muslim. Dengan kitab al-Qur’an, as-Sunnah serta teori Imam Syafi’i tentang prinsip-prinsip jurisprodensi (ushul fiqh) penjabaran hukum islam dapat diawasi keotentikannya secara obyektif dan sekaligus kreatif dikembangkan dengan suatu penalaran yang rasional. Imam Syafi’i apabila hendak memutuskan suatu hukum beliau pertama-tema mendahulukan tingkatan yang lebih tinggi sebagaimana diterangkan dalam kitab ar-Risalah, bahwa dasar Imam Syafi’i dalam menetapkan hukum adalah: 1. Kitab Allah (al-Qur’an). 2. Sunnah Rasul (al-Hadist). 3. Ijma’ 4. Qiyas 1. Kitab Allah (al-Qur’an). Imam Syafi’i sangat mengutamakan dan menyertakan al-hadist sebagai pemberi penjelasan terhadap al-Qur’an yang sifatnya masih Zanni. Oleh karena itu jumhur membolehkan mentahsis al-Qur’an dengan khabar ahad. Adapun yang dimaksud dengan hadits ahad adalah hadist yang diriwayatkan oleh satu orang dari satu orang dan demikian seterusnya sampai ke sumbernya, yakni Nabi atau sahabat. 2. Sunnah Rasul (al-Hadist). Hadist seperti ini tidak dapat menjadi hujjah, kecuali jika orang yang meriwayatkan terpecaya dalam agamanya, dikenal jujur dalam periwayatan, memahami apa yang diriwayatkan, menyadari sesuatu lafadz yang mungkin dapat mengubah arti hadist, dan hendaknya cakap meriwayatkan hadist kata demi kata sebagaimana yang ia dengar dan bukan hanya meriwayatkan maksudnya, sebab apabila ia hanya meriwayatkan maksudnya dan tidak menyadari apa yang mungkin dapat mengubah artinya, tidak diketahui jelas, mungkin dia telah mengubah yang halal kepada yang haram atau sebaliknya . Disamping itu mereka (jumhur) mengemukakan alasan bahwa perintah Allah untuk mengikuti Nabi tidak terbatas, karena itu apabila Nabi
  • 5. mengeluarkan suatu ketentuan umat islam wajib mentaatinya andai kata ketentuan dari Nabi SAW itu menurut lahirya berlawanan dengan keumuman al-Qur’an, hendaklah diusahakan untuk mengkompromikannya, ialah mentahsiskan keumumannya, dan mereka konsekuen dengan pendapatnya bahwa dalalah lafadz ‘am sebagian satunya adalah zanni. 3. Ijma’ Menurut Imam Syafi’i ijma’ merupakan hujjah syar’iyyah, karena ketika Umar bin Khattab berkunjung ke Ahjabiyah, dia berpidato di muka para sahabat, pada kesempatan itu beliau mengatakan: “Diceritakan dari Abdullah berkata, bapak saya menceritakan padaku, diceritakan Ali ibn Ishaq berkata Umar bin Khattab telah berkutbah di hadapan kaum muslimin di Jabiyah dengan perkataan, Sesunguhnya Rasulallah SAW berdiri seperti berdirinya aku disini dan bersabda: Berbuat baiklah kepada sahabat-sahabatku kemudian penerus-penerusnya dan penerus yang selanjutnya, kemudian tersebarlah kebohongan, kesaksiannya sehingga ada seorang laki-laki untuk memulai bersaksi sebelum ditanya. Barang siapa yang ingin memperoleh kelapangan di surga, maka ia harus mengikuti mayoritas ummat, maka sesungguhnya syaitan beserta orang yang menyendiri, jka seorang bergabung dengan yang lainnya sehingga menjadi berdua dan seterusnya, maka syaitan semakin menjauh. Janganlah seorang laki-laki menyendiri dengan seorang wanita, sebab syaitan akan menjadi teman yang ketiga bagi mereka,dan barang siapa merasa bahagia dengan amal baiknya dan merasa susah dengan amal buruknya, maka dia adalah mukmin yang sesungguhnya”. Menurut Imam Syafi’i yang dimaksud dengan ijma’ adalah Berkumpulnya ulama disuatu massa tentang hukum syar’i amali dari suatu dalil yang di peganginya. Kemudian jika tidak terdapat ketentuan hukum sesuatu secara eksplisit, baik dalam al- Qur’an maupun as-Sunnah dan tidak terdapat pula dalam ijma’ (kesepakatan para ulama) maka Imam Syafi’i mempergunakan istinbath qiyas (analogi). Dalam kitab ar- Risalah Imam Syafi’i menyebutkan bahwa semua perseolan yang terjadi dalam kehidupan seorang muslim tentu ada hukum yang jelas mengikat sekurang-kurangnya adat ketentuan umum yang menunjukkan kepadanya. Jika tidak, maka ketentuan hukum itu harus di cari dengan ijtihad dan ijtihad itu tidak lain adalah qiyas.
  • 6. 4. Qiyas Qiyas menurut bahasa berarti menyamakan sesuatu, sedangkan menurut ahli ushul fiqh adalah mempersamakan hukum sesuatu peristiwa yang tidak ada nas hukumnya dengan suatu peristiwa yang ada nash hukumnya, karena persamaan keduanya itu dalam illat hukumnya. Sedangkan illat ialah suatu sifat yang ada pada ashal (al-ashl) yang sifat itu menjadi dasar untuk menetapkan hukum ashal serta untuk mengetahui hukum pada fara’ (alfara’) yang belum di tetapkan hukumnya. Hikmah hukum berbeda dengan illat hukum. Hikmah hukum merupakan pendorong pembentukan hukum dan sebagai tujuannya yang terakhir ialah untuk kemaslahatan manusia di dunia dan akhirat dengan memperoleh manfaat dan keuntungan serta terhindar dari segala macam kerusakan. Illat hukumnya suatu sifat yang nyata dan pasti ada pada suatu peristiwa yang dijadikan dasar hukum.
  • 7. Bab II Biografi Imam Ahmad Ibn Hanbal A. Latar Belakang Imam Ahmad Ibn Hanbal Imam Ahmad ibn Hanbal adalah imam yang keempat dari fuqoha Islam. Dia memiliki sifat-sifat yang luhur dan tinggi, imam umat Islam, imam Darussalam, Mufti di Irak, Zahid dan saleh, sabar menghadapi cobaan, seorang ahli hadits dan contoh teladan bagi orang-orang yang ahli hadits. Sayyid Rasyid Ridho berpendapat bahwa Ahmad ibn Hanbal adalah seorang mujaddid (pembaharu) abad ketiga.Bahkan dalam pandangan peneliti lainnya berpendapat bahwa Imam Ahmad ibn Hanbal lebih utama, dengan gelar tersebut, dari pada Ibnu Suraij, Syafi’i,Thahawy, al-Khilal dan an-Nasa’i . Imam Ahmad ibn Hanbal al-Syaibany dilahirkan di Baghdad tepatnya di kota Maru/Mery, kota kelahiran sang ibu, pada bulan Rabiul awal tahun 164 H atau bulan Nopember 780 Masehi. Nama lengkapnya Abu Abdillah Ahmad ibn Muhammad ibn Hanbal ibn Hilal ibn Asad Ibn Idris ibn Abdillah ibn Hayyan ibn Abdillah bin Anas ibn Awf ibn Qasitibn Mazin ibn Syaiban ibn Zulal ibn Ismail ibn Ibrahim. Dengan kata lain, dia keturunan Arab dari suku bani Syaiban, sehingga diberi laqab al- Syaibany. Nasab keturunannya bertemu dengan Rasulullah SAW pada nizar ibn Ma’ad bin Adnan. Pernasaban nama Ibn Hanbal diambil dari nama kakeknya yang bernama Hanbal. Sehingga orang-orang lebih suka memanggil ibn Hanbal, padahal Hanbal sendiri nama kakeknya. Sedangkan ayahnya bernama Muhammad. Itu semua disebabkan karena kakeknya lebih terkenal dari pada ayahnya, Kakeknya, Hanbal ibn Hilal adalah Gubernur di Sarakhs, Khurasan pada masa Daulah Umayyah. Ayah ibn Hanbal meninggal dunia ketika dia masih kecil. Karena itulah dia diasuh dan dibesarkan serta di didik oleh ibunya yang bernama Shatiyah binti Maimunah binti Abdul Malik Asy-Syaibani dari Bani Amir. Maka ayah dan bunda dia adalah keturunan Arab asli suku Syaiban yang tinggal di Basrah. Karena itu dia juga diberi gelar al-Basri. B. Kehidupan Imam Ahmad Ibn Hanbal Ketika ayah ibn Hanbal meninggal dunia, ayahnya hanya meninggalkan harta pas- pasan untuk menghidupi keluarganya. Sebuah riwayat menyebutkan bahwa jika Ahmad ibn Hanbal ditanya asal usulsukunya, dia mengatakan bahwa ia anak dari suku orang-orang miskin. Dan semenjak kematian ayahnya, ibunya tidak menikah lagi, meskipun diamasih muda dan
  • 8. banyak laki-laki yang melamarnya. Hal itu dilakukan dengan tujuan agar ia bisa memfokuskan perhatian pada Ahmad ibn Hanbal sehingga bisa tumbuh sebagaimana yang ia harapkan. Ahmad ibn Hanbal dibesarkan di Baghdad dan mendapatkan pendidikan awalnya di kota tersebut hingga usia 19 tahun. Sejak kecil Ahmad disekolahkan kepada seorang ahli Qiroat. Pada umur yang masih relatif muda ia sudah menghafalkan al-Quran, sejak usia enam belas tahun Ahmad juga belajar hadits. Karena kecintaan Ahmad terhadap hadits pagipagibuta dia selalu pergi ke masjid-masjid hingga ibunya merindukannya. Tahun 183 H Ahmad ibn Hanbal pergi ke beberapa kota dalamrangka mencari ilmu. Dia pergi ke Kuffah pada tahun 183 H, kemudian keBashrah pada tahun 186, ke Makkah pada tahun 187, dilanjutkan keMadinah, Yaman (197), Siria dan Mesa Mesopotamia. Ibn Hanbal mempelajari hadits untuk pertama kalinya dari Abu Yusuf Ya’qub bin Ibrahim al-Qodhi, seorang ahl alra’yi pengikut Abu Hanifah. Dia belajar fiqih dan hadits dari Abi Yusuf. Karena itulah Abu Yusuf terhitungsebagai guru pertama bagi Ibn Hanbal. Sebagian peneliti berpendapat bahwa pengaruh Abu Yusuf terhadap Ibn Hanbal tidak begitu kuat. Sehingga ada yang mengatakan bahwa Abu Yusuf bukan guru pertamanya melainkan Hasyim bin Basyirbin Abu Hazim al-Wasithy. Sesungguhnya dialah yang memberi pengaruhyang jelas pada diri Ibn Hanbal. Ibn Hanbal berguru pada Hasyim selama 4 tahun dan mengambil hadits dan menulisnya sebanyak 3000 hadits. Imam Syafi’i sebagai salah satu seorang guru dia bertemu dengan Imam Syafi’i di musim haji ketika sedang mengajar di masjidil Haram. Kesempatan kedua kali mereka bertemu di Baghdad. Waktu akan pindah ke Mesir Imam Syafi’i menyarankan supaya mengikuti dia ke Mesir. Diamenyetujui saran itu, tetapi tidak terlaksana. Ibn Hanbal belajar dari Imam Syafi’i tentang pemahaman istinbath (pengambilan hukum) atau penyimpulan sebuah hukum hingga Muhammad bin Ishak bin Khuzimahberkata : “Ahmad ibn Hanbal adalah murid imam Syafi’i. Ibn Hanbal juga pernah belajar dari Ibrahim bin Saad, Yahya bin Al-Qattan Waki’ dan lain- lain. Dia pernah bercita-cita hendak menuntutilmu dengan Malik bin Anas, tetapi Imam Malik meninggal sebelum ia menuntut ilmu padanya. Sebagai gantinya dia belajar kepada Sufyan bin Uyainah yang tinggal di Mekkah. Ibn Hanbal menuntut ilmu sepanjang hayatnya. C. Pemikiran Imam Ahmad Ibn Hanbal Kecintaan Ahmad kepada hadis mendorongnya untuk melakukan rihlah (perjalanan) mencari hadis. Ahmad menemui syaikh-syaikh hadis di berbagai daerah untuk menerima periwayatan hadis. Dia mulai mempelajari hadis di Baghdad tahun 179 H. Ketika masih berumur 15 tahun. Selama tujuh tahun dia menekuni hadis di kota ini dengan menemui lebih
  • 9. dari 20 orang syaikh hadis, antara lain Hasyim ibn Basyir. Tahun 186 H, dia belajar ke Bashrah. Setahun kemudian dia pergi ke Hijaz. Selanjutnya dia melakukan perjalanan lagi ke Bashrah, Kufah, Hijaz dan Yaman. Tercatat sebanyak lima kali Ahmad berkunjung ke Bashrah dan lima kali pula ke Hijaz. Ketika pergi ke Mekah, Ahmad bertemu untuk pertama kalinya dengan Imam Syafi'i dan Ahmad langsung berguru kepadanya tentang fikih dan ushul fikih. Pertemuan selanjutnya antara mereka terjadi ketika Syafi'i berkunjung ke Baghdad. Setelah setahun menuntut ilmu dan memiliki perbendaharaan ilmu yang kaya, terutama tentang hadis dan fikih, Ahmad mendirikan majelis sendiri di kota Baghdad ketika usianya telah mencapai 40 tahun. Dia mulai berijtihad sendiri, mengeluarkan fatwa dan mengajari murid-muridnya. Batas usia 40 tahun dipandangnya sebagai ukuran kematangan pribadi dan pengetahuan seseorang. Rasulullah saw. diangkat menjadi rasul ketika berumur 40 tahun dan Imam Abu Hanifah mulai mendirikan majelis sendiri setelah mencapai usia tersebut. Meskipun demikian bukan berarti Ahmad sama sekali tidak mengeluarkan fatwa dan mengajarkan ilmu sebelum berumur 40 tahun. Dia telah juga melakukan kegiatan tersebut secara terbatas dan tanpa mendirikan majelis sendiri. Di dalam menuntut dan mengajarkan ilmu, Ahmad lebih percaya kepada dan mengandalkan catatan dibandingkan dengan hafalan, meskipun semua orang mengakui kekuatan daya hafalannya. Para muridnya dilarang menulis hadis kecuali setelah dipastikan berasal dari catatannya. Akan tetapi Ahmad melarang mencatat fatwa-fatwanya dan fatwa- fatwa orang lain. Kebijakan Ahmad ini mungkin sebagai sikap hati-hati terhadap banyaknya paham dan fatwa yang menyimpang ketika itu. Oleh karena itu, tidak ada koleksi fatwa Ahmad yang ditulis sendiri maupun yang didiktekan kepada muridnya. Di samping menghasilkan karya di bidang fikih dan hadis, Imam Ahmad juga menyampaikan pemikiran-pemikiran di bidang lain seperti di bidang aqidah dan politik. Pemikiran dan pendiriannya tentang Alquran sebagai kalam Allah yang qadim menyebabkan dia disiksa dan dipenjara pada masa pemberlakukan mihnah pada masa khalifah al-Ma'mun, al-Mu'tashim, dan al-Watsiq. Ketiga khalifah itu menyetujui pendapat Mu'tazilah tetang kemakhlukan Alquran dan memaksakan pendapatnya kepada umat Islam, terutama para qadhi dan ulama. D. Corak dan Model Imam Ahmad ibn Hanbal Imam Ahmad ibn Hanbal menganggap Imam Syafi’i sebagai guru besarnya, oleh karena itu di dalam pemikiran ia banyak dipengaruhi oleh Imam Syafi’i. Thaha Jabir Fayadl al-Ulwani mengatakan bahwa cara ijtihad Imam Ahmad ibn Hanbal sangat dekat dengan cara
  • 10. ijtihad Imam as-Syafi’i. Ibn Qoyyim al-Jauziyyah menjelaskan bahwa pendapatpendapat Imam Ahmad ibn Hanbal dibangun atas 5 dasar: 1. Al-Nushus yaitu al-Quran dan hadits. 2. Fatwa sahabat. 3. Pendapat sahabat yang dekat dengan al-Quran dan sunnah. 4. Hadits mursal dan hadits dhaif. 5. Qiyas Adapun penjelasan dari masing-masing pokok gagasan yang digunakan Imam Ahmad ibn Hanbal dalam membina madzhabnya adalah sebagai berikut: 1. Al-Nushus yaitu al-Quran dan hadits Al-Quran yaitu perkataan Allah SWT yang diturunkan oleh ruhulamin ke dalam hati Rasulullah dengan lafadz bahasa Arab, agar supaya menjadi hujjah bagi Rasulullah bahwa dia adalah utusan Allah SWT . Al-Hadits yaitu segala ucapan, segala perbuatan, dan segala keadaan atau perilaku Nabi SAW. Menurut Imam Ahmad ibn Hanbal al-Quran adalah sumber pertama dalam menggali sumber hukum fiqh dia. Sedangkan sunnahsendiri adalah penjelas al-Quran dan tafsir hukum- hukumnya makatidak aneh apabila ia menjadikan al-Quran an sunnah sebagai perintissumber- sumber bagi pendapat fiqh dia. Oleh karena itu ia menolak terhadap orang-orang yang mengambil teks-teks al-Quran dan meninggalkan sunnah. Dalam pendahuluan bantahannya ia berkata: “Sesungguhnya Allah SWT telah mengutus Muhammad dan menurunkan kitab-Nya dengan membawa petunjuk bagi yangmengikutinya.”Rasulullah adalah penjelas dari kitab Allah SWT danpemberi petunjuk terhadap makna-makna al Quran. Bila jawabanatas persoalan hukum sudah didapat dalam nash-nash al-Quran danhadits, ia tidak beranjak ke sumber lain, tidak pula menggunakan metode ijtihad. 2. Fatwa sahabat Setelah Nabi Muhammad SAW wafat, sahabat sebagai generasi Islam pertama meneruskan ajaran dan misi kerasulan. Sahabatmelakukan penelaahan terhadap al- Quran dan sunnahdalammenyelesaikan suatu kasus. Apabila tidak didapatkan dalam al- Quran dan sunnah, mereka melakukan ijtihad dalam menyelesaikan kasusdisebut fatwa, yaitu suatu pendapat yang muncul karena adanya peristiwa yang terjadi .Jadi fatwa sahabat merupakan ijtihad parasahabat dalam menyelesaikan suatu kasus.
  • 11. 3. Pendapat sahabat yang dekat dengan al-Quran dan sunnah Apabila Imam Ahmad ibn Hanbal mendapatkan fatwa dari beberapa sahabat maka ia mengambil pendapat yang menurutnya lebih dekat dengan al-Quran dan sunnah. Ia tidak pernah meninggalkan pendapat-pendapat sahabat untuk membuat ijtihad sendiri. Jika dia tidak yakin pendapat mana yang lebih dekat dengan al-Quran dan as- Sunah maka dia menerangkan seluruh perbedaan pendapat tersebut tanpa menegaskan pendapat mana yang harus diambil. 4. Hadits mursal dan dhaif Hadits ini dipakai apabila tidak ada keterangan atau pendapat yang menolaknya. Pengertian mengenai hadits dhaif pada masa dahulu tidak sama dengan pengertiannya di zaman sekarang. Pada masa Imam Ahmad ibn Hanbal hanya ada dua macam hadits: hadits shahih dan hadis dhaif. Dimaksud dhaif disini bukan dhaif yang batil dan yang mungkar, tetapi merupakan hadits yang tidak berisnad kuat yang tergolong sahih atau hasan.Menurut Ahmad hadits tidak terbagi atas sahih, hasan dan dhaif tetapi sahih dan dhaif.Pembagian hadits atas sahih, hasan, dan dhaif dipopulerkan oleh al-Turmudzi. Hadits-hadits dhaif ada bertingkat-tingkat, yang dimaksud dhaif disini adalah pada tingkat yang paling atas.Menggunakan hadits semacam ini lebih utama dari pada menggunakan qiyas. 5. Qiyas Apabila hadits mursal dan hadits dhaif sebagaimana disyaratkandi atas tidak didapatkan, Imam Ahmad ibn Hanbal menganalogikan(menggunakan qiyas) dalam pandangannya, qiyas adalah dalil yangdipakai dalam keadaan terpaksa.
  • 12. Daftar Pustaka Al-Syafi'i, Muhammad Ibn Idris, al-Um, Mesir, Maktabah al-Kulliyat al-Ashariyah, 1961. Jamil, Ahmad, Seratus Muslim Terkemuka, Jakarta, Pustaka Firdaus, 1987. Al-Syarqawi, Abdurrahman, A'immah al-Fiqh al-Tis'ah, Beirut. Dar al-lqra', 1981. Dahlan, Abdul Azis (ed.). 1996. Ensiklopedi Hukum Islam. Jilid I-II. Cet. I Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve. Ismail, Sya'ban Muhammad. 1995. al-Tasyri al-Islami: Mashadiruhu wa Athwaruhu. Kairo Maktabah al-Nahdhah al-Mishriyah. Jundi, Abd. Al-Halim. 1970. Ahmad Ibn Hanbal Imam Ahl al-Sunnah. Uni Emirat Arab. Al-majlis al-A'la li Syuun al-Islamyyah. Kholil, Munawar. 1995. Empat Serangkai Imam Mazhab. Jakarta: Bulan Bintang. Musa, Muhammad Yusuf. 1953. al-Madkhal li al-Dirasah al-Fiqh alIslamy. Misra: Dar al-Ma'ari Qaththan, Manna' Kholil. 1989. al-Tasyri wa al-Fiqh fi al-Islamy:Tarikhan wa Manhajan: Misra; Dar al-Maarif. Sayis, Muhammad Ali. t.th. Tarikh al-Fiqh al-Islamy. Mesir: Matba'ah Muhammad al-Shabih.