Makalah ini membahas penggunaan kata dan tanda baca yang benar menurut EBI, mencakup pengertian bahasa baku, penggunaan tanda baca seperti titik, koma, titik koma, titik dua, dan hubung, serta penulisan awalan "di-" dan penggunaan kata ambigu. Makalah ini bertujuan untuk memahami penulisan kata dan kalimat yang sesuai dengan pedoman EBI.
Makalah bahasa indonesia tentang surat resmiRafi Mariska
File ini sangat bermanfaat untuk adik-adik atau abang-abang yang berakademisi. Surat resmi merupakan salah satu surat yang digunakan dalam hal resmi baik itu organisasi atau lembaga negara sekali pun. Jadi sangat penting untuk mempelajari file ini. Mohon membaca dengan khitmat.
Makalah bahasa indonesia tentang surat resmiRafi Mariska
File ini sangat bermanfaat untuk adik-adik atau abang-abang yang berakademisi. Surat resmi merupakan salah satu surat yang digunakan dalam hal resmi baik itu organisasi atau lembaga negara sekali pun. Jadi sangat penting untuk mempelajari file ini. Mohon membaca dengan khitmat.
Disini Saya Akan Menjelaskan Bagaimana Menggunakan Huruf Sesuai Dengan EYS
File/Materi/Slide Ini Bebas Pakai Dan Ubah Tanpa Kecuali.
File Ini Adalah Bekas Presentasi Kuliah Saya.
Semoga Bermanffat Untuk Kalian.
SeeYa..!
Disini Saya Akan Menjelaskan Bagaimana Menggunakan Huruf Sesuai Dengan EYS
File/Materi/Slide Ini Bebas Pakai Dan Ubah Tanpa Kecuali.
File Ini Adalah Bekas Presentasi Kuliah Saya.
Semoga Bermanffat Untuk Kalian.
SeeYa..!
MATERI MK. BAHASA INDONESIA pada semester 1 di fakultas teknik sipil. dimana pembahasan disini akan membahas mengenai materi apa saja yang dipelajari dan diteliti oleh mahasiswa terhadap materi yang ada.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Tugas 4 tik_annisa_s.[1]
1. ANALISIS PENGGUNAAN KATA
BAHASA INDONESIA
KELAS 1F
Oleh :
Mustika Rahmalia (037117156)
Annisa Sholihah (037117161)
Mia Mirnawati (037117167)
PROGRAM STUDI PENDIDIKKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2018
2. i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya. Sehingga, kami dapat menyelesaikan
tugas makalah ini dengan tepat waktu dan dengan waktu yang telah ditentukan.
Walaupun dalam penyusunannya menghadapi beberapa kesulitan.
Selawat beserta salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad
SAW, beserta keluarga, para sahabat, dan para umatnya yang selalu cinta hingga
akhir zaman.
Laporan yang berjudul “ Menganalisis Penggunaan Kata” ini bertujuan
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bahasa Indonesia. Kami sadar
laporan ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kami mengharapkan kritik
dan saran yang membangun sebagai acuan supaya kami dapat menulis laporan ini
lebih baik lagi.
3. ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Indentifikasi Masalah.................................................................................1
C. Pembatasan Masalah..................................................................................1
D. Rumusan masalah.......................................................................................2
BABII TEORI YANG MENDASARI...............................................................3
A. Pengertian Bahasa Baku............................................................................3
B. Penggunaan tanda Baca Yang Benar Sesuai EYD....................................3
C. Penulisan “di-“ Sebagai Awalan dan Kata DEpan yang Benar.................4
D. Penggunaan Kata yang Memiliki makna lebih dari satu (ambigu) ............4
BAB III DATA DAN SUMBER DATA.............................................................10
BAB IV PENUTUP..............................................................................................14
A. Simpulan.....................................................................................................14
B. Saran..........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15
4. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dalam pedoman umum ejaan bahasa indonesia yang disempurnakan,
telah melakukan berkali-kali penyempurnaan dalam ejaan. Antara lain yang
dibahas dalam ejaan yang disempurnakan itu adalah penulisan kata, yang
dimana penulisan kata itu memiliki porsi yang berpengaruh dalam penulisan,
penulisan kata yang benar akan membuat kalimat-kalimat yang kita buat
menjadi padu, efektif, dan enak dibaca.
Dalam penulisan kata membahas berbagai bentuk kata, seperti kata dasar,
turunan, ulang, kata ganti, kata depan, gabungan kata, singkatan, dan angka
dan lambang bilangan.
Pada makalah ini kami akan membahas secara lebih rinci, aspek-aspek
yang ada dalam penulisan kata, sesuai dengan pedoman ejaan bahasa
indonesia yang disempurnakan.
B. Identifikasi masalah
1. Penggunaan kata baku
2. Penggunaan tanda baca
3. Penggunaan awalan di
4. Penggunaan kata ambigu
C. Pembatasan masalah
1. Penggunaan kata baku
2. Penggunaan tanda baca
5. 2
D. Rumusan masalah
1. Bagaimana penulisan kata dan kalimat yang sesuai dengan EBI?
2. Bagaimana pemilihan tanda baaca yang benar?
3. apakah banyak penggunaan kata dan kalimat yang salah di lingkungan
masyarakat?
6. 3
BAB II
TEORI YANG MENDASARI
A. Pengertian Bahasa Baku
1. Pengertian bahasa baku menurut para ahli:
a. Halim (1980) mengatakan bahwa bahasa baku adalah ragam bahasa
yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian masyarakat, dipakai
sebagai ragam resmi dan sebagai kerangka rujukan norma bahasa dan
penggunaannya.
b. Pei dan Geynor (1954: 203) menggatakan bahwa bahasa baku adalah
dialek1 suatu bahasa yang memiliki keistimewaan sastra dan budaya
melebihi dialek-dialek lainnya, dan disepakati penutur dialek-dialek
lain sebagai bentuk bahasa yang paling sempurna.
2. Pengertian bahasa baku menurut KBBI:
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesi (KBBI : 2007), baku adalah
pokok utama atau tolak ukur yang berlaku untuk kuantitas atau kualitas
yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan atau standar.
B. Penggunaan tanda baca yang benar sesuai EYD
1. Tanda titik (.)
a. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat pernyataan.
b. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan,
ikhtisar, atau daftar.
c. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik
yang menujukkan waktu atau jangka waktu.
1 Dialek:Variasi bahasa yangberbeda-beda menurut pemakai.
7. 4
Misalnya:
Pukul 01.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik atau pukul 1, 35
menit, 20 detik)
d. Tanda titk dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis,
tahun, judul tulisan (yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau
tanda seru), dan tempat terbit.
Misalnya:
Moeliono, Anton M. 1989. Kembara bahasa. Jakarta: Gramedia
e. Tanda titik dipakai utuk memisahkan bilangan ribuan atau
kelipatannya yang menunjukkkan jumlah.
Misalnya:
Indonesia memiliki lebih dari 13.000 pulau.
2. Tanda Koma (,)
a. Tanda koma dipakai di anatara unsur-unsur dalam suatu
pemerincian atau pembilanagan.
Misalnya:
Buku, majalah, dan jurnal termasuk sumber kepustakaan.
b. Tanda koma dipakai sebelum kata penghubung, seperti tetapi,
melainkan, dan sedangkan, dalam majemuk (setara0
Misalnya:
Saya ingin membeli kamera, tetapi uang saya belum cukup.
c. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat yang
mendahului induk kalimatnya.
Misalnya:
Kalau diundang, saya akan datang.
d. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung
antarkalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan demikian,
sehubungan dengan itu, dan meskipun demikian.
Misalnya:
8. 5
Orang tuanya kurang mampu. Meskipun demikian, anak-anaknya
berhasil menjadi sarjana.
e. Tanda koma dipaki sebelum dan/atau sesudah kata seru, seperti o,
ya, wah, atau hai, dan kata yang dipaki sebagai sapaan, seperti Bu,
Dik, atau Nak.
Misalnya:
O, begitu?
f. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dai bagian
lain dalam kalimat.
Misalnya:
“karena manusia adalah makhluk sosial.”
g. Tanda koma dipaki di antara (a) nama dan alamat, (b) bagian-bagian
alamat, (c) tempat tanggal, serta (d) nama tempat dan wilayah atau
negeri yang ditulis berurutan.
Misalnya:
Surabaya, 10 mei 1960
h. Tanda koma dipaki untuk memisahkan bagian nama yang dibalik
susunannya dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Gunawan, Ilham. 1984. Kamus Politik Internasional. Jakarta: Restu
Agung.
i. Tanda koma dipakai di antara baian-bagian dalam catatan kaki atau
catatan akhir.
Misalnya:
Hadikusuma Hilman, Ensiklopedia Hukum Adat dan adat Budaya
Indonesia (Jogjakarta; UP Indonesia, 1967), hlm. 12.
j. Tanda koma dipaki di antara nama orang dan singkatan gelar
akademis yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan
nama diri, keluarga, atau marga.
Misalnya:
Ny. Khadijah, M.A.
9. 6
k. Tanda koma dipakai sebelum angka desimal atau di antara rupiah
dan sen yang dinyatakan dengan angka.
Misalnya:
Rp750,00
l. Tanda koma dipaki untuk mengapit keterangan tambahan atau
keterangan aposisi.
Misalnya:
Di daerah kami, misalnya, masih banyak bahan tambang yang
belum diolah.
m. Tanda koma dapat dipakai di belakang keterangan yang terdapat
pada awal kalimat untuk menghindari salah baca/salah pengertian.
Misalnya:
Dalam pengembangan bahasa, kita dapat memanfaatkan bahasa
daerah.
3. Tanda Titik Koma (;)
a. Tanda titik koma dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk
memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk setara.
Misalnya:
Hari sudah malam; anak anak masih membaca buku buku yang baru
dibeli ayahnya.
b. Tanda titik koma digunakan untuk mengakhiri pernyataan perincian
dalam kalimat yang berupa frasa atau kelompok kata. Dalam
hubungan itu, sebelum perincian terakhir tidak perlu digunakan kata
dan.
Misalnya:
Syarat syarat penerimaan pegawai negeri sipil di lembaga ini:
(1) Berkewarganegaraan Indonesia;
(2) Berijazah sarjana S-1;
(3) Berbadan sehat; dan
10. 7
(4) Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
c. Tanda titik koma digunakan untuk memisahkan dua kalimat setara
atau lebih apabila unsur-unsur setiap bagian itu dipisah oleh tanda
baca dan kata hubung.
Misalnya:
Ibu membeli buku, pensil, dan tinta; baju, celana, dan kaos; pisang,
apel, dan jeruk.
4. Tanda Titik Dua (:)
a. Tanda titik dua dipakai pada akhir sebuah pernyataan lengkap yang
diikuti pemerincian atau penjelasan.
b. Tanda titik dua tidak dipakai jika perincian atau penjelasan itu
merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
c. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang
memerlukan pemerian.
d. Tanda titik dua dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang
menunjukan pelaku dalam percakapan.
e. Tanda titik dua dipakai di antara (a) jilid atau nomor dan halaman,
(b) Surah dan ayat dalam kitab suci, (c) judul dan anak judul suatu
karangan, serta (d) nama kota dan penerbit dalam daftar pustaka.
5. Tanda Hubung (-)
a. Tanda hubung dipakai untuk menandai bagian kata yang terpenggal
oleh pergantian baris.
b. Tanda hubung dipakai untuk menyambung unsur kata ulang.
c. Tanda hubung dipakai untuk menyambung tanggal, bulan, dan
tahun yang dinyatakan dengan angka atau menyambung huruf
dalam kata yang dieja satu-satu.
11. 8
d. Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian
kata atau ungkapan.
e. Tanda hubung dipakai untuk merangkai :
1) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital
(se-Indonesia, se-Sulawesi Utara);
2) ke- dengan angka (peringkat ke-2)
3) angka dengan -an (1885-an)
4) kata atau imbuhan dengan singkatan yang berupa huruf kapital
(hari-H, sinar-X, ber-KTP) dsb.
5) kata dengan kata ganti Tuhan (ciptaan-Nya, atas rahmat-Mu)
6) huruf dengan angka (D-3, S-1, S-2); dan
7) Kata ganti -ku, -mu, dan -nya dengan singkatan yang berupa
huruf kapital (KTP-mu, SIM-nya) dsb.
6. Penggunaan Tanda Tanya (?)
a. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
b. Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan
bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan
kebenarannya.
Contoh :
Monumen Nasional mulai dibangun pada tahun 1961 (?).
7. Penggunaan Tanda Seru (!)
a. Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan
yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan
kesungguhan, ketidakpercayaan, atau emosi yang kuat.
Contoh :
Alangkah indahnya taman laut di Bunaken !
8. Penggunaan Tanda Petik ("...")
12. 9
a. Tanda petik digunakan untuk mengapit petikan langsung yang
berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain.
Misalnya :
"Merdeka atau mati!" seru Bung Tomo dalam pidatonya.
b. Tanda petik dipakai untuk mengapit judul sajak, lagu, film,
sinetron, artikel, naskah, atau bab buku yang dipakai dalam
kalimat.
Misalnya :
Sajak "Pahlawanku" terdapat pada halaman 125 buku itu.
c. Tanda petik dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang
dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.
Misalnya :
"Tetikus" komputer ini sudah tidak berfungsi.
Dilarang memberikan "amplop" kepada petugas!
9. Penggunaan Tanda Kurung [(...)]
a. Tanda kurung digunakan untuk mengapit tambahan keterangan
atau penjelasan.
b. Tanda kurung digunakan untuk mengapit keterangan atau
penjelasan yang bukan bagian utama kalimat.
c. Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau kata yang
keberadaannya di dalam teks dapat dimunculkan atau dihilangkan.
d. Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau angka yang
digunakan sebagai penanda pemerincian.
Misalnya :
Faktor produksi menyangkut (a) bahan baku, (b) biaya produksi,
dan (c) tenaga kerja.
13. 10
C. Penulisan “di-“ Sebagai Awalan dan Kata Depan yang Benar
1. Penulisan di sebagai kata depan harus ditulis terpisah dengan kata yang
mengikutinya. Biasanya, di sebagai kata depan merupakan penentu
tempat dan merupakan jawaban dari pertanyaan,"Di mana?" Misalnya: di
rumah, di kantor, di jalan, di gudang, di pantai dan lain-lain.
2. Penulisan di sebagai awalan harus ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya. Misalnya: dibaca, diminum, diangkat, ditonton dan lain-
lain.
3. Penulisan ke sebagai kata depan harus ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya. Biasanya, ke sebagai kata depan menyatakan arah atau
tujuan, dan merupakan jawaban atas pertanyaan, "Ke mana?" Misalnya,
ke kantor, ke pasar, ke rumah teman, ke pesta dan lain-lain.
4. Penulisan ke sebagai awalan harus ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya. Misalnya: ketiga, ketua, kekasih, kemanusiaan dan lain-
lain.
D. Penggunaan kata yang memiliki makna lebih dari satu(ambigu)
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, ambigu2 berarti mempunyai
makna lebih dari satu. Keambiguan ini dapat menimbulkan keraguan atau
ketidakjelasan dalam kalimat yang diucapkan atau ditulis. Keambiguan lebih
sering muncul dalam bahasa tulisan.
Hal ini dapat terjadi apabila penanda ejaan tidak diletakkan secara tepat, maka
akan timbul makna ganda. Keambiguan ini dapat terjadi pada kata, frasa, atau
kalimat. Biasanya, untuk menghidari ambigu maka harus menentukan
pemilihan kata yang tepat atau dengan meletakkan tanda baca di tempat yang
semestinya.
2 Ambigu: makna arti yangmemiliki arti lebih dari satu.
14. 11
BAB III
DATA DAN SUMBER DATA
NO Data Sumber Kesalahan Pembetulan
1.
Jl. Ciheuleut Pakuan Penulisan kata materai. Kata materai seharusnya
ditulis meterai.
2.
Jl. Ciheuleut Pakuan
Penulisan harga tidak
menggunakan simbol Rp dan ,00
dibelakangnya.
Penulisan 30.000 seharusnya
menjadi Rp30.000,00
15. 12
3.
Jl. Ciheuleut Pakuan
Penulisan kalimat “hati-hati cabe
cabean” merupakan kalimat
ambigu
Seharusnya kalimat hati-hati
cabe cabean dihilangkan
karena tidak memiliki fungsi
apapun.
4.
Jl. Ciheuleut Pakuan
Setelah kata terdapat spasi(jarak)
lalu menggunakan tanda baca
titik dua
Seharusnya sesudah kata
langsung tanda baca titik dua
kemudian diberikan
spasi(jarak).
5.
Jl. Ciheuleut Pakuan Penulisan kata foto copy Kata foto copy seharusnya
ditulis fotokopi
6.
Jl. Ciheuleut Pakuan Penulisan kata nego tidak baku Seharusnya penulisan kata
nego menjadi negosiasi
16. 13
7.
Jl. Ciheuleut Pakuan Penulisan kata coklat tidak baku Kata coklat seharusnya
ditulis cokelat
8.
Jl. Ciheuleut Pakuan Penulisan harga setelah simbol
Rp menggunakan tanda baca
koma
Seharusnya tidak
menggunakan tanda baca
koma pada harga setelah
simbol Rp misalnya
Rp3000,00
9.
Jl. Ciheuleut Pakuan Pemakaian tanda baca yang salah
pada kata kata ma’af
Penulisan kata ma’af
seharusnya ditulis maaf.
17. 14
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Dalam pedoman umum ejaan bahasa indonesia yang disempurnakan, telah
melakukan berkali-kali penyempurnaan dalam ejaan Dalam penulisan kata
membahas berbagai bentuk kata, seperti kata dasar, turunan, ulang, kata ganti,
kata depan, gabungan kata, singkatan, dan angka dan lambang bilangan.
Pengertian bahasa baku menurut (KBBI : 2007), baku adalah pokok utama
atau tolak ukur yang berlaku untuk kuantitas atau kualitas yang ditetapkan
berdasarkan kesepakatan atau standar.
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, ambigu berarti mempunyai
makna lebih dari satu. Keambiguan ini dapat menimbulkan keraguan atau
ketidakjelasan dalam kalimat yang diucapkan atau ditulis. Keambiguan lebih
sering muncul dalam bahasa tulisan.
B. Saran
Sudah menjadi kewajiban kita sebagai kaum pelajar untuk selalu
mengingatkan kepada masyarakat untuk menggunakan kaidah tata bahasa
Indonesia yang baik dan benar.
Agar maksud yang ingin disampaikan dapat dipahami oleh si pembaca.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis.
18. 15
DAFTAR PUSTAKA
Norma Agnes: 2009. ”Bahasa Baku”.
https://agnesnorma.wordpress.com/2009/07/25/bahasa-baku/(diakses 04 Januari
2018, 10:47 WIB)
Sunendar, Dadang. 2016. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Jakarta:
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Indonesia.
Rivay Armand: 2017.”Penggunaan Tanda Baca Sesuai EBI”.
http://armandrivay.blogspot.co.id/2017/09/penggunaan-tanda-baca-sesuai-ebi-
ejaan.html(diakses 04 Januari 2018, 14:05 WIB)
Bahasa Dosen: 2017. ”Kalimat Ambigu”. https://dosenbahasa.com/kalimat-
ambigu(diakses 04 Januari 2018, 15:12 WIB)
Sunni Anni: 2013. ”Makalah Bahasa Indonesia (Penulisan Kata)”.
hhtps://anasunni.wordpress.com (diakses 04 Januari 2018, 07:28 WIB)