KONTRAK SOSIAL: WAKAF, ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQOHsalman munthe
Alquran berbicara tentang wakaf, zakat, infak dan shadaqoh ini yang diistilahkan dengan filantrofi Islam (islamic philanthrophy) yang penting untuk diberdayakan dalam kepentingan ummat, dalam sejarah perkembangan agama islam, wakaf, zakat, infak dan shdaqoh berperan dalam mendirikan masjid, pesantren, majelis taklim, sekolah, rumah sakit, panti asuhan dan lembaga sosial lainnya. Jadi Masalah kemiskinan masih menjadi masalah dunia saat ini tidak perlu di khawatirkan. Karena tujuan pembangunan Millenium (MDGs) menyatakan pemberantasan kemiskinan pada tahun 2015. Banyak program telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia, namun jumlah penduduk miskin di negeri ini masih Rp. 31.700.000 jiwa (BPS, 2012). Zakat merupakan instrumen ekonomi Islam yang relevan dengan pengurangan kemiskinan. Beberapa penelitian telah dilakukan dan direkomendasikan untuk mengelola alokasi zakat produktif bagi masyarakat miskin agar mereka tidak tetap dalam kondisi tidak berdaya dalam ekonomi, (Adiwijaya, 2008) .
HUKUM SYARIAT ISLAM DAN HUKUM INDONESIAEman Syukur
Penyajian tulisan sederhana tentang hukum syariat Islam dan hukum yang berlaku di Indonesia beserta jenis hukumannya.
Pembahasan tulisan sederhana ini ditujukan untuk pegiat hukum terutama kalangan akademisi yang sedang belajar hukum.
semoga bermanfaat
KONTRAK SOSIAL: WAKAF, ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQOHsalman munthe
Alquran berbicara tentang wakaf, zakat, infak dan shadaqoh ini yang diistilahkan dengan filantrofi Islam (islamic philanthrophy) yang penting untuk diberdayakan dalam kepentingan ummat, dalam sejarah perkembangan agama islam, wakaf, zakat, infak dan shdaqoh berperan dalam mendirikan masjid, pesantren, majelis taklim, sekolah, rumah sakit, panti asuhan dan lembaga sosial lainnya. Jadi Masalah kemiskinan masih menjadi masalah dunia saat ini tidak perlu di khawatirkan. Karena tujuan pembangunan Millenium (MDGs) menyatakan pemberantasan kemiskinan pada tahun 2015. Banyak program telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia, namun jumlah penduduk miskin di negeri ini masih Rp. 31.700.000 jiwa (BPS, 2012). Zakat merupakan instrumen ekonomi Islam yang relevan dengan pengurangan kemiskinan. Beberapa penelitian telah dilakukan dan direkomendasikan untuk mengelola alokasi zakat produktif bagi masyarakat miskin agar mereka tidak tetap dalam kondisi tidak berdaya dalam ekonomi, (Adiwijaya, 2008) .
HUKUM SYARIAT ISLAM DAN HUKUM INDONESIAEman Syukur
Penyajian tulisan sederhana tentang hukum syariat Islam dan hukum yang berlaku di Indonesia beserta jenis hukumannya.
Pembahasan tulisan sederhana ini ditujukan untuk pegiat hukum terutama kalangan akademisi yang sedang belajar hukum.
semoga bermanfaat
PPT ini ditunjukan untuk memenuhi tugas Ekonomi Makro Syariah
Kelompok 1
Kelas A Ekonomi Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Etika Islam Dalam Bisnis - Mata kuliah Filsafat dan Etika Bisnis Islami Program Magister Manajemen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Dosen Dr. Gunawan Budiyanto, M.P.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...nasrudienaulia
Dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Talcott Parsons, konsep struktur sosial sangat erat hubungannya dengan kulturalisasi. Struktur sosial merujuk pada pola-pola hubungan sosial yang terorganisir dalam masyarakat, termasuk hierarki, peran, dan institusi yang mengatur interaksi antara individu. Hubungan antara konsep struktur sosial dan kulturalisasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pola Interaksi Sosial: Struktur sosial menentukan pola interaksi sosial antara individu dalam masyarakat. Pola-pola ini dipengaruhi oleh norma-norma budaya yang diinternalisasi oleh anggota masyarakat melalui proses sosialisasi. Dengan demikian, struktur sosial dan kulturalisasi saling memengaruhi dalam membentuk cara individu berinteraksi dan berperilaku.
2. Distribusi Kekuasaan dan Otoritas: Struktur sosial menentukan distribusi kekuasaan dan otoritas dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya yang dianut oleh masyarakat juga memengaruhi bagaimana kekuasaan dan otoritas didistribusikan dalam struktur sosial. Kulturalisasi memainkan peran dalam melegitimasi sistem kekuasaan yang ada melalui nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.
3. Fungsi Sosial: Struktur sosial dan kulturalisasi saling terkait dalam menjalankan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya dan norma-norma yang terinternalisasi membentuk dasar bagi pelaksanaan fungsi-fungsi sosial yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan dan stabilitas dalam masyarakat.
Dengan demikian, konsep struktur sosial dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Parsons tidak dapat dipisahkan dari kulturalisasi karena keduanya saling berinteraksi dan saling memengaruhi dalam membentuk pola-pola hubungan sosial, distribusi kekuasaan, dan pelaksanaan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat.
Laporan Pembina Pramuka SD dalam format doc dapat anda jadikan sebagai rujukan dalam membuat laporan. silakan download di sini https://unduhperangkatku.com/contoh-laporan-kegiatan-pramuka-format-word/
1. i
MAKALAH
PENGELOLAAN HARTA BENDA MENURUT
SYARIAT ISLAM
Di Susun Oleh :
SHOVI LUTHFIATUL Z. 037117093
2D PGSD
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PROGRAM STUDI PGSD
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BOGOR
2017
2. ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................ii
KATA PENGANTAR ..................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................iv
a. Latar Belakang............................................................................iv
b. Rumusan Masalah.......................................................................iv
c. Tujuan Makalah..........................................................................iv
BAB II PEMBAHASAN ..............................................................................1
a. Konsep Harta Dalam Islam.........................................................1
b. Konsep Tentang Barang Dalam Islam........................................2
c. Panduan mencari Harta Dalam Islam..........................................3
d. Memperoleh Keuntungan Dalam Islam......................................5
e. Panduan Islam Dalam Pemanfaatan Harta .................................5
BAB III PENUTUP......................................................................................9
a. Kesimpulan..................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................10
3. iii
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha penyayang, kami panjatkan puja
dan puji syukur atas kehadirat-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Pengelolaan Harta Benda Menurut Syariat Islam.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat mempelancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak
yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susun kalimat maupun tata bahasanya, oleh karena itu
dengn tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah Pengelolaan Harta Benda
Menurut Syariat Islam dapat bermanfaat bagi kami dan pembaca.
Bogor
Desember, 2017
4. iv
BAB I
Latar Belakang
Allah SWT telah menganugerahkan kepada manusia sumber daya (harta)
yang melimpah dari seluruh penjuru bumi dan langit. Manusia diberi tugas
untuk mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraannya di muka bumi dengan
memanfaatkan sumber daya yang telah diberikan sesuai dengan tuntunan-Nya.
Islam mengajarkan agar manusia mencari rezeki/harta melalui suatu jalan
yang halal, yaitu jalan yang tidak bertentangan dengan syariat dan hukum.
Misalnya, bekerja sebagai pengusaha, dokter, perawat, pedagang, petani, buruh,
karyawan, kosultan, pengacara dan profesi halal lainnya.
A. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian harta?
2. Bagaimana cara memanfaat harta dalam syariat islam?
3. Bagaimana memanfaatkan harta dalam syariat islam?
B. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui bagaimana mengelola harta benda sesuai syariat islam
2. Untuk memenuhi salah satu tugas
5. 1
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP HARTA DALAM ISLAM
Dalam bahasa Arab (Islam) harta disebut sebagai Maal. Maal berarti “Segala sesuatu yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok
berupa kekayaan, atau barang perdagangan, rumah, uang, hewan dan lain sebagainya yang cenderung ingin dimiliki, dikuasai dan
dimanfaatkan oleh manusia. Allah SWT berfirman :
ِنَ نَِِّٓء ِ ِلنْـءِِل ِ َِ لاَِِّْءِِل ِ َِ ْ ِاَِلءِِرَل ِ ِنَ ِذهَب ِ اَِْل ِ َِ لاِْــل ِ َِ اَِ َََِرَل ِ ِّاَِلِْ لِا َِ الـاِـل ِ َِ ٰ ِك رَِِّاَِ َِْْـل ِ ِِّْلْْي ِ ر ِّللا َِ ِْدِيلء رنلَرُ َِِّْل ِ1
Harta dalam Islam pada hakikatnya adalah amanah (titipan) dari Allah SWT. Sedangkan, pemilik mutlak terhadap segala sesuatu yang
ada di muka bumi ini, termasuk harta benda, adalah Allah SWT. Kepemilikan oleh manusia hanya bersifat relatif, sebatas untuk
melaksanakan amanah mengelola dan memanfaatkan sesuai dengan ketentuan-Nya.
1 “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu : wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak
dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah lading. Itulah kesenangan hidup di dunia dan disisi Allah-lah
tempat kembali yang baik (surga).” { QS. Ali Imran : 14 }
6. 2
B. KONSEP ISLAM TENTANG BARANG (KONSUMSI)
Sebagai konsekuensinya dalam konsep Islam barang-barang konsumen adalah bahan-bahan konsumsi yang berguna dan baik yang
manfaatnya menimbulkan menimbulkan perbaikan secara material, moral maupun spritual pada konsumennya. Barang-barang yang tidak
memiliki kebaikan dan tidak membantu meningkatkan manusia, menurut konsep Islam, bukan barang dan tidak dapat dianggap sebagai
milik atau aset umat muslim. Oleh sebab itu, barang-barang yang dilarang (untuk dikonsumsi) tidak dianggap barang dalam Isl
7. 3
C. PANDUAN ISLAM DALAM MENCARI HARTA
Pada dasarnya Islam memberi kebebasan bagi manusia untuk mencari dan
mengusahakan hartanya dalam rangka menjaga kelangsungan hidup di dunia.
Kebebasan yang diberikan Islam tentu saja tidak bebas nilai. Seorang muslim
dituntut harus mampu membingkai kebebasan yang ia miliki dalam pencarian
harta dengan aturan Syariah. Misalnya, larangan mendapatkan harta dengan
mencuri, menipu, menjual barang haram, memakan hasil riba dan lain sebagainya.
1. Mencari Harta Dengan Usaha Yang Halal
Allah SWT berfirman :
“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di
bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena
sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu” { QS. Al-Baqarah :
168 }
Sebaliknya, Islam sangat melarang manusia untuk mencari harta melalui jalan
yang bathil/haram, seperti mencuri, merampok, melakukan penipuan dan lain
sebagainya. Allah SWT berfirman :
“Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara
kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu
kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda
orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.” { QS. Al-
Baqarah : 188 }.
2. Mencari Harta Dengan Usaha Sendiri (Tidak Berpangku Tangan)
Selain prinsip halal dan haram, pencarian harta juga tidak boleh ditempuh
melalui jalan meminta-minta dan atau berpangku tangan (menjadi pengemis).
8. 4
Mengemis dan berpangku tangan dalam pencarian harta merupakan usaha yang
tidak baik (tidak thayyib).
“Dari Abu Abdullah Az-Zubair bin Al-‘Awwam r.a., ia berkata: Rasulullah Saw
bersabda: Sungguh seandainya salah seorang di antara kalian mengambil beberapa
utas tali, kemudian pergi ke gunung dan kembali dengan memikul seikat kayu
bakar dan menjualnya, kemudian dengan hasil itu Allah mencukupkan kebutuhan
hidupmu, itu lebih baik daripada meminta-minta kepada sesama manusia, baik
mereka memberi ataupun tidak.” { HR. Bukhari}
Dalam hadits-hadits yang disebutkan di atas, menunjukkan bahwa
bekerja dengan tangan sendiri merupakan perbuatan yang sangat mulia dalam
ajaran Islam. Islam sangat menghargai orang yang bekerja dengan tangannya
sendiri, sebab hal tersebut bertujuan untuk memelihara harga diri dan martabat
kemanusiaan yang seharusnya dijunjung tinggi.
3. Larangan Mencari Harta Dengan Jalan Riba
Islam sangat melarang sesorang yang ingin mencari harta melalui
pengambilan riba (memperoleh hasil tanpa harus bekerja) Allah SWT berfirman :
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila.
Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata
(berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai
kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba),
maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan
urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka
orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” { QS.
Al-Baqarah : 275 }.
9. 5
D. PANDUAN ISLAM DALAM MEMPEROLEH KEUNTUNGAN (USAHA)
Islam tidak melarang seorang muslim untuk mendapatkan keuntungan yang
besar dari aktivitas bisnis. Karena memang pada dasarnya semua aktivitas bisnis
adalah termasuk dalam aspek muamalah yang memiliki dasar kaidah
memperbolehkan segala sesuatu sepanjang diperoleh dan digunakan dengan cara-
cara yang dibenarkan syariah.
Dampak dari implementasi konsep laba dalam Islam adalah semua pebisnis
dalam menjalankan usaha akan selalu menjaga diri dari perbuatan tercela, tidak
amanah, penipuan, peng-rusakan lingkungan, dan perbuatan tercela lainnya yang
dilarang syariah. Keuntungan yang di dapat pun tidak akan ter-akumulasi pada
diri mereka sendiri melainkan terdistribusi secara proporsional juga kepada
masyarakat kurang mampu. Dalam jangka panjang, penerapan konsep laba ini
akan mengarah pada terciptanya suatu tatanan kehidupan ekonomi yang sejahtera
dan berkeadilan, tatanan kehidupan sosial yang saling menghargai, menghormati
dan tolong menolong di antara seluruh masyarakat.
E. PANDUAN ISLAM DALAM PEMANFAATAN HARTA
Seseorang yang ingin mendapatkan kebahagian dunia akhirat dituntut harus
mampu berjalan pada ‘jalan Ilahi’. Artinya, tunduk dan patuh pada peraturan dan
ketentuan yang telah Allah SWT ciptakan bersamaan dengan pelaksanaan segala
aktifitas ekonomi manusia, termasuk di dalamnya ketentuan mengenai
pemanfaatan harta yang dilakukan oleh umat muslim. Allah SWT berfirman :
”Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu
menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, Karena
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.”
{ QS. Al-Baqarah : 168 }
10. 6
Berikut dijelaskan beberapa padangan Islam tentang cara memanfaatkan harta :
1. Menentukan Prioritas Pemanfaatan Harta
Ketika seorang muslim hendak memanfaatkan hartanya, maka ia harus
tindakan tersebut benar-benar kebutuhan dharuriyyat dan hajiat bagi dirinya atau
hanya sebatas ‘pemanis’ saja tahsiniat. Seorang muslim yang bijak akan
mendahulukan kebutuhan dharuriiyat-nya dibandingkan tahsiniyat-nya.
2. Prinsip Halal & Thayyib Dalam Konsumsi
Allah SWT memerintahkan umat manusia untuk mengkonsumsi barang dan
jasa yang Halal dan Thayyib. Dalam Qur’an kata halal dan thayyib selalu
disandingkan pada setiap penyebutan ayat, misalnya firman Allah SWT ;
“Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan
kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya.” {QS.
Al-Maidah : 88 }
Penggunaan prinsip halal & thayyib dimaksudkan untuk memberikan kebebasan
bagi setiap muslim untuk menggunakan segala barang yang baik, bermanfaat bagi
dirinya, menyenangkan, lezat dan lain sebagainya, selama dalam kerangka halal
dan thayyib. Kebebasan yang diberikan Islam kepada setiap muslim dalam
berkonsumsi tak terlepas dari pandangan Islam itu sendiri bahwa perbuatan
memanfaatkan atau meng-konsumsi barang & jasa merupakan suatu kebaikan.
Konsumsi dan pemuasan (kebutuhan) tidak dikutuk dalam Islam selama keduanya
tidak melibatkan hal-hal yang tidak baik atau merusak.
Allah SWT berfirman :
“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan)
yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh,
11. 7
yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu
menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan
(diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan
anak panah itu) adalah kefasikan…” {QS. Al-Maidah : 3}
3. Menghindari Tabdzir dan Israf
Islam melarang seorang muslim membelanjakan hartanya dan menikmati
kehidupan duniawi ini secara boros. Larangan ini cukup beralasan. Tabdzir dapat
menyebabkan cash menyusut secara cepat. Selain itu, prilaku tabdzir juga akan
menghalangi seorang muslim untuk dapat berinfaq (harta), sehingga tabdzir bisa
menjadi penyebab seorang muslim mendapat predikat kikir dan pelit
Allah SWT meng-ibaratkan orang-orang yang melakukan tabdzir dengan saudara
setan, sebagaimana terdapat pada ayat Qur’an mengenai larangan untuk bersikap
boros :
“Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang
miskin dan orang yang dalam perjalanan dan dan janganlah kamu menghambur-
hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah
saudara-saudara setan, dan setan itu adalah sangat ingkar kepada tuhannya.”
{ QS. Al-Israa’ : 26-27}
4. Kesederhaan (Moderat)
”Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan,
dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang
demikian.” { QS. al-Furqân/ 25 : 67 }
Islam melarang setiap pemeluknya bermegah-megahan. Kemegahan dalam
Islam adalah faktor utama kerusakan dan kehancuran individu dan masyarakat.
Kemegahan dapat saja menjadikan ‘gapt’ antara miskin dan kaya semakin lebar.
Bagi kaum minoritas (harta) kemegahan yang dipertunjukkan kepada mereka
12. 8
menumbuhkan kecemburuan/iri pada kaum mayoritas yang akan berpeluang
kepada konflik. Imam Ar-Razi ( DR. Yusuf Qardhawi; Norma dan Etika…)
mendefenisikan kemegahan/kemewahan sebagai kesombongan terhadap
kenikmatan dan kemudahan hidup. Dalam sebuah hadits dinyatakan bahwa orang
yang bermegahan dalam perutnya terkocok dengan api neraka;
5. Kosumsi Sosial
“Dan apabila dikatakakan kepada mereka: "Nafkahkanlah sebahagian dari reski
yang diberikan Allah kepadamu", maka orang-orang yang kafir itu berkata kepada
orang-orang yang beriman: "Apakah kami akan memberi makan kepada orang-
orang yang jika Allah menghendaki tentulah Dia akan memberinya makan,
tiadalah kamu melainkan dalam kesesatan yang nyata.” {QS. Yasiin: 47 }
6. Pemanfaatan Harta Untuk Masa Depan
Dalam Islam terdapat anjuran untuk memperhatikan kepentingan hari esok
atau masa datang, Allah SWT berfirman :
”Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah
setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat),
dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan.” { QS. al-Hasyr : 18 }
Ayat tersebut merupakan landasan dari pemanfaatn harta untuk tujuan masa
datang. Bertolak dari pandangan ini, dapat disimpulkan bahwa dalam Islam
terdapat tiga pilihan dari aktifitas pemanfaatan harta.
Pilihan masa datang, dapat direalisasikan dalam berbagai cara, misalnya :
o Pertama, melalui tabungan sebagai langkah penghematan dari kegiatan
pemanfaatan harta saat ini yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan lain di masa datang.
o Kedua, melalui investasi. Investasi merupakan sarana untuk
memproduktifkan kekayaan seseorang. Dengan investasi, seseorang
13. 9
dimungkinkan untuk memiliki pendapatan tambahan yang dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan saat ini atau mendatang.
Sedangkan, pilihan ketiga adalah pilihan terhadap tingkat kebutuhan hidup
manusia yang meliputi Darûriyyât, Hajjiât dan Tahsiniyât. Pilihan ketiga didasari
dari penetuan terhadap urutan prioritas yang harus dipenuhi oleh setiap manusia
sebagai konsumen.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Harta didefenisikan sebagai Segala sesuatu yang dimiliki oleh seseorang atau
kelompok berupa kekayaan, atau barang perdagangan, rumah, uang, hewan dan
lain sebagainya yang cenderung ingin dimiliki, dikuasai dan dimanfaatkan oleh
manusia. Harta dalam Islam pada hakikatnya adalah amanah (titipan) dari Allah
SWT. Sedangkan, pemilik mutlak terhadap segala sesuatu yang ada di muka bumi
ini, termasuk harta benda, adalah Allah SWT. Kepemilikan oleh manusia hanya
bersifat relatif, sebatas untuk melaksanakan amanah mengelola dan memanfaatkan
sesuai dengan ketentuan-Nya
Pada dasarnya Islam memberi kebebasan bagi manusia untuk mencari dan
mengusahakan hartanya dalam rangka menjaga kelangsungan hidup di dunia.
Kebebasan yang diberikan Islam tentu saja tidak bebas nilai. Seorang muslim
dituntut harus mampu membingkai kebebasan yang ia miliki dalam pencarian
harta dengan aturan Syariah. Islam mengajarkan agar manusia mencari
rezeki/harta melalui suatu jalan yang halal, yaitu jalan yang tidak bertentangan
dengan syariat dan hukum.
14. 10
Dalam konteks pembelanjaan harta, Islam mendorong penggunaan barang &
jasa yang halal, baik dan bermanfaat kepada setiap muslim. Barang-barang yang
tidak memiliki kebaikan dan tidak membantu meningkatkan manusia, menurut
konsep Islam, bukan barang dan tidak dapat dianggap sebagai milik atau aset
umat muslim. Oleh sebab itu, barang-barang yang dilarang (untuk dikonsumsi)
tidak dianggap barang dalam Islam.
Islam juga melarang seorang muslim membelanjakan hartanya dan menikmati
kehidupan duniawi ini secara boros dan berlebih-lebihan, namun dalam hal
(pembelanjaan) sedekah untuk meningkatkan kondisi kehidupan masyarakat dan
menyebarluaskan ajaran-ajaran Islam, konsep berlebih lebihan tersebut tidak
berlaku. Tidak ada pembatasan jumlah dalam belanja jenis ini (sedekah) dan
setiap pembelanjaan untuk keperluan tersebut akan mendapatkan imbalan
(pahala/kebaikan) dari Allah.
DAFTAR PUSTAKA
http://balianzahab.wordpress.com/makalah-hukum/hukum-islam/pandangan-
islam-terhadap-harta-dan-ekonomi
http://aoshywii.blogspot.com/2008/11/konsep-harta-al-mal-dalam-perspektif.html
http://akhirulsholeh.wordpress.com/2008/06/19/konsep-harta-aspek-islam/
http://opzaney.wordpress.com/2007/06/26/pengurusan-harta-dalam-islam/