Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae) menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan di Perairan Desa Bungin Permai Kecamatan Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan Sulawesi Tenggara
Laporan ini membahas Praktek Kerja Lapang (PKL) budidaya rumput laut Kappaphycus alvarezii menggunakan bibit hasil kultur jaringan di perairan Desa Bungin Permai, Kecamatan Tinanggea, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara. PKL ini bertujuan untuk mengetahui pengelolaan kegiatan budidaya rumput laut se
Budidaya Kappaphycus alvarezii menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan dengan...Azlan Azlan
Budidaya Kappaphycus alvarezii menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan dengan Metode Longline di Desa Bungin Permai Kecamatan Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan Sulawesi Tenggara
ABSTRAK
Rumput laut merupakan salah satu sumber daya pesisir yang memiliki nilai ekonomis cukup tinggi dan merupakan komoditas ekspor di sektor budidaya perikanan Indonesia. Budidaya rumput laut ini menggunakan bibit yang berasal dari hasil kultur jaringan. Kegiatan praktek kerja lapang (PKL) dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan yaitu April-Juni 2017 di perairan Desa Bungin Permai, Kecamatan Tinanggea, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara. Kegiatan PKL dimulai dari persiapan alat dan bahan praktek, penanaman dan pemeliharaan rumput laut, monitoring, pemanenan, pasca panen hingga pemasaran. Epifit yang ditemukan ada dua jenis yaitu Sargassum polychystum dan Hypnea musciformis. Hasil yang diperoleh dalam PKL ini ialah laju pertumbuhan spesifik (LPS) rumput laut yang dipelihara yaitu 4,6%/hari dengan rasio berat kering : berat basah adalah 1 : 6. Parameter kualitas air yang didapatkan pada perairan Bungin Permai yaitu suhu berkisar 28-31ºC sedangkan salinitas berkisar 31-33 ppt. Harga pasar untuk rumput laut ini yaitu Rp 9.000/kg.
Kata Kunci : Rumput laut Kappaphycus alvarezii, Bibit Hasil Kultur Jaringan, LPS 4,6%/hari.
Rumput laut merupakan komoditas unggulan perikanan budidaya yang produksinya tersebar diantara komoditas unggulan lainnya. Salah satu jenis rumput laut yang berkomersil penting ialah Kappaphycus alvarezii. Budidaya rumput laut ini menggunakan bibit yang berasal dari hasil kultur jaringan dengan metode budidaya yang digunakan adalah metode longline. Praktek kerja lapang ini dilaksanakan selama 3 bulan (April – Juni) 2017 di sekitar Perairan Desa Bungin Permai, Kecamatan Tinanggea, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara. Praktek ini meliputi beberapa kegiatan seperti persiapan alat dan bahan, pengikatan dan penanaman bibit, monitoring rumput laut, pemanenan dan pasca panen. Monitoring dilakukan yang bertujuan untuk membersihkan rumput laut dari tanaman tanaman pengganggu yang dapat menjadi pesaing dalam mencari makanan yaitu Sargassum polycystum dan Hypnea musciformes. Hasil yang diperoleh dalam praktek lapang ini ialah rata rata laju pertumbuhan spesifik rumput laut yang dipelihara yaitu 5,53%/hari. Parameter kualitas air yang didapatkan pada Perairan Bungin Permai yaitu suhu berkisar 28-31°C sedangkan salinitas berkisar 31-33ppt. Harga pasar untuk rumput laut ini yaitu Rp. 9.000/kg.
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty ex Silva (Soliericeae, Gigartinales, Rhodophyta) Menggunakan Bibit Hasil Seleksi Klon yang telah di Kultur Jaringankan di Perairan Desa Bungin Permai Kecamatan Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan Sulawesi Tenggara
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii dengan Metode Longline Menggunakan...BdpWinarti
Budidaya rumput laut telah berkembang pada setiap kabupaten/kota se-Provinsi Sulawesi Tenggara. Rumput laut jenis Kappaphycus alvarezii merupakan komoditas unggulan di sektor perikanan. Kegiatan praktek kerja lapang (PKL) dilaksanakan selama 3 bulan (April-Juni 2017) di perairan Desa Bungin Permai, Kecamatan Tinanggea, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara. Kegiatan tersebut mulai dari persiapan alat dan bahan praktek, penanaman dan pemeliharaan rumput laut, pemanenan, panen, pasca panen hingga pemasaran. Metode yang digunakan dalam PKL ini metode longline, menggunakan bibit hasil mikropropagasi dan bibit yang digunakan seberat 10 g dengan jarak tanam 10 cm. Kegiatan monitoring dilakukan untuk membersihkan rumput laut dari epifit jenis Sargassum polychystum dan Hypnea musciformis. LPS yaitu 5.04%/hari dan rasio berat kering : berat basah adalah 1 : 10. Parameter kualitas air yang diperoleh yaitu suhu berkisar 28-310C dan Salinitas berkisar 31-33 ppt. Pengeringan rumput laut dengan menggunakan metode gantung serta harga pasar rumput laut K. alvarezii mencapai Rp. 9.000/kg.
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty ex Silva (Rhodophyta, ...rama bdpuho
Rumput laut Kappaphycus alvarezi merupakan salah satu komoditas unggulan di bidang perikanan dan kelautan Indonesia karena jenis rumput laut ini menghasilkan karagenan yang bernilai ekonomis tinggi. Budidaya rumput laut ini menggunakan bibit hasil kultur jaringan dengan metode longline. Praktek kerja lapang (PKL) Manajemen Akuakultur Laut ini dilaksanakan di desa Bungin Permai selama 35 hari masa pemeliharaan, dan terhitung selama 3 bulan April-Juni 2017 untuk keseluruhan lama proses PKL dimulai dari tahap asistensi praktikum, tahap persiapan, mengikat bibit, proses penanaman, monitoring rumput laut, panen dan pasca panen, serta pemasaran. Monitoring dilakukan setiap dua kali seminggu (Kamis dan Sabtu) untuk membersihkan rumput laut yang menempel dari tanaman pengganggu seperti Sargassum polychystum dan Hypnea musciformis. Laju pertumbuhan spesifik (LPS) rumput laut K. alvarezii yang diamati selama PKL yaitu 4.6%/hari, dan rasio berat kering : berat basah adalah 1:6. Parameter kualitas air seperti suhu berkisar 28-31oC sedangkan salinitas berkisar antara 31-33 ppt, di Perairan Bungin Permai. Harga pasar rumput laut jenis K. alvarezii dengan harga Rp. 9.000/kg untuk kualitas rumput laut yang baik.
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Solieriaceae) dengan ...Putri Didyawati
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Solieriaceae) dengan Metode Longline Menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan di Perairan Desa Bungin Permai Kecamatan Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara
ABSTRAK
Rumput laut merupakan komoditas ekonomis penting di bidang perikanan. Jenis rumput laut yang biasa di gunakan yaitu jenis Kappaphycus alvarezii. Praktek Kerja lapang (PKL) Manajemen Akuakultur Laut ini dilaksanakan di Desa Bungin Permai Kecamatan Tinanggea, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara selama 3 bulan (Apri-Juni 2017), yang dilaksanakan dalam beberapa kegiatan mulai dari asistensi PKL, tahap persiapan, pengikatan bibit, penanaman, monitoring, panen dan pasca panen. Monitoring dilakukan untuk membersihkan rumput laut dari tanaman pengganggu seperti epifit jenis Sargassum polychystum dan Hypnea musciformis. Metode yang digunakan adalah metode longline, Laju Pertumbuhan Spesifik (LPS) rumput laut K. alvarezii yang diamati selama PKL yaitu 3,92%. Rasio berat kering : berat basah adalah 1:4 Parameter kualitas air seperti suhu berkisar 28-31 ºC sedangkan salintitas berkisar antara 31-33 ppt di Perairan Bungin Permai. Harga pasar rumput laut K. alvarezii yaitu Rp. 9.000/kg.
Kata Kunci : Rumput laut Kappaphycus alvarezii, Kultur Jaringan, LPS,
Laporan Lengkap Manajemen Akuakultur Laut 2018Citra Utami
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty) Menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan di Desa Bungin Permai Kecamatan Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan Sulawesi Tenggara Indonesia (Monitoring Tahun Kedua)
Laporan Praktek Kerja Lapang Manajemen Akuakultur Laut monitoring ke 2 (2018)AzukaYuukanna1
Laporan Prakek Kerja Lapang Manajemen Akuakultur Laut. Budidaya rumput laut (Kappaphycus alvarezii) di Desa Bungin Permai, Tinanggea, Sulawesi Tenggara menggunakan bibit kultur jaringan, monitoring tahun ke 2 (2018).
Budidaya Kappaphycus alvarezii menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan dengan...Azlan Azlan
Budidaya Kappaphycus alvarezii menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan dengan Metode Longline di Desa Bungin Permai Kecamatan Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan Sulawesi Tenggara
ABSTRAK
Rumput laut merupakan salah satu sumber daya pesisir yang memiliki nilai ekonomis cukup tinggi dan merupakan komoditas ekspor di sektor budidaya perikanan Indonesia. Budidaya rumput laut ini menggunakan bibit yang berasal dari hasil kultur jaringan. Kegiatan praktek kerja lapang (PKL) dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan yaitu April-Juni 2017 di perairan Desa Bungin Permai, Kecamatan Tinanggea, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara. Kegiatan PKL dimulai dari persiapan alat dan bahan praktek, penanaman dan pemeliharaan rumput laut, monitoring, pemanenan, pasca panen hingga pemasaran. Epifit yang ditemukan ada dua jenis yaitu Sargassum polychystum dan Hypnea musciformis. Hasil yang diperoleh dalam PKL ini ialah laju pertumbuhan spesifik (LPS) rumput laut yang dipelihara yaitu 4,6%/hari dengan rasio berat kering : berat basah adalah 1 : 6. Parameter kualitas air yang didapatkan pada perairan Bungin Permai yaitu suhu berkisar 28-31ºC sedangkan salinitas berkisar 31-33 ppt. Harga pasar untuk rumput laut ini yaitu Rp 9.000/kg.
Kata Kunci : Rumput laut Kappaphycus alvarezii, Bibit Hasil Kultur Jaringan, LPS 4,6%/hari.
Rumput laut merupakan komoditas unggulan perikanan budidaya yang produksinya tersebar diantara komoditas unggulan lainnya. Salah satu jenis rumput laut yang berkomersil penting ialah Kappaphycus alvarezii. Budidaya rumput laut ini menggunakan bibit yang berasal dari hasil kultur jaringan dengan metode budidaya yang digunakan adalah metode longline. Praktek kerja lapang ini dilaksanakan selama 3 bulan (April – Juni) 2017 di sekitar Perairan Desa Bungin Permai, Kecamatan Tinanggea, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara. Praktek ini meliputi beberapa kegiatan seperti persiapan alat dan bahan, pengikatan dan penanaman bibit, monitoring rumput laut, pemanenan dan pasca panen. Monitoring dilakukan yang bertujuan untuk membersihkan rumput laut dari tanaman tanaman pengganggu yang dapat menjadi pesaing dalam mencari makanan yaitu Sargassum polycystum dan Hypnea musciformes. Hasil yang diperoleh dalam praktek lapang ini ialah rata rata laju pertumbuhan spesifik rumput laut yang dipelihara yaitu 5,53%/hari. Parameter kualitas air yang didapatkan pada Perairan Bungin Permai yaitu suhu berkisar 28-31°C sedangkan salinitas berkisar 31-33ppt. Harga pasar untuk rumput laut ini yaitu Rp. 9.000/kg.
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty ex Silva (Soliericeae, Gigartinales, Rhodophyta) Menggunakan Bibit Hasil Seleksi Klon yang telah di Kultur Jaringankan di Perairan Desa Bungin Permai Kecamatan Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan Sulawesi Tenggara
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii dengan Metode Longline Menggunakan...BdpWinarti
Budidaya rumput laut telah berkembang pada setiap kabupaten/kota se-Provinsi Sulawesi Tenggara. Rumput laut jenis Kappaphycus alvarezii merupakan komoditas unggulan di sektor perikanan. Kegiatan praktek kerja lapang (PKL) dilaksanakan selama 3 bulan (April-Juni 2017) di perairan Desa Bungin Permai, Kecamatan Tinanggea, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara. Kegiatan tersebut mulai dari persiapan alat dan bahan praktek, penanaman dan pemeliharaan rumput laut, pemanenan, panen, pasca panen hingga pemasaran. Metode yang digunakan dalam PKL ini metode longline, menggunakan bibit hasil mikropropagasi dan bibit yang digunakan seberat 10 g dengan jarak tanam 10 cm. Kegiatan monitoring dilakukan untuk membersihkan rumput laut dari epifit jenis Sargassum polychystum dan Hypnea musciformis. LPS yaitu 5.04%/hari dan rasio berat kering : berat basah adalah 1 : 10. Parameter kualitas air yang diperoleh yaitu suhu berkisar 28-310C dan Salinitas berkisar 31-33 ppt. Pengeringan rumput laut dengan menggunakan metode gantung serta harga pasar rumput laut K. alvarezii mencapai Rp. 9.000/kg.
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty ex Silva (Rhodophyta, ...rama bdpuho
Rumput laut Kappaphycus alvarezi merupakan salah satu komoditas unggulan di bidang perikanan dan kelautan Indonesia karena jenis rumput laut ini menghasilkan karagenan yang bernilai ekonomis tinggi. Budidaya rumput laut ini menggunakan bibit hasil kultur jaringan dengan metode longline. Praktek kerja lapang (PKL) Manajemen Akuakultur Laut ini dilaksanakan di desa Bungin Permai selama 35 hari masa pemeliharaan, dan terhitung selama 3 bulan April-Juni 2017 untuk keseluruhan lama proses PKL dimulai dari tahap asistensi praktikum, tahap persiapan, mengikat bibit, proses penanaman, monitoring rumput laut, panen dan pasca panen, serta pemasaran. Monitoring dilakukan setiap dua kali seminggu (Kamis dan Sabtu) untuk membersihkan rumput laut yang menempel dari tanaman pengganggu seperti Sargassum polychystum dan Hypnea musciformis. Laju pertumbuhan spesifik (LPS) rumput laut K. alvarezii yang diamati selama PKL yaitu 4.6%/hari, dan rasio berat kering : berat basah adalah 1:6. Parameter kualitas air seperti suhu berkisar 28-31oC sedangkan salinitas berkisar antara 31-33 ppt, di Perairan Bungin Permai. Harga pasar rumput laut jenis K. alvarezii dengan harga Rp. 9.000/kg untuk kualitas rumput laut yang baik.
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Solieriaceae) dengan ...Putri Didyawati
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Solieriaceae) dengan Metode Longline Menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan di Perairan Desa Bungin Permai Kecamatan Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara
ABSTRAK
Rumput laut merupakan komoditas ekonomis penting di bidang perikanan. Jenis rumput laut yang biasa di gunakan yaitu jenis Kappaphycus alvarezii. Praktek Kerja lapang (PKL) Manajemen Akuakultur Laut ini dilaksanakan di Desa Bungin Permai Kecamatan Tinanggea, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara selama 3 bulan (Apri-Juni 2017), yang dilaksanakan dalam beberapa kegiatan mulai dari asistensi PKL, tahap persiapan, pengikatan bibit, penanaman, monitoring, panen dan pasca panen. Monitoring dilakukan untuk membersihkan rumput laut dari tanaman pengganggu seperti epifit jenis Sargassum polychystum dan Hypnea musciformis. Metode yang digunakan adalah metode longline, Laju Pertumbuhan Spesifik (LPS) rumput laut K. alvarezii yang diamati selama PKL yaitu 3,92%. Rasio berat kering : berat basah adalah 1:4 Parameter kualitas air seperti suhu berkisar 28-31 ºC sedangkan salintitas berkisar antara 31-33 ppt di Perairan Bungin Permai. Harga pasar rumput laut K. alvarezii yaitu Rp. 9.000/kg.
Kata Kunci : Rumput laut Kappaphycus alvarezii, Kultur Jaringan, LPS,
Laporan Lengkap Manajemen Akuakultur Laut 2018Citra Utami
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty) Menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan di Desa Bungin Permai Kecamatan Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan Sulawesi Tenggara Indonesia (Monitoring Tahun Kedua)
Laporan Praktek Kerja Lapang Manajemen Akuakultur Laut monitoring ke 2 (2018)AzukaYuukanna1
Laporan Prakek Kerja Lapang Manajemen Akuakultur Laut. Budidaya rumput laut (Kappaphycus alvarezii) di Desa Bungin Permai, Tinanggea, Sulawesi Tenggara menggunakan bibit kultur jaringan, monitoring tahun ke 2 (2018).
Laporan Manajemen Akuakultur Laut Rumput Laut Seleksi KlonNovaIndriana
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty ex Silva
(Soliericeae, Rhodophyta) Menggunakan Bibit Hasil Seleksi Klon yang telah Dikultur Jaringankan di Perairan Desa Bungin Permai
Kecamatan Tinanggea Sulawesi Tenggara
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty Ex Silva (Rhodophyta, Solieriaceae) Menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan di Desa Bungin Permai Kecamatan Tinanggea Sulawesi Tenggara (Monitoring Tahun Ketiga)
Laporan Manajemen Akuakultur Laut 2019Ani Febriani
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty) Menggunakan Bibit Hasil Seleksi Klon yang telah di Kultur Jaringankan (Prof) di Perairan Desa Bungin Permai Kecamatan Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan Sulawesi Tenggara (Monitoring Tahun Kedua)
Laporan Lengkap Manajemen Akuakultur Laut 2018Muhammad Arif
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty Ex Silva (Rhodophyta, Soliericeae) Menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan di Desa Bungin Permai Kecamatan Tinanggea, Kabupaten Konawe, Selatan Sulawesi Tenggara (Monitoring Tahun Kedua)
BACKYARD HATCHERY RAJUNGAN; SUATU ALTERNATIF USAHA BUDIDAYAlisa ruliaty 631971
Konsep pembenihan rajungan skala rumah tangga (backyard hatchery rajungan) merupakan penerapan teknik dengan mengadopsi serta menyederhanakan beberapa teknik pemeliharaan yang telah dilakukan di unit pembenihan rajungan di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara.. Aplikasi teknis di lapangan meliputi (1) Pemanfaatan bak-bak HSRT udang windu yang tidak operasional. (2) Air laut sebagai media pemeliharaan (3) Larva awal atau Zoea di dapatkan dari induk bertelur Tk.III dari alam (4) Kepadatan larva awal 50-100 ekor/liter (5) Pakan : (a) Inokulant chlorella dan rotifera, kepadatan chlorella dipertahankan pada kepadatan 50.000 – 500.000 sel/ml, untuk awal pemeliharaan diperlukan 2 kantong inokulant chlorella sedangkan kepadatan rotifera 5 – 15 ekor/ml diberikan hingga hari ke-7. (b) Nauplius artemia diberikan pada hari ke-dua dengan kepadatan 5-20 ekor /larva/hari dan diberikan 2 kali (pagi dan sore hari) setelah penebaran larva Zoea hingga stadia crab 1 (hari 13 atau 14) (c) Pakan buatan komersial ukuran 100 – 400 mikron diberikan dengan dosis 0,4 - 1 ppm dan frekuensi 4x sehari hingga panen. (d) Udang kupas diblender diberikan sejak crab 1 (hari 13 atau 14) hingga panen (crab 5 pada hari ke-16) sebanyak 10 – 30 gram per 5.000 ekor crab setiap harinya. (6) Penggantian air dilakukan 3 hari sekali sebesar 20%, dan suhu media pemeliharaan di pertahankan minimal 30 oC dengan cara menutup bak dengan terpal (7) Monitoring kesehatan dilakukan secara visual, yaitu dengan mengamati respon larva terhadap cahaya serta persentase larva yang tertarik terhadap cahaya matahari. (8) Pemasangan shelter berupa waring hitam (ukuran 0,5 x 1 m sebanyak 10 buah/bak) untuk memperbesar luas permukaan pada umur pemeliharaan 7 – 8 hari (Sub stadia Zoea 4). Selama 16 hari pemeliharaan diperoleh benih rajungan stadia C-6 dengan SR 8%.
Hasil analisa biaya pada pembenihan rajungan skala rumah tangga dengan mengoperasikan satu unit bak pemeliharaan larva volume 8 m3 selama 16 hari pemeliharaan memberikan keuntungan yang cukup lumayan sebagai hasil sampingan keluarga.
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii dengan Metode Longline Menggunaka...Jeslin Jes
Rumput laut merupakan salah satu komoditas unggulan pada kegiatan revitalisasi perikanan yang prospektif. Rumput laut K. alvarezii merupakan rumput laut yang mempunyai potensi penting untuk budidaya komersil. Budidaya rumput laut ini menggunakan bibit hasil kultur jaringan yang dibudidayakan dengan metode longline. Praktek kerja lapang (PKL). Manajemen Akuakultur Laut ini dilaksanakan di Desa Bungin Permai.. PKL ini dimulai dari tahap asistensi praktikum, tahap persiapan, mengikat bibit, proses penanaman, monitoring dilakukan untuk membersihkan rumput laut dari tanaman pengganggu seperti epifit jenis Sargassum polychystum dan Hypnea musciformis. Laju Pertumbuhan Spesifik (LPS) K. alvarezii yang diperoleh selama praktek yaitu 3.92%/hari. Parameter kualitas air yaitu suhu berkisar 28-31ºC sedangkan salinitas berkisar antara 31-33 ppt, di perairan Bungin Permai. Harga pasar rumput laut K. alvarezii yaitu Rp. 9.000/kg.
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty Ex Silva (Rhodophyta, Solieriaceae) Menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan di Desa Bungin Permai Kecamatan Tinanggea Sulawesi Tenggara (Monitoring Tahun Ketiga)
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliericeae) Menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan dengan Metode Longline di Desa Bungin Permai, Kecamatan Tinanggea, Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara (Monitoring Tahun ke-II)
Kajian perekayasaan untuk menghasilkan teknologi produksi baby crab rajungan di hapa dan bak terkendali telah dilakukan. Pada kajian ini, pemeliharaan benih Crab 5 hingga menghasilkan ukuran berat 1,5 – 1,8 gram (ukuran baby crab) dilakukan dengan 2 perlakuan kepadatan yaitu 250 ekor/m2 dan 500 ekor/m2. Pemeliharaan baby crab di bak dengan memberi substrat pasir setebal ± 5 cm dan shelter berupa tali rafia yang dibuat menyerupai rumput laut (artificial sea weed), sedangkan pemeliharaan di hapa dengan pemberian shelter artificial sea weed. Pemberian pakan ikan rucah sebesar 200 – 300 gram/1000 ekor crab/hari (> 200% berat biomass). Dari kajian didapatkan, hingga umur pemeliharaan 14 hari (C-19) belum didapatkan berat baby crab yang diharapkan (< 0,5 gr) sehingga pemeliharaan ditambah menjadi 24 hari (C-29). Hingga umur pemeliharaan 14 hari (C-19) tidak ada perbedaan kelulushidupan pada pemeliharaan di hapa maupun di bak dengan kepadatan 250 ekor/m2 atau pun kepadatan 500 ekor/m2. Terdapat perbedaan sangat nyata (P<0,01) pada umur pemeliharaan hingga 24 hari (C-29) terhadap nilai kelulushidupan pemeliharaan baby crab di bak dan di hapa baik dengan kepadatan 250 ekor/m2 maupun dengan kepadatan 500 ekor/m2. Nilai kelulushidupan yang lebih baik dihasilkan pada pemeliharaan di bak sebesar 30,3% pada kepadatan 250 ekor/m2 dan 26,8% pada kepadatan 500 ekor/m2. Dari hasil analisa proximat, baby crab yang dipelihara pada hapa mengandung protein yang lebih tinggi sebesar 27,5% dibandingkan baby crab yang dipelihara di bak sebesar 20,5%. Sedangkan dari tes organoleptik yang dilakukan, tidak ada perbedaan antara baby crab yang dipelihara di hapa maupun di bak terhadap rasa, warna, aroma maupun tekstur. Biaya produksi baby crab di bak dengan kepadatan 250 ekor/m2 sebesar Rp. 135.000/kg merupakan yang termurah dibandingkan yang lainnya.
Praktek Kerja Lapang pada Usaha Pembesaran Ikan Nila (Oreochromis niloticus) ...Fathur Fathur
Laporan hasil PKL mahasiswa Agrobisnis Perikanan, Universitas Brawijaya, sebagai wawasan, pengetahuan dan terapan hasil dari bangku kuliah pada keadaan lapang
Laporan lengkap praktek kerja lapang (pkl) marikultur 2017rama BDP
Praktek Kerja Lapang (PKL) dilaksanakan selama 3 bulan yaitu bulan April - Juni 2017 di Desa Bungin Permai. Praktek ini dimulai dari tahap asistensi praktikum, tahap persiapan, mengikat bibit, proses penanaman, monitoring rumput laut, panen dan pasca panen serta pemasaran. Monitoring dilakukan untuk membersihkan rumput laut dari epifit seperti lumut dan Sargassum polychystum dan Hypnea musciformis. Laju Pertumbuhan Spesifik (LPS) rumput laut K. alvarezii yang diamati selama PKL yaitu 4,6%/ hari. Rasio berat kering dan berat basah adalah 1 : 6. Parameter kualitas air seperti suhu berkisar 28-31ºC sedangkan salinitas berkisar antara 31-33 ppt. Hasil pasca panen didapatkan kualitas rumput laut yang kurang bagus. Hal ini disebabkan karena pada saat proses penjemuran yang dilakukan tidak standar dan juga disebabkan karena keterlambatan penjemuran. Harga pasar rumput laut K. alvarezii sekarang yaitu Rp 9.000/kg.
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Solieriaceae) dengan ...sadaria bdp
Rumput laut Kappaphycus alvarezii merupakan komoditas yang bernilai ekonomis tinggi. Praktek Kerja lapang (PKL) Manajemen Akuakultur Laut ini dilaksanakan di Desa Bungin Permai Kecamatan Tinanggea, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara selama 3 bulan, yang meliputi beberapa kegiatan mulai dari asistensi PKL, tahap persiapan, pengikatan bibit, penanaman, monitoring, panen dan pasca panen. Monitoring dilakukan untuk membersihkan rumput laut dari tanaman pengganggu seperti epifit jenis Sargassum polychystum dan Hypnea musciformis. Bibit yang digunakan dalam PKL ini adalah bibit hasil kultur jaringan (mikropropagasi) dengan berat 10 g, dan jarak tanam 10 cm. Metode yang digunakan adalah metode longline, Laju Pertumbuhan Spesifik (LPS) rumput laut K. alvarezii yang diamati selama PKL yaitu 5,53%/ hari dan rasio berat kering: berat basah yaitu 1:8. Parameter kualitas air yang diperoleh selama PKL seperti suhu berkisar antara 28-31 ºC dan salintitas berkisar 31-33 ppt. Harga pasar rumput laut K. alvarezii yaitu Rp 9.000/kg.
Laporan Manajemen Akuakultur Laut Rumput Laut Seleksi KlonNovaIndriana
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty ex Silva
(Soliericeae, Rhodophyta) Menggunakan Bibit Hasil Seleksi Klon yang telah Dikultur Jaringankan di Perairan Desa Bungin Permai
Kecamatan Tinanggea Sulawesi Tenggara
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty Ex Silva (Rhodophyta, Solieriaceae) Menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan di Desa Bungin Permai Kecamatan Tinanggea Sulawesi Tenggara (Monitoring Tahun Ketiga)
Laporan Manajemen Akuakultur Laut 2019Ani Febriani
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty) Menggunakan Bibit Hasil Seleksi Klon yang telah di Kultur Jaringankan (Prof) di Perairan Desa Bungin Permai Kecamatan Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan Sulawesi Tenggara (Monitoring Tahun Kedua)
Laporan Lengkap Manajemen Akuakultur Laut 2018Muhammad Arif
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty Ex Silva (Rhodophyta, Soliericeae) Menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan di Desa Bungin Permai Kecamatan Tinanggea, Kabupaten Konawe, Selatan Sulawesi Tenggara (Monitoring Tahun Kedua)
BACKYARD HATCHERY RAJUNGAN; SUATU ALTERNATIF USAHA BUDIDAYAlisa ruliaty 631971
Konsep pembenihan rajungan skala rumah tangga (backyard hatchery rajungan) merupakan penerapan teknik dengan mengadopsi serta menyederhanakan beberapa teknik pemeliharaan yang telah dilakukan di unit pembenihan rajungan di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara.. Aplikasi teknis di lapangan meliputi (1) Pemanfaatan bak-bak HSRT udang windu yang tidak operasional. (2) Air laut sebagai media pemeliharaan (3) Larva awal atau Zoea di dapatkan dari induk bertelur Tk.III dari alam (4) Kepadatan larva awal 50-100 ekor/liter (5) Pakan : (a) Inokulant chlorella dan rotifera, kepadatan chlorella dipertahankan pada kepadatan 50.000 – 500.000 sel/ml, untuk awal pemeliharaan diperlukan 2 kantong inokulant chlorella sedangkan kepadatan rotifera 5 – 15 ekor/ml diberikan hingga hari ke-7. (b) Nauplius artemia diberikan pada hari ke-dua dengan kepadatan 5-20 ekor /larva/hari dan diberikan 2 kali (pagi dan sore hari) setelah penebaran larva Zoea hingga stadia crab 1 (hari 13 atau 14) (c) Pakan buatan komersial ukuran 100 – 400 mikron diberikan dengan dosis 0,4 - 1 ppm dan frekuensi 4x sehari hingga panen. (d) Udang kupas diblender diberikan sejak crab 1 (hari 13 atau 14) hingga panen (crab 5 pada hari ke-16) sebanyak 10 – 30 gram per 5.000 ekor crab setiap harinya. (6) Penggantian air dilakukan 3 hari sekali sebesar 20%, dan suhu media pemeliharaan di pertahankan minimal 30 oC dengan cara menutup bak dengan terpal (7) Monitoring kesehatan dilakukan secara visual, yaitu dengan mengamati respon larva terhadap cahaya serta persentase larva yang tertarik terhadap cahaya matahari. (8) Pemasangan shelter berupa waring hitam (ukuran 0,5 x 1 m sebanyak 10 buah/bak) untuk memperbesar luas permukaan pada umur pemeliharaan 7 – 8 hari (Sub stadia Zoea 4). Selama 16 hari pemeliharaan diperoleh benih rajungan stadia C-6 dengan SR 8%.
Hasil analisa biaya pada pembenihan rajungan skala rumah tangga dengan mengoperasikan satu unit bak pemeliharaan larva volume 8 m3 selama 16 hari pemeliharaan memberikan keuntungan yang cukup lumayan sebagai hasil sampingan keluarga.
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii dengan Metode Longline Menggunaka...Jeslin Jes
Rumput laut merupakan salah satu komoditas unggulan pada kegiatan revitalisasi perikanan yang prospektif. Rumput laut K. alvarezii merupakan rumput laut yang mempunyai potensi penting untuk budidaya komersil. Budidaya rumput laut ini menggunakan bibit hasil kultur jaringan yang dibudidayakan dengan metode longline. Praktek kerja lapang (PKL). Manajemen Akuakultur Laut ini dilaksanakan di Desa Bungin Permai.. PKL ini dimulai dari tahap asistensi praktikum, tahap persiapan, mengikat bibit, proses penanaman, monitoring dilakukan untuk membersihkan rumput laut dari tanaman pengganggu seperti epifit jenis Sargassum polychystum dan Hypnea musciformis. Laju Pertumbuhan Spesifik (LPS) K. alvarezii yang diperoleh selama praktek yaitu 3.92%/hari. Parameter kualitas air yaitu suhu berkisar 28-31ºC sedangkan salinitas berkisar antara 31-33 ppt, di perairan Bungin Permai. Harga pasar rumput laut K. alvarezii yaitu Rp. 9.000/kg.
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty Ex Silva (Rhodophyta, Solieriaceae) Menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan di Desa Bungin Permai Kecamatan Tinanggea Sulawesi Tenggara (Monitoring Tahun Ketiga)
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliericeae) Menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan dengan Metode Longline di Desa Bungin Permai, Kecamatan Tinanggea, Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara (Monitoring Tahun ke-II)
Kajian perekayasaan untuk menghasilkan teknologi produksi baby crab rajungan di hapa dan bak terkendali telah dilakukan. Pada kajian ini, pemeliharaan benih Crab 5 hingga menghasilkan ukuran berat 1,5 – 1,8 gram (ukuran baby crab) dilakukan dengan 2 perlakuan kepadatan yaitu 250 ekor/m2 dan 500 ekor/m2. Pemeliharaan baby crab di bak dengan memberi substrat pasir setebal ± 5 cm dan shelter berupa tali rafia yang dibuat menyerupai rumput laut (artificial sea weed), sedangkan pemeliharaan di hapa dengan pemberian shelter artificial sea weed. Pemberian pakan ikan rucah sebesar 200 – 300 gram/1000 ekor crab/hari (> 200% berat biomass). Dari kajian didapatkan, hingga umur pemeliharaan 14 hari (C-19) belum didapatkan berat baby crab yang diharapkan (< 0,5 gr) sehingga pemeliharaan ditambah menjadi 24 hari (C-29). Hingga umur pemeliharaan 14 hari (C-19) tidak ada perbedaan kelulushidupan pada pemeliharaan di hapa maupun di bak dengan kepadatan 250 ekor/m2 atau pun kepadatan 500 ekor/m2. Terdapat perbedaan sangat nyata (P<0,01) pada umur pemeliharaan hingga 24 hari (C-29) terhadap nilai kelulushidupan pemeliharaan baby crab di bak dan di hapa baik dengan kepadatan 250 ekor/m2 maupun dengan kepadatan 500 ekor/m2. Nilai kelulushidupan yang lebih baik dihasilkan pada pemeliharaan di bak sebesar 30,3% pada kepadatan 250 ekor/m2 dan 26,8% pada kepadatan 500 ekor/m2. Dari hasil analisa proximat, baby crab yang dipelihara pada hapa mengandung protein yang lebih tinggi sebesar 27,5% dibandingkan baby crab yang dipelihara di bak sebesar 20,5%. Sedangkan dari tes organoleptik yang dilakukan, tidak ada perbedaan antara baby crab yang dipelihara di hapa maupun di bak terhadap rasa, warna, aroma maupun tekstur. Biaya produksi baby crab di bak dengan kepadatan 250 ekor/m2 sebesar Rp. 135.000/kg merupakan yang termurah dibandingkan yang lainnya.
Praktek Kerja Lapang pada Usaha Pembesaran Ikan Nila (Oreochromis niloticus) ...Fathur Fathur
Laporan hasil PKL mahasiswa Agrobisnis Perikanan, Universitas Brawijaya, sebagai wawasan, pengetahuan dan terapan hasil dari bangku kuliah pada keadaan lapang
Praktek Kerja Lapang pada Usaha Pembesaran Ikan Nila (Oreochromis niloticus) ...
Similar to Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae) menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan di Perairan Desa Bungin Permai Kecamatan Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan Sulawesi Tenggara
Laporan lengkap praktek kerja lapang (pkl) marikultur 2017rama BDP
Praktek Kerja Lapang (PKL) dilaksanakan selama 3 bulan yaitu bulan April - Juni 2017 di Desa Bungin Permai. Praktek ini dimulai dari tahap asistensi praktikum, tahap persiapan, mengikat bibit, proses penanaman, monitoring rumput laut, panen dan pasca panen serta pemasaran. Monitoring dilakukan untuk membersihkan rumput laut dari epifit seperti lumut dan Sargassum polychystum dan Hypnea musciformis. Laju Pertumbuhan Spesifik (LPS) rumput laut K. alvarezii yang diamati selama PKL yaitu 4,6%/ hari. Rasio berat kering dan berat basah adalah 1 : 6. Parameter kualitas air seperti suhu berkisar 28-31ºC sedangkan salinitas berkisar antara 31-33 ppt. Hasil pasca panen didapatkan kualitas rumput laut yang kurang bagus. Hal ini disebabkan karena pada saat proses penjemuran yang dilakukan tidak standar dan juga disebabkan karena keterlambatan penjemuran. Harga pasar rumput laut K. alvarezii sekarang yaitu Rp 9.000/kg.
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Solieriaceae) dengan ...sadaria bdp
Rumput laut Kappaphycus alvarezii merupakan komoditas yang bernilai ekonomis tinggi. Praktek Kerja lapang (PKL) Manajemen Akuakultur Laut ini dilaksanakan di Desa Bungin Permai Kecamatan Tinanggea, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara selama 3 bulan, yang meliputi beberapa kegiatan mulai dari asistensi PKL, tahap persiapan, pengikatan bibit, penanaman, monitoring, panen dan pasca panen. Monitoring dilakukan untuk membersihkan rumput laut dari tanaman pengganggu seperti epifit jenis Sargassum polychystum dan Hypnea musciformis. Bibit yang digunakan dalam PKL ini adalah bibit hasil kultur jaringan (mikropropagasi) dengan berat 10 g, dan jarak tanam 10 cm. Metode yang digunakan adalah metode longline, Laju Pertumbuhan Spesifik (LPS) rumput laut K. alvarezii yang diamati selama PKL yaitu 5,53%/ hari dan rasio berat kering: berat basah yaitu 1:8. Parameter kualitas air yang diperoleh selama PKL seperti suhu berkisar antara 28-31 ºC dan salintitas berkisar 31-33 ppt. Harga pasar rumput laut K. alvarezii yaitu Rp 9.000/kg.
Budidaya Rumput Laut Jenis Kappaphycus alvarezii Menggunakan Bibit (Rhodophyt...Dewi yanti mochtar
Rumput Laut (seaweed) merupakan salah satu potensi sumberdaya perairan yang yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Tujuan dari praktek kerja lapang (PKL) untuk mengetahui teknik budidaya rumput laut Kappaphycus alvarezii dengan menggunakan metode longline. PKL ini dilaksanakan selama 3 bulan (April – Juni 2017) di Perairan Desa Bungin Permai, Kecamatan Tinanggea, Kabupaten Konawe Selatan. PKL ini meliputi kegiatan seperti persiapan alat dan bahan, pengikatan dan penanaman bibit, monitoring rumput laut, pemanenan dan pasca panen serta pemasaran. Monitoring dilakukan untuk membersihkan rumput laut dari lumut dan epifit seperti Sargassum polychystum dan Hypnea musciformis. Laju pertumbuhan spesifik (LPS) rumput laut K. alvarezii yang diamati selama PKL yaitu 5.04%/hari dan rasio berat kering : berat basah 1:10. Parameter kualitas air seperti suhu berkisar 28-31ºC, sedangkan salinitas berkisar antara 31-33 ppt. Harga pasar rumput laut K. alvarezii yaitu Rp. 9.000/kg.
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii Menggunakan Bibit Hasil Kultur Jar...Hartina Iyen
Abstrak
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii Menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan dengan Metode Longline di Desa Bungin Permai
Kecamatan Tinanggea Provinsi Sulawesi Tenggara
Rumput laut merupakan salah satu sumber daya pesisir yang memiliki nilai ekonomis cukup tinggi dan merupakan komoditas ekspor di sektor budidaya perikanan Indonesia karena permintaannya tinggi di pasar dunia. Praktek kerja lapang (PKL) Manajemen Akuakultur Laut ini dilaksanakan di Desa Bungin Permai Kecamatan Tinanngea. PKL dilaksanakan selama bulan April- Juni 2017. PKL ini dimulai dari tahap asistensi praktikum, tahap persiapan, mengikat bibit, proses penanaman, monitoring rumput laut, panen dan pasca panen. Metode yang digunakan pada PKL ini yaitu menggunakan metode longline dan menggunakan bibit hasil kultur jaringan dengan berat bibit 10 g dan jarak tanam antara rumpun satu dengan lainnya yaitu 10 cm. Monitoring dilakukan untuk membersihkan rumput laut dari tanaman pengganggu seperti lumut dan Sargassum polychystum dan Hypnea musciformis. Laju Pertumbuhan Spesifik (LPS) rumput laut K. alvarezii yang diamati selama PKL yaitu 5,29%/ hari. Parameter kualitas air seperti suhu berkisar 28-31 ºC sedangkan salinitas berkisar antara 31-33 ppt di Perairan Bungin Permai. Hasil pasca panen didapatkan kualitas rumput laut yang kurang bagus. Hal ini disebabkan karena pada saat proses penjemuran yang tidak baik dan juga disebabkan karena keterlambatan penjemuran. Harga pasar rumput laut K. alvarezii sekarang yaitu Rp. 9.000/kg.
Kata Kunci : Rumput laut Kappaphycus alvarezii, Kultur jaringan, Metode Longline, LPS 5,29
Budidaya Rumput Laut (Kappaphycus alvarezii) menggunakan Bibit Hasil Kultur J...masdidi mading
Praktek kerja lapang (PKL) ini bertujuan untuk laju pertumbuhan spesifik (LPS). PKL ini dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan yaitu April - Juni 2017 di perairan Desa Bungin Permai, Kecamatan Tinanggea, Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara. Budidaya rumput laut menggunakan metode longline. Monitoring dilakukan 2 (dua) kali seminggu. Laju pertumbuhan spesifik (LPS) rumput laut yang diperoleh yaitu 5.04%/hari dengan rasio perbandingan berat kering : berat basah yaitu 1:10. Parameter kualitas air yang diperoleh yaitu suhu berkisar 28-31°C sedangkan salinitas berkisar 31-33ppt. Harga jual rumput laut yaitu Rp. 9.000/kg.
Laporan Lengkap Manajemen Akuakultur Laut 2018yulina096
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta Soliericeae) Menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan di Perairan Desa Bungin Permai Kecamatan Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan Sulawesi Tenggara (Monitoring Tahun Kedua)
Budidaya Rumput Laut (Kappaphycus alvarezii) menggunakan Bibit Hasil Kultur J...Andinursaban
Rumput laut Jenis K. alvarezii merupakan salah satu komoditas perikanan yang banyak dibudidayakan di Sulawesi Tenggara. PKL rumput laut ini dilaksanakan di Desa Bungin Permai Kecamatan Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan Sulawesi Tenggara. Kondisi Perairan di Desa Bungin Permai sudah mulai tercemar oleh limbah sehingga pertumbuhan rumput laut lambat tetapi tidak berarti rumput laut tidak tumbuh. Pemeliharaan rumput laut dilakukan selama bulan April-Juni 2017. Berat awal rumput laut 10 g dan pada saat pemanenan bobot yang paling tinggi 68,7 g, Laju Pertumbuhan Spesifik 4,45%/hari, rasio berat kering : berat basah 1:7, suhu air berkisar antara 28-31oC dan salinitas air berkisar antara 31-33 ppt. Rumput laut yang dikeringkan dipasarkan di CV. Sinar Laut dengan harga Rp. 9.000/kg, harga rumput laut di daerah lain seperti di Desa Bungin Permai Rp. 7.000-8.000/kg hal ini terjadi karena biaya transportasi yang mahal dari lokasi produksi ke pemasaran.
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty ex Silva (Rhodophyta Soliericeae) Menggunakan Bibit Hasil Seleksi Klon yang telah Dikultur Jaringan dengan Metode Longline di Desa Bungin Permai Kecamatan Tinanggea, Kabupaten Komawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara
Rumput laut merupakan suatu sumber utama kehidapan masyarakat sangat penting dikembangkan, sumber pendapatan masyarakat pesisir sebagian besar bergantung pada rumput laut. Praktek Kerja Lapang (PKL) Manajemen Akuakultur Laut ini dilaksanakan di perairan Desa Bungin Permai. PKL ini dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan (April- Juni 2017). PKL ini meliputi beberapa kegiatan seperti tahap persiapan alat dan bahan praktikum, mengikat bibit, proses penanaman, monitoring rumput laut, panen dan pasca panen. Monitoring dilakukan untuk membersihkan rumput laut dari lumut dan epifit yaitu Sargassum polychystum dan Hypnea musciformis. Pertumbuhan Laju Spesifik (LPS) yang diperoleh yaitu 3.29%/ hari. Parameter kualitas air seperti suhu berkisar 28-31ºC sedangkan salintitas berkisar antara 31-33ppt di perairan Bungin Permai. Hasil panen rumput laut kemudian dijemur untuk dengan metode gantung. Harga pasar untuk rumput laut ini yaitu Rp. 9.000/kg.
Kata Kunci : Rumput laut Kappaphycus alvarezii, Hasil Kultur Jaringan, LPS.
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Solieriaceae) Menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan di Desa Bungin Permai Kecamatan Tinanggea Sulawesi Tenggara (Monitoring Tahun Ketiga)
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty ex Silva
(Soliericeae, Rhodophyta) Menggunakan Bibit Hasil Seleksi Klon yang telah Dikultur Jaringankan di Perairan Desa Bungin Permai
Kecamatan Tinanggea Sulawesi Tenggara
Laporan Lengkap Manajemen Akuakultur Laut 2018restii_sulaida
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty ex Silva (Rhodophyta, Soliericeae) Menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan di Desa Bungin Permai Kecamatan Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara (Monitoring Tahun ke-II)
Laporan Lengkap Manajemen Akuakultur Laut 2018ThityRZ
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty ex Silva (Rhodophyta, Soliericeae) Menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan di Desa Bungin Permai Kecamatan Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara (Monitoring Tahun ke II)
Similar to Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae) menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan di Perairan Desa Bungin Permai Kecamatan Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan Sulawesi Tenggara (18)
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae) menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan di Perairan Desa Bungin Permai Kecamatan Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan Sulawesi Tenggara
1. i
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG
MANAJEMEN AKUAKULTUR LAUT
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae)
menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan di Perairan Desa Bungin Permai
Kecamatan Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan Sulawesi Tenggara
Cultivation of Red Alga Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae)
using Tissue-Cultured Seedlings in Bungin Permai Coastal Waters
Tinanggea Sub- District South Konawe Regency Southeast Sulawesi
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan pada Mata Kuliah Manajemen
Akuakultur Laut
OLEH :
S A H I R A
I1A2 13 032
JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2017
2. ii
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii
(Rhodophyta, Soliriaceae) menggunakan Bibit Hasil
Kultur Jaringan di Perairan Desa Bungin Permai
Kecamatan Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan
Sulawesi Tenggara.
Laporan Lengkap : Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan pada Mata Kuliah
Manajemen Akuakultur Laut
Nama : Sahira
Stambuk : I1A2 13 032
Kelompok : VIII (Delapan)
Jurusan : Budidaya Perairan
Laporan Lengkap ini
Telah Diperiksa dan Disetujui oleh :
Dosen Koordinator Mata Kuliah
Prof. Dr. Ir. La Ode Muh. Aslan, M.Sc
NIP. 19661210 199403 1 005
Kendari, Juli 2017
Tanggal Pengesahan
3. iii
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Penulis lahir di Ambon, Provinsi Maluku pada tanggal 20
April 1997. Penulis adalah anak ketiga dari pasangan
Bapak Idris dan Ibu Erna. Pada Tahun 2007, penulis
menamatkan pendidikan dasar pada SD Negeri 4
Mandonga, Kendari. Selanjutnya pada tahun 2010
menamatkan pendidikan menengah pertama pada SMP
Negeri 3 Kendari serta dan pada Tahun 2013 penulis menyelesaikan pendidikan
menengah atas pada SMA Negeri 6 Kendari serta pada tahun yang sama penulis
melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi melalui jalur SNMPTN dan diterima
di Universitas Halu Oleo pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Jurusan
Budidaya Perairan. Penulis pernah lolos beberapa kali dalam Program Kreativitas
Mahasiswa bidang Kewirausahaan (PKM-K), bidang Pengabdian Masyarakat
(PKM-M) dan bidang Penelitian (PKM-P) sebagai ketua sejak Tahun 2014-2016.
Penulis juga pernah menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa Jurusan Budidaya
Perairan (HMJ BDP) pada Tahun 2014–2015. Penulis juga menjadi pengurus di
Lembaga Musholla Bahrul „Ilmi pada Tahun 2016–2017. Selain itu, penulis juga
aktif menjadi Asisten Pembimbing dalam 8 (delapan) praktikum mata kuliah
yaitu Mikrobiologi Akuatik, Parasit dan Penyakit Ikan, Budidaya Pakan Alami,
Histologi, Fisiologi Hewan Akuatik, Iktiologi, Manajemen Kesehatan Ikan dan
Bioteknologi Akuakultur sejak Tahun 2015–2017.
4. iv
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Subhanahu Wa Ta‟ala yang telah melimpahkan
rahmat, taufik dan hidayahNya, dengan memberi kemudahan dalam
menyelesaikan Praktek Kerja Lapang Manajemen Akuakultur Laut ini mengenai
budidaya rumput laut menggunakan bibit hasil kultur jaringan dengan metode
longline, sehingga dapat terselesaikan.
Sebagai seorang penulis, yang tidak luput dari kesalahan, penulis sangat
menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini banyak menemui kendala.
Namun atas izin Allah, semua kendala itu dapat dilewati. Ucapan terima kasih
kepada Bapak Prof. Dr. Ir. La Ode Muh. Aslan, M.Sc selaku Koodinator Mata
Kuliah sekaligus telah membimbing dalam pembuatan blog dan pemostingan
laporan PKL dan Kakak Armin, S.Pi sebagai Asisten Pembimbing saya juga
kepada teman-teman yang telah membantu kelengkapan laporan PKL ini.
Penulis menyadari bahwa laporan lengkap ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang sifatnya membangun
dari semua pihak sangat penulis harapkan untuk perbaikan laporan ini baik dalam
penulisan maupun dalam isi laporan. Semoga laporan ini dapat memberikan
manfaat bagi sekalian pembaca dan khususnya bagi pribadi penulis.
Kendari, Juli 2017
Penulis
5. v
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae)
menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan di Perairan Desa Bungin Permai
Kecamatan Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan Sulawesi Tenggara
ABSTRAK
Rumput laut merupakan komoditas unggulan perikanan budidaya yang
produksinya tersebar diantara komoditas unggulan lainnya. Salah satu jenis
rumput laut yang berkomersil penting ialah Kappaphycus alvarezii. Budidaya
rumput laut ini menggunakan bibit yang berasal dari hasil kultur jaringan dengan
metode budidaya yang digunakan adalah metode longline. PKL ini dilaksanakan
selama 3 bulan (April – Juni 2017) di perairan Desa Bungin Permai, Kecamatan
Tinanggea, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara. PKL ini meliputi
beberapa kegiatan seperti persiapan alat dan bahan, pengikatan dan penanaman
bibit, monitoring rumput laut, pemanenan dan pasca panen. Monitoring dilakukan
yang bertujuan untuk membersihkan rumput laut dari epifit yang dapat menjadi
pesaing dalam mencari makanan yaitu Sargassum polychystum dan Hypnea
musciformis. Hasil yang diperoleh dalam PKL ini ialah laju pertumbuhan spesifik
rumput laut yang dipelihara yaitu 5,53%/hari dengan rasio berat kering : berat
basah adalah 1 : 8. Parameter kualitas air yang didapatkan yaitu suhu berkisar 28-
31°C sedangkan salinitas berkisar 31-33ppt. Harga pasar untuk rumput laut ini
yaitu Rp. 9.000/kg.
Kata kunci : Rumput Laut, Bibit Hasil Kultur Jaringan, Laju Pertumbuhan
Spesifik
6. vi
ABSTRACT
Cultivation of Red Alga Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae)
using Tissue-Cultured Seedlings in Bungin Permai Coastal Waters
Tinanggea Sub- District South Konawe Regency Southeast Sulawesi
Seaweed is a leading commodity of aquaculture fisheries whose production is
spread among other excellent commodities. One important species of seaweed is
Kappaphycus alvarezii. Seaweed cultivation used seedlings derived from the
tissue-cultured seedlings with the method of cultivation used was the longline
method. This field practice was carried out for 3 months (April – June 2017)
around Bungin Permai coastal waters, Tinanggea Sub-district, South Konawe
Regency, Southeast Sulawesi. This practice included several activities such as
preparation of tools and materials, tying and planting of seeds, monitoring of
seaweed, harvesting and post-harvest. Monitoring was done to clean the seaweed
from epiphytes such as competitor in the search for food that is Sargassum
polychystum and Hypnea musciformis. The result obtained in this field practice
was the spesific growth rate of seaweed maintained at 5.53%/day and the ratio of
dried weight: wet weight was 1:8. Water quality parameters obtained was 28-31°C
temperature while salinity ranges from 31-33ppt. The market price for this
seaweed was Rp. 9.000/kg.
Keyword : Seaweed Kappaphycus alvarezii, Tissue-Cultured Seedlings,
Specific Growth Rate
7. vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................. ii
RIWAYAT HIDUP.............................................................................. iii
KATA PENGANTAR.......................................................................... iv
ABSTRAK............................................................................................ v
ABSTRACT ......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ........................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR............................................................................ xi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 2
C. Tujuan dan Kegunaan............................................................... 3
II. METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat ................................................................... 5
B. Alat dan Bahan......................................................................... 5
C. Prosedur Kerja ......................................................................... 6
D. Parameter yang Diamati........................................................... 11
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil ........................................................................................ 13
1. Pengamatan Laju Pertumbuhan Spesifik (LPS) ................... 13
2. Parameter Kualitas Air........................................................ 14
3. Monitoring Rumput Laut .................................................... 16
4. Pasca Panen........................................................................ 17
B. Pembahasan
1. Laju Pertumbuhan Spesifik................................................. 17
2. Parameter Kualitas Air........................................................ 18
3. Pasca Panen........................................................................ 19
IV. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan.................................................................................. 22
B. Saran........................................................................................ 22
DAFTAR PUSTAKA
8. viii
DAFTAR TABEL
Tabel Teks Halaman
1 Alat dan Bahan beserta Kegunaan selama PKL ............................... 5
2 Parameter Kualitas Air yang diukur selama PKL............................. 13
3 Laju Pertumbuhan Spesifik Rumput Laut........................................ 14
4 Hasil Pengukuran Kualitas Air selama Pemeliharaan....................... 15
9. ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Teks Halaman
1 Alat Pemintal Tali Rumput Laut...................................................... 6
2 Jarak Tanam antar Rumpun Rumput Laut ....................................... 7
3 Bibit Rumput Laut Hasil Kultur Jaringan ........................................ 8
4 Penimbangan Awal Bibit Rumput Laut .......................................... 9
5 Pengikatan Bibit Rumput Laut ........................................................ 9
6 Penanaman Rumput Laut pada Lokasi Budidaya ............................. 10
7 Kegiatan Pemanenan....................................................................... 11
8 Penjemuran Rumput Laut................................................................ 12
9 Hasil Monitoring Rumput Laut ....................................................... 16
10 Perbandingan Kualitas Rumput Laut yang Baik dan Buruk ............. 18
11 Penjualan Rumput Laut................................................................... 18
10. 1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Budidaya di perairan laut merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan
produksi perikanan melalui perluasan lahan dengan memanfaatkan sumber daya
alam yang melimpah (Robinson dkk., 2012). Perairan laut di Indonesia yang
sangat luas dan potensial tentunya menambah kelimpahan serta pengembangan
budidaya perikanan. Kegiatan budidaya yang efektif tentu tidak lepas dari
manajemen atau pengelolaan yang baik dan terstruktur dengan rapi (Neksidin
dkk., 2013). Hal ini didasarkan karena manajemen menenentukan keberhasilan
atau tidaknya kegiatan budidaya.
Rumput laut merupakan salah satu komoditas unggulan perikanan
budidaya yang produksinya tersebar diantara komoditas unggulan lainnya
(Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia/KKP-RI, 2016). Hal ini
disebabkan karena komoditas rumput laut sangat mudah untuk dibudidayakan
dan biaya produksi yang relatif murah dan dapat dijangkau. Bahkan sampai
sekarang ini, komoditas unggulan rumput laut menjadi komoditas yang banyak
dibudidayakan di seluruh provinsi yang ada di Indonesia seperti pada Provinsi
Sulawesi Tenggara (KKP, 2015). Aktivitas budidaya rumput laut merupakan
aktivitas yang telah berkembang pada setiap kabupaten/kota se- Sulawesi
Tenggara (Aslan et al., 2015; Bank Indonesia, 2015).
Salah satu komoditas budidaya di perairan laut adalah rumput laut
(Kappaphycus alvarezii). Rumput laut merupakan hasil perikanan yang bukan
berupa ikan, tetapi berupa tanaman (Khasanah, 2013). Sampai saat ini Sulawesi
11. 2
Tenggara memproduksi rumput laut utamanya jenis K. alvarezii dan Eucheuma
denticulatum yang menyuplai sebagian besar kebutuhan pasar global sebagai
bahan baku (Sahrir, et al., 2014). Tingginya permintaan rumput laut sebagai bahan
baku maka perlu dilakukan peningkatan dan pengembangan rumput laut
(Asni, 2015).
Keberhasilan budidaya rumput laut sangat ditentukan sejak penentuan
lokasi. Hal ini dikarenakan produksi dan kualitas rumput laut dipengaruhi faktor –
faktor ekologi yang meliputi kualitas air khususnya suhu, salinitas dan kecerahan.
Selain kualitas air ada faktor lain yang mempengaruhi budidaya rumput laut yaitu
geografis dasar perairan, arus, iklim, pencemaran air, kondisi substrat perairan dan
harus aman dari predator dan kompetitor (Alfianingsi, 2011). Desa Bungin Permai
merupakan desa yang memilki perairan yang sangat potensial sebagai tempat
untuk melakukan aktivitas budidaya rumput laut. Pada umumnya di perairan
Desa Bungin Permai menggunakan sistem budidaya longline. Menurut Albasri,
et al. (2010) menyatakan bahwa, budidaya rumput laut di Muna dan Kendari
sebagian besar menggunakan sistem budidaya rumput laut dengan metode
longline.
Berdasarkan hal di atas, maka perlu dilakukannya Praktek Kerja Lapang
(PKL) Manajemen Akuakultur Laut pada komoditas rumput laut (K. alvarezii)
agar dapat mengetahui pengelolaan dari kegiatan pengikatan bibit, penanaman
bibit, pemeliharaan, pengendalian hama dan penyakit.
12. 3
B. Rumusan Masalah
Saat ini, para pengusaha rumput laut masih mengandalkannya produksi
rumput laut yang berasal dari alam dibandingkan hasil dari produksi budidaya.
Hal ini disebabkan karena bibit yang terbatas dan rumput laut jenis ini memiliki
pertumbuhan yang lamban dan rentan terhadap penyakit. Selain itu, seringnya
para pembudidaya menggunakan bibit yang berasal dari indukan yang sama
secara berulang kali sehingga mengakibatkan penurunan kualitas rumput laut yang
dihasilkan (Sapitri dkk., 2016).
Salah satu solusi untuk mengatasi mengenai permasalahan di atas yaitu
dengan menggunakan bibit rumput laut hasil kultur jaringan yang berkelanjutan
juga menghasilkan kualitas yang baik. Reddy et al. (2003), tanaman yang berasal
dari hasil kultur jaringan memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi
dibanding tanaman yang lain yang dibudidayakan di India dengan kisaran 1.5 –
1.8. Sedangkan menurut Yong et al. (2014), bibit hasil kultur jaringan memiliki
laju petumbuhan spesifik yang lebih tinggi dibandingkan menggunakan bibit yang
berasal dari alam. Oleh karena itu, bibit yang berasal dari hasil kultur jaringan
dapat memiliki peluang yang besar untuk meningkatkan produksi rumput laut.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka kegiatan budidaya rumput laut
yang dilakukan di perairan Desa Bungin Permai, Kecamatan Tinanggea,
Kabupaten Konawe Selatan menggunakan bibit yang berasal dari hasil kultur
jaringan. Hasil yang diharapkan dari PKL ini agar dapat meningkatkan laju
pertumbuhan spesifik dan menghasilkan rumput laut yang bermutu baik.
13. 4
C. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan PKL ini adalah untuk mengetahui tahapan – tahapan dalam
budidaya rumput laut dengan metode longline mulai dari persiapan hingga
pemasaran yang menggunakan bibit hasil kultur jaringan.
Kegunaan dari PKL ini adalah agar mahasiswa dapat menambah ilmu
pengetahuan praktis dan wawasan mengenai tahapan – tahapan dalam budidaya
rumput laut dengan metode longline mulai dari persiapan hingga pemasaran yang
menggunakan bibit hasil kultur jaringan.
14. 5
II. METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
PKL ini dilaksanakan selama 3 bulan (April – Juni 2017). PKL ini
dilaksanakan di perairan Desa Bungin, Kecamatan Tinanggea, Kabupaten
Konawe Selatan dan penjualan rumput laut hasil budidaya dilaksanakan di CV.
Sinar Laut, Kelurahan Lapulu, Kendari.
B. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan selama PKL dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Alat dan bahan beserta kegunaan selama PKL
No. Alat dan Bahan Kegunaan
1. Alat
- Pisau/Cutter Memotong tali
- Lilin Membakar ujung tali pengikat
- Mistar Mengukur jarak tali pengikat
- Tali PE Tali utama metode longline
- Botol Aqua Pelampung tali rumput tali
- Timbangan Menimbang bibit rumput laut
- Alat Pintar Alat bantu pemintal tali rumput laut
- Thermometer Mengukur suhu
- Handrefraktometer Mengukur salinitas
- Perahu Motor Transportasi ke lokasi budidaya
- Map Plastik Membuat pelabelan nama
- Karung Wadah penampung rumput laut saat di
panen
- Kamera Mendokumentasi kegiatan
2. Bahan
- Rumput Laut Hasil Kultur
Jaringan (K. alvarezii)
Objek budidaya
15. 6
C. Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja dari beberapa kegiatan seperti asistensi praktikum,
pengerjaan tali, mengikat bibit sampai dengan penanaman bibit dan pemeliharaan
rumput laut sebagai berikut.
a. Tahap Persiapan
1. Mengikuti kegiatan asistensi praktikum. Kegiatan yang dilakukan ialah
pengenalan rumput laut dengan beberapa metode yang digunakan selama
budidaya rumput laut, pengenalan alat Pintar dimana alat ini memiliki fungsi
untuk memudahkan dalam mengerjakan tali rumput laut (Gambar 1).
Gambar 1. Alat pemintal tali rumput laut (Pintar). A) Tampak samping; B)
Tampak atas. Alat ini telah didaftarkan di Ditjen HAKI,
Kementerian Hukum dan HAM RI di Jakarta dengan no.
pendaftaran paten : S00201607984 (Aslan, dkk., 2016)
2. Kegiatan selanjutnya, pembagian tali pada masing-masing kelompok yang
akan digunakan sebagai media budidaya. Masing-masing kelompok
mendapatkan tali ris no. 4 dengan panjang 50 m dan tali no. 1,5.
3. Menyiapkan alat yang akan digunakan untuk mengikat tali seperti lilin, cutter,
korek api, mistar dan alat pintar.
4. Memotong tali PE yang berdiameter 1.5 mm dengan menggunakan cutter
kemudian diikatkan pada tali PE yang berdiameter 4 mm yang terlebih dahulu
A B
16. 7
ujung tali PE berdiameter 1.5 mm diikat kemudian setelah itu membakar
ujung tali agar ikatannya tidak mudah terlepas.
5. Jarak antara tali rumpun satu sama lain adalah 10 cm dengan berat awal 10 g
(Aslan, dkk., 2016). Dalam budidaya rumput laut jarak antara rumpun rumput
laut penting untuk diperhatikan. Sebaiknya jarak tanam jangan terlalu lebar
agar jumlah bibit yang ditanam semakin banyak dan lebih padat sehingga
menghemat tali ris utama. Jarak tanam yang dianjurkan yaitu 10 cm
(Gambar 2).
Gambar 2. Jarak tanam antar tali rumpun rumput laut
(Aslan, dkk., 2016)
6. Membagi tali ris yang memiliki panjang 50 m menjadi 8 tali kemudian diberi
label nama pada masing-masing kelompok.
b. Tahap Penanaman Rumput Laut
1. Menyiapkan bibit rumput laut yang didapatkan dari hasil budidaya rumput laut
warga setempat. Bibit yang digunakan dalam PKL ini adalah bibit hasil kultur
jaringan (Gambar 3).
17. 8
Gambar 3. Bibit rumput laut hasil kultur jaringan
2. Bibit rumput laut yang telah tersedia kemudian masing-masing kelompok
menimbangnya sebagai berat awal (W0) sebesar 10 g menggunakan timbangan
analitik (Gambar 4).
Gambar 4. Penimbangan awal bibit rumput laut
3. Rumput laut yang telah ditimbang kemudian diikat pada tali yang telah
dipersiapkan sebelumnya (Gambar 5).
18. 9
Gambar 5. Pengikatan bibit rumput laut
4. Setelah rumput laut telah diikat kemudian rumput laut direndam pada air laut
yang bertujuan agar rumput laut tidak mengalami stres karena kekurangan air.
Setelah itu, bibit siap ditanam.
5. Menanam rumput laut pada lokasi yang telah ditentukan dan pemasangan
botol aqua sebagai pelampung pada tali rumput laut (Gambar 6).
Gambar 6. Penanaman rumput laut pada lokasi budidaya
19. 10
c. Tahap Monitoring Rumput Laut, Pemanenan dan Pasca Panen
1. Monitoring dilaksanakan setiap 2 kali seminggu yang bertujuan agar rumput
laut bersih dari sampah yang berada pada area lokasi budidaya, lumut yang
menempel serta tumbuhan penempel (epifit) lainnya pada rumput laut.
2. Setelah minggu ke-7 rumput laut dipanen. Kegiatan pemanenan yang diawali
dengan mengambil rumput laut pada lokasi budidaya (Gambar 7a),
menimbang rumput laut sebagai berat akhir (Wt) (Gambar 7b) dan
mendokumentasi tanaman tanaman yang menempel pada rumput laut (7c)
serta memasukkan rumput laut yang telah ditimbang ke dalam karung yang
telah dipersiapkan terlebih dahulu (Gambat 7d).
Gambar 7. Kegiatan pemanenan. A) Pengambilan rumput laut di lokasi budidaya;
B) Penimbangan berat basah; C) Tanaman yang menempel pada
rumput laut; D) Rumput laut dimasukkan ke dalam karung
A B
DC
20. 11
3. Setelah itu, menjemur rumput laut sampai kering menggunakan metode
gantung (hanging method) (Gambar 8). Setelah kering, rumput laut dilepaskan
dari tali kemudian ditimbang sebagai berat kering. Selanjutnya, rumput laut
dijual.
Gambar 8. Penjemuran rumput laut menggunakan metode
gantung (hanging method)
D. Parameter yang Diamati
1. Laju Pertumbuhan Spesifik (LPS)
Rumus untuk menghitung LPS berdasarkan Yong, et al. (2013), sebagai
berikut:
Wt 1
LPS = t
- 1 X 100%
Wo
Dimana:
LPS = Laju Petumbuhan Spesifik
Wt = Bobot rumput laut pada waktu t (g)
Wo = Bobot rata-rata bibit pada waktu awal (g)
t = Periode pengamatan (hari)
21. 12
2. Parameter Kualitas Air
Pengukuran kualitas air dilakukan sebagai data penunjang untuk PKL ini.
Berikut beberapa pengukuran parameter kualtas air dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Parameter kualitas air yang diukur selama PKL
No. Parameter Kualitas Air Alat Ukur Waktu Pengukuran
1. Suhu Thermometer 1 kali dalam seminggu
2. Salinitas Handrefraktometer 1 kali dalam seminggu
22. 13
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Hasil Pengamatan Laju Pertumbuhan Spesifik
LPS dari rumput laut hasil kultur jaringan dengan menggunakan metode
longline dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. LPS rumput laut hasil budidaya
Rumpun
W0 Wt Wt
LPS
(berat awal) (berat basah) (berat kering)
1 2 3 4
1 10 70.1 8.4 5.72
2 10 63.4 7.1 5.42
3 10 63.5 9.8 5.42
4 10 53.1 9 4.89
5 10 77.3 5.2 6.02
6 10 61.3 6.3 5.32
7 10 77.3 6.8 6.02
8 10 54.3 7.5 4.95
9 10 65.7 10.4 5.53
10 10 77.4 9.4 6.02
Rata-rata 66.34 7.9 5.53
Setelah rumput laut dipelihara selama 35 hari, hasil yang diperoleh rata
rata LPS 5.53% dan berat dari rumput laut yang diperoleh naik menjadi 6 (enam)
kali lipat dari 10 g naik menjadi 66.34 g. Rasio berat kering yang dibagi dengan
berat basah diperoleh hasil perbandingan 1 : 8 atau 8.30%.
23. 14
2. Hasil Pengukuran Parameter Kualitas Air
Data parameter kualitas air yang diperoleh setelah pengukuran dapat
dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil pengukuran parameter kualitas air selama pemeliharaan
No. Hari/Tgl Suhu (°
C) Salinitas (ppt)
1. 22/4 31 33
2. 29/4 30 31
3. 06/5 32 32
4. 13/5 28 31
5. 20/5 28 32
6. 27/5 29 33
Selama proses pemeliharaan, salinitas yang diperoleh dari hasil pengukuran
berkisar 31 – 33ppt dan suhu yang diperoleh berkisar 28 - 32°
C
3. Pengamatan Monitoring Rumput Laut
Budidaya rumput laut yang dilakukan selama 35 hari dilakukan
monitoring selama dua kali dalam seminggu. Selama kegiatan monitoring, sering
ditemukan sampah dan tanaman pengganggu di sekitar lokasi budidaya bahkan
tersangkut pada tali rumput laut sehingga pertumbuhan dari rumput laut jadi
melambat (Gambar 9a). Hal ini diduga selain dari masalah yang di atas juga
karena kualitas perairan memburuk serta kondisi cuaca yang terbilang ekstrim
sehingga dapat menimbulkan timbulnya bibit penyakit yang menyerang rumput
laut yang dipelihara (Gambar 9b).
Monitoring pertama melakukan pembersihan rumput laut dari lumut yang
menempel (Gambar 9c). Monitoring kedua juga melakukan pembersihan rumput
laut serta tali bentangan dari lumut dan epifit (Gambar 9d). Selanjutnya
monitoring ketiga, juga melakukan pembersihan rumput laut dari epifit dan telur-
24. 15
telur ikan yang menempel pada thallus rumput laut (Gambar 9e). Monitoring
terakhir, juga melakukan pembersihan thallus rumput laut dari berbagai tanaman
pengganggu sampai bersih (Gambar 9f). Epifit yang sering ditemukan pada lokasi
budidaya adalah Sargassum polychystum (Gambar 9g) dan Hypnea musciformis
(Gambar 9h). Menempelnya epifit pada rumput laut dapat menjadi pesaing dalam
mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dari rumput laut
tersebut.
A B
C D
25. 16
Gambar 9. Hasil monitoring rumput laut setiap minggu. A) Pembersihan rumput
laut dari tanaman pengganggu; B) Rumput laut setelah pembersihan;
C) Pembersihan rumput laut monitoring pertama; D) Pembersihan
rumput laut monitoring kedua; E) Pembersihan rumput laut
monitoring ketiga; F) Pembersihan rumput laut monitoring keempat;
G) Tanaman pengganggu (epifit) yang menempel pada rumput laut
yaitu S. polychystum; H) H. musciformis.
4. Hasil Pasca Panen
Kualitas rumput laut yang telah dikeringkan dapat dibandingkan sesuai
dengan hasil pengeringan rumput laut yang baik dan rumput laut yang buruk
(Gambar 10).
E
G H
F
26. 17
Gambar 10. Perbandingan kualitas rumput laut yang baik dan rendah,
A) Kualitas rumput laut yang proses pengeringannya
tidak sempurna; B) Kualitas rumput laut yang baik
Kualitas rumput laut yang baik ditandai dengan warna merah kehitaman
dan rumput laut benar–benar kering (Gambar 10b). Sedangkan rumput laut yang
proses pengeringan tidak sempurna dicirikan dengan warna kuning pucat. Hal ini
disebabkan karena rumput laut dibiarkan tanpa digantung selama 3 (tiga) hari
sehingga proses pengeringannya tidak sempurna (Gambar 10a).
Rumput laut yang telah dikeringkan kemudian dipasarkan pada pengumpul
rumput laut CV. Sinar Laut (Gambar 11a) yang kemudian rumput laut ditimbang
(Gambar 11b).
13 cm
A B
27. 18
Gambar 11. Penjualan rumput laut. A) Penjualan rumput laut di CV. Sinar Laut;
B) Penimbangan rumput laut
B. Pembahasan
1. Laju Pertumbuhan Spesifik (LPS)
Rumput laut (K. alvarezii) merupakan salah satu komoditas penting yang
memiliki nilai ekonomis sehingga perlu dibudidayakan (Abdan, dkk., 2013).
Budidaya rumput laut meliputi kegiatan seperti persiapan alat dan bahan (bibit
rumput laut), pengikatan bibit pada tali yang telah dipersiapkan, penanaman bibit,
pemeliharaan, pemanenan dan penjemuran serta pemasaran.
Bibit rumput laut yang digunakan pada praktikum ini adalah bibit rumput
laut hasil kultur jaringan. Berat bibit yang digunakan sebesar 10 g dimana pada
penelitian yang dilakukan oleh Aslan et al. (2014b), berat awal dari bibit rumput
laut yang digunakan untuk budidaya rumput laut pada hari ke-9 diperoleh hasil
LPS sebesar 8.62%/hari. Budidaya rumput laut menggunakan metode long line.
Hasil LPS yang diperoleh selama waktu budidaya dengan rata rata yaitu 5.53%
dengan rasio berat kering : berat basah adalah 1 : 8 (Tabel 3). Hatima (2017)
menyatakan bahwa, LPS yang diperoleh selama waktu pemeliharaan 35 hari yaitu
A B
28. 19
4.6%. Azizah (2017) juga menyatakan bahwa, selama waktu pemeliharaan 35 hari
LPS yang diperoleh yaitu 3.92%. Iyen (2017) juga memperoleh hasil LPS selama
35 hari 5.29%. LPS menunjukkan pertumbuhan yang cukup tinggi. Dari penelitian
sebelumnya yang didapatkan oleh Patadjai (2006) yang menyatakan bahwa, LPS
K. alvarezii yang tertinggi sebesar 9.1%/hari dan 6.31%/hari. Selain itu, Aslan et
al. (2014) menyatakan bahwa, LPS yang tertinggi pada rumput laut jenis K.
alvarezii sebesar 5.94–6.56%/hari. Pertumbuhan rumput laut yang dibudidayakan
pada media tangki di Malaysia memiliki tingkat pertumbuhan (DGR) dan berat
setiap produksi (DWP) berkisar antara 1,96 ± 0,08 – 2,29 ± 0,11%/hari (Zuldin
dkk., 2016). Sedangkan di Perairan Vietnam memiliki tingkat pertumbuhan harian
maksimum yaitu 6,11 ± 0,04% dengan kepadatan bibit awal 125 g pada hari ke-30
(Thirumaran and Anatharaman, 2009). Sedangkan di perairan yang sama
penggunaan bibit hasil kultur jaringan lebih tinggi dibanding dengan bibit yang di
alam 3,4 ± 0,3%/hari (Yong et al., 2014).
LPS dalam PKL ini menunjukkan standar yang ada. Menurut
Anggadiredja dkk. (2006), untuk laju pertumbuhan harian rumput laut yaitu
kurang dari 3%. Pada PKL ini menunjukkan bahwa LPS dari rumput laut yang
menggunakan bibit yang berasal dari hasil kultur jaringan lebih rendah
dibandingkan dengan LPS dari beberapa penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya. Hal ini diduga disebabkan karena pengaruh kualitas air yang
memburuk serta adanya gangguan dari epifit sebagai pesaing dalam kebutuhan
unsur hara sebagai bahan baku dari proses fotosintesis.
29. 20
2. Parameter Kualitas Air
Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dari rumput laut.
Faktor yang mempengaruhi ialah faktor internal dan eksternal. Faktor internal
berasal dari bibit yang digunakan dengan indukan yang sama secara berulang kali
sehingga kualitas yang dihasilkan buruk. Hal ini sebanding dengan pernyataan
Hurtado (2011) yang menyatakan bahwa, penurunan kualitas bibit dapat berasal
dari penggunaan bibit secara terus menerus dari indukan yang sama juga karena
kondisi perairan yang buruk serta minimnya nutrien pada lokasi budidaya.
Sedangkan faktor eksternal dapat berasal dari lingkungan seperti kualitas
perairan pada lokasi budidaya. Pada PKL ini, kualitas air yang diukur ialah suhu
dan salinitas (Tabel 4). Parameter kualitas air seperti suhu dan salinitas yang
didapatkan selama pemeliharaan masih berkisar dalam kisaran optimum yaitu 28-
32°C dan salinitas berkisar antara 31–33ppt. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Asaf dkk. (2013), salinitas yang mendukung pertumbuhan rumput laut berkisar
antara 28 – 35ppt. Suhu yang optimal untuk pertumbuhan rumput laut adalah
berkisar 25-300
C (Neksidin dkk., 2013). Parameter kualitas air yaitu salinitas
sangat mempengaruhi pertumbuhan dari rumput laut. Hal ini dikarenakan ketika
nilai dari salinitas yang didapatkan rendah, maka akan mengakibatkan thallus dari
rumput laut itu sendiri mudah terputus (Asni, 2015).
3. Pasca Panen
Pemanenan dilakukan sangat terbilang cepat. Hal ini dikarenakan pada
saat waktu pemanenan, rumput laut masih dapat berkembang. Hal ini sesuai
30. 21
dengan pernyataan Aslan et al. (2015), siklus dari budidaya rumput laut dapat
dilakukan selama 30–90 hari dan untuk rumput laut jenis K. alvarezii dan E.
denticulatum waktu budidaya yang dilakukan selama 30–50 hari. Hal yang perlu
diperhatikan dalam pemanenan adalah cuaca. Ketika pemanenan dilakukan pada
saat hujan maka kualitas rumput laut yang dihasilkan akan buruk. Kualitas yang
buruk dapat dilihat dari penampakannya seperti rumput laut akan berwarna putih
pucat. Ketika rumput laut telah berubah warna maka kualitas dari karaginannya
akan memburuk sehingga akan berdampak pada harga jual yang rendah.
Kualitas rumput laut yang dihasilkan pada PKL ini terbilang memburuk.
Hal ini disebabkan karena penanganan pasca panen yang tidak baik. Rumput laut
yang tidak langsung dijemur melainkan disimpan beberapa hari sehingga warna
rumput laut tampak pucat dan masih lembab. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Aslan (2011) yang menyatakan bahwa, kegiatan pemanenan dilakukan kurang
dari 45 hari, kandungan air yang masih terbilang tinggi, tercampurnya produk
rumput laut kering dengan jenis rumput laut lainnya dan proses penjemuran atau
pengeringan dari rumput laut yang belum baik serta penyimpanan rumput laut
yang telah kering belum sesuai dengan standar yang telah ada.
Setelah melakukan pemanenan, rumput laut harus dikeringkan terlebih
dahulu agar menambah nilai jual yang tinggi dibandingkan dengan berat basah
dari rumput laut. Pengeringan rumput laut dilakukan dengan cara menggantung
rumput laut di bawah sinar matahari. Kelebihan dari metode gantung ini agar
rumput laut kering secara merata, kualitas rumput laut yang baik dan kadar
karaginan yang dihasilkan juga tinggi dibandingkan ketika mengeringkan rumput
31. 22
laut dengan metode tebar. Hal ini sebanding dengan Nindhia (2016) menyatakan
bahwa, metode gantung selain lebih murah, juga cara ini lebih baik karena
memiliki kadar kotoran lebih rendah selain itu dengan cara digantung kadar garam
yang menempel akan minim, hal ini karena air yang mengandung garam cepat
menetes ke bawah. Tingkat kekeringan lebih merata, waktu pengeringan lebih
cepat dan hasil rumput laut kering utuh. Selain itu Ling et al. (2015) menyatakan
bahwa, menggantung rumput laut akan lebih baik dan menghasilkan hasil yang
bagus dibanding dengan menjemurnya dibawah sinar matahari langsung.
Rumput laut yang telah dikeringkan kemudian dipasarkan pada pengumpul
rumput laut yang terletak di Jalan Perintis, Kelurahan Lapulu pada perusahaan
CV. Sinar Laut. Sebelum menentukan harga dari rumput laut tersebut, rumput laut
terlebih dahulu dipisahkan dari tali kemudian dilakukan penimbangan untuk
mengetahui berat dari rumput laut tersebut. Hasil penimbangan dari rumput laut
yang telah dihasilkan oleh kelompok 8 yaitu 2 kg. Harga pasar yang terdapat pada
pengumpul rumput laut tersebut yaitu Rp. 9.000/kg. Sedangkan harga rumput laut
pada Perairan Desa Bungin yaitu berkisar Rp. 7.000 – 8.000/kg, di Kabupaten
Wakatobi harga rumput laut sekitar Rp. 6.500/kg. Hal ini disebabkan oleh biaya
transportasi yang terbilang mahal dari produksi sampai pemasaran sehingga harga
dari rumput laut yang beragam. Fluktuasi harga rumput laut dapat juga disebabkan
oleh musim penjualan. Aslan (2011) menyatakan bahwa, harga dari rumput laut
jenis K. alvarezii melunjak dari Rp. 5.000/kg (Oktober, 2007) meningkat menjadi
Rp. 15.000/kg pada Mei 2008 bahkan di beberapa daerah mencapai Rp. 28.000/kg
pada Agustus 2008. Akan tetapi, harga dari rumput laut menjadi turun drastis
32. 23
hingga mencapai Rp. 8000 – 10.000/kg hingga Maret 2009. Dari data di atas
terlihat jelas bahwa meskipun Indonesia menjadi pemasok terbesar dari rumput
laut jenis ini di dunia dan permintaan terhadap rumput laut semakin tinggi, akan
tetapi pembeli lebih mengendalikan harga dari rumput laut tersebut.
33. 24
IV. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Adapun simpulan yang dapat ditarik dari PKL mengenai budidaya rumput
laut dengan menggunakan bibit hasil kultur jaringan dengan metode longline yaitu
rumput laut yang dibudidayakan pada Perairan Desa Bungin Permai memiliki
nilai rata-rata pertumbuhan 5,53%/hari dengan rasio berat kering : berat basah
adalah 1 : 8. Epifit yang melekat pada rumput laut adalah S. polychystum dan H.
musciformis.
B. Saran
Sebaiknya pemeliharaan rumput laut dilakukan selama 45 hari dan
pemilihan lokasi dalam budidaya yang belum tercemar oleh hasil-hasil
penambangan yang terdapat di sekitar lokasi budidaya.
34. 25
DAFTAR PUSTAKA
Abdan, Rahman, A., dan Ruslaini. 2013. Pengaruh Jarak Tanam terhadap
Pertumbuhan dan Kandungan Karagenan Rumput Laut (Eucheuma
spinosum) menggunakan Metode Longline. Jurnal Mina Laut Indonesia,
1 : 113 – 123.
Akuakultur Indonesia. 2016. Program Prioritas untuk Mendongkrak Produksi.
Tabloid Dwi Bulanan Perikanan Budidaya. 23: 7 hal.
Albasri, H., Iba, W., Aslan, L.O.M., Geoley, G., Silva, D.S. 2010. Mapping of
Existing Mariculture Activitiesin South-East Sulawesi “Potential,
Current and Future Status”. Indonesian Aquaculture Journal. 5 : 173-
185.
Alfianingsi, A.A. 2011. Kualitas Karaginan Rumput Laut Jenis Eucheuma
spinosum di Perairan Desa Punaga Kabupaten Takalar. Skripsi. Jurusan
Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas
Hasanudin, Makassar. 40 hal.
Anggadiredja, T.J., Achmad, E., Purwanto, H. dan Sri, I. 2006. Rumput Laut
Pembudidayaan, Pengelolaan dan Pemasaran Komoditas Perikanan.
Penebar Swadaya. Jakarta. 174 hal.
Asaf, Ruzkiah, Antoni, S.R. dan Rachmansyah. 2013. Upaya Peningkatan
Produktivitas Rumput Laut, Kappaphycus alvarezii dengan Mengetahui
Faktor Pengelolaan di Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi
Tenggara. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur.11 hal.
Aslan, L.O.M., Ruslaini., Iba, W., Armin., Sitti. 2016. Cara Budidaya Rumput
Laut Kappaphycus alvarezii menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan.
Panduan Praktis Budidaya Rumput Laut No.1. FPIK-UHO. Kendari.
Aslan, L.O.M., Ruslaini., Iba, W., Armin., Sitti. 2016. Cara Budidaya Rumput
Laut Kappaphycus alvarezii menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan.
Panduan Praktis Budidaya Rumput Laut No.1. FPIK-UHO. Kendari.
https://laodeaslan.wordpress.com/2017/06/29/cara-miara-agar-ma-
maramba. Diakses Tanggal 30 Juli 2017. 4 hal.
Aslan, L.O.M., Iba, W., Bolu, L.R., Ingram, B.A., Gooley, G.J., Silva, S.S.D.
2015. Mariculture in SE Sulawesi Indonesia: Culture Practices and The
Sosioeconomic Aspects of The Major Commodities. Ocean & Coastal
Management: 116 : 44 – 57.
Aslan, L.O.M., Sulistiani, E., Legit, D., Yusnaeni. 2014a. Growth Carageenan
Yield of Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Gigartinales) from
Tissue Culture Seedlings using Different Planting Distances. Poster
Session. AOAIS 3rd
Asian Ocenia Algae Innovation Summit.17 – 20
November 14. Daejeon, Korea.
Aslan, L.O.M., Sulistiani, E., Samuria, S.S., Hamzah, M. 2014b. Effects of
Different Initial Wet Weight on Growth and Carrageenan Yield of
Kappaphycus alvarezii Cultivated using Tissue-Cultured Seedlings
using Different Planting Distances. Poster Session. AOAIS 3rd
Asian
35. 26
Ocenia Algae Innovation Summit. 17 – 20 November 14. Daejeon,
Korea.
Aslan, L.O.M. 2011. Strategi Pengembangan Budidaya Rumput Laut di
Indonesia. Pidato Pengukuhan sebagai Guru Besar dalam Bidang
Budidaya Perairan. Disampaikan pada Rapat Senat Terbuka Luar Biasa
Universitas Halu Oleo Tanggal 22 Januari 2011. 50 hal.
Asni, A. 2015. Analisis Produksi Rumput Laut (Kappaphycus alvarezii)
Berdasarkan Musim dan Jarak Lokasi Budidaya di Perairan Kabupaten
Bantaeng. Jurnal Akuatika. 6 : 140 – 153.
Azizah, M.N. 2017. Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii menggunakan
Bibit Hasil Kultur Jaringan dengan Metode Longline di
Desa Bungin Permai Kecamatan Tinanggea Sulawesi Tenggara. http://
mitaa akuakultur. blogspot. co.id /2017/07/ budidaya-rumput-laut-
kappaphycus _8.html. Diakses Tanggal 31 Juli 2017. 35 hal.
Bank Indonesia. 2015. Potensi Rumput Laut. Kondisi usaha rumput laut di
Provinsi Sulawesi Tenggara. BI-Sultra. 4 hal.
Hatima, W.O.S. 2017. Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii
menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan di Desa Bungin Permai
Kecamatan Tinanggea Sulawesi Tenggara. FPIK-UHO. Kendari.
https:// sitiperikanan. wordpress. com /2017/07/15 budidaya-rumput-
laut-Kappaphycus-alvarezii. Diakses Tanggal 29 Juli 2017. 33 hal.
Hurtado, A.Q. 2011.Sustainability of Kappaphycus ‘cottonii’ Farming in the
Philippines. A Paper Presented in the International Seminar “Strategies
for Sustainable Development of Aquaculture. Grand Ballroom Swiss
Bell Hotel Kendari 11 – 12 Januari 2011. Kendari.
Iyen, H. 2017. Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii menggunakan Bibit
Hasil Kultur Jaringan dengan Metode Longline di Desa Bungin Permai
Kecamatan Tinanggea Provinsi Sulawesi Tenggara. http://iyen hartina
budidaya perairan. blogspot. co. id/2017/08/ budidaya-rumput-laut-
kappaphycus.html. Diakses Tanggal 03 Agustus 2017. 32 hal.
Khasanah, U. 2013. Analisis Kesesuaian Perairan untuk Lokasi Budidaya Rumput
Laut Eucheuma cottonii di Perairan Kecamatan Sajoanging Kabupaten
Bajo. Skripsi. Jurusan Imu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan
Perikanan, Universitas Hasanudin, Makassar. Makassar. 46 hal.
Ling, A.L.M., Yasir, S., Matanjum, P., Bakar, M.F.A. 2015.Effect of Different
Driying Techniques on The Phytochemical Content and Antioxidant
Activity of Kappaphycus alvarezii. J Appl Phycol 27 : 1717 – 1723.
DOI 10.1007/s10811-014-0467-3.
Neksidin, Pangerang, U.K., dan Emiyarti. 2013. Studi Kualitas Air untuk
Budidaya Rumput Laut (Kappapycus alvarezii) di Perairan Teluk
Kolono Kabupaten Konawe Selatan. Jurnal Mina Laut Indonesia. 1 :
147 – 155.
Nindhia, T.G.T.I.W., Surata. 2016. Pemberdayaan Masyarakat melalui
Pengembangan Kelompok Usaha Tani di Desa Ped. Jurnal Udayana
Mengabdi. 15 (1) : 1-9.
36. 27
Patadjai, R.S., 2006. Pertumbuhan, Produksi dan Kualitas Rumput Laut
Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty pada Berbagai Habitat Budidaya
yang Berbeda. Disertasi, Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin
Makassar, Makassar. 307 hal.
Reddy, C.R.K., Raja, K.K.G., Siddhanta, A.K., Tewari, A. 2003. In Vitro Somatic
Embryogenesis and Regeneration of Somatic Embryos from Pigmented
Callus of Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty (Rhodophyta,
Gigartinales). J. Phycol. 39 : 610 – 616.
Robinson, W.M., Lourentha, T.J., Graola, C.C.L. 2012. Karakteristik Kappa
Kappaphycus alvarezii pada Berbagai Umur Panen. JPB Perikanan.7 :
61 – 67.
Sahrir, W.I., Aslan, L.O.M., Bolu, L.O.R., Gooley, G.J., Ingram, B.A., Silva,
S.S.D. 2014. Recent Trends in Mariculture in S.E. Sulawesi, Indonesia.
General Considerations. Aquac. Asia 19 (1) : 14-19.
Sapitri, A.R., Cokrowati, N., Rusman. 2016. Pertumbuhan Rumput Laut
Kappaphycus alvarezii Hasil Kultur Jaringan pada Jarak Tanam yang
Berbeda. Depik. 5 (1) : 12-18.
Thirumaran, G dan P. Anatharaman. 2009. Daily Growth Rate of Field Farming
Seaweed Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty ex. P. silva in Vellar
Estuary. World Journal of Fish and Marine Science.275 : 131 -141.
Yong, W. T. L., Chin, J. Y. Y., Yasir, S. 2014. Evaluation of Growth Rate and
Semi-refined Carrageenan Properties of Tissue-cultured Kappaphycus
alvarezii (Rhodophyta, Gigartinales). Phycological Research: 62 : 316-
321.
Yong, Y.S., Yong, W.T.L., Thien, V.Y., Ng, S.N., Anton. 2013. Analysis of
Formulae for Determination of Seaweed Growth Rate. J Appl Phycol
25:1831–1824.DOI 10.1007/s 10811-014-0289-3.DOI 10.1007/s10811-
013-0022-7.
Zuldin, W.H., Yassir, S., Shapawi, R. 2016. Growth and Biochemical
Composition of Kappaphycus (Rhodophyta) in Customized Tank
Culture System. Jurnal Appl Phycol. DOI 10.1007/s10811-016-0792-9.