SlideShare a Scribd company logo
1 of 15
KELAPA SAWIT 
A. Identifikasi Tanaman Siap Panen 
Dalam budidaya kelapa sawit panen merupakan salah satu kegiatan penting dan merupakan 
saat-saat yang ditunggu oleh pemilik kebun, karena saat panen adalah indikator akan dimulainya 
pengembalian inventasi yang telah ditanamkan dalam budidaya. Melalui pemanenan yang 
dikelola dengan baik akan diperoleh produksi yang tinggi dengan mutu yang baik dan tanaman 
mampu bertahan dalam umur yang panjang. 
Berbeda dengan tanaman semusim, pemanenan kelapa sawit hanya akan 
mengambil bagian yang paling bernilai ekonomi tinggi yaitu tandan buah yang menghasilkan 
minyak kelapa sawit dan inti kelapa sawit dan tetap membiarkan tanaman berproduksi secara 
terus menerus sampai batas usia ekonomisnya habis. Secara umum batas usia ekonomis kelapa 
sawit berkisar 25 tahun, dan dapat berkurang bergantung dari tingkat pemeliharaan yang 
dilakukan termasuk cara pemananen. 
Pemanen kelapa sawit yang salah akan mengakibatkan rendahnya produksi dan pendeknya 
usia ekonomis. Oleh karena itu, pemanenan harus dilakukan dengan tepat agar tanaman tetap 
berproduksi baik dan diperoleh mutu yang baik. Selain itu setelah panen harus segera dilakukan 
penanganan pasca panen menginggat tandan buah kelapa sawit akan cepat mengalami penurunan 
mutu dalam waktu 24 jam setelah panen. 
Kelapa Sawit sudah mulai berbunga, tetapi tandan buah segar yang dihasilkan belum 
mencapai 3 kg sehingga tanaman belum dapat dikategorikan sebagai tanaman menghasilkan. 
Bilamana performa/penampilan bonggol batang belum cukup kekar tetapi sudah berbunga, maka 
pada tanaman tersebut harus diablasi yaitu pembuangan bunga untuk membuang tandan kecil 
(kurang dari 3 kg) pada tanaman baru berbuah dan untuk mendorong pertumbuhan tanaman agar 
diperoleh pertumbuhan tanaman yang seragam. Secara normal kelapa sawit yang tumbuh subur 
sudah dapat menghasilkan buah serta siap dipanen pertama pada umur sekitar 3,5 tahun jika 
dihitung mulai dari penanaman biji kecambah di pembibitan. Namun jika dihitung mulai 
penanaman di lapangan maka tanaman berbuah dan siap panen pada umur 2,5 tahun. 
B. Identifikasi Tandan Buah Masak 
Tanaman kelapa sawit rata-rata menghasilkan buah 20-22 tandan/tahun. Pada tanaman yang 
semakin tua produktivitasnya semakin menurun menjadi 12 14 tandan/tahun. Banyaknya buah 
yang terdapat dalam satu tandan tergantung pada faktor genetik, umur, lingkungan dan teknik 
budidaya. Jumlah buah pertandan pada tanaman yang cukup tua mencapai 1600 buah. Matang 
panen kelapa sawit dapat dilihat secara visual dan secara fisiologi. Secara visual dapat dilihat 
dari perubahan warna kulit buah menjadi merah jingga, sedangkan secara fisiologi dapat dilihat 
dari kandungan minyak yang maksimal dan kandungan asam lemak bebas yang minimal. 
Pada saat matang tersebut dicirikan pula oleh membrondolnya buah. Kriteria tandan buah 
yang masak pada tanaman muda dan tanaman menghasilkan sedikit berbeda. Pada tanaman 
muda yang baru pertama kali dipanen, kriteria matang tandan matang panen berupa 1-2 
brondolan per tandan perlu digunakan mengingat tandan masih kecil dan cepat masak. Standar 
ini harus disesuaikan berdasarkan kondisi iklim setempat dan pengalaman pekerja. Ciri tandan 
matang panen adalah sedikitnya ada 5 buah yang lepas/jatuh dari tandan yang beratnya kurang 
dari 10 kg atau sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari tandan yang beratnya 10 kg atau lebih. 
Ciri-ciri lain yang digunakan adalah apabila sebagian buah sudah membrondol (jatuh di 
piringan). Secara alamiah dan bobot rata-rata tandan sudah mencapai 3 kg. Jumlah brondolan 
buah inilah yang dijadikan dasar untuk memanen tandan buah, yaitu tanaman dengan umur 
kurang dari 10 tahun, jumlah brondolan kurang lebih 10 butir dan tanaman dengan umur lebih 10
tahun, jumlah brondolan sekitar 15-20 butir. Namun secara praktis digunakan kriteria umum 
yaitu pada setiap 1 kg tandan buah segar (TBS) terdapat 2 brondolan. 
Kriteria panen yang diharapkan adalah bila tingkat kematangan buah sudah mencapai fraksi 
kematangan 1–3 dimana persentase buah luar yang jatuh sekitar 12,5 %-75 %. Ada dua jenis 
sistem panen, yaitu sistem giring dan sistem tetap. 
C. Persiapan Panen 
Teknik panen yang baik bertujuan untuk memperoleh jumlah minyak maksimum dengan kualitas 
yang paling baik. Untuk mencapai maksud ini perlu kematangan buah yang optimum, selang 
panen yang tepat, metode pengumpulan buah, dan pengangkutan hasil yang baik ke pabrik 
pengolahan buah sawit. 
Aspek yang paling penting diperhatikan dalam panen dan pengangkutan buah adalah hal-hal 
yang mempengaruhi kualitas akhir dari minyak sawit, khususnya menyangkut kadar asam lemak 
bebas. Jadi, untuk mendapatkan hasil panen yang berkualitas tinggi sebaiknya dibuat persiapan 
panen yang baik. 
Tanaman kelapa sawit mulai berbunga dan membentuk buah setelah umur 2-3 tahun. Buah akan 
menjadi masak sekitar 5-6 bulan setelah penerbukan. Agar panenan berjalan lancar, tempat 
pengumpulan hasil (TPH) harus dipersiapkan dan jalan pengangkutan hasil (pasar pikul) 
diperbaiki untuk memudahkan pengangkutan hasil panen dari kebun ke pabrik. Para pemanen 
juga harus mempersiapkan peralatan yang akan digunakan. Pemanenan kelapa sawit perlu 
memperhatikan beberapa ketentuan umum agar tandan buah segar (TBS) yang dipanen sudah 
matang, sehingga minyak kelapa sawit yang dihasilkan bermutu baik. 
D. Kriteria Tanaman Menghasilkan 
Agar tanaman belum menghasilkan (TBM) dapat digolongkan menjadi tanaman menghasilkan 
(TM), maka perlu diperhatikan kriteria berikut: 
a) Kerapatan panen telah mencapai 60% atau lebih. 
b) Bobot tandan rata-rata lebih berat daripada 3 kg. 
c) Angka sebaran panen lebih banyak daripada 5. 
1. Kerapatan 
Kerapatan panen adalah angka persentase jumlah pohon yang memiliki tanda buah yang 
sudah matang panen dalam suatu areal pertanaman belum menghasilkan (TBM). Untuk 
mengetahui kerapatan panen tersebut, maka dilakukan pemeriksaan dan pencatatan jumlah 
pohon yang sudah memiliki tandan buah matang panen dari setiap petak tanaman yang terdapat 
dalam areal TBM tersebut. Bila terdapat lebih dari 60% atau lebih pohon yang mempunyai 
tandan matang panen, maka petak tersebut dinyatakan menjadi tanaman menghasilkan (TM). 
2. Bobot rata-rata tandan 
Setiap tandan yang sudah matang panen diambil secara acak dari setiap hektar tanaman 
kemudian ditimbang. Jika rata-rata bobot telah lebih dari 3 kg maka panenan dapat dilakukan 
dan diteruskan dengan pemeriksaan penyebaran panen. Bila bobot rata-rata tandan masih di 
bawah 3 kg, panen harus ditangguhkan, karena tandan kecil secara teknik tidak dapat diolah 
pabrik sehingga tidak mempunyai nilai ekonomis. 
Kriteria matang panen yang dijadikan patokan di perkebunan kelapa sawit adalah bila 
sudah ada 2 brondolan (buah yang lepas dari tandannya) untuk tiap kilogram tandan yang 
beratnya kurang dari 10 kg atau satu brondolan untuk tiap kilogram tandan beratnya lebih dari 10 
kg. Melihat adanya brondolan yang jatuh ke piringan, maka panenan dapat dilakukan. 
3. Kerapatan sebaran panen
Kerapatan sebaran panen adalah angka yang menyatakan jumlah pohon yang telah 
memiliki tandan matang panen dalam baris tanaman pada satu petak (blok) tanaman sawit. 
Angka ini penting diketahui untuk efisiensi pemanenan, karena menyangkut jarak (ruang) dan 
waktu yang dibutuhkan untuk memanen. 
E. Derajat Kematangan Buah 
Mutu minyak buah biasanya dinyatakan sebagai persentase minyak tandan. Untuk tujuan 
praktis disebut rendemen minyak atau nisbah ekstraksi. Rendemen minyak (RM) yang diperoleh 
di pabrik sangat dipengaruhi oleh standar kematangan buah yang mana buah berubah warna dari 
hitam menjadi merah oranye hingga terjadi kematangan penuh. 
1. Kriteria matang panen 
Faktor yang vital adalah konversi karbohidrat menjadi minyak di mesokrap berlangsung 
pada stadia akhir perkembangan buah. Seminggu sebelum masak hanya 80% minyak dari potensi 
total minyak dalam mesokrap, sintesis minyak berlangsung terus sebelum buah tanggal dari 
tandan (membrondol). Penurunan atau peningkatan yang nyata dari kandungan minyak setelah 
buah membrondol dan sebelum membusuk ditandai oleh perubahan ciri-ciri jaringan mesokrap. 
Tabel. Tingkatan TBS yang dipanen: 
Tingkat Jumlah Brondolan Kematangan 
0. 
1. 
2. 
3. 
4. 
5. 
1-12,5% buah luar membrondol 
12,5-25% buah luar membrondol 
25-50% buah luar membrondol 
50-75% buah luar membrondol 
75-100% buah luar membrondol 
Buah dalam juga membrondol, dan 
ada buah yang busuk 
Mentah 
Kurang matang 
Matang I 
Matang II 
Lewat matang I 
Lewat matang II 
Sumber: Pusat Penelitan Marihat, 1983 
Jadi, berdasarkan tingkat TBS yang dipanen tersebut di atas, maka derajat kematangan 
yang baik adalah jika tandan-tandan yang dipanen berada tingkat 1,2, dan 3. 
Secara ideal dengan mengikuti ketentuan dan kriteria matang panen dan terkumpulnya 
brondolan serta pengangkutan yang lancar, maka dalam suatu panenan akan diperoleh komposisi 
tingkat tandan segar sebagai berikut: 
1) Jumlah brondolan di pabrik sekitar 25% dari berat tandan seluruhnya. 
2) Tandan yang terdiri atas tingkat kematangan 2 dan 3 minimal 65% dari jumlah tandan. 
3) Tandan yang terdiri atas tingkat kematangan 1 maksimal 20% dari jumlah tandan. 
4) Tandan yang terdiri atas tingkat kematangan 4 dan 5 maksimal 15% dari jumlah tandan. 
Untuk memperoleh tingkat kematangan tandan perlu diatur frekuensi panen atau putaran 
panen di suatu kebun. Dalam keadaan yang tidak terhindarkan, dapat saja hasil panenan dari 
tingkat kematangan tandan yang lebih tinggi, sehingga komposisi tandan buah segar (TBS) 
dengan tingkat kematangan (3 dan 4) : 65%, mulai matang (2) : 20%, dan lewat matang (5) : 
15%. Dengan komposisi demikian akan diperoleh produksi minyak maksimum dengan biaya 
minimum dan asam lemak bebas (ALB) masih berada di bawah 5%. 
2. Frekuensi panen 
Untuk memperoleh keseragaman kematangan pada standar yang dikehendaki, maka suatu 
areal pertanaman harus dipanen setiap hari. Karena hal seperti ini tidak ekonomis, maka perlu 
diadakan putaran atau rotasi panen. 
F. Pengolahan Hasil Panen
Hasil panen dari kebun merupakan tandan buah segar (TBS) yang harus segera diangkut ke 
pabrik pengolahan untuk mendapatkan hasil minyak kelapa sawit yang bermutu tinggi. Proses 
pengolahan hasil panen ini berlangsung cukup panjang, dimulai dari pengangkutan TBS dari 
lahan pertanaman ke pabrik pengolahan sampai menghasilkan minyak kelapa sawit dan hasil 
sampingannya. 
Hasil olahan utama TBS pada pabrik pengolahan adalah: 
1) Minyak sawit yang merupakan hasil pengolahan daging buah, 
2) Minyak inti sawit yang dihasilkan dari ekstraksi inti sawit. 
G. Pengangkutan TBS ke Pabrik Pengolahan 
Tandan buah segar (TBS) yang baru dipanen harus segera diangkut ke pabrik dapat 
segera diolah. Buah yang tidak dapat segera diolah akan mengalami kerusakan atau akan 
menghasilkan minyak dengan kadar asam lemak bebas tinggi, sehingga sangat berpengaruh tidak 
baik terhadap kualitas minyak yang dihasilkan. 
Salah satu upaya untuk menghindari terbentuknya asam lemak bebas adalah 
pengangkutan buah dari kebun ke pabrik harus dilakukan secepatnya dan menggunakan alat 
angkut yang baik, seperti lori, traktor gandengan, atau truk. Sebaiknya dipilih alat angkut yang 
besar, cepat, dan tidak terlalu banyak membuat guncangan selama dalam perjalanan. Hal ini 
untuk menjaga agar perlukaan pada buah tidak terlalu banyak. 
Segera setelah sampai di pabrik, pengolahan harus secepatnya ditimbang dulu, kemudian 
memasuki tahap-tahap pengelolaan selanjutnya. Tandan buah segar yang diterima dari kebun 
harus ditimbang dengan cermat yang nantinya perlu di dalam proses pengendalian mutu, 
rendemen hasil yang diperoleh. 
TBS yang sudah diterima dari kebun dan sudah ditimbang harus secepat mungkin masuk 
pengolahan tahap pertama agar gradasi mutu dapat ditekan sekecil mungkin, yaitu tahap 
perebusan atau sterilisasi tandan buah. 
KARET 
Persiapan Panen 
Pemungutan hasil panen karet disebut penyadapan karet. Biasanya penyadapan dilakukan 
pada saat pagi hari hingga pukul 07.30. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari terjadinya 
koagulasi pada lateks. Penyadapan pada umur + 5 tahun, dan dapat dilakukan selama 25-35 
tahun. 
Pembuatan tempat penampungan hasil (TPH) 
TPH dibuat untuk menampung hasil lateks dari kebun sebelum diangkut ke pabrik. Satu TPH 
biasanya digunakan untuk menampung latek dari luasan areal sadap 20 sampai 30 hektar. Pada lokasi 
TPH disediakan bak/tangki penampung yang diletakan di atas, sehingga lateks yang ditampung dapat 
langsung dimasukkan ke truk pengangkut. 
Pembuatan jalan panen. Pembuatan jalan panen biasanya dibuat pada saat pekerja hendak 
melakukan penyadapan. Biasanya jalan panen di perkebunan hanya sederhana dan berupa jalan 
setapak, sehingga yang dibutuhkan hanyalah parang atau sabit untuk memotong rumput atau gulma 
yang mengganggu jalan yang akan dibuat. 
Alat-alat panen
Alat-alat panen yang perlu dipersiapkan adalah pisau sadap, mangkok sadap, talang sadap, 
ember dan pengasah pisau. Pisau sadap, ember dan pengasah pisau hanya disediakan untuk masing-masing 
tenaga penyadap, sedangkan mangkok dan talang sadap harus disediakan untuk setiap 
tanaman. 
Kebutuhan tenaga panen 
Kebutuhan tenaga penyadap diperhitungkan dengan cara menghitung luas lahan yang disadap 
per hari (tergantung frekuensi sadap yang digunakan). Pada umumnya luas yang disadap per hari 
adalah 1/3 dari luas TM. Untuk kebutuhan tenaga penyadap dapat dihitung dengan memperhatikan 
kemampuan seorang penyadap dalam melakukan penyadapan dalam satu hari. Untuk lahan da tar 1 
orang penyadap mampu menyadap seluas 1 hektar. 
Pelaksanaan Panen 
Kriteria matang sadap 
Kriteria matang sadap pada tanaman karet ditentukan oleh dua syarat yaitu: 
 lilit batang (lingkar batang 1 meter di atas pertautan lebih besar dari 45 cm. 
 60% dari populasi memenuhi syarat nomor 1. Biasanya masa ini akan dicapai setelah 
tanaman berumur 5 tahun. 
Hanca panen 
Hanca panen atau luas yang dipanen per hari sangat tergantung dari rotasi eksploitasi yang 
digunakan. Pada umumnya tanaman karet disadap 3 hari sekali, sehingga luas panen per hari kurang 
lebih 1/3 dari total luas tanaman menghasilkan (TM). Untuk lahan yang datar, 1 orang penyadap 
mampu menyadap seluas 1 hektar. 
Rotasi panen 
Lamanya rotasi panen dilakukan tergantung luasan hanca panen. Semakin luas hanca panen, 
maka rotasi panen semakin lama. Rotasi panen juga tergantung pada berapa kali dalam seminggu 
dilakukan penyadapan. 
Aturan teknis panen 
Setiap penyadap biasanya sudah berada di kebun pada pukul 05.00 untuk melakukan 
persiapan-persiapan seperti : pembagian lokasi sadap, pengecekan peralatan dan pengecekan 
kehadiran tenaga penyadap. Setiap penyadap akan melakukan penyadapan pada hancanya sendiri 
(setiap penyadap memiliki lokasi penyadapan masing-masing). Penyadapan dilakukan dengan 
memotong kulit karet (setelah melepas lateks yang membeku pada alur sadap) pada alur sadap yang 
telah ada serta memasang mangkok dan pemberian anti koagulan (2 tetes) pada mangkok sadap. 
Anti koagulan ini berfungsi untuk mencegah terjadinya pembekuan lateks sebelum sampai di pabrik. 
Setelah seluruh hanca sadap di sadap (selesai pada pukul 07.30) maka lateks ditunggu mengalir 
hingga pukul 11.00 dan selanjutnya lateks dikumpulkan di TPH. Pada setiap penyadap akan dicatat 
volume lateks yang terkumpul pada hari itu dan akan digunakan sebagai salah satu penentu besarnya 
upah yang akan diterima. 
Pengangkutan Hasil Panen 
Setelah lateks hasil sadapan terkumpul seluruhnya, selanjutnya lateks dari tangki 
penerimaan/pengumpulan yang berada di lokasi tempat pengumpulan hasil di kebun, kemudian 
diangkut dengan tangki pengangkut ke pabrik. Tangki pengangkut ada yang ditarik dengan traktor,
dan ada pula yang terpasang pada truk-truk tangki. Dalam pengangkutan lateks ke pabrik harus 
dijaga agar lateks tidak terlalu tergoncang dan terlalu kepanasan karena dapat berakibat terjadinya 
prakoagulasi di dalam tangki. Dalam keadaan tertentu, lateks dalam tangki tersebut perlu diberi obat 
anti koagulan. 
Sarana angkutan. Sarana angkutan yang digunakan untuk pengangkutan late ks dari kebun ke 
pabrik adalah truk tangki dengan kapasitas biasanya antara 2.000 sampai 3.000 liter. Tangki dibuat 
dari bahan alumunium dan dirancang sedemikian rupa sehingga mudah dipasang dan dilepas dari alat 
penarik (truk/taktor) dan dengan mudah dibersihkan. Jumlah truck yang diperlukan tergantung dari 
tingkat produksi lateks yang dihasilkan per hari. 
Sedapat mungkin harus diusahakan semua lateks dapat diangkut ke pabrik pusat agar dapat 
dilakukan pencampuran lateks dari semua bagian kebun dalam satu atau beberapa bak pencampur di 
pabrik, sehingga dapat diharapkan hasil yang seragam. Jika keadaan tempat memaksa untuk 
dilakukan koagulasi di kebun, jumlah lateks yang dikoagulasi sedapat mungkin harus dibatasi. 
Prasarana jalan yang digunakan untuk pengangkutan lateks dari kebun harus cukup baik. Hal ini 
untuk menghindari terjadinya goncangan-goncangan selama pengangkutan yang dapat meningkatkan 
proses prakoagulasi. Oleh karena itu TPH biasanya diletakkan/berada di pinggir-pinggir jalan produksi. 
TEH 
Panen dan pasca panen teh 
Teh di hasilkan dari pengolahan yang tanpa proses fermentasi setelah di petik dengan 
tahap-tahap pengolahan yaitu : pelayuan, penggulungan, pengeringan dan sortasi. Proses 
pengolahan tanpa proses fermentasi di kenal dengan pelayuan. 
Pengolahan teh : 
1. Daun teh yang di petik di tebarkan diata lantai serambi agar kadar airnya 
berkurang dan menjadi layu ± 2 hari. 
2. Daun yang sudah layu digoreng pada suhu 900C.( di bolak balik agar tidak 
gosong) ± 10 menit. 
Proses pelayuan ini hanya mengatur aktivitas enzim dalam daun.Enzim itu aktiv 
tinggi pada suhu 80-900 F(26,67-32,220C)dan berkurang pada suhu kurang dari
600 F(15,560C) sedangkan pada suhu 1200 F (48,890 c) enzim akan inakatif selama 
2-3 menit dan suhu tersebut yang digunakan dalam pelayuan. 
3. Daun yang sudah lemas di angkat dari penjemuran kemudian didinginkan diatas 
meja. 
4. Daun yang sudah dingin kemudian digulung dengan tangan atau alat berbentuk 
bola terbuat dari kayu, diatas arang kayu yang membara. 
5. Jika sudah kering kemudian didinginkan diatas nyiru. 
Proses pengeringan tersebut memerlukan waktu 6-10 menit. Dan hasilnya, kadar air daun 
teh sebanyak 5-8%. Sortasi dilakukan dengan memisahkan daun teh yang rusak tangkai daunnya, 
biasanya untuk 1 kg teh kering ,dibutuhkan pucuk daun teh sebanyak 4,5kg. 
KOPI 
Tanaman kopi yang terawat dengan baik dapat mulai berproduksi pada umur 2,5-3 tahun 
tergantung dari lingkungan dan jenisnya. Tanaman kopi robusta dapat berproduksi mulai dari 2,5 
tahun, sedangkan arabika pada umur 2,5-3 tahun. 
Jumlah kopi yang dipetik pada panen pertama relatif masih sedikit dan semakin 
meningkat sejalan dengan meningkatnya umur tanaman sampai mencapai puncaknya pada umur 
7-9 tahun. Pada umur puncak tersebut produksi kopi dapat mencapai 9-15 kuintal kopi 
beras/ha/tahun untuk kopi robusta dan 5-7 kuintal kopi beras/ha/tahun untuk kopi arabika. 
Namun demikian, bila tanaman kopi dipelihara secara intensif dapat mencapai hasil 20 kuintal 
kopi beras/ha/tahun. 
1. Pemanenan buah kopi dilakukan secara manual dengan cara memetik buah yang telah 
masak. Ukuran kematangan buah ditandai oleh perubahan warna kulit buah. Kulit 
buah berwarna hijau tua ketika masih muda, berwarna kuning ketika setengah masak 
dan berwarna merah saat masak penuh dan menjadi kehitam-hitaman setelah masak 
penuh terlampaui (over ripe). 
2. Kematangan buah kopi juga dapat dilihat dari kekerasan dan komponen senyawa gula 
di dalam daging buah. Buah kopi yang masak mempunyai daging buah lunak dan 
berlendir serta mengandung senyawa gula yang relatif tinggi sehingga rasanya manis. 
Sebaliknya daging buah muda sedikit keras, tidak berlendir dan rasanya tidak manis 
karena senyawa gula masih belum terbentuk maksimal. Sedangkan kandungan lendir 
pada buah yang terlalu masak cenderung berkurang karena sebagian senyawa gula 
dan pektin sudah terurai secara alami akibat proses respirasi. 
3. Tanaman kopi tidak berbunga serentak dalam setahun, karena itu ada beberapa cara 
pemetikan : 
a. Pemetikan selektif dilakukan terhadap buah masak.
b. Pemetikan setengah selektif dilakukan terhadap dompolan buah masak. 
c. Secara lelesan dilakukan terhadap buah kopi yang gugur karena terlambat 
pemetikan. 
d. Secara racutan/rampasan merupakan pemetikan terhadap semua buah kopi yang 
masih hijau, biasanya pada pemanenan akhir. 
Proses Pasca Panen Sortasi 
a. Sortasi buah dilakukan untuk memisahkan buah yang superior (masak, bernas, seragam) dari 
buah inferior (cacat, hitam, pecah, berlubang dan terserang hama/penyakit). Kotoran seperti 
daun, ranting, tanah dan kerikil harus dibuang, karena dapat merusak mesin pengupas. 
b. Biji merah (superior) diolah dengan metoda pengolahan basah atau semi-basah, agar diperoleh 
biji kopi HS kering dengan tampilan yang bagus. Sedangkan buah campuran hijau,kuning, merah 
diolah dengan cara pengolahan kering. 
c. Hal yang harus dihindari adalah menyimpan buah kopi di dalam karung plastik atau sak selama 
lebih dari 12 jam, karena akan menyebabkan pra-fermentasi sehingga aroma dan citarasa biji 
kopi menjadi kurang baik dan berbau busuk (fermented). 
Pengolahan Cara kering Metoda pengolahan cara kering banyak dilakukan mengingat 
kapasitas olah kecil, mudah dilakukan, peralatan sederhana dan dapat dilakukan di rumah petani. 
1. Pengeringan 
a. Kopi yang sudah di petik dan disortasi harus sesegera mungkin dikeringkan agar 
tidak mengalami proses kimia yang bisa menurunkan mutu. Kopi dikatakan kering 
apabila waktu diaduk terdengar bunyi gemerisik. 
b. Beberapa petani mempunyai kebiasaan merebus kopi gelondang lalu dikupas 
kulitnya, kemudian dikeringkan. Kebiasaan merebus kopi gelondong lalu dikupas 
kulit harus dihindari karena dapat merusak kandungan zat kimia dalam biji kopi 
sehingga menurunkan mutu. 
c. Apabila udara tidak cerah pengeringan dapat menggunakan alat pengering mekanis. 
d. Tuntaskan pengeringan sampai kadar air mencapai maksimal 12,5%. 
e. Pengeringan memerlukan waktu 2-3 minggu dengan cara dijemur. 
f. Pengeringan dengan mesin pengering tidak diharuskan karena membutuhkan biaya 
mahal. 
2. Pengupasan kulit (Hulling) 
a. Hulling pada pengolahan kering bertujuan untuk memisahkan biji kopi dari kulit 
buah, kulit tanduk dan kulit arinya. 
b. Hulling dilakukan dengan menggunakan mesin pengupas (huller). Tidak dianjurkan 
untuk mengupas kulit dengan cara menumbuk karena mengakibatkan banyak biji 
yang pecah. Beberapa tipe huller sederhana yang sering digunakan adalah huller putar 
tangan (manual), huller dengan pengerak motor, dan hummermill. 
3. Pengolahan Cara Basah (Fully Washed) 
Tahapan pengolahan kopi cara basah dapat dilihat pada skema berikut : 
a. Pengupasan Kulit Buah 
Pengupasan kulit buah dilakukan dengan menggunakan alat dan mesin pengupas kulit 
buah (pulper). Pulper dapat dipilih dari bahan dasar yang terbuat dari kayu atau metal.
Air dialirkan kedalam silinder bersamaan dengan buah yang akan dikupas. Sebaiknya 
buah kopi dipisahkan atas dasar ukuran sebelum dikupas. 
b. Fermentasi 
 Fermentasi umumnya dilakukan untuk pengolahan kopi Arabika, bertujuan 
untuk meluruhkan lapisan lendir yang ada dipermukaan kulit tanduk biji kopi. 
Selain itu, fermentasi mengurangi rasa pahit dan mendorong terbentuknya 
kesan “mild” pada citarasa seduhan kopi arabika. 
 Fermentasi ini dapat dilakukan secara basah dengan merendam biji kopi 
dalam genangan air, atau fermentasi cara kering dengan cara menyimpan biji 
kopi HS basah di dalam wadah plastik yang bersih dengan lubang penutup 
dibagian bawah atau dengan menumpuk biji kopi HS di dalam bak semen dan 
ditutup dengan karung goni. 
 Agar fermentasi berlangsung merata, pembalikan dilakukan minimal satu kali 
dalam sehari. 
 Lama fermentasi bervariasi tergantung pada jenis kopi, suhu, dan kelembaban 
lingkungan serta ketebalan tumpukan kopi di dalam bak. Akhir fermentasi 
ditandai dengan meluruhnya lapisan lendir yang menyelimuti kulit tanduk. 
Waktu fermentasi berkisar antara 12 sampai 36 jam. 
c. Pencucian 
 Pencucian bertujuan menghilangkan sisa lendir hasil fermentasi yang 
menempel di kulit tanduk. 
 Untuk kapasitas kecil, pencucian dikerjakan secara manual di dalam bak atau 
ember, sedangkan kapasitas besar perlu dibantu mesin. 
d. Pengeringan 
 Pengeringan bertujuan mengurangi kandungan air biji kopi HS dari 60 – 65 
% menjadi maksimum 12,5 %. Pada kadar air ini, biji kopi HS relatif aman 
dikemas dalam karung dan disimpan dalam gudang pada kondisi lingkungan 
tropis. 
 Pengeringan dilakukan dengan cara penjemuran, mekanis, dan kombinasi 
keduanya. 
 Penjemuran merupakan cara yang paling mudah dan murah untuk 
pengeringan biji kopi. Penjemuran dapat dilakukan di atas para-para atau 
lantai jemur. Profil lantai jemur dibuat miring lebih kurang 5–7 dengan sudut 
pertemuan di bagian tengah lantai. 
 Ketebalan hamparan biji kopi HS dalam penjemuran sebaiknya 6–10 cm 
lapisan biji. Pembalikan dilakukan setiap jam pada waktu kopi masih basah. 
Pada areal kopi Arabika, yang umumnya didataran tinggi, untuk mencapai 
kadar air 15 -17 %, waktu penjemuran dapat berlangsung 2–3 minggu. 
 Pengeringan mekanis dapat dilakukan jika cuaca tidak memungkinkan untuk 
melakukan penjemuran. Pengeringan dengan cara ini sebaiknya dilakukan 
secara berkelompok karena membutuhkan peralatan dan investasi yang cukup 
besar dan tenaga pelaksana yang terlatih. 
e. Pengupasan kulit kopi HS 
 Pengupasan dimaksudkan untuk memisahkan biji kopi dari kulit tanduk yang 
menghasilkan biji kopi beras.
 Pengupasan dapat dilakukan dengan menggunakan mesin pengupas (huller). 
 Sebelum dimasukkan ke mesin pengupas (huller), biji kopi hasil pengeringan 
didinginkan terlebih dahulu (tempering) selama minimum 24 jam. 
Pengolahan Cara kering 
Metoda pengolahan cara kering banyak dilakukan mengingat kapasitas olah kecil, mudah 
dilakukan, peralatan sederhana dan dapat dilakukan di rumah petani. 
1. Pengeringan 
a. Kopi yang sudah di petik dan disortasi harus sesegera mungkin dikeringkan agar 
tidak mengalami proses kimia yang bisa menurunkan mutu. Kopi dikatakan kering 
apabila waktu diaduk terdengar bunyi gemerisik. 
b. Beberapa petani mempunyai kebiasaan merebus kopi gelondang lalu dikupas 
kulitnya, kemudian dikeringkan. Kebiasaan merebus kopi gelondong lalu dikupas 
kulit harus dihindari karena dapat merusak kandungan zat kimia dalam biji kopi 
sehingga menurunkan mutu. 
c. Apabila udara tidak cerah pengeringan dapat menggunakan alat pengering mekanis. 
d. Tuntaskan pengeringan sampai kadar air mencapai maksimal 12,5%. 
e. Pengeringan memerlukan waktu 2-3 minggu dengan cara dijemur. 
f. Pengeringan dengan mesin pengering tidak diharuskan karena membutuhkan biaya 
mahal. 
2. Pengupasan kulit ( Hulling) 
a. Hulling pada pengolahan kering bertujuan untuk memisahkan biji kopi dari kulit 
buah, kulit tanduk dan kulit arinya. 
b. Hulling dilakukan dengan menggunakan mesin pengupas (huller). Tidak dianjurkan 
untuk mengupas kulit dengan cara menumbuk karena mengakibatkan banyak biji 
yang pecah. Beberapa tipe huller sederhana yang sering digunakan adalah huller putar 
tangan (manual), huller dengan pengerak motor, dan hummermill. 
TEBU 
PANEN DAN PASCA PANEN
Lebih dari separuh produksi tebu di dunia dipanen secara manual dengan tangan,khususnya yang 
dilakukan di negara-negara yang berkembang. Pemanenan cara ini diawalidengan pembakaran lahan. 
Api yang menyebar cepat akan membakar daun-daun, tetapimeninggalkan batang-batang yang kaya air 
dan akar juga tidak rusak. Para pemanenkemudian memotong batang tepat di atas tanah dengan 
parang. Pemanen tebu yang sudahterlatih dapat memotong 500 kg tebu dalam satu jam. Panen 
dilakukan satu kali di akhir musim tanam dengan kriteria dan cara panen sebagai berikut : 
1. Ciri dan Umur PanenUmur panen tergantung dari jenis tebu: 
a). Varitas genjah masak optimal pada < 12 bulan. 
b).Varitas sedang masak optimal pada 12-14 bulan. 
c). Varitas dalam masak optimal pada > 14 bulan. 
2. Cara Panen 
 
Mencangkul tanah di sekitar rumpun tebu sedalam 20 cm. 
 
Pangkal tebu dipotong dengan arit jika tanaman akan ditumbuhkan kembali.Batang dipotong dengan 
menyisakan 3 buku dari pangkal batang. 
 
Mencabut batang tebu sampai ke akarnya jika kebun akan dibongkar. Potongakar batang dan 3 buku 
dari permukaan pangkal batang. 
 
Pucuk dibuang. 
 
Batang tebu diikat menjadi satu (30-50 batang/ikatan) untuk dibawa ke pabrik untuk segera 
digiling. 
RENDEMEN TEBU 
Proses kemasakan tebu merupakan proses yang berjalan dari ruas ke ruas yang tingkat 
kemasakannya tergantung pada ruas yang yang bersangkutan. Tebu yang sudah mencapai umur 
masak, keadaan kadar gula di sepanjang batang seragam, kecuali beberapa ruas di bagian pucuk 
dan pangkal batang. Usahakan agar tebu ditebang saat rendemen pada posisi optimal yaitu 
sekitar bulan Agustus atau tergantung jenis tebu. Tebu yang berumur 10 bulan akan mengandung 
saccharose 10 %, sedang yang berumur 12 bulan bisa mencapai 13 %. 
KAKAO 
Penanganan pasca panen kakao 
Buah dipanen » dikumpulkan » dikelompokan menurut kelas kematanganya » buah dipecah 
kulitnya tanpa melukai biji » biji di tampung dalam wadah. 
Pengolahan 
1. Fermentasi 
Dilakukan untuk meningkatkan aroma dan rasa, melepas pulp selama 4-6 hari dan di balik tiap 
hari dan kemudian dicuci selama 2 jam. 
2. Pengeringan
Pengeringan dilakukan selama 32 jam dengan suhu 65-68˚C dengan sinar matahari dan di balik 
setiap 3 jam, jika menggunakan pengeringan buatan selama 24 jam dengan suhu 46-50˚C yang 
dimasukan kedalam peti pengeringan, sehingga berat menjadi berkurang sampai 37%. 
3. Sortasi dan Penyimpanan 
 Sortasi biji, kemurnian, warna, bahan ikutan, jamur. 
 Biji yang bermutu baik beratnya ≥ 1 gram. 
 Kelas A : 90-100 butir setiap 100 gram contoh. 
 Kelas B : 100-110 butir100 gram contoh. 
 Kelas C : 110-120 butir setiap 100 gram contoh. 
 Berat maksimal setiap karung 60 kg. 
LADA 
Tanaman lada mulai dipanen pada umur 3 tahun, dengan interval dari mulai berbunga 
sampai buah siap panen pada usia 9 bulan setelah penyerbukan. Ciri buah lada mulai dapat 
dipanen apabila dalam satu tangkai ada yang masak (buah berwarna merah 3–5 butir). cara 
memanennya yaitu dengan memetik tangkai dan seluruh buahnya. Waktu panen pagi hari. 
Tahap Pemanenan Lada 
 
Ciri dan Umur Panen 
Panen pertama umur tiga tahun atau kurang. Ciri-ciri: tangkainya berubah agak kuning dan 
sudah ada buah yang masak (berwarna kuning atau merah). 
 
Cara Panen 
Pemetikan dari buah bagian bawah hingga buah bagian atas, dengan mematahkan persendian 
tangkai buah yang ada diketiak dahan. 
 
Periode Panen 
Periode panen sesuai iklim setempat, jenis lada yang ditanam dan intensitas pemeliharaan.
TEMBAKAU 
Panen dan Pascapanen 
Waktu panen dan cara penanganan pasca panen tembakau sangat tergantung pada jenis 
tembakaunya. Berikut diuraikan pemanenan dan penanganan pasca panen beberapa jenis 
tembakau yang diusahakan di Indonesia. 
Tembakau Burley BAT Bondowoso 
Umur Panen 
Kriteria waktu panen tembakau dapat dilihat dari gejala tingkat kematangan daun di pohon 
sebagai berikut 
 Daun bawah (3-4 lembar) mendekati kehijau-hijauan dan gagangnya keputih-putihan. 
 Daun tengah (4-6 lembar) berwarna “kuning kenanga”. 
 Daun atas (6-9 lembar) dan daun pucuk (4-7 lembar) telah matang benar. 
Cara Pemetikan 
Pemetikan daun tembakau Burley dilakukan dengan dua cara yaitu petik biasa (reaping) 
dan tebang batang ( stalk cutting). Reaping dilakukan dengan memetik daun-daunya saja, 
sedangkan stalk cutting dilakukan dengan menebang batang tembakau beserta daunnya tepat 
pada pangkal batang. 
Untuk mendapatkan hasil yang tinggi tembakau burley biasanya diperlakukan reaping 
paling banyak dua kali dan selanjutnya stalk cutting. Pemetikan pertama daun tembakau Burley 
dilakukan pada saat tanaman berumur 65-70 har, dengan jumlah daun yang dipetik 2-3 lembar. 
Stalk cutting dilakukan apabila daun pucuk kelihatan sudah cukup tua (berwarna kuning) dengan 
umur tanaman 90-100 HST. 
Saat pemetikan (pagi, siang dan sore) berpengaruh terhadap kualitas daun tembakau. Saat 
pemetikan tembakau burley yang baik adalah pada pagi hari. 
Sortasi Pendahuluan 
Sortasi pendahuluan dilakukan terhadap daun hijau tembakau Burley untuk memisahkan 
daun yang agak muda (immature), daun kurang tua (unripe), daun tua (ripe) dan daun yang 
rusak. Sortasi ini dilakukan dengan tujuan untuk memudahkan proses pengeringan, memudahkan 
grading setelah pengeringan, memudahkan penentuan harga jual dan memudahkan pemasaran. 
Pengeringan (Curing) 
Dalam pengeringan dilakukan penurunan kadar air dari 80 – 90%. Selama pengeringan 
terjadi proses aging yaitu pembentukan warna dan pengeringan. Pengeringan dilakukan di dalam 
Los. Tembakau Burley ini termasuk ke dalam jenis pengeringan air cured. Pengeringan 
dilakukan selama ± 22 hari sampai diperoleh krosok yang baik. Setelah itu krosok diunting 
(diikat beberapa lembar krosok) kemudian dipak/dibal dengan bobot 1 bal 50 – 60 kg dan 
dibungkus dengan tikar. 
Tembakau Cerutu Vorstenlanden 
Pemetikan
Pemetikan daun dilakukan secara bertahap, kriteria tanaman siap dipanen yaitu setelah 
tanaman berumur 50 hari, 60 – 70% dari populasi telah membentuk kuncup bunga, warna daun 
“menongo bener” (hijau seperti bunga kenanga), sudut daun telah melebar atau merunduk daun 
mudah dipetik dan tanaman dalam kondisi segar. Jenis dan banyaknya daun yang akan dipetik 
terdiri dari : 2 lembar daun tanah/pasir (DT), 6 lembar daun koseran pertama (DKP) 10 lembar 
daun koseran atas (DKA), 4 lembar daun madya pertama (DMP) 6 lembar daun madya tengah 
(DMT) dan 4 lembar daun madya atas (DMA). 
Pemetikan dilakukan pada pukul 06.00 – 08.00 pagi secara manual, pemetikan pada pagi 
hari akan menghasilkan krosok yang berwarna lebih cerah daripada sore hari. 
Pengeringan 
Pengeringan tembakau cerutu Vorstenlanden pada prinsipnya menggunakan sistem air 
curing. Tembakau dikeringkan di dalam Los dengan tinggi bangunan sekitar 12 m. Pada bagian 
atap dan dinding terdapat jendela yang berfungsi untuk mengatur kelembaban udara di 
dalamnya. Pada malam hari bila kelembaban udara terlalu tinggi, jendela ditutup dan dilakukan 
pengomprongan (pengeringan buatan dengan bahan sekam, kayu, atau briket batubara). Pada 
siang hari jendela dibuka agar kelembaban dalam ruang pengering tersebut turun. 1 Los 
(bangunan pengering) terdiri dari 30 kamar yang mampu menampung 2.100 dolok (1 dolok 
terdiri dari 50 lembar daun). Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam Los pengering adalah 
sortasi, sunduk, pendolokan dan penyusunan daun, penaikan dan pelolosan. 
Setelah pengeringan dilakukan fermentasi yaitu proses biokimiawi yang melibatkan 
sejumlah enzim yang terdapat dalam krosok terhadap sulfat atau senyawa protein dan 
polisakarida. Dalam proses fermentasi terjadi perubahan-perubahan seperti penurunan berat 6-18 
%, pembebasan tanah, penyerapan udara, pembebasan CO2, Pembebasan NH3 dan penurunan 
kadar air 14 – 20 %. Fermentasi juga menyebabkan terbentuknya aroma, warna krosok menjadi 
lebih gelap dan merata serta teksturnya lebih halus. Setelah fermentasi krosok kemudian disusun 
dalam tumpukan atau stapel berukuran 4 m x 5 m dengan berat 2 -2,5 ton. Stapel kemudian 
ditutup rapat sampai suhunya mencapai 42 – 430C. Selanjutnya krosok dipak dalam satu bal 
dengan berat 80 kg dengan ukuran panjang 100 cm lebar 70 cm dan tinggi 22 cm. Untuk 
penyimpanan di gudang dilakukan fumigasi untuk mencegah serangan serangga gudang dengan 
insektisida Phostoxin dengan dosis 0,75 tablet/m3 setiap 40 hari sekali. 
Tembakau Rajangan Temanggung 
Panen dilakukan secara bertahap, pemetikan daun sebanyak 5 – 8 kali tergantung 
kemasakan dan jumlah daun. Saat panen biasanya dimulai apabila sudah ada berita tentang 
dimulainya pembelian tembakau rajangan oleh pabrik rokok atau gudang mulai buka. Panen 
daun tembakau dilakukan 10 – 15 hari sebelum awal pembelian tembakau rajangan. Pemetikan 
daun dimulai dari bawah, dipetik 2 – 3 lembar daun setiap kali petik. Daun yang siap panen 
ditandai oleh perubahan warna daun, dari hijau menjadi kuning kehijauan, warna tulang daun 
putih/hijau terang, tepi daun mengering, permukaan daun agak kasar dan tangkai daun mudah 
dipatahkan. Waktu panen pagi hari setelah embun menguap sampai siang hari. Apabila waktu 
panen turun hujan, maka daun yang cukup matang segera dipetik atau ditunda 6-8 hari. Daun 
yang telah dipetik segera diproses atau diolah menjadi tembakau rajangan. Pengolahan tembakau 
rajangan terdiri dari 3 tahap kegiatan, yaitu Pemeraman, perajangan dan penjemuran. 
Sebelum diperam, daun tembakau disortasi agar diperoleh daun hijau yang ukurannya 
seragam. Pemeraman dilakukan dengan cara mengatur daun, yaitu didirikan di rak pemeraman. 
Lamanya pemeraman tergantung dari posisi daun pada batang. Daun koseran ( daun bawah), 
lama pemeraman 1-2 malam (24 – 48 jam) dengan warna daun peraman hijau-kekuningan. Daun
tengah memerlukan waktu peraman 3 – 5 malam (72-120 jam) dengan warna peraman hijau 
kekuningan sampai kuning merata. Sedangkan daun tengah yang tebal dan daun atas 
memerlukan waktu peraman 4 – 7 malam (96 – 168 jam) dengan warna daun peraman kuning 
merata sampai kuning kemerahan. 
Setelah daun tembakau diperam, selanjutnya dilakukan perajangan. Perajangan dimulai 
pada tengah malam sampai pagi dengan tujuan hasil rajangan dapat segera dijemur pada pagi 
harinya. Tebal irisan (rajangan) daun tembakau temanggung antara 1.5 mm – 2.0 mm, pisau yang 
digunakan untuk merajang harus selalu tajam agar hasil rajangannya baik dan seragam. Setelah 
daun tembakau dirajang, kemudian tembakau rajangan dicampur merata (digagrak) dan diratakan 
di atas “widig” atau “rigen” untuk dijemur. 
Penjemuran hasil rajangan harus kering dalam 2 hari, tergantung panas matahari. Pada hari 
pertama rajangan di balik apabila lapisan atas sudah cukup kering, pekerjaan ini dilakukan kira-kira 
pukul 10.00 – 11.00. Pada malam harinya, rajangan diembunkan untuk memperoleh warna 
hitam. Pada hari kedua, penjemuran dimulai pada siang hari sampai rajangan tembakau lemas 
kembali. Setelah rajangan tersebut kering, kemudian dimasukkan kedalam keranjang bambu. Di 
dalam satu keranjang berisi tembakau rajangan yang sama mutunya. Selanjutnya tembakau 
rajangan siap dijual ke “gudang perwakilan pabrik rokok” atau kepada “tengkulak pengumpul”.

More Related Content

Similar to Tanaman perkebunan

Kelapa sawit nunung
Kelapa sawit nunungKelapa sawit nunung
Kelapa sawit nunungSukardiEddie
 
Tanaman penghasil bioenergi
Tanaman penghasil bioenergiTanaman penghasil bioenergi
Tanaman penghasil bioenergiYunia Instalani
 
fdokumen.com_panen-ksawit.ppt
fdokumen.com_panen-ksawit.pptfdokumen.com_panen-ksawit.ppt
fdokumen.com_panen-ksawit.pptSyanjayaDaulay
 
Kelapa_Sawit (1).ppt
Kelapa_Sawit (1).pptKelapa_Sawit (1).ppt
Kelapa_Sawit (1).pptKhalid4Works
 
Tentang kedelai
Tentang kedelaiTentang kedelai
Tentang kedelaiafifauliya
 
MAKALAH INDAH KUSUMA .docx
MAKALAH INDAH KUSUMA .docxMAKALAH INDAH KUSUMA .docx
MAKALAH INDAH KUSUMA .docxIndahKusuma35
 
Pengolahan Kelapa menjadi Kopra dan Minyak Kelapa
Pengolahan Kelapa menjadi Kopra dan Minyak KelapaPengolahan Kelapa menjadi Kopra dan Minyak Kelapa
Pengolahan Kelapa menjadi Kopra dan Minyak KelapaTeknologi Hasil Pertanian
 
Ringkasan perkuliahan semester 7 pasca panen (bagian 42)
Ringkasan perkuliahan semester 7 pasca panen (bagian 42)Ringkasan perkuliahan semester 7 pasca panen (bagian 42)
Ringkasan perkuliahan semester 7 pasca panen (bagian 42)Bondan the Planter of Palm Oil
 
Sistim semi hydroponic dalam pembibitan tebu
Sistim semi hydroponic dalam pembibitan tebuSistim semi hydroponic dalam pembibitan tebu
Sistim semi hydroponic dalam pembibitan tebuJoko Herma Pramulyo
 
Perbedaan Kualitas Beras Sosoh dan Beras tanpa disosoh
Perbedaan Kualitas Beras Sosoh dan Beras tanpa disosohPerbedaan Kualitas Beras Sosoh dan Beras tanpa disosoh
Perbedaan Kualitas Beras Sosoh dan Beras tanpa disosohZelika Gita Sari
 
Penyimpanan dan Pengolahan Bahan Setengah Jadi Kacang-Kacangan
Penyimpanan dan Pengolahan Bahan Setengah Jadi Kacang-KacanganPenyimpanan dan Pengolahan Bahan Setengah Jadi Kacang-Kacangan
Penyimpanan dan Pengolahan Bahan Setengah Jadi Kacang-KacanganLaila Fitri
 
Minggu 1 budidaya kelapa sawit
Minggu 1   budidaya kelapa sawitMinggu 1   budidaya kelapa sawit
Minggu 1 budidaya kelapa sawitMahmud Shakespeare
 
Teknis budidaya jarak
Teknis budidaya jarakTeknis budidaya jarak
Teknis budidaya jaraksujononasa
 

Similar to Tanaman perkebunan (20)

SAWIT NEW 3.ppt
SAWIT NEW 3.pptSAWIT NEW 3.ppt
SAWIT NEW 3.ppt
 
Kelapa sawit nunung
Kelapa sawit nunungKelapa sawit nunung
Kelapa sawit nunung
 
Dasar2 tphp(4)
Dasar2 tphp(4)Dasar2 tphp(4)
Dasar2 tphp(4)
 
Tanaman penghasil bioenergi
Tanaman penghasil bioenergiTanaman penghasil bioenergi
Tanaman penghasil bioenergi
 
fdokumen.com_panen-ksawit.ppt
fdokumen.com_panen-ksawit.pptfdokumen.com_panen-ksawit.ppt
fdokumen.com_panen-ksawit.ppt
 
Industri minyak jagung
Industri minyak jagungIndustri minyak jagung
Industri minyak jagung
 
Kelapa_Sawit (1).ppt
Kelapa_Sawit (1).pptKelapa_Sawit (1).ppt
Kelapa_Sawit (1).ppt
 
Tentang kedelai
Tentang kedelaiTentang kedelai
Tentang kedelai
 
MELAKS PANEN 3.ppt
MELAKS PANEN 3.pptMELAKS PANEN 3.ppt
MELAKS PANEN 3.ppt
 
Rendemen tebu
Rendemen tebuRendemen tebu
Rendemen tebu
 
MAKALAH INDAH KUSUMA .docx
MAKALAH INDAH KUSUMA .docxMAKALAH INDAH KUSUMA .docx
MAKALAH INDAH KUSUMA .docx
 
Pengolahan Kelapa menjadi Kopra dan Minyak Kelapa
Pengolahan Kelapa menjadi Kopra dan Minyak KelapaPengolahan Kelapa menjadi Kopra dan Minyak Kelapa
Pengolahan Kelapa menjadi Kopra dan Minyak Kelapa
 
Kopra dan Minyak Kelapa
Kopra dan Minyak KelapaKopra dan Minyak Kelapa
Kopra dan Minyak Kelapa
 
Ringkasan perkuliahan semester 7 pasca panen (bagian 42)
Ringkasan perkuliahan semester 7 pasca panen (bagian 42)Ringkasan perkuliahan semester 7 pasca panen (bagian 42)
Ringkasan perkuliahan semester 7 pasca panen (bagian 42)
 
Sistim semi hydroponic dalam pembibitan tebu
Sistim semi hydroponic dalam pembibitan tebuSistim semi hydroponic dalam pembibitan tebu
Sistim semi hydroponic dalam pembibitan tebu
 
Perbedaan Kualitas Beras Sosoh dan Beras tanpa disosoh
Perbedaan Kualitas Beras Sosoh dan Beras tanpa disosohPerbedaan Kualitas Beras Sosoh dan Beras tanpa disosoh
Perbedaan Kualitas Beras Sosoh dan Beras tanpa disosoh
 
Penyimpanan dan Pengolahan Bahan Setengah Jadi Kacang-Kacangan
Penyimpanan dan Pengolahan Bahan Setengah Jadi Kacang-KacanganPenyimpanan dan Pengolahan Bahan Setengah Jadi Kacang-Kacangan
Penyimpanan dan Pengolahan Bahan Setengah Jadi Kacang-Kacangan
 
Minggu 1 budidaya kelapa sawit
Minggu 1   budidaya kelapa sawitMinggu 1   budidaya kelapa sawit
Minggu 1 budidaya kelapa sawit
 
Teknis budidaya jarak
Teknis budidaya jarakTeknis budidaya jarak
Teknis budidaya jarak
 
budidaya kelapa sawit
budidaya kelapa sawitbudidaya kelapa sawit
budidaya kelapa sawit
 

Tanaman perkebunan

  • 1. KELAPA SAWIT A. Identifikasi Tanaman Siap Panen Dalam budidaya kelapa sawit panen merupakan salah satu kegiatan penting dan merupakan saat-saat yang ditunggu oleh pemilik kebun, karena saat panen adalah indikator akan dimulainya pengembalian inventasi yang telah ditanamkan dalam budidaya. Melalui pemanenan yang dikelola dengan baik akan diperoleh produksi yang tinggi dengan mutu yang baik dan tanaman mampu bertahan dalam umur yang panjang. Berbeda dengan tanaman semusim, pemanenan kelapa sawit hanya akan mengambil bagian yang paling bernilai ekonomi tinggi yaitu tandan buah yang menghasilkan minyak kelapa sawit dan inti kelapa sawit dan tetap membiarkan tanaman berproduksi secara terus menerus sampai batas usia ekonomisnya habis. Secara umum batas usia ekonomis kelapa sawit berkisar 25 tahun, dan dapat berkurang bergantung dari tingkat pemeliharaan yang dilakukan termasuk cara pemananen. Pemanen kelapa sawit yang salah akan mengakibatkan rendahnya produksi dan pendeknya usia ekonomis. Oleh karena itu, pemanenan harus dilakukan dengan tepat agar tanaman tetap berproduksi baik dan diperoleh mutu yang baik. Selain itu setelah panen harus segera dilakukan penanganan pasca panen menginggat tandan buah kelapa sawit akan cepat mengalami penurunan mutu dalam waktu 24 jam setelah panen. Kelapa Sawit sudah mulai berbunga, tetapi tandan buah segar yang dihasilkan belum mencapai 3 kg sehingga tanaman belum dapat dikategorikan sebagai tanaman menghasilkan. Bilamana performa/penampilan bonggol batang belum cukup kekar tetapi sudah berbunga, maka pada tanaman tersebut harus diablasi yaitu pembuangan bunga untuk membuang tandan kecil (kurang dari 3 kg) pada tanaman baru berbuah dan untuk mendorong pertumbuhan tanaman agar diperoleh pertumbuhan tanaman yang seragam. Secara normal kelapa sawit yang tumbuh subur sudah dapat menghasilkan buah serta siap dipanen pertama pada umur sekitar 3,5 tahun jika dihitung mulai dari penanaman biji kecambah di pembibitan. Namun jika dihitung mulai penanaman di lapangan maka tanaman berbuah dan siap panen pada umur 2,5 tahun. B. Identifikasi Tandan Buah Masak Tanaman kelapa sawit rata-rata menghasilkan buah 20-22 tandan/tahun. Pada tanaman yang semakin tua produktivitasnya semakin menurun menjadi 12 14 tandan/tahun. Banyaknya buah yang terdapat dalam satu tandan tergantung pada faktor genetik, umur, lingkungan dan teknik budidaya. Jumlah buah pertandan pada tanaman yang cukup tua mencapai 1600 buah. Matang panen kelapa sawit dapat dilihat secara visual dan secara fisiologi. Secara visual dapat dilihat dari perubahan warna kulit buah menjadi merah jingga, sedangkan secara fisiologi dapat dilihat dari kandungan minyak yang maksimal dan kandungan asam lemak bebas yang minimal. Pada saat matang tersebut dicirikan pula oleh membrondolnya buah. Kriteria tandan buah yang masak pada tanaman muda dan tanaman menghasilkan sedikit berbeda. Pada tanaman muda yang baru pertama kali dipanen, kriteria matang tandan matang panen berupa 1-2 brondolan per tandan perlu digunakan mengingat tandan masih kecil dan cepat masak. Standar ini harus disesuaikan berdasarkan kondisi iklim setempat dan pengalaman pekerja. Ciri tandan matang panen adalah sedikitnya ada 5 buah yang lepas/jatuh dari tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari tandan yang beratnya 10 kg atau lebih. Ciri-ciri lain yang digunakan adalah apabila sebagian buah sudah membrondol (jatuh di piringan). Secara alamiah dan bobot rata-rata tandan sudah mencapai 3 kg. Jumlah brondolan buah inilah yang dijadikan dasar untuk memanen tandan buah, yaitu tanaman dengan umur kurang dari 10 tahun, jumlah brondolan kurang lebih 10 butir dan tanaman dengan umur lebih 10
  • 2. tahun, jumlah brondolan sekitar 15-20 butir. Namun secara praktis digunakan kriteria umum yaitu pada setiap 1 kg tandan buah segar (TBS) terdapat 2 brondolan. Kriteria panen yang diharapkan adalah bila tingkat kematangan buah sudah mencapai fraksi kematangan 1–3 dimana persentase buah luar yang jatuh sekitar 12,5 %-75 %. Ada dua jenis sistem panen, yaitu sistem giring dan sistem tetap. C. Persiapan Panen Teknik panen yang baik bertujuan untuk memperoleh jumlah minyak maksimum dengan kualitas yang paling baik. Untuk mencapai maksud ini perlu kematangan buah yang optimum, selang panen yang tepat, metode pengumpulan buah, dan pengangkutan hasil yang baik ke pabrik pengolahan buah sawit. Aspek yang paling penting diperhatikan dalam panen dan pengangkutan buah adalah hal-hal yang mempengaruhi kualitas akhir dari minyak sawit, khususnya menyangkut kadar asam lemak bebas. Jadi, untuk mendapatkan hasil panen yang berkualitas tinggi sebaiknya dibuat persiapan panen yang baik. Tanaman kelapa sawit mulai berbunga dan membentuk buah setelah umur 2-3 tahun. Buah akan menjadi masak sekitar 5-6 bulan setelah penerbukan. Agar panenan berjalan lancar, tempat pengumpulan hasil (TPH) harus dipersiapkan dan jalan pengangkutan hasil (pasar pikul) diperbaiki untuk memudahkan pengangkutan hasil panen dari kebun ke pabrik. Para pemanen juga harus mempersiapkan peralatan yang akan digunakan. Pemanenan kelapa sawit perlu memperhatikan beberapa ketentuan umum agar tandan buah segar (TBS) yang dipanen sudah matang, sehingga minyak kelapa sawit yang dihasilkan bermutu baik. D. Kriteria Tanaman Menghasilkan Agar tanaman belum menghasilkan (TBM) dapat digolongkan menjadi tanaman menghasilkan (TM), maka perlu diperhatikan kriteria berikut: a) Kerapatan panen telah mencapai 60% atau lebih. b) Bobot tandan rata-rata lebih berat daripada 3 kg. c) Angka sebaran panen lebih banyak daripada 5. 1. Kerapatan Kerapatan panen adalah angka persentase jumlah pohon yang memiliki tanda buah yang sudah matang panen dalam suatu areal pertanaman belum menghasilkan (TBM). Untuk mengetahui kerapatan panen tersebut, maka dilakukan pemeriksaan dan pencatatan jumlah pohon yang sudah memiliki tandan buah matang panen dari setiap petak tanaman yang terdapat dalam areal TBM tersebut. Bila terdapat lebih dari 60% atau lebih pohon yang mempunyai tandan matang panen, maka petak tersebut dinyatakan menjadi tanaman menghasilkan (TM). 2. Bobot rata-rata tandan Setiap tandan yang sudah matang panen diambil secara acak dari setiap hektar tanaman kemudian ditimbang. Jika rata-rata bobot telah lebih dari 3 kg maka panenan dapat dilakukan dan diteruskan dengan pemeriksaan penyebaran panen. Bila bobot rata-rata tandan masih di bawah 3 kg, panen harus ditangguhkan, karena tandan kecil secara teknik tidak dapat diolah pabrik sehingga tidak mempunyai nilai ekonomis. Kriteria matang panen yang dijadikan patokan di perkebunan kelapa sawit adalah bila sudah ada 2 brondolan (buah yang lepas dari tandannya) untuk tiap kilogram tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau satu brondolan untuk tiap kilogram tandan beratnya lebih dari 10 kg. Melihat adanya brondolan yang jatuh ke piringan, maka panenan dapat dilakukan. 3. Kerapatan sebaran panen
  • 3. Kerapatan sebaran panen adalah angka yang menyatakan jumlah pohon yang telah memiliki tandan matang panen dalam baris tanaman pada satu petak (blok) tanaman sawit. Angka ini penting diketahui untuk efisiensi pemanenan, karena menyangkut jarak (ruang) dan waktu yang dibutuhkan untuk memanen. E. Derajat Kematangan Buah Mutu minyak buah biasanya dinyatakan sebagai persentase minyak tandan. Untuk tujuan praktis disebut rendemen minyak atau nisbah ekstraksi. Rendemen minyak (RM) yang diperoleh di pabrik sangat dipengaruhi oleh standar kematangan buah yang mana buah berubah warna dari hitam menjadi merah oranye hingga terjadi kematangan penuh. 1. Kriteria matang panen Faktor yang vital adalah konversi karbohidrat menjadi minyak di mesokrap berlangsung pada stadia akhir perkembangan buah. Seminggu sebelum masak hanya 80% minyak dari potensi total minyak dalam mesokrap, sintesis minyak berlangsung terus sebelum buah tanggal dari tandan (membrondol). Penurunan atau peningkatan yang nyata dari kandungan minyak setelah buah membrondol dan sebelum membusuk ditandai oleh perubahan ciri-ciri jaringan mesokrap. Tabel. Tingkatan TBS yang dipanen: Tingkat Jumlah Brondolan Kematangan 0. 1. 2. 3. 4. 5. 1-12,5% buah luar membrondol 12,5-25% buah luar membrondol 25-50% buah luar membrondol 50-75% buah luar membrondol 75-100% buah luar membrondol Buah dalam juga membrondol, dan ada buah yang busuk Mentah Kurang matang Matang I Matang II Lewat matang I Lewat matang II Sumber: Pusat Penelitan Marihat, 1983 Jadi, berdasarkan tingkat TBS yang dipanen tersebut di atas, maka derajat kematangan yang baik adalah jika tandan-tandan yang dipanen berada tingkat 1,2, dan 3. Secara ideal dengan mengikuti ketentuan dan kriteria matang panen dan terkumpulnya brondolan serta pengangkutan yang lancar, maka dalam suatu panenan akan diperoleh komposisi tingkat tandan segar sebagai berikut: 1) Jumlah brondolan di pabrik sekitar 25% dari berat tandan seluruhnya. 2) Tandan yang terdiri atas tingkat kematangan 2 dan 3 minimal 65% dari jumlah tandan. 3) Tandan yang terdiri atas tingkat kematangan 1 maksimal 20% dari jumlah tandan. 4) Tandan yang terdiri atas tingkat kematangan 4 dan 5 maksimal 15% dari jumlah tandan. Untuk memperoleh tingkat kematangan tandan perlu diatur frekuensi panen atau putaran panen di suatu kebun. Dalam keadaan yang tidak terhindarkan, dapat saja hasil panenan dari tingkat kematangan tandan yang lebih tinggi, sehingga komposisi tandan buah segar (TBS) dengan tingkat kematangan (3 dan 4) : 65%, mulai matang (2) : 20%, dan lewat matang (5) : 15%. Dengan komposisi demikian akan diperoleh produksi minyak maksimum dengan biaya minimum dan asam lemak bebas (ALB) masih berada di bawah 5%. 2. Frekuensi panen Untuk memperoleh keseragaman kematangan pada standar yang dikehendaki, maka suatu areal pertanaman harus dipanen setiap hari. Karena hal seperti ini tidak ekonomis, maka perlu diadakan putaran atau rotasi panen. F. Pengolahan Hasil Panen
  • 4. Hasil panen dari kebun merupakan tandan buah segar (TBS) yang harus segera diangkut ke pabrik pengolahan untuk mendapatkan hasil minyak kelapa sawit yang bermutu tinggi. Proses pengolahan hasil panen ini berlangsung cukup panjang, dimulai dari pengangkutan TBS dari lahan pertanaman ke pabrik pengolahan sampai menghasilkan minyak kelapa sawit dan hasil sampingannya. Hasil olahan utama TBS pada pabrik pengolahan adalah: 1) Minyak sawit yang merupakan hasil pengolahan daging buah, 2) Minyak inti sawit yang dihasilkan dari ekstraksi inti sawit. G. Pengangkutan TBS ke Pabrik Pengolahan Tandan buah segar (TBS) yang baru dipanen harus segera diangkut ke pabrik dapat segera diolah. Buah yang tidak dapat segera diolah akan mengalami kerusakan atau akan menghasilkan minyak dengan kadar asam lemak bebas tinggi, sehingga sangat berpengaruh tidak baik terhadap kualitas minyak yang dihasilkan. Salah satu upaya untuk menghindari terbentuknya asam lemak bebas adalah pengangkutan buah dari kebun ke pabrik harus dilakukan secepatnya dan menggunakan alat angkut yang baik, seperti lori, traktor gandengan, atau truk. Sebaiknya dipilih alat angkut yang besar, cepat, dan tidak terlalu banyak membuat guncangan selama dalam perjalanan. Hal ini untuk menjaga agar perlukaan pada buah tidak terlalu banyak. Segera setelah sampai di pabrik, pengolahan harus secepatnya ditimbang dulu, kemudian memasuki tahap-tahap pengelolaan selanjutnya. Tandan buah segar yang diterima dari kebun harus ditimbang dengan cermat yang nantinya perlu di dalam proses pengendalian mutu, rendemen hasil yang diperoleh. TBS yang sudah diterima dari kebun dan sudah ditimbang harus secepat mungkin masuk pengolahan tahap pertama agar gradasi mutu dapat ditekan sekecil mungkin, yaitu tahap perebusan atau sterilisasi tandan buah. KARET Persiapan Panen Pemungutan hasil panen karet disebut penyadapan karet. Biasanya penyadapan dilakukan pada saat pagi hari hingga pukul 07.30. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari terjadinya koagulasi pada lateks. Penyadapan pada umur + 5 tahun, dan dapat dilakukan selama 25-35 tahun. Pembuatan tempat penampungan hasil (TPH) TPH dibuat untuk menampung hasil lateks dari kebun sebelum diangkut ke pabrik. Satu TPH biasanya digunakan untuk menampung latek dari luasan areal sadap 20 sampai 30 hektar. Pada lokasi TPH disediakan bak/tangki penampung yang diletakan di atas, sehingga lateks yang ditampung dapat langsung dimasukkan ke truk pengangkut. Pembuatan jalan panen. Pembuatan jalan panen biasanya dibuat pada saat pekerja hendak melakukan penyadapan. Biasanya jalan panen di perkebunan hanya sederhana dan berupa jalan setapak, sehingga yang dibutuhkan hanyalah parang atau sabit untuk memotong rumput atau gulma yang mengganggu jalan yang akan dibuat. Alat-alat panen
  • 5. Alat-alat panen yang perlu dipersiapkan adalah pisau sadap, mangkok sadap, talang sadap, ember dan pengasah pisau. Pisau sadap, ember dan pengasah pisau hanya disediakan untuk masing-masing tenaga penyadap, sedangkan mangkok dan talang sadap harus disediakan untuk setiap tanaman. Kebutuhan tenaga panen Kebutuhan tenaga penyadap diperhitungkan dengan cara menghitung luas lahan yang disadap per hari (tergantung frekuensi sadap yang digunakan). Pada umumnya luas yang disadap per hari adalah 1/3 dari luas TM. Untuk kebutuhan tenaga penyadap dapat dihitung dengan memperhatikan kemampuan seorang penyadap dalam melakukan penyadapan dalam satu hari. Untuk lahan da tar 1 orang penyadap mampu menyadap seluas 1 hektar. Pelaksanaan Panen Kriteria matang sadap Kriteria matang sadap pada tanaman karet ditentukan oleh dua syarat yaitu:  lilit batang (lingkar batang 1 meter di atas pertautan lebih besar dari 45 cm.  60% dari populasi memenuhi syarat nomor 1. Biasanya masa ini akan dicapai setelah tanaman berumur 5 tahun. Hanca panen Hanca panen atau luas yang dipanen per hari sangat tergantung dari rotasi eksploitasi yang digunakan. Pada umumnya tanaman karet disadap 3 hari sekali, sehingga luas panen per hari kurang lebih 1/3 dari total luas tanaman menghasilkan (TM). Untuk lahan yang datar, 1 orang penyadap mampu menyadap seluas 1 hektar. Rotasi panen Lamanya rotasi panen dilakukan tergantung luasan hanca panen. Semakin luas hanca panen, maka rotasi panen semakin lama. Rotasi panen juga tergantung pada berapa kali dalam seminggu dilakukan penyadapan. Aturan teknis panen Setiap penyadap biasanya sudah berada di kebun pada pukul 05.00 untuk melakukan persiapan-persiapan seperti : pembagian lokasi sadap, pengecekan peralatan dan pengecekan kehadiran tenaga penyadap. Setiap penyadap akan melakukan penyadapan pada hancanya sendiri (setiap penyadap memiliki lokasi penyadapan masing-masing). Penyadapan dilakukan dengan memotong kulit karet (setelah melepas lateks yang membeku pada alur sadap) pada alur sadap yang telah ada serta memasang mangkok dan pemberian anti koagulan (2 tetes) pada mangkok sadap. Anti koagulan ini berfungsi untuk mencegah terjadinya pembekuan lateks sebelum sampai di pabrik. Setelah seluruh hanca sadap di sadap (selesai pada pukul 07.30) maka lateks ditunggu mengalir hingga pukul 11.00 dan selanjutnya lateks dikumpulkan di TPH. Pada setiap penyadap akan dicatat volume lateks yang terkumpul pada hari itu dan akan digunakan sebagai salah satu penentu besarnya upah yang akan diterima. Pengangkutan Hasil Panen Setelah lateks hasil sadapan terkumpul seluruhnya, selanjutnya lateks dari tangki penerimaan/pengumpulan yang berada di lokasi tempat pengumpulan hasil di kebun, kemudian diangkut dengan tangki pengangkut ke pabrik. Tangki pengangkut ada yang ditarik dengan traktor,
  • 6. dan ada pula yang terpasang pada truk-truk tangki. Dalam pengangkutan lateks ke pabrik harus dijaga agar lateks tidak terlalu tergoncang dan terlalu kepanasan karena dapat berakibat terjadinya prakoagulasi di dalam tangki. Dalam keadaan tertentu, lateks dalam tangki tersebut perlu diberi obat anti koagulan. Sarana angkutan. Sarana angkutan yang digunakan untuk pengangkutan late ks dari kebun ke pabrik adalah truk tangki dengan kapasitas biasanya antara 2.000 sampai 3.000 liter. Tangki dibuat dari bahan alumunium dan dirancang sedemikian rupa sehingga mudah dipasang dan dilepas dari alat penarik (truk/taktor) dan dengan mudah dibersihkan. Jumlah truck yang diperlukan tergantung dari tingkat produksi lateks yang dihasilkan per hari. Sedapat mungkin harus diusahakan semua lateks dapat diangkut ke pabrik pusat agar dapat dilakukan pencampuran lateks dari semua bagian kebun dalam satu atau beberapa bak pencampur di pabrik, sehingga dapat diharapkan hasil yang seragam. Jika keadaan tempat memaksa untuk dilakukan koagulasi di kebun, jumlah lateks yang dikoagulasi sedapat mungkin harus dibatasi. Prasarana jalan yang digunakan untuk pengangkutan lateks dari kebun harus cukup baik. Hal ini untuk menghindari terjadinya goncangan-goncangan selama pengangkutan yang dapat meningkatkan proses prakoagulasi. Oleh karena itu TPH biasanya diletakkan/berada di pinggir-pinggir jalan produksi. TEH Panen dan pasca panen teh Teh di hasilkan dari pengolahan yang tanpa proses fermentasi setelah di petik dengan tahap-tahap pengolahan yaitu : pelayuan, penggulungan, pengeringan dan sortasi. Proses pengolahan tanpa proses fermentasi di kenal dengan pelayuan. Pengolahan teh : 1. Daun teh yang di petik di tebarkan diata lantai serambi agar kadar airnya berkurang dan menjadi layu ± 2 hari. 2. Daun yang sudah layu digoreng pada suhu 900C.( di bolak balik agar tidak gosong) ± 10 menit. Proses pelayuan ini hanya mengatur aktivitas enzim dalam daun.Enzim itu aktiv tinggi pada suhu 80-900 F(26,67-32,220C)dan berkurang pada suhu kurang dari
  • 7. 600 F(15,560C) sedangkan pada suhu 1200 F (48,890 c) enzim akan inakatif selama 2-3 menit dan suhu tersebut yang digunakan dalam pelayuan. 3. Daun yang sudah lemas di angkat dari penjemuran kemudian didinginkan diatas meja. 4. Daun yang sudah dingin kemudian digulung dengan tangan atau alat berbentuk bola terbuat dari kayu, diatas arang kayu yang membara. 5. Jika sudah kering kemudian didinginkan diatas nyiru. Proses pengeringan tersebut memerlukan waktu 6-10 menit. Dan hasilnya, kadar air daun teh sebanyak 5-8%. Sortasi dilakukan dengan memisahkan daun teh yang rusak tangkai daunnya, biasanya untuk 1 kg teh kering ,dibutuhkan pucuk daun teh sebanyak 4,5kg. KOPI Tanaman kopi yang terawat dengan baik dapat mulai berproduksi pada umur 2,5-3 tahun tergantung dari lingkungan dan jenisnya. Tanaman kopi robusta dapat berproduksi mulai dari 2,5 tahun, sedangkan arabika pada umur 2,5-3 tahun. Jumlah kopi yang dipetik pada panen pertama relatif masih sedikit dan semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya umur tanaman sampai mencapai puncaknya pada umur 7-9 tahun. Pada umur puncak tersebut produksi kopi dapat mencapai 9-15 kuintal kopi beras/ha/tahun untuk kopi robusta dan 5-7 kuintal kopi beras/ha/tahun untuk kopi arabika. Namun demikian, bila tanaman kopi dipelihara secara intensif dapat mencapai hasil 20 kuintal kopi beras/ha/tahun. 1. Pemanenan buah kopi dilakukan secara manual dengan cara memetik buah yang telah masak. Ukuran kematangan buah ditandai oleh perubahan warna kulit buah. Kulit buah berwarna hijau tua ketika masih muda, berwarna kuning ketika setengah masak dan berwarna merah saat masak penuh dan menjadi kehitam-hitaman setelah masak penuh terlampaui (over ripe). 2. Kematangan buah kopi juga dapat dilihat dari kekerasan dan komponen senyawa gula di dalam daging buah. Buah kopi yang masak mempunyai daging buah lunak dan berlendir serta mengandung senyawa gula yang relatif tinggi sehingga rasanya manis. Sebaliknya daging buah muda sedikit keras, tidak berlendir dan rasanya tidak manis karena senyawa gula masih belum terbentuk maksimal. Sedangkan kandungan lendir pada buah yang terlalu masak cenderung berkurang karena sebagian senyawa gula dan pektin sudah terurai secara alami akibat proses respirasi. 3. Tanaman kopi tidak berbunga serentak dalam setahun, karena itu ada beberapa cara pemetikan : a. Pemetikan selektif dilakukan terhadap buah masak.
  • 8. b. Pemetikan setengah selektif dilakukan terhadap dompolan buah masak. c. Secara lelesan dilakukan terhadap buah kopi yang gugur karena terlambat pemetikan. d. Secara racutan/rampasan merupakan pemetikan terhadap semua buah kopi yang masih hijau, biasanya pada pemanenan akhir. Proses Pasca Panen Sortasi a. Sortasi buah dilakukan untuk memisahkan buah yang superior (masak, bernas, seragam) dari buah inferior (cacat, hitam, pecah, berlubang dan terserang hama/penyakit). Kotoran seperti daun, ranting, tanah dan kerikil harus dibuang, karena dapat merusak mesin pengupas. b. Biji merah (superior) diolah dengan metoda pengolahan basah atau semi-basah, agar diperoleh biji kopi HS kering dengan tampilan yang bagus. Sedangkan buah campuran hijau,kuning, merah diolah dengan cara pengolahan kering. c. Hal yang harus dihindari adalah menyimpan buah kopi di dalam karung plastik atau sak selama lebih dari 12 jam, karena akan menyebabkan pra-fermentasi sehingga aroma dan citarasa biji kopi menjadi kurang baik dan berbau busuk (fermented). Pengolahan Cara kering Metoda pengolahan cara kering banyak dilakukan mengingat kapasitas olah kecil, mudah dilakukan, peralatan sederhana dan dapat dilakukan di rumah petani. 1. Pengeringan a. Kopi yang sudah di petik dan disortasi harus sesegera mungkin dikeringkan agar tidak mengalami proses kimia yang bisa menurunkan mutu. Kopi dikatakan kering apabila waktu diaduk terdengar bunyi gemerisik. b. Beberapa petani mempunyai kebiasaan merebus kopi gelondang lalu dikupas kulitnya, kemudian dikeringkan. Kebiasaan merebus kopi gelondong lalu dikupas kulit harus dihindari karena dapat merusak kandungan zat kimia dalam biji kopi sehingga menurunkan mutu. c. Apabila udara tidak cerah pengeringan dapat menggunakan alat pengering mekanis. d. Tuntaskan pengeringan sampai kadar air mencapai maksimal 12,5%. e. Pengeringan memerlukan waktu 2-3 minggu dengan cara dijemur. f. Pengeringan dengan mesin pengering tidak diharuskan karena membutuhkan biaya mahal. 2. Pengupasan kulit (Hulling) a. Hulling pada pengolahan kering bertujuan untuk memisahkan biji kopi dari kulit buah, kulit tanduk dan kulit arinya. b. Hulling dilakukan dengan menggunakan mesin pengupas (huller). Tidak dianjurkan untuk mengupas kulit dengan cara menumbuk karena mengakibatkan banyak biji yang pecah. Beberapa tipe huller sederhana yang sering digunakan adalah huller putar tangan (manual), huller dengan pengerak motor, dan hummermill. 3. Pengolahan Cara Basah (Fully Washed) Tahapan pengolahan kopi cara basah dapat dilihat pada skema berikut : a. Pengupasan Kulit Buah Pengupasan kulit buah dilakukan dengan menggunakan alat dan mesin pengupas kulit buah (pulper). Pulper dapat dipilih dari bahan dasar yang terbuat dari kayu atau metal.
  • 9. Air dialirkan kedalam silinder bersamaan dengan buah yang akan dikupas. Sebaiknya buah kopi dipisahkan atas dasar ukuran sebelum dikupas. b. Fermentasi  Fermentasi umumnya dilakukan untuk pengolahan kopi Arabika, bertujuan untuk meluruhkan lapisan lendir yang ada dipermukaan kulit tanduk biji kopi. Selain itu, fermentasi mengurangi rasa pahit dan mendorong terbentuknya kesan “mild” pada citarasa seduhan kopi arabika.  Fermentasi ini dapat dilakukan secara basah dengan merendam biji kopi dalam genangan air, atau fermentasi cara kering dengan cara menyimpan biji kopi HS basah di dalam wadah plastik yang bersih dengan lubang penutup dibagian bawah atau dengan menumpuk biji kopi HS di dalam bak semen dan ditutup dengan karung goni.  Agar fermentasi berlangsung merata, pembalikan dilakukan minimal satu kali dalam sehari.  Lama fermentasi bervariasi tergantung pada jenis kopi, suhu, dan kelembaban lingkungan serta ketebalan tumpukan kopi di dalam bak. Akhir fermentasi ditandai dengan meluruhnya lapisan lendir yang menyelimuti kulit tanduk. Waktu fermentasi berkisar antara 12 sampai 36 jam. c. Pencucian  Pencucian bertujuan menghilangkan sisa lendir hasil fermentasi yang menempel di kulit tanduk.  Untuk kapasitas kecil, pencucian dikerjakan secara manual di dalam bak atau ember, sedangkan kapasitas besar perlu dibantu mesin. d. Pengeringan  Pengeringan bertujuan mengurangi kandungan air biji kopi HS dari 60 – 65 % menjadi maksimum 12,5 %. Pada kadar air ini, biji kopi HS relatif aman dikemas dalam karung dan disimpan dalam gudang pada kondisi lingkungan tropis.  Pengeringan dilakukan dengan cara penjemuran, mekanis, dan kombinasi keduanya.  Penjemuran merupakan cara yang paling mudah dan murah untuk pengeringan biji kopi. Penjemuran dapat dilakukan di atas para-para atau lantai jemur. Profil lantai jemur dibuat miring lebih kurang 5–7 dengan sudut pertemuan di bagian tengah lantai.  Ketebalan hamparan biji kopi HS dalam penjemuran sebaiknya 6–10 cm lapisan biji. Pembalikan dilakukan setiap jam pada waktu kopi masih basah. Pada areal kopi Arabika, yang umumnya didataran tinggi, untuk mencapai kadar air 15 -17 %, waktu penjemuran dapat berlangsung 2–3 minggu.  Pengeringan mekanis dapat dilakukan jika cuaca tidak memungkinkan untuk melakukan penjemuran. Pengeringan dengan cara ini sebaiknya dilakukan secara berkelompok karena membutuhkan peralatan dan investasi yang cukup besar dan tenaga pelaksana yang terlatih. e. Pengupasan kulit kopi HS  Pengupasan dimaksudkan untuk memisahkan biji kopi dari kulit tanduk yang menghasilkan biji kopi beras.
  • 10.  Pengupasan dapat dilakukan dengan menggunakan mesin pengupas (huller).  Sebelum dimasukkan ke mesin pengupas (huller), biji kopi hasil pengeringan didinginkan terlebih dahulu (tempering) selama minimum 24 jam. Pengolahan Cara kering Metoda pengolahan cara kering banyak dilakukan mengingat kapasitas olah kecil, mudah dilakukan, peralatan sederhana dan dapat dilakukan di rumah petani. 1. Pengeringan a. Kopi yang sudah di petik dan disortasi harus sesegera mungkin dikeringkan agar tidak mengalami proses kimia yang bisa menurunkan mutu. Kopi dikatakan kering apabila waktu diaduk terdengar bunyi gemerisik. b. Beberapa petani mempunyai kebiasaan merebus kopi gelondang lalu dikupas kulitnya, kemudian dikeringkan. Kebiasaan merebus kopi gelondong lalu dikupas kulit harus dihindari karena dapat merusak kandungan zat kimia dalam biji kopi sehingga menurunkan mutu. c. Apabila udara tidak cerah pengeringan dapat menggunakan alat pengering mekanis. d. Tuntaskan pengeringan sampai kadar air mencapai maksimal 12,5%. e. Pengeringan memerlukan waktu 2-3 minggu dengan cara dijemur. f. Pengeringan dengan mesin pengering tidak diharuskan karena membutuhkan biaya mahal. 2. Pengupasan kulit ( Hulling) a. Hulling pada pengolahan kering bertujuan untuk memisahkan biji kopi dari kulit buah, kulit tanduk dan kulit arinya. b. Hulling dilakukan dengan menggunakan mesin pengupas (huller). Tidak dianjurkan untuk mengupas kulit dengan cara menumbuk karena mengakibatkan banyak biji yang pecah. Beberapa tipe huller sederhana yang sering digunakan adalah huller putar tangan (manual), huller dengan pengerak motor, dan hummermill. TEBU PANEN DAN PASCA PANEN
  • 11. Lebih dari separuh produksi tebu di dunia dipanen secara manual dengan tangan,khususnya yang dilakukan di negara-negara yang berkembang. Pemanenan cara ini diawalidengan pembakaran lahan. Api yang menyebar cepat akan membakar daun-daun, tetapimeninggalkan batang-batang yang kaya air dan akar juga tidak rusak. Para pemanenkemudian memotong batang tepat di atas tanah dengan parang. Pemanen tebu yang sudahterlatih dapat memotong 500 kg tebu dalam satu jam. Panen dilakukan satu kali di akhir musim tanam dengan kriteria dan cara panen sebagai berikut : 1. Ciri dan Umur PanenUmur panen tergantung dari jenis tebu: a). Varitas genjah masak optimal pada < 12 bulan. b).Varitas sedang masak optimal pada 12-14 bulan. c). Varitas dalam masak optimal pada > 14 bulan. 2. Cara Panen  Mencangkul tanah di sekitar rumpun tebu sedalam 20 cm.  Pangkal tebu dipotong dengan arit jika tanaman akan ditumbuhkan kembali.Batang dipotong dengan menyisakan 3 buku dari pangkal batang.  Mencabut batang tebu sampai ke akarnya jika kebun akan dibongkar. Potongakar batang dan 3 buku dari permukaan pangkal batang.  Pucuk dibuang.  Batang tebu diikat menjadi satu (30-50 batang/ikatan) untuk dibawa ke pabrik untuk segera digiling. RENDEMEN TEBU Proses kemasakan tebu merupakan proses yang berjalan dari ruas ke ruas yang tingkat kemasakannya tergantung pada ruas yang yang bersangkutan. Tebu yang sudah mencapai umur masak, keadaan kadar gula di sepanjang batang seragam, kecuali beberapa ruas di bagian pucuk dan pangkal batang. Usahakan agar tebu ditebang saat rendemen pada posisi optimal yaitu sekitar bulan Agustus atau tergantung jenis tebu. Tebu yang berumur 10 bulan akan mengandung saccharose 10 %, sedang yang berumur 12 bulan bisa mencapai 13 %. KAKAO Penanganan pasca panen kakao Buah dipanen » dikumpulkan » dikelompokan menurut kelas kematanganya » buah dipecah kulitnya tanpa melukai biji » biji di tampung dalam wadah. Pengolahan 1. Fermentasi Dilakukan untuk meningkatkan aroma dan rasa, melepas pulp selama 4-6 hari dan di balik tiap hari dan kemudian dicuci selama 2 jam. 2. Pengeringan
  • 12. Pengeringan dilakukan selama 32 jam dengan suhu 65-68˚C dengan sinar matahari dan di balik setiap 3 jam, jika menggunakan pengeringan buatan selama 24 jam dengan suhu 46-50˚C yang dimasukan kedalam peti pengeringan, sehingga berat menjadi berkurang sampai 37%. 3. Sortasi dan Penyimpanan  Sortasi biji, kemurnian, warna, bahan ikutan, jamur.  Biji yang bermutu baik beratnya ≥ 1 gram.  Kelas A : 90-100 butir setiap 100 gram contoh.  Kelas B : 100-110 butir100 gram contoh.  Kelas C : 110-120 butir setiap 100 gram contoh.  Berat maksimal setiap karung 60 kg. LADA Tanaman lada mulai dipanen pada umur 3 tahun, dengan interval dari mulai berbunga sampai buah siap panen pada usia 9 bulan setelah penyerbukan. Ciri buah lada mulai dapat dipanen apabila dalam satu tangkai ada yang masak (buah berwarna merah 3–5 butir). cara memanennya yaitu dengan memetik tangkai dan seluruh buahnya. Waktu panen pagi hari. Tahap Pemanenan Lada  Ciri dan Umur Panen Panen pertama umur tiga tahun atau kurang. Ciri-ciri: tangkainya berubah agak kuning dan sudah ada buah yang masak (berwarna kuning atau merah).  Cara Panen Pemetikan dari buah bagian bawah hingga buah bagian atas, dengan mematahkan persendian tangkai buah yang ada diketiak dahan.  Periode Panen Periode panen sesuai iklim setempat, jenis lada yang ditanam dan intensitas pemeliharaan.
  • 13. TEMBAKAU Panen dan Pascapanen Waktu panen dan cara penanganan pasca panen tembakau sangat tergantung pada jenis tembakaunya. Berikut diuraikan pemanenan dan penanganan pasca panen beberapa jenis tembakau yang diusahakan di Indonesia. Tembakau Burley BAT Bondowoso Umur Panen Kriteria waktu panen tembakau dapat dilihat dari gejala tingkat kematangan daun di pohon sebagai berikut  Daun bawah (3-4 lembar) mendekati kehijau-hijauan dan gagangnya keputih-putihan.  Daun tengah (4-6 lembar) berwarna “kuning kenanga”.  Daun atas (6-9 lembar) dan daun pucuk (4-7 lembar) telah matang benar. Cara Pemetikan Pemetikan daun tembakau Burley dilakukan dengan dua cara yaitu petik biasa (reaping) dan tebang batang ( stalk cutting). Reaping dilakukan dengan memetik daun-daunya saja, sedangkan stalk cutting dilakukan dengan menebang batang tembakau beserta daunnya tepat pada pangkal batang. Untuk mendapatkan hasil yang tinggi tembakau burley biasanya diperlakukan reaping paling banyak dua kali dan selanjutnya stalk cutting. Pemetikan pertama daun tembakau Burley dilakukan pada saat tanaman berumur 65-70 har, dengan jumlah daun yang dipetik 2-3 lembar. Stalk cutting dilakukan apabila daun pucuk kelihatan sudah cukup tua (berwarna kuning) dengan umur tanaman 90-100 HST. Saat pemetikan (pagi, siang dan sore) berpengaruh terhadap kualitas daun tembakau. Saat pemetikan tembakau burley yang baik adalah pada pagi hari. Sortasi Pendahuluan Sortasi pendahuluan dilakukan terhadap daun hijau tembakau Burley untuk memisahkan daun yang agak muda (immature), daun kurang tua (unripe), daun tua (ripe) dan daun yang rusak. Sortasi ini dilakukan dengan tujuan untuk memudahkan proses pengeringan, memudahkan grading setelah pengeringan, memudahkan penentuan harga jual dan memudahkan pemasaran. Pengeringan (Curing) Dalam pengeringan dilakukan penurunan kadar air dari 80 – 90%. Selama pengeringan terjadi proses aging yaitu pembentukan warna dan pengeringan. Pengeringan dilakukan di dalam Los. Tembakau Burley ini termasuk ke dalam jenis pengeringan air cured. Pengeringan dilakukan selama ± 22 hari sampai diperoleh krosok yang baik. Setelah itu krosok diunting (diikat beberapa lembar krosok) kemudian dipak/dibal dengan bobot 1 bal 50 – 60 kg dan dibungkus dengan tikar. Tembakau Cerutu Vorstenlanden Pemetikan
  • 14. Pemetikan daun dilakukan secara bertahap, kriteria tanaman siap dipanen yaitu setelah tanaman berumur 50 hari, 60 – 70% dari populasi telah membentuk kuncup bunga, warna daun “menongo bener” (hijau seperti bunga kenanga), sudut daun telah melebar atau merunduk daun mudah dipetik dan tanaman dalam kondisi segar. Jenis dan banyaknya daun yang akan dipetik terdiri dari : 2 lembar daun tanah/pasir (DT), 6 lembar daun koseran pertama (DKP) 10 lembar daun koseran atas (DKA), 4 lembar daun madya pertama (DMP) 6 lembar daun madya tengah (DMT) dan 4 lembar daun madya atas (DMA). Pemetikan dilakukan pada pukul 06.00 – 08.00 pagi secara manual, pemetikan pada pagi hari akan menghasilkan krosok yang berwarna lebih cerah daripada sore hari. Pengeringan Pengeringan tembakau cerutu Vorstenlanden pada prinsipnya menggunakan sistem air curing. Tembakau dikeringkan di dalam Los dengan tinggi bangunan sekitar 12 m. Pada bagian atap dan dinding terdapat jendela yang berfungsi untuk mengatur kelembaban udara di dalamnya. Pada malam hari bila kelembaban udara terlalu tinggi, jendela ditutup dan dilakukan pengomprongan (pengeringan buatan dengan bahan sekam, kayu, atau briket batubara). Pada siang hari jendela dibuka agar kelembaban dalam ruang pengering tersebut turun. 1 Los (bangunan pengering) terdiri dari 30 kamar yang mampu menampung 2.100 dolok (1 dolok terdiri dari 50 lembar daun). Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam Los pengering adalah sortasi, sunduk, pendolokan dan penyusunan daun, penaikan dan pelolosan. Setelah pengeringan dilakukan fermentasi yaitu proses biokimiawi yang melibatkan sejumlah enzim yang terdapat dalam krosok terhadap sulfat atau senyawa protein dan polisakarida. Dalam proses fermentasi terjadi perubahan-perubahan seperti penurunan berat 6-18 %, pembebasan tanah, penyerapan udara, pembebasan CO2, Pembebasan NH3 dan penurunan kadar air 14 – 20 %. Fermentasi juga menyebabkan terbentuknya aroma, warna krosok menjadi lebih gelap dan merata serta teksturnya lebih halus. Setelah fermentasi krosok kemudian disusun dalam tumpukan atau stapel berukuran 4 m x 5 m dengan berat 2 -2,5 ton. Stapel kemudian ditutup rapat sampai suhunya mencapai 42 – 430C. Selanjutnya krosok dipak dalam satu bal dengan berat 80 kg dengan ukuran panjang 100 cm lebar 70 cm dan tinggi 22 cm. Untuk penyimpanan di gudang dilakukan fumigasi untuk mencegah serangan serangga gudang dengan insektisida Phostoxin dengan dosis 0,75 tablet/m3 setiap 40 hari sekali. Tembakau Rajangan Temanggung Panen dilakukan secara bertahap, pemetikan daun sebanyak 5 – 8 kali tergantung kemasakan dan jumlah daun. Saat panen biasanya dimulai apabila sudah ada berita tentang dimulainya pembelian tembakau rajangan oleh pabrik rokok atau gudang mulai buka. Panen daun tembakau dilakukan 10 – 15 hari sebelum awal pembelian tembakau rajangan. Pemetikan daun dimulai dari bawah, dipetik 2 – 3 lembar daun setiap kali petik. Daun yang siap panen ditandai oleh perubahan warna daun, dari hijau menjadi kuning kehijauan, warna tulang daun putih/hijau terang, tepi daun mengering, permukaan daun agak kasar dan tangkai daun mudah dipatahkan. Waktu panen pagi hari setelah embun menguap sampai siang hari. Apabila waktu panen turun hujan, maka daun yang cukup matang segera dipetik atau ditunda 6-8 hari. Daun yang telah dipetik segera diproses atau diolah menjadi tembakau rajangan. Pengolahan tembakau rajangan terdiri dari 3 tahap kegiatan, yaitu Pemeraman, perajangan dan penjemuran. Sebelum diperam, daun tembakau disortasi agar diperoleh daun hijau yang ukurannya seragam. Pemeraman dilakukan dengan cara mengatur daun, yaitu didirikan di rak pemeraman. Lamanya pemeraman tergantung dari posisi daun pada batang. Daun koseran ( daun bawah), lama pemeraman 1-2 malam (24 – 48 jam) dengan warna daun peraman hijau-kekuningan. Daun
  • 15. tengah memerlukan waktu peraman 3 – 5 malam (72-120 jam) dengan warna peraman hijau kekuningan sampai kuning merata. Sedangkan daun tengah yang tebal dan daun atas memerlukan waktu peraman 4 – 7 malam (96 – 168 jam) dengan warna daun peraman kuning merata sampai kuning kemerahan. Setelah daun tembakau diperam, selanjutnya dilakukan perajangan. Perajangan dimulai pada tengah malam sampai pagi dengan tujuan hasil rajangan dapat segera dijemur pada pagi harinya. Tebal irisan (rajangan) daun tembakau temanggung antara 1.5 mm – 2.0 mm, pisau yang digunakan untuk merajang harus selalu tajam agar hasil rajangannya baik dan seragam. Setelah daun tembakau dirajang, kemudian tembakau rajangan dicampur merata (digagrak) dan diratakan di atas “widig” atau “rigen” untuk dijemur. Penjemuran hasil rajangan harus kering dalam 2 hari, tergantung panas matahari. Pada hari pertama rajangan di balik apabila lapisan atas sudah cukup kering, pekerjaan ini dilakukan kira-kira pukul 10.00 – 11.00. Pada malam harinya, rajangan diembunkan untuk memperoleh warna hitam. Pada hari kedua, penjemuran dimulai pada siang hari sampai rajangan tembakau lemas kembali. Setelah rajangan tersebut kering, kemudian dimasukkan kedalam keranjang bambu. Di dalam satu keranjang berisi tembakau rajangan yang sama mutunya. Selanjutnya tembakau rajangan siap dijual ke “gudang perwakilan pabrik rokok” atau kepada “tengkulak pengumpul”.