Rendemen tebu adalah persentase gula yang dihasilkan dari tebu yang digiling. Rendemen dipengaruhi oleh kualitas tebu dan efisiensi pabrik gula. Kualitas tebu rendah karena petani melakukan panen berulang pada tanaman keprasan melebihi batas optimal, sehingga menurunkan rendemen. Solusinya adalah menanam dan memanen tebu pada saat kondisi tanaman dan kandungan gula optimal.
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Rendemen tebu
1. RENDEMEN TEBU
Rendemen
Adalah persentase perbandingan antara gula yang dihasilkan dengan sejumlah tebu yang
digiling.
Adalah kadar kandungan gula di dalam batang tebu yang dinyatakan dengan %. Bila
rendemen tebu 10% artinya bahwa dari 100 kg tebu yang digilingkan di Pabrik Gula akan
diperoleh gula sebanyak 10 kg.
Merupakan tolok ukur keberhasilan proses produksi gula
Macam rendemen :
1. Rendemen contoh
Merupakan contoh yang dipakai untuk mengetahui apakah suatu kebun tebu sudah
mencapai masak optimal atau belum. Rendemen contoh untuk mengetahui gambaran suatu
kebun tebu berapa tingkat rendemen yang sudah ada sehingga dapat diketahui kapan saat
tebang yang tepat dan kapan tanaman tebu mencapai tinkat rendemen yang memadai.
Rumus: Nilai nira x faktor rendemen = rendemen
2. Rendemen sementara
Dilaksanakan untuk menentukan bagi hasil gula, namun sifatnya masih sementara. Untuk
memenuhi ketentuan yang menginstruksikan agar penentuan bagi hasil gula dilakukan
secepatnya setelah tebu petani digiling namun lewat rendemen sementara. Cara :
mengambil nira perahan peratama tebu yang digiling untuk dianalisis di lab.
3. Rendemen efektif
Disebut juga rendemen nyata/rendemen koreksi. Merupakan rendemen hasil perhitungan
setelah tebu digiling habis dalam jangka waktu ttt. Perhitungan dilaksanakan dalam jangka
waktu 15 hari/1 periode giling.
Tanya : rendemen tebu petani Sidoarjo berapa?
Target 9% untuk rendemen tebu sudah sesuai Peraturan Daerah (Perda) Nomor 17/ 2012
tentang Jaminan Rendemen Minimal dan Hablur Tebu (Surabaya). Pemerintah harus mendorong
rendemen (kandungan gula) tebu mencapai 9% sepanjang 2014. Pada 2015, target rendemen tebu
yang ditetapkan mencapai 10%. Seharusnya rendemen tebu 2013 minimal sebesar 8%. Namun,
kenyataannya hanya menghasilkan 7,2%.
Penentuan rendemen tebu saat ini terdapat beberapa kelemahan :
1. Sampling tebu individu petani tidak akurat, terutama untuk PG yang besar (kapasitas giling >
4000 ton tebu/hari). Tebu petani tercampur satu sama lain.
2. Kadar Nira Tebu (KNT) sebagai salah satu kriteria kulaitas tebu, ditetapkan sama untuk semua
tebu petani dalam 1 periode giling (15 hari giling).
2. 3. Tidak dapat membedakan antara tebu bersih dengan tebu kotor, tebu berdiameter besar dengan
diameter kecil, tebu tanaman pertama (plant cane) dengan tebu keprasan (ratoon).
Akibatnya, hasil penetapan rendemen tebu kurang mencerminkan tebu individu petani (tebu
baik tebu jelek sama saja). Dampaknya, petani tebu lebih berorientasi pada bobot tebunya
daripada kualitas tebunya. Solusi : Mengaplikasikan sistem penetapan rendemen alternatif yaitu
penetapan rendemen tebu secara individual dengan core sampler set.
Tanya : Apa permasalahan rendahnya rendemen tebu di petani?
Rendemen dipengaruhi oleh kualitas tebu (87,7%) dan efisiensi pabrik (12,3%), sehingga
kualitas tebu sangat penting dalam pencapaian rendemen yang maksimal. Penurunan rendemen
dapat terjadi akibat sistem budidaya tebu di petani kurang optimal. Tanaman keprasan tebu
seharusnya dipanen maksimal 3-4 kali namun di lapang petani melakukan 8-10 kali panen.
Tanya : Betul atau tidak?
Ada alasan : petani menghemat biaya pembibitan dan tenaga kerja bongkar maupun
tanam. Padahal, rendemen rendah mengakibatkan penjualan hasil produksi tebu harga jatuh di
bawah harga standar. PETANI KESULITAN DALAM PERMODALAN.
Solusi dari petani : mengusahakan agar tanaman tebu bisa ditebang saat rendemen pada
posis optimal, dilihat dari kemasakan tebu. Fase kemasakan terjadi setelah pertumbuhan vegetatif
menurun, pada fase ini gula di dalam batang tebu mulai terbentuk hingga titik optimal, umunya
pada bulan Agustus. Seiring waktu, rendemen dapat menurun.
Tanya : Kapan tanam dan kapan panen?
Setelah panen/tebang, usahakan agar pengangkutan untuk penggilingan harus segera
dilakukan, pun pada pabrik, sehingga tidak menunggu terlalu lama, tebu yang terlalu lama di
kebun atau pabrik menunggu untuk digiling lebih dari 20 jam dapat menyebabkan rendemen tebu
menurun karena terjadi penguapan.
Tanya : Dalam prakteknya, biasanya bagaimana? Apakah langsung diangkut ke
PG, atau menunggu berapa lama?
Selain kualitas tebu, rendemen juga dipengaruhi efisiensi pabrik. PG tidak efisien,
beroperasi jauh di bawah kapasitas giling, mesin berumur lebih dari 75 tahun, tidak mendapat
perawatan memadai sehingga biaya produksi per kg tinggi padahal rendemen rendah.
3. Solusi sebagai upaya meningkatkan rendemen tebu:
Penggunaan varietas unggul
Intensifikasi budaya (pemupukan berimbang, klentek)
Rehabilitasi/peremajaan perkebunan tebu (bongkar ratoon) untuk memperbaiki komposisi
tanaman dan varietas.
Perbaikan manajemen tebang angkut antara petani dan PG
Monitoring perencanaan tebangan tebu
Melakukan pembaruan beberapa peralatan di PG untuk meningkatkan efisiensi