This slide is describing about three theories of Earth's forming in Bahasa. If you want to save this slide, dont forget to input the source.
Menjelaskan sekilas tentang tiga teori dalam pembentukan planet Bumi dalam Bahasa Indonesia. Terdiri dari Teori Big Bang atau dentuman besar, Teori Alam Semesta Quantum, dan Teori Rittman.
Slide ini merupakan bagian dari materi Geografi kelas X SMA.
Silahkan mengsave untuk keperluan belajar. Jangan lupa cantumkan sumbernya ya! Semoga Bermanfaat!
www.slideshare.net/chlorophylls
Pemikiran tentang pembentukan alam semestaMelia Sari
Filsafat: PERKEMBANGAN PEMIKIRAN PEMBENTUKAN ALAM SEMESTA, membahas mengenai pendapat para ahli, teori-teori alam semesta, dan juga pandangan Islam mengenai terbentuknya jagad raya.
MAKALAH EVOLUSI
“EVOLUSI MOLEKULER”
OLEH:
KELOMPOK XIII
1. Hairunnisa (ACD 110 137)
2. Reni Patimah (ACD 110 134)
3. Yusia Antika (ACD 110 140)
DOSEN PENGAMPU : Dr. Liswara Neneng, M.Si
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2013
This slide is describing about three theories of Earth's forming in Bahasa. If you want to save this slide, dont forget to input the source.
Menjelaskan sekilas tentang tiga teori dalam pembentukan planet Bumi dalam Bahasa Indonesia. Terdiri dari Teori Big Bang atau dentuman besar, Teori Alam Semesta Quantum, dan Teori Rittman.
Slide ini merupakan bagian dari materi Geografi kelas X SMA.
Silahkan mengsave untuk keperluan belajar. Jangan lupa cantumkan sumbernya ya! Semoga Bermanfaat!
www.slideshare.net/chlorophylls
Pemikiran tentang pembentukan alam semestaMelia Sari
Filsafat: PERKEMBANGAN PEMIKIRAN PEMBENTUKAN ALAM SEMESTA, membahas mengenai pendapat para ahli, teori-teori alam semesta, dan juga pandangan Islam mengenai terbentuknya jagad raya.
MAKALAH EVOLUSI
“EVOLUSI MOLEKULER”
OLEH:
KELOMPOK XIII
1. Hairunnisa (ACD 110 137)
2. Reni Patimah (ACD 110 134)
3. Yusia Antika (ACD 110 140)
DOSEN PENGAMPU : Dr. Liswara Neneng, M.Si
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2013
Studi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistemd1051231041
Pirit merupakan zat di dalam tanah yang terbawa karena adanya arus pasang surut. Zat ini dapat membahayakan ekosistem sekitar apabila mengalami reaksi oksidasi dan penyebab utama mengapa tanah menjadi masam, karena mengandung senyawa besi dan belerang. Studi kasus ini bertujuan untuk menganalisis pembentukan, dampak, peran, pengaruh, hingga upaya pengelolaan lingkungan yang dapat dilakukan guna mengatasi masalah ekosistem yang terjadi.
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN STRATEGI ...d1051231039
Lahan gambut merupakan salah satu ekosistem yang unik dan penting secara global. Terbentuk dari endapan bahan organik yang terdekomposisi selama ribuan tahun, lahan gambut memiliki peran yang sangat signifikan dalam menjaga keanekaragaman hayati, menyimpan karbon, serta mengatur siklus air. Kerusakan lahan gambut dapat menyebabkan hilangnya habitat, degradasi lingkungan, dan penurunan kesuburan tanah. Kerusakan lahan gambut di Indonesia telah meningkat seiring waktu, dengan laju deforestasi dan degradasi lahan gambut yang signifikan. Menurut data, sekitar 70% dari lahan gambut di Indonesia telah rusak, dan angka tersebut terus meningkat. Kerusakan lahan gambut memiliki dampak yang luas dan serius, tidak hanya secara lokal tetapi juga global. Selain menyebabkan hilangnya habitat bagi berbagai spesies tumbuhan dan hewan yang khas bagi ekosistem gambut, kerusakan lahan gambut juga melepaskan jumlah karbon yang signifikan ke atmosfer, berkontribusi pada perubahan iklim global.Kerusakan lahan gambut memiliki dampak negatif yang luas pada masyarakat, lingkungan, dan ekonomi. Dalam jangka panjang, kerusakan lahan gambut dapat menyebabkan hilangnya sumber daya alam, penurunan kesuburan tanah, dan peningkatan risiko bencana alam.
Analisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdfBrigittaBelva
Berada dalam kerangka Mata Kuliah Riset Periklanan, tim peneliti menganalisis penggunaan pendekatan "fear appeal" atau memicu rasa takut dalam kampanye #TogetherPossible yang dilakukan oleh World Wide Fund (WWF) untuk mengedukasi masyarakat tentang isu lingkungan.
Analisis dilakukan dengan metode kualitatif, meliputi analisis konten media sosial WWF, observasi, dan analisis naratif. Tidak hanya itu, penelitian ini juga memberikan strategi nyata untuk meningkatkan keterlibatan dan dampak kampanye serupa di masa depan.
PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...muhammadnoorhasby04
Gas rumah kaca memainkan peran penting dalam mempengaruhi iklim Bumi melalui mekanisme efek rumah kaca. Fenomena ini alami dan esensial untuk menjaga suhu Bumi tetap hangat dan layak huni. Namun, peningkatan konsentrasi gas rumah kaca akibat aktivitas manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi, dan praktik pertanian intensif, telah memperkuat efek ini, menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim yang signifikan.Pemanasan global membawa dampak luas pada berbagai aspek lingkungan, termasuk suhu rata-rata global, pola cuaca, kenaikan permukaan laut, serta frekuensi dan intensitas fenomena cuaca ekstrem seperti badai dan kekeringan. Dampak ini juga meluas ke ekosistem alami, menyebabkan gangguan pada habitat, distribusi spesies, dan interaksi ekologi, yang berdampak pada keanekaragaman hayati.
Untuk mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh peningkatan gas rumah kaca dan perubahan iklim, upaya mitigasi dan adaptasi menjadi sangat penting. Langkah-langkah mitigasi meliputi transisi ke sumber energi terbarukan, peningkatan efisiensi energi, dan pengelolaan lahan yang berkelanjutan. Di sisi lain, langkah-langkah adaptasi mencakup pembangunan infrastruktur yang tahan terhadap cuaca ekstrem, pengelolaan sumber daya air yang lebih baik, dan perlindungan terhadap wilayah pesisir.Selain itu, mengurangi konsumsi daging, memanfaatkan metode kompos, dan pembangunan infrastruktur yang tahan terhadap perubahan iklim adalah beberapa tindakan konkret yang dapat diambil untuk mengurangi dampak gas rumah kaca.Dengan pemahaman yang lebih baik tentang mekanisme dan dampak dari efek rumah kaca, serta melalui kolaborasi global yang kuat dan langkah-langkah konkret yang efektif, kita dapat melindungi planet kita dan memastikan kesejahteraan bagi generasi mendatang.
Pengelolaan Lahan Gambut Sebagai Media Tanam Dan Implikasinya Terhadap Konser...d1051231053
Gambut merupakan tanah yang memiliki karakteristik unik. Lahan gambut yang begitu luas di beberapa pulau besar di Indonesia, menjadikan pengelolaan lahan gambut sering dilakukan, terutama dalam peralihan fungsi menjadi perkebunan, pertanian, hingga pemukiman. Pada studi kasus ini lebih berfokus pada degradasi lahan gambut menjadi media tanam, proses, dampak, serta upaya pemulihan dampak yang dihasilkan dari degradasi lahan gambut tersebut
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...d1051231072
Lahan gambut adalah salah satu ekosistem penting di dunia yang berfungsi sebagai penyimpan karbon yang sangat efisien. Di Asia Tenggara, lahan gambut memainkan peran krusial dalam menjaga keseimbangan ekologi dan ekonomi. Namun, seiring dengan meningkatnya tekanan terhadap lahan untuk aktivitas pertanian, perkebunan, dan pembangunan infrastruktur, degradasi lahan gambut telah menjadi masalah lingkungan yang signifikan. Degradasi lahan gambut terjadi ketika lahan tersebut mengalami penurunan kualitas, baik secara fisik, kimia, maupun biologis, yang pada akhirnya mengakibatkan pelepasan karbon dalam jumlah besar ke atmosfer.
Lahan gambut di Asia Tenggara, khususnya di negara-negara seperti Indonesia dan Malaysia, menyimpan cadangan karbon yang sangat besar. Diperkirakan bahwa lahan gambut di wilayah ini menyimpan sekitar 68,5 miliar ton karbon, yang jika terlepas, akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap emisi gas rumah kaca global.
“ANALISIS DINAMIKA DAN KONDISI ATMOSFER AKIBAT PENINGKATAN POLUTAN DAN EMISI...aisyrahadatul14
Pencemaran udara adalah pelepasan zat-zat berbahaya ke atmosfer, seperti polusi industri, kendaraan bermotor, dan pembakaran sampah. Dampaknya terhadap lingkungan sangat serius. Udara yang tercemar dapat merusak lapisan ozon, memicu perubahan iklim, dan mengurangi kualitas udara yang kita hirup setiap hari. Bagi makhluk hidup, pencemaran udara dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti penyakit pernapasan, iritasi mata, dan bahkan kematian. Lingkungan juga terdampak dengan terganggunya ekosistem dan berkurangnya keanekaragaman hayati.
Hasil dari #INC4 #TraktatPlastik, #plastictreaty masih saja banyak reaksi ketidak puasan, tetapi seluruh negara anggota PBB bertekad melanjutkan putaran negosiasi
berikutnya: #INC5 di bulan November 2024 di Busan Korea Selatan
Cerita sukses desa-desa di Pasuruan kelola sampah dan hasilkan PAD ratusan juta adalah info inspiratif bagi khalayak yang berdiam di perdesaan
.
#PartisipasiASN dalam #bebersihsampah nyata biarpun tidak banyak informasinya
DAMPAK PIRIT ANTARA MANFAAT DAN BAHAYA BAGI LINGKUNGAN DAN KESEHATAN.pdfd1051231033
Tanah merupakan bagian terpenting dalam bidang pertanian, peranan tanah juga sangat kompleks bagi media perakaran tanaman. Tanah mampu menopang dan menyediakan unsur hara yang sangat dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif. Tanah tersusun dari bahan mineral, bahan organik, udara dan air. Bahan mineral tersusun dari hasil aktivitas pelapukan bebatuan, sedangkan bahan organik berasal dari pelapukan serasah tumbuhan akibat adanya aktivitas mikroorganisme di dalam tanah. Salah satu jenis tanah adalah tanah sulfat masam. Tanah sulfat masam ini keberadaannya di daerah rawa pasang surut. Sering kali tanah sulfat masam dijumpai pada lahan gambut terdegradasi yang mengakibatkan tanah mengandung pirit (FeS2) naik kepermukaan. Tanah sulfat masam yang mengandung pirit ini juga mengganggu pertumbuhan tanaman. Terganggunya pertumbuhan tanaman menyebabkan lahan ini nantinya akan ditinggalkan petani bila tidak dilakukan usaha perbaikan atau menjadi lahan bongkor.
DAMPAK KEBAKARAN LAHAN GAMBUT TERHADAP KUALITAS AIR DAN KESEHATAN MASYARAKAT.pdfd1051231031
Kebakaran hutan dan lahan gambut merupakan kebakaran permukaan dimana api membakar bahan bakar yang ada di atas permukaan seperti pepohonan maupun semak-semak, kemudian api menyebar tidak menentu secara perlahan di bawah permukaan (Ground fire), membakar bahan organicmelalui pori-pori gambut dan melalui akar semak belukar ataupun pohon yang bagian atasnya terbakar. Selanjutnya api menjalar secara vertical dan horizontal berbentuk seperti kantong asap dengan pembakaran yang tidak menyala (smoldering) sehingga hanya asap yang berwarna putih saja yang Nampak di atas permukaan, yang sering dikenal dengan kabut asap yang terjadi akibat kebakaran hutan yang bersifat masiv. Oleh karena peristiwa kebakaran tersebut terjadi di bawah tanah dan tidak nampak di permukaanselain itu tanahnya merupakan tanah basah/gambut yang mengandung air maka proses kegiatan pemadamannya tentu akan menimbulkan kesulitan.
ANALISIS DAMPAK DAN SOLUSI HUJAN ASAM: PENGARUH PEMBAKARAN BAHAN BAKAR FOSIL ...d1051231079
Hujan asam merupakan kombinasi ringan dari asam sulfat dan asam nitrat. Hujan asam biasanya terjadi di daerah-daerah yang padat penduduk dan banyaknya aktivitas manusia dalam kegiatan transportasi. Emisi gas SO2 dan NO2 yang berasal dari kegiatan industri dan transportasi merupakan penyebab terjadinya peristiwa hujan asam apabila emisi gas tersebut bereaksi dengan air hujan, dimana senyawa yang bersifat asam terbentuk. Emisi gas SO2 dan NO2 yang berasal dari aktivitas manusia dapat berubah menjadi nitrat (NO3 - ) dan sulfat (SO4 2-) melalui proses fisika dan kimia yang kompleks. Sulfat dan nitrat lebih banyak berbentuk asam yang terlarut dalam air hujan. Keasaman air hujan berhubungan erat dengan konsentrasi SO2 dan NO2 yang terlarut di dalam air hujan. Semakin tinggi konsentrasi SO2 dan NO2 , maka dapat mengakibatkan nilai keasaman air hujan semakin asam .Deposisi asam yang berasal dari emisi antropogenik SO2 dan NOx , memiliki pengaruh besar pada biogeokimia, dan menyebabkan pengasaman tanah dan air permukaan, eutrofikasi ekosistem darat dan air dan penurunan keanekaragaman hayati di banyak wilayah.
Penetapan C-Organik Tanah (Walkley and Black Method).pptx
Spekulasi asal usul atmosfer bumi
1. https://warstek.com/spekulasi-asal-usul-atmosfer-bumi-bagian-1-fenomena-langit-fluktuasi-oksigen/
Spekulasi Asal-usul Atmosfer Bumi (Bagian 1) –
Fenomena Langit, Fluktuasi Oksigen
by Abil Baihaqi Abduassomadi
Spekulasi asal-usul atmosfer bumi dan fenomena langit telah menarik fokus manusia dalam setiap
peradaban sejak jaman purbakala. Berbagai pandangan, penafsiran, kepercayaan, tentang langit
mewarnai sejarah kehidupan manusia. Berbagai artefak-artefak ataupun mitos-mitos tentang benda
langit, menjadi bukti fokus perjalanan umat manusis pada pengamatan langit. Pengetahuan ini telah
mewarnai pola hidup manusia. Dengan imajinasi dan pengetahuannya, dalam upaya untuk menata hidup
material dan spiritualnya, manusia telah mencoba mengungkap rahasia langit. Sebagian cukup realistis,
berdasarkan pengamatan dan metodologi ilmiah, seperti teori-teori geosentris, heliosentris, astronomi,
meteorologi, dan sebagainya. Namun demikian tiap babak sejarah kehidupan manusia, ada yang
mengungkapkan rahasia langit dari mitos yang irrealistis, seperti ramalan bintang, keberuntungan dan
kesialan bersama kemunculan bintang tertentu, atau fenomena komet, gerhana, angin, hujan, petir, dan
seterusnya, dihubungkan dengan tanda akan ada peristiwa khusus menimpa manusia/alam.
Jika ditelaah lebih lanjut, kedua hal diatas, pendekatan realistis dan irrealistis fenomena langit, telah
membawa umat manusia pada pemahaman yang lebih baik pada atmosfer maupun langit. Studi tentang
atmosfer awalnya dilakukan untuk memahami fenomena-fenomena yang berhubungan dengan
permukaan bumi seperti cuaca/iklim, fenomena pembiasan sinar matahari saat terbit dan tenggelam,
serta kelap-kelipnya bintang, komet, meteor, dan lain-lain. Atau bahkan dalam rangka membuktikan
apakah nasib individu seseorang atau sekelompok orang, bangsa, dan dunia berhubungan dengan
fenomena langit. Percaya atau tidak, suatu saat kedua pendekatan itu, pendekatan realistis dan irrealistis
2. yang benar pijakannya, akan bertemu pada satu titik pemahaman yang mendalam bagi ilmu
pengetahuan manusia, tentang kebesaran penciptaan alam oleh Tuhan.
Skenario Ilmuwan Modern tentang Asal-usul Atmosfer
di Bumi
Menurut para ahli modern, sistem galaksi dan material cikal bakal planet Bumi dibentuk kira-kira 5 milyar
tahun yang lalu. Proses ini berlangsung lama setelah awal penciptaan jagad raya mengikuti teori big
bang (diperkirakan big bang terjadi 15 miliar tahun yang lalu) [1]. Reaksi fusi terjadi dengan suhu sangat
tinggi dikenal dengan “the hydrogen burning reaction”, telah menggabungkan hidrogen (1H) menjadi
helium (2He) dengan reaksi inti. Reaksi menghasilkan energi tinggi hingga mencapai 100 juta kelvin. Pada
suhu sangat panas ini beberapa helium menjalani reaksi inti lanjutan membentuk atom karbon (6C). Tiap
3 helium yang bereaksi fusi menghasilkan 1 atom karbon. Berikutnya beberapa atom karbon terbentuk
melanjutkan reaksinya dengan sisa helium menghasilkan atom oksigen (8O), atom flour (7F) dan
seterusnya [2]. Atom-atom O dan C yang baru terbentuk segera mengambil posisi kestabilan dan
bergabung secara kimia menjadi CO2.
Reaksi-reaksi Fusi dari Dalam Bumi
Pembentukan sistem galaksi (5 milyar tahun lalu) telah memantapkan sistem tata surya dan orbit bintang,
planet, dan benda langit lain. Diperkirakan 500 juta tahun pertama setelah penciptaannya, atmosfer
terbentuk di bumi dengan kerapatan tinggi, utamanya berisi hidrogen, helium dan gas-gas yang
terbentuk pada reaksi fusi selama jutaan tahun sebelumnya. Beberapa gas (asap) juga dikeluarkan dari
hasil reaksi-reaksi fusi dalam bumi ketika masih sangat panas. Asap tersebut, diperkirakan terdiri atas
utamanya hidrogen (H2), ammonia (NH3), uap air (H2O), methana (CH4), dan karbon dioksida (CO2) [1].
Sampai kira-kira 3,5 juta tahun yang lalu, atmosfer diperkirakan terdiri atas gas-gas tersebut. Karbon
dioksida ini menjadi dominan, karena proses oksidasi termal yang berlangsung milyaran tahun dan tidak
banyak dimanfaatkan untuk proses lain. Keberadaan air, menyebabkan pengurangan gas CO2, melalui
proses pelarutan manjadi garam karbonat atau batuan karbonat. Bumi makin mengeras.
Pada awal penciptaan, atmosfer bumi tidak memiliki molekul-molekul atau atom-atom oksigen bebas di
dekat permukaan. Data-data yang menjelaskan ini tersimpan pada formasi batuan purba yang dominan
mengandung besi dan uranium, dengan keadaan tereduksi. Unsur-unsur tersebut tidak ditemui lagi pada
batuan Precambrian dan yang lebih muda (< 3 juta tahun). Atmosfer bawah pada saat itu lebih bersifat
reduktor karena belum mengandung oksigen. Namun beberapa penyelidikan menyebutkan pada bagian
atas terdapat molekul oksigen yang cukup melimpah, didesain untuk membentuk lapisan ozon.
Organisma Penghasil Oksigen di Bumi
Diperkirakan 1 juta tahun yang lalu, ketika bumi sudah mulai cukup dingin, diciptakan organisma-
aquatik awal yang oleh para kosmolog dinamakan blue-green algae (tidak ada satupun toeri ilmiah yang
dengan meyakinkan dapat membuktikan alga ini terbentuk dengan sendirinya atau karena evolusi alam).
Kehidupan ini masih terbatas pada perairan. Organisma ini, mulai ditugaskan untuk menggunakan energi
dari matahari yang tidak terserap ozone, memecah molekul air dan karbon dioksida, dan
menggabungkan kembali menjadi senyawa organik esensial dan membuat molekul oksigen. Inilah
pertama kali proses fotosintesis terjadi. Walaupun terjadi respirasi yang melepaskan kembali CO2, tetapi
3. pertumbuhan alga ini cukup besar dengan cepat mendeposit carbon ke jaringan/senyawa organiknya.
Proses awal ini berlangsung selama ratusan ribu tahun, sehingga cukup membuat akumulasi oksigen di
atmosfer. Bersamaan dengan meningkatnya oksigen (O2) tersebut, kadar karbon dioksida (CO2) menurun.
Proses di Bumi Menyebabkan Oksigen Atmosfer Berfluktuasi
Dalam kesimpulan berbagai penelitian atmosfer awal, terdapat dua proses utama yang mengarah pada
perubahan komposisi atmosfer:
Pertama, adanya tumbuhan yang mengkonversi karbon dioksida menjadi massa jaringan organik,
dengan mengemisikan oksigen ke atmosfer. Akumulasi ratusan juta tahun dari proses ini telah
menyebabkan oksigen sangat besar di atmosfer. Walaupun secara meyakinkan perubahan konsentrasi
oksigen di atmosfer ini tidak diketahui penyebab jelasnya, namun periode naiknya oksigen ini
menjadikan bumi layak bagi kehidupan hewan dan manusia di jaman-jaman berikutnya.
Kedua peluruhan batuan pyrite yang melepaskan sulfur sehingga kadar sulfur di lautan menjadi tinggi.
Proses oksidasi sulfur menurunkan kembali kadar oksigen di atmosfer yang tinggi akibat akumulasi
proses pertama.
Sumber:
http://media.hhmi.org/biointeractive/click/oxygen/
Dianalisis akibat kedua proses ini, dalam sejarahnya, komposisi atmosfer berfluktuasi, sampai terbentuk
kesetimbangan seperti sekarang. Kadar oksigen hasil analisis, penyelidikan, dan simulasi diketahui
berfluktuasi mulai kurang dari 3 % sampai mencapai 35 % (300 juta tahun yang lalu), sebelum akhirnya
berada dalam kesetimbangan 21 % (sejak 3 juta tahun yang lalu). Berbagai proses reaksi kimia, kondisi
fsika, dan interverensi biokimia, telah berangsur-angsur membentuk komposisi atmosfer yang
setimbang [3].
4. Lapisan Ozon Terbentuk pada Reaksi Fotokimia Akumulasi
Oksigen Purba
Akumulasi oksigen pada awal pembentukan tersebar hingga mencapai ketinggian puluhan kilometer.
Pada atmosfer bagian atas, sebagian molekul-molekul oksigen (O2) bekerja menyerap energi UV dari
matahari dan terpecah menjadi atom oksigen tunggal. Sebagian molekul oksigen tunggal ini berkoalisi
dengan molekul oksigen yang masih ada mulai membentu ozon (O3). Ozon ini akan menyerap UV
dengan panjang gelombang yang berbeda, kembali pecah menjadi O2 dan O. Akumulasi ozon dalam
jutaan tahun ini menghasilkan lapisan ozon di bagian atas (sekarang dikenal dengan troposfer). Lapisan
ini bereaksi terus menerus dan sangat efektif menyerap UV (200-300 nm), dan melindungi permukaan
bumi dari irradiasi UV kuat dari matahari [4]. Reaksi ini merupakan desain siklus yang berkesetimbangan
di lapisan ozon atmosfer. Keberadaan lapisan ozon ini, membuat daratan di Bumi menjadi mungkin
untuk diberi kehidupan. Radiasi yang diterima permukaan bumi menjadi lebih kecil dan cukup untuk
menjaga ikatan senyawa organik tetap utuh.
Penyelidikan Atmosfer Mengarahkan Kita pada
Pengenalan Tuhan
Penelitian asal usul atmosfer masih terus berkembang. Perkembangan teknologi dan simulasi model,
menjadikan semua usaha manusia menguak asal-usul atmosfer telah menghasilkan berbagai teori
pendekatan. Pemahaman yang benar akan perilaku alam akan membawa manusia mengenal proses
penciptaan alam yang sangat agung. Tuhan telah mendesain dan memproses alam ini untuk menjamin
kehidupan manusia sangat sempurna. Penyelidikan tentang proses pembentukan alam, mengarahkan
semua pengetahuan manusia pada eksistensi Tuhan. Bahwa alam ini direncanakan dan diciptakan,
bukan terbentuk secara kebetulan. Bahkan sampai hari ini, tidak ada satupun ilmuwan yang dapat
menjelaskan dengan pasti kenapa ada hidrogen, dengan satu elektron dan satu proton? bagaimana
tercipta? Bagaimana hidrogen mengetahui hukum kesetimbangan muatan, dan mematuhinya?
Bagaimana elektronnya terus berputar dan tidak runtuh? Dalam skala makro bagaimana dengan alam
raya ini mematuhi hukum-hukum yang ditetapkan? Sungguh terlalu banyak yang manusia tidak ketahui
dari rencana dan ciptaan Tuhan.
Referensi
Baca juga:
[1]
J. Fenger and J. C. Tjell, Air Pollition From A Local to A Global Perspective, Denmark: RSC
Publishing and Polyteknisk Forlag, 2009.
[2]
M. Dole, “The Natural History of Oxygen: Structure and Function of Axygen,” The Journal of
General Physiology, pp. 5-25, 1964.
5. [3]
K. Dr, “Howard Hughes Medical Institute,” BioInteractive, [Online]. Available:
http://media.hhmi.org/biointeractive/click/oxygen/?_ga=2.231016223.1442296077.1539752106-
657404079.1539752106. [Accessed 17 10 2018].
[4]
B. J. Finlayson-Pitts and J. N. Pitts Jr., Armospheric Chemistry: Fundamental and Experimental
Techniques, New York: A Wiley-Interscience Publication, John Wiley & Sons, 1986.
o About
o Latest Posts