SlideShare a Scribd company logo
TUGAS ANATOMI DAN FISIOLOGI MANUSIA
SISTEM SARAF OTONOM
Oleh:
NAMA NIM
Dea Fatmala Putri
Rodilah Syira Atalya
Fitrah Afifah
Tasya Widya Putri
1804034072
1804034002
1804034054
1804034024
Pembimbing:
Radietya Alvarabie, S.Ked., dr
Program D4 Analis Kesehatan
Fakultas Farmasi dan Sains
Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Bagian sistem saraf yang mengatur fungsi viseral tubuh disebut sistem saraf otonom.
Sistem ini membantu mengatur tekanan arteri, motilitas dan sekresi gastro- intestinal
pengosongan kandung kemih, berkeringat suhu tubuh dan banyak aktivitas lainnya. Ada
sebagian yang diatur saraf otonom sedangkan yang lainnya sebagian saja .
Sistem saraf otonom adalah bagian sistem saraf tepi yang mengatur fungsi viseral
tubuh. Sistem saraf otonom terutama diaktifkan oleh pusat-pusat yang terletak di medula
spinalis, batang otak, dan hipotalamus. Juga, bagian korteks serebri khususnya korteks
limbik, dapat menghantarkan impuls ke pusat-pusat yang lebih rendah sehingga demikian
mempengaruhi pengaturan otonomik.
Sistem saraf otonom terdiri dari dua subsistem yaitu sistem saraf simpatis dan sistem
saraf parasimpatis yang kerjanya saling berlawanan. Sebenarnya tidak ada penyamarataan
yang dapat dipakai untuk menjelaskan apakah rangsangan simpatis atau parasimpatis dapat
menyebabkan timbulnya eksitasi atau inhibisi pada suatu organ tertentu. Oleh karena itu,
untuk dapat mengerti fungsi simpatis dan parasimpatis, kita harus mempelajari seluruh fungsi
kedua sistem saraf ini pada masing-masing organ.
BAB II
ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM SARAF OTONOM
1. Sistem Syaraf Otonom
Sistem saraf otonom atau saraf tak sadar merupakan bagian dari sistem saraf tepi
(SST) yang terletak khusus pada sumsum tulang belakang yang bekerja mengatur dan
mengendalikan otot jantung, otot–otot polos, dan sejumlah kelenjar secara permanen.
Artinya, sistem saraf tersebut bekerja melayani berbagai struktur dalam tubuh. Misalnya,
jantung, paru–paru, saluran pencernaan, pembuluh darah, kantong kemih, dan kelenjar
keringat. Disebut sistem saraf otonom karena sifat kerja sistem saraf ini tidak menurut
kemauan atau kehendak kita.
Sistem ini merupakan sistem saraf eferen (motorik) yang mempersarafi organ viseral
umum, mengatur, menyelaraskan, dan mengkoordinasikan aktivitas visel vital, termasuk
pencernaan,suhu badan, tekanan darah dan segi perilaku emosional lainnya. Bagian sistem
saraf inilah yang mengatur fungsi viseral tubuh disebut sebagai sistem saraf otonomik.
Sistem ini membantu mengatur tekanan arteri, motilitas, dan sekresi gastrointestinal,
pengosongan kandung kemih, berkeringat,suhu tubuh dan banyak aktivitas lainnya, dimana
beberapa diantaranya atau sebagian diatur oleh sistem saraf otonom.
Salah satu sifat yang menonjol dari sistem saraf otonomik adalah kecepatan atau
intensitas yang ada di dalam sistem saraf ini dapat mengubah fungsi viseral (refleks otonom).
Dalam waktu beberapa detik secara tidak disadari dapat timbul keringat dan terjadi
pengosongan kandung kemih. Jadi, sistem saraf yang bekerja melalui serat-serat saraf
otonomik dapat dengan cepat dan secara efektif mengatur sebagian besar atau seluruh fungsi
internal tubuh. Sistem saraf otonom, terutama diaktifkan oleh pusat-pusat yang terletak pada
medula spinalis, batang otak dan hipotalamus.
Seringkali sistem saraf otonom ini bekerja sebagai refleks viseral. Jadi, sinyal pusat di
dalam ganglion otonomik, medula, batang otak atau hipotalamus, pusat-pusat ini sebaliknya
akan menjalarkan respons refleks yang sesuai kembali ke organ-organ viseral dan mengatur
organ-organ tersebut. Sistem saraf otonom bergantung pada sistem saraf pusat dan antara
keduanya dihubungkan oleh urat-urat saraf eferen dan saraf eferen ini seolah-olah berfungsi
sebagai sistem saraf pusat saraf otonom terutama berkenaan dengan organ-organ dalam.
Menurut sifat kerjanya, terdiri dari dua bagian yaitu saraf simpatis dan saraf
parasimpatis.
1. Saraf Simpatis
 Pengertian Sistem saraf Simpatis
Sistem Saraf simpatis adalah bagian dari sistem saraf otonom yang cenderung bertindak
berlawanan terhadap sistem saraf parasimpatik, seperti mempercepat detak jantung dan
menyebabkan kontraksi pembuluh darah. Sistem ini mengatur fungsi kelenjar keringat dan
merangsang sekresi glukosa dalam hati. Sistem saraf simpatik diaktifkan terutama dalam
kondisi stres. Bandingkan sistem saraf parasimpatik.
 Anatomi dan Fisiologi Saraf Simpatis
Saraf simpatis merupakan rangkaian dua buah neuron. Neuron yang meninggalkan
sumsum tulang belakang tidak langsung menuju kesuatu organ tubuh, tetapi berakhir dulu
pada suatu sinapsis yang ada di dalam ganglion. Dari ganglion baru kemudian dengan
perantaraan neuron yang lain menuju ke organ tubuh.
Sistem simpatis memiliki ganglion yang terletak di sepanjang tulang belakang yang
menempel pada sumsum tulang belakang, sehingga memilki serabut pra-ganglion pendek dan
serabut post ganglion yang panjang. Serabut pra-ganglion adalah serabut saraf yang menuju
ganglion dan serabut saraf yang keluar dari ganglion disebut serabut post-ganglion. Saraf
simpatis terbagi menjadi dua bagian yang terdiri dari saraf otonom cranial dan saraf otonom
sacral. Terletak di depan columna vertebra dan berhubungan dengan sumsum tulang belakang
melalui serabut-serabut saraf.
Gambar Ganglion Pada Saraf Simpatis
Berdasarkan letaknya, ganglia simpatis digolongkan menjadi :
a) Ganglia Servikalis
Adalah ganglia paravertebral dari sistem saraf simpatik dan memiliki 3 ganglia lainnya
yaitu:
1. Ganglia Servikalis Superior (Terbesar)
Ganglia ini terletak berdekatan dengan C2 & C3 untuk menargetkan jantung, kepala,
leher dengan cara menumpang di arteri karotid.
2. Ganglia Servikalis Tengah (Terkecil)
Ganglia ini berdekatan dengan C6 dengan target adalah hati dan leher.
3. Ganglia Servikal Inferior
Ganglia ini mungkin menyatu dengan ganglia toraks. Ganglia ini berdekatan dengan C7
dengan target jantung, leher bagian bawah, lengan.
Gambar Ganglia Servikalis dan Distribusinya
b) Ganglia thorakalis
Adalah ganglia paravertebral yang biasanya memiliki 12 bagian. Ganglia ini terletak di
posterior pada pleura costovertebral. Ganglia ini mempunyai Ramus Communicans berwarna
putih dan abu – abu. Rami putih membawa serabut simpatik yang timbul di sumsum tulang
belakang ke dalam batang simpatik.
c) Ganglia lumbalis
adalah ganglia yang mempunyai 5 bagian
Gambar Ganglion lumbalis
 Fungsi Saraf Simpatis:
Berikut fungsi dari saraf simpatis :
a) Mempercepat denyut jantung
b) Mempersempit diameter pembuluh darah
c) Memperlambat proses pencernaan
d) Memperkecil bronkus
e) Menurunkan tekanan darah
f) Memperlambat gerak peristaltis
g) Memperlebar pupil
h) Menghambat sekresi empedu
i) Menurunkan sekresi ludah
j) Meningkatkan sekresi adrenalin
2. Saraf Parasimpatis
 Pengertian Saraf Parasimpatis
Saraf parasimpatik merupakan saraf yang berpangkal pada sumsum lanjutan (medula
oblongata) dan dari sakum yang merupakan saraf pre-ganglion dan post-ganglion. sistem
saraf ini di sebut juga dengan sistem saraf kraniosakral, karena saraf preganglion keluar dari
daerah otak dan daerah sakral. Fungsi dari saraf Parasimpatik umumnya memperlambat kerja
organ-organ tubuh. Susunan saraf parasimpatik berupa jaring- jaring yang berhubung-
hubungan dengan ganglion yang tersebar di seluruh tubuh. Urat sarafnya menuju ke organ
tubuh yang dikuasai oleh susunan saraf simpatik.
 Anatomi dan Susunan Saraf Prasimpatis
Susunan saraf parasimpatik berupa jaring-jaring yang berhubung-hubungan dengan
ganglion yang tersebar di seluruh tubuh. Urat sarafnya menuju ke organ tubuh yang dikuasai
oleh susunan saraf simpatik.
Saraf parasimpatis adalah saraf yang berpangkal pada medulla oblongata dan pada
daerah sacrum dari medulla spinalis. Oleh karena itulah saraf parasimpatis disebut juga
saraf craniosacral. Saraf sensoris parasimpatis memiliki ganglion di suatu tempat yang
terletak antara organ visceral dengan saraf pusat, sedang saraf motorisnya tidak membentuk
rantai saraf seperti saraf motoris simpatis dan ganglion yang terbentuk antara saraf satu
dengan yang kedua terletak berdekatan dengan organ visceral yang disarafinya.
 Fungsi Saraf Parasimpatis
Adapun fungsi saraf parasimpatis yaitu :
a) Menghambat denyut jantung
b) Memperlebar diameter pembuluh darah
c) Mempercepat proses pencernaan
d) Memperlebar bronkus
e) Menaikkan tekanan darah
f) Mempercepat gerak peristaltis
g) Mempersempit pupil
h) Mempercepat sekresi empedu
i) Menaikkan sekresi ludah
j) Meninurunkan sekresi adrenalin.
Gambar Anatomi Saraf Parasimpatis
Gambar Fungsi Saraf
Parasimpatis
3. Interaksi antara Saraf Simpatis dan Saraf Parasimpatis
Sistem saraf simpatik dan system saraf parasimpatik bekerja pada organ (efektor)
yang sama. Akan tetapi, pengaruh yang ditimbulkannya bersifat berlawanan satu dengan
yang lainnya agar tercapainya homoestatis (keseimbangan).
4. Efek Perangsangan Simpatis dan Parasimpatis pada Organ Spesifik
a. Mata
Ada dua fungsi mata yang diatur oleh sistem saraf otonom, yaitu dilatasi pupil dan
pemusatan lensa. Perangsangan simpatis membuat serat-serat meridional iris berkontraksi
sehingga pupil menjadi dilatasi (perbesaran), sedangkan perangsangan parasimpatis
mengkontraksikan otot-otot sirkular iris sehingga terjadi konstriksi pupil. Bila ada cahaya
yang berlebihan masuk kedalam mata, serat-serat parasimpatis yang mengatur pupil akan
terangsang secara refleks, dimana refleks ini akan mengurangi pembukaan pupil dan
mengurangi jumlah cahaya yang membentur retina.
Sebaliknya selama periode eksitasi, saraf simpatis akan terangsang dan karena itu,
pada saat yang bersamaan akan menambah pembukaan pupil. Pemusatan lensa hampir
seluruhnya diatur oleh sistem saraf parasimpatis. Normalnya, lensa dipertahankan tetap dalam
keadaan rata oleh tegangan intrinsik elastik dari ligamen radialnya. Perangsangan
parasimpatis membuat otot siliaris berkontraksi, sehingga melepaskan tegangan tadi dan
menyebabkan lensa menjadi lebih konveks. Keadaan ini membuat mata memusatkan
objeknya dekat tangan.
Gambar saraf otonom pada mata
b. Kelenjar-Kelenjar Tubuh.
Kelenjar nasalis, lakrimalis, saliva, dan sebagian besar kelenjar gastrointestinalis
terangsang dengan kuat oleh sistem saraf parasimpatis sehingga mengeluarkan banyak sekali
sekresi cairan. Kelenjar-kelenjar saluran pencernaan yang paling kuat dirangsang oleh
parasimpatis adalah yang terletak di saluran bagian atas, terutama kelenjar di daerah mulut
dan lambung. Kelenjar usus halus dan usus besar terutama diatur oleh faktor-faktor lokal
yang terdapat di saluran usus sendiri dan oleh sitem saraf enterik usus serta sedikit oleh saraf
otonom. Perangsangan simpatis mempunyai pengaruh langsung pada sel-sel kelenjar dalam
pembentukan sekresi pekat yang mengandung enzim dan mukus tambahan.
Rangsangan simpatis ini juga menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah yang
mensuplai kelejar-kelenjar sehingga seringkali mengurangi kecepatan sekresinya. Bila saraf
simpatis terangsang, maka kelenjar keringat mensekresikan banyak sekali keringat, tetapi
perangsangan pada saraf parasimpatis tidak mengakibatkan pengaruh apapun. Namun, serat-
serat simpatis yang menuju ke sebagian besar kelenjar keringat bersifat kolinergik (kecuali
beberapa serat adrenergik yang ke telapak tangan dan telapak kaki ) dimana hal ini berbeda
dengan hampir semua serat simpatis lainnya, yang bersifat adrenergik. Selanjutnya, kelenjar
keringat terutama dirangsang oleh pusat-pusat di hipotalamus yang biasanya dianggap
sebagai pusat parasimpatis. Oleh karena itu, berkeringat dapat dianggap sebagai fungsi
parasimpatis, walaupun hal ini dikendalikan oleh serat-serat saraf yang secara anatomis
tersebar melalui sistem saraf simpatis.
Kelenjar apokrin di aksila mensekresikan sekret yang kental dan berbau sebagi akibat
dari perangsangan simpatis, namun kelenjar ini tidak bereaksi terhadap perangsangan
parasimpatis. Kelenjar apokrin, walaupun embriologisnya berkaitan erat dengan kelenjar
keringat, tetapi lebih banyak diatur oleh pusat simpatis dalam sistem saraf pusat daripada oleh
pusat parasimpatis.
c. Sistem Gastrointestinal.
Sistem gastrointestinal mempunyai susunan saraf intrinsik sendiri yang dikenal
sebagai pleksus intramural atau sistem saraf enterik usus. Namun, baik perangsangan
simpatis maupun parasimpatis dapat mempengaruhi aktivitas gastrointestinal, terutama oleh
peningkatan atau penurunan kerja spesifik dalam pleksus intramural. Pada umumnya,
perangsangan parasimpatis meningkatkan seluruh tingkat aktivitas saluran gastrointestinal,
yakni dengan memicu terjadinya gerakan peristaltik dan relaksasi sfingter, jadi akan
mempermudah pengeluaran isi usus melalui saluran pencernaan dengan cepat.
Pengaruh dorongan ini berkaitan dengan penambahan kecepatan sekresi yang terjadi
secara bersamaan pada sebagian besar kelenjar gastrointestinal, seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya.3 Fungsi normal dari saluran gastrointestinal tidak terlalu tergantung pada
perangsangan simpatis . Namun bila ada perangsangan simpatis yang sangat kuat, maka akan
timbul penghambatan peristaltik dan peningkatan tonus sfingter. Hasil akhirnya adalah timbul
dorongan yang sangat lemah dalam saluran pencernaan dan kadang-kadang juga mengurangi
sekresi.
d. Jantung.
Pada umumnya, perangsangan simpatis akan meningkatkan seluruh aktivitas jantung.
Keadaan ini tercapai dengan naiknya frekuensi dan kekuatan kontraksi jantung. Perangsangan
parasimpatis terutama menimbulkan efek yang berlawanan. Akibat atau pengaruh ini dapat
diungkapkan dengan cara lain, yakni perangsangan simpatis akan meningkatkan keefektifan
jantung sebagai pompa yang diperlukan selama kerja berat, sedangkan perangsangan
parasimpatis menurunkan kemampuan pemompaan tetapi menimbulkan beberapa tingkatan
istirahat pada jantung di antara aktivitas kerja yang berat.
Gambar saraf otonom jantung
e. Pembuluh Darah Sistemik.
Sebagian besar pembuluh darah sistemik, khususnya yang terdapat di visera abdomen
dan kulit anggota tubuh, akan berkonstriksi bila ada perangsangan simpatis. Perangsangan
parasimpatis hampir sama sekali tidak berpengaruh pada pembuluh darah, kecuali pada
daerah-daerah tertentu malah memperlebar, seperti pada timbulnya daerah kemerahan di
wajah. Pada beberapa keadaan, fungsi rangsangan simpatis pada reseptor beta akan
menyebabkan dilatasi pembuluh darah pada rangsangan simpatis yang biasa, tetapi hal ini
jarang terjadi, kecuali setelah diberi obat-obatan yang dapat melumpuhkan reseptor alfa
simpatis yang memberi pengaruh vasokonstriktor, yang biasanya lebih merupakan efek
reseptor beta.
f. Efek Perangsangan Simpatis dan Parasimpatis Terhadap Tekanan Arteri.
Tekanan arteri ditentukan oleh dua faktor, yaitu daya dorong darah dari jantung dan
tahanan terhadap aliran darah ini yang melewati pembuluh darah. Perangsangan simpatis
meningkatnya daya dorong oleh jantung dan tahanan terhadap aliran darah, yang biasanya
menyebabkan tekanan menjadi sangat meningkat. Sebaliknya, perangsangan parasimpatis
menurunkan daya pompa jantung tetapi sama sekali tidak mempengaruhi tahanan perifer.
Efek yang umum adalah terjadi sedikit penurunan tekanan. Ternyata perangsangan
parasimpatis vagal yang hampir selalu dapat menghentikan atau kadang-kadang
menghentikan seluruh jantung dan menyebabkan hilangnya seluruh atau sebagian besar
tekanan.
g. Efek Perangsangan Simpatis dan Parasimpatis Terhadap Fungsi Tubuh Lainnya.
Karena begitu pentingnya sistem pengaturan simpatis dan parasimpatis, maka kedua
sistem ini dibicarakan mengingat banyaknya fungsi tubuh yang belum dapat ditentukan
secara rinci. Pada umumnya sebagian besar struktur entodermal, seperti hati, kandung
empedu, ureter, kandung kemih, dan bronkus dihambat oleh perangsangan simpatis namun
dirangsang oleh perangsangan parasimpatis. Perangsangan simpatis juga mempunyai
pengaruh metabolik, yakni menyebabkan pelepasan glukosa dari hati, meningkatkan
konsentrasi gula darah, meningkatkan proses glikogenolisis dalam hati ndan otot,
meningkatkan kekuatan otot, meningkatkan kecepatan metabolisme basal, dan meningkatkan
aktivitas mental. Akhirnya, perangsangan simpatis dan parasimpatis juga terlibat dalam
tindakan seksual antara pria dan wanita.
5. Integrasi dan Pengawasan Fungsi Otonom
Saraf merupakan sistem yang berfungsi untuk mengatur berbagai fungsi organ di
dalam tubuh secara terintegrasi sehingga memungkinkan suatu makluk hidup dapat
beradaptasi dengan perubahan yang terjadi pada lingkungan disekitarnya. Susunan saraf
menerima berbagai informasi dari dalam dan dari luar tubuh, dan mengkoordinasikan semua
aktifitas organ di dalam tubuh kita. Susunan saraf berfungsi untuk merencanakan dan
mengkoordinasikan tingkah laku, sehingga memegang peranan dalam tingkah laku subjektif
suatu makhluk hidup. Untuk menjalankan fungsi yang begitu bervariasi, susunan saraf
merupakan organ yang paling awal mengalami deferensiasi pada masa embriogenesis dan
merupakan organ yang paling besar pada saat lahir. Selain morfologinya yang khusus, neuron
dari susunan saraf merupakan struktur yang menyusun dan mengatur dirinya sendiri (self-
organizing & self regulating). Sifat yang unik dari neuron ini sebagian merupakan ekspresi
yang unik dari gen, dan sebagian lagi adalah akibat perkembangan dan pengalaman individu
dari setiap mahluk hidup (Siregar, 1995).
Sistem saraf tersusun dari berbagai struktur khusus yang berfungsi untuk menerima,
menyimpan dan menyebarkan informasi. Dengan demikian sistem saraf mengintegrasikan
aktivitas berbagai sel, jaringan, dan organ, sehingga memungkinkan suatu organisme
multiseluler yang kompleks berfungsi sebagai satu kesatuan unit pertumbuhan,
perkembangan dan beradaptasi terhadap perubahan lingkungan. Untuk memahami bagaimana
proses penerimaan, penyimpanan dan penyebaran implus pada sususnan saraf, diperlukan
pemahaman mengenai biolistrik yang merupakan dasar dari pengetahuan kita tentang
perubahan potensial yang dihasilkan oleh pergerakan ion melalui membran sel. Komunikasi
antara satu neuron dengan neuron yang lainnya atau dengan otot dan kelenjar adalah melalui
proses transmisi sinaptik (Synaptic transmission). Transmisi sinaptik terjadi sinaps dimana
akson dari suatu neuron (sel presinaptik) akan berhubungan dengan dendrit, akson, dari suatu
neuron lainnya, atau dengan otot serta kelenjar.
Sistem saraf tersusun dari satu alat komunikasi dan integrasi untuk organisme yang
dicirikan oleh cepatnya reaksi dan lokalisasi yang tepat dari tempat kerjanya. Fungsinya
didasarkan atas suatu infrastruktur selular yang sangat sempurna, adanya hubungan
bercabang, yang menghasilkan kerja dengan kecepatan tinggi dan cepat, umumnya sistem
saraf mengatur aktifitas alat-alat tubuh yang mengalami perubahan relatif cepat: seperti
pergerakan otot rangka, pergerakan otot polos pada alat pencernaan dan sekresi beberapa
kelenjar. Contoh fungsi sistem saraf dalam mengatur dan mengkoordinasikan berbagai
aktifitas dari fungsi tubuh adalah berhubungan sistem pencernaan dan sistem peredaran
darah. Sistem pencernaan tidak ada artinya jika tidak didampingi oleh sistem peredaran darah
untuk menyerap dan mengedarkan berbagai zat makanan yang telah dicerna. Berbagai sistem
tersebut bekerja sama tidak sembarangan. Waktu dan tempat dari satu perangkat kegiatan
berhubungan erat dengan berbagai kegiatan lainnya. Beberapa kegiatan tubuh, seperti
berjalan dan menguyah merupakan kegiatan yang disadari oleh individu manusia, sedangkan
kegiatan lain pengaturan denyut jantung, sekresi enzim dan gerakan pristaltik (gerakan yang
terjadi pada otot-otot pada saluran pencernaan) merupakan aktivitas yang tidak disadari
(otonom). Semuanyan itu dikoordinasikan oleh sistem saraf sebagai jaringan khusus yang
menghubungkan seluruh tubuh dan sebagian lain diatur oleh sistem hormonal sebagai sekresi
kimia yang dikeluarkan oleh kelenjar endokrin ke dalam peredaran darah.
Jadi peran utama sistem saraf dalam kehidupan organisme adalah mengatur dan
mengontrol berbagai aktivitas pada berbagai organ dan seluruh tubuh manusia. Kontraksi
otot, sekresi kelanjar, kerja jantung, metabolisme dan masih banyak proses lain yang
beroperasi dalam tubuh yang dikontrol oleh sistem saraf, sistem saraf berhubungan dengan
berbagai organ dan sistem, mengkoordinasikan semua aktivitas dan menjamin fisiologis
organisme serta membantu dalam pemeliharaan kesaruan organisme dengan lingkungan
(Sonjaya, 2008).
6. Pengaturan Pusat Otonom Batang Otak Oleh Area Yang Lebih Tinggi.
Sinyal-sinyal yang berasal dari hipotalamus dan bahkan dari serebrum dapat
mempengaruhi aktivitas hampir semua pusat pengatur otonom batang otak. Contohnya
perangsangan daerah yang sesuai pada hipotalamus dapat mengaktifkan pusat pengatur
kardiovaskular medula dengan cukup kuat untuk meningkatkan tekanan arteri sampai lebih
dari dua kali normal. Demikian juga, pusat-pusat hipotalamik lainnya dapat mengatur suhu
tubuh, meningkatkan atau menurunkan salivasi dan aktivitas gastrointestinal, atau
menimbulkan pengosongan kandung kemih.
Oleh karena itu, pada beberapa keadaan, pusat-pusat otonom di batang otak bekerja
sebagai stasiun pemancar untuk mengatur aktivitas yang dimulai pada tingkat otak yang
lebih tinggi.Sebagian besar respons perilaku kita dijalarkan melalui hipotalamus, area
retikularis batang otak, dan sistem saraf otonom. Tentu saja area otak yang lebih tinggi dapat
merngubah sistem saraf otonom atau sebagian darinya dengan cukup kuat untuk
menimbulkan penyakit yang diinduksi otonom, seperti tukak lambung, konstipasi, palpitasi
jantung bahkan serangan jantung.
7. Gangguan Kesehatan Pada Sistem Saraf
Macam-macam gangguan kesehatan pada sistem saraf:
1) Stroke (Cerebro Vascular Accident (CVA) atau Cerebral apoplexy)
Adalah kerusakan otak akibat tersumbatnya atau pecahnya pembuluh darah otak.
Penyebab penyumbatan ini ialah adanya penyempitan pembuluh darah (arteriosklerosis).
Selain itu, bisa juga karena penyumbatan oleh suatu emboli. Ciri yang tampak dari penderita
stroke misalnya wajah yang tak simetris.
2) Poliomielitis
Penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus yang menyerang neuron-neuron motoris
sistem saraf (otak dan medula spinalis). Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang
dinamakan poliovirus (PV).
3) Migrain
Adalah nyeri kepala berdenyut yang disertai mual dan muntah yang terjadi akibat adanya
hiperaktivitas impuls listrik otak yang meningkatkan aliran darah di otak dan mengakibatkan
terjadinya pelebaran pembuluh darah otak serta proses inflamasi (peradangan).
4) Parkinson
Penyakit yang disebabkan oleh berkurangnya neurotranslator dopamin pada dasar
ganglion dengan gejala tangan gemetaran sewaktu istirahat (tetapi gemetaran itu hilang
sewaktu tidur), sulit bergerak, kekakuan otot, otot muka kaku menimbulkan kesan seolah-
olah bertopeng, mata sulit berkedip dan langkah kaki menjadi kecil dan kaku.
5) Amnesia
Yaitu ketidakmampuan seseorang untuk mengingat atau mengenali kejadian yang terjadi
dalam suatu periode di masa lampau. Biasanya kelainan ini akibat guncangan batin atau
cidera otak.
6) Cutter
Kelainan di mana penderitanya selalu melukai dirinya sendiri pada saat depresi, stres,
atau bingung.
7) Alzheimer atau Pikun
Bukan penyakit menular, melainkan merupakan sejenis sindrom dengan apoptosis sel-sel
otak pada saat yang hampir bersamaan, sehingga otak tampak mengerut dan mengecil.
Alzheimer juga dikatakan sebagai penyakit yang sinonim dengan orang tua.
8) Bell's palsy
Adalah nama penyakit yang menyerang saraf wajah hingga menyebabkan kelumpuhan
otot pada salah satu sisi wajah. Terjadi disfungsi syaraf VII (syaraf fascialis). Berbeda
dengan stroke, kelumpuhan pada sisi wajah ditandai dengan kesulitan menggerakkan
sebagian otot wajah, seperti mata tidak bisa menutup, tidak bisa meniup, dsb. Beberapa ahli
menyatakan penyebab Bell's Palsy berupa virus herpes yang membuat syaraf menjadi
bengkak akibat infeksi.
9) Ayan atau Epileps
Penyakit karena dilepaskannya letusan-letusan listrik (impuls) pada neuron-neuron otak.
Epilepsi adalah penyakit saraf menahun yang menimbulkan serangan mendadak berulang-
ulang tak beralasan. Pada penderita ayan, Sinyal-sinyal yang berhubungan dengan perasaan
penglihatan, berpikir, dan bergerak tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
10) Meningitis
Adalah radang selaput pelindung sistem saraf pusat (meninges). Penyakit ini dapat
disebabkan oleh mikroorganisme, luka fisik, kanker, atau obat-obatan tertentu.
11) Sindrom Kleine-Levin (Inggris: Kleine-Levin Syndrome disingkat KLS)
Adalah penyakit syaraf yang langka dimana penderita tidak bisa mengontrol rasa
kantuknya. Penderita bisa tertidur selama berjam-jam, berhari-hari, berminggu-minggu,
bahkan bisa berbulan-bulan, tergantung pada berapa lama penyakit itu muncul/kambuh.
12) Rabies
Adalah penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh virus rabies.
Penyakit ini bersifat zoonotik, yaitu dapat ditularkan dari hewan ke manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Handojo, Yurita. 2012. Atlas Berwarna dan Teks Fisiologi. Hipokrates : Bandung
Pearce, Evelyn. 2011. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Kompas Gramedia : Jakarta
Setiadi. 2007. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Graha Ilmu : Yogyakarta
Suripto, dkk. 2003. Fisiologi Hewan. Universitas Terbuka : Jakarta

More Related Content

What's hot

PPT SISTEM SARAF Presentation1
PPT SISTEM SARAF Presentation1PPT SISTEM SARAF Presentation1
PPT SISTEM SARAF Presentation1
indri yetti
 
Anatomi Fisiologi Sistem Kardiovaskuler
Anatomi Fisiologi Sistem KardiovaskulerAnatomi Fisiologi Sistem Kardiovaskuler
Anatomi Fisiologi Sistem Kardiovaskuler
Prastuti Waraharini
 
Fisiologi Kardiovaskular
Fisiologi KardiovaskularFisiologi Kardiovaskular
Fisiologi Kardiovaskular
NURSAPTIA PURWA ASMARA
 
Osteologi
OsteologiOsteologi
Osteologi
Sabrina untsa
 
Makalah Biolistrik
Makalah BiolistrikMakalah Biolistrik
Makalah Biolistrik
Selly Noviyanty Yunus
 
Extrapiramidalis
ExtrapiramidalisExtrapiramidalis
Extrapiramidalis
Melda RD
 
Fisiologi sistem kardiovaskular
Fisiologi sistem kardiovaskularFisiologi sistem kardiovaskular
Fisiologi sistem kardiovaskularShiAddung
 
biolistrik keperawatan.ppt
biolistrik keperawatan.pptbiolistrik keperawatan.ppt
biolistrik keperawatan.ppt
huntari harahap
 
Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan (Respirasi)
Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan (Respirasi)Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan (Respirasi)
Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan (Respirasi)
pjj_kemenkes
 
Fisiologi Pernafasan
Fisiologi PernafasanFisiologi Pernafasan
Fisiologi Pernafasan
Dedi Kun
 
Fisiologi kardiovaskuler
Fisiologi kardiovaskulerFisiologi kardiovaskuler
Fisiologi kardiovaskuler
Charming Raspberry
 
Fisiologi jantung
Fisiologi jantungFisiologi jantung
Fisiologi jantung
Nova Ci Necis
 
Sistem Saraf (pptx version)
Sistem Saraf (pptx version)Sistem Saraf (pptx version)
Sistem Saraf (pptx version)
Agung Anggoro
 
Hidrodinamika materi fiskes
Hidrodinamika materi fiskesHidrodinamika materi fiskes
Hidrodinamika materi fiskes
Elvi Zuliani
 
(3) Anatomi & fisiologi sistem pernafasan
(3) Anatomi & fisiologi sistem pernafasan(3) Anatomi & fisiologi sistem pernafasan
(3) Anatomi & fisiologi sistem pernafasan
Moh. Wildan
 
Pengantar Anatomi Fisiologi
Pengantar Anatomi FisiologiPengantar Anatomi Fisiologi
Pengantar Anatomi Fisiologi
Dokter Tekno
 
KONSEP DASAR SISTEM SARAF.pptx
KONSEP DASAR SISTEM SARAF.pptxKONSEP DASAR SISTEM SARAF.pptx
KONSEP DASAR SISTEM SARAF.pptx
aditya romadhon
 
SYOK.pptx
SYOK.pptxSYOK.pptx
SYOK.pptx
MahruriSaputra
 

What's hot (20)

PPT SISTEM SARAF Presentation1
PPT SISTEM SARAF Presentation1PPT SISTEM SARAF Presentation1
PPT SISTEM SARAF Presentation1
 
Anatomi Fisiologi Sistem Kardiovaskuler
Anatomi Fisiologi Sistem KardiovaskulerAnatomi Fisiologi Sistem Kardiovaskuler
Anatomi Fisiologi Sistem Kardiovaskuler
 
Fisiologi Kardiovaskular
Fisiologi KardiovaskularFisiologi Kardiovaskular
Fisiologi Kardiovaskular
 
Osteologi
OsteologiOsteologi
Osteologi
 
Makalah Biolistrik
Makalah BiolistrikMakalah Biolistrik
Makalah Biolistrik
 
Extrapiramidalis
ExtrapiramidalisExtrapiramidalis
Extrapiramidalis
 
Fisiologi sistem kardiovaskular
Fisiologi sistem kardiovaskularFisiologi sistem kardiovaskular
Fisiologi sistem kardiovaskular
 
biolistrik keperawatan.ppt
biolistrik keperawatan.pptbiolistrik keperawatan.ppt
biolistrik keperawatan.ppt
 
Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan (Respirasi)
Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan (Respirasi)Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan (Respirasi)
Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan (Respirasi)
 
Fisiologi Pernafasan
Fisiologi PernafasanFisiologi Pernafasan
Fisiologi Pernafasan
 
Fisiologi kardiovaskuler
Fisiologi kardiovaskulerFisiologi kardiovaskuler
Fisiologi kardiovaskuler
 
Fisiologi jantung
Fisiologi jantungFisiologi jantung
Fisiologi jantung
 
Sistem Saraf (pptx version)
Sistem Saraf (pptx version)Sistem Saraf (pptx version)
Sistem Saraf (pptx version)
 
Hidrodinamika materi fiskes
Hidrodinamika materi fiskesHidrodinamika materi fiskes
Hidrodinamika materi fiskes
 
(3) Anatomi & fisiologi sistem pernafasan
(3) Anatomi & fisiologi sistem pernafasan(3) Anatomi & fisiologi sistem pernafasan
(3) Anatomi & fisiologi sistem pernafasan
 
Pengantar Anatomi Fisiologi
Pengantar Anatomi FisiologiPengantar Anatomi Fisiologi
Pengantar Anatomi Fisiologi
 
KONSEP DASAR SISTEM SARAF.pptx
KONSEP DASAR SISTEM SARAF.pptxKONSEP DASAR SISTEM SARAF.pptx
KONSEP DASAR SISTEM SARAF.pptx
 
Sistem traktus urinarius
Sistem traktus urinariusSistem traktus urinarius
Sistem traktus urinarius
 
Sistem saraf
Sistem sarafSistem saraf
Sistem saraf
 
SYOK.pptx
SYOK.pptxSYOK.pptx
SYOK.pptx
 

Similar to Sistem Saraf Otonom

Kelompok 2 9e
Kelompok 2 9eKelompok 2 9e
Kelompok 2 9e
Putri Larasantang
 
Laporan praktikum biologi GERAK REFLEKS PADA MANUSIA
Laporan praktikum biologi GERAK REFLEKS PADA MANUSIALaporan praktikum biologi GERAK REFLEKS PADA MANUSIA
Laporan praktikum biologi GERAK REFLEKS PADA MANUSIA
Klara Tri Meiyana
 
sistem saraf
sistem sarafsistem saraf
sistem saraf
Jundatul Millah
 
Anatomi fisiologi sistem-saraf
Anatomi fisiologi sistem-sarafAnatomi fisiologi sistem-saraf
Anatomi fisiologi sistem-saraf
Catur Rini
 
Sistem saraf Pada Manusia ( Human Nervous System) Kelompok 1 ( Manik & Kharisma)
Sistem saraf Pada Manusia ( Human Nervous System) Kelompok 1 ( Manik & Kharisma)Sistem saraf Pada Manusia ( Human Nervous System) Kelompok 1 ( Manik & Kharisma)
Sistem saraf Pada Manusia ( Human Nervous System) Kelompok 1 ( Manik & Kharisma)
Manik Puush
 
Sistem Sara1 F
Sistem Sara1 FSistem Sara1 F
Sistem Sara1 F
Biologi Irwanto
 
Modul pertemuan psy faal pkk ke 3 materi sistem sa
Modul pertemuan psy faal pkk ke 3 materi sistem saModul pertemuan psy faal pkk ke 3 materi sistem sa
Modul pertemuan psy faal pkk ke 3 materi sistem sa
suher lambang
 
Biologi klmpk 1 saraf sadar XI MIA 3
Biologi klmpk 1 saraf sadar XI MIA 3Biologi klmpk 1 saraf sadar XI MIA 3
Biologi klmpk 1 saraf sadar XI MIA 3
Ghina Rofifah Q
 
sistem syaraf
 sistem syaraf  sistem syaraf
sistem syaraf
Lukman Fauzan
 
Media 7.d.3 sistem koordinasi-dan-indra-pada-manusia
Media 7.d.3 sistem koordinasi-dan-indra-pada-manusiaMedia 7.d.3 sistem koordinasi-dan-indra-pada-manusia
Media 7.d.3 sistem koordinasi-dan-indra-pada-manusia
Ismail Hamim
 
Neurofisiologi neuron
Neurofisiologi neuronNeurofisiologi neuron
Neurofisiologi neuron
Nurul Sari
 
Sistem saraf
Sistem sarafSistem saraf
Sistem saraf
yunitapura
 
Ilmu Pengeahuan Alam Bab Sistem Koordinasi
Ilmu Pengeahuan Alam Bab Sistem Koordinasi Ilmu Pengeahuan Alam Bab Sistem Koordinasi
Ilmu Pengeahuan Alam Bab Sistem Koordinasi
salsazull
 
ANATOMI_SISTEM_SARAF - Copy.pptx
ANATOMI_SISTEM_SARAF - Copy.pptxANATOMI_SISTEM_SARAF - Copy.pptx
ANATOMI_SISTEM_SARAF - Copy.pptx
sardiantidwitirta
 
Sistem saraf pada manusia
Sistem saraf pada manusiaSistem saraf pada manusia
Sistem saraf pada manusia
Yuda Disastra
 
3. Koordinasi & Indera jadi.ppt
3. Koordinasi & Indera jadi.ppt3. Koordinasi & Indera jadi.ppt
3. Koordinasi & Indera jadi.ppt
JanieMraz
 
Sistem saraf
Sistem sarafSistem saraf
Sistem saraf
Fithry Auliya
 

Similar to Sistem Saraf Otonom (20)

Kelompok 2 9e
Kelompok 2 9eKelompok 2 9e
Kelompok 2 9e
 
Laporan praktikum biologi GERAK REFLEKS PADA MANUSIA
Laporan praktikum biologi GERAK REFLEKS PADA MANUSIALaporan praktikum biologi GERAK REFLEKS PADA MANUSIA
Laporan praktikum biologi GERAK REFLEKS PADA MANUSIA
 
Biologi
BiologiBiologi
Biologi
 
sistem saraf
sistem sarafsistem saraf
sistem saraf
 
Sistem koordinasi
Sistem koordinasiSistem koordinasi
Sistem koordinasi
 
Anatomi fisiologi sistem-saraf
Anatomi fisiologi sistem-sarafAnatomi fisiologi sistem-saraf
Anatomi fisiologi sistem-saraf
 
Sistem saraf Pada Manusia ( Human Nervous System) Kelompok 1 ( Manik & Kharisma)
Sistem saraf Pada Manusia ( Human Nervous System) Kelompok 1 ( Manik & Kharisma)Sistem saraf Pada Manusia ( Human Nervous System) Kelompok 1 ( Manik & Kharisma)
Sistem saraf Pada Manusia ( Human Nervous System) Kelompok 1 ( Manik & Kharisma)
 
Sistem Sara1 F
Sistem Sara1 FSistem Sara1 F
Sistem Sara1 F
 
Modul pertemuan psy faal pkk ke 3 materi sistem sa
Modul pertemuan psy faal pkk ke 3 materi sistem saModul pertemuan psy faal pkk ke 3 materi sistem sa
Modul pertemuan psy faal pkk ke 3 materi sistem sa
 
Kel 2
Kel 2Kel 2
Kel 2
 
Biologi klmpk 1 saraf sadar XI MIA 3
Biologi klmpk 1 saraf sadar XI MIA 3Biologi klmpk 1 saraf sadar XI MIA 3
Biologi klmpk 1 saraf sadar XI MIA 3
 
sistem syaraf
 sistem syaraf  sistem syaraf
sistem syaraf
 
Media 7.d.3 sistem koordinasi-dan-indra-pada-manusia
Media 7.d.3 sistem koordinasi-dan-indra-pada-manusiaMedia 7.d.3 sistem koordinasi-dan-indra-pada-manusia
Media 7.d.3 sistem koordinasi-dan-indra-pada-manusia
 
Neurofisiologi neuron
Neurofisiologi neuronNeurofisiologi neuron
Neurofisiologi neuron
 
Sistem saraf
Sistem sarafSistem saraf
Sistem saraf
 
Ilmu Pengeahuan Alam Bab Sistem Koordinasi
Ilmu Pengeahuan Alam Bab Sistem Koordinasi Ilmu Pengeahuan Alam Bab Sistem Koordinasi
Ilmu Pengeahuan Alam Bab Sistem Koordinasi
 
ANATOMI_SISTEM_SARAF - Copy.pptx
ANATOMI_SISTEM_SARAF - Copy.pptxANATOMI_SISTEM_SARAF - Copy.pptx
ANATOMI_SISTEM_SARAF - Copy.pptx
 
Sistem saraf pada manusia
Sistem saraf pada manusiaSistem saraf pada manusia
Sistem saraf pada manusia
 
3. Koordinasi & Indera jadi.ppt
3. Koordinasi & Indera jadi.ppt3. Koordinasi & Indera jadi.ppt
3. Koordinasi & Indera jadi.ppt
 
Sistem saraf
Sistem sarafSistem saraf
Sistem saraf
 

Recently uploaded

PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFPRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
ratnawulokt
 
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdfDesain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
arikiskandar
 
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdfv2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
fritshenukh
 
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdfPengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
ryskilahmudin
 
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptxMateri 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
syam586213
 
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxPPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
EmohAsJohn
 
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
Datalablokakalianda
 
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptxDEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DamianLoveChannel
 
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptxSlide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
FiikFiik
 
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternakPowerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
adevindhamebrina
 
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskularfarmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
MuhammadAuliaKurniaw1
 
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteranpemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
hadijaul
 
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratoriumPengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
SyailaNandaSofiaWell
 
PPT RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
PPT  RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMERPPT  RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
PPT RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
sulastri822782
 
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.pptCara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
andiulfahmagefirahra1
 
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptxfarmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
MuhammadAuliaKurniaw1
 
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTPPetunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
adhiwargamandiriseja
 
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdfpengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
adwinhadipurnadi
 
Supracondyler humerus fracture modul.pdf
Supracondyler humerus fracture modul.pdfSupracondyler humerus fracture modul.pdf
Supracondyler humerus fracture modul.pdf
ortopedifk
 
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
LisnaKhairaniNasutio
 

Recently uploaded (20)

PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFPRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
 
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdfDesain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
 
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdfv2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
 
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdfPengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
 
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptxMateri 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
 
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxPPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
 
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
 
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptxDEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
 
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptxSlide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
 
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternakPowerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
 
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskularfarmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
 
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteranpemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
 
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratoriumPengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
 
PPT RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
PPT  RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMERPPT  RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
PPT RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
 
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.pptCara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
 
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptxfarmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
 
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTPPetunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
 
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdfpengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
 
Supracondyler humerus fracture modul.pdf
Supracondyler humerus fracture modul.pdfSupracondyler humerus fracture modul.pdf
Supracondyler humerus fracture modul.pdf
 
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
 

Sistem Saraf Otonom

  • 1. TUGAS ANATOMI DAN FISIOLOGI MANUSIA SISTEM SARAF OTONOM Oleh: NAMA NIM Dea Fatmala Putri Rodilah Syira Atalya Fitrah Afifah Tasya Widya Putri 1804034072 1804034002 1804034054 1804034024 Pembimbing: Radietya Alvarabie, S.Ked., dr Program D4 Analis Kesehatan Fakultas Farmasi dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA 2019
  • 2. BAB I PENDAHULUAN Bagian sistem saraf yang mengatur fungsi viseral tubuh disebut sistem saraf otonom. Sistem ini membantu mengatur tekanan arteri, motilitas dan sekresi gastro- intestinal pengosongan kandung kemih, berkeringat suhu tubuh dan banyak aktivitas lainnya. Ada sebagian yang diatur saraf otonom sedangkan yang lainnya sebagian saja . Sistem saraf otonom adalah bagian sistem saraf tepi yang mengatur fungsi viseral tubuh. Sistem saraf otonom terutama diaktifkan oleh pusat-pusat yang terletak di medula spinalis, batang otak, dan hipotalamus. Juga, bagian korteks serebri khususnya korteks limbik, dapat menghantarkan impuls ke pusat-pusat yang lebih rendah sehingga demikian mempengaruhi pengaturan otonomik. Sistem saraf otonom terdiri dari dua subsistem yaitu sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis yang kerjanya saling berlawanan. Sebenarnya tidak ada penyamarataan yang dapat dipakai untuk menjelaskan apakah rangsangan simpatis atau parasimpatis dapat menyebabkan timbulnya eksitasi atau inhibisi pada suatu organ tertentu. Oleh karena itu, untuk dapat mengerti fungsi simpatis dan parasimpatis, kita harus mempelajari seluruh fungsi kedua sistem saraf ini pada masing-masing organ.
  • 3. BAB II ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM SARAF OTONOM 1. Sistem Syaraf Otonom Sistem saraf otonom atau saraf tak sadar merupakan bagian dari sistem saraf tepi (SST) yang terletak khusus pada sumsum tulang belakang yang bekerja mengatur dan mengendalikan otot jantung, otot–otot polos, dan sejumlah kelenjar secara permanen. Artinya, sistem saraf tersebut bekerja melayani berbagai struktur dalam tubuh. Misalnya, jantung, paru–paru, saluran pencernaan, pembuluh darah, kantong kemih, dan kelenjar keringat. Disebut sistem saraf otonom karena sifat kerja sistem saraf ini tidak menurut kemauan atau kehendak kita. Sistem ini merupakan sistem saraf eferen (motorik) yang mempersarafi organ viseral umum, mengatur, menyelaraskan, dan mengkoordinasikan aktivitas visel vital, termasuk pencernaan,suhu badan, tekanan darah dan segi perilaku emosional lainnya. Bagian sistem saraf inilah yang mengatur fungsi viseral tubuh disebut sebagai sistem saraf otonomik. Sistem ini membantu mengatur tekanan arteri, motilitas, dan sekresi gastrointestinal, pengosongan kandung kemih, berkeringat,suhu tubuh dan banyak aktivitas lainnya, dimana beberapa diantaranya atau sebagian diatur oleh sistem saraf otonom. Salah satu sifat yang menonjol dari sistem saraf otonomik adalah kecepatan atau intensitas yang ada di dalam sistem saraf ini dapat mengubah fungsi viseral (refleks otonom). Dalam waktu beberapa detik secara tidak disadari dapat timbul keringat dan terjadi pengosongan kandung kemih. Jadi, sistem saraf yang bekerja melalui serat-serat saraf otonomik dapat dengan cepat dan secara efektif mengatur sebagian besar atau seluruh fungsi internal tubuh. Sistem saraf otonom, terutama diaktifkan oleh pusat-pusat yang terletak pada medula spinalis, batang otak dan hipotalamus. Seringkali sistem saraf otonom ini bekerja sebagai refleks viseral. Jadi, sinyal pusat di dalam ganglion otonomik, medula, batang otak atau hipotalamus, pusat-pusat ini sebaliknya akan menjalarkan respons refleks yang sesuai kembali ke organ-organ viseral dan mengatur organ-organ tersebut. Sistem saraf otonom bergantung pada sistem saraf pusat dan antara keduanya dihubungkan oleh urat-urat saraf eferen dan saraf eferen ini seolah-olah berfungsi sebagai sistem saraf pusat saraf otonom terutama berkenaan dengan organ-organ dalam.
  • 4. Menurut sifat kerjanya, terdiri dari dua bagian yaitu saraf simpatis dan saraf parasimpatis. 1. Saraf Simpatis  Pengertian Sistem saraf Simpatis Sistem Saraf simpatis adalah bagian dari sistem saraf otonom yang cenderung bertindak berlawanan terhadap sistem saraf parasimpatik, seperti mempercepat detak jantung dan menyebabkan kontraksi pembuluh darah. Sistem ini mengatur fungsi kelenjar keringat dan merangsang sekresi glukosa dalam hati. Sistem saraf simpatik diaktifkan terutama dalam kondisi stres. Bandingkan sistem saraf parasimpatik.  Anatomi dan Fisiologi Saraf Simpatis Saraf simpatis merupakan rangkaian dua buah neuron. Neuron yang meninggalkan sumsum tulang belakang tidak langsung menuju kesuatu organ tubuh, tetapi berakhir dulu pada suatu sinapsis yang ada di dalam ganglion. Dari ganglion baru kemudian dengan perantaraan neuron yang lain menuju ke organ tubuh. Sistem simpatis memiliki ganglion yang terletak di sepanjang tulang belakang yang menempel pada sumsum tulang belakang, sehingga memilki serabut pra-ganglion pendek dan serabut post ganglion yang panjang. Serabut pra-ganglion adalah serabut saraf yang menuju ganglion dan serabut saraf yang keluar dari ganglion disebut serabut post-ganglion. Saraf simpatis terbagi menjadi dua bagian yang terdiri dari saraf otonom cranial dan saraf otonom sacral. Terletak di depan columna vertebra dan berhubungan dengan sumsum tulang belakang melalui serabut-serabut saraf. Gambar Ganglion Pada Saraf Simpatis
  • 5. Berdasarkan letaknya, ganglia simpatis digolongkan menjadi : a) Ganglia Servikalis Adalah ganglia paravertebral dari sistem saraf simpatik dan memiliki 3 ganglia lainnya yaitu: 1. Ganglia Servikalis Superior (Terbesar) Ganglia ini terletak berdekatan dengan C2 & C3 untuk menargetkan jantung, kepala, leher dengan cara menumpang di arteri karotid. 2. Ganglia Servikalis Tengah (Terkecil) Ganglia ini berdekatan dengan C6 dengan target adalah hati dan leher. 3. Ganglia Servikal Inferior Ganglia ini mungkin menyatu dengan ganglia toraks. Ganglia ini berdekatan dengan C7 dengan target jantung, leher bagian bawah, lengan. Gambar Ganglia Servikalis dan Distribusinya
  • 6. b) Ganglia thorakalis Adalah ganglia paravertebral yang biasanya memiliki 12 bagian. Ganglia ini terletak di posterior pada pleura costovertebral. Ganglia ini mempunyai Ramus Communicans berwarna putih dan abu – abu. Rami putih membawa serabut simpatik yang timbul di sumsum tulang belakang ke dalam batang simpatik. c) Ganglia lumbalis adalah ganglia yang mempunyai 5 bagian Gambar Ganglion lumbalis
  • 7.  Fungsi Saraf Simpatis: Berikut fungsi dari saraf simpatis : a) Mempercepat denyut jantung b) Mempersempit diameter pembuluh darah c) Memperlambat proses pencernaan d) Memperkecil bronkus e) Menurunkan tekanan darah f) Memperlambat gerak peristaltis g) Memperlebar pupil h) Menghambat sekresi empedu i) Menurunkan sekresi ludah j) Meningkatkan sekresi adrenalin 2. Saraf Parasimpatis  Pengertian Saraf Parasimpatis Saraf parasimpatik merupakan saraf yang berpangkal pada sumsum lanjutan (medula oblongata) dan dari sakum yang merupakan saraf pre-ganglion dan post-ganglion. sistem saraf ini di sebut juga dengan sistem saraf kraniosakral, karena saraf preganglion keluar dari daerah otak dan daerah sakral. Fungsi dari saraf Parasimpatik umumnya memperlambat kerja organ-organ tubuh. Susunan saraf parasimpatik berupa jaring- jaring yang berhubung- hubungan dengan ganglion yang tersebar di seluruh tubuh. Urat sarafnya menuju ke organ tubuh yang dikuasai oleh susunan saraf simpatik.  Anatomi dan Susunan Saraf Prasimpatis Susunan saraf parasimpatik berupa jaring-jaring yang berhubung-hubungan dengan ganglion yang tersebar di seluruh tubuh. Urat sarafnya menuju ke organ tubuh yang dikuasai oleh susunan saraf simpatik. Saraf parasimpatis adalah saraf yang berpangkal pada medulla oblongata dan pada daerah sacrum dari medulla spinalis. Oleh karena itulah saraf parasimpatis disebut juga saraf craniosacral. Saraf sensoris parasimpatis memiliki ganglion di suatu tempat yang terletak antara organ visceral dengan saraf pusat, sedang saraf motorisnya tidak membentuk rantai saraf seperti saraf motoris simpatis dan ganglion yang terbentuk antara saraf satu dengan yang kedua terletak berdekatan dengan organ visceral yang disarafinya.
  • 8.  Fungsi Saraf Parasimpatis Adapun fungsi saraf parasimpatis yaitu : a) Menghambat denyut jantung b) Memperlebar diameter pembuluh darah c) Mempercepat proses pencernaan d) Memperlebar bronkus e) Menaikkan tekanan darah f) Mempercepat gerak peristaltis g) Mempersempit pupil h) Mempercepat sekresi empedu i) Menaikkan sekresi ludah j) Meninurunkan sekresi adrenalin. Gambar Anatomi Saraf Parasimpatis Gambar Fungsi Saraf Parasimpatis
  • 9. 3. Interaksi antara Saraf Simpatis dan Saraf Parasimpatis Sistem saraf simpatik dan system saraf parasimpatik bekerja pada organ (efektor) yang sama. Akan tetapi, pengaruh yang ditimbulkannya bersifat berlawanan satu dengan yang lainnya agar tercapainya homoestatis (keseimbangan). 4. Efek Perangsangan Simpatis dan Parasimpatis pada Organ Spesifik a. Mata Ada dua fungsi mata yang diatur oleh sistem saraf otonom, yaitu dilatasi pupil dan pemusatan lensa. Perangsangan simpatis membuat serat-serat meridional iris berkontraksi sehingga pupil menjadi dilatasi (perbesaran), sedangkan perangsangan parasimpatis mengkontraksikan otot-otot sirkular iris sehingga terjadi konstriksi pupil. Bila ada cahaya yang berlebihan masuk kedalam mata, serat-serat parasimpatis yang mengatur pupil akan terangsang secara refleks, dimana refleks ini akan mengurangi pembukaan pupil dan mengurangi jumlah cahaya yang membentur retina. Sebaliknya selama periode eksitasi, saraf simpatis akan terangsang dan karena itu, pada saat yang bersamaan akan menambah pembukaan pupil. Pemusatan lensa hampir seluruhnya diatur oleh sistem saraf parasimpatis. Normalnya, lensa dipertahankan tetap dalam keadaan rata oleh tegangan intrinsik elastik dari ligamen radialnya. Perangsangan parasimpatis membuat otot siliaris berkontraksi, sehingga melepaskan tegangan tadi dan menyebabkan lensa menjadi lebih konveks. Keadaan ini membuat mata memusatkan objeknya dekat tangan. Gambar saraf otonom pada mata
  • 10. b. Kelenjar-Kelenjar Tubuh. Kelenjar nasalis, lakrimalis, saliva, dan sebagian besar kelenjar gastrointestinalis terangsang dengan kuat oleh sistem saraf parasimpatis sehingga mengeluarkan banyak sekali sekresi cairan. Kelenjar-kelenjar saluran pencernaan yang paling kuat dirangsang oleh parasimpatis adalah yang terletak di saluran bagian atas, terutama kelenjar di daerah mulut dan lambung. Kelenjar usus halus dan usus besar terutama diatur oleh faktor-faktor lokal yang terdapat di saluran usus sendiri dan oleh sitem saraf enterik usus serta sedikit oleh saraf otonom. Perangsangan simpatis mempunyai pengaruh langsung pada sel-sel kelenjar dalam pembentukan sekresi pekat yang mengandung enzim dan mukus tambahan. Rangsangan simpatis ini juga menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah yang mensuplai kelejar-kelenjar sehingga seringkali mengurangi kecepatan sekresinya. Bila saraf simpatis terangsang, maka kelenjar keringat mensekresikan banyak sekali keringat, tetapi perangsangan pada saraf parasimpatis tidak mengakibatkan pengaruh apapun. Namun, serat- serat simpatis yang menuju ke sebagian besar kelenjar keringat bersifat kolinergik (kecuali beberapa serat adrenergik yang ke telapak tangan dan telapak kaki ) dimana hal ini berbeda dengan hampir semua serat simpatis lainnya, yang bersifat adrenergik. Selanjutnya, kelenjar keringat terutama dirangsang oleh pusat-pusat di hipotalamus yang biasanya dianggap sebagai pusat parasimpatis. Oleh karena itu, berkeringat dapat dianggap sebagai fungsi parasimpatis, walaupun hal ini dikendalikan oleh serat-serat saraf yang secara anatomis tersebar melalui sistem saraf simpatis. Kelenjar apokrin di aksila mensekresikan sekret yang kental dan berbau sebagi akibat dari perangsangan simpatis, namun kelenjar ini tidak bereaksi terhadap perangsangan parasimpatis. Kelenjar apokrin, walaupun embriologisnya berkaitan erat dengan kelenjar keringat, tetapi lebih banyak diatur oleh pusat simpatis dalam sistem saraf pusat daripada oleh pusat parasimpatis. c. Sistem Gastrointestinal. Sistem gastrointestinal mempunyai susunan saraf intrinsik sendiri yang dikenal sebagai pleksus intramural atau sistem saraf enterik usus. Namun, baik perangsangan simpatis maupun parasimpatis dapat mempengaruhi aktivitas gastrointestinal, terutama oleh peningkatan atau penurunan kerja spesifik dalam pleksus intramural. Pada umumnya, perangsangan parasimpatis meningkatkan seluruh tingkat aktivitas saluran gastrointestinal,
  • 11. yakni dengan memicu terjadinya gerakan peristaltik dan relaksasi sfingter, jadi akan mempermudah pengeluaran isi usus melalui saluran pencernaan dengan cepat. Pengaruh dorongan ini berkaitan dengan penambahan kecepatan sekresi yang terjadi secara bersamaan pada sebagian besar kelenjar gastrointestinal, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.3 Fungsi normal dari saluran gastrointestinal tidak terlalu tergantung pada perangsangan simpatis . Namun bila ada perangsangan simpatis yang sangat kuat, maka akan timbul penghambatan peristaltik dan peningkatan tonus sfingter. Hasil akhirnya adalah timbul dorongan yang sangat lemah dalam saluran pencernaan dan kadang-kadang juga mengurangi sekresi. d. Jantung. Pada umumnya, perangsangan simpatis akan meningkatkan seluruh aktivitas jantung. Keadaan ini tercapai dengan naiknya frekuensi dan kekuatan kontraksi jantung. Perangsangan parasimpatis terutama menimbulkan efek yang berlawanan. Akibat atau pengaruh ini dapat diungkapkan dengan cara lain, yakni perangsangan simpatis akan meningkatkan keefektifan jantung sebagai pompa yang diperlukan selama kerja berat, sedangkan perangsangan parasimpatis menurunkan kemampuan pemompaan tetapi menimbulkan beberapa tingkatan istirahat pada jantung di antara aktivitas kerja yang berat. Gambar saraf otonom jantung
  • 12. e. Pembuluh Darah Sistemik. Sebagian besar pembuluh darah sistemik, khususnya yang terdapat di visera abdomen dan kulit anggota tubuh, akan berkonstriksi bila ada perangsangan simpatis. Perangsangan parasimpatis hampir sama sekali tidak berpengaruh pada pembuluh darah, kecuali pada daerah-daerah tertentu malah memperlebar, seperti pada timbulnya daerah kemerahan di wajah. Pada beberapa keadaan, fungsi rangsangan simpatis pada reseptor beta akan menyebabkan dilatasi pembuluh darah pada rangsangan simpatis yang biasa, tetapi hal ini jarang terjadi, kecuali setelah diberi obat-obatan yang dapat melumpuhkan reseptor alfa simpatis yang memberi pengaruh vasokonstriktor, yang biasanya lebih merupakan efek reseptor beta. f. Efek Perangsangan Simpatis dan Parasimpatis Terhadap Tekanan Arteri. Tekanan arteri ditentukan oleh dua faktor, yaitu daya dorong darah dari jantung dan tahanan terhadap aliran darah ini yang melewati pembuluh darah. Perangsangan simpatis meningkatnya daya dorong oleh jantung dan tahanan terhadap aliran darah, yang biasanya menyebabkan tekanan menjadi sangat meningkat. Sebaliknya, perangsangan parasimpatis menurunkan daya pompa jantung tetapi sama sekali tidak mempengaruhi tahanan perifer. Efek yang umum adalah terjadi sedikit penurunan tekanan. Ternyata perangsangan parasimpatis vagal yang hampir selalu dapat menghentikan atau kadang-kadang menghentikan seluruh jantung dan menyebabkan hilangnya seluruh atau sebagian besar tekanan.
  • 13. g. Efek Perangsangan Simpatis dan Parasimpatis Terhadap Fungsi Tubuh Lainnya. Karena begitu pentingnya sistem pengaturan simpatis dan parasimpatis, maka kedua sistem ini dibicarakan mengingat banyaknya fungsi tubuh yang belum dapat ditentukan secara rinci. Pada umumnya sebagian besar struktur entodermal, seperti hati, kandung empedu, ureter, kandung kemih, dan bronkus dihambat oleh perangsangan simpatis namun dirangsang oleh perangsangan parasimpatis. Perangsangan simpatis juga mempunyai pengaruh metabolik, yakni menyebabkan pelepasan glukosa dari hati, meningkatkan konsentrasi gula darah, meningkatkan proses glikogenolisis dalam hati ndan otot, meningkatkan kekuatan otot, meningkatkan kecepatan metabolisme basal, dan meningkatkan aktivitas mental. Akhirnya, perangsangan simpatis dan parasimpatis juga terlibat dalam tindakan seksual antara pria dan wanita. 5. Integrasi dan Pengawasan Fungsi Otonom Saraf merupakan sistem yang berfungsi untuk mengatur berbagai fungsi organ di dalam tubuh secara terintegrasi sehingga memungkinkan suatu makluk hidup dapat beradaptasi dengan perubahan yang terjadi pada lingkungan disekitarnya. Susunan saraf menerima berbagai informasi dari dalam dan dari luar tubuh, dan mengkoordinasikan semua aktifitas organ di dalam tubuh kita. Susunan saraf berfungsi untuk merencanakan dan mengkoordinasikan tingkah laku, sehingga memegang peranan dalam tingkah laku subjektif suatu makhluk hidup. Untuk menjalankan fungsi yang begitu bervariasi, susunan saraf merupakan organ yang paling awal mengalami deferensiasi pada masa embriogenesis dan merupakan organ yang paling besar pada saat lahir. Selain morfologinya yang khusus, neuron dari susunan saraf merupakan struktur yang menyusun dan mengatur dirinya sendiri (self- organizing & self regulating). Sifat yang unik dari neuron ini sebagian merupakan ekspresi yang unik dari gen, dan sebagian lagi adalah akibat perkembangan dan pengalaman individu dari setiap mahluk hidup (Siregar, 1995). Sistem saraf tersusun dari berbagai struktur khusus yang berfungsi untuk menerima, menyimpan dan menyebarkan informasi. Dengan demikian sistem saraf mengintegrasikan aktivitas berbagai sel, jaringan, dan organ, sehingga memungkinkan suatu organisme multiseluler yang kompleks berfungsi sebagai satu kesatuan unit pertumbuhan, perkembangan dan beradaptasi terhadap perubahan lingkungan. Untuk memahami bagaimana proses penerimaan, penyimpanan dan penyebaran implus pada sususnan saraf, diperlukan pemahaman mengenai biolistrik yang merupakan dasar dari pengetahuan kita tentang
  • 14. perubahan potensial yang dihasilkan oleh pergerakan ion melalui membran sel. Komunikasi antara satu neuron dengan neuron yang lainnya atau dengan otot dan kelenjar adalah melalui proses transmisi sinaptik (Synaptic transmission). Transmisi sinaptik terjadi sinaps dimana akson dari suatu neuron (sel presinaptik) akan berhubungan dengan dendrit, akson, dari suatu neuron lainnya, atau dengan otot serta kelenjar. Sistem saraf tersusun dari satu alat komunikasi dan integrasi untuk organisme yang dicirikan oleh cepatnya reaksi dan lokalisasi yang tepat dari tempat kerjanya. Fungsinya didasarkan atas suatu infrastruktur selular yang sangat sempurna, adanya hubungan bercabang, yang menghasilkan kerja dengan kecepatan tinggi dan cepat, umumnya sistem saraf mengatur aktifitas alat-alat tubuh yang mengalami perubahan relatif cepat: seperti pergerakan otot rangka, pergerakan otot polos pada alat pencernaan dan sekresi beberapa kelenjar. Contoh fungsi sistem saraf dalam mengatur dan mengkoordinasikan berbagai aktifitas dari fungsi tubuh adalah berhubungan sistem pencernaan dan sistem peredaran darah. Sistem pencernaan tidak ada artinya jika tidak didampingi oleh sistem peredaran darah untuk menyerap dan mengedarkan berbagai zat makanan yang telah dicerna. Berbagai sistem tersebut bekerja sama tidak sembarangan. Waktu dan tempat dari satu perangkat kegiatan berhubungan erat dengan berbagai kegiatan lainnya. Beberapa kegiatan tubuh, seperti berjalan dan menguyah merupakan kegiatan yang disadari oleh individu manusia, sedangkan kegiatan lain pengaturan denyut jantung, sekresi enzim dan gerakan pristaltik (gerakan yang terjadi pada otot-otot pada saluran pencernaan) merupakan aktivitas yang tidak disadari (otonom). Semuanyan itu dikoordinasikan oleh sistem saraf sebagai jaringan khusus yang menghubungkan seluruh tubuh dan sebagian lain diatur oleh sistem hormonal sebagai sekresi kimia yang dikeluarkan oleh kelenjar endokrin ke dalam peredaran darah. Jadi peran utama sistem saraf dalam kehidupan organisme adalah mengatur dan mengontrol berbagai aktivitas pada berbagai organ dan seluruh tubuh manusia. Kontraksi otot, sekresi kelanjar, kerja jantung, metabolisme dan masih banyak proses lain yang beroperasi dalam tubuh yang dikontrol oleh sistem saraf, sistem saraf berhubungan dengan berbagai organ dan sistem, mengkoordinasikan semua aktivitas dan menjamin fisiologis organisme serta membantu dalam pemeliharaan kesaruan organisme dengan lingkungan (Sonjaya, 2008).
  • 15. 6. Pengaturan Pusat Otonom Batang Otak Oleh Area Yang Lebih Tinggi. Sinyal-sinyal yang berasal dari hipotalamus dan bahkan dari serebrum dapat mempengaruhi aktivitas hampir semua pusat pengatur otonom batang otak. Contohnya perangsangan daerah yang sesuai pada hipotalamus dapat mengaktifkan pusat pengatur kardiovaskular medula dengan cukup kuat untuk meningkatkan tekanan arteri sampai lebih dari dua kali normal. Demikian juga, pusat-pusat hipotalamik lainnya dapat mengatur suhu tubuh, meningkatkan atau menurunkan salivasi dan aktivitas gastrointestinal, atau menimbulkan pengosongan kandung kemih. Oleh karena itu, pada beberapa keadaan, pusat-pusat otonom di batang otak bekerja sebagai stasiun pemancar untuk mengatur aktivitas yang dimulai pada tingkat otak yang lebih tinggi.Sebagian besar respons perilaku kita dijalarkan melalui hipotalamus, area retikularis batang otak, dan sistem saraf otonom. Tentu saja area otak yang lebih tinggi dapat merngubah sistem saraf otonom atau sebagian darinya dengan cukup kuat untuk menimbulkan penyakit yang diinduksi otonom, seperti tukak lambung, konstipasi, palpitasi jantung bahkan serangan jantung. 7. Gangguan Kesehatan Pada Sistem Saraf Macam-macam gangguan kesehatan pada sistem saraf: 1) Stroke (Cerebro Vascular Accident (CVA) atau Cerebral apoplexy) Adalah kerusakan otak akibat tersumbatnya atau pecahnya pembuluh darah otak. Penyebab penyumbatan ini ialah adanya penyempitan pembuluh darah (arteriosklerosis). Selain itu, bisa juga karena penyumbatan oleh suatu emboli. Ciri yang tampak dari penderita stroke misalnya wajah yang tak simetris.
  • 16. 2) Poliomielitis Penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus yang menyerang neuron-neuron motoris sistem saraf (otak dan medula spinalis). Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan poliovirus (PV). 3) Migrain Adalah nyeri kepala berdenyut yang disertai mual dan muntah yang terjadi akibat adanya hiperaktivitas impuls listrik otak yang meningkatkan aliran darah di otak dan mengakibatkan terjadinya pelebaran pembuluh darah otak serta proses inflamasi (peradangan). 4) Parkinson Penyakit yang disebabkan oleh berkurangnya neurotranslator dopamin pada dasar ganglion dengan gejala tangan gemetaran sewaktu istirahat (tetapi gemetaran itu hilang sewaktu tidur), sulit bergerak, kekakuan otot, otot muka kaku menimbulkan kesan seolah- olah bertopeng, mata sulit berkedip dan langkah kaki menjadi kecil dan kaku.
  • 17. 5) Amnesia Yaitu ketidakmampuan seseorang untuk mengingat atau mengenali kejadian yang terjadi dalam suatu periode di masa lampau. Biasanya kelainan ini akibat guncangan batin atau cidera otak. 6) Cutter Kelainan di mana penderitanya selalu melukai dirinya sendiri pada saat depresi, stres, atau bingung. 7) Alzheimer atau Pikun Bukan penyakit menular, melainkan merupakan sejenis sindrom dengan apoptosis sel-sel otak pada saat yang hampir bersamaan, sehingga otak tampak mengerut dan mengecil. Alzheimer juga dikatakan sebagai penyakit yang sinonim dengan orang tua. 8) Bell's palsy Adalah nama penyakit yang menyerang saraf wajah hingga menyebabkan kelumpuhan otot pada salah satu sisi wajah. Terjadi disfungsi syaraf VII (syaraf fascialis). Berbeda dengan stroke, kelumpuhan pada sisi wajah ditandai dengan kesulitan menggerakkan sebagian otot wajah, seperti mata tidak bisa menutup, tidak bisa meniup, dsb. Beberapa ahli
  • 18. menyatakan penyebab Bell's Palsy berupa virus herpes yang membuat syaraf menjadi bengkak akibat infeksi. 9) Ayan atau Epileps Penyakit karena dilepaskannya letusan-letusan listrik (impuls) pada neuron-neuron otak. Epilepsi adalah penyakit saraf menahun yang menimbulkan serangan mendadak berulang- ulang tak beralasan. Pada penderita ayan, Sinyal-sinyal yang berhubungan dengan perasaan penglihatan, berpikir, dan bergerak tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. 10) Meningitis Adalah radang selaput pelindung sistem saraf pusat (meninges). Penyakit ini dapat disebabkan oleh mikroorganisme, luka fisik, kanker, atau obat-obatan tertentu.
  • 19. 11) Sindrom Kleine-Levin (Inggris: Kleine-Levin Syndrome disingkat KLS) Adalah penyakit syaraf yang langka dimana penderita tidak bisa mengontrol rasa kantuknya. Penderita bisa tertidur selama berjam-jam, berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan bisa berbulan-bulan, tergantung pada berapa lama penyakit itu muncul/kambuh. 12) Rabies Adalah penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh virus rabies. Penyakit ini bersifat zoonotik, yaitu dapat ditularkan dari hewan ke manusia.
  • 20. DAFTAR PUSTAKA Handojo, Yurita. 2012. Atlas Berwarna dan Teks Fisiologi. Hipokrates : Bandung Pearce, Evelyn. 2011. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Kompas Gramedia : Jakarta Setiadi. 2007. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Graha Ilmu : Yogyakarta Suripto, dkk. 2003. Fisiologi Hewan. Universitas Terbuka : Jakarta