Dokumen ini membahas pentingnya peningkatan infrastruktur daerah untuk mendukung pertumbuhan ekonomi inklusif dan berkelanjutan dalam kerangka ibukota provinsi Kalimantan Selatan. Dokumen ini menganalisis indeks pertumbuhan ekonomi inklusif provinsi dan kota Banjarbaru, mendefinisikan infrastruktur, menjelaskan sumber rencana infrastruktur, dan memberikan rekomendasi untuk memperkuat infrastruktur kota Banjarbaru sebag
Dukungan Program Kotaku (Kota Tanpa Kumuh) Terhadap Pencapaian Tujuan SDGsHari Prasetyo
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) atau Sustainable Development Goals (SDGs) Tahun 2015-2030 sudah disepakati masyarakat dunia, termasuk Indonesia. Oleh karena itu, upaya pencapainya menjadi perhatian dan prioritas program/kegiatan disetiap negara. Sebagai bukti keseriusan Indonesia untuk mencapai SDGs, Presiden RI telah menerbitkan Perpres No. 59 Tahun 2017 Tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB/SDGs).
Opsi Teknologi Pengelolaan Air Limbah Permukiman infosanitasi
Opsi Teknologi Pengelolaan Air Limbah Permukiman. Terdapat berbagai pilihan teknologi pengelolaan air limbah permukiman, baik sistem onsite (setempat) maupun sistem off-site (kawasan dan perkotaan).
Pengumpulan dan Kompilasi Data Sekunder Sanitasi Permukimaninfosanitasi
Tata Cara Pengumpulan dan Kompilasi Data Sekunder Sanitasi Permukiman, yang meliputi air limbah, persampahan, drainase serta aspek-aspek pendukungnya seperti kelembagaan, keuangan, peraturan, peran swasta dan masyarakat, dan kegiatan/program yang sedang berjalan (on-going).
Dukungan Program Kotaku (Kota Tanpa Kumuh) Terhadap Pencapaian Tujuan SDGsHari Prasetyo
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) atau Sustainable Development Goals (SDGs) Tahun 2015-2030 sudah disepakati masyarakat dunia, termasuk Indonesia. Oleh karena itu, upaya pencapainya menjadi perhatian dan prioritas program/kegiatan disetiap negara. Sebagai bukti keseriusan Indonesia untuk mencapai SDGs, Presiden RI telah menerbitkan Perpres No. 59 Tahun 2017 Tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB/SDGs).
Opsi Teknologi Pengelolaan Air Limbah Permukiman infosanitasi
Opsi Teknologi Pengelolaan Air Limbah Permukiman. Terdapat berbagai pilihan teknologi pengelolaan air limbah permukiman, baik sistem onsite (setempat) maupun sistem off-site (kawasan dan perkotaan).
Pengumpulan dan Kompilasi Data Sekunder Sanitasi Permukimaninfosanitasi
Tata Cara Pengumpulan dan Kompilasi Data Sekunder Sanitasi Permukiman, yang meliputi air limbah, persampahan, drainase serta aspek-aspek pendukungnya seperti kelembagaan, keuangan, peraturan, peran swasta dan masyarakat, dan kegiatan/program yang sedang berjalan (on-going).
Strategi E Development ~ Pemantapan OTDA 25 Ags 2008Tatang Taufik
Bahan pengantar diskusi dalam seminar "Pemantapan Pelaksanaan Otonomi Daerah Dalam Rangka Pemberdayaan Masyarakat" di Negara - Jembrana, 25 Agustus 2008
Metodologi Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Dalam Mendukung Pengembang...Fitri Indra Wardhono
Pekerjaan Rencana Pengembangan Kawasan Dalam Mendukung Pengembangan Sektor Strategis Kawasan Andalan Yogyakarta ini dilakukan dengan mempertimbangkan kebutuhan dasar penduduk (basic need) dan kebutuhan untuk terselenggaranya fungsi dan peran kawsan (development need) yang dapat memberikan kontribusi terhadap sasaran pembangunan nasional.
Data primer dapat diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan, dan wawancara dengan Pemerintah Daerah di Kawasan Andalan Yogyakarta, tokoh masyarakat dan penduduk setempat. Sebelum kegiatan pengamatan di lapangan (survei) dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan persiapan. Pada tahap ini segala sesuatu yang berkaitan dengan kepentingan survei diterjemahkan ke dalam bentuk disain survei dan rencana kerja survei. Selain itu, perlu juga disiapkan dana dan peralatan pendukung (peta, alat tulis, dokumentasi, dan lainnya), serta konfirmasi dengan instansi terkait di daerah penelitian mengenai kegiatan survei tersebut. Pelaksanaan survei ditentukan berdasarkan pertimbangan waktu yang tepat untuk dapat menemui penduduk di tempat mereka masing-masing. Kualitas hasil survei sangat tergantung pada kebenaran pelaksanaan survei.
Capaian Program Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Perdesaan dan...Oswar Mungkasa
Disampaikan oleh Direktur Pengembangan Air Minum Ditjen Cipta Karya Kemen PU pada Rapat Koordinasi Nasional Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (Pokja AMPL) di Jakarta 20-21 Agustus 2013
Rencana Induk Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga. Modul B.1-2 Tata Penyusunan Rencana Induk.
Traces of the Spice Route in the Architecture and City of Banjarmasin in Sou...BaniNoorMuchamad2
The spice route is a highly valuable trade route, influencing human civilizations, particularly trade cities along this route from the XIII -XVIII AD.
Banjarmasin is one of the cities traversed by this spice route, with its primary
commodity being pepper. This research retraces the influence of this trade,
juxtaposing it with the formation of the city and the architectural character of
the buildings in Banjarmasin up to the present day.
This research employs historical qualitative methodology and is
located in the city of Banjarmasin, covering the period from the initiation of
the spice trade during the Banjarmasin sultanate era to the end of the colonial
period in Banjarmasin (1500–1900 AD). The research steps are secondary data
collection which serve as raw data for an in-depth study, primary data
collection conducted to confirm the previously gathered secondary data, data
analysis and interpretation which organized according to the historical context
and the environment of the city of Banjarmasin in chronological order until a
common thread is obtained. Subsequently, Findings and Compiling research
conclusions which the results of the analysis are discussed in relation to
various theories or concepts to derive interpretations from the research.
It concludes that the spice route played a crucial role in the formation
of Banjarmasin, consisting of three stages: the stage where Kampung Keraton
evolved into the center of the Banjarmasin sultanate, the stage of the
establishment of territorial arrangements due to the spice trade contract
between the kingdom and the Dutch East India Company, and the stage of
territorial control by the colonial government. The development of local
architecture varied, influenced by the knowledge acquired by merchants before
colonization, which was applied to their residences, and modern architecture
built by the colonial government in the form of various facilities and
infrastructure.
Strategi E Development ~ Pemantapan OTDA 25 Ags 2008Tatang Taufik
Bahan pengantar diskusi dalam seminar "Pemantapan Pelaksanaan Otonomi Daerah Dalam Rangka Pemberdayaan Masyarakat" di Negara - Jembrana, 25 Agustus 2008
Metodologi Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Dalam Mendukung Pengembang...Fitri Indra Wardhono
Pekerjaan Rencana Pengembangan Kawasan Dalam Mendukung Pengembangan Sektor Strategis Kawasan Andalan Yogyakarta ini dilakukan dengan mempertimbangkan kebutuhan dasar penduduk (basic need) dan kebutuhan untuk terselenggaranya fungsi dan peran kawsan (development need) yang dapat memberikan kontribusi terhadap sasaran pembangunan nasional.
Data primer dapat diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan, dan wawancara dengan Pemerintah Daerah di Kawasan Andalan Yogyakarta, tokoh masyarakat dan penduduk setempat. Sebelum kegiatan pengamatan di lapangan (survei) dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan persiapan. Pada tahap ini segala sesuatu yang berkaitan dengan kepentingan survei diterjemahkan ke dalam bentuk disain survei dan rencana kerja survei. Selain itu, perlu juga disiapkan dana dan peralatan pendukung (peta, alat tulis, dokumentasi, dan lainnya), serta konfirmasi dengan instansi terkait di daerah penelitian mengenai kegiatan survei tersebut. Pelaksanaan survei ditentukan berdasarkan pertimbangan waktu yang tepat untuk dapat menemui penduduk di tempat mereka masing-masing. Kualitas hasil survei sangat tergantung pada kebenaran pelaksanaan survei.
Capaian Program Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Perdesaan dan...Oswar Mungkasa
Disampaikan oleh Direktur Pengembangan Air Minum Ditjen Cipta Karya Kemen PU pada Rapat Koordinasi Nasional Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (Pokja AMPL) di Jakarta 20-21 Agustus 2013
Rencana Induk Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga. Modul B.1-2 Tata Penyusunan Rencana Induk.
Traces of the Spice Route in the Architecture and City of Banjarmasin in Sou...BaniNoorMuchamad2
The spice route is a highly valuable trade route, influencing human civilizations, particularly trade cities along this route from the XIII -XVIII AD.
Banjarmasin is one of the cities traversed by this spice route, with its primary
commodity being pepper. This research retraces the influence of this trade,
juxtaposing it with the formation of the city and the architectural character of
the buildings in Banjarmasin up to the present day.
This research employs historical qualitative methodology and is
located in the city of Banjarmasin, covering the period from the initiation of
the spice trade during the Banjarmasin sultanate era to the end of the colonial
period in Banjarmasin (1500–1900 AD). The research steps are secondary data
collection which serve as raw data for an in-depth study, primary data
collection conducted to confirm the previously gathered secondary data, data
analysis and interpretation which organized according to the historical context
and the environment of the city of Banjarmasin in chronological order until a
common thread is obtained. Subsequently, Findings and Compiling research
conclusions which the results of the analysis are discussed in relation to
various theories or concepts to derive interpretations from the research.
It concludes that the spice route played a crucial role in the formation
of Banjarmasin, consisting of three stages: the stage where Kampung Keraton
evolved into the center of the Banjarmasin sultanate, the stage of the
establishment of territorial arrangements due to the spice trade contract
between the kingdom and the Dutch East India Company, and the stage of
territorial control by the colonial government. The development of local
architecture varied, influenced by the knowledge acquired by merchants before
colonization, which was applied to their residences, and modern architecture
built by the colonial government in the form of various facilities and
infrastructure.
Kampung Keluarga Berkualitas merupakan salah satu wadah yang sangat strategis untuk mengimplementasikan kegiatan-kegiatan prioritas Program Bangga Kencana secara utuh di lini
lapangan dalam rangka menyelaraskan pelaksanaan program-program yang dilaksanakan Desa
Apa itu data dan pengertian data by manajemen 22.pptx
Sesi-3_BaniNM.pdf
1. Pemantapan Infrastruktur Daerah
untuk Mendukung Pertumbuhan Ekonomi Inklusif &
Berkelanjutan dalam Kerangka Ibukota Provinsi
Oleh: DR. Bani Noor Muchamad
Banjarbaru, 28 Februari 2023 1
2. Sesi #3:
Ketersediaan Infrastruktur Daerah untuk Mendukung Ibukota
Provinsi Kalimantan Selatan
Pertumbuhan Ekonomi Inklusif (PEI)
Infrastruktur: Sumber rencana & Pemantapan
Rekomendasi
2
3. Bagian 1. Pertumbuhan Ekonomi Inklusif (PEI)
Pertumbuhan Ekonomi Inklusif (PEI): pertumbuhan ekonomi yang
menciptakan akses dan kesempatan yang luas bagi seluruh lapisan
masyarakat secara berkeadilan, meningkatkan kesejahteraan, dan
mengurangi kesenjangan antar kelompok dan wilayah.
Indeks PEI merupakan alat untuk mengukur dan memantau tingkat
inklusivitas pembangunan Indonesia baik pada level nasional, provinsi, dan
kabupaten/kota. Angka indeks terdiri dari 3 Pilar dan 8 Sub-pilar serta 21
indikator.
https://inklusif.bappenas.go.id//indeks
3
9. 1. Bank Dunia (World Bank): fasilitas-fasilitas dan sistem-sistem yang mendukung kegiatan
ekonomi dan sosial, seperti transportasi, energi, telekomunikasi, air bersih dan sanitasi, dan
fasilitas publik lainnya.
2. Bank Investasi Eropa (European Investment Bank): sarana fisik dan organisasi yang mendukung
pertumbuhan ekonomi dan sosial, seperti jalan, jembatan, pelabuhan, bandara, transportasi
umum, energi, air bersih dan sanitasi, serta teknologi informasi dan telekomunikasi.
3. Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank): fasilitas dan sistem yang mendukung
kegiatan ekonomi dan sosial, seperti transportasi, energi, air bersih dan sanitasi, komunikasi, dan
infrastruktur lainnya yang mendukung pembangunan berkelanjutan.
4. Organisasi untuk Kerjasama dan Pembangunan Ekonomi (OECD): sarana fisik dan organisasi yang
mendukung kegiatan ekonomi dan sosial, seperti jalan, jembatan, pelabuhan, bandara,
transportasi umum, energi, air bersih dan sanitasi, serta teknologi informasi dan telekomunikasi.
5. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB): sarana fisik dan organisasi yang mendukung kegiatan
ekonomi dan sosial, seperti jalan, jembatan, pelabuhan, bandara, transportasi umum, energi, air
bersih dan sanitasi, serta fasilitas publik lainnya yang mendukung kesejahteraan manusia dan
pembangunan berkelanjutan.
Bagian 2. Definisi Umum Infrastruktur
9
10. Infrastruktur: fasilitas teknis, fisik, sistem,
perangkat keras, dan lunak yang diperlukan
untuk melakukan pelayanan kepada masyarakat
dan mendukung jaringan struktur agar
pertumbuhan ekonomi dan sosial masyarakat
dapat berjalan dengan baik (Perpres No. 38
Tahun 2015).
Infrastruktur prioritas: infrastruktur yang
berdampak signifikan terhadap perekonomian
baik di tingkat pusat maupun daerah, sehingga
penyediaannya diprioritaskan.(Perpres No. 166
Tahun 2016)
Pasal 6
(1) Jenis Infrastruktur Prioritas:
a. infrastruktur transportasi;
b. infrastruktur jalan;
c. infrastruktur pengairan;
d. infrastruktur air minum;
e. infrastruktur air limbah;
f. sarana persampahan;
g. infrastruktur telekomunikasi &
informatika;
h. infrastruktur ketenagalistrikan;
i. infrastruktur minyak & gas bumi;
j. infrastruktur fasilitas pendidikan;
k. infrastruktur kawasan;
l. infrastruktur pariwisata; dan
m. infrastruktur kesehatan.
Bagian 2. Definisi Umum Infrastruktur
10
11. Bagian III. Rencana Struktur Ruang
1. Rencana pusat-pusat pelayanan di dalam wilayah kota;
2. Rencana sistem prasarana di wilayah kota
e. Rencana pengembangan infrastruktur kota, meliputi: sistem penyediaan
air minum, sistem pengelolaan air limbah kota, sistem persampahan
kota, sistem drainase kota, penyediaan dan pemanfaatan prasarana
dan sarana jaringan jalan pejalan kaki, jalur evakuasi bencana.
Bagian 2. Sumber Rencana Infrastruktur
11
12. Bagian IV. Rencana Pola Ruang
b. Rencana pola ruang kawasan budidaya;
- perumahan yg meliputi perumahan dengan
kepadatan tinggi, sedang, dan rendah;
Bagian 2. Sumber Rencana Infrastruktur
12
13. Paragraf 6
Sistem Penyediaan Air Minum
Pasal 25
Paragraf 7
Sistem Pengelolaan Air Limbah
Pasal 26
Paragraf 8
Sistem Persampahan
Pasal 27
13
14. Rencana Infrastruktur SPAM:
1. Organisasi
2. Sistem
3. IPA Syarkawi : 500 lt/dtk
4. IPA Pinus: 1000 lt/dtk
Penguatan Infrastruktur SPAM Kota:
Permen PUPR No. 27/PRT/M/2016 ttg
Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air
Minum. (Lampiran 1 -10)
Pasal 8
(1) Jakstra SPAM Kab/Kota disusun dan
ditetapkan oleh bupati/walikota setiap 5 (lima)
tahun sekali.
Pasal 12
(1) Rencana Induk SPAM Kabupaten/Kota
disusun dan ditetapkan oleh bupati/walikota untuk
jangka waktu 15 (lima belas) sampai dengan 20
(dua puluh) tahun.
14
15. Rencana Infrastruktur SPAL:
1. Onsite-individu-septic tank
2. STBM & MCK++
3. Onsite-komunal-septic tank
4. IPAL
5. Sistem zonasi risiko
Penguatan Infrastruktur SPALD Kota:
Permen PUPR No. 4/PRT/M/2017 ttg
Penyelenggaraan Sistem Pengelolaan Air
Limbah Domestik. (Lampiran 1 -5)
Pasal 8
(1) SPALD terdiri dari: a. SPALD-S; dan b.
SPALD-T.
Pasal 25
(3) Rencana induk SPALD Kabupaten/Kota
ditetapkan oleh Bupati/Walikota sesuai
kewenangannya.
15
16. Rencana Infrastruktur Persampahan:
1. TPST
2. TPA
Penguatan Infrastruktur Persampahan:
Permen PU No. 03/PRT/M/2013 ttg
Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana
Persampahan dalam Penanganan
Sampah RT dan Sampah Sejenis RT
(Lampiran 1 -5)
Pasal 5
(1) Rencana induk dapat berupa:
a. rencana induk di dalam satu wilayah
administrasi kota;
Pasal 6
(1) Rencana induk disusun dan ditetapkan oleh
Pemerintah Kota sesuai dengan kewenangannya.
Pasal 29
(3) Pemerintah kabupaten/kota menyediakan
fasilitas pengolahan sampah di lokasi: a. TPS 3R;
b. SPA; c. TPA; dan/atau d. TPST. 16
17. Rencana Sistem Jaringan Utilitas
Pelayanan jaringan utilitas dirinci sampai pengukuran pola
dan sistem jaringan, kapasitas dan intensitas pelayanan.
Jaringan utilitas meliputi:
1. Sistem jaringan air minum (hingga jaringan
distribusi sekunder/per blok peruntukan);
2. Sistem jaringan listrik (tegangan menengah hingga
gardu distribusi);
3. Sistem jaringan gas;
4. Sistem jaringan drainase;
5. Sistem jaringan air limbah;
6. Sistem jaringan persampahan (hingga TPS
komunal)
RDTR?
RDTR?
RDTR?
Bagian 2. Sumber Rencana Infrastruktur
17
23. Tahap selanjutnya
sistem individu
berupa tangki septik
terus berkembang, di
sisi lain sistem skala
permukiman mulai
diperkenalkan.
Kondisi paling dasar,
sistem sanitasi kota
hanya mengenal
sistem sanitasi
setempat individual
dengan pilihan
teknologi tangki septik
dan cubluk. Pada fase
ini masih terdapat juga
rumah tangga tanpa
sarana sanitasi yang
memadai (masuk
kategori buang air
sembarangan/ BABS).
Selanjutnya sistem
individu dengan
tangki septik dan
sistem sanitasi skala
permukiman
berkembang, dan
sistem kawasan yang
melayani area lebih
luas mulai
dikembangkan.
Seluruh sistem yang
secara teknis dan
ekonomis dapat
disambungkan ke
sistem kota, akan
tersambung menjadi
sistem kota yang
lengkap.
23
Bagian 2. Penguatan Infrastruktur
24. Undang-undang
Peraturan Presiden
Peraturan Menteri
Peraturan Daerah
24
Bagian 2. Penguatan Infrastruktur
BAPPENAS PUPR NGO Prov. Kal-Sel Kota Banjarbaru
Masterplan
SPAL
Masterplan
Persampahan
Masterplan Daerah
Resapan Air
Masterplan
Aerocity
Roadmap
SIDA
Data Integration.
Data Warehousing.
Master Data
Management (MDM).
Big Data Integration.
1. Evaluasi sumber D/I
2. Identifikasi kelemahan D/I.
3. Konsolidasi D/I.
4. Analisis D/I.
5. Verifikasi D/I.
25. Rekomendasi Pemantapan Infrastruktur Kota Banjarbaru sebagai Ibukota Provinsi:
a. Meningkatkan Index PEI dari 5,47 (6.0 Nasional atau 6,24 Provinsi Kalimantan Selatan)
b. Mengacu pada dokumen rencana; a.l: Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
dan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR).
Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang. Penataan Ruang adalah suatu sistem
perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
c. Konsolidasi ketersediaan data & informasi (infrastruktur) yang ada (root cause).
d. Meningkatkan mutu infrastruktur; a.l: Konsep Infrastruktur Hijau.
Infrastruktur hijau adalah infrastruktur yang memperhatikan konsep konservasi atau penerapan
ekosistem alami untuk memiliki banyak fungsi dan manfaat untuk kehidupan manusia.
Bagian 3. Rekomendasi
25