Peraturan Presiden ini membentuk Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi yang bertugas mengoordinasikan kebijakan terkait kemaritiman dan investasi antar kementerian/lembaga terkait. Kementerian ini terdiri atas sekretariat dan beberapa deputi bidang yang menangani koordinasi di bidang kedaulatan maritim, sumber daya alam dan jasa, serta infrastruktur.
Peraturan Presiden ini mengatur tentang organisasi dan tugas Kementerian Dalam Negeri yang terdiri atas Sekretariat Jenderal, 8 Direktorat Jenderal, Inspektorat Jenderal, dan 5 Badan serta 5 Staf Ahli yang membantu Menteri dalam menyelenggarakan pemerintahan dalam negeri.
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat membentuk Satuan Tugas Pembangunan Infrastruktur Ibu Kota Negara (Satgas IKN) untuk membantu merencanakan dan melaksanakan pembangunan infrastruktur Ibu Kota Negara baru. Satgas IKN terdiri dari Penanggung Jawab, Tim Pengarah, Satgas Perencanaan, dan Satgas Pelaksanaan yang masing-masing memiliki tugas khusus dalam merencana dan melaksanak
Dokumen tersebut mengatur tentang organisasi dan tata kerja Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral berdasarkan undang-undang dan peraturan terkait. Terdiri dari 14 bab yang mengatur tentang kedudukan, tugas, fungsi, susunan organisasi beserta tugas dan fungsi masing-masing bagian di dalam Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
Peraturan Presiden Nomor 11 Tahun 2015 mengatur tentang organisasi dan tugas Kementerian Dalam Negeri. Kementerian Dalam Negeri bertugas membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan dan terdiri atas Sekretariat Jenderal, 8 Direktorat Jenderal, dan 5 Staf Ahli Bidang.
Peraturan Presiden ini mengatur tentang organisasi dan tugas Kementerian Dalam Negeri yang terdiri atas Sekretariat Jenderal, 8 Direktorat Jenderal, Inspektorat Jenderal, dan 5 Badan serta 5 Staf Ahli yang membantu Menteri dalam menyelenggarakan pemerintahan dalam negeri.
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat membentuk Satuan Tugas Pembangunan Infrastruktur Ibu Kota Negara (Satgas IKN) untuk membantu merencanakan dan melaksanakan pembangunan infrastruktur Ibu Kota Negara baru. Satgas IKN terdiri dari Penanggung Jawab, Tim Pengarah, Satgas Perencanaan, dan Satgas Pelaksanaan yang masing-masing memiliki tugas khusus dalam merencana dan melaksanak
Dokumen tersebut mengatur tentang organisasi dan tata kerja Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral berdasarkan undang-undang dan peraturan terkait. Terdiri dari 14 bab yang mengatur tentang kedudukan, tugas, fungsi, susunan organisasi beserta tugas dan fungsi masing-masing bagian di dalam Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
Peraturan Presiden Nomor 11 Tahun 2015 mengatur tentang organisasi dan tugas Kementerian Dalam Negeri. Kementerian Dalam Negeri bertugas membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan dan terdiri atas Sekretariat Jenderal, 8 Direktorat Jenderal, dan 5 Staf Ahli Bidang.
Peraturan Presiden ini mengatur tentang Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) sebagai lembaga pemerintah non-kementerian yang bertugas merencanakan pembangunan nasional jangka panjang, menengah, dan tahunan. BAPPENAS dipimpin oleh Kepala BAPPENAS yang dijabat Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional dan terdiri atas sekretariat utama, 9 deputi bidang, serta inspektorat utama. Peratur
Rangkaian undang-undang ini membahas tentang pembentukan, pengaturan, dan penghapusan kementerian-kementerian negara di Indonesia. Dokumen ini menjelaskan bahwa Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara dalam menjalankan pemerintahan. Kementerian-kementerian dibentuk untuk menangani urusan-urusan tertentu sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945. Dokumen ini juga mengatur proses dan pertimbangan dalam memb
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Perumahan dan Gedung Pemerintah Daerah - Perg...inideedee
Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 139 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Perumahan dan Gedung Pemerintah Daerah
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Perumahan dan Gedung Pemerintah Daerah - Perg...inideedee
Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 258 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Perumahan dan Gedung Pemerintah Daerah
Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Na...Penataan Ruang
Undang-undang ini menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 sebagai pedoman pembangunan nasional selama 20 tahun ke depan untuk mewujudkan tujuan bernegara sesuai UUD 1945. Rencana ini memuat visi, misi, dan program pembangunan nasional secara garis besar yang akan dijabarkan lebih lanjut dalam rencana jangka menengah nasional dan daerah.
Peraturan Presiden ini mengatur tentang pembentukan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi yang bertugas dalam bidang pembangunan desa, pemberdayaan masyarakat desa, percepatan pembangunan daerah tertinggal, dan transmigrasi. Peraturan ini juga mengatur struktur organisasi dan tugas masing-masing unit organisasi di bawah Kementerian tersebut.
Permen PU Nomor 23 Tahun 2010 tentang Perubahan Peraturan Menteri Nomor:02/PR...Penataan Ruang
Permen PU Nomor 23 Tahun 2010 tentang Perubahan Peraturan Menteri Nomor:02/PRT/M/2010 tentang Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2010-2014
Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Na...Penataan Ruang
Undang-undang ini menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJP Nasional) tahun 2005-2025 sebagai pedoman pembangunan nasional selama 20 tahun ke depan, yang akan diimplementasikan melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM Nasional) setiap 5 tahun. RPJP Nasional ini menjabarkan tujuan negara sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 dalam bentuk visi, misi, dan arah
Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum tahun 2010-2014 mengalami perubahan untuk menyesuaikan dengan perubahan lingkungan strategis dan kebijakan pemerintah. Perubahan kedua mencakup penajaman target dan prioritas pembangunan untuk tahun 2013-2014 serta penyesuaian indikator kinerja.
Permen Kemenpera Nomor 12 tahun 2014 (Kemenpera Nomor 12 Tahun 2014 )azhari sofyan
Peraturan Menteri Perumahan Rakyat ini mengatur tentang pedoman penyusunan rencana pembangunan dan pengembangan perumahan serta kawasan permukiman daerah provinsi dan kabupaten/kota. Pedoman ini bertujuan sebagai acuan penyusunan rencana tersebut oleh pemerintah daerah. Rencana ini meliputi kebijakan dan strategi pembangunan perumahan dan permukiman untuk 20 tahun ke depan.
Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang tata cara penyelenggaraan kajian lingkungan hidup strategis untuk memastikan prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dalam penyusunan kebijakan, rencana, dan program pemerintah. Kajian lingkungan hidup strategis wajib dilakukan untuk berbagai dokumen perencanaan dan kebijakan yang berpotensi memiliki dampak lingkungan, serta harus melibatkan partisipasi m
Peraturan Presiden Nomor 11 Tahun 2015 mengatur tentang organisasi dan tugas Kementerian Dalam Negeri. Kementerian Dalam Negeri bertugas membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan dan terdiri atas Sekretariat Jenderal, 8 Direktorat Jenderal, dan 5 Staf Ahli Bidang. Peraturan ini juga mengatur tugas masing-masing unit organisasi di lingkungan Kementerian Dalam Negeri.
Peraturan Presiden ini mengatur tentang Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) sebagai lembaga pemerintah non-kementerian yang bertugas merencanakan pembangunan nasional jangka panjang, menengah, dan tahunan. BAPPENAS dipimpin oleh Kepala BAPPENAS yang dijabat Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional dan terdiri atas sekretariat utama, 9 deputi bidang, serta inspektorat utama. Peratur
Rangkaian undang-undang ini membahas tentang pembentukan, pengaturan, dan penghapusan kementerian-kementerian negara di Indonesia. Dokumen ini menjelaskan bahwa Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara dalam menjalankan pemerintahan. Kementerian-kementerian dibentuk untuk menangani urusan-urusan tertentu sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945. Dokumen ini juga mengatur proses dan pertimbangan dalam memb
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Perumahan dan Gedung Pemerintah Daerah - Perg...inideedee
Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 139 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Perumahan dan Gedung Pemerintah Daerah
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Perumahan dan Gedung Pemerintah Daerah - Perg...inideedee
Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 258 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Perumahan dan Gedung Pemerintah Daerah
Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Na...Penataan Ruang
Undang-undang ini menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 sebagai pedoman pembangunan nasional selama 20 tahun ke depan untuk mewujudkan tujuan bernegara sesuai UUD 1945. Rencana ini memuat visi, misi, dan program pembangunan nasional secara garis besar yang akan dijabarkan lebih lanjut dalam rencana jangka menengah nasional dan daerah.
Peraturan Presiden ini mengatur tentang pembentukan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi yang bertugas dalam bidang pembangunan desa, pemberdayaan masyarakat desa, percepatan pembangunan daerah tertinggal, dan transmigrasi. Peraturan ini juga mengatur struktur organisasi dan tugas masing-masing unit organisasi di bawah Kementerian tersebut.
Permen PU Nomor 23 Tahun 2010 tentang Perubahan Peraturan Menteri Nomor:02/PR...Penataan Ruang
Permen PU Nomor 23 Tahun 2010 tentang Perubahan Peraturan Menteri Nomor:02/PRT/M/2010 tentang Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2010-2014
Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Na...Penataan Ruang
Undang-undang ini menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJP Nasional) tahun 2005-2025 sebagai pedoman pembangunan nasional selama 20 tahun ke depan, yang akan diimplementasikan melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM Nasional) setiap 5 tahun. RPJP Nasional ini menjabarkan tujuan negara sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 dalam bentuk visi, misi, dan arah
Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum tahun 2010-2014 mengalami perubahan untuk menyesuaikan dengan perubahan lingkungan strategis dan kebijakan pemerintah. Perubahan kedua mencakup penajaman target dan prioritas pembangunan untuk tahun 2013-2014 serta penyesuaian indikator kinerja.
Permen Kemenpera Nomor 12 tahun 2014 (Kemenpera Nomor 12 Tahun 2014 )azhari sofyan
Peraturan Menteri Perumahan Rakyat ini mengatur tentang pedoman penyusunan rencana pembangunan dan pengembangan perumahan serta kawasan permukiman daerah provinsi dan kabupaten/kota. Pedoman ini bertujuan sebagai acuan penyusunan rencana tersebut oleh pemerintah daerah. Rencana ini meliputi kebijakan dan strategi pembangunan perumahan dan permukiman untuk 20 tahun ke depan.
Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang tata cara penyelenggaraan kajian lingkungan hidup strategis untuk memastikan prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dalam penyusunan kebijakan, rencana, dan program pemerintah. Kajian lingkungan hidup strategis wajib dilakukan untuk berbagai dokumen perencanaan dan kebijakan yang berpotensi memiliki dampak lingkungan, serta harus melibatkan partisipasi m
Peraturan Presiden Nomor 11 Tahun 2015 mengatur tentang organisasi dan tugas Kementerian Dalam Negeri. Kementerian Dalam Negeri bertugas membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan dan terdiri atas Sekretariat Jenderal, 8 Direktorat Jenderal, dan 5 Staf Ahli Bidang. Peraturan ini juga mengatur tugas masing-masing unit organisasi di lingkungan Kementerian Dalam Negeri.
Perpres47 2009 tentang pembentukan kementrianRidwan Usman
Dokumen tersebut merupakan Peraturan Presiden tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara yang membentuk 34 kementerian termasuk 3 Kementerian Koordinator dan mengatur tugas, fungsi, dan susunan organisasi masing-masing kementerian.
Peraturan Presiden ini mengatur tentang organisasi dan tugas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang terdiri dari Sekretariat Jenderal, 6 Direktorat Jenderal, Inspektorat Jenderal, dan 2 Badan, serta Staf Ahli Bidang Regulasi Pendidikan dan Kebudayaan.
Dokumen tersebut merupakan Peraturan Presiden tentang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang mengatur tentang kedudukan, tugas, fungsi, dan organisasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Dokumen tersebut mengatur tentang tata cara perencanaan dana transfer khusus untuk pemerintah pusat dan daerah, mencakup penyusunan arah kebijakan, pengusulan kegiatan, penganggaran, pelaporan, dan evaluasi pelaksanaan dana transfer khusus.
Peraturan Presiden ini mengatur tentang kedudukan, tugas, dan fungsi Kementerian Negara serta susunan organisasi, tugas, dan fungsi Eselon I Kementerian Negara. Dokumen ini membahas 16 Kementerian Negara dan tugas masing-masing unit organisasi di tingkat Eselon I.
Dokumen ini membahas rencana induk pelabuhan nasional Indonesia untuk jangka waktu 20 tahun ke depan, mencakup kebijakan pelabuhan nasional, perkiraan lalu lintas barang, lokasi dan pengembangan pelabuhan, serta rencana aksi di bidang pengaturan dan kebijakan. Dokumen ini ditujukan sebagai pedoman dalam pengembangan pelabuhan di Indonesia.
Peraturan Presiden ini membentuk Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) untuk mengembangkan dan merumuskan kebijakan pengadaan barang/jasa pemerintah secara lebih efektif dan efisien serta mengatur struktur organisasi dan tugas LKPP.
Permendikbud no 11 tahun 2015 tentang OTK KemendikbudHadi Wuryanto
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 11 TAHUN 2015
TENTANG
ORGANISASI DAN TATA KERJA
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA,
Pedoman ini memberikan panduan bagi Kementerian/Lembaga dalam menyusun Rencana Strategis untuk periode 2010-2014 sesuai dengan Undang-Undang dan peraturan terkait perencanaan pembangunan nasional. Pedoman ini menjelaskan tata cara dan ruang lingkup penyusunan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga agar konsisten dengan prioritas program Presiden yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional.
Similar to Salinan Perpres Nomor 71 Tahun 2019 (20)
Keputusan Presiden menambah cuti bersama pegawai negeri pada tanggal 28 dan 30 Juni 2023 untuk merayakan Hari Raya Idul Adha 1444 Hijriah. Dengan demikian total cuti bersama tahun 2023 menjadi enam hari.
Sikap Dosen2 UGM tentang Prof Kehormatan_2_Jan_0951 (3).pdfshirizkiku
Dokumen tersebut berisi pernyataan penolakan dari beberapa dosen UGM terhadap usulan pemberian gelar Guru Besar Kehormatan kepada individu di sektor non-akademik. Pernyataan penolakan didasarkan pada alasan bahwa jabatan profesor merupakan jabatan akademik, bukan gelar, dan pemberian gelar kehormatan kepada non-akademik dapat merendahkan martabat keilmuan UGM.
1. PRESIDEN
REPUBLTK INDONESIA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 71 TAHUN 2OI9
TENTANG
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KEMARITIMAN DAN INVESTASI
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang bahwa sebagai tindak lanjut ditetapkannya Keputusan
Presiden Nomor 113/P Tahun 2OI9 tentang
Pembentukan Kementerian Negara dan Pengangkatan
Menteri Negara Kabinet Indonesia Maju Periode Tahun
2OL9-2O24 dan untuk melaksanakan ketentuan Pasal
11 dan Pasal 14 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2OO8
tentang Kementerian Negara, dalam rangka menjaga
keberlangsungan pelaksanaan program dan anggaran
Tahun 2019, perlu menetapkan Peraturan Presiden
tentang Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman
dan Investasi;
Mengingat 1. Pasal 4 ayat (1) dan Pasal 17 Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang
Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2OO8 Nomor 166, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OO8
Nomor a9l6);
3. Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2OL9 tentang
Penataan Trgas dan Fungsi Kementerian Negara
Kabinet lndonesia Maju Periode Tahun 2Ol9-2O24
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OL9
Nomor 2O2l;
SK No 00954E A
4. Peraturan .
SALINAN
2. Menetapkan
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-2-
4. Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2019 tentang
Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2Ol9 Nomor 203);
MEMUTUSKAN
PERATURAN PRESIDEN TENTANG KEMENTERIAN
KOORDINATOR BIDANG KEMARITIMAN DAN
INVESTASI.
BAB I
KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI
Pasal 1
(1) Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan
Investasi berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Presiden.
(21 Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan
Investasi dipimpin oleh Menteri Koordinator.
Pasal 2
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan
Investasi mempunyai tugas menyelenggarakan
koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian urusan
Kementerian dalam penyelenggaraan pemerintahan di
bidang kemaritiman dan investasi.
Pasal 3
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2, Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman dan Investasi menyelenggarakan fungsi:
SK No OO9549 A
a. koordinasi. . .
3. FRESIDEN
REPUELIK INDONESIA
-3-
a. koordinasi dan sinkronisasi perunusan, penetapan,
dan pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga
yang terkait dengan isu di bidang kemaritiman dan
investasi;
b. pengelolaan dan penangangan isu di bidang
kemaritiman dan investasi;
c. koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan
pemberian dukungan administrasi kepada seluruh
unsur organisasi di lingkungan Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi;
d. pengawalan program prioritas nasional dan
kebijakan lain yang telah ditetapkan dalam Sidang
Kabinet;
e. penyelesaian permasalahan yang tidak dapat
diselesaikan atau disepakati antar Kementerian/
Lembaga dan memastikan terlaksananya keputusan
dimaksud;
f. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang
menjadi tanggung jawab Kementerian Koordinator
Bidang Kemaritiman dan Investasi; dan
g. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan
Investasi.
Pasal 4
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan
Investasi mengoordinasikan :
a. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral;
b. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Ralryat;
c. Kementerian Perhubungan;
d. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan;
SK No 009550 A
e. Kementerian. . .
4. trRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-4-
e. Kementerian Kelautan dan Perikanan;
f. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;
g. Badan Koordinasi Penanaman Modal; dan
h. Instansi lain yang dianggap perlu.
BAB II
ORGANISASI
Bagian Kesatu
Susunan Organisasi
Pasal 5
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan
Investasi terdiri atas:
a. Sekretariat Kementerian Koordinator;
b. Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim;
c. Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Alam dan
Jasa;
d. Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur;
e. Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Manusia,
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, dan Budaya
Maritim;
f. Staf Ahli Bidang Hukum LauU
g. Staf Ahli Bidang Sosio-Antropologi Maritim;
h. Staf Ahli Bidang Ekonomi Maritim; dan
i. Staf Ahli Bidang Manajemen Konektivitas.
SK No 009551 A
Bagian
5. PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-5-
Bagian Kedua
Sekretariat Kementerian Koordinator
Pasal 6
(1) Sekretariat Kementerian Koordinator berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri
Koordinator.
(21 Sekretariat Kementerian Koordinator dipimpin oleh
Sekretaris Kementerian Koordinator.
Pasal 7
Sekretariat Kementerian Koordinator mempunyai tugas
menyelenggarakan koordinasi pelaksanaan tugas,
pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi
kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan
Investasi.
Pasal 8
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7, Sekretariat Kementerian Koordinator
menyelenggarakan fungsi:
a. koordinasi kegiatan Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman dan Investasi;
b. koordinasi dan pen)rusunan rencana dan program
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan
Investasi;
c. pembinaan dan pemberian dukungan administrasi
yang meliputi ketatausahaan, kepegawaian,
keuangan, kerumahtanggaan, kerjasama, hubungan
masyarakat, arsip, dan dokumentasi Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi;
SK No 009552 A
d. pembinaan
6. PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-6-
d. pembinaan dan penataan organisasi dan tata
laksana;
e. koordinasi dan penyusunan peraturan perundang-
undangan serta pelaksanaan advokasi hukum;
f. penyelenggaraan pengelolaan barang
milik/kekayaan negara dan layanan pengadaan
barangljasa; dan
g. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri
Koordinator.
Bagian Ketiga
Deputi Koordinasi Bidang Kedaulatan Maritim
Pasal 9
(1) Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Menteri Koordinator.
(21 Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim
dipimpin oleh Deputi.
Pasal 10
Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim
mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi dan
sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan
serta pengendalian pelaksanaan kebijakan
Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di
bidang kedaulatan maritim.
Pasal 1 1
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 11, Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan
Maritim menyelenggarakan fungsi:
SK No 009553 A
a. koordinasi. . .
7. PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-7 -
a. koordinasi dan sinl<ronisasi perumusan, penetapan,
dan pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga
yang terkait dengan isu di bidang kedaulatan
maritim;
b. pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/
Lembaga yang terkait dengan isu di bidang
kedaulatan maritim;
c. koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian
pelaksanaan hukum dan perjanjian maritim;
d. koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan
ketahanan maritim;
e. koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian
pelaksanaan kebijakan pengelolaan wilayah
perbatasan maritim;
f. koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan
dan pelaksanaan kebijakan keamanan dan
keselamatan maritim;
g. koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan
dan pengendalian pelaksanaan kebijakan
pembangunan wilayah maritim;
h. pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan di
bidang kedaulatan maritim; dan
i. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri
Koordinator.
Bagian Keempat
Deputi Bidang Koordinasi Sumber
Daya Alam dan Jasa
Pasal 12
(1) Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Alam dan
Jasa berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Menteri Koordinator.
(2) Deputi...
SK No 009554 A
8. FRESIDEN
REPUBLIK INDONES!A
-8-
(21 Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Alam dan
Jasa dipimpin oleh Deputi.
Pasal 13
Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Alam dan Jasa
mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi dan
sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan
serta pengendalian pelaksanaan kebijakan
Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di
bidang sumber daya alam dan jasa.
Pasal 14
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 13, Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya
Alam dan Jasa menyelenggarakan fungsi:
a. koordinasi dan sinkronisasi perumusan,
penetapan, dan pelaksanaan kebijakan
Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di
bidang sumber daya alam dan jasa;
b. pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/
Lembaga yang terkait dengan isu di bidang sumber
daya;
c. koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan
dan pengendalian pelaksanaan kebijakan
pengelolaan sumber daya hayati;
d. koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan
dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan sumber
daya mineral dan energi;
e. koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan
dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan sumber
daya non konvensional;
f. koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan
dan pengendalian pelaksanaan kebijakan industri
pariwisata;
g.koordinasi...
SK No 009555 A
9. PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-9 -
g. koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan
dan pengendalian pelaksanaan kebijakan
pengelolaan lingkungan dan kebencanaan;
h. pemantallan, analisis, evaluasi, dan pelaporan di
bidang sumber daya alam dan jasa; dan
i. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri
Koordinator.
Bagian Kelima
Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur
Pasal 15
(1) Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri
Koordinator.
(2) Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dipimpin
oleh Deputi.
Pasal 16
Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur mempunyai
tugas menyelenggarakan koordinasi dan sinkronisasi
perumusan, penetapan, dan pelaksanaan serta
pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/
Lembaga yang terkait dengan isu di bidang
infrastruktur.
Pasal 17
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 16, Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur
menyelenggarakan fungsi:
a. koordinasi dan sinkronisasi perumusan,
penetapan, dan pelaksanaan kebijakan
Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di
bidang infrastruktur;
b.pengendalian...
SK No 009556 A
10. trRESIDEN
REPUELIK INDONESIA
-10-
b. fengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/
Lembaga yang terkait dengan isu di bidang
infrastruktur;
c. koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan
dan pengendalian pembangunan infrastruktur
pelayaran, perikanan, dan kelautan;
d. koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan
dan pengendalian pelaksanaan kebijakan
pembangunan infrastruktur konektivitas antar
moda dan pengembangan sistem logistik nasional;
e. koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan
pelaksanaan kebijakan serta pengendalian
pelaksanaan kebijakan pembangunan infrastruktur
pertambangan dan energi;
f. koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan
dan pengendalian pelaksanaan kebijakan industri
transportasi;
g. koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan
pelaksanaan kebijakan pen5rusunan tata ruang
wilayah laut;
h. pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan di
bidang infrastruktur; dan
i. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri
Koordinator.
Bagian Keenam
Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Manusia,
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, dan Budaya Maritim
Pasal 18
(1) Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Manusia,
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, dan Budaya
Maritim berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Menteri Koordinator.
SK No OO9557 A
(2) Deputi...
11. trRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 11-
(21 Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Manusia,
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, dan Budaya
Maritim dipimpin oleh Deputi.
Pasal 19
Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Manusia, Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi, dan Budaya Maritim
mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi dan
sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan
serta pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/
Lembaga yang terkait dengan isu di bidang sumber
daya manusia, ilmu pengetahuan dan teknologi, dan
budaya maritim.
Pasal 20
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 19, Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya
Manusia, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, dan Budaya
Maritim menyelenggarakan fungsi:
a. koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan,
dan pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga
yang terkait dengan isu di bidang sumber daya
manusia, ilmu pengetahuan dan teknologi, dan budaya
maritim;
b. pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/
Lembaga yang terkait dengan isu di bidang sumber
daya manusia, ilmu pengetahuan dan teknologi, dan
budaya maritim;
c. koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan
pendidikan dan pelatihan maritim;
d. koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan serta
pengendalian pendayagunaan ilmu pengetahuan dan
teknologi maritim;
SK No 009558 A
e. koordinasi
12. FRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-12-
e. koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan
pengembangan jejaring inovasi maritim;
f. koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan serta
pengendalian pelaksanaan kebijakan pengembangan
budaya, seni, dan olahraga maritim;
g. koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan serta
pengendalian pelaksanaan kebijakan pengembangan
sistem observasi kelautan, pengelolaan data, dan
informasi maritim;
h. pemantarlan, analisis, evaluasi, dan pelaporan di
bidang sumber daya manusia, ilmu pengetahuan dan
teknologi, dan budaya maritim; dan
i. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri
Koordinator.
Bagian Ketujuh
Inspektorat
Pasal 2 1
(1) Inspektorat berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Menteri Koordinator melalui Sekretaris
Kementerian Koordinator.
(2) Inspektorat dipimpin oleh Inspektur.
Pasal 22
Inspektorat mempunyai tugas menyelenggarakan
pengawasan intern di lingkungan Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi.
Pasal 23
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 22, lnspektorat menyelenggarakan fungsi:
a. penyusunan kebijakan teknis pengawasan intern;
SK No 009559 A
b. pelaksanaan
13. PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 13-
b. pelaksanaan pengawasan intern terhadap kinerja dan
keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantatlan,
dan kegiatan pengawasan lainnya;
c. pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas
penugasan Menteri Koordinator;
d. pen3rusunan laporan hasil pengawasan;
e. pelaksanaan administrasi Inspektorat; dan
f. pelaksanaan fungsi lainnya yang diberikan oleh
Kementerian Koordinator.
Bagian Kedelapan
Staf Ahli
Pasal24
(1) Staf Ahli berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Menteri Koordinator dan secara administratif
dikoordinasikan oleh Sekretaris Kementerian
Koordinator.
(21 Staf Ahli Bidang Hukum Laut mempunyai tugas
memberikan rekomendasi terhadap isu-isu strategis
kepada Menteri Koordinator sesuai keahliannya.
(3) Staf Ahli Bidang Sosio-Antropologi Maritim
mempunyai tugas memberikan rekomendasi terhadap
isu-isu strategis kepada Menteri Koordinator sesuai
keahliannya.
(41 Staf Ahli Bidang Ekonomi Maritim mempunyai tugas
memberikan rekomendasi terhadap isu-isu
strategis kepada Menteri Koordinator sesuai
keahliannya.
(5) Staf Ahli Bidang Manajemen Konektivitas mempunyai
tugas memberikan rekomendasi terhadap isu-isu
strategis kepada Menteri Koordinator sesuai
keahliannya.
Bagian . . .
SK No 009560 A
14. PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-t4-
Bagian Kesembilan
Jabatan Fungsional
Pasal 25
Di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman dan Investasi dapat ditetapkan jabatan
fungsional tertentu sesuai dengan kebutuhan yang
pelaksanaannya dilakukan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
BAB III
TATA KERJA
Pasal 26
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi
dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, harus
menerapkan sistem akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah.
Pasal 27
(1) Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan
Investasi harus men5rusun proses bisnis yang
menggambarkan tata hubungan kerja yang efektif dan
efisien antar unit organisasi di lingkungan
Kementerian Koordinator bidang Kemaritiman dan
Investasi.
(2) Selain proses bisnis yang dimaksud dalam ayat (1),
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan
Investasi juga harus men5rusun proses bisnis antar
Kementerian/Lembaga yang dikoordinasikannya serta
proses bisnis antar KementerianlLembaga yang
terkait.
(3) Proses...
SK No 009561 A
15. FRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 15-
(3) Proses bisnis antar unit organisasi di lingkungan
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan
Investasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dengan Peraturan Menteri Koordinator.
(41 Proses bisnis penanganan isu Kemaritiman dan
Investasi antar Kementerian/Lembaga diatur oleh
Menteri Koordinator.
Pasal 28
(1) Pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi oleh Menteri
Koordinator dilakukan melalui penerapan proses
bisnis yang menggambarkan tata hubungan kerja
yang efektif dan efisien baik antar kementerian yang
dikoordinasikannya maupun dengan kementerian/
lembaga lain yang terkait.
(21 Selain melalui penerapan proses bisnis sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), pelaksanaan koordinasi dan
sinkronisasi dilakukan melalui:
a. rapat koordinasi Menteri Koordinator atau rapat
koordinasi gabungan antar Menteri Koordinator;
b. rapat-rapat kelompok kerja yang dibentuk oleh
Menteri Koordinator sesuai dengan kebutuhan;
c. forum-forum koordinasi yang sudah ada sesuai
dengan peraturan perundang-undangan; dan
d. konsultasi langsung dengan para menteri dan
pimpinan lembaga lain yang terkait.
(3) Dalam rapat koordinasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (21, Menteri Koordinator melakukan koordinasi
dan sinkronisasi terhadap perencanaan, pen5rusunan,
dan pelaksanaan kebijakan dalam lingkup urusan
yang dikoordinasikan oleh Menteri Koordinator.
SK No 00956? A
(4) Menteri . .
16. PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 16-
(4) Menteri Koordinator dapat melibatkan menteri
dan/atau pimpinan lembaga di luar bidang
koordinasinya dalam rapat-rapat koordinasi
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan
Investasi.
(5) Pelaksanaan koordinasi oleh Menteri Koordinator
dilakukan secara berkala dan/atau sewaktu-waktu
sesuai kebutuhan.
(6) Pelaksanaan koordinasi secara berkala sebagaimana
dimaksud pada ayat (5), ditetapkan oleh Menteri
Koordinator.
(71 Dalam hal hasil pelaksanaan koordinasi dan
sinkronisasi perlu ditindaklanjuti, Menteri
Koordinator melaksanakan hasil rapat koordinasi dan
sinkronisasi sesuai bidang tugasnya.
(8) Menteri Koordinator melakukan pemantauan
pelaksanaan tindak lanjut yang dilakukan oleh
Menteri Koordinator sebagaimana dimaksud pada
ayat (71.
(9) Hasil tindak lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat
(7) dilaporkan kepad?. Presiden dan Wakil Presiden
melalui Menteri Koordinator secara berkala atau
sewaktu-waktu sesuai kebutuhan.
Pasal 29
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan
Investasi harus men5rusun analisa jabatan, peta jabatan,
analisa beban kerja, dan uraian tugas terhadap seluruh
jabatan di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman dan Investasi.
SK No 009579 A
Pasal30...
17. PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-17-
Pasal 30
Setiap unsur di lingkungan Kementerian Koordinator
Bidang Kemaritiman dan Investasi dalam melaksanakan
tugas dan fungsi harus menerapkan prinsip koordinasi,
integrasi, dan sinkronisasi baik dalam lingkungan
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan
Investasi sendiri, maupun dalam hubungan antar
kementerian dengan lembaga lain yang terkait.
Pasal 31
Semua unsur di lingkungan Kementerian Koordinator
Bidang Kemaritiman dan Investasi harus menerapkan
sistem pengendalian intern di lingkungan masing-masing
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 32
(1) Setiap pimpinan unit organisasi bertanggung jawab
memimpin dan mengoordinasikan bawahan dan
memberikan pengarahan serta petunjuk bagi
pelaksanaan tugas sesuai dengan uraian tugas yang
telah ditetapkan.
(2) Pengarahan dan petunjuk sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus diikuti dan dipatuhi oleh
bawahan secara bertanggungjawab serta dilaporkan
secara berkala sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 33
Dalam melaksanakan tugas, setiap pimpinan satuan
organisasi harus melakukan pembinaan dan pengawasan
terhadap satuan organisasi di bawahnya.
SK No 009580 A
BAB IV
18. PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-18-
BAB IV
PENDANAAN
Pasal 34
Segala pendanaan yang diperlukan untuk pelaksanaan
tugas dan fungsi Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman dan Investasi dibebankan kepada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara.
BAB V
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 35
Rincian lebih lanjut mengenai tugas, fungsi, susunan
organisasi, dan tata kerja Kementerian Koordinator
Bidang Kemaritiman dan Investasi ditetapkan oleh
Menteri Koordinator setelah mendapat persetujuan dari
Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang aparatur negara.
BAB VI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 36
Pada saat Peraturan Presiden ini mulai berlaku, semua
ketentuan pelaksanaan dari Peraturan Presiden Nomor 10
Tahun 2015 tentang Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Presiden Nomor 48 Tahun 2Ol8 tentang Perubahan Atas
Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2015 tentang
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman masih
tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan/atau
belum diubah atau diganti dengan peraturan baru
berdasarkan Peraturan Presiden ini.
SK No 009581 A
Pasal 37
19. PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-19-
Pasal 37
(1) Dalam rangka menjaga keberlangsungan
pelaksanaan program dan anggaran dalam tahun
anggaran 2019, susunan organisasi Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi yang
disusun berdasarkan Peraturan Presiden ini berlaku
paling lama sampai tanggal 31 Desember 2OI9.
(21 Dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), organisasi Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman dan Investasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 harus dilakukan penataan organisasi
yang disesuaikan dengan strategi Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi dalam
rangka pelaksanaan visi Presiden, yang
penyusunannya disesuaikan dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(3) Penataan organisasi Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman dan Investasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Presiden
atas usul menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang aparatur negara
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 38
Dengan berlakunya Peraturan Presiden ini, maka
ketentuan mengenai Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman dan Investasi sebagaimana diatur dalam
Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2015 tentang
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden
Nomor 48 Tahun 2OL8, dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.
Pasal 39
Peraturan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
SK No 009582 A
Agar
.
20. PRESIDEN
REPUBLIK INDONESTA
-20-
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Presiden ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 24 Oktober 2Ol9
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
JOKO WIDODO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 24 Oktober 2OL9
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
YASONNA H. LAOLY
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2OI9 NOMOR 206
Salinan sesuai dengan aslinya
KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA
INDONESIA
Bidang Hukum dan
g-undangan,
LLI
v
SK No 016060 A
Djaman
*.