SlideShare a Scribd company logo
14
BAB II
LANDASAN TEORITIS
2.1 Teori Produksi
2.1.1 Fungsi Produksi
Produksi berkaitan dengan cara bagaimana sumber daya (masukan)
dipergunakan untuk menghasilkan produk-produk perusahaan (keluaran), namun
konsep produksi dalam industri yang modern, kegiatan produksi lebih ditekankan
kepada menciptakan nilai tambah terhadap suatu barang atau jasa. J. Sudarsono
(1992:9). Begitu pula menurut James L.Pappas (1995:304) bahwa istilah produksi
merujuk pada lebih sekedar transformasi fisik dari sumber daya, tetapi lebih
melibatkan semua kegiatan yang berkaitan dengan penyediaan barang dan jasa,
termasuk struktur organisasi yang dipergunakan untuk memaksimumkan
produktivitas, serta pemerolehan sumber daya modal dan pengggunaan sumber
daya yang efisien.
Dengan demikian produksi dapat dikatakan sebagai suatu kegiatan dalam
penciptaan nilai tambah dari input atau masukan untuk menghasilkan output
berupa barang atau jasa, dengan sasaran menetapkan cara yang optimal dalam
menggabungkan masukan untuk meminimumkan biaya, sehingga perusahaan
tersebut mampu menciptakan kualitas produk yang lebih baik dan efisien yang
lebih tinggi dalam proses produksinya. Secara skematis kegiatan produksi dapat
disajikan pada gambar berikut ini:
15
Gambar 2.1.
Kegiatan Produksi
Sumber: J. Sudarsono,1992:9
Hubungan antara input dengan output yang dihasilkan dapat dicirikan
melalui fungsi produksi, secara sederhana fungsi produksi menyatakan keluaran
maksimum yang dapat dihasilkan dan sejumlah masukan tertentu dengan
teknologi. Hal ini sesuai dengan pendapat beberapa ahli ekonomi mengenai
fungsi produksi.
Richard A. Bilas (1990:114) menjelaskan bahwa “Fungsi produksi adalah
hubungan fisik antara input-input sumberdaya perusahaan dan outputnya yang
berupa barang dan jasa perunit waktu. Fungsi produksi dapat dinyatakan sebagai:
A=f(a,b,c,…).”
James L.Pappas (1995:305) menyatakan bahwa :
“Fungsi produksi adalah sebuah pernyataan deskriptif yang mengkaitkan
masukan dengan keluaran. Fungsi ini menyatakan keluaran maksimum
yang dapat diproduksi dengan sejumlah masukan tertentu atau alternatif
lain, jumlah minimum masukan yang diperlukan untuk memproduksi satu
tingkat keluaran tertentu, fungsi produksi ditetapkan oleh teknologi yang
tersedia”.
Sedangkan menurut Iskandar Putong (2005:203) menjelaskan bahwa :
“Fungsi produksi adalah hubungan teknis yang antara faktor produksi
(input) dengan hasil produksi (output). Secara matematis hubungan teknis
itu dapat ditulis Output = f (TK, M, T, S). Hubungan teknis yang
dimaksud adalah bahwa produksi hanya bisa dilakukan dengan faktor
produksi yang dimaksud. Bila faktor produksi tidak ada maka tidak ada
juga produksi. Produksi yang dihasilkan tanpa penggunaan teknologi,
modal, manusia disebut produksi alami, yaitu produksi yang dilakukan
oleh proses alam, sedangkan produksi yang dilakukan dengan
menggunakan modal, teknologi dan manusia disebut produksi rekayasa”.
Proses
Pengubahan
Pengolahan
Output
Barang atau Jasa
Input
Faktor-Faktor
Produksi
16
Menurut William A.McEarchern (2001: 88) menjelaskan bahwa :
“Fungsi Produksi menunjukkan jumlah maksimum barang atau jasa
tertentu yang dapat diproduksi per periode waktu pada berbagai kombinasi
sumber daya, atas dasar tingkat teknologi tertentu. Fungsi produksi dapat
diungkapkan sebagai suatu persamaan, grafik atau tabel”.
Pendapat tersebut sejalan dengan yang diungkapkan oleh Tati Suhartati
Joesron (2003 : 77) bahwa:
“Fungsi produksi adalah hubungan teknis antara input dengan output.
Hubungan antara jumlah output (Q) dengan sejumlah input yang
digunakan dalam proses produksi (X1,X2,X3, …Xn) secara matematis
dapat ditulis sebagai berikut: Q = f (X1,X2,X3, …Xn).”
Dari pendapat-pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa fungsi
produksi merupakan suatu hubungan antara penggunaan sejumlah input tertentu
untuk memaksimumkan jumlah output yang diharapkan dengan penggunaan
tingkat teknologi tertentu, yang dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan
matematis, grafik, tabel atau skedul.
Secara sederhana persamaan fungsi produksi dapat ditulis seperti
demikian Q = f(K,L), dimana input yang beraneka ragam diwakili oleh modal
sebagai (K) dan tenaga kerja (L), sedangkan Q adalah jumlah output yang
dihasilkan dari fungsi produksi.
Hubungan antar input yang mungkin dapat diungkapkan oleh fungsi
produksi antara lain:
a. Intensitas faktor produksi
Intensitas faktor produksi adalah kata lain dari input mana yang lebih dominan
daripada input lainnya dalam proses produksi, ini berkaitan dengan informasi
17
mengenai proses produksi yang sedang berlangsung dan berkenaan untuk
kebijakan perusahaan atau kebijakan pemerintah.
b. Distribusi pendapatan antar input
Dengan intensitas faktor produksi mengisyaratkan distribusi pendapatannya
juga. Apabila proses produksi lebih bersifat padat modal maka sebagian besar
pendapatan dari perkembangan produksi akan dinikmati oleh pemilik modal
dan sebaliknya bila proses produksi bersifat padat tenaga kerja maka tenaga
kerja akan lebih banyak menikmati perkembangan pendapatan daripada
modal.
c. Subtitusi antar faktor produksi
Subtitusi antar faktor produksi merupakan kesediaan satu produksi untuk
digantikan dengan faktor produksi lainnya.
d. Elastisitas subtitusi
Elastisitas subtitusi menggambarkan seberapa mudah subtitusi antar faktor
produksi dapat dilakukan. Parameter ini sangat penting untuk diketahui karena
belum ada aturan yang jelas, apakah proses produksi yang cenderung padat
modal dapat dilakukan subtitusi antar faktor produksi dengan mudah, atau
sebaliknya justru proses produksi yang bersifat padat tenaga kerja yang lebih
mudah untuk dilakukan subtitusi antar faktor produksi.
Adapun analisis yang dapat dibangun dari hubungan antar input dengan output
antara lain sebagai berikut:
Analisis Marginal Phisical Product (MPP)
18
Marginal phisical product menunjukkan tambahan output sebagai akibat
bertambahnya satu satuan input. Dalam analisis ini akan dijabarkan
berlakunya hukum penambahan hasil yang semakin berkurang (Law of
deminishing return), yakni dengan bertambahnya input yang digunakan maka
marginal physical product suatu input semakin berkurang.. Dengan analisis
marginal physical product dapat menjelaskan tahapan yang ekonomis untuk
berproduksi dan tahapan yang seharusnya dihindari oleh produsen.
Elastisitas Produksi
Elastisitas produksi menggambarkan persentase perubahan output sebagai
akibat persentase perubahan input. Perbandingan elastisitas produksi antar
input akan menjelaskan input mana yang lebih elastis dibandingkan dengan
input lainnya.
Skala Hasil (Return to Scale)
Dalam jangka panjang , semua input menjadi variabel sehingga apabila input
berubah maka output akan ikut berubah pula. Sejauh mana output merespon
perubahan input dijelaskan dalam hasil atas skala (return to scale). Hasil atas
skala ini berhubungan dengan economic of scale, yakni pada increasing return
to scale maka economic to scale positif, sedangkan pada constant rerturn to
scale maka economic of scale sama dengan nol dan pada decreasing return to
scale, perusahaan tidak akan memperoleh economic of scale, bahkan economic
of scale akan negatif karena pertambahan output justru akan meningkatkan
biaya rata-rata dalam jangka panjang.
19
Kombinasi input yang menghasilkan output optimal
Kombinasi input yang harus digunakan dalam proses produksi agar dihasilkan
output optimal biasanya telah tertentu, sehingga kombinasi yang menyimpang
dari kombinasi ideal akan menyebabkan biaya lebih tinggi. Pada kombinasi
input yang menghasilkan output optimal berarti biaya variabel menunjukkan
angka terendah. Analisis ini penting untuk diketahui agar perusahaan
senantiasa dapat mempertahankan proses produksi pada posisi efisien.
2.1.2 Fungsi Produksi Cobb Douglas
Fungsi produksi Cobb Douglas banyak dipakai dalam penelitian, ini
disebabkan karena fungsi produksi ini memiliki kelebihan diantaranya:
penyelesaian fungsi Cobb Douglas relatif lebih mudah dibandingkan dengan
fungsi yang lain yaitu lebih mudah diransfer dalam bentuk linear, hasil pendugaan
garis melalui fungsi produksi cobb douglas akan menghasilkan koefisien regresi
yang sekaligus menunjukkan besaran elastisitas, selanjutnya besarang elastisitas
tersebut dapat menunjukkan besaran return to scale.
Konsep fungsi produksi Cobb Douglas adalah suatu persamaan yang
melibatkan dua atau lebih variabel, yang satu disebut variabel dependent dan yang
lain disebut variabel independent. Hal ini sesuai dengan pendapat Soekartawi
(1990:159) yang menyatakan bahwa:
“Fungsi Cobb Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang
melibatkan dua atau lebih variabel dimana variabel yang satu disebut
variabel dependent, yang dijelaskan (Y), dan yang lain disebut variabel
independent yang menjelaskan (X). Penyelesaian hubungan antara Y dan
X adalah biasanya dengan cara regresi dimana variasi dari Y akan
dipengaruhi oleh variasi dari X”.
20
Dengan menggunakan fungsi produksi Cobb Duglas dapat diketahui
besaran elastisitas skala produksi atau fase produksi dan dapat menganalisa
efisiensinya baik efisiensi fisik, harga maupun efisiensi ekonomis. Secara singkat
dapat dikatakan bahwa fungsi produksi Cobb Douglas dapat digunakan untuk
mengetahui skala produksi dalam proses produksi. Apakah produksi dalam
keadaan Constan Return to Scale (CRTS), Increasing Return To Scale (IRTS)
atau Decreasing Return To Scale (DRTS).
Increasing return to scale (IRTS), merupakan laju kenaikan hasil yang
semakin naik dari sebelumnya disebut efisiensi produksi skala menaik. Constant
return to scale (CRTS), yaitu kenaikan hasil yang sebanding atau tetap sama
dengan hasil yang sebelumnya, maka ini berarti efisiensi skala produksi tetap.
Decreasing Return to Scale (DRTS) merupakan kenaikan hasil produksi yang
menurun atau disebut skala produksi menurun.
Model matematis umum fungsi produksi Cobb Douglas dapat ditulis
sebagai berikut:
Q = βα
KAL
Keterangan :
Q = output produksi
A = intersep atau parameter efisiensi
K = input modal
L = input tenaga kerja
α = elastisitas input produksi tenaga kerja
β = elastisitas input produksi modal
21
Cara memperoleh fungsi produksi Cobb douglas dapat diperoleh dengan
membuat linear persamaan, sehingga menjadi : Ln Q = Ln A + αLnK + βLnL + ε,
dengan meregres persamaan fungsi produksi Cobb Douglas tersebut maka secara
mudah akan diperoleh parameter efisiensi (A) dan elastisitas inputnya.
Fungsi Cobb Douglas dapat dinyatakan dalam hubungan Y dan X
persamaannya sebagai berikut:
Y = f(X1,X2,X3,…Xn)
Keterangan :
Y = jumlah produksi yang dihasilkan
Xi= faktor produksi yang digunakan (i = 1,2,3,…n)
Dari fungsi produksi Cobb Douglas dapat dilihat hasil berdasarkan skala,
jika perusahaan menambah input dua kali lebih banyak maka output yang
dihasilkan lebih dari dua kali sehingga berlaku increasing return to scale (IRTS),
yang artinya setiap penambahan faktor produksi secara bersama-sama akan
memberikan tambahan kepada produksi. Apabila keadaaan output meningkat
dengan proporsi lebih kecil maka berlaku decreasing return to scale (DRTS),
yang artinya setiap penambahan faktor produksi secara bersama-sama justru akan
menurunkan produksi, sedangkan jika output meningkat dengan proporsi yang
sama dengan input maka berlaku constant return to scale (CRTS), yang artinya
tambahan ke atas faktor-faktor produksi tidak memberikan dampak naik atau
turun terhadap produksi melainkan tetap.
22
2.1.3 Fungsi Produksi Menggunakan Satu Input Variabel
Dalam produksi jangka pendek mengacu pada periode waktu produksi
dimana terdapat satu atau lebih input yang bersifat tetap, apabila input modal (K)
dianggap konstan dalam jangka pendek maka fungsi produksinya menjadi:
Q = f (L)
Dimana
Q = output (fungsi dari perubahan L dan pemakaian K tetap)
L = tenaga kerja (input variabel)
Dari fungsi produksi dengan satu input variabel di atas, maka kita dapat
melakukan analisis produk total (TP) atau output (Q), Average Physical Product
of Labor (APL) dan Marginal Physical Product of Labor (MPL) .
Adapun Average Physical Product of labor (APL) atau produk rata-rata
dari tenaga kerja dimana secara matematis bersarnya APL ini merupakan hasil
dari produk total (output) dibagi dengan banyaknya penggunaan tenaga kerja
(APL = Q/L) sedangkan Marginal Physical Product of Labor (MPL) atau produk
marjinal dari tenaga kerja ditentukan oleh perubahan total produk (TP) per unit
perubahan jumlah tenaga kerja yang digunakan. (MPL = dQ/dL), Tati Suhartati
(2003 : 78). Perubahan output karena perubahan input L umumnya menunjukkan
produk marjinal dengan pola menaik lalu menurun atau dikenal sebagai hukum
hasil marginal yang menurun (law of deminishing marginal return). William
A.McEarchern (2001:69) menyatakan bahwa law of deminishing marginal return
terjadi bila tambahan jumlah sumber daya variabel digabungkan dengan sejumlah
tertentu sumber daya tetap, maka akan tercapai titik yang menunjukkan bahwa
23
tambahan unit sumber daya variabel menghasilkan produk marjinal yang semakin
kecil.
Hubungan antara produk total (Q), produk rata–rata dari tenaga kerja
(APL) dan produk marjinal dari tenaga kerja (MPL) dapat dilihat dari gambar
fungsi produksi.
Gambar 2.2.
Fungsi Produksi Satu Input Variabel
Sumber : Salvatore dalam buku (Tati Suhartati Joesron, 2003:80)
Melalui gambar di atas kita dapat membuat kesimpulan berkaitan dengan
produksi jangka pendek antara lain:
a. Tahapan pertama dimulai dari tenaga kerja (L) = 0 sampai MPL = APL, atau
dari L = 0 sampai APL maksimum. Keadaan ini menunjukkan nilai elastisitas
produksi > 1 (elastis). Pada tahap I ini produksi total mengalami pertambahan
yang semakin cepat, dan juga mempunyai ciri APL menaik pula, sehingga
produk total harus menaik (output per unit semakin naik).
Ep=1 MPL
APL
Ep >1 Ep < 1
TP
L
Q
I IIIII
24
b. Tahapan kedua dimulai dari MPL = APL atau APL maksimum sampai dengan
MPL = 0, keadaan ini menunjukkan nilai elastisitas produksi <1 (inelastis),
Namun pada saat MPL = APL maka elastisitas produksi = 1, dimana pada
tahapan MPL = APL inilah yang merupakan tahapan yang ideal bagi
perusahaan untuk berproduksi. Sedangkan pada saat APL maksimum sampai
pada saat MPL = 0, pada kondisi ini merupakan tahapan yang rasional untuk
berproduksi.
c. Tahapan ketiga dimulai dari MPL = 0 atau MPL negatif. Keadaan ini
menunjukkan elastisitas produksi negatif, pada tahap ini tidak menguntungkan
lagi bagi produsen karena dengan bertambahnya penggunaan jumlah tenaga
kerja (L) dalam proses produksi justru akan menurunkan output dapat dilihat
kurva produksi total (TP) yang semakin menurun, dalam tahap ini akan terjadi
kecenderungan pengangguran tersembunyi.
d. Adapun terjadinya hukum pertambahan hasil yang semakin berkurang (the law
of deminishing return) dimulai dari MPL maksimum. Pada kondisi ini,
bertambahnya tenaga kerja tidak menaikkan produktivitas marjinal karena
tenaga kerja yang dipakai “terlalu banyak’ sehingga mereka akan bekerja
“berebut” dan produksi marjinal justru akan turun, kemudian menjadi nol dan
akhirnya negatif. Salvatore (dalam Tati Suhartati Joesron ,2003:81)
2.1.4 Produksi Menggunakan Dua Input Variabel
Sebuah perusahaan yang akan melakukan proses produksi dapat mengubah
output yang dihasilkan dengan mengubah-ubah input produksi yang
dipergunakannya dalam jangka waktu tertentu. Output dapat diubah juga dengan
25
mengubah-ubah kuantitas dari salah satu sumberdaya yang dipergunakan dan
mempertahankan sumberdaya lainnya (tetap). Jika suatu proses produksi
menggunakan lebih dari satu input variabel, maka diperlukan suatu alat untuk
menemukan kombinasi yang secara ekonomis paling efisien dalam penggunaan
input untuk tingkat output tertentu. Dalam hal ini dapat digunakan kurva isoquant
(kurva produksi sama) dan garis isocost (garis biaya sama)
A. Kurva Isoquant
Dalam menunjukkan antara gabungan berbagai input untuk menghasilkan
output dengan jumlah yang sama dapat dilihat pada kurva isoquant, hal ini
sejalan dengan berbagai pendapat yang dikemukakan oleh para ahli:
Menurut William A. McEachern (2001:89), bahwa isoquant diartikan
sebagai “kurva yang menunjukkan kombinasi efisien secara teknologi dari dua
sumber daya, seperti tenaga kerja dan kapital, yang menghasilkan tingkat output
tertentu”.
Kurva isoquant menurut Richard A. Billas (1990:115) adalah “kurva yang
menunjukkan kombinasi yang berbeda-beda dari sumberdaya yang dapat
dipergunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan produk yang sama
jumlahnya”.
Definisi di atas sejalan dengan definisi Kurva isoquant menurut Tati
Suhartati Joesron (2003:83) adalah “kurva yang menunjukkan kombinasi input
yang dipakai dalam proses produksi, yang menghasilkan output tertentu dalam
jumlah yang sama “.
26
Untuk lebih jelasnya kurva isoquant dapat dilihat melalui gambar berikut
ini:
Gambar 2.3.
Kurva Isoquant
Sumber : Tati Suhartati Joesron, 2003:83
Dari gambar di atas menjelaskan bahwa kurva isoquant memiliki ciri-ciri
yaitu, turun dari kiri atas ke kanan bawah, sehingga mempunyai slope negatif,
cembung ke arah titik origin, isoquant tidak saling berpotongan, isoquant yang
semakin jauh dari titik origin mencerminkan tingkat output yang semakin tinggi,
artinya perubahan produksi digambarkan dengan pergeseran isoquant. Adapun
titik T menggambarkan penggunaan input yang demikian banyak sehingga
menciptakan output yang tak terhingga.
Slope isoquant dikenal sebagai Marginal Rate Technical Subtitution
(MRTS) yang menunjukkan cara teknis berapa K (modal) dan L (tenaga kerja)
dapat saling diubah untuk menghasilkan output yang sama. Dengan demikian
MRTS dapat dituliskan sebagai berikut:
1;. K
K
Q
L
Q
L
K
MRTS ∆
∆
∆
∆
∆
∆
∆
= > 32 KK ∆>∆
MRTS =
MPK
MPL
L1 L2
K2
K1
L (tenaga kerja)
K (modal)
T
27
Dimana:
K = modal
L = tenaga kerja
MP = produk marjinal
MRTS = tingkat subtitusi teknik marjinal
B. Kurva Isocost
Jika perusahaan berencana untuk menghemat dan memaksimumkan
keuntungan, perusahaan harus meminimumkan ongkos produksi. Untuk membuat
analisa mengenai peminimuman ongkos produksi perlulah dibuat garis ongkos
sama (Isocost Line). Menurut Sadono Sukirno (2003:199) garis isocost adalah
“Garis yang menggambarkan gabungan faktor-faktor produksi yang dapat
diperoleh dengan menggunakan sejumlah pengeluaran tertentu”. Sedangkan
pendapat dari Paul A McEachern (2003.92) menjelaskan definisi garis isocost
menunjukkan semua kombinasi kapital dan tenaga kerja (sebagai input) yang
dapat digunakan perusahaan pada tingkat biaya total tertentu.
Adapun pendapat mengenai Isocost dikemukakan juga oleh Tati Suhartati
Joesron (2003:87) sebagai kurva yang menunjukkan berbagai kombinasi antara
dua input yang berbeda yang dapat dibeli oleh produsen pada tingkat biaya yang
sama. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari gambar 2.4 tentang kurva isocost di
bawah ini:
28
Gambar 2.4.
Kurva Isocost
Sumber : Tati Suhartati Joesron (2003:87)
C. Hubungan antara Kurva Isoquant dan Isocost
Dengan menggunakan pendekatan kurva isoquant (kurva yang
menggambarkan produksi yang sama) dan garis isocost (garis yang
menggambarkan anggaran yang sama), dapat diketahui suatu kondisi yang
merupakan pilihan produsen, yaitu suatu kondisi optimum dari produksi atau
dinamakan juga dengan keseimbangan produsen. Menurut William Mc. Earchern
(2001:93), “kurva keseimbangan produsen merupakan kurva yang menunjukkan
titik persinggungan antara garis isocost dan isoquant, menunjukkan biaya
minimum yang diperlukan perusahaan untuk berproduksi pada tingkat output
yang telah ditetapkan”. Sedangkan menurut Iskandar Putong (2005:214) kurva
keseimbangan produsen diartikan sebagai persinggungan antar slope dari Isoquant
dan Isocost, itulah tempat di mana produksi dan biaya yang paling optimum.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan kalau keseimbangan produsen
yaitu pada saat produsen berada pada keseimbangan bila memaksimumkan
outputnya dengan pengeluaran total tertentu atau dengan mengeluarkan biaya
L! L2
K2
K1
Isocost
L
K
29
yang minimum untuk menghasilkan output tertentu. Dalam hal ini, perusahaan
dapat meminimumkan biaya produksi untuk menghasilkan sejumlah output
tertentu dengan memilih kombinasi input dimana slope dari isoquant sama dengan
slope isocost.
Gambar 2.5.
Keseimbangan Produsen
Sumber : Iskandar Putong (2005:213)
Kondisi keseimbangan produsen pada kombinasi dua faktor produksi yaitu
modal (M) dan tenaga kerja (TK) pada gambar di atas terjadi pada titik x, dimana
slope isoquant adalah
MPM
MPL
=MRTS, bersinggungan dengan slope isocost
adalah
PM
PL
. Pada titik X ini merupakan kondisi di mana total biaya yang ada pas
untuk mendanai faktor produksi untuk menghasilkan barang sebanyak Q, yang
merupakan titik optimum dari produksi. disebut juga sebagai Least Combinasi
Production (LCC).
Persamaan keseimbangan produsen adalah sebagai berikut:
PM
PL
MPM
MPL
= ↔ MRTS =
PM
PL
↔
PM
MPM
PL
MPL
=
TK
M
x
zy
Least Cost Combination
Isoquant
Isocost
30
Sedangkan pada titik y, total biaya yang disediakan lebih kecil dari
kebutuhan untuk mendanai faktor produksi. Adapun di titik z, membutuhkan dana
yang lebih besar untuk menggunakan faktor produksi tersebut, padahal jumlah
produksi yang dihasilkan di titik X maupun Z sama saja. Jadi selain di titik X
slope kedua fungsi tersebut tidak sama sehingga total biaya yang digunakan untuk
mendanai produksi dengan menggunakan dua faktor produksi sesuai dengan
peruntukan, tidak mencapai kondisi optimum.
Titik keseimbangan merupakan titik yang terbaik bagi produsen atau titik
pada tingkat produksi yang memberikan keuntungan yang paling besar dengan
biaya yang paling kecil. Maksudnya keuntungan dalam penggunaan kombinasi
dari kedua faktor produksi tersebut. Dalam keadaan ini produsen tidak ada
dorongan untuk merubah posisi produksinya maupun penggunaan kombinasi
faktor-faktor produksi tersebut. Maka titik “X” ini disebut titik keseimbangan
produksen atau “Equilibrium Producen” atau “Least Cost Combination” (LCC).
Pada konsep keseimbangan produsen dapat dikembangkan suatu konsep
yang berlaku umum. Jika suatu fungsi produksi menggunakan n input misal X1,
X2, …Xn serta harga dari masing-masing input misal PX1, PX2, …PXn, maka
keseimbangan produsen yang meminimumkan biaya produksi total produksi
tercapai jika memenuhi kondisi sebagai berikut:
1. Kombinasi penggunaan input optimum:
MPX1 / PX1 = MPX2 / PX2 =….= MPXn /PXn
2. Biaya total produksi minimum:
C = Px1X1 + Px2X2 +… PxnXn
31
Apabila kondisi keseimbangan produsen yang menggunakan n jenis input
tidak tercapai maka perusahaan harus memperhatikan jenis input mana yang harus
dikurangi agar meningkatkan nilai produk marjinal dari input, serta jenis input apa
yang harus ditambah agar menurunkan nilai produk marjinal dari input tersebut.
2.2 Efisiensi Usaha
Dalam setiap kegiatan produksi, untuk memperoleh produksi yang
maksimal perlu upaya-upaya penggunaan faktor produksi yang efisien. Semakin
efisien penggunaan faktor produksi, maka akan semakin banyak hasil produksi
sampai mencapai tingkat maksimal. Namun masalah pokok dalam ekonomi
adalah adanya kelangkaan (scarcity), karena sumberdaya yang tersedia bagi
masyarakat terbatas, sedangkan keinginan masyarakat relatif tidak terbatas.
Begitupun permasalahan dalam masyarakat, sumber daya secara keseluruhan
(tenaga kerja, modal dan sumberdaya alam) terbatas jumlahnya jika dibandingkan
dengan keinginan masyarakat pada umumnya.
Mengingat faktor produksi atau sumberdaya yang lebih sedikit bila
dibandingkan dengan keinginan masyarakat, maka berbagai usaha dilakukan
untuk dapat mengoptimalkan penggunaan faktor-faktor produksi yang langka
tersebut. Usaha yang dilakukan yaitu melalui penggunaan sumberdaya yang
langka secara optimal, dengan penggunaan sumberdaya yang efisien. Untuk itu
produsen (pengusaha industri pakaian jadi) berusaha menghindari adanya
pemborosan atau inefisiensi. Maka untuk menghasilkan produksi atau output tentu
saja diperlukan pemasukan atau input.
32
Besar kecilnya input yang diperlukan untuk menghasilkan produk tertentu
akan menentukan keadaan efisiensi proses produksi. Tentunya ini mengandung
maksud dengan pendayagunaan faktor-faktor produksi dengan biaya minimal
untuk dapat menghasilkan produksi pakaian jadi yang baik kualitas dan
kuantitasnya. Maka efisiensi mengandung pengertian penghematan terhadap biaya
sumber-sumber daya yang digunakan dalam suatu aktivitas. Jadi efisiensi usaha
terkait dengan adanya biaya produksi dengan nilai keuntungan yang dicapai dari
penggunaan faktor produksi atau input tertentu.
Didalam teori Ekonomi Mikro, pengertian efisiensi ini digolongkan
menjadi tiga macam, yaitu efisiensi teknik, efisiensi harga dan efisiensi ekonomi.
Soekartawi (1990:49) menjelaskan bahwa:
“Suatu penggunaan faktor produksi dikatakan efisien secara teknik (efisiensi
teknik) kalau faktor produksi yang dipakai menghasilkan produk maksimum.
Dikatakan efisiensi harga atau efisiensi alokatif kalau nilai dari produk marjinal
sama dengan harga faktor produksi yang bersangkutan dan dikatakan efisien
ekonomis kalau usaha tersebut mencapai efisiensi teknik sekaligus juga efisiensi
harga”.
Dalam proses produksi, efisiensi dapat diketahui dengan elastisitas
produksinya. Menurut Mubyarto (1989:68) elastisitas produksi adalah persentase
hasil produksi total dibagi dengan persentase perubahan faktor produksinya,
sehingga dapat dituliskan sebagai berikut:
Y
X
x
dX
dY
atau
XdX
YdY
Ep
/
/
= atau
AP
MP
Dimana :
Ep adalah elastisitas produksi
Y adalah hasil produksi (output)
33
X adalah faktor produksi
dX
dY
= MP (produk marjinal) dan
Y
X
= AP (produk rata-rata)
Tingkat efisiensi teknis dalam penggunaan faktor produksi terpenuhi pada
saat Ep = 1 atau MP = AP, karena produksi dianggap sudah mapan, karena bila
dengan tambahan 1 faktor input hanya akan memberikan tambahan 1 produk
dalam produksi. Selanjutnya apabila Ep > 1 atau pada saat MP > AP, pengusaha
memiliki kesempatan untuk mengatur kembali kombinasi penggunaan faktor-
faktor produksi agar dapat menghasilkan produk total yang lebih besar, karena
untuk setiap penambahan 1 faktor input akan memberikan tambahan lebih dari 1
jumlah produksi. Sedangkan pada saat Ep < 1 atau MP < AP maka untuk
penambahan 1 faktor input justru akan menambah produksi kurang dari 1. Artinya
pada kondisi Ep < 1 input yang digunakan lebih banyak daripada yang dibutuhkan
untuk menjalankan usaha.
Elastisitas produksi (Ep) dalam fungsi produksi Cobb Douglas ditunjukkan
oleh besaran koefisien pangkat (bi) dan dapat menggambarkan fase kenaikan
hasil produksi return to scale dari suatu usaha apakah increasing return to scale,
constant return to scale atau decreasing return to scale. Tiga kemungkinan return
to scale dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Decreasing return to scale, bila Σ bi < 1, pada kondisi ini proporsi
penambahan masukan produksi melebihi proporsi penambahan produksi.
2. Constant return to scale, bila Σ bi = 1, pada kondisi ini penambahan input
produksi akan proporsional dengan penambahan produksi.
34
3. Increasing return to scale, bila Σ bi > 1, pada kondisi ini proposrsi
penambahan input produksi akan menghasilkan tambahan produksi yang
proporsinya lebih besar.
Jika dalam efisiensi teknis dimasukkan unsur harga maka model
analisinya akan berubah menjadi efisiensi harga atau efisiensi alokatif. Menurut
Soekartawi (1990:48), nilai efisiensi harga dapat diketahui jika nilai dari produk
marjinal (NPM) sama dengan harga faktor produksi (Px) yang bersangkutan
(NPM = Px = 1) dengan syarat:
• Jika NPM/Px = 1, berarti penggunaan input mencapai titik optimum.
• Jika NPM/Px > 1, berarti penggunaan input belum mencapai titik optimum
sehingga penggunaan input perlu ditambah.
• Jika NPM/Px < 1, berarti penggunaan input telah melewati titik optimum
sehingga penggunaan input harus dikurangi.
Melalui penggabungan antara efisiensi teknis dan efisiensi harga maka
dapat diketahui efisiensi ekonominya. Soekartawi (1990:48) menyatakan bahwa “
efisiensi ekonomi merupakan perkalian antara efisiensi harga dan efisiensi
teknis”.
Efiensi teknis merupakan besaran yang menunjukkan perbandingan antara
produksi yang sebenarnya dengan produksi maksimal dan efisiensi harga adalah
besaran yang menunjukkan perbandingan antara keuntungan yang sebenarnya
dengan keuntungan maksimal.
35
Berikut ini persamaan efisiensi ekonomi:
Hrxn
HryHsPPxn
Hrx
HryHsPPx
Hrx
HryHsPPx
Hrx
HryHsPPx
==== ...
3
3
2
2
1
1
dimana:
Hry = harga output produksi
1HsPPx … HsPPxn = tambahan hasil fisik dari X1…Xn
1Hrx … Hrxn = harga faktor produksi dari X1…Xn
Rumus tersebut dapat disederhanakan menjadi:
1....
2
2
1
1
====
n
n
Px
MVPx
Px
MVPx
Px
MVPx
keterangan:
MVP = nilai produk marjinal
P = harga faktor produksi
X1…Xn = faktor produksi
Tingkat efisiensi ekonomis pengunaan faktor produksi dicapai pada saat
1MVPx = 1Px , yaitu pada saat Marjinal Value Product dari X (MVPx) sama
dengan harga dari faktor X (Px) atau dapat pula dirumuskan MVPXi/Pxi=1.
2.3 Skala Hasil Produksi
Skala hasil produksi dapat dilihat melalui :
2.3.1 Elastisitas Produksi
Skala hasil melakui elastisitas produksi ditunjukan melalui besaran (Ep),
adapun kondisi skala hasilnya adalah :
36
• Ep < 1, jika elastisitas produksi kurang dari satu maka terjadi kondisi
decreasing return to scale artinya input yang digunakan lebih banyak daripada
yang dibutuhkan.
• Ep = 1, jika elastisitas produksi sama dengan satu maka terjadi kondisi
constant return to scale artinya produksi dianggap sudah mapan karena
penambahan input proporsional dengan penambahan produksi.
• Ep > 1, jika elastisitas produksi kurang dari satu maka terjadi kondisi
increasing return to scale artinya pada keadaan ini pengusaha memiliki
kesempatan untuk mengatur kembali penggunaan faktor-faktor produksi agar
menghasilkan produk total yang lebih besar.
2.3.2 Koefisien pangkat (bi) dalam fungsi produksi Cobb Douglas
Skala Hasil dalam fungsi produksi Cobb Douglas ditunjukkan oleh
besaran koefisien pangkat (bi) dan dapat menggambarkan fase kenaikan hasil
produksi return to scale dari suatu usaha apakah increasing return to scale,
constant return to scale atau decreasing return to scale. Tiga kemungkinan return
to scale dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Decreasing return to scale, bila Σ bi < 1, pada kondisi ini proporsi
penambahan masukan produksi melebihi proporsi penambahan produksi.
2. Constant return to scale, bila Σ bi = 1, pada kondisi ini penambahan input
produksi akan proporsional dengan penambahan produksi.
3. Increasing return to scale, bila Σ bi > 1, pada kondisi ini proporsi
penambahan input produksi akan menghasilkan tambahan produksi yang
proporsinya lebih besar.
37
2.4 Fungsi Produksi Industri Pakaian Jadi
Dalam usaha industri pakaian jadi, terjadi proses aktifitas langsung dari
sumber daya atau faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan output
(hasil produksi). Hasil yang akan diterima oleh perusahaan dinamakan pendapatan
dan biaya yang dikeluarkannya disebut biaya produksi. Oleh karena itu dalam
kegiatan produksi usaha industri pakaian jadi terdapat hubungan antara input dan
output yang dihasilkan, maka secara matematis ditunjukkan dengan sebuah fungsi
produksi sebagai berikut:
Q = ubbbb
eXXXXA ..... 4
4
3
3
2
2
1
1
Dimana
Q = Output Pakaian Jadi
A = Parameter efisiensi/koefisien teknologi
bi = Elastisitas faktor produksi
X1 = Bahan baku
X2 = Bahan Bakar Solar
X3 = Listrik
X4 = Tenaga Kerja
u = error/kesalahan
Fungsi produksi Cobb Douglas dapat diperoleh dengan membuat linear
persamaan menjadi:
Ln Q = u
eXbXbXbXLnbA +++++ 4321 ln4ln3ln2.1ln
38
2.4.1 Faktor–Faktor Produksi Industri Pakaian Jadi
Di dalam kegiatan usaha industri pakaian jadi, produsen selalu berusaha
untuk memadukan faktor produksi (input) agar mencapai kondisi yang optimum.
Hal ini berkaitan dengan tindakan dalam pengambilan keputusan untuk
menentukan berapa besar produksi yang diharapkan serta dalam kondisi yang
bagaimana faktor-faktor produksi yang digunakan. Berikut ini faktor produksi
yang digunakan pada industri pakaian jadi meliputi bahan baku, bahan bakar
solar, listrik, tenaga kerja. Jadi model fungsi produksi industri pakaian jadi adalah
sebagai berikut:
Y = f (bahan baku, bahan bakar solar, listrik, tenaga kerja)
Untuk memperjelas faktor-faktor produksi industri pakaian jadi (bahan
baku, bahan bakar solar, listrik dan tenaga kerja) akan diuraikan sebagai berikut:
1. Faktor Produksi Bahan Baku
Bahan baku dalam suatu industri merupakan bahan dasar yang digunakan
dalam proses produksi, keberadaan bahan baku ini sangat mempengaruhi
kelangsungan produksi. Karena bahan baku merupakan salah satu unsur yang
paling aktif dalam aktifitas produksi yang merupakan mata rantai dalam proses
produksi. Bahan baku adalah bahan utama atau bahan dasar dalam rangka
membuat suatu produk. Biasanya sumber bahan baku diperoleh dari alam secara
langsung. Tetapi pengertian bahan baku disini ditekankan pada bahan yang secara
fisik langsung berhubungan dengan produksi.
Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Kwik Kian Gie (1995:24)
menyatakan bahwa : “tidak tersedianya bahan baku bagi industri, akan
39
menyebabkan terhentinya proses produksi dari industri tersebut. Dengan kata lain
bahan baku merupakan suatu keharusan dalam setiap proses produksi yang
menentukan kelangsungan hidup industri tersebut”.
2. Faktor Produksi Bahan Bakar Solar
Kwik Kian Gie (1995:25) menyatakan : “bahwa bahan bakar merupakan
sarana bahan pelengkap yang tidak bisa ditinggalkan”. Pemakaian Bahan bakar
solar pada sebuah industri pakaian jadi dapat digunakan untuk membangkitkan
mesin diesel generator listrik buatan. Ini berfungsi sebagai cadangan apabila lisrik
dari pusat mati atau terdapat gangguan. Namun dapat pula digunakan secara
bersamaan dalam membantu kelancaran produksi agar lebih efisien.
Bahan bakar solar menjadi alternatif yang banyak dipilih dan digunakan
untuk industri karena notabene harganya yang relatif lebih murah dibandingkan
dengan harga BBM yang lain (harian Kompas, 22 November 2001).
3. Faktor Produksi Listrik
Listrik merupakan salah satu bentuk energi yang sangat diperlukan untuk
menunjang kelancaran dalam kegiatan proses produksi dalam sebuah dunia usaha.
Namun keberadaan energi listrik ini sangat terbatas, karena hampir semua sektor
menggunakan listrik sehingga mempengaruhi penyediaan produksi listrik bagi
industri. Seperti yang diungkapkan oleh Musselman dan Jackson (1993: 259)
bahwa :
“Produksi sumber daya energi adalah sangat penting baik untuk pertanian
maupun pabrikase, tidak dapat diselenggarakan tanpa energi. Seperti komoditi
lainnya energi harus diproduksi, didistribusikan dan dikelola. Dan seperti
komoditi lainnya energi biasanya tidak tersedia dalam jumlah yang tepat, pada
waktu dan dimana energi itu dibutuhkan”.
40
Jadi jelas bahwa peranan listrik sangat penting bagi kelangsungan
produksi dalam sebuah industri, penggunaan listrik pada industri pakaian jadi
digunakan untuk membangkitkan mesin-mesin produksi. Dengan adanya
keterhambatan dalam penyediaan listrik bagi industri, akan berakibat buruk bagi
keberlangsungan kegiatan proses produksi bagi industri.
4. Faktor Produksi Tenaga Kerja
Faktor produksi tenaga kerja merupakan unsur yang penting dalam
kegiatan memproduksi, karena salah satu kunci keberhasilan usaha bergantung
pada faktor sumber daya manusia disamping faktor sumber daya alam. Dengan
adanya sumber daya manusia yang handal sebagai tenaga kerja dapat
memperbaiki produktivitas total faktor produksi dalam suatu kegiatan produksi
sehingga tujuan usaha bisa tercapai.
Dalam ilmu ekonomi, tenaga kerja sering diartikan sebagai upaya manusia
untuk melakukan usaha atau kegiatan. Di dalam usaha industri pakaian jadi tenaga
kerja diperlukan untuk menyelesaikan berbagai macam kegiatan produksi dalam
rangka menghasilkan barang-barang yang berasal dari bahan mentah.
Tenaga kerja dibagi menjadi dua yaitu tenaga kerja langsung atau disebut
tenaga kerja produksi merupakan tenaga kerja yang langsung ditempatkan dan
didayagunakan dalam menangani kegiatan-kegiatan proses produksi dan tenaga
kerja tidak langsung meliputi tenaga kerja yang tidak langsung diterjunkan dalam
kegiatan produksi. Adapun pembayaran kepada tenaga kerja dapat berupa gaji
maupun upah.
41
Tenaga kerja dalam bidang industri pakaian jadi merupakan faktor
produksi yang meliputi teknik produksi atau teknologi yang didalamnya termasuk
organisasi manajemen. Faktor produksi tenaga kerja ini yang memegang jalannya
proses produksi, jadi sangat jelas sekali bahwa tenaga kerja merupakan unsur
yang penting dalam kegiatan produksi, Sebagaimana pendapat Mubyarto
(1989:33) bahwa ‘ Tenaga kerja mempunyai peranan dalam melakukan proses
produksi”.
Atas dasar pendapat tersebut, dapat diartikan bahwa maju mundurnya
suatu proses produksi (usaha industri pakaian jadi) banyak tergantung pada tenaga
kerja. Dengan kata lain jumlah output yang dihasilkan dari proses produksi
ditentukan oleh tenaga kerja. Faktor produksi tenaga kerja terdiri dari dua unsur
yaitu kualitas dan kuantitas. Jumlah tenaga kerja yang diperlukan dapat dipenuhi
oleh tenaga kerja keluarga yang tersedia maupun dari luar keluarga. Sedangkan
kualitas yang mencerminkan produktivitas tenaga kerja tergantung dari
keterampilan, kondisi fisik, pengalaman dan latihan.
Didalam setiap usaha industri pakaian jadi yang akan dilaksanakan pasti
memerlukan tenaga kerja. Faktor produksi tenaga kerja merupakan faktor
produksi yang penting dan perlu diperhitungkan dalam proses produksi. Skala
usaha akan mempengaruhi besar kecinya jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan
dan menentukan macam tenaga kerja yang diperlukan dengan catatan bahwa
usaha industri pakaian jadi tersebut tidak mengunakan teknologi yang lebih maju.

More Related Content

What's hot

materi ekonomi Elastisitas
materi ekonomi Elastisitasmateri ekonomi Elastisitas
materi ekonomi Elastisitas
Dek Pande
 
Ekonomika Mikro - Teori Perilaku Produsen
Ekonomika Mikro - Teori Perilaku ProdusenEkonomika Mikro - Teori Perilaku Produsen
Ekonomika Mikro - Teori Perilaku Produsen
Nur Widayati
 
Laporan penelitian faktor faktor yang mempengaruhi minat wisatawan berkunjung...
Laporan penelitian faktor faktor yang mempengaruhi minat wisatawan berkunjung...Laporan penelitian faktor faktor yang mempengaruhi minat wisatawan berkunjung...
Laporan penelitian faktor faktor yang mempengaruhi minat wisatawan berkunjung...
anwani9
 
struktur pasar persaingan sempurna monopoli monopolistik
struktur pasar persaingan sempurna monopoli monopolistikstruktur pasar persaingan sempurna monopoli monopolistik
struktur pasar persaingan sempurna monopoli monopolistik
mas karebet
 
Mikroekonomi bab 3 perilaku konsumen
Mikroekonomi bab 3 perilaku konsumenMikroekonomi bab 3 perilaku konsumen
Mikroekonomi bab 3 perilaku konsumen
Annisa Khoerunnisya
 
Elastisitas Permintaan dan penawaran
Elastisitas Permintaan dan penawaranElastisitas Permintaan dan penawaran
Elastisitas Permintaan dan penawaran
Ananda Setiawan
 
Jelaskan efek substitusi dan efek pendapatan
Jelaskan efek substitusi dan efek pendapatanJelaskan efek substitusi dan efek pendapatan
Jelaskan efek substitusi dan efek pendapatan
Maria Khusuma
 
2 perekonomian internasional peran teori dan gravity model
2 perekonomian internasional peran teori dan gravity model2 perekonomian internasional peran teori dan gravity model
2 perekonomian internasional peran teori dan gravity model
Judianto Nugroho
 
Faktor faktor yang mempengaruhi investasi
Faktor faktor yang mempengaruhi investasiFaktor faktor yang mempengaruhi investasi
Faktor faktor yang mempengaruhi investasi
Sugeng Budiharsono
 
Elastisitas
ElastisitasElastisitas
Elastisitas
Grani Ramadhani
 
Kalkulasi biaya produk sampingan dan gabungan
Kalkulasi biaya produk sampingan dan gabunganKalkulasi biaya produk sampingan dan gabungan
Kalkulasi biaya produk sampingan dan gabungan
Arif Setiawan
 
materi uas ,mk ekonomi mikro,biaya produksi
materi uas ,mk ekonomi mikro,biaya produksimateri uas ,mk ekonomi mikro,biaya produksi
materi uas ,mk ekonomi mikro,biaya produksi
robbiatul Adawiyah
 
Sesi-2-Hubungan-input-output.ppt
Sesi-2-Hubungan-input-output.pptSesi-2-Hubungan-input-output.ppt
Sesi-2-Hubungan-input-output.ppt
DeryYR
 
2 optimasi ekonomi kuliah
2 optimasi ekonomi kuliah2 optimasi ekonomi kuliah
2 optimasi ekonomi kuliahTito Ruliarsa
 
Kebijakan moneter
Kebijakan moneterKebijakan moneter
Kebijakan moneter
Irma Asyatun
 
Chap02 en-id
Chap02 en-idChap02 en-id
Chap02 en-id
Judianto Nugroho
 
Teori produksi
Teori produksiTeori produksi
Makalah Teori biaya (cost theory)
Makalah Teori biaya (cost theory)Makalah Teori biaya (cost theory)
Makalah Teori biaya (cost theory)
Eka Wahyuliana
 

What's hot (20)

materi ekonomi Elastisitas
materi ekonomi Elastisitasmateri ekonomi Elastisitas
materi ekonomi Elastisitas
 
Ekonomika Mikro - Teori Perilaku Produsen
Ekonomika Mikro - Teori Perilaku ProdusenEkonomika Mikro - Teori Perilaku Produsen
Ekonomika Mikro - Teori Perilaku Produsen
 
Modul 8 elastisitas
Modul 8 elastisitasModul 8 elastisitas
Modul 8 elastisitas
 
Laporan penelitian faktor faktor yang mempengaruhi minat wisatawan berkunjung...
Laporan penelitian faktor faktor yang mempengaruhi minat wisatawan berkunjung...Laporan penelitian faktor faktor yang mempengaruhi minat wisatawan berkunjung...
Laporan penelitian faktor faktor yang mempengaruhi minat wisatawan berkunjung...
 
struktur pasar persaingan sempurna monopoli monopolistik
struktur pasar persaingan sempurna monopoli monopolistikstruktur pasar persaingan sempurna monopoli monopolistik
struktur pasar persaingan sempurna monopoli monopolistik
 
Mikroekonomi bab 3 perilaku konsumen
Mikroekonomi bab 3 perilaku konsumenMikroekonomi bab 3 perilaku konsumen
Mikroekonomi bab 3 perilaku konsumen
 
Elastisitas Permintaan dan penawaran
Elastisitas Permintaan dan penawaranElastisitas Permintaan dan penawaran
Elastisitas Permintaan dan penawaran
 
Jelaskan efek substitusi dan efek pendapatan
Jelaskan efek substitusi dan efek pendapatanJelaskan efek substitusi dan efek pendapatan
Jelaskan efek substitusi dan efek pendapatan
 
2 perekonomian internasional peran teori dan gravity model
2 perekonomian internasional peran teori dan gravity model2 perekonomian internasional peran teori dan gravity model
2 perekonomian internasional peran teori dan gravity model
 
Materi 8 (perilaku produsen)
Materi 8 (perilaku produsen)Materi 8 (perilaku produsen)
Materi 8 (perilaku produsen)
 
Faktor faktor yang mempengaruhi investasi
Faktor faktor yang mempengaruhi investasiFaktor faktor yang mempengaruhi investasi
Faktor faktor yang mempengaruhi investasi
 
Elastisitas
ElastisitasElastisitas
Elastisitas
 
Kalkulasi biaya produk sampingan dan gabungan
Kalkulasi biaya produk sampingan dan gabunganKalkulasi biaya produk sampingan dan gabungan
Kalkulasi biaya produk sampingan dan gabungan
 
materi uas ,mk ekonomi mikro,biaya produksi
materi uas ,mk ekonomi mikro,biaya produksimateri uas ,mk ekonomi mikro,biaya produksi
materi uas ,mk ekonomi mikro,biaya produksi
 
Sesi-2-Hubungan-input-output.ppt
Sesi-2-Hubungan-input-output.pptSesi-2-Hubungan-input-output.ppt
Sesi-2-Hubungan-input-output.ppt
 
2 optimasi ekonomi kuliah
2 optimasi ekonomi kuliah2 optimasi ekonomi kuliah
2 optimasi ekonomi kuliah
 
Kebijakan moneter
Kebijakan moneterKebijakan moneter
Kebijakan moneter
 
Chap02 en-id
Chap02 en-idChap02 en-id
Chap02 en-id
 
Teori produksi
Teori produksiTeori produksi
Teori produksi
 
Makalah Teori biaya (cost theory)
Makalah Teori biaya (cost theory)Makalah Teori biaya (cost theory)
Makalah Teori biaya (cost theory)
 

Viewers also liked

Pasar persaingan sempurna
Pasar persaingan sempurnaPasar persaingan sempurna
Pasar persaingan sempurna
Chaerani Nisa
 
Pengaruh produktivitas tenaga kerja terhadap strategi perencanaan tenaga kerj...
Pengaruh produktivitas tenaga kerja terhadap strategi perencanaan tenaga kerj...Pengaruh produktivitas tenaga kerja terhadap strategi perencanaan tenaga kerj...
Pengaruh produktivitas tenaga kerja terhadap strategi perencanaan tenaga kerj...shihatin
 
Kelompok 5 (pendekatan ordinal)
Kelompok 5 (pendekatan ordinal)Kelompok 5 (pendekatan ordinal)
Kelompok 5 (pendekatan ordinal)
aldillaiktiqofajriani
 
5 teori perilaku produsen
5 teori perilaku produsen5 teori perilaku produsen
5 teori perilaku produsen
M. Mujahid Dakwah
 
Teori keputusan decision tree ketidakpastian_gtr2013
Teori keputusan decision tree ketidakpastian_gtr2013Teori keputusan decision tree ketidakpastian_gtr2013
Teori keputusan decision tree ketidakpastian_gtr2013Gusti Rusmayadi
 

Viewers also liked (7)

Pasar persaingan sempurna
Pasar persaingan sempurnaPasar persaingan sempurna
Pasar persaingan sempurna
 
Pengaruh produktivitas tenaga kerja terhadap strategi perencanaan tenaga kerj...
Pengaruh produktivitas tenaga kerja terhadap strategi perencanaan tenaga kerj...Pengaruh produktivitas tenaga kerja terhadap strategi perencanaan tenaga kerj...
Pengaruh produktivitas tenaga kerja terhadap strategi perencanaan tenaga kerj...
 
Teori produksi
Teori produksiTeori produksi
Teori produksi
 
Kelompok 5 (pendekatan ordinal)
Kelompok 5 (pendekatan ordinal)Kelompok 5 (pendekatan ordinal)
Kelompok 5 (pendekatan ordinal)
 
5 teori perilaku produsen
5 teori perilaku produsen5 teori perilaku produsen
5 teori perilaku produsen
 
Teori keputusan decision tree ketidakpastian_gtr2013
Teori keputusan decision tree ketidakpastian_gtr2013Teori keputusan decision tree ketidakpastian_gtr2013
Teori keputusan decision tree ketidakpastian_gtr2013
 
Pasar Persaingan Sempurna (Ekonomi Mikro)
Pasar Persaingan Sempurna (Ekonomi Mikro)Pasar Persaingan Sempurna (Ekonomi Mikro)
Pasar Persaingan Sempurna (Ekonomi Mikro)
 

Similar to S pek 023999_chapter2

ppt ekonomi bab lll.pdf
ppt ekonomi bab lll.pdfppt ekonomi bab lll.pdf
ppt ekonomi bab lll.pdf
MusaRajeksa
 
Fadlan winata ( C1B018030 ) Teori Produksi Ekonomi Manajerial
Fadlan winata ( C1B018030 ) Teori Produksi Ekonomi ManajerialFadlan winata ( C1B018030 ) Teori Produksi Ekonomi Manajerial
Fadlan winata ( C1B018030 ) Teori Produksi Ekonomi Manajerial
ewin324123
 
EM Pertemuaan ke 9-10 (Fungsi Produksi) Kel 1.pptx
EM Pertemuaan ke 9-10 (Fungsi Produksi) Kel 1.pptxEM Pertemuaan ke 9-10 (Fungsi Produksi) Kel 1.pptx
EM Pertemuaan ke 9-10 (Fungsi Produksi) Kel 1.pptx
ArdhiNata2
 
Kelompok 1 pe mikro (2)
Kelompok 1 pe mikro (2)Kelompok 1 pe mikro (2)
Kelompok 1 pe mikro (2)
FaizaMasudiyah
 
Teori produksi dan biaya
Teori produksi dan biayaTeori produksi dan biaya
Teori produksi dan biayaPuw Elroy
 
Teoriproduksidanbiaya 130925193443-phpapp01
Teoriproduksidanbiaya 130925193443-phpapp01Teoriproduksidanbiaya 130925193443-phpapp01
Teoriproduksidanbiaya 130925193443-phpapp01David Sigalingging
 
COVER.docx
COVER.docxCOVER.docx
COVER.docx
PaMedan1
 
BAB 5_KELOMPOK 1_MTJ 1.6 lingkungan hidup.pptx
BAB 5_KELOMPOK 1_MTJ 1.6 lingkungan hidup.pptxBAB 5_KELOMPOK 1_MTJ 1.6 lingkungan hidup.pptx
BAB 5_KELOMPOK 1_MTJ 1.6 lingkungan hidup.pptx
HendraPurnama36
 
Materi Produksi Ekonomi Mikro
Materi Produksi Ekonomi MikroMateri Produksi Ekonomi Mikro
Materi Produksi Ekonomi Mikro
UNY
 
Slide 9 (pe)
Slide 9 (pe)Slide 9 (pe)
Slide 9 (pe)
KhairilJaa
 
Chapter 6. production
Chapter 6. productionChapter 6. production
Chapter 6. production
DiyahSanti1
 
Teori Produksi - Pengantar Ekonomi Mikro
Teori Produksi - Pengantar Ekonomi MikroTeori Produksi - Pengantar Ekonomi Mikro
Teori Produksi - Pengantar Ekonomi Mikro
M Abdul Aziz
 
Ecn 2013 teori kos dan pengeluaran
Ecn 2013   teori kos dan pengeluaranEcn 2013   teori kos dan pengeluaran
Ecn 2013 teori kos dan pengeluaranSukhairi Husain
 
X - Pelaku dalam Kegiatan Ekonomi - Hitungan.pptx
X - Pelaku dalam Kegiatan Ekonomi - Hitungan.pptxX - Pelaku dalam Kegiatan Ekonomi - Hitungan.pptx
X - Pelaku dalam Kegiatan Ekonomi - Hitungan.pptx
IbnuKhayathFarisanu
 
97038021 teori-produksi-dan-biaya
97038021 teori-produksi-dan-biaya97038021 teori-produksi-dan-biaya
97038021 teori-produksi-dan-biayaDavid Sigalingging
 
Teori Produksi (Jangka Panjang)
Teori Produksi (Jangka Panjang)Teori Produksi (Jangka Panjang)
Teori Produksi (Jangka Panjang)
faridaekas
 

Similar to S pek 023999_chapter2 (20)

ppt ekonomi bab lll.pdf
ppt ekonomi bab lll.pdfppt ekonomi bab lll.pdf
ppt ekonomi bab lll.pdf
 
Fadlan winata ( C1B018030 ) Teori Produksi Ekonomi Manajerial
Fadlan winata ( C1B018030 ) Teori Produksi Ekonomi ManajerialFadlan winata ( C1B018030 ) Teori Produksi Ekonomi Manajerial
Fadlan winata ( C1B018030 ) Teori Produksi Ekonomi Manajerial
 
EM Pertemuaan ke 9-10 (Fungsi Produksi) Kel 1.pptx
EM Pertemuaan ke 9-10 (Fungsi Produksi) Kel 1.pptxEM Pertemuaan ke 9-10 (Fungsi Produksi) Kel 1.pptx
EM Pertemuaan ke 9-10 (Fungsi Produksi) Kel 1.pptx
 
Kelompok 1 pe mikro (2)
Kelompok 1 pe mikro (2)Kelompok 1 pe mikro (2)
Kelompok 1 pe mikro (2)
 
Teori produksi dan biaya
Teori produksi dan biayaTeori produksi dan biaya
Teori produksi dan biaya
 
Teori Produksi
Teori ProduksiTeori Produksi
Teori Produksi
 
Teoriproduksidanbiaya 130925193443-phpapp01
Teoriproduksidanbiaya 130925193443-phpapp01Teoriproduksidanbiaya 130925193443-phpapp01
Teoriproduksidanbiaya 130925193443-phpapp01
 
Proses produksi
Proses produksiProses produksi
Proses produksi
 
COVER.docx
COVER.docxCOVER.docx
COVER.docx
 
BAB 5_KELOMPOK 1_MTJ 1.6 lingkungan hidup.pptx
BAB 5_KELOMPOK 1_MTJ 1.6 lingkungan hidup.pptxBAB 5_KELOMPOK 1_MTJ 1.6 lingkungan hidup.pptx
BAB 5_KELOMPOK 1_MTJ 1.6 lingkungan hidup.pptx
 
Materi Produksi Ekonomi Mikro
Materi Produksi Ekonomi MikroMateri Produksi Ekonomi Mikro
Materi Produksi Ekonomi Mikro
 
Slide 9 (pe)
Slide 9 (pe)Slide 9 (pe)
Slide 9 (pe)
 
Produksi
ProduksiProduksi
Produksi
 
Materi teori produksi
Materi teori produksiMateri teori produksi
Materi teori produksi
 
Chapter 6. production
Chapter 6. productionChapter 6. production
Chapter 6. production
 
Teori Produksi - Pengantar Ekonomi Mikro
Teori Produksi - Pengantar Ekonomi MikroTeori Produksi - Pengantar Ekonomi Mikro
Teori Produksi - Pengantar Ekonomi Mikro
 
Ecn 2013 teori kos dan pengeluaran
Ecn 2013   teori kos dan pengeluaranEcn 2013   teori kos dan pengeluaran
Ecn 2013 teori kos dan pengeluaran
 
X - Pelaku dalam Kegiatan Ekonomi - Hitungan.pptx
X - Pelaku dalam Kegiatan Ekonomi - Hitungan.pptxX - Pelaku dalam Kegiatan Ekonomi - Hitungan.pptx
X - Pelaku dalam Kegiatan Ekonomi - Hitungan.pptx
 
97038021 teori-produksi-dan-biaya
97038021 teori-produksi-dan-biaya97038021 teori-produksi-dan-biaya
97038021 teori-produksi-dan-biaya
 
Teori Produksi (Jangka Panjang)
Teori Produksi (Jangka Panjang)Teori Produksi (Jangka Panjang)
Teori Produksi (Jangka Panjang)
 

S pek 023999_chapter2

  • 1. 14 BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1 Teori Produksi 2.1.1 Fungsi Produksi Produksi berkaitan dengan cara bagaimana sumber daya (masukan) dipergunakan untuk menghasilkan produk-produk perusahaan (keluaran), namun konsep produksi dalam industri yang modern, kegiatan produksi lebih ditekankan kepada menciptakan nilai tambah terhadap suatu barang atau jasa. J. Sudarsono (1992:9). Begitu pula menurut James L.Pappas (1995:304) bahwa istilah produksi merujuk pada lebih sekedar transformasi fisik dari sumber daya, tetapi lebih melibatkan semua kegiatan yang berkaitan dengan penyediaan barang dan jasa, termasuk struktur organisasi yang dipergunakan untuk memaksimumkan produktivitas, serta pemerolehan sumber daya modal dan pengggunaan sumber daya yang efisien. Dengan demikian produksi dapat dikatakan sebagai suatu kegiatan dalam penciptaan nilai tambah dari input atau masukan untuk menghasilkan output berupa barang atau jasa, dengan sasaran menetapkan cara yang optimal dalam menggabungkan masukan untuk meminimumkan biaya, sehingga perusahaan tersebut mampu menciptakan kualitas produk yang lebih baik dan efisien yang lebih tinggi dalam proses produksinya. Secara skematis kegiatan produksi dapat disajikan pada gambar berikut ini:
  • 2. 15 Gambar 2.1. Kegiatan Produksi Sumber: J. Sudarsono,1992:9 Hubungan antara input dengan output yang dihasilkan dapat dicirikan melalui fungsi produksi, secara sederhana fungsi produksi menyatakan keluaran maksimum yang dapat dihasilkan dan sejumlah masukan tertentu dengan teknologi. Hal ini sesuai dengan pendapat beberapa ahli ekonomi mengenai fungsi produksi. Richard A. Bilas (1990:114) menjelaskan bahwa “Fungsi produksi adalah hubungan fisik antara input-input sumberdaya perusahaan dan outputnya yang berupa barang dan jasa perunit waktu. Fungsi produksi dapat dinyatakan sebagai: A=f(a,b,c,…).” James L.Pappas (1995:305) menyatakan bahwa : “Fungsi produksi adalah sebuah pernyataan deskriptif yang mengkaitkan masukan dengan keluaran. Fungsi ini menyatakan keluaran maksimum yang dapat diproduksi dengan sejumlah masukan tertentu atau alternatif lain, jumlah minimum masukan yang diperlukan untuk memproduksi satu tingkat keluaran tertentu, fungsi produksi ditetapkan oleh teknologi yang tersedia”. Sedangkan menurut Iskandar Putong (2005:203) menjelaskan bahwa : “Fungsi produksi adalah hubungan teknis yang antara faktor produksi (input) dengan hasil produksi (output). Secara matematis hubungan teknis itu dapat ditulis Output = f (TK, M, T, S). Hubungan teknis yang dimaksud adalah bahwa produksi hanya bisa dilakukan dengan faktor produksi yang dimaksud. Bila faktor produksi tidak ada maka tidak ada juga produksi. Produksi yang dihasilkan tanpa penggunaan teknologi, modal, manusia disebut produksi alami, yaitu produksi yang dilakukan oleh proses alam, sedangkan produksi yang dilakukan dengan menggunakan modal, teknologi dan manusia disebut produksi rekayasa”. Proses Pengubahan Pengolahan Output Barang atau Jasa Input Faktor-Faktor Produksi
  • 3. 16 Menurut William A.McEarchern (2001: 88) menjelaskan bahwa : “Fungsi Produksi menunjukkan jumlah maksimum barang atau jasa tertentu yang dapat diproduksi per periode waktu pada berbagai kombinasi sumber daya, atas dasar tingkat teknologi tertentu. Fungsi produksi dapat diungkapkan sebagai suatu persamaan, grafik atau tabel”. Pendapat tersebut sejalan dengan yang diungkapkan oleh Tati Suhartati Joesron (2003 : 77) bahwa: “Fungsi produksi adalah hubungan teknis antara input dengan output. Hubungan antara jumlah output (Q) dengan sejumlah input yang digunakan dalam proses produksi (X1,X2,X3, …Xn) secara matematis dapat ditulis sebagai berikut: Q = f (X1,X2,X3, …Xn).” Dari pendapat-pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa fungsi produksi merupakan suatu hubungan antara penggunaan sejumlah input tertentu untuk memaksimumkan jumlah output yang diharapkan dengan penggunaan tingkat teknologi tertentu, yang dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan matematis, grafik, tabel atau skedul. Secara sederhana persamaan fungsi produksi dapat ditulis seperti demikian Q = f(K,L), dimana input yang beraneka ragam diwakili oleh modal sebagai (K) dan tenaga kerja (L), sedangkan Q adalah jumlah output yang dihasilkan dari fungsi produksi. Hubungan antar input yang mungkin dapat diungkapkan oleh fungsi produksi antara lain: a. Intensitas faktor produksi Intensitas faktor produksi adalah kata lain dari input mana yang lebih dominan daripada input lainnya dalam proses produksi, ini berkaitan dengan informasi
  • 4. 17 mengenai proses produksi yang sedang berlangsung dan berkenaan untuk kebijakan perusahaan atau kebijakan pemerintah. b. Distribusi pendapatan antar input Dengan intensitas faktor produksi mengisyaratkan distribusi pendapatannya juga. Apabila proses produksi lebih bersifat padat modal maka sebagian besar pendapatan dari perkembangan produksi akan dinikmati oleh pemilik modal dan sebaliknya bila proses produksi bersifat padat tenaga kerja maka tenaga kerja akan lebih banyak menikmati perkembangan pendapatan daripada modal. c. Subtitusi antar faktor produksi Subtitusi antar faktor produksi merupakan kesediaan satu produksi untuk digantikan dengan faktor produksi lainnya. d. Elastisitas subtitusi Elastisitas subtitusi menggambarkan seberapa mudah subtitusi antar faktor produksi dapat dilakukan. Parameter ini sangat penting untuk diketahui karena belum ada aturan yang jelas, apakah proses produksi yang cenderung padat modal dapat dilakukan subtitusi antar faktor produksi dengan mudah, atau sebaliknya justru proses produksi yang bersifat padat tenaga kerja yang lebih mudah untuk dilakukan subtitusi antar faktor produksi. Adapun analisis yang dapat dibangun dari hubungan antar input dengan output antara lain sebagai berikut: Analisis Marginal Phisical Product (MPP)
  • 5. 18 Marginal phisical product menunjukkan tambahan output sebagai akibat bertambahnya satu satuan input. Dalam analisis ini akan dijabarkan berlakunya hukum penambahan hasil yang semakin berkurang (Law of deminishing return), yakni dengan bertambahnya input yang digunakan maka marginal physical product suatu input semakin berkurang.. Dengan analisis marginal physical product dapat menjelaskan tahapan yang ekonomis untuk berproduksi dan tahapan yang seharusnya dihindari oleh produsen. Elastisitas Produksi Elastisitas produksi menggambarkan persentase perubahan output sebagai akibat persentase perubahan input. Perbandingan elastisitas produksi antar input akan menjelaskan input mana yang lebih elastis dibandingkan dengan input lainnya. Skala Hasil (Return to Scale) Dalam jangka panjang , semua input menjadi variabel sehingga apabila input berubah maka output akan ikut berubah pula. Sejauh mana output merespon perubahan input dijelaskan dalam hasil atas skala (return to scale). Hasil atas skala ini berhubungan dengan economic of scale, yakni pada increasing return to scale maka economic to scale positif, sedangkan pada constant rerturn to scale maka economic of scale sama dengan nol dan pada decreasing return to scale, perusahaan tidak akan memperoleh economic of scale, bahkan economic of scale akan negatif karena pertambahan output justru akan meningkatkan biaya rata-rata dalam jangka panjang.
  • 6. 19 Kombinasi input yang menghasilkan output optimal Kombinasi input yang harus digunakan dalam proses produksi agar dihasilkan output optimal biasanya telah tertentu, sehingga kombinasi yang menyimpang dari kombinasi ideal akan menyebabkan biaya lebih tinggi. Pada kombinasi input yang menghasilkan output optimal berarti biaya variabel menunjukkan angka terendah. Analisis ini penting untuk diketahui agar perusahaan senantiasa dapat mempertahankan proses produksi pada posisi efisien. 2.1.2 Fungsi Produksi Cobb Douglas Fungsi produksi Cobb Douglas banyak dipakai dalam penelitian, ini disebabkan karena fungsi produksi ini memiliki kelebihan diantaranya: penyelesaian fungsi Cobb Douglas relatif lebih mudah dibandingkan dengan fungsi yang lain yaitu lebih mudah diransfer dalam bentuk linear, hasil pendugaan garis melalui fungsi produksi cobb douglas akan menghasilkan koefisien regresi yang sekaligus menunjukkan besaran elastisitas, selanjutnya besarang elastisitas tersebut dapat menunjukkan besaran return to scale. Konsep fungsi produksi Cobb Douglas adalah suatu persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, yang satu disebut variabel dependent dan yang lain disebut variabel independent. Hal ini sesuai dengan pendapat Soekartawi (1990:159) yang menyatakan bahwa: “Fungsi Cobb Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel dimana variabel yang satu disebut variabel dependent, yang dijelaskan (Y), dan yang lain disebut variabel independent yang menjelaskan (X). Penyelesaian hubungan antara Y dan X adalah biasanya dengan cara regresi dimana variasi dari Y akan dipengaruhi oleh variasi dari X”.
  • 7. 20 Dengan menggunakan fungsi produksi Cobb Duglas dapat diketahui besaran elastisitas skala produksi atau fase produksi dan dapat menganalisa efisiensinya baik efisiensi fisik, harga maupun efisiensi ekonomis. Secara singkat dapat dikatakan bahwa fungsi produksi Cobb Douglas dapat digunakan untuk mengetahui skala produksi dalam proses produksi. Apakah produksi dalam keadaan Constan Return to Scale (CRTS), Increasing Return To Scale (IRTS) atau Decreasing Return To Scale (DRTS). Increasing return to scale (IRTS), merupakan laju kenaikan hasil yang semakin naik dari sebelumnya disebut efisiensi produksi skala menaik. Constant return to scale (CRTS), yaitu kenaikan hasil yang sebanding atau tetap sama dengan hasil yang sebelumnya, maka ini berarti efisiensi skala produksi tetap. Decreasing Return to Scale (DRTS) merupakan kenaikan hasil produksi yang menurun atau disebut skala produksi menurun. Model matematis umum fungsi produksi Cobb Douglas dapat ditulis sebagai berikut: Q = βα KAL Keterangan : Q = output produksi A = intersep atau parameter efisiensi K = input modal L = input tenaga kerja α = elastisitas input produksi tenaga kerja β = elastisitas input produksi modal
  • 8. 21 Cara memperoleh fungsi produksi Cobb douglas dapat diperoleh dengan membuat linear persamaan, sehingga menjadi : Ln Q = Ln A + αLnK + βLnL + ε, dengan meregres persamaan fungsi produksi Cobb Douglas tersebut maka secara mudah akan diperoleh parameter efisiensi (A) dan elastisitas inputnya. Fungsi Cobb Douglas dapat dinyatakan dalam hubungan Y dan X persamaannya sebagai berikut: Y = f(X1,X2,X3,…Xn) Keterangan : Y = jumlah produksi yang dihasilkan Xi= faktor produksi yang digunakan (i = 1,2,3,…n) Dari fungsi produksi Cobb Douglas dapat dilihat hasil berdasarkan skala, jika perusahaan menambah input dua kali lebih banyak maka output yang dihasilkan lebih dari dua kali sehingga berlaku increasing return to scale (IRTS), yang artinya setiap penambahan faktor produksi secara bersama-sama akan memberikan tambahan kepada produksi. Apabila keadaaan output meningkat dengan proporsi lebih kecil maka berlaku decreasing return to scale (DRTS), yang artinya setiap penambahan faktor produksi secara bersama-sama justru akan menurunkan produksi, sedangkan jika output meningkat dengan proporsi yang sama dengan input maka berlaku constant return to scale (CRTS), yang artinya tambahan ke atas faktor-faktor produksi tidak memberikan dampak naik atau turun terhadap produksi melainkan tetap.
  • 9. 22 2.1.3 Fungsi Produksi Menggunakan Satu Input Variabel Dalam produksi jangka pendek mengacu pada periode waktu produksi dimana terdapat satu atau lebih input yang bersifat tetap, apabila input modal (K) dianggap konstan dalam jangka pendek maka fungsi produksinya menjadi: Q = f (L) Dimana Q = output (fungsi dari perubahan L dan pemakaian K tetap) L = tenaga kerja (input variabel) Dari fungsi produksi dengan satu input variabel di atas, maka kita dapat melakukan analisis produk total (TP) atau output (Q), Average Physical Product of Labor (APL) dan Marginal Physical Product of Labor (MPL) . Adapun Average Physical Product of labor (APL) atau produk rata-rata dari tenaga kerja dimana secara matematis bersarnya APL ini merupakan hasil dari produk total (output) dibagi dengan banyaknya penggunaan tenaga kerja (APL = Q/L) sedangkan Marginal Physical Product of Labor (MPL) atau produk marjinal dari tenaga kerja ditentukan oleh perubahan total produk (TP) per unit perubahan jumlah tenaga kerja yang digunakan. (MPL = dQ/dL), Tati Suhartati (2003 : 78). Perubahan output karena perubahan input L umumnya menunjukkan produk marjinal dengan pola menaik lalu menurun atau dikenal sebagai hukum hasil marginal yang menurun (law of deminishing marginal return). William A.McEarchern (2001:69) menyatakan bahwa law of deminishing marginal return terjadi bila tambahan jumlah sumber daya variabel digabungkan dengan sejumlah tertentu sumber daya tetap, maka akan tercapai titik yang menunjukkan bahwa
  • 10. 23 tambahan unit sumber daya variabel menghasilkan produk marjinal yang semakin kecil. Hubungan antara produk total (Q), produk rata–rata dari tenaga kerja (APL) dan produk marjinal dari tenaga kerja (MPL) dapat dilihat dari gambar fungsi produksi. Gambar 2.2. Fungsi Produksi Satu Input Variabel Sumber : Salvatore dalam buku (Tati Suhartati Joesron, 2003:80) Melalui gambar di atas kita dapat membuat kesimpulan berkaitan dengan produksi jangka pendek antara lain: a. Tahapan pertama dimulai dari tenaga kerja (L) = 0 sampai MPL = APL, atau dari L = 0 sampai APL maksimum. Keadaan ini menunjukkan nilai elastisitas produksi > 1 (elastis). Pada tahap I ini produksi total mengalami pertambahan yang semakin cepat, dan juga mempunyai ciri APL menaik pula, sehingga produk total harus menaik (output per unit semakin naik). Ep=1 MPL APL Ep >1 Ep < 1 TP L Q I IIIII
  • 11. 24 b. Tahapan kedua dimulai dari MPL = APL atau APL maksimum sampai dengan MPL = 0, keadaan ini menunjukkan nilai elastisitas produksi <1 (inelastis), Namun pada saat MPL = APL maka elastisitas produksi = 1, dimana pada tahapan MPL = APL inilah yang merupakan tahapan yang ideal bagi perusahaan untuk berproduksi. Sedangkan pada saat APL maksimum sampai pada saat MPL = 0, pada kondisi ini merupakan tahapan yang rasional untuk berproduksi. c. Tahapan ketiga dimulai dari MPL = 0 atau MPL negatif. Keadaan ini menunjukkan elastisitas produksi negatif, pada tahap ini tidak menguntungkan lagi bagi produsen karena dengan bertambahnya penggunaan jumlah tenaga kerja (L) dalam proses produksi justru akan menurunkan output dapat dilihat kurva produksi total (TP) yang semakin menurun, dalam tahap ini akan terjadi kecenderungan pengangguran tersembunyi. d. Adapun terjadinya hukum pertambahan hasil yang semakin berkurang (the law of deminishing return) dimulai dari MPL maksimum. Pada kondisi ini, bertambahnya tenaga kerja tidak menaikkan produktivitas marjinal karena tenaga kerja yang dipakai “terlalu banyak’ sehingga mereka akan bekerja “berebut” dan produksi marjinal justru akan turun, kemudian menjadi nol dan akhirnya negatif. Salvatore (dalam Tati Suhartati Joesron ,2003:81) 2.1.4 Produksi Menggunakan Dua Input Variabel Sebuah perusahaan yang akan melakukan proses produksi dapat mengubah output yang dihasilkan dengan mengubah-ubah input produksi yang dipergunakannya dalam jangka waktu tertentu. Output dapat diubah juga dengan
  • 12. 25 mengubah-ubah kuantitas dari salah satu sumberdaya yang dipergunakan dan mempertahankan sumberdaya lainnya (tetap). Jika suatu proses produksi menggunakan lebih dari satu input variabel, maka diperlukan suatu alat untuk menemukan kombinasi yang secara ekonomis paling efisien dalam penggunaan input untuk tingkat output tertentu. Dalam hal ini dapat digunakan kurva isoquant (kurva produksi sama) dan garis isocost (garis biaya sama) A. Kurva Isoquant Dalam menunjukkan antara gabungan berbagai input untuk menghasilkan output dengan jumlah yang sama dapat dilihat pada kurva isoquant, hal ini sejalan dengan berbagai pendapat yang dikemukakan oleh para ahli: Menurut William A. McEachern (2001:89), bahwa isoquant diartikan sebagai “kurva yang menunjukkan kombinasi efisien secara teknologi dari dua sumber daya, seperti tenaga kerja dan kapital, yang menghasilkan tingkat output tertentu”. Kurva isoquant menurut Richard A. Billas (1990:115) adalah “kurva yang menunjukkan kombinasi yang berbeda-beda dari sumberdaya yang dapat dipergunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan produk yang sama jumlahnya”. Definisi di atas sejalan dengan definisi Kurva isoquant menurut Tati Suhartati Joesron (2003:83) adalah “kurva yang menunjukkan kombinasi input yang dipakai dalam proses produksi, yang menghasilkan output tertentu dalam jumlah yang sama “.
  • 13. 26 Untuk lebih jelasnya kurva isoquant dapat dilihat melalui gambar berikut ini: Gambar 2.3. Kurva Isoquant Sumber : Tati Suhartati Joesron, 2003:83 Dari gambar di atas menjelaskan bahwa kurva isoquant memiliki ciri-ciri yaitu, turun dari kiri atas ke kanan bawah, sehingga mempunyai slope negatif, cembung ke arah titik origin, isoquant tidak saling berpotongan, isoquant yang semakin jauh dari titik origin mencerminkan tingkat output yang semakin tinggi, artinya perubahan produksi digambarkan dengan pergeseran isoquant. Adapun titik T menggambarkan penggunaan input yang demikian banyak sehingga menciptakan output yang tak terhingga. Slope isoquant dikenal sebagai Marginal Rate Technical Subtitution (MRTS) yang menunjukkan cara teknis berapa K (modal) dan L (tenaga kerja) dapat saling diubah untuk menghasilkan output yang sama. Dengan demikian MRTS dapat dituliskan sebagai berikut: 1;. K K Q L Q L K MRTS ∆ ∆ ∆ ∆ ∆ ∆ ∆ = > 32 KK ∆>∆ MRTS = MPK MPL L1 L2 K2 K1 L (tenaga kerja) K (modal) T
  • 14. 27 Dimana: K = modal L = tenaga kerja MP = produk marjinal MRTS = tingkat subtitusi teknik marjinal B. Kurva Isocost Jika perusahaan berencana untuk menghemat dan memaksimumkan keuntungan, perusahaan harus meminimumkan ongkos produksi. Untuk membuat analisa mengenai peminimuman ongkos produksi perlulah dibuat garis ongkos sama (Isocost Line). Menurut Sadono Sukirno (2003:199) garis isocost adalah “Garis yang menggambarkan gabungan faktor-faktor produksi yang dapat diperoleh dengan menggunakan sejumlah pengeluaran tertentu”. Sedangkan pendapat dari Paul A McEachern (2003.92) menjelaskan definisi garis isocost menunjukkan semua kombinasi kapital dan tenaga kerja (sebagai input) yang dapat digunakan perusahaan pada tingkat biaya total tertentu. Adapun pendapat mengenai Isocost dikemukakan juga oleh Tati Suhartati Joesron (2003:87) sebagai kurva yang menunjukkan berbagai kombinasi antara dua input yang berbeda yang dapat dibeli oleh produsen pada tingkat biaya yang sama. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari gambar 2.4 tentang kurva isocost di bawah ini:
  • 15. 28 Gambar 2.4. Kurva Isocost Sumber : Tati Suhartati Joesron (2003:87) C. Hubungan antara Kurva Isoquant dan Isocost Dengan menggunakan pendekatan kurva isoquant (kurva yang menggambarkan produksi yang sama) dan garis isocost (garis yang menggambarkan anggaran yang sama), dapat diketahui suatu kondisi yang merupakan pilihan produsen, yaitu suatu kondisi optimum dari produksi atau dinamakan juga dengan keseimbangan produsen. Menurut William Mc. Earchern (2001:93), “kurva keseimbangan produsen merupakan kurva yang menunjukkan titik persinggungan antara garis isocost dan isoquant, menunjukkan biaya minimum yang diperlukan perusahaan untuk berproduksi pada tingkat output yang telah ditetapkan”. Sedangkan menurut Iskandar Putong (2005:214) kurva keseimbangan produsen diartikan sebagai persinggungan antar slope dari Isoquant dan Isocost, itulah tempat di mana produksi dan biaya yang paling optimum. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan kalau keseimbangan produsen yaitu pada saat produsen berada pada keseimbangan bila memaksimumkan outputnya dengan pengeluaran total tertentu atau dengan mengeluarkan biaya L! L2 K2 K1 Isocost L K
  • 16. 29 yang minimum untuk menghasilkan output tertentu. Dalam hal ini, perusahaan dapat meminimumkan biaya produksi untuk menghasilkan sejumlah output tertentu dengan memilih kombinasi input dimana slope dari isoquant sama dengan slope isocost. Gambar 2.5. Keseimbangan Produsen Sumber : Iskandar Putong (2005:213) Kondisi keseimbangan produsen pada kombinasi dua faktor produksi yaitu modal (M) dan tenaga kerja (TK) pada gambar di atas terjadi pada titik x, dimana slope isoquant adalah MPM MPL =MRTS, bersinggungan dengan slope isocost adalah PM PL . Pada titik X ini merupakan kondisi di mana total biaya yang ada pas untuk mendanai faktor produksi untuk menghasilkan barang sebanyak Q, yang merupakan titik optimum dari produksi. disebut juga sebagai Least Combinasi Production (LCC). Persamaan keseimbangan produsen adalah sebagai berikut: PM PL MPM MPL = ↔ MRTS = PM PL ↔ PM MPM PL MPL = TK M x zy Least Cost Combination Isoquant Isocost
  • 17. 30 Sedangkan pada titik y, total biaya yang disediakan lebih kecil dari kebutuhan untuk mendanai faktor produksi. Adapun di titik z, membutuhkan dana yang lebih besar untuk menggunakan faktor produksi tersebut, padahal jumlah produksi yang dihasilkan di titik X maupun Z sama saja. Jadi selain di titik X slope kedua fungsi tersebut tidak sama sehingga total biaya yang digunakan untuk mendanai produksi dengan menggunakan dua faktor produksi sesuai dengan peruntukan, tidak mencapai kondisi optimum. Titik keseimbangan merupakan titik yang terbaik bagi produsen atau titik pada tingkat produksi yang memberikan keuntungan yang paling besar dengan biaya yang paling kecil. Maksudnya keuntungan dalam penggunaan kombinasi dari kedua faktor produksi tersebut. Dalam keadaan ini produsen tidak ada dorongan untuk merubah posisi produksinya maupun penggunaan kombinasi faktor-faktor produksi tersebut. Maka titik “X” ini disebut titik keseimbangan produksen atau “Equilibrium Producen” atau “Least Cost Combination” (LCC). Pada konsep keseimbangan produsen dapat dikembangkan suatu konsep yang berlaku umum. Jika suatu fungsi produksi menggunakan n input misal X1, X2, …Xn serta harga dari masing-masing input misal PX1, PX2, …PXn, maka keseimbangan produsen yang meminimumkan biaya produksi total produksi tercapai jika memenuhi kondisi sebagai berikut: 1. Kombinasi penggunaan input optimum: MPX1 / PX1 = MPX2 / PX2 =….= MPXn /PXn 2. Biaya total produksi minimum: C = Px1X1 + Px2X2 +… PxnXn
  • 18. 31 Apabila kondisi keseimbangan produsen yang menggunakan n jenis input tidak tercapai maka perusahaan harus memperhatikan jenis input mana yang harus dikurangi agar meningkatkan nilai produk marjinal dari input, serta jenis input apa yang harus ditambah agar menurunkan nilai produk marjinal dari input tersebut. 2.2 Efisiensi Usaha Dalam setiap kegiatan produksi, untuk memperoleh produksi yang maksimal perlu upaya-upaya penggunaan faktor produksi yang efisien. Semakin efisien penggunaan faktor produksi, maka akan semakin banyak hasil produksi sampai mencapai tingkat maksimal. Namun masalah pokok dalam ekonomi adalah adanya kelangkaan (scarcity), karena sumberdaya yang tersedia bagi masyarakat terbatas, sedangkan keinginan masyarakat relatif tidak terbatas. Begitupun permasalahan dalam masyarakat, sumber daya secara keseluruhan (tenaga kerja, modal dan sumberdaya alam) terbatas jumlahnya jika dibandingkan dengan keinginan masyarakat pada umumnya. Mengingat faktor produksi atau sumberdaya yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan keinginan masyarakat, maka berbagai usaha dilakukan untuk dapat mengoptimalkan penggunaan faktor-faktor produksi yang langka tersebut. Usaha yang dilakukan yaitu melalui penggunaan sumberdaya yang langka secara optimal, dengan penggunaan sumberdaya yang efisien. Untuk itu produsen (pengusaha industri pakaian jadi) berusaha menghindari adanya pemborosan atau inefisiensi. Maka untuk menghasilkan produksi atau output tentu saja diperlukan pemasukan atau input.
  • 19. 32 Besar kecilnya input yang diperlukan untuk menghasilkan produk tertentu akan menentukan keadaan efisiensi proses produksi. Tentunya ini mengandung maksud dengan pendayagunaan faktor-faktor produksi dengan biaya minimal untuk dapat menghasilkan produksi pakaian jadi yang baik kualitas dan kuantitasnya. Maka efisiensi mengandung pengertian penghematan terhadap biaya sumber-sumber daya yang digunakan dalam suatu aktivitas. Jadi efisiensi usaha terkait dengan adanya biaya produksi dengan nilai keuntungan yang dicapai dari penggunaan faktor produksi atau input tertentu. Didalam teori Ekonomi Mikro, pengertian efisiensi ini digolongkan menjadi tiga macam, yaitu efisiensi teknik, efisiensi harga dan efisiensi ekonomi. Soekartawi (1990:49) menjelaskan bahwa: “Suatu penggunaan faktor produksi dikatakan efisien secara teknik (efisiensi teknik) kalau faktor produksi yang dipakai menghasilkan produk maksimum. Dikatakan efisiensi harga atau efisiensi alokatif kalau nilai dari produk marjinal sama dengan harga faktor produksi yang bersangkutan dan dikatakan efisien ekonomis kalau usaha tersebut mencapai efisiensi teknik sekaligus juga efisiensi harga”. Dalam proses produksi, efisiensi dapat diketahui dengan elastisitas produksinya. Menurut Mubyarto (1989:68) elastisitas produksi adalah persentase hasil produksi total dibagi dengan persentase perubahan faktor produksinya, sehingga dapat dituliskan sebagai berikut: Y X x dX dY atau XdX YdY Ep / / = atau AP MP Dimana : Ep adalah elastisitas produksi Y adalah hasil produksi (output)
  • 20. 33 X adalah faktor produksi dX dY = MP (produk marjinal) dan Y X = AP (produk rata-rata) Tingkat efisiensi teknis dalam penggunaan faktor produksi terpenuhi pada saat Ep = 1 atau MP = AP, karena produksi dianggap sudah mapan, karena bila dengan tambahan 1 faktor input hanya akan memberikan tambahan 1 produk dalam produksi. Selanjutnya apabila Ep > 1 atau pada saat MP > AP, pengusaha memiliki kesempatan untuk mengatur kembali kombinasi penggunaan faktor- faktor produksi agar dapat menghasilkan produk total yang lebih besar, karena untuk setiap penambahan 1 faktor input akan memberikan tambahan lebih dari 1 jumlah produksi. Sedangkan pada saat Ep < 1 atau MP < AP maka untuk penambahan 1 faktor input justru akan menambah produksi kurang dari 1. Artinya pada kondisi Ep < 1 input yang digunakan lebih banyak daripada yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha. Elastisitas produksi (Ep) dalam fungsi produksi Cobb Douglas ditunjukkan oleh besaran koefisien pangkat (bi) dan dapat menggambarkan fase kenaikan hasil produksi return to scale dari suatu usaha apakah increasing return to scale, constant return to scale atau decreasing return to scale. Tiga kemungkinan return to scale dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Decreasing return to scale, bila Σ bi < 1, pada kondisi ini proporsi penambahan masukan produksi melebihi proporsi penambahan produksi. 2. Constant return to scale, bila Σ bi = 1, pada kondisi ini penambahan input produksi akan proporsional dengan penambahan produksi.
  • 21. 34 3. Increasing return to scale, bila Σ bi > 1, pada kondisi ini proposrsi penambahan input produksi akan menghasilkan tambahan produksi yang proporsinya lebih besar. Jika dalam efisiensi teknis dimasukkan unsur harga maka model analisinya akan berubah menjadi efisiensi harga atau efisiensi alokatif. Menurut Soekartawi (1990:48), nilai efisiensi harga dapat diketahui jika nilai dari produk marjinal (NPM) sama dengan harga faktor produksi (Px) yang bersangkutan (NPM = Px = 1) dengan syarat: • Jika NPM/Px = 1, berarti penggunaan input mencapai titik optimum. • Jika NPM/Px > 1, berarti penggunaan input belum mencapai titik optimum sehingga penggunaan input perlu ditambah. • Jika NPM/Px < 1, berarti penggunaan input telah melewati titik optimum sehingga penggunaan input harus dikurangi. Melalui penggabungan antara efisiensi teknis dan efisiensi harga maka dapat diketahui efisiensi ekonominya. Soekartawi (1990:48) menyatakan bahwa “ efisiensi ekonomi merupakan perkalian antara efisiensi harga dan efisiensi teknis”. Efiensi teknis merupakan besaran yang menunjukkan perbandingan antara produksi yang sebenarnya dengan produksi maksimal dan efisiensi harga adalah besaran yang menunjukkan perbandingan antara keuntungan yang sebenarnya dengan keuntungan maksimal.
  • 22. 35 Berikut ini persamaan efisiensi ekonomi: Hrxn HryHsPPxn Hrx HryHsPPx Hrx HryHsPPx Hrx HryHsPPx ==== ... 3 3 2 2 1 1 dimana: Hry = harga output produksi 1HsPPx … HsPPxn = tambahan hasil fisik dari X1…Xn 1Hrx … Hrxn = harga faktor produksi dari X1…Xn Rumus tersebut dapat disederhanakan menjadi: 1.... 2 2 1 1 ==== n n Px MVPx Px MVPx Px MVPx keterangan: MVP = nilai produk marjinal P = harga faktor produksi X1…Xn = faktor produksi Tingkat efisiensi ekonomis pengunaan faktor produksi dicapai pada saat 1MVPx = 1Px , yaitu pada saat Marjinal Value Product dari X (MVPx) sama dengan harga dari faktor X (Px) atau dapat pula dirumuskan MVPXi/Pxi=1. 2.3 Skala Hasil Produksi Skala hasil produksi dapat dilihat melalui : 2.3.1 Elastisitas Produksi Skala hasil melakui elastisitas produksi ditunjukan melalui besaran (Ep), adapun kondisi skala hasilnya adalah :
  • 23. 36 • Ep < 1, jika elastisitas produksi kurang dari satu maka terjadi kondisi decreasing return to scale artinya input yang digunakan lebih banyak daripada yang dibutuhkan. • Ep = 1, jika elastisitas produksi sama dengan satu maka terjadi kondisi constant return to scale artinya produksi dianggap sudah mapan karena penambahan input proporsional dengan penambahan produksi. • Ep > 1, jika elastisitas produksi kurang dari satu maka terjadi kondisi increasing return to scale artinya pada keadaan ini pengusaha memiliki kesempatan untuk mengatur kembali penggunaan faktor-faktor produksi agar menghasilkan produk total yang lebih besar. 2.3.2 Koefisien pangkat (bi) dalam fungsi produksi Cobb Douglas Skala Hasil dalam fungsi produksi Cobb Douglas ditunjukkan oleh besaran koefisien pangkat (bi) dan dapat menggambarkan fase kenaikan hasil produksi return to scale dari suatu usaha apakah increasing return to scale, constant return to scale atau decreasing return to scale. Tiga kemungkinan return to scale dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Decreasing return to scale, bila Σ bi < 1, pada kondisi ini proporsi penambahan masukan produksi melebihi proporsi penambahan produksi. 2. Constant return to scale, bila Σ bi = 1, pada kondisi ini penambahan input produksi akan proporsional dengan penambahan produksi. 3. Increasing return to scale, bila Σ bi > 1, pada kondisi ini proporsi penambahan input produksi akan menghasilkan tambahan produksi yang proporsinya lebih besar.
  • 24. 37 2.4 Fungsi Produksi Industri Pakaian Jadi Dalam usaha industri pakaian jadi, terjadi proses aktifitas langsung dari sumber daya atau faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan output (hasil produksi). Hasil yang akan diterima oleh perusahaan dinamakan pendapatan dan biaya yang dikeluarkannya disebut biaya produksi. Oleh karena itu dalam kegiatan produksi usaha industri pakaian jadi terdapat hubungan antara input dan output yang dihasilkan, maka secara matematis ditunjukkan dengan sebuah fungsi produksi sebagai berikut: Q = ubbbb eXXXXA ..... 4 4 3 3 2 2 1 1 Dimana Q = Output Pakaian Jadi A = Parameter efisiensi/koefisien teknologi bi = Elastisitas faktor produksi X1 = Bahan baku X2 = Bahan Bakar Solar X3 = Listrik X4 = Tenaga Kerja u = error/kesalahan Fungsi produksi Cobb Douglas dapat diperoleh dengan membuat linear persamaan menjadi: Ln Q = u eXbXbXbXLnbA +++++ 4321 ln4ln3ln2.1ln
  • 25. 38 2.4.1 Faktor–Faktor Produksi Industri Pakaian Jadi Di dalam kegiatan usaha industri pakaian jadi, produsen selalu berusaha untuk memadukan faktor produksi (input) agar mencapai kondisi yang optimum. Hal ini berkaitan dengan tindakan dalam pengambilan keputusan untuk menentukan berapa besar produksi yang diharapkan serta dalam kondisi yang bagaimana faktor-faktor produksi yang digunakan. Berikut ini faktor produksi yang digunakan pada industri pakaian jadi meliputi bahan baku, bahan bakar solar, listrik, tenaga kerja. Jadi model fungsi produksi industri pakaian jadi adalah sebagai berikut: Y = f (bahan baku, bahan bakar solar, listrik, tenaga kerja) Untuk memperjelas faktor-faktor produksi industri pakaian jadi (bahan baku, bahan bakar solar, listrik dan tenaga kerja) akan diuraikan sebagai berikut: 1. Faktor Produksi Bahan Baku Bahan baku dalam suatu industri merupakan bahan dasar yang digunakan dalam proses produksi, keberadaan bahan baku ini sangat mempengaruhi kelangsungan produksi. Karena bahan baku merupakan salah satu unsur yang paling aktif dalam aktifitas produksi yang merupakan mata rantai dalam proses produksi. Bahan baku adalah bahan utama atau bahan dasar dalam rangka membuat suatu produk. Biasanya sumber bahan baku diperoleh dari alam secara langsung. Tetapi pengertian bahan baku disini ditekankan pada bahan yang secara fisik langsung berhubungan dengan produksi. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Kwik Kian Gie (1995:24) menyatakan bahwa : “tidak tersedianya bahan baku bagi industri, akan
  • 26. 39 menyebabkan terhentinya proses produksi dari industri tersebut. Dengan kata lain bahan baku merupakan suatu keharusan dalam setiap proses produksi yang menentukan kelangsungan hidup industri tersebut”. 2. Faktor Produksi Bahan Bakar Solar Kwik Kian Gie (1995:25) menyatakan : “bahwa bahan bakar merupakan sarana bahan pelengkap yang tidak bisa ditinggalkan”. Pemakaian Bahan bakar solar pada sebuah industri pakaian jadi dapat digunakan untuk membangkitkan mesin diesel generator listrik buatan. Ini berfungsi sebagai cadangan apabila lisrik dari pusat mati atau terdapat gangguan. Namun dapat pula digunakan secara bersamaan dalam membantu kelancaran produksi agar lebih efisien. Bahan bakar solar menjadi alternatif yang banyak dipilih dan digunakan untuk industri karena notabene harganya yang relatif lebih murah dibandingkan dengan harga BBM yang lain (harian Kompas, 22 November 2001). 3. Faktor Produksi Listrik Listrik merupakan salah satu bentuk energi yang sangat diperlukan untuk menunjang kelancaran dalam kegiatan proses produksi dalam sebuah dunia usaha. Namun keberadaan energi listrik ini sangat terbatas, karena hampir semua sektor menggunakan listrik sehingga mempengaruhi penyediaan produksi listrik bagi industri. Seperti yang diungkapkan oleh Musselman dan Jackson (1993: 259) bahwa : “Produksi sumber daya energi adalah sangat penting baik untuk pertanian maupun pabrikase, tidak dapat diselenggarakan tanpa energi. Seperti komoditi lainnya energi harus diproduksi, didistribusikan dan dikelola. Dan seperti komoditi lainnya energi biasanya tidak tersedia dalam jumlah yang tepat, pada waktu dan dimana energi itu dibutuhkan”.
  • 27. 40 Jadi jelas bahwa peranan listrik sangat penting bagi kelangsungan produksi dalam sebuah industri, penggunaan listrik pada industri pakaian jadi digunakan untuk membangkitkan mesin-mesin produksi. Dengan adanya keterhambatan dalam penyediaan listrik bagi industri, akan berakibat buruk bagi keberlangsungan kegiatan proses produksi bagi industri. 4. Faktor Produksi Tenaga Kerja Faktor produksi tenaga kerja merupakan unsur yang penting dalam kegiatan memproduksi, karena salah satu kunci keberhasilan usaha bergantung pada faktor sumber daya manusia disamping faktor sumber daya alam. Dengan adanya sumber daya manusia yang handal sebagai tenaga kerja dapat memperbaiki produktivitas total faktor produksi dalam suatu kegiatan produksi sehingga tujuan usaha bisa tercapai. Dalam ilmu ekonomi, tenaga kerja sering diartikan sebagai upaya manusia untuk melakukan usaha atau kegiatan. Di dalam usaha industri pakaian jadi tenaga kerja diperlukan untuk menyelesaikan berbagai macam kegiatan produksi dalam rangka menghasilkan barang-barang yang berasal dari bahan mentah. Tenaga kerja dibagi menjadi dua yaitu tenaga kerja langsung atau disebut tenaga kerja produksi merupakan tenaga kerja yang langsung ditempatkan dan didayagunakan dalam menangani kegiatan-kegiatan proses produksi dan tenaga kerja tidak langsung meliputi tenaga kerja yang tidak langsung diterjunkan dalam kegiatan produksi. Adapun pembayaran kepada tenaga kerja dapat berupa gaji maupun upah.
  • 28. 41 Tenaga kerja dalam bidang industri pakaian jadi merupakan faktor produksi yang meliputi teknik produksi atau teknologi yang didalamnya termasuk organisasi manajemen. Faktor produksi tenaga kerja ini yang memegang jalannya proses produksi, jadi sangat jelas sekali bahwa tenaga kerja merupakan unsur yang penting dalam kegiatan produksi, Sebagaimana pendapat Mubyarto (1989:33) bahwa ‘ Tenaga kerja mempunyai peranan dalam melakukan proses produksi”. Atas dasar pendapat tersebut, dapat diartikan bahwa maju mundurnya suatu proses produksi (usaha industri pakaian jadi) banyak tergantung pada tenaga kerja. Dengan kata lain jumlah output yang dihasilkan dari proses produksi ditentukan oleh tenaga kerja. Faktor produksi tenaga kerja terdiri dari dua unsur yaitu kualitas dan kuantitas. Jumlah tenaga kerja yang diperlukan dapat dipenuhi oleh tenaga kerja keluarga yang tersedia maupun dari luar keluarga. Sedangkan kualitas yang mencerminkan produktivitas tenaga kerja tergantung dari keterampilan, kondisi fisik, pengalaman dan latihan. Didalam setiap usaha industri pakaian jadi yang akan dilaksanakan pasti memerlukan tenaga kerja. Faktor produksi tenaga kerja merupakan faktor produksi yang penting dan perlu diperhitungkan dalam proses produksi. Skala usaha akan mempengaruhi besar kecinya jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dan menentukan macam tenaga kerja yang diperlukan dengan catatan bahwa usaha industri pakaian jadi tersebut tidak mengunakan teknologi yang lebih maju.