Kerajaan Demak didirikan oleh Raden Patah pada tahun 1475 dan menjadi kerajaan Islam pertama di Jawa. Kerajaan ini berkembang pesat di bawah pemerintahan Sultan Trenggono dan menjadi pusat perdagangan serta penyebaran agama Islam di Indonesia bagian barat. Namun kekuasaan Demak mulai melemah setelah kematian Sultan Trenggono dan akhirnya digantikan oleh Kerajaan Pajang.
1. Resume Kerajaan Demak
Identitas Buku
Judul Buku : BSE Sejarah Indonesia
Penulis : Dwi Ari Listiyani
Penerbit : Pusat Perbukuan Depdiknas
Tahun terbit : 2009
Kota terbit : Jakarta
Resume : BAB III. Awal Perkembangan Islam di Indonesia (Kerajaan Demak)
Kerajaan Demak
Kerajaan Demak didirikan oleh persekutuan pedagang Islam di pantai utara Jawa
yang dipimpin oleh Raden Fatah yang pada saat itu berkedudukan sebagai Bupati Bintoro
(Demak), seorang keturunan Raja Brawijaya V yang menikah dengan putri Campa dari
Vietnam. Mundurnya Kerajaan Majapahit memberikan kesempatan kepada para bupati yang
berada di pesisir pantai utara Jawa untuk melepaskan diri, khususnya Demak. Faktor lain
yang mendorong perkembangan Demak ialah letaknya yang strategis di jalur perdagangan
Indonesia bagian barat dengan Indonesia bagian timur. Setelah Majapahit mengalami
kehancuran, Demak berubah menjadi kerajaan Islam pertama di tanah Jawa dengan ibu kota
di Bintoro. Letaknya yang strategis di antara Bergota (pelabuhan Kerajaan Mataram wangsa
Syailendra) dan Jepara, menempatkan Demak sebagai kerajaan yang penting di Nusantara.
Oleh para Wali, Raden Patah diangkat menjadi sultan di Bintoro dengan gelar Sultan Alam
Akbar al-Fatah, sebagai bawahan Majapahit. Bintoro pun berganti nama menjadi Demak.
Para Wali sepakat bahwa sudah saatnya Demak melepaskan diri dari Majapahit dan
mengangkat Raden Patah menjadi raja Demak pertama. Oleh Tome Pires, ia ditulis sebagai
Pate Rodin Sr.
A. Kehidupan Politik
a) Raden Patah (1475 – 1518)
Dengan bantuan daerah-daerah lain yang masuk Islam, seperti Jepara, Tuban, dan
Gresik, Raden Patah pada tahun 1475 berhasil mendirikan Kerajaan Demak, yang
merupakan kerajaan Islam pertama di Jawa. Menurut Babad Tanah Jawa, Raden Patah
adalah putra Brawijaya V (Raja Majapahit terakhir) dengan putri Campa. Raden Patah
semula diangkat menjadi bupati oleh Kerajaan Majapahit di Bintoro Demak dengan gelar
Sultan Alam Akhbar al Fatah. Posisi Demak yang strategi menempatkannya sebagai
pengganti Malaka, saat Portugis berhasil menguasai bandar terbesar di Asia Tenggara
tersebut. Bahkan, Demak berani memblokade pengiriman beras ke Malaka hingga
membuat Portugis kekurangan makanan.
2. b) Adipati Unus (1518–1521)
Adipai Unus menggantikan ayahnya (Raden Patah) untuk menjalankan roda
pemerintahan. Ia lebih dikenal dengan nama Pangeran Sabrang Lor (gelar yang diterima
sebab pernah mengadakan serangan ke utara/Malaka). Adipati Unus meninggal tanpa
meningalkan putra sehingga seharusnya digantikan oleh adiknya, Pangeran Sekar Seda
Lepen. Akan tetapi, pangeran ini dibunuh oleh kemenakannya sehingga yang
menggantikan takhta Demak adalah adik Adpati Unus yang lain, yakni Pangeran
Trenggono
c) Sultan Trenggono (1521 – 1546)
Dibawah pemerintahan Sultan Trenggono Kerajaan Demak mencapai puncak
kejayaannya. Wilayah kekuasaannya sangat luas, meliputi Jawa Barat (Banten, Jayakarta,
dan Cirebon), Jawa Tengah, dan sebagian Jawa Timur. Tindakan-tindakan penting yang
pernah dilakukan Sultan Trenggono adalah sebagai berikut:
a. menegakkan agama Islam;
b. membendung perluasan daerah yang dilakukan oleh Portugis
c. menguasai dan mengislamkan Banten, Cirebon, dan Sunda Kelapa (Perluasan ke
wilayah Jawa Barat ini dipimpin oleh Fatahilah (Faletehan) yang kemudian menurunkan
raja-raja Banten).
d. berhasil menaklukkan Mataram, Singasari, dan Blambangan.
Sebagai kerajaan maritim, Demak menjadi bandar transit antardaerah penghasil
rempah-rempah di Indonesia Timur (Maluku) dan Malaka di barat. Ia pun menjadikan
Demak sebagai pusat kekuasaan sekaligus pusat penyebaran Islam di Jawa. Untuk itu
Sultan Trenggana menguasai kerajan-kerajaan di pantai utara Jawa. Menurut Tome Pires,
Sultan Trenggana merupakan raja yang selalu menghabiskan waktu bersenang-senang. Ia
tak terlalu memperhatikan ancaman Portugis di Malaka terhadap kedaulatan Demak.
Dalam usaha meluaskan kekuasaannya ke Jawa Timur, Sultan Trenggono meninggal
dunia di perjalanan ketika akan menyerang Pasuruan (Blambangan, Jawa Timur) pada
tahun 1546. Setelah Sultan Trenggana tiada, kembali terjadi kemelut politik antara
keluarga Pangeran Sekar Seda Lepen dengan keluarga Sultan Trenggono. Di tengah
kemelut tersebut, tampil Joko Tingkir, adipati Pajang bawahan Demak. Ia meredam
pemberontakan Arya (Ario) Penangsang, putera Pangeran Sekar Seda Lepen, yang
berkuasa di Jipang (Bojonegoro).
d) Sultan Hadiwijoyo (1552 – 1557)
Sultan Hadiwijoyo merupakan gelar yang diberikan kepada Joko Tingkir. Ia berhasil
naik tahta karena berhasil meredam pemberontakan yang dilakukan oleh Arya
Penangsang. Ia diangkat sebagai raja Demak setelah sebelumnya terjadi perang saudara
perebutan kekuasaan antara keluarga Sultan Trenggono dengan keluarga Pangeran Sekar
Seda sekitar tahun 1546 sampai dengan tahun 1552.
3. B. Kehidupan Ekonomi
Demak sebagai kerajaan maritim, menjalankan fungsinya sebagai penghubung atau transit
daerah penghasil rempah-rempah di bagian timur dengan Malaka sebagai pasaran di bagian
barat. Perekonomian Demak dapat berkembang dengan pesat di dunia maritim karena
didukung oleh penghasil dalam bidang agraris yang cukup besar. Komoditas yang dipasarkan
antara lain beras yang dihasilkan daerah pedalaman dan rempah-rempah dari Indonesia
Timur. Aktivitas perdagangan maritim itu menyebabkan Kerajaan Demak mendapatkan
keuntungan yang sangat besar. Banyak kapal berlalu lalang di kawasan Laut Jawa untuk
memasarkan komoditasnya.
C. Kehidupan Sosial Budaya
Kehidupan sosial Demak diatur oleh hukum-hukum Islam, namun juga masih menerima
tradisi lama. Dengan demikian, muncul sistem kehidupan sosial yang telah mendapat
pengaruh Islam. Di bidang budaya, terlihat jelas dengan adanya pembangunan Masjid Agung
Demak yang terkenal dengan salah satu tiang utamanya terbuat dari kumpulan sisa-sisa kayu
yang dipakai untuk membuat masjid itu sendiri yang disebut soko tatal. Di pendapa (serambi
depan masjid) itulah Sunan Kalijaga (pemimpin pembangunan masjid) meletakkan dasar-dasar
syahadatain (perayaan Sekaten). Tujuannya ialah untuk memperoleh banyak pengikut
agama Islam. Tradisi Sekaten itu sampai sekarang masih berlangsung di Yogyakarta,
Surakarta, dan Cirebon.
Demak merupakan pusat penyebaran dan pengembangan agama Islam dengan tokoh
utama wali sanga. Masing-masing wali memiliki cara dan strategi sendiri-sendiri saat harus
menyebarkan agama Islam di kalangan rakyat yang masih terpengaruh agama dan
kebudayaan Hindu-Buddha. Media yang digunakan pun beraneka ragam, sehingga
menghasilkan kebudayaan yang beragam pula. Para wali tidak canggung untuk menggunakan
media wayang untuk kegiatan dakwah mereka. Dalam kehidupan sosial kemasyarakatan, para
wali menempati posisi yang penting. Di dalam lingkungan keraton, para wali menjadi
penasihat spiritual raja beserta keluarganya. Sementara itu, tidak sedikit wali yang membuka
pondok pesantren untuk mendidik santri dari berbagai daerah. Kuatnya pengaruh wali dalam
kehidupan sosial masyarakat, menyebabkan tradisi peninggalan wali masih banyak yang
diterapkan oleh sebagian besar kalangan rakyat Jawa.