3. Identifikasi Dampak yang Ditimbulkan
Tahap Konstruksi
A. Mobilisasi dan Demobilisasi Alat dan Bahan.
1. Kemacetan Lalu Lintas.
2. Kerusakan Prasarana Jalan.
3. Kualitas Udara.
4. Peningkatan Kebisingan.
5. Luas Habitat Tumbuhan.
6. Stabilitas Lereng Terganggu.
7. Meningkatnya Erosi Tanah
8. Debit Air Larian.
4. Lanjutan..
B. Pemboran
1. Ketersediaan Air Cimunding Jalu untuk Kegiatan
Masyarakat.
2. Sungai disekitar lokasi kegiatan pemboran.
C. Uji Produksi Sumur
1. Sungai disekitar lokasi kegiatan uji produksi sumur.
2. Meningkatnya konsentrasi gas H2S.
3. Peningkatan Kebisingan.
5. Lanjutan..
D. Pekerjaan Sipil – Mekanik Listrik.
1. Sungai – sungai disekitar lokasi proyek.
E. Pengerahan Tenaga Kerja
1. Perebutan peluang akibat terbukanya peluang kerja
dan usaha.
2. Gangguan kamtibmas.
3. Sungai disekitar basecamp yaitu sungai Cimunding
Jalu.
6. Lanjutan..
Tahap Operasi
A. Operasi PLTP
1. Meningkatnya konsentrasi gas H2S.
B. Pengerahan Tenaga Kerja
1. Penyerapan tenaga kerja lokal dan pengembangan usaha
baru.
2. Sungai disekitar base camp yaitu sungai Cimunding jalu.
3. Terbentuknya akses jalan masuk ke wilayah kehutanan.
7. Evaluasi Dampak yang ditimbulkan.
Dari hasil Identifikasi dampak di dapat :
1. Kemacetan lalu lintas.
2. Kerusakan prasarana jalan.
3. Peningkatan kebisingan.
4. Kualitas udara
5. Ketersediaan air Cimunding Jalu untuk kegiatan
masyarakat menurun.
6. Meningkatnya konsentrasi gas H2S.
7. Perebutan peluang kerja dan usaha.
8. Pemusatan Dampak atau Isu Pokok
Dari hasil evaluasi dampak didapat isu pokok atau
dampak penting dari kegiatan proyek PLTP Karaha
Bodas adalah :
1. Kemacetan lalu lintas.
2. Ketersediaan air untuk kegiatan masyarakat
menurun.
3. Meningkatnya konsentrasi gas H2S.
4. Peningkatan kebisingan.
9. Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) Terhadap Isu Pokok / Dampak Penting.
No Komponen Lingkungan
yang Terkena Dampak
Sumber Dampak Tolak Ukur
Dampak
Tujuan RKL Upaya Pengelolaan
Lingkungan
Lokasi
Pengelolaan
Periode
Pengelolaan
1 Kemacetan lalu lintas Kendaraan
pengangkut
berbagai material
proyek yang
keluar masuk
tapak proyek.
a. Jumlah dan
intensitas
kemacetan
yang terjadi.
b. Frekuensi
dan
banyaknya
kecelakaan
lalu lintas.
Mengurangi
atau menekan
sekecil
mungkin
kemacetan,
antrian
kendaraan dan
kecelakaan lalu
lintas
terutama pada
akses jalan
menuju tapak
proyek.
a. Mengatur lalu
lintas perjalanan
kendaraan
proyek tidak
pada jam sibuk.
b. Peningkatan
disiplin
pengemudi
proyek dan
pemasangan
rambu – rambu
lalu lintas.
c. Memasang tanda
peringatan
sebelum jalan
masuk ke proyek
memperhatikan
batas tonase
yang diijinkan.
d. Dll.
a. Jalan raya
Bandung –
Tasikmalaya
terutama
saat akan
berbelok
menuju
tapak
proyek
(pertigaan
balai desa
Kadipaten)
b. Papan
peringatan
dipasang
dititik 100
meter dari
mulut jalan
masuk ke
tapak
proyek
selama
kegiatan
mobilisasi dan
demobilisasi
alat dan bahan
berlangsung.
10. Lanjutan..
No Komponen
Lingkungan yang
Terkena
Dampak
Sumber
Dampak
Tolak Ukur
Dampak
Tujuan RKL Upaya
Pengelolaan
Lingkungan
Lokasi
Pengelolaan
Periode
Pengelolaan
2 Ketersediaan air
untuk kegiatan
masyarakat
menurun.
Kegiatan
pemboran.
Penurunan
ketersediaan
air sungai
Cimunding
Jalu.
Mencegah
terjadinya
pengurangan
debit sungai
Cimunding Jalu,
dan tidak
terganggunya
pemanfaatan
sungai Cimunding
Jalu untuk
kegiatan
masyarakat.
Pengaturan
pengambilan
air untuk
kegiatan
pemboran akan
dilakukan pada
malam hari
agar tidak
mengganggu
pemakaian air
sungai oleh
masyarakat.
Sungai
Cimunding Jalu
(KA-17).
Selama
kegiatan
pemboran
sumur
produksi.
11. Lanjutan..
No Komponen
Lingkungan
yang Terkena
Dampak
Sumber
Dampak
Tolak Ukur
Dampak
Tujuan RKL Upaya
Pengelolaan
Lingkungan
Lokasi
Pengelolaan
Periode
Pengelolaan
3 Meningkatnya
konsentrasi gas
H2S.
Kegiatan
uji
produksi
sumur.
Kualitas udara
Ambien SK
Gubernur Jawa
Barat No.
660.31/SK/694
-BKPMD/82
Lampiran II
(A).
Menanggula
ngi
meningkatn
ya
konsentrasi
pencemar
udara.
Melakukan
kontak
dengan
kaustik
soda pada
saat
bleeding.
Kegiatan uji
sumur.
Selama
kegiatan uji
produksi
sumur
berlangsun
g untuk
setiap
sumurmya.
12. Lanjutan..
No Komponen
Lingkungan
yang Terkena
Dampak
Sumber Dampak Tolak Ukur
Dampak
Tujuan RKL Upaya
Pengelolaan
Lingkungan
Lokasi
Pengelolaan
Periode
Pengelolaan
4 Peningkatan
Kebisingan.
a. suara dari
kendaraan
yang
digunakan
pada kegiatan
mobilisasi.
b. suara dari alat
yang
digunakan
pada saat
pelepasan uap
ke udara.
Keputusan
Menteri
Negara
Lingkungan
Hidup No.
48/MENLH/II
/1996, tentang
baku tingkat
kebisingan.
a. Mengendalikan
kebisingan
dari
kendaraan
yang
digunakan
pada kegiatan
pengangkutan.
b. Membatasi
durasi tingkat
kebisingan
yang melebihi
baku mutu
lingkungan.
c. Mengurangi
dan meredam
kebisingan.
a. Pembatasan
kecepatan
kendaraan.
b. Mengoperasika
n kendaraan
yang layak
jalan.
c. Pembatasan
aktifitas
mobilisasi pada
hanya siang
hari saja.
d. Memasang alat
rock muffler
(silincer)
untuk setiap
sumur.
a. jalan Desa
Kadipaten
menuju
tapak
proyek.
b. kampung
ciselang
Desa
kadipaten.
c. lokasi tapak
proyek
sekitar
cluster KRH
4/1.
d. di setiap
sumur
produksi.
a. selama
kegiatan
mobilisasi
alat dan
bahan
berlangsu
ng.
b. selama
kegiatan
uji
produksi
sumur
berlangsu
ng.
13. Rencana Pementauan Lingkungan Terhadap Isu Pokok atau Dampak Penting :
No Komponen
yang
dipantau
Indikator
Dampak
Sumber
Dampak
Parameter
lingkungan
yang
dipantau
Tujuan
rencana
pemantauan
Metode
pengumpula
n dan
analisis
data
Lokasi
pemantauan
lingkungan
Jangka
waktu dan
frekuensi
pemantaua
n
1 Gangguan
lalulintas
berupa
kemaceta
n lalu
lintas.
Jumlah
antrian
kendaraan
/
kemacetan
lalu lintas.
Kendaraan
pengangkut
berbagai
material
kebutuhan
proyek
yang keluar
masuk
tapak
proyek.
Tingkat
pelayanan
jalan, dan
jumlah
antrian
kendaraan
.
Mengevaluasi
hasil
pengelolaan
lingkungan
untuk
melakukan
upaya
pencegahan
terhadap
kemungkinan
terjadinya
gangguan lalu
lintas.
a. Pengamat
an
gangguan
lalu lintas
(kemacet
an lalu
lintas).
b. Frekuensi
kecelakaa
n lalu
lintas.
a. Jalan
Bandung –
Tasikmalaya.
b. Jalan yang
menghubungk
an tapak
proyek
dengan jalan
bandung -
Tasikmalaya
(antara Balai
desa
Kadipaten
dengan tapak
proyek).
Setiap 3
bulan sekali
selama
konstruksi
berlangsung
.
14. Lanjutan..
No Komponen
yang
dipantau
Indikator
Dampak
Sumber
Dampak
Parameter
lingkungan yang
dipantau
Tujuan
rencana
pemantauan
Metode
pengumpulan
dan analisis
data
Lokasi
pemantauan
lingkungan
Jangka
waktu dan
frekuensi
pemantauan
2 Konflik
penggunaan
air.
Besar atau
kecilnya
penggunaan
kualitas air
terhadap
kapasitas air.
Kegiatan
pemboran.
Besar atau
kecilnya
penggunaan
kualitas air
terhadap
kapasitas air
yang tersedia.
Memantau
terjadinya
konflik
penggunaan air
yang
berakibat
gangguan
kamtibmas
akibat
menurunnya
debit air
sungai yang
dipergunakan
untuk kegiatan
pemboran.
Ada atau
tidaknya
keluhan
masyarakat
yang berkaitan
dengan dengan
adanya konflik
penggunaan air.
Sub Das
Cimunding
Jalu (KA-17).
Secara
menerus
dengan
pelaporan
setiap 3
bulan 1x
selama
tahap
pemboran
berlangsung.
15. Lanjutan..
No Komponen
yang
dipantau
Indikator Dampak Sumber
Dampak
Parameter
lingkungan
yang
dipantau
Tujuan rencana
pemantauan
Metode
pengumpulan
dan analisis
data
Lokasi
pemantauan
lingkungan
Jangka waktu
dan frekuensi
pemantauan
3 Kualitas
udara (gas
H2S).
a. Kualitas udara
ambien : SK
Gubernur Jawa
Barat no
660.31/SK.694-
BKPMD/82,
lampiran II (A).
b. Kualitas udara
emisi :
peraturan
menteri negara
lingkungan hidup
no 21 tahun
2008 lampiran
V, dan SK
Gubernur Jawa
Barat no
660.31/SK.694-
BKPMD/82,
lampiran II (B).
Uji
produksi
sumur.
Gas H2S. Memantau
seberapa besar
pencemar yang
diemisikan
untuk
selanjutnya
dapat segera
diatasi apabila
konsentrasi
pencemar
melebihi baku
mutu.
Pengambilan
sampel gas
H2S
dilapangan
kemudian
dilakukan
pemeriksaan
dilaboratoriu
m.
a. Disemua
tapak sumur
selama uji
produksi
sumur
berlangsung.
b. Desa-desa
yang
terdekat
dengan lokasi
kegiatan.
Pengambilan
sampel gas
H2S dan
pemeriksaan
laboratorium
dilakukan satu
kali setiap uji
produksi
sumur
16. Lanjutan..
No Komponen
yang
dipantau
Indikator
Dampak
Sumber
Dampak
Parameter
lingkungan
yang dipantau
Tujuan rencana
pemantauan
Metode
pengumpulan
dan analisis
data
Lokasi
pemantauan
lingkungan
Jangka waktu
dan frekuensi
pemantauan
4 Peningklata
n intensitas
kebisingan.
a. Keputusan
menteri
lingkungan
hidup no
48/menlh/1
1/1996
tentang
baku
tingkat
kebisinagan.
b. SK
Gubernur
Jawa Barat
no
660.31/SK.
694-
BKPMD/82,
lampiran II
(A).
a. Operasional
kendaraan
bermotor.
b. Kegiatan uji
produksi
sumur.
a. Tingkat
kebisingan.
b. Peningkatan
kebisingan.
a. Untuk melihat
kemungkinan
terjadinya
peningkatan
kebisingan
sehingga dapat
dilakukan upaya
pencegahan
dampak
lanjutan.
b. Memantau
seberapa besar
terjadinya
peningkatan
intensitas
kebisingan pada
saat kegiatan
uji produksi
sumur.
a. Pengukuran
langsung
dilapangan.
b. Mengukur
intensitas
kebisingan
dilapangan
dengan
menggunakan
alat sound
level meter.
a. Ruas jalan
masuk
kampung
Ciselang
desa
Kadipaten
dan
dilokasi
tapak
PLTP.
b. Semua
tapak
sumur.
c. Desa yang
dekat
dengan
lokasi
kegiatan
uji sumur.
a. 3 bulan 1x
selama
kegiatan
mobilisasi
alat dan
bahan
berlangsung
.
b. Satu kali
setiap uji
produksi
sumur.