Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya pengembangan pusat sumber belajar untuk pendidikan anak usia dini, pendidikan nonformal, dan pendidikan informal. Pusat sumber belajar diperlukan untuk mendukung peningkatan mutu pembelajaran dan pengembangan potensi lokal melalui pendidik dan peserta didik. Dokumen ini juga menjelaskan peran dan fungsi lembaga-lembaga pendukung pendidikan nonformal seperti Balai Pengembangan dan Ke
PPT ini berisi pengantar untuk mengenal tentang siapa anak usia dini, batasan anak dalam UU Perlindungan Anak, masa penting dalam rentangan usia dini, satuan lembaga PAUD, pentingnya PAUD, tujuan PAUD, dan prinsip PAUD
PPT ini berisi pengantar untuk mengenal tentang siapa anak usia dini, batasan anak dalam UU Perlindungan Anak, masa penting dalam rentangan usia dini, satuan lembaga PAUD, pentingnya PAUD, tujuan PAUD, dan prinsip PAUD
Latihan Konstruksi Tes Essay dilengkapi dengan Rubrik (Asesmen dan Evaluasi)Ary Darma
Asesmen dan Evaluasi. Ini merupakan dokumen saya yang dibuat dalam pemenuhan tugas yang sekaligus sebagai bahan latihan untuk memantapkan diri dalam penyusunan atau konstruksi tes. Silahkan didownload untuk kepentingan pembelajaran. :)
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 BAB 2 KURIKULUM MERDEKA.docxModul Guruku
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 BAB 2 KURIKULUM MERDEKA
Tujuan Pembelajaran
Bab ini akan mengajarkan kalian untuk menjadi peserta didik yang antusias dan mandiri dalam mempelajari berbagai jenis buku baik fiksi maupun nonfiksi, memupuk kegemaran membaca, mengenal bagian-bagian buku dan proses pembuatannya, hingga belajar menulis cerita sendiri.
Materi Pembelajaran
Buku Jendela Dunia
• Presentasi Ide
• Membaca dan menjawab pertanyaan terkait teks
• Menyimak penjelasan guru tentang unsur intrinsik pada cerita
• Presentasi
• Membaca dan membahas gaya bahasa
• Membaca dan membahas kalimat langsung dan tidak langsung
• Membaca teks “SerbaSerbi Kelinci”
• Membaca dan latihan
modulguruku.com
Latihan Konstruksi Tes Essay dilengkapi dengan Rubrik (Asesmen dan Evaluasi)Ary Darma
Asesmen dan Evaluasi. Ini merupakan dokumen saya yang dibuat dalam pemenuhan tugas yang sekaligus sebagai bahan latihan untuk memantapkan diri dalam penyusunan atau konstruksi tes. Silahkan didownload untuk kepentingan pembelajaran. :)
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 BAB 2 KURIKULUM MERDEKA.docxModul Guruku
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 BAB 2 KURIKULUM MERDEKA
Tujuan Pembelajaran
Bab ini akan mengajarkan kalian untuk menjadi peserta didik yang antusias dan mandiri dalam mempelajari berbagai jenis buku baik fiksi maupun nonfiksi, memupuk kegemaran membaca, mengenal bagian-bagian buku dan proses pembuatannya, hingga belajar menulis cerita sendiri.
Materi Pembelajaran
Buku Jendela Dunia
• Presentasi Ide
• Membaca dan menjawab pertanyaan terkait teks
• Menyimak penjelasan guru tentang unsur intrinsik pada cerita
• Presentasi
• Membaca dan membahas gaya bahasa
• Membaca dan membahas kalimat langsung dan tidak langsung
• Membaca teks “SerbaSerbi Kelinci”
• Membaca dan latihan
modulguruku.com
2. Pengembangan Pusat Sumber Belajar
Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Nonformal Dan Informal
Penulis:
Abdul Muis, S.Sos.,M.Pd.
Drs. Dadang Sudarman
Agus Gunawan., M.M.Pd.
Karlan, SH, M.Pd.
Dede Suherman, S.Pd.
Abang Eddy Adriansyah, S.IP.
DR. Yosal Iriantara
Editor:
Ir. Djajeng Baskoro., M.Pd
ii
3. Kata Pengantar
Pusat Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal
(PP PAUDNI) Regional I Bandung, merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagaimana amanat Permendikbud
Nomor 18 Tahun 2012 mempunyai tugas Melaksanakan Pemetaan Mutu
Pendidikan, Pengembangan Program dan Model Pendidikan, Supervisi, Fasilitasi,
Penyusunan dan Pelaksanaan Program, Penerapan Model, dan Pengembangan
Sumberdaya serta Kemitraan di bidang Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan
Nonformal, dan Pendidikan Informal.
Pelayanan Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal yang
dilaksanakan oleh PP PAUDNI esensinya adalah upaya meningkatkan mutu
sumberdaya manusia agar setiap insan Indonesia beriman, cerdas, profesional
dan berdaya saing agar cita-cita kemerdekaan bangsa tercapai guna mewujudkan
bangsa Indonesia yang makmur, sejahtera, dan berkeadilan.
Sebagai institusi pendidikan berkewajiban mencerdaskan kehidupan bangsa
melalui pendayagunaan sumberdaya pendidikan baik melalui jalur pendidikan
formal, nonformal, dan informal. Pada jalur pendidikan nonformal dan informal
tersedia layanan pendidikan melalui pendidikan konvensional maupun non
konvensional agar setiap warga negara secara demokratis dapat memilih cara
belajar yang sesuai dengan karakteristik dan harapannya untuk meningkatkan
mutu kehidupan yang lebih baik.
Pengadaan berbagai media pembelajaran baik tertulis maupun elektronik
oleh PP PAUDNI Regional I Bandung dimaksudkan untuk menyediakan bahan
pembelajaran bermutu, konstektual dan memotivasi setiap pembaca untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dibutuhkan untuk
memperluas wawasan, meningkatkan harkat dan martabat serta profesionalitas
sebagai warga negara Indonesia.
Kami atas nama peminpin dan karyawan PP PAUDNI Regional I Bandung
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah sudi menyumbangkan
buah pikiran dan tenaganya untuk mewujudkan sebuah harapan masyarakat
dengan menyediakan bahan-bahan pembelajaran dan informasi yang bermutu.
Kepala PP PAUDNI Regional I Bandung,
Band
Ir. Djajeng Baskoro, M.Pd.
j j g ,
NIP. 196306251990021001
iii
4. Daftar Isi
Kata Pengantar ................................................................................................................ iii
Daftar Isi ........................................................................................................................... iv
BAB 1 Pendahuluan ...................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Dasar ........................................................................................................... 5
C. Tujuan Penulisan ......................................................................................... 5
D. Sasaran Pengguna ...................................................................................... 5
E. Sistematika Penulisan ................................................................................. 6
BAB 2 Kebijakan dan Program Pusat Sumber Belajar Untuk
Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal & Informal ............................................. 7
A. Kebijakan .................................................................................................... 7
B. Program PAUDNI ......................................................................................... 9
C. Arah Pengembangan dan Pemanfaatan TIK ............................................... 11
BAB 3 Konsep Pusat Sumber Belajar Pendidikan Anak Usia Dini,
Nonformal dan Informal ...................................................................................... 17
A. Pengertian Pusat Sumber Belajar ............................................................... 17
B. Fungsi dan Peran Pusat Sumber Belajar .................................................... 22
C. Tujuan Pusat Sumber Belajar ..................................................................... 23
D. Kelembagaan Pusat Sumber Belajar .......................................................... 24
BAB 4 Konsep PSB Berbasis TIK untuk PAUDNI ......................................................... 27
A. Penyelenggaraan Pembelajaran Berbasis TIK ............................................ 28
B. Inovasi Pembelajaran dan Media Pembelajaran ......................................... 42
BAB 5 Implementasi PSB Untuk Peningkatan Mutu PTK PAUDNI ............................... 53
A. Perubahan Lingkungan dan Kebutuhan Belajar .......................................... 54
B. Mengembangkan Etos Belajar ..................................................................... 59
C. Pembentukan Komunitas Pembelajar .......................................................... 63
D. Mengakrabi Teknologi Mutakhir ................................................................... 65
E. Komponen PSB PAUDNI ............................................................................. 67
BAB 6 Manajemen PSB PAUDNI .................................................................................. 77
A. Manajemen PSB .......................................................................................... 80
B. Manajemen PSB PAUDNI ........................................................................... 93
Daftar Pustaka ................................................................................................................. 104
Biodata ............................................................................................................................ 106
iv
5. BAB 1
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Pendidikan Nonformal dan Informal sebagai subsistem pendidikan nasional
bertujuan melayani warga belajar supaya dapat tumbuh berkembang sedini
mungkin dan sepanjang hayatnya, guna meningkatkan martabat dan kualitas
kehidupannya. Secara spesifik subsistem ini bertujuan membina warga belajar
agar memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap mental yang diperlukan untuk
mengembangkan diri, menjadi manusia, hingga melanjutkan pendidikannya ke
jenjang yang lebih tinggi.
Pusat Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini (PP PAUDNI) Regional I
Bandung merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis Pusat, yang mengemban
tugas merumuskan kebijakan teknis bidang PAUDNI di wilayah koordinasi kerja,
melakukan pengkajian dan pengembangan program dan model PAUDNI sebagai
bahan masukan perumusan kebijakan dalam bidang PAUDNI, memfasilitasi
pengembangan sumberdaya bidang PAUDNI sesuai kebutuhan daerah, melakukan
pemberian bimbingan dan evaluasi pelaksanaan program PAUDNI, melakukan
pengembangan dan pengelolaan sistem informasi bidang PAUDNI di wilayah
koordinasi kerjanya maupun UPT di daerah seperti BPKB/SKB. UPTD BPKB/SKB
sebagai unit pelaksana teknis dinas pendidikan yang berada di tingkat provinsi/
kabupaten/kota inilah yang dimaksudkan sebagai lembaga mitra PP PAUDNI
Regional 1 Bandung.
Salah satu kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan nonformal dan
informal adalah meningkatkan mutu pendidikan pada semua jenis satuan dan
Pendahuluan 1
6. program termasuk di dalamnya Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) di daerah.
Pendidikan bermutu merupakan tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Pendidikan
bermutu menjadi prasyarat untuk menghasilkan sumber daya manusia berkualitas
yang mampu bersaing pada tataran global. Untuk mewujudkan pendidikan bermutu
diperlukan strategi dan langkah yang konkret dan operasional yang dilakukan
secara berkesinambungan. Salah satu langkah konkret itu adalah penguatan
UPTD. Diharapkan UPTD ini kelak mampu berperan sebagai subjek penyelenggara
pendidikan, yang mempunyai kewenangan penuh dan peran luas dalam perancangan
dan pelaksanaan program pendidikan nonformal dan informal bagi warga belajar,
sesuai potensi dan kondisi masing-masing wilayah, dengan mengacu pada Standar
Pendidikan Nasional.
Sumber: Dokumentasi PP PNFI Reg.1 Bandung
BPKB merupakan lembaga pemerintah yang dibentuk berdasarkan Surat
Keputusan Gubernur. Merujuk pada Surat Keputusan Mendikbud Nomor
253/O/1997, BPKB mempunyai tugas pokok melaksanakan pengembangan,
bimbingan dan uji coba program pendidikan luar sekolah, pemuda dan olahraga
berdasarkan kebijakan Direktur Jenderal Pendidikan Luar Sekolah, Pemuda dan
Olahraga. Adapun fungsi BPKB terdiri dari: (a) pembuatan dan penyusunan model
dan program pendidikan luar sekolah, pemuda dan olahraga; (b) pelaksanaan uji
coba model dan program pendidikan luar sekolah, pemuda dan olahraga yang
dikembangkan menurut kondisi daerah setempat; (c) penyebarluasan model dan
pengembangan program pendidikan luar sekolah, pemuda dan olahraga hasil uji
coba ke daerah yang sesuai; (d) pemberian penyuluhan proses belajar mengajar
dan penilaian dalam rangka pengembangan program pendidikan luar sekolah,
Pengembangan Pusat Sumber Belajar Pendidikan Anak Usia Dini,
2 Pendidikan Nonformal Dan Informal
7. pemuda dan olahraga; (e) pengembangan dan pelaksanaan uji coba model sarana
belajar muatan lokal untuk mendukung program kegiatan belajar pendidian luar
sekolah, pemuda dan olahraga (f) pelaksanaan bimbingan teknis kepada SKB ; (g)
dan pengelolaan urusan tata usaha Balai.
SKB merupakan lembaga pemerintah yang dibentuk berdasarkan Surat
Keputusan Bupati/Walikota. Merujuk pada Surat Keputusan Mendikbud Nomor 023/
O/1997, SKB ini mempunyai tugas pokok melaksanakan program percontohan dan
pengendalian mutu program PAUDNI berdasarkan kebijakan Ditjen PAUDNI. SKB
secara teknis maupun administratif bertanggung jawab dan dibina langsung oleh
Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, sedang menurut kedudukannya SKB berada di
tingkat kabupaten/kota dengan wilayah kerja meliputi seluruh wilayah kabupaten/
kota. Dengan melihat kebutuhannya, satu kabupaten/kota memungkinkan untuk
mempunyai lebih dari satu SKB.
Dalam melaksanakan tugas pokoknya sebagaimana tercantum dalam Surat
Keputusan Mendikbud Nomor 023/O/1997, SKB memiliki fungsi sebagai : (a)
pembangkitan dan penumbuhan kemauan belajar masyarakat dalam rangka
terciptanya masyarakat gemar belajar; (b) pemberian motivasi dan pembinaan
masyarakat agar mau dan mampu menjadi tenaga pendidik dalam pelaksanaan
azas saling membelajarkan; (c) pemberian pelayanan informasi kegiatan pendidikan
nonformal; (d) pembuatan percontohan berbagai program dan pengendalian
mutu pelaksanaan program PNF; (e) penyusunan dan pengadaan sarana belajar
muatan lokal; (f) penyediaan sarana dan fasilitas belajar; (g) pengintegrasian dan
penyinkronisasian kegiatan sektoral dalam PNF; (h) pelaksanaan pendidikan dan
pelatihan tenaga pelaksana PNF; dan (i) pengelolaan urusan tata usaha Sanggar.
Disamping tugas pokok dan fungsi tersebut, SKB memiliki tugas tambahan seiring
dengan dicanangkannya otonomi daerah. Hal ini tentu saja berpengaruh terhadap
daya dukung pemerintah daerah pada lembaga SKB.
Kualitas pembelajaran pada setiap satuan maupun program PAUDNI di
masyarakat, sangat ditentukan oleh kualitas pendidik dan sumber belajar yang
ada di BPKB/SKB. Dalam UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
pembelajaran didefinisikan sebagai suatu proses interaksi antara peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menyimak
definisi itu tampak jelas bahwasanya peran pendidik merupakan faktor utama yang
menentukan peningkatan mutu pembelajaran. Untuk pengoptimalisasian peran
pendidik tersebut, maka pendidik harus diberi ruang untuk berkreasi, berinovasi dan
berkolaborasi dalam rangka melaksanakan pembelajaran yang bermutu. Diperlukan
sumber belajar, baik berupa orang, data maupun benda yang telah dikemas
sedemikian rupa sehingga bisa menjadi bahan yang berguna dalam mendukung
pengoptimalisasian peran dan kualitas pendidik, yang pada akhirnya diharapkan
berbanding lurus dengan pencapaian kompetensi warga belajar yang dididiknya.
Selain pendidik ataupun benda-benda sebagai sumber belajar lainnya,
lingkungan belajar merupakan faktor lainnya yang berpengaruh terhadap mutu
pembelajaran PAUDNI di BPKB/SKB. Hal ini menandaskan bahwasannya, peserta
Pendahuluan 3
8. didik hendaknya tidak hanya belajar dari para pendidiknya saja, melainkan dapat
pula belajar dari berbagai sumber belajar yang tersedia pada lingkungannya. Dengan
memanfaatkan apa-apa yang tersedia pada lingkungannya sebagai sumber belajar,
kelak para peserta didik akan mampu mengangkat potensi-potensi lokal di daerah
atau lingkungannya menjadi suatu produk unggulan yang mengandung nilai benefit
dan nilai profit, bagi dirinya maupun lingkungan dimana ia bertinggal.
Sumber: Dokumen Seksi Sarpras PP PNFI Reg.1 Bandung
Untuk mendorong para pendidik dan para peserta didik bermampuan menggali
dan mengangkat potensi-potensi lokalnya, maka dibutuhkan Pusat Sumber Belajar
(PSB) yang berkualitas. Sumber belajar yang bermutu dalam pembelajaran kini
memang menuntut perhatian lebih demi kesuksesan pembelajaran pada BPKB/SKB
pada masa yang akan datang, terutama dalam mendukung proses pembelajaran
antara pendidik dan peserta didik untuk menggali dan mengangkat potensi lokal
menjadi produk unggulan daerah.
Peran PSB pada BPKB/SKB demikian penting dan utama dalam proses
pembelajaran dan transformasi ilmu pengetahuan pada unit-unit pelaksana teknis
daerah tersebut. Ironisnya, selama ini sumber-sumber belajar yang ada di setiap
UPT belum dikelola dan dimanfaatkan secara optimal. Kendala yang dihadapi dalam
pemanfaatan sumber-sumber belajar selama ini adalah karena masih beragamnya
pemahaman dan kemampuan para pendidik dalam mengelola sumber belajar.
Oleh karena itu, diperlukan pemberdayaan setiap UPT Pusat maupun UPT
daerah, dalam rangka meningkatkan fungsinya sebagai Pusat Sumber Belajar
bagi masyarakat melalui program-program unggulan berbasis kewilayahan. Untuk
mendukung pemberdayaan setiap UPT Pusat maupun UPT Daerah sebagaimana
dipaparkan di atas disusun Standar Pengelolaan Pusat Sumber Belajar (PSB).
Pengembangan Pusat Sumber Belajar Pendidikan Anak Usia Dini,
4 Pendidikan Nonformal Dan Informal
9. B. Dasar
Dasar penyusunan penulisan Standar Pengelolaan Pusat Sumber Belajar ini
adalah sebagai berikut:
1. Undang-undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1991 tentang Pendidikan Luar Sekolah.
3. Peraturan Pemerintah No.19 tahun 2007 tentang Standar Nasional Pendidikan.
4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 8 Tahun
2008 tanggal 31 Maret 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pusat
Pengembangan Pendidikan Nonformal dan Informal.
5. Program Kerja Pusat Pengembangan Pendidikan Nonformal dan Informal (PP
PAUDNI) Regional I Bandung Tahun 2011.
C. Tujuan Penulisan
Penulisan Standar Pusat Sumber Belajar ini dimaksudkan sebagai acuan
bagi pembina dan penanggung jawab program PSB dalam memberikan bantuan
teknis pada penyelenggara program PSB; menjadi penysusunan perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi penyelenggaraan PSB bagi calon penyelenggara PSB;
dan acuan bagi pihak lain yang terkait. Sedangkan Tujuan Penulisan Standar Pusat
Sumber Belajar untuk UPTD BPKB/SKB adalah sebagai panduan bagi:
1. Memberikan pemahaman bagi pengelola tentang pengertian, tujuan dan fungsi
PSB BPKB/SKB;
2. Memberikan gambaran secara menyeluruh tentang penyelenggaraan PSB
BPKB/SKB yang meliputi proses, pengorganisasian, tugas dan tanggung
jawab, dan mekanisme penyelenggaraan;
D. Sasaran Pengguna
Pengguna Penulisan Standar Pengelolaan Pusat Sumber Belajar ini adalah
sebagai berikut:
1. Lembaga penyelenggara Pusat Sumber Belajar (PSB) program PAUDNI
Unggulan berbasis potensi lokal di UPTD BPKB/SKB.
2. Dinas Pendidikan Tingkat Propinsi, Kabupaten/Kota dan Kecamatan serta
Mitra terkait.
Pendahuluan 5
10. E. Sistematika Penulisan
Penulisan ini memuat beberapa bagian. Bagian pertama yang terdiri atas Bab I
Pendahuluan, Bab II Kebijakan dan Program Pusat Sumber Belajar untuk PAUDNI,
dan Bab III membahas konsep Pusat Sumber Belajar. Bagian kedua yang terdiri
atas Bab IV yang membahas Konsep PSB Berbasis TIK untuk PAUDNI, dan BAB V
Implementasi PSB untuk peningkatan mutu PTK PAUDNI. Bagian ketiga yang berisi
Bab VI tentang manajemen PSB.
Pengembangan Pusat Sumber Belajar Pendidikan Anak Usia Dini,
6 Pendidikan Nonformal Dan Informal
11. BAB 2
Kebijakan dan Program Pusat
Sumber Belajar Untuk Pendidikan
Anak Usia Dini, Nonformal & Informal
A. Kebijakan
Pengembangan Pusat Sumber Belajar (PSB) untuk Pendidikan Anak Usia
Dini, Nonformal dan Informal (PAUDNI) merupakan implementasi Rencana
Strategis Kemeneterian Pendidikan dan Kebudayaan, yang menjabarkan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang. Sebagai rencana strategis, tentu memperhitungkan
berbagai aspek termasuk perkembangan dan perubahan yang terjadi pada
lingkungan pendidikan. Dalam konteks perkembangan ilmu dan teknologi, khususnya
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) semua bidang dipengaruhi
perkembangan ini dan berusaha memanfaatkannya.
Dalam Renstra Kemendikbud dinyatakan,
“Kondisi teknologi yang mempengaruhi pembangunan pendidikan dalam kurun
waktu lima tahun mendatang antara lain adalah (1) kesenjangan literasi TIK
antarwilayah, (2) kebutuhan akan penguasaan dan penerapan iptek dalam rangka
menghadapi tuntutan global, (3) terjadinya kesenjangan antara perkembangan
teknologi dan penguasaan iptek di lembaga pendidikan, (4) semakin
meningkatnya peranan TIK dalam berbagai aspek kehidupan termasuk dalam
bidang pendidikan, (5) semakin meningkatnya kebutuhan untuk melakukan
berbagi pengetahuan dengan memanfaatkan TIK, (6) perkembangan internet
Kebijakan Dan Program Pusat Sumber Belajar
Untuk Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal & Informal
7
12. yang menghilangkan atas wilayah dan waktu untuk melakukan komunikasi dan
akses terhadap informasi, dan (7) perkembangan internet yang juga membawa
dampak negatif terhadap nilai dan norma masyarakat serta memberikan
peluang munculnya plagiarisme dan pelanggaran HAKI.”
Sumber: http://csrsemengresik.com/wp-content/uploads/2011/11/2-paud-640x4271.jpg
Akan halnya PAUDNI, ditetapkan ada sejumlah tujuan strategis yang haruis
dicapai. Tujuan strategis untuk bidang PAUD adalah “tersedia dan terjangkaunya
layanan PAUD bermutu dan berkesetaraan di semua provinsi, kabupaten dan kota”.
Sedangkan strategi pencapaiannya adalah sebagai berikut:
1. Penyediaan pendidik PAUD berkompeten yang merata di seluruh provinsi,
kabupaten/kota yang meliputi pemenuhan guru TK/TKLB berkompeten dan
penyediaan tutor PAUD nonformal berkompeten;
2. Penyediaan manajemen PAUD berkompeten yang merata di seluruh provinsi,
kabupaten, dan kota yang meliputi pemenuhan kepala satuan pendidikan,
pengawas, dan tenaga administrasi;
3. Penyediaan dan pengembangan sistem pembelajaran, data dan informasi
berbasis riset, dan standar mutu PAUD, serta keterlaksanaan akreditasi PAUD;
4. Penyediaan dan peningkatan sarana dan prasarana untuk penerapan sistem
pembelajaran TK/TKLB berkualitas yang merata di seluruh provinsi, kabupaten,
dan kota;
5. Penyediaan subsidi untuk meningkatkan keterjangkauan layanan pendidikan
TK/TKLB berkualitas yang merata di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota;
6. Penyediaan subsidi pembiayaan untuk penerapan sistem pembelajaran PAUD
Nonformal berkualitas yang merata di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota.
Pengembangan Pusat Sumber Belajar Pendidikan Anak Usia Dini,
8 Pendidikan Nonformal Dan Informal
13. Sedangkan untuk pendidikan orang dewasa berkelanjutan, tujuan strategisnya
adalah “tersedia dan terjangkaunya layanan pendidikan orang dewasa berkelanjutan
yang berkesetaraan, bermutu dan relevan dengan kebutuhan masyarakat”. Strategi
pencapaian tujuan tersebut adalah dengan:
1. Penyediaan tutor berkompeten yang merata antarprovinsi, kabupaten, dan
kota yang meliputi pemenuhan tutor keaksaraan fungsional dan pendidikan
kecakapan hidup;
2. Penyediaan dan pengembangan sistem pembelajaran, data dan informasi
berbasis riset, dan standar mutu pendidikan keaksaraan fungsional, pendidikan
kecakapan hidup, homeschooling dan parenting education serta keterlaksanaan
akreditasi satuan pendidikan penyelenggara pendidikan orang dewasa;
3. Penyediaan subsidi pembiayaan untuk penerapan sistem pembelajaran
pendidikan orang dewasa berkualitas yang merata di seluruh provinsi,
kabupaten, dan kota.
B. Program PAUDNI
Program PAUDNI ada dua hal yang menjadi titik perhatian yaitu penguatan
dan peluasan pendidikan nonformal dan informal serta penyelenggaraan program
pendidikan nonformal dan informal untuk melayani kebutuhan pendidikan warga
masyarakat. Dalam penyelenggaraan program pendidikan nonformal dan informal ini,
pendekatan perbaikan dan peningkatan mutu menjadi perhatian dan strategi untuk
pencapaian tujuan. Dengan demikian, pendekatan dan strategi yang dipergunakan
adalah strategi mutu. Ada pun program yang dilaksanakan adalah sebagai berikut.
1. Penguatan dan Perluasan Pendidikan Nonformal
dan Informal
Program pendidikan nonformal dan informal sangat strategis dalam upaya
untuk menurunkan buta aksara dan meningkatkan kecakapan hidup masyarakat
berkesetaraan gender. Hal ini sejalan dengan komitmen internasional dalam
pemberantasan buta aksara. Selain itu, dalam upaya mewujudkan masyarakat
berbasis pengetahuan perlu ditingkatkan budaya baca masyarakat. Penguatan dan
perluasan ini dilaksanakan antara lain melalui kebijakan-kebijakan sebagai berikut.
a. Penguatan dan perluasan program pembelajaran langsung di Pusat Kegiatan
Belajar Masyarakat (PKBM);
b. Penguatan dan perluasan pendidikan kecakapan hidup untuk warga negara
usia sekolah yang putus sekolah atau tidak melanjutkan sekolah dan bagi
warga usia dewasa;
c. Penguatan dan perluasan budaya baca melalui penyediaan taman bacaan,
bahan bacaan dan sumber informasi lain yang mudah, murah, dan merata
serta sarana pendukungnya;
Kebijakan Dan Program Pusat Sumber Belajar
Untuk Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal & Informal
9
14. d. Penguatan dan perluasan pendidikan nonformal dan informal untuk mengurangi
disparitas antargender;
e. Pemberian fasilitasi pelaksanaan peningkatan pengetahuan dan kecakapan
keorangtuaan (parenting education) dan homeschooling.
Sumber: Dokumen PP PNFI Regional I Bandung
2. Program Pendidikan Nonformal dan Informal
Program ini dilakukan untuk mendukung tujuan sebagai berikut.
a. Tersedia dan terjangkaunya layanan PAUD bermutu dan berkesetaraan di
semua provinsi, kabupaten dan kota;
b. Terjaminnya Kepastian Memperoleh Layanan Pendidikan Dasar Bermutu dan
Berkesetaraan di Semua Provinsi, Kabupaten dan Kota;
c. Tersedia dan Terjangkaunya Layanan Pendidikan Menengah yang Bermutu
dan Relevan dan Berkesetaraan di Semua Provinsi, Kabupaten dan Kota;
d. Tersedia dan Terjangkaunya Layanan Pendidikan Orang Dewasa Berkelanjutan
yang Bermutu dan Relevan dengan Kebutuhan Masyarakat.
Dalam melaksanakan program ini, digunakan strategi sebagai berikut.
a. Penyediaan subsidi pembiayaan untuk penerapan sistem pembelajaran PAUD
Nonformal bermutu yang merata di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota;
b. Penyediaan subsidi pembiayaan untuk penerapan sistem pembelajaran Paket
A dan B bermutu yang merata di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota;
c. Penyediaan subsidi pembiayaan untuk penerapan sistem pembelajaran Paket
C bermutu yang merata di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota;
d. Penyediaan subsidi pembiayaan untuk penerapan sistem pembelajaran pendidikan
orang dewasa bermutu yang merata di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota.
Pengembangan Pusat Sumber Belajar Pendidikan Anak Usia Dini,
10 Pendidikan Nonformal Dan Informal
15. C. Arah Pengembangan dan Pemanfaatan TIK
Mengacu pada Permendiknas No. 38/2008 tentang Pengelolaan Teknologi
Informasi dan Komunikasi di Lingkungan Departemen Pendidikan Nasional,
dinyatakan aplikasi dan konten yang dikembangkan melalui TIK di lingkungan
Kementerian. Aplikasi yang dipergunakan adalah aplikasi-aplikasi untuk administrasi,
konten pembelajaran, dan aplikasi informasi dan kebijakan pendidikan. Sedangkan
untuk jenis konten yang dikembangkan adalah konten administrasi (e-administrasi),
konten pembelajaran (e-pembelajaran) serta konten informasi dan kebijakan
pendidikan.
Khusus untuk konten pembelajaran, Permendiknas itu menyebutkan dua
jenis konten pembelajaran yaitu bahan belajar berbasis kurikulum dan bahan
belajar untuk pengayaan pada semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan. Khusus
untuk konten pembelajaran berbasis kurikulum untuk satuan pendidikan dasar
dan menengah, konten pembelajarannya harus mendapatkan penilaian kelayakan
sebelumnya dari Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP).
Sedangan untuk bidang sistem dan teknologi informasi, Renstra Kemendikbud
yang mendasarkan diri pada Kemendiknas tadi, dikemukakan pengembangan
sistem dan teknologi informasi terpadu, yang menyatakan:
“Dalam rangka mendukung tercapainya pemerataan dan perluasan akses
pendidikan, peningkatan mutu, relevansi dan daya saing pendidikan, serta
penguatan tata kelola, akuntabilitas, dan citra publik, diperlukan sistem dan
teknologi informasi secara terpadu yang mampu meningkatkan pelayanan
dan mendukung penyediaan informasi dan pelaporan bagi penentu kebijakan
pendidikan dan pemangku kepentingan serta penyelenggaraan pembelajaran
secara tepat, transparan, akuntabel, dan efisien.”
Kebijakan Dan Program Pusat Sumber Belajar
Untuk Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal & Informal
11
16. Menteri
12
Sistem Pendukung Keputusan Kemendiknas
P j b t
Pejabat
Eselon Satu
P j b t
Pejabat
Eselon Dua
Aplikasi Aplikasi Aplikasi
e-pembelajaran
Pengawasan Kepegawaian Manajemen Dikti
Aplikasi
Aplikasi Aplikasi Aplikasi e-knowledge
Manajemen
Keuangan Manajemen Asset Litbang sharing
Dikdasmen
Unit Kerja
Aplikasi Aplikasi Aplikasi Aplikasi e-sumber
Kemendiknas Perencanaan Kesekretariatan Manajemen PNFI Manajemen PMPTK belajar
Pendidikan Nonformal Dan Informal
Terkait
Aplikasi Non Kependidikan (e-manajemen e-layanan, e-pelaporan)
Aplikasi
plik (e-manajemen, e-layanan e-pelaporan)
ma lap Aplikasi
Kependidikan
JARDIKNAS Data Data Data Data Data Data
Manajemen Manajemen Manajemen Manajemen Manajemen Manajemen
PAUD Dikdas Dikmen Dikti Dikdewasa Asset
Pengembangan Pusat Sumber Belajar Pendidikan Anak Usia Dini,
Data Data
ata N an
Pangkalan Data Non Kependidikan
Kependidikan Warehousing
Data Data Data Data Data Data
Perencanaan Kepegawaian
n Keuangan Kesekretariatan
an Pengawasan
n Litbang P
Pangkalan
k l
Data
Kependidikan
Sumber: Renstra Kemendiknas 2010 - 2014
Gambar 2.1 Arsitektur Sistem dan Teknologi Informasi Terpadu
17. Untuk mengimplementasikan pengembangan Sistem danTeknologi Informasi
Terpadu di lingkungan Kemendiknas perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Strategi Pengembangan Sistem dan Teknologi Informasi Kemendiknas harus
selaras dengan Visi dan Misi Kemendiknas
2. Sistem dan Teknologi Informasi Kemendiknas harus mampu mendukung
manajemen Kemendiknas dalam mengambil keputusan secara cepat,efisien
dan efektif termasuk mengatur wewenang pendistribusian informasi.
3. Sistem dan Teknologi Informasi Kemendiknas harus fleksibel untuk
mengantisipasi berbagai perubahan termasuk dilakukannya reformasibirokrasi
dan organisasi.
4. Sistem dan Teknologi Informasi Kemendiknas harus menjamin keamanan dan
kesahihan data serta menjamin efisiensi pengelolaan pangkalan data sehingga
tidak terjadidata redundancy.
5. Sistemdan Teknologi Informasi Kemendiknas harus mampu menjadi sarana
untuk mendukung pemberian layanan pendidikan termasuk e-pembelajaran,e-
knowledge sharing dan e-sumber belajar
6. Sistemdan Teknologi Informasi Kemendiknas harus mendukung tercapainya
Sistem Tata Kelola Kemendiknas termasuk sistem pengawasan dan evaluasi,
pelaporan yang handal,efektifdan efisien;
7. Guna menjamin keterpaduan perlu dilakukan terlebih dahulu pembuatan Master
Plan Sistem dan Teknologi Informasi Terpadu Kemendiknas yang selaras
dengan Rencana Strategis Kemendiknas.
Sedangkan pada tataran operasional yang dilaksanakan di wilayah kerja PP
PAUDNI Regional I Jayagiri, implementasi TIK untuk meningkatkan mutu PAUDNI
dilakukan dengan membangun PSB di UPTD/SKB. Pada tahun 2012 direncanakan
terbentuk 20 PSB, pada tahun 2013 direncanakan terbangun 30 PSB dan pada tahun
2014 sudah terbangun 46 PSB. Sejalan dengan pengembangan PSB itu, dilakukan
peningkatan mutu PAUDNI yang ditandai dengan jumlah lembaga PAUDNI yang
terakreditasi dan PTK PAUDNI yang tersertifikasi. Perkembangan dan penetapan
sasaran tahunan tersebut divisualisasikan pada gambar berikut.
Kebijakan Dan Program Pusat Sumber Belajar
Untuk Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal & Informal
13
18. Thn. 2014
75% akreditasi &
Thn. 2013 20% sertifikasi
50% akreditasi & 8 TUK, 46 PSB
15% sertifikasi
5 TUK, 30 PSB
Thn. 2012
25% akreditasi &
10% sertifikasi
2 TUK, 20 PSB
Gambar 2.2. Rencana Kerja Akreditasi Program, Sertifikasi PTK & TUK/PSB UPTD 2012 - 2014
Sejalan dengan itu, dilakukan juga upaya revitalisasi fungsi kelembagaan
UPTD SKB sehingga SKB memainkan peran dalam upaya peningkatan mutu
layanan PAUDNI. PSB menjadi wahana penting dalam upaya peningkatan mutu
tersebut, karena dapat menyelenggarakan kegiatan pendidikan dan pelatihan
untuk peningkatan kompetensi PTK PAUDNI. Peningkatan mutu PTK PAUDNI ini
merupakan bagian penting dalam upaya meningkatkan mutu layanan PAUDNI.
Mengingat peningkatan mutu pendidikan bagaimana pun tidak akan bisa dilepaskan
dari membaiknya mutu PTK PAUDNI sendiri.
Peran dan revitalisasi fungsi kelembagaan UPTD/SKB itu divisualisasikan
seperti berikut:
SKB
Penjaminan
PKBM LKP
Percontohan (2195) (3650)
Pusat
TBM
PAUD
(564)
(17054)
Gambar 2.3. Revitalisasi Fungsi Kelembagaan UPTD SKB 2011-2014
Pengembangan Pusat Sumber Belajar Pendidikan Anak Usia Dini,
14 Pendidikan Nonformal Dan Informal
19. Akan halnya penyelenggaraan pelatihan yang berbasis TIK akan menjadi bagian
penting dalam ikhtiar peningkatan mutu tersebut. Pelatihan yang diselenggarakan
tidak lagi hanya berbasis pelatihan konvensional yang mengharuskan peserta
pelatihan meninggalkan tugasnya dan datang ke satu tempat kegiatan pelatihan,
melainkan bisa dilakukan dengan tingkat fleksibilitas yang tinggi. Tingginya
fleksibilitas tersebut, karena e-pelatihan memungkinkan peserta pelatihan tidak
perlu meninggalkan lokasi tempatnya bekerja dan bisa memanfaatkan perangkat
teknologi yang dimilikinya.
Selain itu, materi pembelajaran dalam pelatihan pun dapat dibuat fleksibel
disesuaikan dengan kebutuhan. Dengan kata lain, materi pembelajaran dapat
dibuat tailor-made sesuai dengan kebutuhan setiap peserta pelatihan. Untuk materi
pembelajaran yang sudah dikuasai peserta pelatihan tidak perlu lagi diikuti. Peserta
pelatihan hanya mengikuti metari pembelajaran yang dianggap penting dan belum
dikuasainya. Model penyelenggaraan pelatihanberbasis e-pelatihan tersebut,
divisualisasikan seperti berikut.
e-training
e-Administrasi
e-Jadwal
PTK
Kurikulum
e-Media
e-Evaluasi
Cms-Oms
Media
Pembelajaran
P2PNFI Perangkat Tutorial
dan dan Uji
BPPNFI Kompetensi
Koneksitas Mentor
BPKB
Desain
Instruksional
Pengembangan
Sistem SKB-PSB-TUK
Gambar 2.4. Model Penyelenggaraan e-Training di UPT-UPTD 2012
Kebijakan Dan Program Pusat Sumber Belajar
Untuk Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal & Informal
15
20. Dengan demikian, kemajuan TIK dimanfaatkan untuk peningkatan mutu layanan
PAUDNI. Karena memang tidak bisa dipungkiri, perkembangan TIK mempengaruhi
kehidupan kita, termasuk mempengaruhi kegiatan pendidikan pada berbagai jalur
dan jenjang pendidikan. Dunia pendidikan tidak bisa menutup diri dari pengaruh
TIK. Ada banyak hal yang diubah dalam dunia pendidikan karena perkembangan
TIK ini.
Mengikuti perkembangan dengan memanfaatkan TIK untuk sebesar-besar
kebaikan dunia pendidikan sudah dilakukan di berbagai penjuru dunia. TIK
sudah menjadi bagian penting dari sarana pendidikan dan memberikan bantuan
besar dalam proses pembelajaran. Oleh sebab itu, diperlukan langkah-langkah
pemanfaatan TIK ini untuk peningkatan mutu pendidikan, termasuk pendidikan
nonformal dan informal.
Pengembangan Pusat Sumber Belajar Pendidikan Anak Usia Dini,
16 Pendidikan Nonformal Dan Informal
21. BAB 3
Konsep Pusat Sumber Belajar
Pendidikan Anak Usia Dini,
Nonformal dan Informal
A. Pengertian Pusat Sumber Belajar
Konsep Pusat Sumber Belajar Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal 17
22. Apakah Pusat Sumber Belajar (PSB) itu? Tempat, gedung, gagasan atau
konsep? Ataukah PSB mencakup tempat, gedung, gagasan atau konsep yang di
dalamnya menunjukkan adanya kegiatan pembelajaran pembelajaran? Pertanyaan
dan penjelasan yang disampaikan Ducote (1970) Ducote bisa menjelaskan makna
PSB. Selanjutnya Ducote menjelaskan, lebih tepat jika PSB dirumuskan sebagai
integrasi media dan tempat untuk membangun lingkungan belajar. Dengan demikian,
secara sederhana, PSB dapat diartikan sebagai ketersediaan informasi yang mudah
diakses atau disimpan dalam berbagai media dan format.
Sedangkan Centre for Educational Research and Innovation (2007:31-32)
mengutip definisi yang dibuat UNESCO yang menyatakan PSB terbuka sebagai
“menyajikan sumber belajar secara terbuka, yang memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi, yang dipergunakan untuk konsultasi, dimanfaatkan dan
dimodifikasi oleh komunitas pengguna untuk tujuan nonkomersial.” Namun, Centre
for Educational Research and Innovation (2007:32) menegaskan, sekarang ini lebih
banyak yang memaknai PSB sebagai “sumber pembelajaran terbuka yang berupa
materi digital yang diberikan secara gratis dan terbuka untuk kalangan pendidik,
siswa dan pembelajar mandiri untuk digunakan dan digunakan kembali dalam
kegiatan pembelajaran dan penelitian.” PSB ini mencakup:
1. Konten pembelajaran, yang berupa materi pembelajaran, modul, bahan belajar,
kumpulan tulisan dan jurnal
2. Perangkat lunak, yang menunjang pengembangan, penggunaan, pemanfaatan-
ulang dan penyampaian bahan belajar termasuk penelusuran dan
pengorganisasian konten, sistem manahemen pembelajaran dan bahan belajar,
perangkat pengembangan konten, dan komunitas pembelajaran online.
3. Sumber implementasi, lisensi hak kekayaan intelektual untuk mendorong
publikasi bahan belajar secara terbuka, desain prinsip-prinsip best practices
dan muatan bahan belajar yang sesuai kebutuhan setempat.
Pengembangan Pusat Sumber Belajar Pendidikan Anak Usia Dini,
18 Pendidikan Nonformal Dan Informal
23. Sumber daya
Perangkat Konten
Implementasi
Sistem Perangkat Sumber Referensi Perangkat Best
Manajemen Pengembangan Belajar Berlisensi Practices
Konten Koneksi Koleksi • Creative
• Arsip internet Commons CMU
Perangkat • Google • GNU Free
Pembelajaran Schooler Document
• MIT OCW • Library of
• ParisTech Congress
• Tapan • Wilkis
Perangkat Sistem
Sosial Manajemen
• Wilkis Pembelajaran Objek Interoperabilitas
• HQO • Moodie Belajar • CMS
• OSLO • Sakai • MERLOT • SCQRM
Research • Connections • OKJ
Konsep Pusat Sumber Belajar Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal
Sumber: Centre for Educational Research and Innovation (2007: 32)
Gambar 3.1. Peta Konseptual Pusat Sumber Belajar Terbuka
19
24. Sumber belajar dibedakan menjadi 2 jenis : (a) sumber belajar yang
direncanakan, yaitu semua sumber yang secara khusus telah dikembangkan
sebagai komponen sistem instruksional yang memfasilitasi pembelajaran yang
terarah dan bersifat formal dan ; (b) sumber belajar yang menjadi sumber belajar
karena dimanfaatkan sebagai bahan pembelajaran, yaitu sumber-sumber yang tidak
didesain secara khusus untuk keperluan pembelajaran namun tersedia, diterapkan
dan digunakan untuk keperluan belajar.
Sedangkan sumber belajar sendiri dapat dimaknai secara sempit dan luas,
seperti yang dikemukakan Sudjana (1989). Secara sempit sumber belajar terfokus
pada bahan-bahan cetak, sedangkan secara luas mencakup berbagai macam
sumber daya yang bisa dimanfaatkan guna kepentingan proses belajar-mengajar,
baik secara langsung maupun tidak. Dalam pandangan Percival & Ellington (1988),
sumber belajar yang dipakai dalam pendidikan atau pelatihan adalah suatu sistem
yang terdiri dari sekumpulan bahan atau situasi yang diciptakan dengan sengaja
dan dibuat sehingga memungkinkan peserta didik belajar secara individual. Sumber
belajar inilah yang disebut media pendidikan atau media instruksional. Untuk
menjamin bahwa sumber belajar adalah sumber belajar yang cocok dan tepat,
maka sumber belajar tersebut harus memenuhi 3 persyaratan, yaitu: (a) harus
dapat tersedia dengan cepat; (b) harus dapat memungkinkan siswa untuk memacu
diri sendiri; (c) harus bersifat individual, misalnya harus dapat memenuhi berbagi
kebutuhan para siswa dalam belajar mandiri.
Pengembangan Pusat Sumber Belajar Pendidikan Anak Usia Dini,
20 Pendidikan Nonformal Dan Informal
25. Sesungguhnya media pendidikan ini lebih dari sekedar sarana atau wahana
untuk menyimpan dan menyampaikan konten pendidikan. Dalam pandangan
Danandjaja (2010:36) media pembelajaran ini sebenarnya mirip dengan media
dalam artian biotek yaitu tempat/bahan bertumbuhnya jaringan menjadi bibit. Jadi
di sini, media sebenarnya menjadi wahana untuk perkembangan dan pertumbuhan.
Bukan sekedar wahana untuk menyampaikan konten pendidikan. Dalam konsep
PSB, oleh para pendidik media pembelajaran cenderung dipandang sebagai sarana
pembelajaran yang membuat kegiatan pembelajaran menjadi efektif.
Menurut Seels & Richey (1994), sumber belajar adalah manifestasi fisik dari
teknologi perangkat keras, perangkat lunak dan bahan pembelajaran, yang dapat
dikategorikan dalam 4 jenis teknologi yaitu teknologi cetak, teknologi audiovisual,
teknologi berbasis komputer, dan teknologi terpadu. Masing-masing dari teknologi
tersebut dijabarkan sebagai berikut :
1. Teknologi cetak, teknologi yang dipergunakan untuk memproduksi atau
menyampaikan bahan seperti buku-buku dan bahan-bahan visual yang statis,
terutama melalui proses pencetakan mekanis atau fotografis.
2. Teknologi Audiovisual, teknologi yang dipergunakan memproduksi dan
menyampaikan bahan dengan menggunakan peralatan mekanis dan elektronis
untuk menyampaikan pesan-pesan audio dan visual
3. Teknologi berbasis komputer, teknologi yang dipergunakan memproduksi dan
menyampaikan bahan dengan menggunakan perangkat yang bersumber pada
mikroprosesor.
4. Teknologi terpadu, teknologi yang dipergunakan untuk memproduksi dan
menyampaikan bahan dengan memadukan beberapa jenis media yang
dikendalikan komputer
Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan dalam memilih materi
pembelajaran yang akan dijadikan sumber belajar, yaitu:
1. Siapa yang menggunakan sumber belajar tersebut
2. Muatan bahan belajar
3. Desain pembelajaran
4. Desain teknis
5. Pertimbangan sosial
Untuk mengoptimalkan fungsi dan manfaat sumber belajar itu, maka
diperlukan suatu Pusat Sumber Belajar sebagai suatu unit yang mengintegrasikan
potensi-potensi sumber belajar dalam rangka menopang kegiatan dalam suatu
lembaga pembelajaran. Terkait PSB ini, Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi
Departemen Pendidikan Nasional (Pustekom, 2008), mendefinisikannya sebagai:
Pusat Sumber Belajar adalah suatu unit dalam suatu lembaga (khususnya
sekolah/universitas/perusahaan) yang berperan mendorong efektifitas serta
optimalisasi proses pembelajaran melalui penyelenggaraan berbagai fungsi yang
meliputi fungsi layanan (seperti layanan media, pelatihan, konsultansi pembelajaran,
Konsep Pusat Sumber Belajar Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal 21
26. dan lain-lain), fungsi pengadaan/pengembangan (produksi) media pembelajaran,
fungsi penelitian dan pengembangan, dan fungsi lain yang relevan untuk peningkatan
efektifitas dan efisiensi pembelajaran.
Dalam kaitannya dengan Pusat Sumber Belajar (PSB) sebagai unit pada
BPKB/SKB maka PSB merupakan suatu unit di dalam BPKB/SKB yang berperan
mendorong efektivitas dan optimalisasi proses pembelajaran penyelenggaraan
PAUDNI melalui berbagai fungsi yang meliputi fungsi layanan (seperti layanan
konsultasi penyelenggaraan, pembelajaran, pembimbingan, pelatihan, pemagangan
perangkat pembelajaran: kurikulum, silabus, media, bahan ajar, evaluasi dan lain-
lain), fungsi pengadaan/pengembangan (produksi) media pembelajaran, fungsi
penelitian dan pengembangan, dan fungsi lain yang relevan untuk peningkatan
efektivitas dan efsiensi program PAUDNI terutama program unggulan sesuai
potensi lokal.
Sedangkan dalam kaitannya sebagai tempat pada BPKB/SKB, mengacu pada
definisi yang disampaikan dalam makalah Pengembangan Pusat Sumber Belajar Di
Sekolah, yaitu:
A Resources Centre is a place (anything from a part of a room to an entire
complex of buildings) that is set up specifically for the purpose of housing
and using a collection of resources, usually in terms of instructional media.
Resource centres may serve the needs of an individual department within a
school or college, an entire institution, or even a collection of institutions, as
for example, when several schools are served by a single central resources
centre, ” (Sudarsono Sudirdjo, 2009)
Dengan demikian, Pusat Sumber Belajar pada BPKB/SKB adalah tempat/
ruang/area khusus dalam sebuah BPKB/SKB yang didesain khusus untuk tujuan
pemusatan dan pengumpulan berbagai sumber belajar yang terdiri dari media-
media pembelajaran, layanan konsultasi penyelenggaraan, pembelajaran,
pembimbingan, pelatihan dan pemagangan. Pusat Sumber Belajar ini dalam aktivitas
dan pengoptimalisasian fungsi dan manfaatnya dapat digunakan untuk melayani
kebutuhan internal maupun eksternal BPKB/SKB.
B. Fungsi dan Peran Pusat Sumber Belajar
Fungsi dan peran PSB adalah sebagai berikut:
1. Tempat layanan konsultasi, pembelajaran, pelatihan, pembimbingan,
pemagangan dan pengembangan program PAUDNI.
2. Tempat pengadaan, produksi, dan pemasaran berbagai bahan belajar serta
media pembelajaran.
3. Media informasi dan komunikasi yang berkaitan dengan proses pembelajaran/
pembimbingan/pelatihan/pemagangan bagi pendidik, tenaga kependidikan dan
warga belajar PAUDNI.
Pengembangan Pusat Sumber Belajar Pendidikan Anak Usia Dini,
22 Pendidikan Nonformal Dan Informal
27. 4. Wahana belajar melalui forum diskusi antar pendidik dan tenaga kependidikan
serta warga belajar, pendidik dengan pendidik, warga belajar dengan warga
belajar, satuan dengan satuan, UPTD BPKB/SKB dengan satuan, UPTD BPKB/
SKB dengan UPTD BPKB/SKB, UPTD BPKB/SKB dengan sektor lain, UPTD
BPKB/SKB dengan masyarakat yang berkaitan dengan pembelajaran.
PENDIDIK
WARGA BELAJAR TENAGA KEPENDIDIKAN
Gambar 3.2 Interaksi Antar Komponen PSB
5. Media unjuk kinerja berbagai inovasi dalam proses pembelajaran, layanan
konsultasi penyelenggaraan, pembelajaran, pembimbingan, pelatihan, dan
pemagangan.
C. Tujuan Pusat Sumber Belajar
Secara umum tujuan diselenggarakan PSB adalah untuk meningkatkan fungsi
UPTD BPKB/SKB sebagai tempat rujukan tentang penyelenggaraan, pembelajaran,
pembimbingan, pelatihan maupun pemagangan program PAUDNI unggulan
yang berbasis potensi lokal melalui layanan konsultasi dan komunikasi dengan
penyediaan berbagai sumber belajar secara terorganisir agar pengetahuan, sikap
dan keterampilan masyarakat meningkat secara efektif dan efisien.
Konsep Pusat Sumber Belajar Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal 23
28. Adapun tujuan khusus dari penyelenggaraan PSB pada BPKB/SKB adalah :
1. Meningkatkan kinerja UPTD BPKB/SKB dalam menyelenggarakan program
PAUDNI unggulan berbasis potensi lokal yang dapat dijadikan rujukan oleh
masyarakat.
2. Mewujudkan jejaring dan pola komunikasi yang efektif dan efisien antar/ inter
UPTD BPKB/SKB melalui pemanfaatan teknologi informasi.
3. Mewujudkan iklim kerja yang kondusif dalam mengembangkan inovasi PAUDNI
melalui kebersamaan antar pendidik, tenaga kependidikan, dan warga belajar
dalam berbagi pengalaman.
4. Menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan pendidik, tenaga
kependidikan, dan warga belajar di UPTD BPKB dan UPTD SKB dalam
mengembangkan, menerapkan, dan memanfaatkan berbagai sumber belajar
yang ada.
D. Kelembagaan Pusat Sumber Belajar
Program pengembangan PSB di UPTD BPKB dan UPTD SKB melibatkan
berbagai sektor seperti: Direktorat Jenderal PAUDNI, Dinas Pendidikan Provinsi
dan Kabupaten/Kota, PPPAUDNI Regional I Bandung, BPPAUDNI, BPKB, dan SKB
serta mitra-mitra terkait.
DITJEN PAUDNI
KEBIJAKAN
UPTD
ORMAS
BPKB
MASYARAKAT
DINAS FORUM DINAS
FORUM
PENDIDIKAN PTK PNR PENDIDIKAN
PTK PROV
PROVINSI PSB KAB/KOTA KAB/KOTA
INSTANSI INSTANSI
TERKAIT TERKAIT
PEMODELAN
P2PNFI Regional I
Bandung
Pengembangan Pusat Sumber Belajar Pendidikan Anak Usia Dini,
24 Pendidikan Nonformal Dan Informal
29. : Pembina
: Pengguna antar lembaga
: Pengguna perseorangan
: Pengguna Forum PTK-PNFI
Gambar 3.3. Mekanisme Organisasi PSB
Mekanisme kerja antara sektor-sektor yang digambarkan dalam Gambar 2.3
dijabarkan sebagai berikut :
1. Ditjen PAUDNI memfasilitasi, dan memberikan pembinaan kebijakan dan
mengkoordinasikan dengan dinas pendidikan propinsi dan kabupaten/kota.
2. PP PAUDNI memfasilitasi, dan memberikan pembinaan teknis keberlangsungan
PSB di UPTD BPKB/SKB dan mengkoordinasikan dengan UPTD propinsi dan
UPTD kabupaten/kota lainnya di wilayah koordinasi kerja P2 PAUDNI Regional
1 Bandung.
3. Dinas pendidikan propinsi memfasilitasi dan membina PSB di BPKB.
4. Dinas pendidikan propinsi beserta BPKB mengkoordinasikan dan
menyosialisasikan PSB kepada dinas pendidikan kabupaten/kota.
5. Dinas pendidikan kabupaten/kota memfasilitasi dan membina PSB UPTD
SKB.
6. Dinas pendidikan kabupaten/kota menyosialisasikan kepada Forum PTK
PAUDNI, Dinas Terkait dan organisasi masyarakat.
7. PSB BPKB/SKB memberikan layanan konsultasi penyelenggaraan,
pembelajaran, pembimbingan, pelatihan dan pemagangan program PAUDNI
kepada Dinas terkait, Organisasi Masyarakat, Forum PTK PAUDNI, tokoh
masyarakat, warga belajar dan masyarakat.
8. UPTD BPKB/SKB di Wilayah koordiansi kerja P2 PAUDNI Regional I Bandung
menjadi mitra dan sumber belajar pada PSB di UPTD BPKB/SKB.
9. UPTD BPKB/SKB mengembangkan program-program unggulan yang menjadi
konten PSB.
Secara konseptual, program-program yang dapat diwadahi melalui PSB ini
divisualisasikan melalui Gambar 3.4. Pada gambar tersebut fungsi yang diemban
PSB dilaksanakan dengan memperhatikan kebutuhan masyarakat serta situasi dan
kondisi kewilayahan, lingkungan dan sosial budaya. Dengan demikian, fungsi PSB
dilaksanakan tanpa terasing dari lingkungannya. Selanjutnya dengan memperhatikan
kondisi lingkungan dan kebutuhan masyarakat tersebut, PSB menjadi penyedia
sumber belajar untuk bidang-bidang yang menjadi garapan PAUDNI, seperti
divisualisasikan berikut:
Konsep Pusat Sumber Belajar Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal 25
30. PAUD
PEMBERDAYAAN PKH/
PEREMPUAN WIRAUSAHA
TU
K E BU HA N
YARAKAT
MAS
SO
KU N GA N
S IA L B U D AYA
S
PSB Layanan
Konsultasi &
Informasi Komunikasi:
KESETARAAN KEAKSARAAN
Pembelajaran,
Pembimbingan,
LING
Pelatihan, Pemagangan
Y
Y
Y
Y
Y
KEW
ILAYAHAN
KEPEMUDAAN KELEMBAGAAN
KURSUS
Gambar 3.4. Program PAUDNI Yang Dapat Diselenggarakan di PSB Berbasis Potensi Wilayah
Gambar 3.4. menunjukkan bagaimana PSB berbasis potensi wilayah dapat
dikembangkan untuk menunjang program-program layanan PAUDNI. Karena
berbasis potensi wilayah maka materi pembelajaran yang disediakan PSB akan
sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik kewilayahan dalam lingkup wilayah
layanan PAUDNI UPTD/SKB. Dengan demikian, maka PSB dapat menjadi pendorong
perkembangan wilayah dan berperan penting dalam mengembangkan wilayahnya.
PSB yang berbasis potensi lokal tersebut akan menyediakan materi
pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan setenpat. Tidak terjebak dalam
kegiatan pembelajaran yang bersifat umum dan kurang membumi bagi satu wilayah.
Bahan pembelajaran dapat dirancang untuk menjawab kebutuhan nyata satu daerah
sehingga bila terjadi pertukaran bahan pembelajaran antara satu PSB dengan PSB
lain akan makin memperkaya khasanah pengetahuan dan bahan pembelajaran
dalam konteksn PAUDNI.
Pengembangan Pusat Sumber Belajar Pendidikan Anak Usia Dini,
26 Pendidikan Nonformal Dan Informal
31. BAB 4
Konsep PSB Berbasis TIK untuk
PAUDNI
Kita hidup di dunia yang sering dilukiskan sebagai menghadapi ledakan
informasi. Pertumbuhan informasi yang dihasilkan manusia berlangsung sangat
cepat. Kini berbagai informasi tersebut tersimpan dalam berbagai bentuk media
penyimpanan, mulai dari media konvensional seperti kertas sampai media mutakhir
yang menyimpan informasi digital. Pertumbuhan cepat informasi dan pengetahuan
tersebut membuat manusia tidak bisa lagi menggantungkan pada perolehan
informasi dari pembelajaran tatap-muka dengan narasumber, karena tak mungkin
lagi ada manusia yang tahu segalanya dan semuanya. Oleh karena itu akan sangat
dibutuhkan manusia yang memiliki pembelajar mandiri atau pembelajar independen.
Pembelajar mandiri inilah yang akan merumuskan sendiri pengetahuan apa atau
informasi apa yang diperlukannya dan di mana menelusuri informasi tersebut.
PSB menyediakan kebutuhan informasi penggunanya. Hubungan antara PSB
dan penggunanya dan komunitas pengguna akan terjalin dengan baik bila kebutuhan
pengguna mampu dipenuhi PSB. Kebutuhan belajar pengguna diakomodasi dan
dipenuhi begitu juga gaya belajar dan etos belajar pengguna diikuti dengan baik
oleh PSB. Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pada dasarnya
dipergunakan untuk memberikan pelayanan sebaik-baiknya pada pengguna PSB.
Perkembangan TIK memang mendorong manusia melakukan banyak
perubahan dalam praktik kehidupan kesehariannya termasuk dalam cara menelusuri,
memperoleh dan menyimpan informasi dan pengetahuan yang diperlukannya. Ada
perubahan cara manusia dalam mendapatkan pengetahuan. Tidak lagi bergantung
Konsep PSB Berbasis TIK untuk PAUDNI 27
32. pada bertemu atau tidaknya dengan narasumber. Sekarang ini perolehan
pengetahuan akan terkait pada kemampuan manusia terhubungan dengan pusat-
pusat ilmu pengetahuan yang salah satu di antaranya adalah PSB. Oleh sebab itu,
kini dikenal istilah sumber belajar digital yang secara sederhana bisa dirumuskan
sebagai perangkat pendidikan yang dapat dipergunakan untuk tujuan kegiatan
belajar-mengajar dan untuk itu TIK dimanfaatkan untuk menumbuhkembangkan
pembelajaran melalui produk, layanan dan proses yang berada di dalamnya.
Sumber: http://as4796.http.sasm3.net/files/88/20111119/1321664812.jpg
Kehadiran TIK ini mendorong berlangsung inovasi dalam proses pembelajaran.
Bukan hanya pembelajaran tatap-muka di antara pembelajar melainkan juga
memungkinkan penggunaan berbagai perangkat TIK untuk meningkat mutu proses
pembelajaran. Termasuk juga membukakan kemungkinan untuk menyelenggarakan
kegiatan pembelajaran jarak jauh atau pembelajaran yang pembelajarnya tersebar
di berbagai tempat.
A. Penyelenggaraan Pembelajaran Berbasis TIK
1. E-Learning
a. Pengertian dan perkembangan e-leraning
e-Learning singkatan dari electronic Learning, merupakan cara baru dalam
proses belajar- mengajar yang menggunakan media elektronik khususnya internet
sebagai sistem pembelajarannya. Kegiatan belajar mengajar yang secara tradisional
dilakukan secara tatap muka, saat ini banyak yang dilakukan dengan memanfaatkan
Pengembangan Pusat Sumber Belajar Pendidikan Anak Usia Dini,
28 Pendidikan Nonformal Dan Informal
33. situs Web yang dikenal dengan sebutan e-Learning. Ada beberapa istilah serupa
untuk e-Learning ini seperti on-line learning, internet-enabled learning, virtual
learning, atau web-based learning.
Sumber: http://ibnuzaki.com/wp-content/uploads/2012/03/peta-sukses-belajar-1024x772.jpg
Secara sederhana, e-Learning merupakan bagian pendidikan jarak jauh. Karena
merupakan pembelajaran jarak jauh maka akan diperlukan sarana atau media untuk
menghubungkan pembelajar dan sumber belajar. Sarana untuk menghubungkan
pembelajar dan sumber belajar itu dapat menggunakan internet, intranet atau media
jaringan komputer lain ( Hartley, 2001). Sedangkan menurut Rosenberg (2001),
e-Learning merujuk pada penggunaan teknologi internet untuk mengirimkan sejumlah
materi pembelajaran yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan.
Dengan demikian, dapatlah kita ringkaskan bahwa e-Learning itu pada dasarnya
merupakan kegiatan pembelajaran yang memanfaatkan perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi.
e-Learning sendiri sebenarnya merupakan istilah yang menunjukkan pada
sejumlah proses belajar secara elektronik yang berada di dalamnya. Seperti
halnya pembelajaran konvensional yang menggunakan ruang kelas dan bertatap-
muka, yang di dalamnya ada sejumlah tujuan dan metode pembelajaran yang
dipergunakan, begitu juga halnya dengan e-Learning. Dalam e-Learning ini dapat
saja diselenggarakan pelatihan yang biasa dinamakan e-Training. Bisa juga
berlangsung diskusi membahas satu masalah atau satu topik yang biasa dinamakan
e-Discussion.
Konsep PSB Berbasis TIK untuk PAUDNI 29
34. e-Learning
e-Training
i i e-Teaching
T hi e-Discussion
Di
Gambar 4.1. e-Learning dan bagian kegiatannya
Namun menurut batasan UNESCO, e-learning paling tidak harus didukung
prasyarat yaitu ketersediaan software bahan belajar berbasis TIK, ketersediaan
software aplikasi untuk menjalankan pengelolaan proses pembelajaran, ketersediaan
tenaga pendidik dan tenaga kependidikan yang menguasai TIK, adanya infrastruktur
TIK, ketersediaan akses internet, ketersediaan dukungan training, riset, dukungan
daya listrik, dan dukungan kebijakan pendayagunaan TIK untuk pembelajaran.
Apabila prasyarat ini telah tersedia, maka program dan pengelolaan e-learning akan
dapat dijalankan.
Pembelajaran jarak jauh sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 1970-an.
Namun e-learning mulai berkembang pesat pada tahun 1990-an seiring dengan
perkembangan TIK. Karena TIK mampu menghasilkan berbagai produk bahan
ajar yang jauh lebih menarik untuk dipelajari peserta didik. Selain itu, TIK juga
memungkinkan dilakukannya penyampaian bahan ajar pada peserta didik tanpa
batasan jarak dan waktu.
Sumber: http://www.jagatreview.com/wp-content/uploads/2012/02/Internet.jpg xx
Pengembangan Pusat Sumber Belajar Pendidikan Anak Usia Dini,
30 Pendidikan Nonformal Dan Informal
35. Awal pemanfaatan TIK dalam kegiatan pembelajaran ini ditandai dengan
berkembangnya model computer-based learning/training (CBL/CBT). Berbagai
pelatihan atau kelas menyediakan bahan belajar yang berupa modul elektronik
yang berupa software edukasi dan softcopy berbagai modul cetak yang sudah ada
sebelumnya, atau dalam bentuk multimedia (audio dan video) dalam format digital
seperti mp3, mpeg, avi atau mov. CBL/CBT ini umumnya memanfaatkan komputer
yang tak terhubungan dengan internet.
Setelah jaringan internet makmin luas jangkauannya maka terjadi perluasan
akses terhadap materi pembelajaran CBL/CBT. Bahan ajar tak hanya didistribusikan
dalam bentuk CD tapi juga disimpan di server dan dapat diakses melalui komputer
berjaringan lokal maupun internet. Ini merupakan jembatan menuju apa yang
kemudian dinamakan sebagai web-based learning.
Pada model web-based learning, materi pembelajaran tersebut diunggah
(upload) melalui website dan dapat dibaca atau diunduh (download) siapa pun.
Dengan demikian siapapun dapat mempelajari materi pembelajaran tersebut kapan
pun dan dimana pun. Pada sisi lain, bagi penyelenggara pendidikan, web-based
learning ini dipergunakan untuk meluaskan layanan pendidikan bagi siapa un yang
membutuhkan layanan pendidikan tersebut.
Fasilitas pembelajaran melalui web-based learning ini memungkinkan kegiatan
pembelajaran bersifat interaktif meski tidak langsung saling bertatap muka. Peserta
didik bisa mengunduh bahan pembelajaran, mendiskusikannya dengan peserta didik
lain atau dengan fasilitator pembelajaran. Interaksi tersebut bisa dilakukan secara
langsung melalui berbagai fasilitas messanger online seperti Yahoo Messenger,
GoogleTalk, fasilitas chatting di facebook atau bisa juga melalui sms. Bisa juga
dilakukan secara tertunda melalui e-mail. Evaluasi pembelajaran pun dapat dilakukan
secara online melalui ujian online.
Sekarang ini, sejalan dengan perkembangan TIK dan hadirnya ponsel cerdas
(smartphone) maka kegiatan e-pembelajaran atau e-learning ini tidak hanya bisa
dilakukan melalui komputer namun bisa juga melalui ponsel atau komputer tablet.
Karena itu, kini setelah istilah e-learning muncul pula istilah m-learning (mobile
learning) yang memanfaatkan kehadiran perangkat mobile seperti laptop, notebook,
ponsel dan komputer tablet. Pada kegiatan pembvelajaran melalui fasilitas m-learning
ini proses pembelajaran bisa dimulai dengan mendistribusikan materi pembelajaran.
Dilanjutkan dengan diskusi melalui fasilitas chatting/messenger dan/atau e-mail.
Surjono (2006) mengilustrasikan perkembangan pembelajaran jarak jauh dan
pemanfaatan TIK itu seperti visualisasi berikut.
Konsep PSB Berbasis TIK untuk PAUDNI 31
36. Pembelajaran Jarak Jauh
Pembelajaran Bermedia e-Pembelajaran
Pembelajaran Bermedia Pembelajaran Online
Lingkungan Pembelajaran CAI, CAL, CBT
Berbasis Web
WBI, WBT, WBL Adaptive Hypermedia
AEH Other AHS Applications
Sumber: Surjono (2006)
Gambar 4.2. Perkembangan e-Learning
b. Fungsi e-learning
Menurut Siahaan (2002) e-leraning ini memiliki 3 (tiga) fungsi terhadap kegiatan
pembelajaran konvensional yang berlangsung di dalam kelas (classroom instruction),
yaitu sebagai suplemen yang sifatnya pilihan/opsional, pelengkap (komplemen),
atau pengganti (substitusi).
» Suplemen
Materi-materi pembelajaran yang disediakan dalam fasilitas e-learning bersifat
pilihan atau opsional sehingga peserta didik dapat memilih untuk memanfatkan
atau tidak materi pembelajaran yang disediakan sesuai kebutuhan dan
keinginannya.
» Komplemen (tambahan)
Manakala materi pembelajaran dalam e-learning ini sengaja dibuat untuk
melengkapi pembelajaran yang diperoleh melalui pembelajaran konvensional,
maka berjalanlah fungsi e-learning sebagai komplemen. Sebagai komplemen
berarti materi pembelajaran elektronik diprogramkan untuk menjadi materi
reinforcement (penguat) atau remedial bagi peserta didik dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran konvensional.
Materi pembelajaran elektronik dapat dikatakan sebagai enrichment
(pengayaan), apabila kepada peserta didik yang dapat dengan cepat
menguasai/memahami materi pembelajaran (fast learner) yang disampaikan
Pengembangan Pusat Sumber Belajar Pendidikan Anak Usia Dini,
32 Pendidikan Nonformal Dan Informal
37. melalui pembelajaran konvensional diberikan kesempatan mengakses materi
pembelajaran elektronik yang secara khusus dikembangkan untuk mereka.
Tujuannya agar makin memantapkan tingkat penguasaan peserta didik atas
materi pembelajaran yang disajikan secara konvensional di dalam kelas.
Materi pembelajaran pun dapat dimanfaatkan sebagai program remedial.
Peserta didik yang mengalami kesulitan memahami materi pembelajaran
(slow learner) yang disajikan secara tatap muka di kelas diberi kesempatan
memanfaatkan materi pembelajaran elektronik yang sirancang secara khusus
dirancang untuk mereka. Tujuannya agar peserta didik semakin mudah
memahami materi pembelajaran yang disajikan di kelas.
» Substitusi (pengganti)
Materi bahan belajar dalam e-learning dapat digunakan sebagai pengganti
bahan ajar yang belum tersampaikan dalam kegiatan belajar tatap muka. Di
samping itu, materi juga dapat dimanfaatkan sebagai alternatif model kegiatan
pembelajaran bagi siswa/peserta didik. Tujuannya agar peserta didik dapat
secara fleksibel mengelola kegiatan belajarnya sesuai dengan waktu dan
aktivitas lain.
Sumber: Dokumen Seksi Sarpras Uji Coba E-Training Pamong Belajar
c. Bentuk interaksi dan komunikasi dalam e-learning
TIK memang memfasilitasi terjadinya interaksi dan komunikasi antarmanusia
termasuk interaksi dan komunikasi dalam kegiatan dan proses pembelajaran. Dalam
konteks kegiatan e-learning bentuk interaksi antara manusia dan sistem dapat
dikelompokan ke dalam tiga kategori, seperti berikut:
Konsep PSB Berbasis TIK untuk PAUDNI 33
38. » Synchronous Learning
» Self-directed Learning
» Asynchronous (collaborative) Learning
Menurut Widiartha, masing-masing kategori tersebut pada dasarnya mengacu
pada bagaimana perasaan peserta didik pada saat melakukan proses belajar
mengajar dengan fasilitas e-learning. Perasaan tersebut dapat berupa perasaan
terisolasi atau menjadi bagian dari kelompok.
• Synchronous Learning
Pada pembelajaran synchronous kondisinya mirip dengan pembelajaran
konvensional, hanya saja pada e-learning tidak ditandai dengan kehadiran
secara fisik. Pada bentuk synchronous ini fasilitator, peserta didik dan
rekan-rekannya melakukan pertemuan secara virtual (online) di internet,
meski proses pembelajarannya seolah dilakukan seperti pada kelas
konvensional.
• Self-directed Learning
Pada kategori ini peserta didik melakukan pembelajaran secara mandiri
dengan mengakses berbagai referensi dan bahan ajar yang disediakan.
Tidak ada fasilitator ataupun waktu khusus untuk berdiskusi dengan
sesama peserta didik. Masing-masing peserta didik melakukan proses
pembelajaran sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
• Asynchronous (collaborative) Learning
Collaborative learning mengkombinasikan dua kategori di atas. Peserta
didik belajar secara mandiri namun tetap berkomunikasi dengan peserta
didik lainnya maupun dengan pendidik meski tidak dalam waktu khusus.
Email, instan messagger, atau board pada forum digunakan sebagai
media komunikasi dan interaksi baik dengan pendidik atau sesama
peserta didik.
Ketiga kategori tersebut dengan karakteristiknya masing-masing dapat
digunakan untuk situasi yang berbeda tergantung kebutuhan. Widiartha
merinci detail karakteristik, kelebihan dan kelemahan masing-masing
kategori di atas.
Pengembangan Pusat Sumber Belajar Pendidikan Anak Usia Dini,
34 Pendidikan Nonformal Dan Informal
39. Tabel 4.1.
Perbandingan Kategori Interaksi dan Komunikasi dalam e-Learning
No Kategori Ciri Keunggulan Kelemahan
1 Synchronous • Dipandu • Mirip dengan • Memerlukan
instruktur pembelajaran waktu khusus
• Terjadwal konvensional • Ada biaya untuk
• Kolaboratif • Adanya instruktur
komunikasi antar • Memerlukan
peserta didik bandwidth dan
• Keberadaan kecepatan
pendidik internet yang
menjadikan memadai dan
proses belajar setara untuk
menjadi lebih semua peserta
terjamin didik
2 Self-directed • Peserta didik • On demand • Tidak cocok
belajar secara (proses belajar untuk peserta
mandiri dapat dilakukan didik yang
• Tidak terjadwal kapanpun) menyukai
• Cocok untuk belajar secara
peserta didik yang berkelompok
memiliki rasa • Tidak adanya
ingin tahun besar instruktur yang
dan aktif mencari menjamin
sumber belajar kualitas proses
belajar
3 Asynchronous • Dipandu • Adanya instruktur • Tidak
instruktur menjamin kualitas emndukung
• Tidak terjadwal dari proses komunikasi
sepenuhnya pembelajaran dengan cepat
• Peserta karena tidak
• Interaksi dan
didik dapat adanya jadwal
komunikasi tidak
menentukan khusus.
dalam waktu
yang sama sendiri kebutuhan
belajarnya dan
referensi untuk
memenuhi
kebutuhan
tersebut
• Masih
memungkinkan
pembelajaran
secara kolaboratif
Sumber: Widiarta
Konsep PSB Berbasis TIK untuk PAUDNI 35
40. Sedangkan dari sisi penyampaian pembelajaran ada dua hal yang penting
diperhatikan. Pembelajaran dapat dilakukan melalui pemberian instruksi atau
pengjaran. Namun juga dapat dilakukan dengan menyampaikan informasi yang
akan memampukan pembelajaran untuk memahami apa yang dibelajarkan.
Perbedaan di antara pengajaran dan pemberian informasi tersebut dapat dilihat
pada ilustrasi berikut:
Intruksi Informasi
• Terfokus pada hasil belajar yang spesifik • Terfokus pada pengorganisasian konten
yang spesifik
• Tujuan pembelajaran dirumuskan oleh • Tujuan dirumuskan oleh pengguna
perancang pembelajaran, para pengajar
dan seterusnya
• Didasarkan pada hasil diagnosis atas • Didasarkan pada karakteristik dari
karakteristik dan kebutuhan pengguna, disiplin pengetahuan tertentu dan
dan bertujuan untuk memenuhi pengguna yang menjadi sasaran
kebutuhan spesifik tersebut
• Dibuat menjadi beberapa bagian agar • Dibuat menjadi beberapa bagian agar
bisa disimpan dalam memori secara menjadi acuan yang optimal
optimal
• Mengandung komponen-komponen • Terutama berpusat pada penyajian yang
presentasi, praktik, umpan-balik, dan efektif
penilaian
Sumber: Rosenberg (2001:13)
Gambar 4.5. Karakteristik Instruksi dan Informasi
Dalam konteks e-Learning, penting untuk memperhatikan apa yang disarankan
Rosenberg (2001 : 13) yang mengingatkan bahwa tantangan utama untuk kegiatan
pembelajaran, terutama e-learning, adalah kemampuan membedakan kebutuhan
atas informasi (manajemen pengetahuan) dan kebutuhan untuk pengajaran
(pelatihan online). Selain itu juga perlu memahami bagaimana keduanya bisa
berjalan beriringan dan saling melengkapi. Oleh sebab itu, permasalahan berikutnya
yang perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan e-learning adalah mana kebutuhan
yang sesungguhnya yang harus dipenuhi. Apakah pemenuhan kebutuhan tersebut
dapat dilakukan melalui pelatihan atau pendekatan pembelajaran lain.
2. E-Training
Bila pembelajaran dimaknai sebagai proses perolehan pengetahuan atau
keterampilan baru untuk meningkatkan kinerja, maka pelatihan adalah salah
satu pendekatan untuk memfasilitasi dan meningkatkan kinerja. Melalui pelatihan
dibentuk dan dipelajari keterampilan baru atau memanfaatkan pengetahuan baru
dengan cara tertentu yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja.
Pengembangan Pusat Sumber Belajar Pendidikan Anak Usia Dini,
36 Pendidikan Nonformal Dan Informal
41. Menurut Rosenberg (2001:5) ada empat elemen pokok pelatihan, yaitu:
a. Maksud penyelenggaraan pelatihan dalam meningkatkan kinerja yang biasanya
dilakukan dengan terlebih dulu melakukan analisis kebutuhan dan tercermin
dari rujuan pembelajaran
b. Desain pelatihan yang tercermin dari strategi pembelajaran
c. Sarana dan media yang menjadi wahana untuk menyampaikan pembelajaran
d. Assesment atau sertifikasi yang menunjukkan adanya akuntabilitas pelatihan
Hal penting yang perlu diperhatikan mengenai pelatihan ini adalah terjadinya
transformasi pelatihan. Transformasi tersebut berlangsung sebagai akibat
perkembangan dan perubahan yang terjadi di tengah masyarakat, bisnis dan
teknologi yang membuat dampak pelatihan konvensional menjadi terbatas.
Rosenberg (2001:7-9) menunjukkan transformasi tersebut sebagai berikut:
a. Dari pelatihan menuju kinerja. Kini tidak lagi dinilai berapa banyak atau berapa
lama pelatihan diikuti seseorang, karena kini yang diperhatikan adalah dampak
pelatihan terhadap peningkatan kinerja.
b. Dari pelatihan di dalam kelas menuju pelatihan yang berlangsung di mana
dan kapan saja. Terjadi perubahan akses terhadap materi pelatihan. Tidak lagi
hanya di dalam kelas melainkan pelatihan tersebut bisa berlangsung di mana
pun dan kapan pun dengan memanfaatkan perkembangan TIK.
c. Dari kertas menuju online. Kini kehidupan manusia makin bergantung pada
apa yang tampak pada layar komputernya.
d. Dari fasiulitas fisik ke fasilitas berjaringan. Sejalan dengan perkembangan era
digital, maka jaringan digital menjadi berperan penting dalam penyelenggaraan
pelatihan.
e. Dari siklus waktu ke real time. Kini materi pelatihan bisa dimutakhirkan kapan
saja sesuai dengan perkembangan, sehingga tidak ada lagi batas waktu antara
perkembangan lingkungan dan penyelenggaraan pelatihan.
Oleh sebab itu, maka kegiatan e-training atau e-pelatihan sekarang ini
menjadi bagian penting dari kehidupan sebuah organisasi. Pengembangan
fasilitas e-training akan diperlukan agar organisasi dan warga organisasi
tersebut dapat selalu terus meningkatkan kinerjanya. Prinsip e-training pada
dasarnya sama dengan prinsip e-learning, yang membedakan hanyalah tujuan
penyelenggaraannya saja. Pelatihan bertujuan untuk meningkatkan kinerja staf
melalui pemberian pengetahuan baru yang diaplikasikan dalam kegiatan atau
pelaksanaan pekerjaan selain memberikan keterampilan baru untuk meningkatkan
kemampuannya dalam menjalankan tugas-tugasnya.
Karena itu, dalam e-training berlaku juga apa yang dilakukan pada pelatihan
konvensional atau pelatihan yang diselenggarakan di dalam kelas. Diawali dengan
melakukan analisis kebutuhan pelatihan dilanjutkan dengan proses pelatihan dan
diakhiri dengan penilaian hasil pelatihan.
Konsep PSB Berbasis TIK untuk PAUDNI 37
42. 3. Media Pembelajaran
Pada dasarnya, media pembelajaran yang dipergunakan disusun dengan
memperhatikan dan mempertimbangkan siapa pembelajarnya, bukan apa yang
akan dibelajarkan melalui media pembelajaran tersebut. Oleh sebab itu, penggunaan
media pembelajaran akan sangat dipengaruhi gaya belajar pembelajarnya. Dalam
pembelajaran secara online, maka akan diperlukan informasi mengenai gaya belajar
sebelum menentukan media pembelajaran yang akan dipergunakan.
Di samping itu, penting juga memperhatikan karakteristik pembelajar masa
kini. Menurut Oblinger (2004), pembelajar masa kini memiliki karakteristik: (a) melek
teknologi digital, (b) perangkat komunikasi yang selalu on, (c) bersifat mobil, (d)
eksperimental, dan (e) berorientasi pada komunitasnya.
Dengan memperhatikan gaya belajar dan karakteristik pembelajarnya, maka
kita bisa memperhatikan apa yang dinamaka Prinsip Multimedia. Prinsip Multimedia
ini mempengaruhi desain dan pembelajaran mutimedia (Meyer, 2001:184). Prinsip
Multimedia ini adalah sebagai berikut:
a. Prinsip Multimedia: para pembelajar dapat belajar secara lebih baik dengan
adanya grafik atau gambar dibandingkan hanya dengan kata-kata.
b. Prinsip hubungan spasial: para pembelajar dapat belajar secara lebih baik
manakala hubungan kata-kata dan gambar disajikan berdekatan satu sama lain
c. Prinsip hubungan temporal: Para pembelajar dapat belajar secara lebih baik
manakala hubungan kata-kata dan gambat disajikan secara bersamaan
d. Prinsip koherensi: Para pembelajar dapat belajar secara lebih baik manakala
kata-kata, gambar dan suara yang tidak saling berkaitan dihilangkan
e. Prinsip modalitas: para pembelajar dapat belajar secara lebih baik dari namisasi
dan narasi audio dibandingkan dengan animasi dan teks
f. Prinsip redudansi: manusia memiliki kapasitas yang terbatas untuk memproses
bahan belajar visual dan audio yang disajikan secara bersamaan, sehingga para
pembelajar bisa belajar secara lebih baik dari animasi dan narasi dibandingkan
dari kombinasi animasi dan teks yang tampil di layar
g. Prinsip perbedaan-perbedaan individual: efek desain lebih kuat pada pembelajar
berpengetahuan sedikit dibandingkan dengan pembelajar berpengetahuan
banyak
Sedangkan untuk penggunaan media pembelajaran, khususnya untuk
pendidikan jarak jauh, penting untuk bisa mengenali taksonomi media pembelajaran.
Dengan mengetahui dan memahami karakteristik masing-masing media dalam
kegiatan pembelajaran yang bersifat synchronous dan asynchronous, maka bisa
ditetapkan mana media yang paling tepat atau paling sesuai dengan kebutuhan
dalam menyampaikan materi pembelajaran.
Holden dan Westfall (2005:14) menunjukkan taksonomi media pembelajaran
tersebut seperti pada berikut:
Pengembangan Pusat Sumber Belajar Pendidikan Anak Usia Dini,
38 Pendidikan Nonformal Dan Informal
43. Sumber: http://media.web.britannica.com/eb-media/15/100415-004-88F039C2.jpg xxx
Tabel 4.2.
Taksonomi Media Pembelajaran Pendidikan Jarak Jauh
Synchronous Asynchronous
Visual • Korespondensi (tertulis)
(termasuk grafik) • Rekaman video
Audio Konferensi audio Rekaman audio
Visual & Audio • Televisi pendidikan satelit • Rekaman video
e-learning • Pembelajaran berbasis
• Telekonferensi video komputer
• Pembelajaran berbasis • Pembelajaran berbasis
web yang bersifat Web yang bersifat
synchronous Asynchronous
• Audiografis • Televisi pendidikan
Selanjutnya Holden dan Westfall (2005:30-31) pun menunjukkan strategi-
strategi pembelajaran yang dapat dipergunakan dalam proses pembelajaran
dalam pembelajaran jarak jauh. Tabel berikut menyajikan strategi pembelajaran
yang bisa dipergunakan dalam pembelajaran jarak jauh, yang tentunya juga akan
menggunakan media pembelajaran yang diperlukan untuk penyampaian materi.
Lebih dari itu, media pembelajaran pun juga menjadi tempat untuk menyemaikan
potensi yang dimiliki peserta didik menjadi kompetensi yang diperlukannya dalam
menjalai kehidupan profesional dan sosialnya serta pengembangan individualnya.
Konsep PSB Berbasis TIK untuk PAUDNI 39
44. Tabel 4.3.
Strategi Pembelajaran
Strategi
Deskripsi
Pembelajaran
Deskripsi/Narasi Memungkinkan terjadinya transfer pembelajaran melalui
pernyataan dan pengungkapan pengetahuan. Bila terjadi
interaksi, strategi ini memungkinkan terjadinya peneguhan
perialku, pertanyaan spontan, dialog dan interaksi sosial dengan
umpan-balik langsung.
Demonstrasi Alih keterampilan melalui penggambaran tugas-tugas
prosedural, peristiwa, proses dan lain-lain.
Permainan Peran Melibatkan penciptaan ulang situasi yang terkait dengan
permasalahan dunia nyata sehingga peserta bertindak
dengan menjalankan berbagai peran. Mendorong tumbuhnya
pemahaman terhadap posisi dan sikap orang lain selian
memahami prosedur yang perlu digunakan untuk mendiagnosa
dan memecahkan permasalahan. Para pembelajar bisa saja
mengasumsikan karakter, organisasi, jabatan profesional
tertentu dan seterusnya..
Diskusi Terpandu Menunjang lingkungan pembelajaran dialektis atau
synchronous, melalui pertukaran informasi secara spontan dan
lepas. Mendorong pembelajaran yang aktif dan partisipatif yang
menunjang alih pengetahuan melalui dialog. Para pembelajar
membahas materi diskusi secara lebih mendalam, bertukar
wawasan dan pengalaman serta menjawab pertanyaan.
Simulasi Membuat replikasi atau meniru kenyataan dan memungkinkan
terjadinya pengamatan yang berkesinambungan. Simulasi
melahirkan model realistis dari satu lingkungan atau situasi
nyata.
Ilustrasi Menggambarkan konsep abstrak dengan contoh yang nyata,
gamblang dan tegas.
Membayangkan Membayangkan adalah visualisasi mental atas objek, kejadian,
dan apa yang dilihat. Membayangkan memungkinkan dilakukan
ointernalisasi citra visual yang terkait dengan informasi yang
dipelajari. Membayangkan membantu menciptakan atau
menciptakan kembali pengalaman dalam benak pembelajar.
Membayangkan melibatkan indra- indra penglihatan, peraba,
pendengaran, dan penciuman.
Pemodelan Versi yang tertata rapi dan sederhana atas ciri-ciri yang
menonjol dari satu objek atau konsep.
Pengembangan Pusat Sumber Belajar Pendidikan Anak Usia Dini,
40 Pendidikan Nonformal Dan Informal
45. Strategi
Deskripsi
Pembelajaran
Urun Pendapat Urun pendapat adalah metode pemecahan masalah yang cukup
teruji dan efektif yang tidak mengkritik situasi malah mendorong
uapaya memahami secara imajinatif satu situasi, sehingga
diharapkan adanya perpaduan pendapat dari banyaknya
pendapat dan upaya melakukan perbaikan dilakukan. Urun
pendapat dapat berlangsung di antara individu atau kelompok,
serta mendorong munculnya ide-ide untuk menemukan metode
yang efektif dalam memecahkan masalah.
Studi Kasus Strategi pemecahan masalah yang serupa dengan simulasi
yang dilakukan dengan menyajikan situasi realistis yang
menuntut para pembelajar untuk memberikan tanggapannya
dan mencari kemungkinan-kemungkinan memecahkan masalah
tersebut.
Pelatihan dan Praktik Pengulangan tugas atau perilaku sampai tercapai hasil belajar
yang diharapkan. Memungkinkan terjadinya alih pengetahuan
dari memori kerja ke memori jangka panjang.
Menurut Holden dan Westfall (2005:35), proses pemilihan media pembelajaran
merupakan proses dengan pendekatan sistematis yang didasari model desain
sistem pembelajaran. Memilih media pembelajaran yang paling tepat untuk
pembelajaran jarak jauh, dilakukan memperhatikan berbagai aspek. Masalah-
masalah mendasar yang berkaitan dengan pembelajaran adalah (a) identifikasi
kesenjangan antara pengetahuan dan keterampilan; (b) perangkat pengukuran dan
penilaian yang efektif, (c) taraf interaksi di antara pembelajar dan antara pembelajar
dan pendidik, (d) strategi pembelajaran yang dipergunakan, (e) kompleksitas konten
pembelajaran, dan (f) tingkat perubahan konten pembelajaran. Sedangkan masalah
penyampaian materi pembelajaran yang penting untuk diperhartikan adalah (a)
ukuran jumlah pembelajar dan distribusinya, (b) biaya untuk penggunaan SDM yang
dimiliki institusi atau menggunakan SDM dari luar, ketersediaan infrastruktur, dan
perangkat keras untuk penyampaian bahan belajar seperti peralatan telekonferensi
video, penerima satelit, sistem/konektivitas WAN/LAN, dan komputer/server, TV
monitor, dan peralatan display.
Bailey (2002) menunjukkan kegiatan pembelajaran berbasis TIK merupakan
bagian dari kegiatan pembelajaran mutakhir. Ada kelebihan dan kekurangan dari
pembelajaran berbasis TIK bila dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.
Namun tidak bisa dipungkiri juga, dalam dunia pendidikan mutakhir, pembvelajaran
berbasis TIK sudah menjadi bagian penting kegiatan pendidikan pada semua jalur
dan jenjang pendidikan. Kelebihan dan kekurangan pembelajaran berbasis TIK
dibandingkan dengan pembelajaran konvensional adalah sebagai berikut.
Konsep PSB Berbasis TIK untuk PAUDNI 41