Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintah oleh pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia
Peserta didik yang memiliki pemahaman yang berbeda-beda pada suatu mata pelajaran
tertentu, namun banyak sekali peserta didik yang masih lemah dalam pelajaran
matematika khususnya pada konsep orientasi hitung campuran, hal inilah yang melatar
belakangi penelitian tindakan kelas dilakukan, “apakah Metode Diskusi dapat
meningkatkan Kemampuan Peserta Didik Dalam Mata Pelajaran Matematika Pada
Konsep Melakukan Operasi Hitung Campuran?”
James O. Whittaker, mengemukakan bahwa belajar ialah proses dimana tingkah laku
ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman
Menurut Slameto perubahan yang terjadi dalam diri seseorang akibat belajar
memiliki karakteristik tersendiri, di antaranya yakni:
a. Perubahan terjadi secara sadar
b. Perubahan akibat belajar bersifat kontinu dan fungsional
c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
e. Perubahan dalam belajar memiliki tujuan dan terarah
f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu
permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan masalah, menjawab
pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa serta untuk membuat suatu
keputusan. Killen dalam Abdul Majid (2013 : 200)
Menurut Ahmad Sabri, (2005 : 56), Diskusi adalah suatu kegiatan kelompok untuk
memecahkan suatu masalah dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama yang
lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu, atau untuk merampungkan keputusan Bersama
Prinsip Dari Pengajaran Berhitung
Prinsip dari Pengajaran Berhitung pengajar bisa manyampaikan materi pelajaran
berhitung dengan baik, jelas dan benar. Apabila dalam penyampaian materi bisa baik,
jelas dan benar, peserta didikpun bisa memahami, mengerti dan mengerjakan tugas
dengan baik dan tepat. Dengan demikian peserta didik bisa menerapkan
pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari. Dan juga Pencapaian nilai hasil
evaluasi akan meningkat.
b. Menggunakan Metode Yang Tepat
tidak ada satupun metode yang paling baik, tanpa didukung oleh metode yang lain
dalam proses belajar mengajar. Missal dalam kegiatan pendidikan akan
menggunakan metode ceramah. Maka akan menjadikan akar duduk dengar catatan
hafal (DDCH), sehingga membosankan bagi peserta didik, yang berakibat belajar
menjadi sungkan. Didalam mengajarkan pelajaran penghitung hendaknya pendidik
menggunakan beberapa metode atau “multi metode” yaitu penggabungan beberapa
metode yang sesuai kebutuhan. Metode-metode itu antara lain metode ceramah,
metode tanya jawab, metode pemberian tugas, metode problem solving, metode
eksperimen dan sebagainya. Dalam penggunaan metode hendaknnya disesuaikan
dengan kebutuhan sehingga kemungkinan siswa tertarik dengan pelajaran dan
menimbulkan minat untuk belajar lebih aktif dan kreatif. Sedikit banyaknya peserta
didik dilibatkan dalam berpendapat.
c. Hambatan-Hambatan Pelajaran Berh
Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintah oleh pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia
Peserta didik yang memiliki pemahaman yang berbeda-beda pada suatu mata pelajaran
tertentu, namun banyak sekali peserta didik yang masih lemah dalam pelajaran
matematika khususnya pada konsep orientasi hitung campuran, hal inilah yang melatar
belakangi penelitian tindakan kelas dilakukan, “apakah Metode Diskusi dapat
meningkatkan Kemampuan Peserta Didik Dalam Mata Pelajaran Matematika Pada
Konsep Melakukan Operasi Hitung Campuran?”
James O. Whittaker, mengemukakan bahwa belajar ialah proses dimana tingkah laku
ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman
Menurut Slameto perubahan yang terjadi dalam diri seseorang akibat belajar
memiliki karakteristik tersendiri, di antaranya yakni:
a. Perubahan terjadi secara sadar
b. Perubahan akibat belajar bersifat kontinu dan fungsional
c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
e. Perubahan dalam belajar memiliki tujuan dan terarah
f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu
permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan masalah, menjawab
pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa serta untuk membuat suatu
keputusan. Killen dalam Abdul Majid (2013 : 200)
Menurut Ahmad Sabri, (2005 : 56), Diskusi adalah suatu kegiatan kelompok untuk
memecahkan suatu masalah dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama yang
lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu, atau untuk merampungkan keputusan Bersama
Prinsip Dari Pengajaran Berhitung
Prinsip dari Pengajaran Berhitung pengajar bisa manyampaikan materi pelajaran
berhitung dengan baik, jelas dan benar. Apabila dalam penyampaian materi bisa baik,
jelas dan benar, peserta didikpun bisa memahami, mengerti dan mengerjakan tugas
dengan baik dan tepat. Dengan demikian peserta didik bisa menerapkan
pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari. Dan juga Pencapaian nilai hasil
evaluasi akan meningkat.
b. Menggunakan Metode Yang Tepat
tidak ada satupun metode yang paling baik, tanpa didukung oleh metode yang lain
dalam proses belajar mengajar. Missal dalam kegiatan pendidikan akan
menggunakan metode ceramah. Maka akan menjadikan akar duduk dengar catatan
hafal (DDCH), sehingga membosankan bagi peserta didik, yang berakibat belajar
menjadi sungkan. Didalam mengajarkan pelajaran penghitung hendaknya pendidik
menggunakan beberapa metode atau “multi metode” yaitu penggabungan beberapa
metode yang sesuai kebutuhan. Metode-metode itu antara lain metode ceramah,
metode tanya jawab, metode pemberian tugas, metode problem solving, metode
eksperimen dan sebagainya. Dalam penggunaan metode hendaknnya disesuaikan
dengan kebutuhan sehingga kemungkinan siswa tertarik dengan pelajaran dan
menimbulkan minat untuk belajar lebih aktif dan kreatif. Sedikit banyaknya peserta
didik dilibatkan dalam berpendapat.
c. Hambatan-Hambatan Pelajaran Berh
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
PROBLEMATIK ADMINISTRASI BK
1. PROBLEMATIK SEHUBUNGAN DENGAN MANAGEMEN BK, ORGANISASI
BK, ADMINISTRASI BK, ASESMEN KEBUTUHAN, PROGRAM BK,
PELAKSANAAN LAYANAN DASAR, PELAKSANAAN LAYANAN
RESPONSIF
Disusun untuk memenuhi tugas Ujian Tengah Semester 1 mata kuliah Manajemen dan
Supervisi Bimbingan dan Konseling
Dosen Pengampuh: Dr. Budi Purwoko, M.Pd.
Disusun Oleh:
Nur Arifaizal Basri (19071355001)
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING
2019
2. SOAL:
1. Temukan lima problematik sehubungan dengan manajemen BK, organisasi BK,
adminsistrasi BK, asesmen kebutuhan, program BK, pelaksanaan layanan dasar,
pelaksanaan layanan responsif.
2. Berdasarkan masing-masing permasalahan tersebut, analisis dan uraikan alternatif
solusinya.
3. Kemukakan rasional alternatif itu dan prediksi keberhasilannya.
JAWAB:
a) Managemen BK
1) Organisasi pelayanan bimbingan konseling yang sering mis-komunikasi guru BK
dengan wali kelas atau guru mata pelajaran sehingga data yang diperoleh oleh guru
bk memiliki hambatan dalam mengidentifikasi permasalahan siswa. Analisis: guru
mata pelajaran atau wali kelas yang masih belum mengetahui peranan guru BK serta
fungsi dan tugas guru BK. Solusi: perlunya guru BK atau kepala sekolah untuk
mensosialisasikan saat rapat tentang kinerja guru Bk dan peranan tugas yang
diampuh oleh guru BK. keberhasilan dari solusi tersebut yaitu dapat meningkatkan
pengetahuan mitra sekolah tentang pernanan guru BK di sekolah.
2) Fasilitas atau sarana-prasarana yang kurang lengkap seperti tidak adanya komputer
didalam ruang BK sehingga guru BK bisa mengalami kesulitan dalam membuat
administrasi BK. Analisis: guru BK yang masih belum bisa mengoperasikan
komputer sehingga semua dipasrahkan pada operator sekolah. Solusi yang harus
dilakukan adalah guru BK untuk belajar teknologi agar pelayanan BK pada masa
saat ini bisa berjalan secara maksimal dan mandiri tanpa perlunya bantuan operator
sekolah. Keberhasilan dari solusi tersebut dapat meningkatkan kemampuan guru
BK dalam melaksanakan layanan BK di sekolah.
3) Ruang BK yang teralu jauh dengan ruang guru yang menyebabkan kurangnya
komunikasi guru BK dengan guru mata pelajaran. Analisis: kurangnya kordinasi
antara kepala sekolah, waka sarana prasarana, dan guru BK dalam mengatur tempat
ruangan disekolah. Solusi yang perlu dilakukan adalah kepala sekolah dan waka
sarana prasarana untuk mengkaji kembali dalam mengatur posisi ruangan yang ada
disekolah agar bisa berjalan dengan baik. Keberhasilan dari solusi tersebut
3. bermanfaat untuk memperindah tata letak ruangan di sekolah baik kelas, ruang
guru, laboratorium, dan ruang BK.
4) Tidak adanya ruangan bimbingan kelompok sehingga guru BK mengalami
kesulitan dalam melakukan bimbingan kelompok. Analisis karena terbatasnya
lahan sekolah dalam pembangunan sekolah. Solusinya adalah menambahkan lahan
untuk perluasan sekolah dan mengatur tata letak ruangan agar dapat dimanfaatkan
secara maksimal. Keberhasilan dari solusi tersebut yaitu dapat memanfaatkan lahan
kosong secara maksimal dan memperindah tata letak ruangan disekolah.
5) Jumlah guru BK yang tidak sebanding dengan jumlah siswa di sekolah. Analisis
guru BK yang sudah pension sehingga jumlah guru BK disekolah kurang dan tidak
sebanding dengan jumlah siswa. Solusinya yaitu memberikan peluang atau
kesempatan bagi guru baru yang memiliki keprofesian BK untuk melamar masuk
di sekolah. Keberhasilan solusi tersebut dapat meningkatkan kinerja guru BK dan
ilmu yang diberikan oleh guru BK yang baru dapat menghasilkan layanan yang
menarik untuk siswa.
b) Organisasi BK
1) Seringkali guru BK kesulitan dalam menghubungi orang tua siswa dalam
memberikan informasi tentang perkembangan peserta didik. Analisis: siswa yang
memberikan data salah pada guru BK atau wali kelas sehingga mengalami kesulitan
untuk menghubungi orang tua siswa. Solusinya memberikan shok verbal pada siswa
agar memberikan data yang benar. Keberhasilan dari solusi tersebut dapat siswa
memiliki rasa ketakutan dalam memberi data yang salah.
2) Guru mata pelajaran yang tidak mengetahui kinerja guru BK dapat menyebabkan
kesulitan dalam mencari data dan bisa mis-komunikasi guru BK dengan guru mata
pelajaran. Analisis guru mata pelajaran atau wali kelas yang masih belum
mengetahui kinerja guru BK. Solusinya adalah kepala sekolah mengadakan rapat
untuk mensosialisasikan tentang kinerja guru BK. keberhasilan tersebut dapat
membuat guru mata pelajaran mengetahui kinerja guru BK.
3) Wali kelas yang tidak melaporkan pada guru BK tentang perkembangan siswanya
di dalam kelas. Analisis: keraguan wali kelas dengan peranan guru BK. Solusinya
guru BK menanyakan secara langsung pada wali kelas tentang perkembangan
peserta didik dan memberitahukan tentang peranan guru BK. keberhasilan dari
4. solusi tersebut dapat menciptakan suasana keakraban antara guru BK dan wali
kelas.
4) Siswa yang memiliki pikiran negatif terhadap guru BK dapat mengalami ketakutan
dan tidak berani dalam konsultasi pada guru BK tentang permasalahan yang
dialaminya. Analisis: siswa tidak mengetahui tentang kinerja guru BK. Soslusinya
yaitu guru BK masuk kedalam kelas dan mensosialisakan tentang kinerja guru BK
serta fungsi-fungsi BK. keberhasilan dari solusi tersebut dapat membuat siswa bisa
mengetahui kinerja dan fungsi BK serta siswa tidak takut dalam mengunjuingi
ruangan BK.
5) Waka kesiswaan yang tidak melaporkan rekam jejak prestasi siswa pada guru BK
dapat menyebabkan kurangnya informasi dalam kematangan karier siswa. Analisis:
kurangnya kerjasama antara waka kesiswaan dengan guru BK. Solusinya yaitu guru
BK harus bisa bekerjasama dengan waka kesiswaan maupun waka lainnya agar
guru BK dapat memiliki data yang lengkap dan baik. Keberhasilan dari solusi
tersebut dapat guru BK dan waka kesiswa selalu berkolaborasi untuk memberikan
informasi tentang rekam jejak prestasi siswa.
c) Administrasi BK
1) Wali kelas yang tidak mau ikut serta dalam konfrensi kasus dapat menyebabkan
kesulitan guru BK dalam mengidentifikasi permasalahan siswa di dalam kelas.
Analisis: wali kelas yang belum siap dalam berhadapan dengan orang tua siswa
dalam menangani permasalahan siswa secara bersama-sama. Solusinya yaitu guru
BK memberikan arahan pada wali kelas agar konfrensi kasus dapat berjalan dengan
baik dan secara damai. Keberhasilan tersebut dapat menjalankan konfrensi kasus
secara terarah dalam menyampaik informasi kepada orang tua siswa.
2) Tenaga administrasi sekolah yang tidak memiliki format atau tidak menyimpan
format laporan program BK. Analisis: tenaga administrasi yang masih belum
mengetahui kinerja guru BK sehingga kesulitan dalam menentukan format laporan
program BK. Solusinya yaitu guru BK membuat format laporan program BK dan
memberikannya ke tenaga administrasi untuk file administrasi sekolah.
Keberhasilan tersebut dapat meningkatkan kolaborasi antara guru BK dengan
5. tenaga administrasi sekolah dalam melengkapkan administrasi BK yang diperlukan
untuk keperluan sekolah.
3) Sarana prasarana seperti tidak adanya ruangan konseling, tempat penyimpanan
khusus data dapat menyebabkan terganggunya asas kerahasiaan dan keinginan
siswa untuk konsultasi. Analisis: terbatasnya tempat atau lahan sekolah yang
membuat ruangan BK tidak besar. Solusinya membangun ruangan atau memakai
ruangan besar sesuai standard yang belum terpakai disekolah. Keberhasilan tersebut
dapat menciptakan suasana yang indah dalam tata letak ruangan di sekolah.
4) Minimnya alat tes dalam mencari data siswa. Analisis: guru BK yang tidak ikut
serta dalam pertemuan MGBK. Solusinya: guru BK harus mengikuti kegiatan
MGBK agar instrument tesnya lengkap. Keberhasilan solusi tersebut dapat
meningkatkan kemampuan guru BK dalam melakukan need assessment.
5) Masalah penyediaan anggaran yang diperlukan dalam pelaksanaan layanan BK
belum bisa diperinci secara jelas. Analisis: Secara khusus pos-pos pengeluaran yang
berhubungan dengan kegiatan bimbingan di antaranya; Personal, Pengadaan dan
pengembangan alat-alat teknis, Pengadaan dan pemeliharaan alat-alat fisik, Biaya
operasional (home visit, perjalanan, pertemuan dan sebagainya), Penilaian dan
tindak lanjut, Biaya-biaya insidentil dan tak terduga lainnya. Solusinya perlunya
perencanaan anggaran secara terstruktur sesuai dengan kegiatan BK yang
dilaksanakan. Keberhasilan solusi tersebut dapat memiliki perencanaan anggaran
secara terstruktur dalam meningkatkan layanan BK.
d) Asesmen kebutuhan
1) Ketidakseriusan siswa dalam mengisi angket dapat menyebabkan guru BK
kesulitan dalam mengidentfikasi masalah siswa. Analisis: terlalu banyaknya soal
atau item angket. Solusinya adalah mengembangkan alat instrument lainnya dan
mengurangi jumlah item angket. Keberhasilan yang didapat yaitu guru BK akan
mendapatkan data yang akuntabilitas dari siswa.
2) Sulitnya menentukan waktu yang tepat dalam melakukan asesmen pada siswa.
Analisis: guru BK yang tidak memiliki jadwal jam mengajar. Solusinya: waka
kurikulum memberikan 1 jam untuk guru BK masuk kedalam kelas untuk
6. melakukan layanan klasikal. Keberhasilan tersebut dapat meningkatkan
penyampaian informasi dalam layanan BK.
3) Kesalahan dalam mengidentifikasi masalah karena asesmen yang tidak memadai
akan menyebabkan gagalnya treatment. Analisis: kurangnya kerjasama guru BK
dengan siswa yang menyebabkan ketidakseriusannya siswa dalam mengisi angket.
Solusinya: siswa dan guru BK serta wali kelas hendaknya bekerjasama agar bisa
mendapatkan data secara menyeluruh. Keberhasilan dari solusi tersebut dapat
membuat guru BK mengidentifikasi masalah siswa secara tepat melalui kolaborasi
dengan wali kelas.
4) Soal angket teralu banyak. Analisis: belum adanya acuan yang pasti dalam
membuat alat tes BK. Solusi: perlunya pengembangan alat instrument dan
mengevaluasi alat instrument yang sudah dikembangkan. Keberhasilan dari
pengembangan alat instrument dapat membantu guru BK dalam mencari need
assessment siswa secara maksimal.
5) Perubahan perilaku yang terjadi sulit diukur dengan menggunakan alat yang
tersedia sampai saat ini. Analisis: kurangnya proses perubahan tingkah laku dalam
bentuk penguasaan, penggunaan, dan penilaian terhadap sikap dan nilai-nilai
pengetahuan yang terdapat dalam berbagai bidang studi. Solusinya yaitu perubahan
terjadi akibat adanya suatu pengalaman, praktik atau latihan dalam belajarnya.
Keberhasilan dari solusi tersebut dapat meningkatkan wawasan siswa dalam
memilah perilaku yang baik dan tidak baik terhadap dirinya.
e) Program BK
1) Belum terlaksananya secara maksimal program BK yang dibuat. Analisis: guru BK
dalam pembuatan program BK dengan cara menyalin program guru BK lainnya.
Solusinya: guru BK harusnya membuat program BK secara mandiri sesuai dengan
kebutuhan sekolah. Keberhasilan dari solusi tersebut dapat guru BK memiliki
pikiran kreatif dan inovatif dalam mengembangkan program BK.
2) Belum tersedianya alat-alat atau instrument evaluasi program BK yang valid,
reliable, objektif. Analisis Sampai saat ini belum ada perumusan kriteria
keberhasilan evaluasi pelaksanaan bimbingan yang tegas dan baku. Solusinya yaitu
perlunya pembuatan alat-alat instrument secara ilmiah, tegas dan baku.
7. Keberhasilan yang didapatkan oleh guru BK yaitu akan mempunyai alat instrument
yang akuntabilitasi secara ilmiah.
3) Pembuatan RPL yang masih menyalin dari guru BK di sekolah lainnya. Analisis:
kerajinan dan rasa tanggung jawab guru BK yang masih kurang. Solusinya: guru
BK yang harus memiliki jiwa rasa tanggung jawab yang tinggi. Keberhasilannya
dapat menciptakan jiwa tannggung jawab dalam membuat bahan layanan BK.
4) Kurangnya partisipasi dari mitra sekolah dalam mendukung program BK. Analisis:
guru BK belum berkolaborasi dengan wali kelas, guru mata pelajaran secara baik
dalam melaksanakan program BK. Solusi: guru BK hendaknya berkolaborasi
dengan wali kelas dan guru mata pelajaran dalam melaksanakan program BK pada
kegiatan layanan BK. keberhasilan tersebut agar guru BK dan mitra sekolah
menjalin hubungan yang baik dan saling membantu dalam meningkatkan
perkembangan siswa.
5) Data untuk melakukan evaluasi tidak lengkap. Analisis: pelaksanaan program BK
tidak mempunyai waktu yang memadai dalam mengevaluasi program BK. Solusi:
perlunya penambahan waktu dalam mengevaluasi program BK agar pelayanan BK
dapat berjalan secara maksimal. Keberhasilan dari solusi tersebut akan
meningkatkan akuntabilitas dari program BK agar sesuai dengan kebutuhan
disekolah.
f) Pelaksanaan Layanan Dasar
1) Keterbatasan waktu dalam melaksanakan layanan dasar. Analisis: jam BK yang
dilaksanakan hanya 1x45 menit. Solusinya: perlunya penambahan jam agar layanan
yang dilaksanakan dapat berjalan secara maksimal. Keberhasilan tersebut dapat
memberikan informasi pada siswa dengan baik dan maksimal.
2) Belum memiliki ruang yang representatif, meskipun sebanyak 83% guru bimbingan
dan konseling telah melaksanakan layanan dasar. Analisis: terbatasnya lahan
sekolah. Solusinya: perlunya pengembangan lahan sekolah. Keberhasilan dari
solusi tersebut dapat meningkatkan mutu sekolah dan penataan ruangan sekolah.
3) Siswa yang sulit memahami isi dari materi karena metode yang digunakan
membosankan. Analisis: guru BK yang masih menggunakan metode ceramah.
Solusinya: guru BK harus berpikir kreatif dan inovatif dalam menyampaikan
8. informasi pada siswa. Keberhasilan yang didapatkan yaitu siswa akan senang dan
antusias dalam menerima layanan yang diberikan guru BK.
4) Kurang aktif dalam memperbaharui wawasan dan juga keterampilan dalam
memberikan informasi ketika pelaksanaan layanan klasikal. Analisis: guru BK yang
masih monoton menggunakan metode ceramah. Solusinya: guru BK harus bisa
memanfaatkan teknologi agar informasi lebih ter-updete. Keberhasilan yang
didapatakan oleh guru BK yaitu menambah wawasan untuk disampaikan pada
siswa.
5) Terbatasnya media yang dibuat dalam metode penyampaian informasi. Analisis:
guru BK yang belum bisa membuat media interaktif. Solusi: perlunya guru BK
menguasai teknologi agar dapat membuat media yang kreatif dan inovatif.
Keberhasilan tersebut dapat membuat siswa tidak bosan dalam menerima informasi
dari guru BK.
g) Layanan Responsif
1) Dana anggaran sekolah yang minim dalam melakukan home visit. Analisis: belum
di ACC oleh kepala sekolah dalam memprogram anggaran untuk home visit.
Solusinya: guru BK mengajukan untuk memasukkan home visit dalam anggaran
sekolah. Keberhasilan dari solusi tersebut dapat meningkatkan kesejahteraan guru
BK.
2) Orang tua kurang kooperatif dengan sekolah dapat menyebabkan guru BK sulit
mendapatkan informasi dari orang tua. Analisis: orang tua yang cenderung
membela anaknya. Solusinya: guru BK memberi pengarahan pada orang tua tentang
perkembangan siswa di dalam sekolah agar orang tua lebih terbuka dalam
menceritakan sikap dan perilaku anaknya saat dirumah. Keberhasilan dari solusi
tersebut dapat menciptakan kolaborasi antara orang tua siswa dengan guru BK
dalam mencari data siswa dalam memberikan layanan yang tepat.
3) Siswa tidak mau terbuka saat melakukan konseling individu. Analisis: siswa yang
masih belum percaya pada guru BK. Solusinya: guru BK harus terbuka dan bersikap
menerima pada siswa. Keberhasilan dari solusi tersebut dapat menjalankan
konseling individu secara maksimal dan terarah dalam membantu permasalahan
siswa.
9. 4) Keterbatasan waktu dalam melaksanakan konfrensi kasus. Analisis: aktifitas orang
tua yang sibuk dan tidak mau meluangkan waktunya untuk kesekolah. Solusinya:
memberikan informasi tentang keadaan siswa di sekolah melalui telepon pada
orang tua. Keberhasilan tersebut dapat memberikan informasi pada orang tua
tentang permasalahan yang dialami oleh siswa di sekolah
5) Guru mata pelajaran tidak mau memberi remidical teaching bagi siswa yang
kesulitan belajar. Analisis: siswa yang melakukan kesalahan atau memiliki masalah
pada guru yang bersangkutan. Solusinya: guru BK memberikan informasi pada
siswa agar berusaha untuk belajar lebih rajin dan guru BK mencoba untuk
berkomunikasi dengan guru yang bersangkutan agar memberikan keringanan.
Keberhasilan dari solusi tersebut dapat memberikan kesempatan untuk siswa
memperbaiki nilainya dan tidak mengulangi kesalahan yang dilakukannya.