Pendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa BaratEldi Mardiansyah
Di dalamnya mencakup Presentasi tentang Pendampingan Individu 2 Pendidikan Guru Penggerak Aangkatan ke 10 Kab. Sukabumi Jawa Barat tahun 2024 yang bertemakan Visi dan Prakarsa Perubahan pada SMP Negeri 4 Ciemas. Penulis adalah seorang Calon Guru Penggerak bernama Eldi Mardiansyah, seorang guru bahasa Inggris kelahiran Bogor.
1. Matematika Sekolah dengan PBL4C
Pembelajaran matematika sekolah masih merupakan sesuatu yang dianggap sulit bagi
sebagian besar siswa. Hal ini terjadi disebabkan oleh berbagai factor, mulai dari pemahaman
guru matematika sendiri terhadap matematika sekolah, pemahaman sebagian orang bahwa
matematika sekolah itu adalah kemampuan berhitung, ataupun pendekatan yang dilakukan
oleh guru di dalam kelas ketika mengajar matematika yang belum mengembangkan
kemampuan reasoning siswa, dan banyak lagi factor-faktor lainnya.
Hal-hal diatas merupakan tugas penting bagi pendidik untuk menghadapi serta membuat
suatu solusi, sehingga permasalahan matematika sekolah yang bagaikan benang kusut akan
terurai secara berproses.
Proses pembelajaran matematika sekolah tentunya yang pertama dan utama adalah perbaikan
kompetensi guru sebagai ujung tombak pembelajaran di kelas. Guru merupakan aspek
penting yang akan bisa mengubah segala permasalahan menjadi terurai satu demi satu.
Walaupun bukan memberikan beban kepada para guru, tetapi tidak dapat disangkal
peningkatan mutu haruslah dimulai dari guru sebagai sumber daya hidup di dalam pendidikan
sekolah.
Peningkatan mutu pendidikan terus bergulir seiring kehidupan pendidikan itu sendiri.
Bersyukur saat ini guru memperoleh kebebasan di dalam mengekspresikan keprofesiannya di
dalam kelas dengan memberikan peluang kepada para guru untuk meningkatkan proses
pembelajaran melalui akan bergulirnya Kurukulum 2013. Tentunya bentuk bersyukur
haruslah mendayagunakan potensi yang dimiliki untuk kepentingan tujuan pendidikan itu
sendiri yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa tercinta ini.
Matematika sekolah sebagai salah satu mata pelajaran adalah ‘ratu’nya ilmu, kalau ditinjau
dari pihak pendidik matematika, mata pelajaran ini merupakan mata pelajaran yang mengolah
penalaran siswa sehingga akan mudah untuk menghadapi permasalahan kehidupan ataupun
2. permasalahan di pelajaran lainnya. Sehingga melalui matematika sekolah, siswa akan dibina,
dibimbing menjadi seorang problem solver, seorang yang menggunakan mindnya dengan
rasional, seorang yang mampu mengkoneksikan antar kompetensi dasar, antar mata pelajaran
serta antar mata pelajaran dengan kehidupan, seorang yang mampu mengkomunikasikan
pemikirannya kepada sesama siswa, kepada guru, serta menuliskan dalam bentuk tulisan hasil
pemikiran dan seorang yang mampu merepresentasikan yang dipelajari dalam bentuk lainnya
sesuai dengan yang dibutuhkan(NCTM,2000).
Permasalahan yang dihadapi dalam matematika sekolah adalah seperti yang telah diuraikan
sebagian di atas. Banyak yang hanya mengetahui matematika itu adalah ilmu berhitung bukan
ilmu yang mengolah nalar siswa. Sehingga bermunculan tempat-tempat latihan yang
mengembangkan kemampuan berhitung. Padahal seiring perkembangan globalisasi, alat
teknologipun semakin canggih, kenapa siswa harus dibebani dengan menghitung? Kenapa
tidak digunakan alat hitung seperti kalkulator, computer ataupun lainnya?.
Berhitung atau operasi hitung merupakan salah satu komponen kecil di dalam matematika
sekolah yaitu pada standar isi ‘number dan operasi hitungnya’. Dengan kemampuan
berhitung cepat dan tepat tetapi tanpa memahami makna dari yang dihitung, sedikit demi
sedikit akan mengalami kebosanan serta kesulitan di dalam mempelajarinya, akhirnya siswa
menjadi bosan serta malas untuk menggunakan mental kognitifnya untuk berfikir.
Berdasar dari uraian diatas, saya sebagai salah satu guru matematika SMP mencoba
menggunakan salah satu pendekatan yang bisa digunakan untuk mengembangkan penalaran
siswa melalui belajar matematika di dalam kelas. Pendekatan pembelajarannya adalah
menggunakan pendekatan problem solving the 4 core area(PBL4C). Melalui pembelajaran
dengan pendekatan ini diharapkan siswa akan:
1. Belajar matematika dengan fun;
2. Pembelajaran dengan pendekatan ini bertujuan mengembangkan penalaran siswa;
3. 3. Pembelajaran dikontekskan dengan daily life, sehingga multi dimensional skills
diharapkan akan diperoleh siswa;
4. Berkembangnya good karakter and value, seiring penekanan pada kejujuran yang
bertanggungjawab
Problem Based Learning the 4 core area(PBL4C) adalah sebuah pendekatan pembelajaran
yang menekankan pada pembelajaran siswa sebagai pusat yang belajar, atau dalam National
Curriculum Council of teacher Mathematics(NCTM, 2000) disebutkan student center.
PBL4C merupakan pengembangan dari problem based learning yang diketengahkan oleh
Kaye Stacey(Stacey, 2003)
Dalam PBL4C, siswa akan diarahkan sehingga memperoleh multi disiplin ilmu, multi
dimensi skill, good karakter and value serta harmonious values (Waraphon & Marmont,
Recsam, Penang, Malaysia, 2013)
Desain pembelajaran dimulai dari konteks problem daily life, sehingga diharapkan secara
kontekstual siswa akan belajar dari sesuatu yang ada di alam “alam tak kambang jadi
batu”(Silabus Matematika Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Kemudian siswa dibagi
menjadi berkelompok, dimana setiap kelompok beranggotakan 4 orang(JICA Research,
2012). Setelah itu setiap kelompok diberikan scenario yaitu suatu permasalahan matematika
berbentuk cerita. Melalui scenario itu diharapkan siswa dapat menemukan atau menyusun
fakta yang terdapat di dalamnya, kemudian menyusun pokok bahasan ataupun pengetahuan
yang berkaitan dengan scenario itu serta menyusun pemecahan masalahnya.
Melalui pembelajaran dengan menggunakan pendekatan PBL4C, contohnya pada kompetensi
dasar matematika SMP menentukan area terbesar pada suatu lahan jika panjang keliling lahan
diketahui tetapi bentuk masing-masing lahan berbeda atau tentang construk pada area of
shape ini, bukan hanya kemampuan atau konten matematika khususnya menemukan Luas
Bangun Datar jika setiap Bangun Datar yang berbeda bentuk memiliki panjang keliling yang
sama. Tetapi berkaitan(koneksi) dengan mata pelajaran lainnya, seperti Sience dengan
4. penggunaan problem yang kontekstual, Skala pada kompetensi dasar skala dan perbandingan,
ekonomi menentukan keuntungan terbesar dari hasil penanaman pohon, aritmetika social
mengenai untung dan rugi, serta perbandingan berbalik nilai melalui menentukan jumlah
pekerja yang diperlukan untuk menanami lahan, dsb.
Banyak manfaat yang dapat diperoleh dari pembelajaran kompetensi dasar menemukan
bangun datar terluas dengan berbagai bangun datar yang memiliki panjang keliling yang
sama dengan menggunakan pendekatan PBL4C, diantaranya semua siswa akan memperoleh
peningkatan dalam hal:
Multi disiplin ilmu dapat diperoleh siswa;
Multi dimensi skills, seperti reasoning siswa, kemampuan koneksi, komunikasi serta
problem solving siswa.
Good character and values, melalui pembelajaran ini karakter serta nilai-nilai yang baik
ataupun universal akan dapat dimiliki oleh siswa melalui diskusi dan
Harmonius para siswa sebagai hasil integrated dengan pembelajaran
Seiring Mathematics Education in The Trends 21th Century, tentunya siswa akan
menghadapi tantangan tersendiri di era angkatannya, sehingga melalui matematika
kemampuan problem solving siswa sudah dikembangkan sejak siswa di sekolah tingkat dasar
termasuk sekolah menengah pertama. Untuk itu diperlukan terobosan inovasi yang harus
dilakukan oleh pendidik di dalam melaksanakan kewajiban sebagai seorang pendidik yang
professional di bidangnya.
Inovasi yang dilahirkan tentunya adalah inovasi yang sesuai dengan perkembangan siswa
secondary school yang dalam tahapan transisi dari kongkrete ke abstrak. Sehingga di dalam
pembelajaran ini yang menggunakan pendekatan problem based learning the four core
area(PBL4C), tahapan kongkrete, semikongkrete dan abstrak terimplementasikan. Penemuan
5. ataupun membangun pemahaman sendiri oleh siswa diharapkan akan terproses melalui
pembelajaran ini.
Pembelajaran matematika salahsatunya menggunakan pendekatan PBL4C diharapkan akan
memberikan perubahan yang significant ke arah lebih baik di dalam peningkatan mutu
pendidikan di bumi Nusantara tercinta ini.
Melalui PBL4C bias dan memang harus dipikirkan lebih jauh bentuk implementasinya di
lapangan,
Berbagai pendekatan, berbagai pula sasaran, sehingga pendekatan yang digunakan di dalam
pembelajaran akan sangat tergantung kekhasan serta sasaran dari setiap kompetensi dasar
yang dihadapi oleh guru dan siswa.
LITERATUR
Buku Panduan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, 2006
Depdiknas, Jakarta
Diktat Panduan Pelatihan”Overseas Training” SEAMEO RECSAM, Penang Malaysia, 2013
Erman S.Ar, Drs.H.M.Pd. Makalah Strategi Pembelajaran Matematika
Herlan, Ayi (2006) Mengembangkan Pembelajaran Berbasis Komputer
untuk meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematik
Siswa SMA, Tesis Magister pada PPs-UPI Bandung: tidak
diterbitkan.
Ito-Hino,K. (1995). “Students’ Reasoning and Mathematical
Connections in the Japanese Classroom”, dalam House,
P.A. (1995). Connecting Mathematics across the
Curriculum. Yearbook. Virginia: The National Council of
Teachers of Mathematics, Inc.
NCTM. (1989). Curriculum and Evaluation Standard for School
Mathematics. Virginia: The National Council of Teachers of Mathematics, Inc.
Russeffendi, E.T. (1988) Pengantar kepada Membantu Guru
Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk
meningkatkan CBSA, Tarsito Bandung
Sumarni,Enung (2006) Pembelajaran Matematika Pendekatan
Gabungan Langsung dan Tidak Langsung untuk
6. Meningkatkan Daya Matematika Siswa, Tesis pada
PPS UPI Bandung: tidak dipublikasikan
Enung Sumarni
Guru Matematika SMPN 44 Bandung