SlideShare a Scribd company logo
LAPORAN PRAKTIKUM I
BAGIAN-BAGIAN DAUN (FOLIUM)
Oleh:
Evitia Yuliani (13 222 039)
Dosen Pembimbing:
Riri Novita S. M.Si.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari daun yang melekat pada batang tumbuhan
sering dijumpai oleh manusia. Pada kenyataannya daun yang melekat tersebut
memiliki perbedaan antara tumbuhan yang satu dengan tumbuhan yang
lainnya. Perbedaan yang ada tersebut baik berdasarkan bentuk, ukuran
maupun ketebalan yang dimiliki oleh setiap tumbuhan dan akan menjadi ciri
khas yang dimiliki oleh tumbuhan tersebut. Daun (folium) merupakan suatu
bagian tumbuhan yang penting dan pada umumnya tiap tumbuhan mempunyai
sejumlah besar daun.
Daun merupakan bagian dari tumbuh-tumbuhan yang mempunyai fungsi
dan peran penting untuk melangsungkan kelangsungan hidup tumbuh-
tumbuhan itu sendiri. Ciri khas dari daun pada umumnya berwarna hijau
bentuk dari daun bagian besar adalah melebar. Daun juga mempunyai bagian-
bagian yang berperan penting untuk membantu proses pertumbuhan pada
tumbuhan, setelah dipelajari dan dipahami secara mendalam, maka manusia
akan menyadari betapa pentingnya daun pada tumbuhan.
Daun telah banyak membantu manusia dalam menjalani kehidupan, salah
satu kegiatan manusia yang selalu berlangsung dan tidak akan pernah berhenti
selama manusia tersebut hidup adalah kegiatan bernafas. Dalam memenuhi
aktivitas tersebut manusia membutuhkan oksigen (𝑂2) yang hanya bisa
dihasilkan oleh daun melalui mekanisme fotosintesis yang kemudian akan
menghasilkan oksigen dengan bantuan sinar matahari (Sativa, 2012).
Daun merupakan bagian tumbuhan yang biasa disebut dengan dapurnya
tumbuhan. Daun hanya terdapat dan melekat pada bagian batang dan tidak
pernah dijumpai pada bagian-bagian lain dari tumbuhan. Meskipun daun
mempunyai fungsi yang berguna bagi manusia, akan tetapi masa hidup daun
cenderung singkat dan akan digantikan dengan daun-daun yang baru. Daun
yang semulanya berwarna hijau karena mengandung klorofil (zat hijau daun)
akan berubah warna menjadi kuning serta akan mengalami pembusukkan
hingga berwarna coklat bahkan menghitam (Hidayat, 1995).
Adapun bentuk daun yang kebanyakan mempunyai ketebalan yang tipis
melebar ditambah dengan berwarna hijau serta menghadap ke atas karena
telah sesuai dengan fungsi-fungsi daun tersebut. Daun dapat dikatakan
lengkap apabila telah memiliki bagian-bagian seperti pelepah (vagina),
tangkai (petiolus) dan helaian (lamina). Akan tetapi kebanyakan dari manusia
tidak mengetahui letak atau tempat dari pelepah (vagina), tangkai (petiolus)
dan helaian (lamina).
Selain itu, tidak semua daun mempunyai bagian yang lengkap tersebut.
Ada beberapa tumbuhan yang hanya mempunyai daun berupa tangkai dan
helaian juga ada beberapa tumbuhan yang mempunyai daun berupa bagian
tangkai. Sebagai contoh daun yang biasa dilihat dan dimanfaatkan oleh
manusia adalah daun bambu, daun jagung, serta daun talas/keladi. Beberapa
contoh dari daun tersebut mempunyai bagian-bagian daun yang mempunyai
kelengkapan serta tidak lengkap.
Meskipun telah dipahami mengenai kelengkapan bagian-bagian daun
tersebut yang menyangkut dengan helaian, tangkai serta pelepah. Bagian-
bagian daun lain yang akan menjadi ciri tumbuhan seperti bentuk daun, bentuk
apeks serta pangkal daun ditambah pertulangan daun dan tepi daun tidak dapat
dipahamai serta diketahui tanpa adanya pengamatan secara langsung. Akibat
banyaknya jenis daun yang perlu dipelajari bagaimana bentuk dan
pembagiannya. Namun dalam penentuan jenis-jenis daun tumbuhan tidaklah
mudah, seringkali terjadi kekeliruan. Sehingga teori perlu didukung dengan
adanya praktikum.
B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum tentang bagian-bagian daun (folium)
adalah sebagai berikut :
1. Mengenal dan membedakan bagian-bagian daun dengan bagian-bagian
tumbuhan lainnya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Daun dan Fungsinya
Daun merupakan suatu bagian tumbuhan yang penting, dan pada
umumnya tiap tumbuhan mempunyai sejumlah besar daun. Alat ini hanya
terdapat pada batang saja dan tidak pernah terdapat pada bagian lain pada
tubuh tumbuhan. Bagian-bagian batang tempat duduknya atau melekatnya
daun dinamakan buku-buku (nodus) batang, dan tempat di atas daun yang
merupakan sudut antara batang dan daun dinamakan ketiak daun (axilla)
(Tjitrosoepomo, 2001).
Biasanya ada hubungan antara anatomi buku dan stipula pada dikotil
atau pelepah pada monokotil. Kebanyakan tumbuhan yang memiliki buku
(nodus) trilakuna juga memiliki stipula, sedangkan yang bukunya bersifat
multilakuna memiliki dasar daun berupa pelepah. Pertumbuhan awal pada
daun biasanya dibagi menjadi pertumbuhan apikal dan marginal. Pertumbuhan
apikal terjadi di ujung oleh sel pemula apikal dan mengakibatkan primordium
menjadi lebih tinggi. Pertumbuhan marginal diakibatkan oleh pemula
marginal dan menghasilkan pelebaran lateral, membentuk kedua panel helai
daun (Hidayat, 1995).
Daun pada ranting tersusun secara tetap bagi suatu spesies tertentu.
Setiap daun letaknya agak berjauhan dari yang di dekatnya. Jika pada buku
hanya terdapat satu daun, maka daun-daun itu tersusun berseling. Jika ada dua
daun pada buku yang sama secara berhadap-hadapan, maka disebut
berhadapan atau selentang. Pada sejumlah kecil tumbuhan lebih dari dua daun
tersusun pada satu buku, maka kedudukan daun itu terpusat atau berkarang.
Susunan seperti itu dijumpai pada batang tumbuhan herba (Tjitrosomo, 1983).
Daun adalah organ fotosintesis utama pada sebagian besar tumbuhan,
meskipun batang yang bewarna hijau juga melakukan fotosintesis. Daun
merupakan salah satu bagian penting dari tanaman karena memiliki klorofil,
yaitu proses pembentukan tanaman (Sativa, 2012).
Daun sesungguhnya adalah cabang atau ranting yang mengalami
modifikasi. Pada tumbuhan tingkat tinggi daun merupakan tempat penting
untuk fotosintesis. Daun merupakan salah satu organ pokok pada tumbuhan.
Daun berbentuk pipih melebar dan pada umumnya berwarna hijau karena
mengandung kloroplas di dalam sel-selnya. Daun terdapat di bagian atas
tumbuhan dan melekat pada batang (Rianawaty, 2011).
Perbedaan antara batang dan daun yaitu batang mempunyai pertumbuhan
yang tidak terbatas, sedangkan daun mempunyai pertumbuhan yang terbatas,
yang segera berhenti tumbuh, berfungsi untuk beberapa musim dan kemudian
akan gugur. Helaian daun ditopang oleh rangka daun yang disusun oleh tulang
daun. Tulang daun mengandung jaring-jaring pembuluh xylem dan floem yang
menyalurkan air ke daun dan hasil-hasil fotosintesis dari daun (Tjitrosomo,
1983).
Daun biasanya tipis dan melebar, kaya akan suatu zat warna hijau yang
dinamakan klorofil, oleh karena itu daun biasanya berwarna hijau dan
menyebabkan tumbuhan atau daerah-daerah yang ditempati tumbuhan-
tumbuhan nampak hijau pula. Bagian tumbuhan ini mempunyai umur yang
terbatas, akhirnya akan runtuh dan meninggalkan bekas pada batang. Pada
waktu akan runtuh warna daun berubah menjadi kekuning-kuningan dan
akhirnya menjadi perang (Tjitrosoepomo, 2001).
Menurut Tjitrosoepomo (2001), bentuk daun yang tipis melebar, warna
hijau dan duduknya pada batang yang menghadap ke atas itu memang sudah
selaras dengan fungsi daun bagi tumbuh-tumbuhan, yaitu sebagai alat untuk:
1. Pengambilan zat-zat makanan (reasorbsi), terutama yang berupa zat gas
(𝐶𝑂2).
2. Pengolahan zat-zat makanan (asimilasi).
3. Penguapan air (transpirasi).
4. Pernafasan (respirasi).
Tumbuhan mengambil zat-zat makanan dari lingkungannya dan zat yang
diambil (diserap) tadi adalah zat-zat yang bersifat anorganik. Air beserta
garam-garam diambil dari tanah oleh akar tumbuhan, sedang gas asam arang
(𝐶𝑂2) yang merupakan zat makanan pula bagi tumbuhan diambil dari udara
melalui celah-celah halus yang disebut mulut daun (stomata).
Pengolahan zat anorganik menjadi zat organik dilakukan oleh daun
(sesungguhnya zat hijau daun atau klorofilnya) dengan bantuan sinar matahari.
Pekerjaan ini disebut asimilasi, jadi daun dapat disamakan dengan dapur bagi
tumbuhan. Setiap benda yang basah, di dalam ruang yang belum jenuh dengan
uap air akan menguapkan air ke dalam ruang tadi. Peristiwa ini merupakan
suatu peristiwa yang ada di dalam alam terkenal sebagai peristiwa difusi, yang
bertujuan untuk meniadakan perbedaan konsentrasi kandungan akan air antara
ruangan benda dengan benda yang basah itu (Tjitrosoepomo, 2001).
Penguapan itu akan berjalan terus sampai konsentrasi atau kadar air
dalam ruangan tempat benda itu sama dengan kadar air dalam benda, atau
udara dalam ruangan tadi tidak sanggup lagi menerima tambahan uap air,
dengan lain perkataan udara dalam ruangan tadi telah jenuh dengan uap air.
Penguapan air melalui daun menyebabkan air yang diserap oleh akar dari
tanah itu di dalam tubuh tumbuhan bergerak mengalir dari bawah ke atas.
Adapun yang dimaksud dengan penetesan air atau gutasi adalah keluarnya air
dalam bentuk tetes-tetes (Tjitrosoepomo, 2001).
B. Bagian-bagian Daun
Struktur jaringan pembuluh dalam tangkai dan tulang daun utama
biasanya mirip dengan dalam batang. Istilah bagi seluruh daun pada tanaman
adalah phyllom. Namun dikenal juga istilah daun hijau, katafil, hiposofil,
kotiledon (keping biji), profil, dll. Daun pertama pada cabang lateral disebut
prophyll. Pada monokotil hanya ada satu helai prophyll, pada dikotil ada dua
helai. Hiposofil berupa berbagai jenis brakte yang mengiringi bunga dan
berfungsi sebagai pelindung (Hidayat, 1995).
Menurut Rianawaty (2011), dari segi morfologi dan anatomi daun
merupakan organ yang sangat bervariasi. Semua bentuk daun yang terdapat
pada suatu tumbuhan disebut phyllome, terdiri dari:
1. Daun sebagai organ fotosintetik utama pada tumbuhan.
2. Katafil
a. Sisik yang muncul pada tunas dan pada batang yang tumbuh di bawah
tanah.
b. Fungsi : pelindung atau penyimpan cadangan makanan.
c. Contoh-contoh:
1) Pada tunas: mahoni.
2) Pada batang bawah tanah : kormus Gladiolus, rimpang jahe, sisik
tebal Allium.
Gambar 1. Cataphyll
(Rianawaty, 2011)
3. Hypsophyll, berbagai tipe daun pelindung bunga (braktea) yang berfungsi
sebagai pelindung. Kadang hypsophyll berwarna menyala dengan fungsi
seperti mahkota bunga. Merah pada saptha bunga Anthurium. Ungu, pink,
putih, oranye pada Bougenville sehingga tampak seperti bunga sedang
bunganya sendiri tidak menarik.
4. Kotiledon yaitu daun pertama pada tumbuhan bisa berfungsi untuk
fotosintesis seperti pada tomat. Selain itu juga sumber makanan yang
terdapat pada kacang-kacangan.
Gambar 2. Cotyledons pada Tumbuhan
(Rianawaty, 2011)
Menurut Tjitrosoepomo (2001), daun yang lengkap mempunyai bagian-
bagian berikut:
1. Upih Daun atau Pelepah Daun (Vagina)
Daun yang berupih umumnya terdapat pada tumbuhan yang berbiji
tunggal (Monocotyledoneae), suku rumput (Germineae), suku empon-
empon (Zingiberaceae), pisang (Musa sapientum L), golongan palma
(Palmae) (Tjitrosoepomo, 2001).
Menurut Tjitrosoepomo (2001), upih daun selain merupakan
bagian daun yang melekat atau memeluk batang, juga dapat mempunyai
fungsi lain:
a. Sebagai pelindung kuncup yang masih muda, seperti dapat dilihat
pada tanaman tebu (Saccharum offinacarum L).
b. Memberi kekuatan pada batang tanaman. Dalam hal ini upih daun-
daun semuanya membungkus batang, sehingga batang tidak tampak,
bahkan yang tampak sebagai batang dari luar adalah upih-upihnya
tadi.
2. Tangkai Daun (Petiolus)
Tangkai daun merupakan bagian daun yang mendukung helaiannya
dan bertugas untuk menempatkan helaian daun tadi pada posisi
sedemikian rupa. Hingga dapat memperoleh cahaya matahari yang
sebanyak-banyaknya (Tjitrosoepomo, 2001).
Menurut Tjitrosoepomo (2001), bentuk dan ukuran tangkaian daun
amat berbeda-beda menurut jenisnya tumbuhan, bahkan pada satu
tumbuhan ukuran dan bentuknya dapat berbeda-beda. Umumnya tangkai
daun berbentuk silinder dengan sisi atas agak pipih dan menebal pada
pangkalnya. Jika berdasarkan pada penampang melintangnya dapat
diketahui beberapa kemungkinan berikut:
a. Bulat dan berongga, misalnya pada daun papaya (Carica papaya L).
b. Pipih dan tepinya melebar (bersayap), misalnya pada jeruk (Citrus
sp).
c. Bersegi.
d. Setengah lingkaran dan seringkali sisi atasnya beralur dangkal atau
beralur dalam seperti pada tangkai daun pisang.
Daun lengkap dapat dijumpai pada beberapa macam tumbuhan, misalnya
pohon pisang (Musa paradisiacal L), pohon pinang (Areca catechu L),
bambu (Bambusa sp).
Gambar 3. Bentuk Tangkai Daun
(Rizal, 2008)
Walaupun tangkai daun biasanya menebal pada bagian pangkalnya,
ada pula tangkai daun yang menebal pada pangkal dan ujungnya,
misalnya pada daun pohon kupu-kupu (Bauhinic purpurea L). Dalam
uraian mengenai susunan daun telah dikemukakan pula. Bahwa tangkai
daun dapat mengalami pergantian bentuk (metamorfosis) menjadi
semacam helaian daun yang dinamakan filodia (Tjitrosoepomo, 2001).
3. Helaian Daun (Lamina)
Tumbuhan satu sama lain memiliki helaian daun yang berbeda baik
mengenai bentuk, ukuran maupun warnanya. Sebatang pohon dapat
mempunyai hanya beberapa helaian daun saja, misalnya pisang, tetapi
dapat pula memiliki helaian yang banyak misalnya pohon beringin. Suatu
tanaman yang memperlihatkan bentuk daun yang berbeda dalam satu
pohon, dikatakan memperlihatkan sifat heterofili, jika masing-masing
terdapat pada cabang yang berlainan. Jika pada satu cabang terdapat kedua
macam bentuk daun tadi, sifatnya disebut anisofili (Sativa, 2012).
Gambar 4. Bagian Daun Lengkap
(Rizal, 2008)
Menurut Tjitrosoepomo (2001), kebanyakan tumbuhan mempunyai daun
yang kehilangan satu atau dua bagian dari tiga bagian tersebut di atas. Daun
yang demikian dinamakan daun yang tidak lengkap. Mengenai susunan daun
yang tidak lengkap ada beberapa kemungkinan:
1. Hanya terdiri atas tangkaian dan helaian saja; lazimnya lalu disebut daun
bertangkai. Susunan daun yang demikian itulah yang paling banyak
ditemukan. Sebagian besar tumbuhan mempunyai daun yang demikian
tadi, misalnya nangka (Artocarpus integra Merr), mangga (Manginfera
indica L).
2. Daun terdiri atas upih dan helaian, daun yang demikian ini disebut daun
berupih atau daun berpelepah yang biasa terdapat pada golongan suku
rumput, misalnya: padi (Oryza sativa L), jagung (Zea mays).
3. Daun hanya terdiri atas helaian saja, tanpa upih dan tangkaian, sehingga
helaian langsung melekat atau duduk pada batang. Daun yang demikian
susunannya dinamakan dengan daun duduk (sessilis). Daun yang hanya
terdiri atas helaian daun saja dapat mempunyai pangkal yang demikian
lebarnya, hingga pangkal daun tadi seakan-akan melingkari batang atau
memeluk batang sehingga disebut dengan daun memeluk batang
(amplexicaulis) seperti terdapat pada tempuyung (Sonchus oleraceus L).
Bagian samping pangkal daun yang memeluk batang itu seringkali
bangunannya membulat dan disebut telinga daun.
4. Daun hanya terdiri atas tangkaian saja, dan dalam hal ini tangkaian tadi
biasanya lalu menjadi pipih sehingga menyerupai helaian daun, jadi
merupakan suatu helaian daun semu atau palsu dinamakan filodia, seperti
terdapat pada berbagai jenis pohon Acacia.
Menurut Tjitrosoepomo (2001), selain bagian-bagian tersebut di atas dan
kemungkinan lengkap atau tidaknya bagian-bagian tadi, daun pada suatu
tumbuhan seringkali mempunyai alat-alat tambahan atau pelengkap, antara
lain berupa:
1. Daun penumpu (stipula), yang biasanya berupa dua helai lembaran serupa
daun yang kecil, yang terdapat dekat dengan pangkal tangkai daun dan
umunya berguna untuk melindungi kuncup yang masih muda. Menurut
letaknya daun penumpu dapat dibedakan menjadi:
a. Daun penumpu yang bebas terdapat di kanan kiri pangkal tangkai
daun, disebut daun penumpu bebas (stipulae liberae) misalnya pada
kacang tanah (Arachis hypogaea L).
b. Daun penumpu yang melekat pada kanan kiri pangkal tangkaian daun
(stipulae adnatae) pada mawar (Rosa sp).
c. Daun penumpu yang berlekatan menjadi satu yang mengambil tempat
berhadapan dengan tangkaian daun dan biasanya agak lebar hingga
melingkari batang (stipula petiole opposita atau stipula antidroma).
d. Daun penumpu yang berlekatan dan mengambil tempat di antara dua
tangkai daun seperti seringkali terjadi pada tumbuhan yang pada satu
buku-buku batang mempunyai dua daun yang duduk berhadapan,
misalnya pada pohon mengkudu (Morinda citrifolia L).
2. Selaput bumbung (ocrea atau ochrea). Alat ini berupa selaput tipis yang
menyelubungi pangkal suatu ruas batang. Jadi terdapat di atas suatu
tangkaian daun. Selaput bumbung dianggap sebagai daun penumpu yang
kedua sisinya saling berlekatan dan melingkari batang, sebagai contoh
Polygonum sp.
3. Lidah-lidah (ligula), suatu selaput kecil yang biasanya terdapat pada batas
antara upih dan helaian daun pada rumput. Alat ini berguna untuk
mencegah mengalirnya air hujan ke dalam ketiak antara batang dan upih
daun. Sehingga kemungkinan pembusukkan dapat dihindarkan.
Menurut Tjitrosoepomo (2001), sifat-sifat daun dapat dipakai sebagai
petunjuk untuk mengenal suatu jenis tumbuhan. Untuk keperluan itu perlulah
diketahui sifat-sifat daun, sehingga dari daun dapat diberikan lukisan yang
selengkap mungkin. Sifat-sifat daun yang perlu mendapat perhatian adalah:
1. Bangunan Helai (Circumscription)
Bentuk daun pada dasarnya dinyatakan berdasarkan bentuk dari
helaiannya tanpa dipengaruhi oleh ada atau tidaknya torehan pada tepi
daun. Istilah untuk menyatakan bentuk daun tersebut biasanya digunakan
kata-kata yang umum untuk menyatakan bentuk suatu benda. Pada
umumnya, istilah untuk menyatakan bentuk suatu benda selau
dihubungkan dengan bentuk dua dimensi dari benda tersebut dan sebagian
besar didasarkan pada rasio panjang terhadap lebar (Tjitrosoepomo, 2001).
Selain itu dalam menyatakan suatu benda, letak bagian yang terlebar
perlu diperhatikan apakah bagian terlebar tersebut berada di bawah bagian
tengah, di bagian tengah atau di atas bagian tengah helaian. Dalam
menyatakan bentuk suatu daun, selain memperhatikan indeks dan letak
bagian yang terlebar, dapat pula digunakan bentuk persamaan dengan
benda-benda lainnya, seperti tombak, panah dan sebagainya
(Tjitrosoepomo, 2001).
Gambar 5. Bangun Daun
(Rianawaty, 2011)
2. Ujung Daun (Apex)
Menurut Tjitrosoepomo (2001), ujung daun dapat pula
memperlihatkan bentuk yang beraneka rupa. Bentuk-bentuk ujung daun
yang sering dijumpai ialah:
a. Runcing (acutus), jika kedua tepi daun di kanan dan di kiri ibu tulang
sedikit demi sedikit menuju ke atas dan pertemuannya pada puncak
daun membentuk suatu sudut lancip (lebih kecil dari 90°).
b. Meruncing (acuminatus), seperti pada ujung yang runcing, tetapi titik
pertemuan kedua tepi daunnya jauh lebih tinggi dari dugaan hingga
ujung daun nampak sempit panjang dan runcing.
c. Tumpul (obtusus), tepi daun yang semula masih agak jauh dari ibu
tulang, cepat menuju ke suatu titik pertemuan, hingga terbentuk sudut
yang tumpul (lebih besar dari 90°).
d. Membulat (rotundatus), seperti pada ujung yang tumpul, tetapi tidak
berbentuk sudut sama sekali, hingga ujung daun merupakan semacam
suatu busur, terdapat pada daun yang bulat atau jorong, atau pada daun
bangun ginjal.
e. Rompang (truncatus), ujung daun tampak sebagai garis yang rata,
misalnya ujung anak daun semanggi (Marsilea crenata Presl).
f. Terbelah (retusus), ujung daun justru memperlihatkan suatu lekukan,
kadang-kadang amat jelas.
g. Berduri (mucronatus), yaitu jika ujung daun ditutup dengan suatu
bagian yang runcing keras, merupakan suatu duri.
Gambar 5. Jenis Apex Daun
(Rizal, 2008)
3. Pangkal Daun (Basis Folii)
Istilah-istilah yang digunakan untuk menyatakan bentuk pangkal
daun. Namun, pada beberapa tumbuhan, bentuk pangkal daun berkaitan
erat dengan pelekatan daun tersebut terhadap batangnya. Contoh istilah
bentuk apeks dan pangkal daun diantaranya acuminatae, acute, apiculate,
aristate, caudate, cirrhose dan lain-lain (Tjitrosoepomo, 2001).
Pangkal daun merupakan bagian helaian daun yang berhubungan
langsung dengan tangkaian daun. Pangkal yang terdapat di kiri-kanan
tangkai daun, baik berlekatan atau tidak, dapat dibedakan menjadi enam
macam yaitu:
a. Runcing (acutus), biasanya terdapat pada bangun memanjang, lanset
dan belah ketupat.
b. Meruncing (acuminatus), biasanya terdapat pada bangun bulat telur.
c. Tumpul (obtusus), biasanya terdapat pada bangun bulat telur.
d. Membulat (rotundatus), terdapat bangun bulat telur dan jorong.
e. Rompangan/rata (truncatus), terdapat pada bangun segitiga, delta
dan tombak.
f. Berlekuk (emarginatus), terdapat pada bangun jantung, ginjal dan
anak panah (Rosanti, 2013).
4. Susunan Tulang Daun (Nervatio atau Venation)
Menurut Rosanti (2013), tulang daun merupakan struktur penguat
helaian daun, sama fungsinya dengan tulang manusia yang member
kekuatan menunjang berdirinya tubuh. Tulang-tulang daun merupakan
jaringan pembuluh yang dapat mengangkut air maupun hasil fotosintesis
dari akar dan batang serta menuju batang dan akar.
Menurut Sativa (2012), pertulangan daun merupakan suatu
karakteristik bagi daun tumbuhan. Dari segi anatomi, pertulangan daun
sebenarnya merupakan suatu ikatan pembuluh yang berada pada helaian
daun. Susunan pertulangan daun dari daun tumbuhan biasanya terdiri dari:
a. Tulang daun primer (Midrib Costa).
b. Tulang daun sekunder (tulang daun lateral/nervus lateralis).
c. Tulang daun tersier (Veins).
d. Tulang daun kuarter (Veinslet).
Menurut Tjitrosoepomo (2001), tulang-tulang daun adalah bagian
daun yang berguna untuk:
a. Memberi kekuatan pada daun, seperti pula halnya dengan tulang-
tulang hewan dan manusia, oleh sebab itu seluruh tulang pada daun
dinamakan pula rangka daun (skeleton).
b. Di samping sebagai penguat, tulang-tulang daun itu sesungguhnya
adalah berkas-berkas pembuluh yang berfungsi sebagai jalan untuk
pengangkutan zat-zat, yaitu:
1) Jalan pengangkutan zat-zat yang diambil tumbuhan dari tanah,
ialah air beserta garam-garam yang terlarut di dalamnya.
2) Jalan pengangkutan hasil-hasil asimilasi dari tempat
pembuatannya, yaitu dari daun ke bagian-bagian lain yang
memerlukan zat itu.
Menurut Tjitrosoepomo (2001), tulang-tulang daun menurut besar
kecilnya dibedakan dalam tiga macam yaitu:
a. Ibu tulang (costa), ialah tulang yang biasanya terbesar merupakan
terusan tangkai daun, dan terdapat di tengah-tengah membujur dan
membelah daun.
b. Tulang-tulang cabang (nervus lateralis), yakni tulang-tulang yang
lebih kecil daripada ibu tulang dan berpangkal pada ibu tulang tadi
atau cabang-cabang tulang ini.
c. Urat-urat daun (vena) sesungguhnya adalah tulang-tulang cabang pula,
tetapi yang lebih kecil atau lembut dan satu sama lain beserta tulang-
tulang yang lebih besar membentuk susunan seperti jala, kisi atau
lainnya.
Pada dasarnya terdapat dua pola pertulangan daun yang umum
ditemukan yaitu pertulangan daun menjala (rericulate) yang merupakan
karakteristik bagi tumbuhan dikotil dan pertulangan daun sejajar (linier/
striate). Pola pertulangan daun menjala terbentuk bila tulang daun
mengalami percabangan yang banyak dan satu sama lain saling
beranastomosa serta ujung-ujungnya bebas, sedangkan pola pertulangan
daun-daun sejajar terbentuk bila suatu daun mempunyai tiga atau lebih
tulang daun primer yang letaknya kurang lebih sejajar satu sama lain mulai
dari dasar helaian daun hingga bertemu di bagian apeks daun
(Tjitrosoepomo, 2001).
Dari uraian mengenai susunan tulang daun itu dapat ditarik
kesimpulan bahwa susunan tulang daun dapat dipakai sebagai petunjuk
untuk mengenal tumbuhan yaitu;
a. Tumbuhan biji belah (Dicotyledonae) mempunyai daun bertulang
menyirip atau menjari.
b. Tumbuhan biji tunggal (Monocotyledonae) mempunyai daun-daun
bertulang melengkung atau sejajar (Tjitrosoepomo, 2001).
5. Tepi Daun (Margo Folii)
Pada daun tunggal helaian daun dapat bertepi rata (integer/entire)
atau bertoreh. Helaian daun dengan tepi bertoreh dangkal tidak akan
merubah bentuk secara keseluruhan, tetapi jika helaian daun bertoreh besar
dan dalam dapat mempengaruhi bentuk daun tersebut. Karena
terbentuknya torehan (sinus) selalu mengikuti pola pertulangan daun,
maka istilah yang digunakan untuk menamakan tepi daun yang bertoreh
merupakan kombinasi antara sifat torehan dengan pertulangan daun
(Tjitrosoepomo, 2001).
Torehan atau lekukan pada helaian daun bermacam-macam. Torehan
daun bersifat dua macam. Torehan pertama tidak mengubah bentuk asli
daun, hanya sedikit bergelombang di tepinya. Torehan lainnya dapat
menyebabkan hilangnya bentuk asli daun, karena daun mengalami lekukan
yang banyak akibat torehan-torehannya. Lekukan daun disebut sinus,
sedangkan tepi daunnya disebut dengan angulus (Rosanti, 2013).
Bila torehan yang terjadi hanya sedikit, kurang dari setengah panjang
tulang cabang daun yang di dekatnya, maka torehan daun disebut berlekuk
(lobatus). Jika dalamnya torehan mencapai setengah panjang tulang
cabang daun, maka disebut sebagai daun yang bercangap (fissus). Dan jika
dalamnya torehan melebihi setengah panjang tulang cabang daun di
dekatnya, maka tepi daun dikatakan berbagi (partitus) (Rosanti, 2013).
Gambar 6. Jenis Tipe Daun
(Rizal, 2008)
6. Daging Daun (Intervenium)
Daging daun ialah bagian daun yang terdapat di antara tulang-tulang
daun dan urat-urat daun. Di bagian ini zat-zat yang diambil dari luar
diubah dijadikan zat-zat yang sesuai dengan keperluan kehidupan tumbuh-
tumbuhan. Tebal atau tipisnya helaian daun juga bergantung pada tebal
tipisnya daging daunnya (Tjitrosoepomo, 2001).
Daging daun yang dimiliki oleh tumbuhan bermacam-macam tipis
seperti selaput contohnya paku selaput, keras contohnya pisang, tipis lunak
seperti yang terdapat pada daun selada air, pekamen sebagai contohnya
kelapa dan yang berdaging sebagai contoh lidah buaya (Sativa, 2012).
Daging daun merupakan isi dari daun, daun terdiri dari sel-sel yang
membentuk berbagai jaringan. Sel dan jaringan ini yang merupakan isi
dari daun, yang dibatasi oleh permukaan atas dan permukaan bawah daun.
Daging daun berbeda ada yang berdaging tebal dan ada yang berdaging
tipis (Tjitrosoepomo, 2001).
7. Keadaan Permukaan Atas dan Bawah Daun
Pada umumnya warna daun pada sisi atas dan bawah berwarna
berbeda, biasanya sisi atas tampak lebih hijau, licin, atau mengkilat jika
dibandingkan dengan sisi bawah daun. Hal ini disebabkan karena warna
hijau lebih banyak terdapat pada lapisan atas daripada lapisan bawah.
Kadang-kadang pada permukaan daun terdapat alat-alat tambahan seperti
licin (laevis), gundul (glaber), kasap (scaber), berkerut (rugosus),
berbingkul-bingkul (bullatus), berbulu (pilosus), berbulu halus dan rapat
(villosus), berbulu kasar (hispidus) dan bersisik (lepidus) (Tjitrosoepomo,
2001).
Menurut Rizal (2008), permukaan daun terdiri dari beberapa jenis
yaitu: glabrous (tanpa rambut, licin,gundul), pubescent (berbulu pendek,
lembut), villous (berambut panjang, lurus, putih, keperak-perakan),
tomentose (berambut seperti wol, ikal), scabrous (berambut pendek,
kasar), glaucous (warna putih kebiruan dan berlilin), rugose (berkeriput,
karena keadaan tulang, daun yang tenggelam), glandular (berkelenjar
resin, minyak).
Gambar 7. Permukaan Atas dan Bawah Daun
(Rizal, 2008)
C. Tanaman Bambu (Bambusa sp)
Bambu tergolong keluarga Gramineae (rumput-rumputan) disebut juga
Giant grass (rumput raksasa), berumpun dan terdiri dari sejumlah batang
(buluh) yang tumbuh secara bertahap, dari mulai rebung, batang muda dan
sudah dewasa pada umur 3-4 tahun. Nama lain dari bambu adalah buluh, aur,
dan eru. Di dunia ini bambu merupakan salah satu tanaman dengan
pertumbuhan paling cepat. Karena memiliki sistem rhizoma-dependen unik,
dalam sehari bambu dapat tumbuh sepanjang 60 cm (24 Inchi) bahkan lebih,
tergantung pada kondisi tanah dan klimatologi tempat ia ditanam (Tarigan,
2011).
Bambu merupakan tanaman yang memiliki manfaat sangat penting bagi
kehidupan. Semua bagian tanaman mulai dari akar, batang, daun, kelopak,
bahkan rebungnya dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Tanaman
bambu menpunyai dua tipe pertumbuhan rumpun, yaitu simpodial (clump
type) dan monopodial (running type). Pada tipe simpodial tunas baru keluar
dari ujung rimpang. Terdapat dua bentuk bambu secara umum, yaitu bambu
berkayu dari suku Arundinarieae dan Bambuseae, dan bambu rerumputan dari
suku Olyreae. Analisis molekuler dari pastida menunjukkan bahwa terdapat
tiga sampai lima garis keturunan utama dari bambu (Tarigan, 2011).
Menurut Tarigan (2011), klasifikasi pada tanaman bambu terdiri dari:
Regnum : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Liliopsida
Subclassis : Commelinidae
Ordo : Cyperales
Familia : Poaceae
Genus : Bambusa
Spesies : Bambusa sp.
Pada tanaman bambu, daunnya merupakan daun tunggal yang lengkap
karena mempunyai bagian daun berupa pelepah daun (vagina), tangkai daun
(petiolus), dan helaian daun (lamina). Daun ini mempunyai bangun daun garis
(linearis). Ujung daunnya runcing (acutus), pangkal daunnya membulat,
memiliki tepi daun yang rata, daging daun seperti perkamen, pertulangan daun
sejajar, permukaan atas dan bawah daun kasap, warna daun bagian atas hijau
tua sedangkan warna bagian bawah daun hijau muda (Tarigan, 2011).
Gambar 8. Bagian Daun Bambu
(Rahman, 2014)
Bangun atau bentuk dari daun bambu adalah berbentuk pita atau bentuk
memanjang dari daun dengan perbandingan panjang dan lebar 3-5 : 1, ujung
daun pada daun bambu berbentuk runcing yaitu penyempitan ke arah ujung
daun dengan sedikit demi sedikit. Sedangkan untuk pangkal daun membulat
karena pada pangkal daunnya tidak terdapat sama sekali sudut pangkal daun,
daun bambu memiliki tepi yang rata tidak bergerigi dan bertoreh (Tarigan,
2011).
Daging daunnya bertipe perkamen yaitu tipis namun cukup kaku.
Pertulangan daunnya sejajar dari pangkal daun ke arah ujung daun. Permukaan
atas dan bawah daun cukup kasar karena disebabkan pertulangan daun yang
cukup terasa dan adanya semacam bulu-bulu halus. Warna daun pada bagian
atas jauh lebih gelap dibanding dengan yang di bawah dan warna yang
kebanyakan ditemukan adalah warna hijau, namun ada beberapa jenis bambu
yang lain memilki daun yang berwarna kuning (Tarigan, 2011).
D. Tanaman Jagung (Zea Mays)
Tanaman jagung termasuk famili rumput-rumputan (Graminae) dari
subfamili Myadeae. Dua famili yang berdekatan dengan jagung adalah
Teosinte dan Tripsacum yang diduga merupakan asal dari tanaman jagung.
Teosinte berasal dari Meksico dan Guatemala sebagai tumbuhan liar di daerah
pertanaman jagung. Jagung berwarna kuning, batang bulat, masif, tidak
bercabang, tinggi kurang lebih 1,5 meter (Sihaloho, 2011).
Bunga majemuk, berumah satu, bunga jantan dan betina bentuk bulir, di
ujung batang dan di ketiak daun, warna putih. Tanaman jagung adalah
tanaman semusim. Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus
hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus
merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap
pertumbuhan generatif (Sihaloho, 2011).
Menurut Sihaloho (2011), berdasarkan taksonominya tanaman jagung
dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Regnum : Plantae
Divisio : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Poales
Familia : Poaceae
Genus : Zea
Spesies : Zea mays L.
Daun jagung adalah daun sempurna meskipun hanya terdiri atas upih dan
helaian yang disebut daun berupih. Bentuknya memanjang, merupakan
bangun pita (ligulatus), karena serupa dengan bangun garis, tetapi lebih
panjang lagi, daging daun (intervenium) tipis seperti kertas karena tipis tetapi
cukup tegar, tepi daun (margo) rata (integer) karena apabila diraba pada
pinggirnya rata, tidak bergerigi, ujung daun (apex) runcing (acutus) karena
ujung daun memperlihatkan kedua tepi daun di kanan kiri ibu tulang sedikit
demi sedikit menuju keatas dan pertemuannya pada puncak daun membentuk
suatu sudut lancip (lebih kecil dari 90°), ujung daun yang runcing lain dapat
pada daun-daun bangun: bulat, lanset, segitiga, delta, belah ketupat dan
sebagainya (Sihaloho, 2011).
Pangkal (basis) runcing karena daunnya memanjang, permukaan daun
berbulu halus dan rapat karena pada saat diraba terasa seperti laken atau
beludru, pertulangan daun (nervatio) sejajar (rectinervis), pertulangan ini
umumnya dapat di lihat pada bangun daun pita dan juga daun jagung
mempunyai satu tulang di tengah yang besar membusur ke daun, sedang
tulang-tulang lainnya tampak lebih kecil dan tampak terlihat semua
mempunyai arah yang sejajar dengan satu tulang yang di tengah tadi
(Sihaloho, 2011).
Gambar 9. Bagian Daun Jagung
(Akbar, 2011)
Berdasarkan letak posisi daun (sudut daun) terdapat dua tipe daun
jagung, yaitu tegak (erect) dan menggantung (pendant). Daun erect biasanya
memiliki sudut antara kecil sampai sedang, pola helai daun bisa lurus atau
bengkok. Daun pendant umumnya memiliki sudut yang lebar dan pola daun
bervariasi dari lurus sampai sangat bengkok. Jagung dengan tipe daun erect
memiliki kanopi kecil sehingga dapat ditanam dengan populasi yang tinggi
(Sihaloho, 2011).
E. Cemara Kipas (Thuja orientalis L)
Cemara kipas adalah salah satu tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai
bahan untuk penyakit dalam oleh masyarakat Guluk-guluk. tumbuhan ini
ditanam di sekitar rumah. Tumbuhan ini dimanfaatkan daunnya oleh
masyarakat. Masyarakat menyebut tumbuhan ini dengan nama cemara
(Yulianti, 2013).
Cupreseaceae dengan genus Thuja atau lebih akrab dikenal dengan
Whitecedar adalah salah satu keluarga cemara kipas. Eropalah yang pertama
kali memperkenalkan tanaman ini sebagai tanama hias. Pohon ini subur hidup
di hutan karena hutan memilki atmosfer yang kondusif dan kaya akan
kelembabannya. Beberapa lokasi di Indonesia menyebut tanaman cemara
kipas ini dengan ceker ayam (Yulianti, 2013).
Menurut Yulianti (2013), klasifikasi dari pohon cemara kipas adalah
sebagai berikut:
Regnum : Plantae
Divisi : Coniferophyta
Kelas : Pinopsida
Bangsa : Pinales
Suku : Cupressaceae
Marga : Thuja
Jenis : Thuja orientalis L.
Gambar 10. Daun Cemara Kipas
(Ria, 2012)
Daunnya mengerucut ke samping, bersisik, dan membentuk kipas.
Tekstur daunnya yang lembut. Daunnya mengandung saponin, selain itu
daunnya juga mengandung polifenol. Cemara kipas memiliki daun yang kecil,
sedikit kaku dan bentuk crwon yang merimbun. Daun tanaman cemara kipas
termasuk mempunyai daun majemuk, pipih dan berwarna hijau tua (Yulianti,
2013).
F. Daun Bawang (Allium fistulosum L)
Daun bawang sebenarnya istilah umum yang terdiri dari spesies yang
berbeda. Jenis yang paling umum dijumpai adalah bawang daun (Allium
fistulosum). Jenis lainnya adalah A. ascalonicum, yang masih sejenis dengan
bawang merah. Kadang-kadang bawang prei juga disebut sebagai daun
bawang (Warintek, 2014).
Gambar 11. Daun Bawang
(Firli, 2014)
Bawang prei termasuk tanaman setahun atau semusim yang berbentuk
rumput. Sistem perakarannya termasuk akar serabut yang terpencar ke semua
arah pada kedalaman antara 15-30 cm. Daun dan akar Allium fistulosum
mengandung saponin dan tanin, di samping itu daunnya mengandung minyak
atsiri. Selain itu daun bawang merupakan tumbuhan herba, semusim dengan
tinggi 60-70 cm (Warintek, 2014).
Daun tanaman bawang daun berbentuk bulat, memanjang, berlubang
menyerupai pipa dan bagian ujungnya meruncing. Bawang prei (Allium
ampeloprasum L.) memiliki daun berbentuk pipih memanjang, tidak
membentuk rongga (seperti pipa), dan bagian ujungnya meruncing. Ukuran
panjang daun sangat bervariasa, antara 18-40 cm, tergantung pada varietasnya.
Daun berwarna hijau muda sampai hijau tua dan permukaan daun halus. Daun
tanaman bawang daun merupakan bagian tanaman yang dikonsumsi
(dimakan) sebagai bumbu atau penyedap sayuran. Daun juga berfungsi
sebagai tempat berlangsungnya proses fotosintesis tersebut digunakan untuk
pertumbuhan tanaman (Cahyono, 2005).
Menurut Cahyono (2005), klasifikasi dari daun bawang adalah sebagai
berikut:
Regnum : Plantae (Tumbuhan)
Subdivisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Ordo : Liliflorae
Famili : Liliaceae
Genus : Allium
Spesies : Allium fistulosum L.
Bentuk daun dari bawang prei yaitu panjang pipih tidak berlubang.
Warna daun umumnya hijau muda sampai hijau tua. Panjang daun sangat
bervariasi antara 18-30 cm atau lebih, tergantung dari varietas dan kesuburan
pertumbuhannya. Bawang prei membentuk daun yang pipih helainya
berbentuk talang, pelepahnya cukup panjang, tidak membentuk umbi, hanya
batang semunya di bagian bawah agak membengkak (Warintek, 2014).
Menurut Warintek (2014), daun bawang mempunyai daun yang
berbentuk garis, dengan permukaan daun yang licin suram. Ujung daun
runcing (acutus) dengan pangkal daun yang rata. Tepi daun rata ditambah
daging daun yang tipis lunak serta tulang daun yang sejajar.
G. Daun Kelapa (Cocos nucifera)
Tanaman kelapa diperkirakan berasal dari Amerika Selatan. Tanaman
kelapa merupakan tanaman asli daerah tropis dan dapat dijumpai di seluruh
wilayah Indonesia. Kelapa dapat tumbuh dan berkembang dengan baik bila
ditanam di tempat yang sesuai dengan syarat tumbuh tanaman kelapa
(Harahap, 2012).
Menurut Harahap (2012), klasifikasi dari pohon kelapa adalah sebagai
berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Bangsa : Palmales
Suku : Palmae
Genus : Cocos
Spesies : Cocos nucifera .
Daun kelapa berbentuk memanjang dan bertulang sejajar dan tumbuh
lebih cepat pada musim hujan. Keluarga Palmae (palem) umumnya tidak
bercabang dan mempunyai daun yang berbentuk cincin. Pertumbuhan dan
pembentukan mahkota daun, dimulai sejak biji berkecambah dan pada tingkat
pertama dibentuk 4–6 helai daun. Daun tersusun saling membalut satu sama
lain, merupakan selubung dan mudahkan susunan lembaga serta akar
menembus sabut pada waktu tumbuh (Harahap, 2012).
Gambar 12. Daun Kelapa
(Harahap, 2012)
Tanaman kelapa memiliki daun (frond) yang menyerupai bulu burung
atau ayam. Di bagian pangkal pelepah daun terbentuk dua baris duri yang
sangat tajam dan keras di kedua sisisnya. Anak-anak daun (foliage leaflet)
tersusun berbaris dua sampai ke ujung daun. Di tengah-tengah setiap anak
daun terbentuk lidi sebagai tulang daun. Daun kelapa membentuk susunan
majemuk, bersirip genap, dan bertulang sejajar. Daun sebagai tempat
fotosintesis dan sebagai alat respirasi (Harahap, 2012).
Daun muda yang masih kuncup berwarna kuning pucat. Duduk pelepah
daun pada batang tersusun dalam satu susunan yang melingkari batang dan
membentuk spiral. Daun terdiri dari:
1. Kumpulan anak daun (leaf lets) yang mempunyai helaian (lamina) dan
tulang anak daun (midrib).
2. Rachis yang merupakan tempat anak daun melekat.
3. Tangkai daun (petiole) yang merupakan bagian antara daun dan batang.
4. Seludang daun (sheath) yang berfungsi sebagai perlindungan dari kuncup
dan memberi kekuatan pada batang (Harahap, 2012).
H. Talas Pelangi (Colocasia sp)
Talas merupakan tanaman pangan berupa herba menahun. Talas termasuk
dalam suku talas-talasan (Araceae), berperawakan tegak, tingginya 1 cm atau
lebih dan merupakan tanaman semusim atau sepanjang tahun. Tanaman talas
mengandung asam perusi (asam biru atau HCN). Sistem perakaran serabut,
liar dan pendek. Umbi mempunyai jenis bermacam-macam (Warintek, 2014).
Talas mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi. Umbi, pelepah
daunnya banyak dimanfaatkan sebagai bahan makanan, obat maupun
pembungkus. Daun, sisa umbi dan kulit umbi dapat dimanfaatkan sebagai
pakan ternak dan ikan secara langsung maupun setelah difermentasi. Daunnya
berbentuk perisai atau hati, lembaran daunnya 20-50 cm. panjangnya, dengan
tangkai mencapai 1 meter panjangnya, warna pelepah bermacam-macam
(Warintek, 2014).
Menurut Warintek (2014), klasifikasi dari tanaman talas pelangi adalah
sebagai berikut :
Regnum : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Liliopsida
Subclassis : Arecidae
Ordo : Arales
Familia : Areceae
Genus : Colocasia
Spesies : Colocasia sp.
Gambar 13. Daun Talas Pelangi
(Rynari, 2012)
Tanaman keladi merupakan tanaman yang berdaun lengkap karena
mempunyai bagian daun berupa pelepah daun (vagina), tangkai daun
(petiolus), dan helaian daun (lamina). Pada daun keladi bangun daunnya
seperti perisai dengan ujung daun yang meruncing (acuminatus) dan pangkal
daun yang berlekuk (emarginatus). Daun keladi mempunyai tepi daun yang
rata (integer), daging daun tipis lunak (herbaceus) dengan pertulangan daun
yang menyirip (penninervis). Pada permukaan atas daun terasa
licin (laevis) dan berwarna hijau tua, sedangkan pada bagian bawah daun
berwarna hijau muda dan juga terasa licin (laevis) (Warintek, 2014).
I. Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L)
Kembang sepatu merupakan tumbuhan asli daerah tropis di dataran Asia.
Tanaman ini kemudian menyebar di berbagai negara, mulai dari Timur Jauh
sampai ke Eropa. Daunnya merupakan daun tunggal, berbentuk oval atau hati
dengan tepi bergerigi, ujung daun meruncing, urat daun menjari dan
menyirip, memiliki daun penumpu. Daun berwarna hijau, Kembang sepatu
berbunga tunggal yang ke luar dari ketiak daun, panjang tangkai bunga 1– 4
cm, dan menjurai dengan lima mahkota yang tersusun berbentuk terompet
atau lonceng. Helaian mahkota bunga tunggal atau ganda, warna bunga
bervariasi, misalnya putih, kuning, merah muda, jingga dan kombinasi
warna-warna tersebut. Panjang daun 5–10 cm dan lebar 3- 7,5 cm (Simplisia,
2012).
Menurut Simplisia (2012), kalsifikasi dari kembang sepatu adalah
sebagai berikut :
Regnum : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malvales
Famili : Malvaceae
Genus : Hibiscus
Spesies : Hibiscus rossa-sinensis.
Daun kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) termasuk daun tidak
lengkap karena tidak terdapat satu bagian dari daun lengkap yaitu tidak
memiliki upih daun atau pelepah daun (vagina). Bangun daun (Circum
scription) pada daun kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) adalah daun
bulat telur (ovatus). Ujung daun (apex folii) pada daun kembang sepatu
(Hibiscus rosa-sinensis) adalah runcing (acutus). Tepi daun (margo folii)
pada daun kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) adalah bergerigi
(serratus) karena sinus dan angulus sama lancipnya (Simplisia, 2012).
Gambar 14. Bagian Daun Kembang Sepatu
(Hanifiyah, 2012)
Pangkal daun (basis folii) pada daun kembang sepatu (Hibiscus rosa-
sinensis) adalah tumpul (obtusus). Tulang daun (venation) pada daun
kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) adalah menyirip (penninervis)
karena daun ini mempunyai satu ibu tulang yang berjalan dari pangkal ke
ujung dan merupakan terusan tangkai daun. Permukaan daun pada daun
kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) adalah licin (laevis). Daging daun
(intervenium) pada daun kembang sepatu adalah seperti kertas
(papyraceus atau chartaceus) karena tipis tetapi cukup tegar. Warna daunnya
adalah hijau tua (Simplisia, 2012).
J. Tanaman Euphorbia (Euphorbia milii)
Euphorbia berasal dari daerah Madagaskar dan kemudian menyebar ke
seluruh dunia, termasuk ke Indonesia. Nama Euphorbia berasal dari nama
Euphorbus, seorang dokter dari Mauritania, Afrika Utara, yang telah berjasa
pada rajanya. Meskipun demikian, beberapa spesies diakui merupakan
tanaman asli daerah lain. Misalnya Euphorbia characias subsp.Wulfenii dari
Portugal, Euphorbia griffithii dari Himalaya, dan Euphorbia marganita dari
Amerika Utara (Purwanto, 2006).
Menurut Purwanto (2006), klasifikasi dari tanaman euphorbia adalah
sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Archichlamydeae
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Euphorbia
Spesies : Euphorbia milii.
Bentuk daun euphorbia bervariasi, meskipun tidak terlalu banyak, ada
yang berbentuk bulat telur, memanjang dan jorong. Masing-masing daun
mempunyai ketebalan berbeda-beda. Hampir semua daun tidak bertangkai
tetapi duduk pada batang. Tepi daun tidak bergerigi. Ujung daun juga
bervariasi, ada yang runcing, tumpul dan ujung terbelah. Susunan daun
euphorbia berselang-seling atau saling berhadapan dan duduk pada ruas
batang tanaman (Purwanto, 2006).
Gambar 15. Daun Euphorbia
(Tomi, 2010)
Tulang daun menonojol, terutama tulang pada bagian tengah keras.
Warna bervariasi mulai dari hijau muda hingga tua. Secara umum, daun
euphorbia tunggal berbentuk pipih, bergelombang atau melengkung.
Munculnya euphorbia impor semakin banyak dengan variasi tanaman yang
beragam, termasuk ciri dari daunnya, beberapa variasi bentuk daun sebagai
berikut :
a. Bentuk daun ada empat macam, yaitu simetri yang ditandai dengan ujung
daun lancip, oval dengan ujung daun lancip mengecil, lurus dengan ujung
daun agak membulat dan bentuk hati dengan ujung daun terbelah menjadi
dua bulatan.
b. Pangkal daun ada tiga macam, yaitu pangkal melebar, lanset, dan lancip
mengecil (Purwanto, 2006).
K. Tomat (Solanum lycopersicum)
Tanaman ini berbentuk perdu atau semak dengan tinggi bisa mencapai 2
meter dan berakar tunggang dengan akar samping yang menjalar ke tanah
sama seperti tanaman dikotil lainnya. termasuk tanaman setahun (annual)
yang berarti umurnya hanya untuk satu kali periode tanam. Tanaman ini akan
mati setelah bereproduksi (Arya, 2012).
Menurut Arya (2012), secara sistematika para ahli botani
mengklasifikasikan tanaman tomat sebagai berikut:
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Tubiflorae
Famili : Solanaceae
Genus : Lycopersicum
Spesies : Lycopersicum esculentum Mill.
Gambar 16. Daun Tomat
(Rita, 2012)
Daunnya mudah dikenali karena mempunyai bentuk yang khas yaitu
berbentuk oval, bergerigi, dan mempunyai celah yang menyirip. Daunnya
merupakan daun majemuk ganjil dengan jumlah daun antara 5-7. Umumnya di
antara pasangan daun yang besar terdapat 1-2 daun kecil. Daun majemuk
tersusun spiral mengelilingi batangnya (Arya, 2012).
Ukuran panjang daun sekitar (15–30 cm) dan lebar daun antara (10 x 25
cm) dengan panjang tangkai sekitar 3–6 cm. Tepi daun bergerigi dan
membentuk celah-celah yang menyirip. Diantara daun-daun yang bersirip
terdapat sirip kecil dan ada pula yang bersirip besar lagi (bipinnatus).
Umumnya, daun tomat tumbuh di dekat ujung dahan atau cabang, memiliki
warna hijau dan berbulu. Letak daun berseling, bentuknya bulat telur sampai
memanjang, ujung runcing (acutus), pangkal membulat, helaian daun yang
besar tepinya berlekuk, helaian yang lebih kecil tepinya bergerigi, panjang 10-
40 cm, warnanya hijau muda (Paputungan, 2014).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada Senin 03 November 2014 pukul 10.30-
12.00 WIB di Laboratorium Biologi Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Raden Fatah Palembang.
B. Alat dan Bahan
1. Alat Praktikum
a. Lup
b. Mikroskop binokuler
c. Pensil warna
d. Mistar
e. Buku gambar
2. Bahan Praktikum
a. Daun bambu
b. Daun jagung
c. Daun cemara kipas
d. Daun bawang
e. Daun kelapa
f. Talas pelangi
g. Solanum lycopersicum
h. Rosa sinensis
C. Cara Kerja
1. Daun bambu, jagung, cemara kipas, daun bawang, daun kelapa, talas
pelangi, Solanum lycopersicum, Rosa sinensis dan eforbia. Diamati dan
dibandingkan bagian-bagian dari semua jenis daun tersebut.
2. Bagian vagina, petiolus dan lamina digambar dan ditunjukkan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
No Gambar Keterangan
1.
Daun tomat (Solanum lycopersicum)
1. Tangkai daun (petiolus)
2. Helaian daun (lamina)
3. Ujung daun (apex folii)
4. Ibu tulang daun (costa)
5. Pangkal daun (basis folii)
6. Tepi daun (margo folii)
2.
Daun kembang sepatu (Hibiscus
rosa-sinensis L)
1. Tangkai daun (petiolus)
2. Helaian daun (lamina)
3. Ujung daun (apex folii)
4. Ibu tulang daun (costa)
5. Pangkal daun (basis folii)
6. Tepi daun (margo folii)
3.
Daun jagung (Zea mays)
1. Pelepah daun (vagina)
2. Helaian daun (lamina)
3. Ujung daun (apex folii)
4. Pangkal daun (basis folii)
5. Ibu tulang daun (costa)
6. Tepi daun (margo folii)
4.
Daun talas pelangi (Colocasia sp)
1. Pelepah daun (vagina)
2. Tangkai daun (petiolus)
3. Helaian daun (lamina)
4. Ibu tulang daun (costa)
5. Ujung daun (apex folii)
6. Pangkal daun (basis folii)
7. Tepi daun (margo folii)
8. Daging daun (intervenium)
9. Ibu tulang (costa)
10. Urat daun (vena)
5.
Daun eforbia (Euphorbia milii)
1. Helaian daun (lamina)
2. Tepi daun (margo folii)
3. Pangkal daun (basis folii)
4. Ibu tulang daun (costa)
5. Ujung daun (apex folii)
6.
Daun bambu (Bambusa sp)
1. Tangkai daun (petiolus)
2. Tepi daun (margo folii)
3. Pelepah daun (vagina)
4. Helaian daun (lamina)
5. Ujung daun (apex folii)
6. Pangkal daun (basis folii)
7.
Daun cemara kipas (Thuja orientalis)
1. Tangkai daun (petiolus)
2. Helaian daun (lamina)
3. Ujung daun (apex folii)
8.
Daun bawang (Allium fistulosum L)
1. Pelepah daun (vagina)
2. Helaian daun (lamina)
3. Tepi daun (margo folii)
4. Pangkal daun (basis folii)
5. Ujung daun (apex folii)
9.
Daun kelapa (Cocos nucifera)
1. Pelepah daun (vagina)
2. Helaian daun (lamina)
3. Tangkai daun (petiolus)
4. Tepi daun (margo folii)
5. Tulang daun (nervatio)
6. Pangkal daun (basis folii)
7. Ujung daun (apex folii)
B. Pembahasan
Pada praktikum tentang bagian-bagian daun terdapat beberapa daun yang
diamati yaitu daun tomat, daun kembang sepatu, daun jagung, daun talas
pelangi, daun eforbia, daun bambu, daun cemara kipas, daun bawang dan daun
yang terkahir adalah daun kelapa. Daun-daun tersebut diamati mulai dari
kelengkapannya, bentuk daunnya (circumscriptio), ujung daun (apex folii),
pangkal daun (basis folii), tepi daun (margo folii), daging daun (intervenium),
warna yang dimiliki oleh daun, permukaan daun, bentuk struktur tulang daun
dan pengamatan akan bentuk daun berdasarkan jumlah helaiannya yaitu daun
majemuk ataupun daun tunggal.
Pengamatan yang pertama kali dilakukan mengenai praktikum bagian-
bagian daun adalah daun tomat (Solanum lycopersicum) yang merupakan daun
tidak lengkap. Hal tersebut disebabkan karena daun tomat (Solanum
lycopersicum) hanya memiliki tangkai daun (petiolus) dan helaian daun
(lamina). Sehingga daun tomat termasuk daun yang bertangkai, dengan bentuk
bangun daunnya adalah jorong (ovalis) dengan perbandingan panjang dan
lebar daunnya 2:1. Pangkal daun pada daun tomat adalah membulat
(rotundatus) sedangkan ujung daunnya runcing (acutus). Pada tepi daun tomat
terdapat torehan (divisius), memiliki daging daun yang tipis lunak (herbaceus)
dan daunnya yang berwarna hijau muda. Pada permukaan daun tomat terdapat
bulu-bulu halus yang rapat (villosus), memiliki pertulangan daun menyirip
(penninervis) dan merupakan golongan daun majemuk.
Sebagaimana Arya (2012), bentuk daun tomat adalah jorong sampai
memanjang, ujung runcing (acutus), pangkal membulat, helaian daun yang
besar tepinya berlekuk, helaian yang lebih kecil tepinya bergerigi (bertoreh)
panjang 10-40 cm. Daun tomat tumbuh di dekat ujung dahan atau cabang,
memiliki warna hijau dan berbulu. Mempunyai celah yang menyirip, daunnya
merupakan daun majemuk ganjil dengan jumlah daun antara 5-7.
Pengamatan kedua yang dilakukan adalah pengamatan terhadap daun
kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis). Pada identifikasi akan kelengkapan
daun yang dimilikinya, daun Hibiscus rosa-sinensis merupakan daun yang
tidak lengkap. Hal tersebut dikarenakan daun kembang sepatu hanya memiliki
bagian helaian (lamina) dan bagian tangkai daun (petiolus) sehingga daun
kembang sepatu merupakan daun yang bertangkai.
Bangun daun pada kembang sepatu tersebut merupakan daun jorng
(ovalis) dengan perbandingan 2:1. Ujung daunnya runcing (acutus),
sedangkan pada bagian pangkal daunnya tumpul (obtusus). Adapun tepi daun
yang dimiliki oleh daun kembang sepatu adalah bertoreh (divisus) dengan
daging daun yang tipis lunak (herbaceus). Warna dari daun kembang sepatu
berwarna hijau tua dengan permukaan daun yang cenderung licin (laevis),
memiliki tulang daun yang menyirip (penninervis) dan termasuk daun tunggal.
Sebagaimana menurut Simplisia (2012), daun kembang sepatu (Hibiscus
rosa-sinensis) termasuk daun tidak lengkap karena tidak terdapat satu bagian
dari daun lengkap yaitu tidak memiliki upih daun atau pelepah daun (vagina).
Bangun daun (Circum scription) pada daun kembang sepatu (Hibiscus rosa-
sinensis) adalah daun jorong (ovalis). Ujung daun (apex folii) pada daun
kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) adalah runcing (acutus). Pangkal
daun (basis folii) pada daun kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) adalah
tumpul (obtusus). Tulang daun (venation) pada daun kembang sepatu
(Hibiscus rosa-sinensis) adalah menyirip (penninervis) karena daun ini
mempunyai satu ibu tulang yang berjalan dari pangkal ke ujung dan
merupakan terusan tangkai daun. Permukaan daun pada daun kembang sepatu
(Hibiscus rosa-sinensis) adalah licin (laevis), dengan warnanya yang hijau tua.
Pengamatan daun yang ketiga adalah daun jagung (Zea mays) yang
merupakan daun tidak lengkap karena hanya memiliki pelepah (vagina) dan
helaian daun (lamina). Sehingga daun jagung termasuk ke dalam daun yang
berupih. Pada bangun daun (lebar di tengah helaian) memiliki perbandingan
5:1 antara panjang daun dan lebar daun. Bangun daun (pangkal-ujung)
berbentuk pita (ligulatus). Memiliki ujung daun yang runcing (acutus),
pangkal daunnya runcing (acutus) dengan tepi daun yang rata (integer). Daun
jagung (Zea mays) berwarna hijau tua dengan permukaan daun yang
cenderung berbulu halus dan rapat (villosus), daging daun (intervenium) tipis
seperti kertas (chartaceus) karena tipis tetapi cukup tegar, merupakan daun
yang termasuk ke dalam golongan daun tunggal serta mempunyai tulang daun
yang sejajar (rectinervis).
Sebagaimana Sihaloho (2011), daun jagung adalah daun yang hanya terdiri
atas upih dan helaian sehingga disebut daun berupih. Tepi daun (margo) rata
(integer) karena apabila diraba pada pinggirnya rata, tidak bergerigi, ujung
daun (apex) runcing (acutus) karena ujung daun memperlihatkan kedua tepi
daun di kanan kiri ibu tulang sedikit demi sedikit menuju keatas. Pangkal
(basis) runcing karena daunnya memanjang, permukaan daun berbulu halus
dan rapat karena pada saat diraba terasa seperti laken atau beludru,
pertulangan daun (nervatio) sejajar (rectinervis), pertulangan ini umumnya
dapat di lihat pada bangun daun pita.
Pengamatan daun yang keempat adalah daun talas pelangi (Colocasia sp)
merupakan daun lengkap, karena memiliki upih (vagina), tangkai daun
(petiolus) dan helaian (lamina). Daun talas pelangi memiliki bentuk pangkal
daun yang berlekuk (emarginatus) dengan bangun daun yang berbentuk
perisai (peltatus). Ujung daun talas pelangi berbentuk meruncing (acuminatus)
dengan tepi daun yang berombak (repandus) serta daging daun yang tipis
lunak (herbaceus). Tulang daun pada daun talas pelangi berwarna merah,
sedangkan daunnya berwarna hijau. Pada permukaan daunnya licin (laevis),
talas pelangi merupakan daun tunggal karena memiliki satu tangkai, satu daun
dan tulang daunnya yang menyirip (penninervis).
Sebagaimana Warintek (2014), tanaman keladi merupakan tanaman yang
berdaun lengkap karena mempunyai bagian daun berupa pelepah daun
(vagina), tangkai daun (petiolus), dan helaian daun (lamina). Daun keladi
merupakan daun yang memiliki bangun daun yang unik yaitu berbentuk
seperti perisai, ujung daun dari daun keladi adalah meruncing. Tepi daunnya
agak berombak dan daging daunnya tipis lunak (herbaceus. Pertulangan
daunnya menyirip. Pada permukaan atas daun terasa licin (laevis) dan
berwarna hijau tua, sedangkan pada bagian bawah daun berwarna hijau muda
dan juga terasa licin (laevis).
Pengamatan daun yang kelima adalah daun eforbia (Euphorbia milii) yang
merupakan daun tidak lengkap karena hanya memiliki helaian daun (lamina).
Sehingga daun eforbia merupakan daun duduk, karena helaian (lamina)
langsung melekat atau duduk pada batang. Ujung daun pada daun eforbia
adalah tumpul (obtusus) dengan bentuk daun yang memanjang (oblongus) dan
pangkal daun yang melebar. Tepi daunnya rata (integer), memiliki daging
daun yang berdaging (carnosus), warna daunnya hijau tua. Sedangkan
permukaan daun eforbia adalah licin (laevis) serta termasuk ke dalam daun
tunggal dengan pertulangannya yang menyirip (penninervis).
Sebagaimana Purwanto (2006), bentuk daun euphorbia bervariasi,
meskipun tidak terlalu banyak, ada yang berbentuk bulat telur, memanjang
dan jorong. Hampir semua daun tidak bertangkai tetapi duduk pada batang.
Tepi daun tidak bergerigi. Ujung daun juga bervariasi, ada yang runcing,
tumpul dan ujung terbelah. Pangkal daun ada tiga macam, yaitu pangkal
melebar, lanset, dan lancip mengecil. Warna bervariasi mulai dari hijau muda
hingga tua. Secara umum, daun euphorbia tunggal berbentuk pipih.
Pengamatan daun yang keenam adalah daun bambu (Bambusa sp) yang
merupakan daun lengkap karena memiliki helaian daun (lamina), tangkai daun
(petiolus) dan upih daun (vagina). Bangun daunnya berbentuk pita (liguiatus).
Pangkal daunnya membulat (rotundatus) dengan ujung daun yang runcing
(acutus). Tepi daun bambu rata (integer) dengan warna daun yang hijau tua
serta daging daun yang perkamen. Daun bambu termasuk ke dalam daun
tunggal dengan permukaan daun yang berbulu kasar (hispidus) serta
pertulangan daun yang sejajar.
Sebagaimana Tarigan (2011), pada tanaman bambu daunnya merupakan
daun tunggal yang lengkap karena mempunyai bagian daun berupa pelepah
daun (vagina), tangkai daun (petiolus), dan helaian daun (lamina). Ujung
daunnya runcing (acutus), pangkal daunnya membulat, memiliki tepi daun
yang rata, daging daun seperti perkamen, pertulangan daun sejajar, permukaan
atas dan bawah daun kasap, warna daun bagian atas hijau tua sedangkan
warna bagian bawah daun hijau muda.
Pengamatan daun yang ketujuh adalah daun cemara kipas (Thuja
orientalis) yang merupakan daun tidak lengkap. Karena hanya terdiri atas
helaian (lamina) dan tangkai daun (petiolus) yang merupakan daun bertangkai.
Merupakan bangun daun dari jenis lanset (lanceolatus) dengan perbandingan
120:5. Ujung daun pada daun cemara kipas adalah runcing (acutus) dengan
tepi yang bertoreh (divisus) serta pangkal daun yang tumpul (obtusus).
Adapun warna daun cemara kipas ini adalah hijau tua dengan daging daun
yang bertulang serta bersisik. Daun cemara kipas merupakan daun majemuk
dengan pertulangan yang menjari (palminervis).
Sebagaimana Yulianti (2013), daun tanaman cemara kipas termasuk
mempunyai daun majemuk, pipih dan berwarna hijau tua. Daunnya
mengerucut ke samping, bersisik, dan membentuk kipas. Mempunyai tangkai
daun (petiolus) dan helaian daun (lamina). Cemara kipas memiliki daun yang
kecil, sedikit kaku dan bentuk crwon yang merimbun.
Pengamatan daun yang kedelapan pada praktikum tentang bagian-bagian
tumbuhan adalah daun bawang (Allium fistulosum l.) yang merupakan daun
tidak lengkap. Hal tersebut dikarenakan daun bawang hanya terdiri dari bagian
helaian (lamina) dan upih daun (vagina) sedangkan batang yang ia miliki
adalah batang yang semu, dan termasuk ke dalam golongan daun yang
berupih. Bangun daunnya merupakan daun lanset (lanceolatus) dengan ujung
daun yang runcing (acutus) dan pangkal daun yang rata (truncatus). Tepi daun
pada daun bawang rata (interger) memiliki daging yang tipis lunak
(herbaceus). Adapun warna dari daun bawang adalah putih pada bagian upih
(vagina) dan hijau pada bagian helaian (lamina). Permukaan daun licin
(laevis) karena mengandung zat lilin yang menutupinya dan pertulangan daun
yang sejajar (rectinervis) serta termasuk golongan daun yang tunggal.
Sebagaimana Warintek (2014), daun bawang mempunyai daun yang
berbentuk garis, dengan permukaan daun yang licin suram. Ujung daun
runcing (acutus) dengan pangkal daun yang rata. Tepi daun rata ditambah
daging daun yang tipis lunak serta tulang daun yang sejajar. Daun tanaman
bawang daun berbentuk bulat, memanjang.
Daun yang terakhir diamati pada praktikum tentang bagian-bagian daun
adalah daun kelapa (Cocos nucifera) merupakan daun yang lengkap karena
memiliki tangkai daun (petiolus), helaian daun (lamina) serta upih daun
(vagina). Bangun daun pada daun kelapa adalah lanset (lanceolatus) dengan
perbanding panjang dan lebarnya adalah 5:1. Pada bagian pangkal daunnya
tumpul (obtusus) dengan ujung daun yang runcing (acutus). Mempunyai
daging daun yang perkamen (perkamenteus) dengan warna daun yang hijau
tua, permukaan daun yang licin (laevis) serta pertulangan yang sejajar. Daun
kelapa termasuk ke dalam daun yang majemuk.
Sebagaimana Harahap (2012), daun kelapa berbentuk memanjang dan
bertulang sejajar. Memiliki pelepah (vagina) dengan tepi daun yang rata ujung
daun yang runcing serta berwarna hijau. Serabut dibawah bagian daun dan
daging daun yang perkamen.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum tentang bagian-bagian daun (folium)
adalah sebagai berikut:
1. Tidak setiap daun memiliki kelengkapan daun yang berhubungan dengan
tangkai daun (petiolus), helaian daun (lamina) dan upih daun (vagina).
2. Berdasarkan bangun daun (circumscriptio), ujung daun (apex folii),
pangkal daun (basis folii), tepi daun (margo folii), daging daun
(intervenium), warna daun, permukaan daun, serta berdasarkan jumlah
helaiannya (daun majemuk ataupun daun tunggal) setiap daun memiliki
perbedaannya masing-masing antara tumbuhan yang satu dengan
tumbuhan yang lainnya, bahkan tumbuhan yang satu jenispun terkadang
menunjukkan perbedaan terhadap hal-hal tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Arya. 2012. Budidaya Tanaman Tomat Secara Komersil. Bandung: Niaga
Swadaya.
Cahyono, Bambang. 2005. Seri Budi Daya Bawang Daun. Yogyakarta: Kanisius.
Harahap. 2012. Tanaman Kelapa. Website: http://.repository.usu.ac.id/bistream/1
23456789/2144/4/Chapter%20II.pdf. Diakses Sabtu, 01 November 2014
pukul 08.20 WIB.
Hidayat, Estiti B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung: ITB.
Purwanto, Arie W. 2006. Euphorbia Tampil Prima dan Semarak Bunga.
Yogyakarta: Kanisius.
Rianawaty, Ida. 2011. Struktur Fungsi Organ Tumbuhan. Website: http://idariana
waty.files.wordpress.com/211/struktur-fungsi-organ-tumbuhan-pdf. Diakses
Sabtu, 01 November 2014 pukul 08.35 WIB.
Rizal. 2008. Morfologi Tumbuhan. Website: https://onrizal.files.wordpress.com/
2008/10/kul-1-5.pdf. Diakses Sabtu, 01 November 2014 pukul 09.00 WIB.
Rosanti, Dewi. 2013. Morfologi Tumbuhan. Jakarta: Erlangga.
Sativa, Ardinan. 2013. Laporan Botani Morfologi dan Modifikasi Daun. Website:
http://blog.ub.ac.id/ardinansativa/files/2013/01/LAPORAN-BOTANI_MOR
FOLOGI-DAN-MODIFIKASI-DAUN.pdf. Diakses Sabtu, 01 November
2014 pukul 08.45 WIB.
Sihaloho. 2011. Tanaman Jagung. Website: http://repository.usu.ac.id/bitstream/
123456789/30279/4/Chapter%20II. Diakses Sabtu, 01 November 2014
pukul 07.00 WIB.
Simplisia. 2012. Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L). Website: http://agr.
312_handout_simplisia_bunga.pdf. Diakses Sabtu, 01 November 2014 pukul
08.02 WIB.
Tarigan. 2011. Morfologi Tanaman Bambu. Website: http://repository.usu.ac.id/b
itstream/123456789/250/4/Chapter%20II.pdf. Diakses Sabtu, 01 November
2014 pukul 09.15 WIB.
Tjitrosoepomo, Gembong. 2001. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Tjitrosomo, Siti S. 1983. Botani umum. Bandung: Angkasa.
Warintek. 2014. Talas. Website: http://warintek.ristek/pangan_kesehatan/223344
tanaman_obat/depkes/2-014.pdf. Diakses Sabtu, 01 November 2014 pukul
07.30 WIB.
Yulianti. 2013 Cemara Kipas. Website: http://lib.uin-malang.ac.id/files/thesis/
chapter_iv/07620056.pdf. Diakses Sabtu, 01 November 2014 pukul 09.18
WIB.
Gambar Praktikum Bagian-bagian Daun (Folium)
Gambar 1. Daun Tomat (Solanum lycopersicum)
(Doc. Badriah, 2014)
Gambar 2. Daun Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L)
(Doc. Badriah, 2014)
Gambar 3. Daun Jagung (Zea mays)
(Doc. Badriah, 2014)
Gambar 4. Daun Talas Pelangi (Colocasia sp)
(Doc. Badriah, 2014)
Gambar 5. Daun Eforbia (Euphorbia milii)
(Doc. Badriah, 2014)
Gambar 6. Daun Bambu (Bambusa sp)
(Doc. Badriah, 2014)
Gambar 7. Daun Cemara Kipas (Thuja orientalis L)
(Doc. Badriah, 2014)
Gambar 8. Daun Bawang (Alium fistulosum L)
(Doc. Badriah, 2014)
Gambar 9. Daun Kelapa (Cocus nucifera)
(Doc. Badriah, 2014)

More Related Content

What's hot

Laporan Fisiologi Tumbuhan VIII Pengaruh Hormon Auksin Terhadap Pemanjangan J...
Laporan Fisiologi Tumbuhan VIII Pengaruh Hormon Auksin Terhadap Pemanjangan J...Laporan Fisiologi Tumbuhan VIII Pengaruh Hormon Auksin Terhadap Pemanjangan J...
Laporan Fisiologi Tumbuhan VIII Pengaruh Hormon Auksin Terhadap Pemanjangan J...
UNESA
 
Laporan Praktikum IDENTIFIKASI & KLASIFIKASI TUMBUHAN || Biologi Tanaman
Laporan Praktikum IDENTIFIKASI & KLASIFIKASI TUMBUHAN || Biologi TanamanLaporan Praktikum IDENTIFIKASI & KLASIFIKASI TUMBUHAN || Biologi Tanaman
Laporan Praktikum IDENTIFIKASI & KLASIFIKASI TUMBUHAN || Biologi Tanaman
shafirasalsa11
 
Ppt kelompok 6 (batang)
Ppt kelompok 6 (batang)Ppt kelompok 6 (batang)
Ppt kelompok 6 (batang)
Stiffany Tiwi
 
3. Morfologi Daun
3. Morfologi Daun3. Morfologi Daun
3. Morfologi Daun
Nike Triwahyuningsih
 
Morfologi Batang
Morfologi BatangMorfologi Batang
Morfologi Batang
Abulkhair Abdullah
 
PPT Morfologi Tumbuhan - Tata Letak, Rumus, dan Diagram Daun
PPT Morfologi Tumbuhan - Tata Letak, Rumus, dan Diagram DaunPPT Morfologi Tumbuhan - Tata Letak, Rumus, dan Diagram Daun
PPT Morfologi Tumbuhan - Tata Letak, Rumus, dan Diagram Daun
Agustin Dian Kartikasari
 
PPT Morfologi Tumbuhan - Biji
PPT Morfologi Tumbuhan - BijiPPT Morfologi Tumbuhan - Biji
PPT Morfologi Tumbuhan - Biji
Agustin Dian Kartikasari
 
Morfologi akar
Morfologi akarMorfologi akar
Laporan Praktikum 3 Amphibia
Laporan Praktikum 3 AmphibiaLaporan Praktikum 3 Amphibia
Laporan Praktikum 3 Amphibia
Selly Noviyanty Yunus
 
Laporan praktikum 1 daun tunggal dan bagian bagiannya
Laporan praktikum 1 daun tunggal dan bagian bagiannyaLaporan praktikum 1 daun tunggal dan bagian bagiannya
Laporan praktikum 1 daun tunggal dan bagian bagiannya
Maedy Ripani
 
Laporan praktikum 3 tata letak daun rumus daun dan diagram daun (morfologi tu...
Laporan praktikum 3 tata letak daun rumus daun dan diagram daun (morfologi tu...Laporan praktikum 3 tata letak daun rumus daun dan diagram daun (morfologi tu...
Laporan praktikum 3 tata letak daun rumus daun dan diagram daun (morfologi tu...
Maedy Ripani
 
PPT Morfologi Tumbuhan - Daun dan Bangun Daun
PPT Morfologi Tumbuhan - Daun dan Bangun DaunPPT Morfologi Tumbuhan - Daun dan Bangun Daun
PPT Morfologi Tumbuhan - Daun dan Bangun Daun
Agustin Dian Kartikasari
 
Botani 3 Daun Majemuk
Botani 3 Daun MajemukBotani 3 Daun Majemuk
Botani 3 Daun Majemuk
Sinergi Inspiration
 
Morfologi Tumbuhan - Daun majemuk
Morfologi Tumbuhan - Daun majemukMorfologi Tumbuhan - Daun majemuk
Morfologi Tumbuhan - Daun majemuk
Rafika Nur Handayani
 
PPT Morfologi Tumbuhan - Organ Metamorfosis
PPT Morfologi Tumbuhan - Organ MetamorfosisPPT Morfologi Tumbuhan - Organ Metamorfosis
PPT Morfologi Tumbuhan - Organ Metamorfosis
Agustin Dian Kartikasari
 
Makalah morfologi daun
Makalah  morfologi daunMakalah  morfologi daun
Makalah morfologi daun
Septian Muna Barakati
 
LAPORAN-PRAKTIKUM TTR KEL 4
LAPORAN-PRAKTIKUM TTR KEL 4LAPORAN-PRAKTIKUM TTR KEL 4
LAPORAN-PRAKTIKUM TTR KEL 4Juliah Bioedu
 
Laporan praktikum fotosintesis fotosintesis
Laporan praktikum fotosintesis fotosintesisLaporan praktikum fotosintesis fotosintesis
Laporan praktikum fotosintesis fotosintesis
fahmiganteng
 
Resume modifikasi daun dan filotaksis
Resume modifikasi daun dan filotaksisResume modifikasi daun dan filotaksis
Resume modifikasi daun dan filotaksis
Siti Nur Aeni
 
Morfologi bunga, biji, buah
Morfologi bunga, biji, buahMorfologi bunga, biji, buah
Morfologi bunga, biji, buah
Indah Asrida
 

What's hot (20)

Laporan Fisiologi Tumbuhan VIII Pengaruh Hormon Auksin Terhadap Pemanjangan J...
Laporan Fisiologi Tumbuhan VIII Pengaruh Hormon Auksin Terhadap Pemanjangan J...Laporan Fisiologi Tumbuhan VIII Pengaruh Hormon Auksin Terhadap Pemanjangan J...
Laporan Fisiologi Tumbuhan VIII Pengaruh Hormon Auksin Terhadap Pemanjangan J...
 
Laporan Praktikum IDENTIFIKASI & KLASIFIKASI TUMBUHAN || Biologi Tanaman
Laporan Praktikum IDENTIFIKASI & KLASIFIKASI TUMBUHAN || Biologi TanamanLaporan Praktikum IDENTIFIKASI & KLASIFIKASI TUMBUHAN || Biologi Tanaman
Laporan Praktikum IDENTIFIKASI & KLASIFIKASI TUMBUHAN || Biologi Tanaman
 
Ppt kelompok 6 (batang)
Ppt kelompok 6 (batang)Ppt kelompok 6 (batang)
Ppt kelompok 6 (batang)
 
3. Morfologi Daun
3. Morfologi Daun3. Morfologi Daun
3. Morfologi Daun
 
Morfologi Batang
Morfologi BatangMorfologi Batang
Morfologi Batang
 
PPT Morfologi Tumbuhan - Tata Letak, Rumus, dan Diagram Daun
PPT Morfologi Tumbuhan - Tata Letak, Rumus, dan Diagram DaunPPT Morfologi Tumbuhan - Tata Letak, Rumus, dan Diagram Daun
PPT Morfologi Tumbuhan - Tata Letak, Rumus, dan Diagram Daun
 
PPT Morfologi Tumbuhan - Biji
PPT Morfologi Tumbuhan - BijiPPT Morfologi Tumbuhan - Biji
PPT Morfologi Tumbuhan - Biji
 
Morfologi akar
Morfologi akarMorfologi akar
Morfologi akar
 
Laporan Praktikum 3 Amphibia
Laporan Praktikum 3 AmphibiaLaporan Praktikum 3 Amphibia
Laporan Praktikum 3 Amphibia
 
Laporan praktikum 1 daun tunggal dan bagian bagiannya
Laporan praktikum 1 daun tunggal dan bagian bagiannyaLaporan praktikum 1 daun tunggal dan bagian bagiannya
Laporan praktikum 1 daun tunggal dan bagian bagiannya
 
Laporan praktikum 3 tata letak daun rumus daun dan diagram daun (morfologi tu...
Laporan praktikum 3 tata letak daun rumus daun dan diagram daun (morfologi tu...Laporan praktikum 3 tata letak daun rumus daun dan diagram daun (morfologi tu...
Laporan praktikum 3 tata letak daun rumus daun dan diagram daun (morfologi tu...
 
PPT Morfologi Tumbuhan - Daun dan Bangun Daun
PPT Morfologi Tumbuhan - Daun dan Bangun DaunPPT Morfologi Tumbuhan - Daun dan Bangun Daun
PPT Morfologi Tumbuhan - Daun dan Bangun Daun
 
Botani 3 Daun Majemuk
Botani 3 Daun MajemukBotani 3 Daun Majemuk
Botani 3 Daun Majemuk
 
Morfologi Tumbuhan - Daun majemuk
Morfologi Tumbuhan - Daun majemukMorfologi Tumbuhan - Daun majemuk
Morfologi Tumbuhan - Daun majemuk
 
PPT Morfologi Tumbuhan - Organ Metamorfosis
PPT Morfologi Tumbuhan - Organ MetamorfosisPPT Morfologi Tumbuhan - Organ Metamorfosis
PPT Morfologi Tumbuhan - Organ Metamorfosis
 
Makalah morfologi daun
Makalah  morfologi daunMakalah  morfologi daun
Makalah morfologi daun
 
LAPORAN-PRAKTIKUM TTR KEL 4
LAPORAN-PRAKTIKUM TTR KEL 4LAPORAN-PRAKTIKUM TTR KEL 4
LAPORAN-PRAKTIKUM TTR KEL 4
 
Laporan praktikum fotosintesis fotosintesis
Laporan praktikum fotosintesis fotosintesisLaporan praktikum fotosintesis fotosintesis
Laporan praktikum fotosintesis fotosintesis
 
Resume modifikasi daun dan filotaksis
Resume modifikasi daun dan filotaksisResume modifikasi daun dan filotaksis
Resume modifikasi daun dan filotaksis
 
Morfologi bunga, biji, buah
Morfologi bunga, biji, buahMorfologi bunga, biji, buah
Morfologi bunga, biji, buah
 

Similar to praktikum morfologi tumbuhan

Laporan Praktikum I Daun (Folium)
Laporan Praktikum I Daun (Folium)Laporan Praktikum I Daun (Folium)
Laporan Praktikum I Daun (Folium)
Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang
 
morfologi daun
morfologi daunmorfologi daun
morfologi daun
nyimas amalia
 
MORFOLOGI BATANG DAN AKAR.docx
MORFOLOGI BATANG DAN AKAR.docxMORFOLOGI BATANG DAN AKAR.docx
MORFOLOGI BATANG DAN AKAR.docx
RAFLIRIDZKIPERMANAAH
 
Laporan kulap itb kel 5
Laporan kulap itb kel 5Laporan kulap itb kel 5
Laporan kulap itb kel 5Rica Nuraeni
 
Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan.pptx
Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan.pptxAnatomi dan Fisiologi Tumbuhan.pptx
Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan.pptx
KhalifahRizqiyah
 
Makalah morfologi daun
Makalah  morfologi daunMakalah  morfologi daun
Makalah morfologi daun
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah morfologi daun
Makalah  morfologi daunMakalah  morfologi daun
Makalah morfologi daun
Warnet Raha
 
Kerangka tumbuhan dan modifikasinya
Kerangka tumbuhan dan modifikasinyaKerangka tumbuhan dan modifikasinya
Kerangka tumbuhan dan modifikasinya
Fahrur Aziz
 
Laporan Praktikum II Batang (Caulis)
Laporan Praktikum II Batang (Caulis)Laporan Praktikum II Batang (Caulis)
Laporan Praktikum II Batang (Caulis)
Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang
 
DAUN TUMBUHAN BIOLOGI MISA VLKRN
DAUN TUMBUHAN BIOLOGI MISA VLKRNDAUN TUMBUHAN BIOLOGI MISA VLKRN
DAUN TUMBUHAN BIOLOGI MISA VLKRNGinaSihombing
 
Soal tema 3
Soal tema 3Soal tema 3
Soal tema 3
Oktarini Oktarini
 
Struktur Dan Fungsi Bagian Bunga
Struktur Dan Fungsi Bagian BungaStruktur Dan Fungsi Bagian Bunga
Struktur Dan Fungsi Bagian Bunga
Firdika Arini
 
Metamorfosis akar, batang, daun (kel. 11)
Metamorfosis akar, batang, daun (kel. 11)Metamorfosis akar, batang, daun (kel. 11)
Metamorfosis akar, batang, daun (kel. 11)
Sasmito Nurhalim
 
10. Struktur dan Fungsi Organ Tumbuhan.pptx
10. Struktur dan Fungsi Organ Tumbuhan.pptx10. Struktur dan Fungsi Organ Tumbuhan.pptx
10. Struktur dan Fungsi Organ Tumbuhan.pptx
FarisMaulanaAzhar
 
Ke 3-identifikasi-taksonomi-dan-klasifikasi-tumbuhan
Ke 3-identifikasi-taksonomi-dan-klasifikasi-tumbuhanKe 3-identifikasi-taksonomi-dan-klasifikasi-tumbuhan
Ke 3-identifikasi-taksonomi-dan-klasifikasi-tumbuhan
Muhammad Abduh
 
Struktur dan Fungi Jaringan Tumbuhan.pptx
Struktur dan Fungi Jaringan Tumbuhan.pptxStruktur dan Fungi Jaringan Tumbuhan.pptx
Struktur dan Fungi Jaringan Tumbuhan.pptx
AnitaNurRohma
 
Makalah tumbuhan paku
Makalah tumbuhan pakuMakalah tumbuhan paku
Makalah tumbuhan paku
Selly Noviyanty Yunus
 

Similar to praktikum morfologi tumbuhan (20)

Laporan Praktikum I Daun (Folium)
Laporan Praktikum I Daun (Folium)Laporan Praktikum I Daun (Folium)
Laporan Praktikum I Daun (Folium)
 
morfologi daun
morfologi daunmorfologi daun
morfologi daun
 
MORFOLOGI BATANG DAN AKAR.docx
MORFOLOGI BATANG DAN AKAR.docxMORFOLOGI BATANG DAN AKAR.docx
MORFOLOGI BATANG DAN AKAR.docx
 
Laporan kulap itb kel 5
Laporan kulap itb kel 5Laporan kulap itb kel 5
Laporan kulap itb kel 5
 
Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan.pptx
Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan.pptxAnatomi dan Fisiologi Tumbuhan.pptx
Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan.pptx
 
Makalah morfologi daun
Makalah  morfologi daunMakalah  morfologi daun
Makalah morfologi daun
 
Makalah morfologi daun
Makalah  morfologi daunMakalah  morfologi daun
Makalah morfologi daun
 
Makalah morfologi daun
Makalah  morfologi daunMakalah  morfologi daun
Makalah morfologi daun
 
Kerangka tumbuhan dan modifikasinya
Kerangka tumbuhan dan modifikasinyaKerangka tumbuhan dan modifikasinya
Kerangka tumbuhan dan modifikasinya
 
Laporan Praktikum II Batang (Caulis)
Laporan Praktikum II Batang (Caulis)Laporan Praktikum II Batang (Caulis)
Laporan Praktikum II Batang (Caulis)
 
DAUN TUMBUHAN BIOLOGI MISA VLKRN
DAUN TUMBUHAN BIOLOGI MISA VLKRNDAUN TUMBUHAN BIOLOGI MISA VLKRN
DAUN TUMBUHAN BIOLOGI MISA VLKRN
 
Soal tema 3
Soal tema 3Soal tema 3
Soal tema 3
 
Struktur Dan Fungsi Bagian Bunga
Struktur Dan Fungsi Bagian BungaStruktur Dan Fungsi Bagian Bunga
Struktur Dan Fungsi Bagian Bunga
 
Metamorfosis akar, batang, daun (kel. 11)
Metamorfosis akar, batang, daun (kel. 11)Metamorfosis akar, batang, daun (kel. 11)
Metamorfosis akar, batang, daun (kel. 11)
 
Makalah morfologi batang
Makalah morfologi batangMakalah morfologi batang
Makalah morfologi batang
 
Makalah morfologi batang 3
Makalah morfologi batang 3Makalah morfologi batang 3
Makalah morfologi batang 3
 
10. Struktur dan Fungsi Organ Tumbuhan.pptx
10. Struktur dan Fungsi Organ Tumbuhan.pptx10. Struktur dan Fungsi Organ Tumbuhan.pptx
10. Struktur dan Fungsi Organ Tumbuhan.pptx
 
Ke 3-identifikasi-taksonomi-dan-klasifikasi-tumbuhan
Ke 3-identifikasi-taksonomi-dan-klasifikasi-tumbuhanKe 3-identifikasi-taksonomi-dan-klasifikasi-tumbuhan
Ke 3-identifikasi-taksonomi-dan-klasifikasi-tumbuhan
 
Struktur dan Fungi Jaringan Tumbuhan.pptx
Struktur dan Fungi Jaringan Tumbuhan.pptxStruktur dan Fungi Jaringan Tumbuhan.pptx
Struktur dan Fungi Jaringan Tumbuhan.pptx
 
Makalah tumbuhan paku
Makalah tumbuhan pakuMakalah tumbuhan paku
Makalah tumbuhan paku
 

More from Al-kimia Esencias Florales

Anatomi Aves
Anatomi AvesAnatomi Aves
Tissue culture of Nephentes mirabilis and Nephentes ampullaria
Tissue culture of Nephentes mirabilis  and Nephentes ampullariaTissue culture of Nephentes mirabilis  and Nephentes ampullaria
Tissue culture of Nephentes mirabilis and Nephentes ampullaria
Al-kimia Esencias Florales
 
Sejarah Dulmuluk di Palembang dan Keberadaannya Sekarang
Sejarah Dulmuluk di Palembang dan Keberadaannya SekarangSejarah Dulmuluk di Palembang dan Keberadaannya Sekarang
Sejarah Dulmuluk di Palembang dan Keberadaannya Sekarang
Al-kimia Esencias Florales
 
Tafsir Hadist
Tafsir HadistTafsir Hadist
Administrasi humas pendidikan ii
Administrasi humas pendidikan iiAdministrasi humas pendidikan ii
Administrasi humas pendidikan ii
Al-kimia Esencias Florales
 
Riwayat Hidup Kyai yang Berjasa di Palembang
Riwayat Hidup Kyai yang Berjasa di PalembangRiwayat Hidup Kyai yang Berjasa di Palembang
Riwayat Hidup Kyai yang Berjasa di Palembang
Al-kimia Esencias Florales
 
Phylum Annelids
Phylum AnnelidsPhylum Annelids
Elaeis guineensis
Elaeis guineensisElaeis guineensis
Elaeis guineensis
Al-kimia Esencias Florales
 
Phylum Annelida
Phylum AnnelidaPhylum Annelida

More from Al-kimia Esencias Florales (11)

Anatomi Aves
Anatomi AvesAnatomi Aves
Anatomi Aves
 
Tissue culture of Nephentes mirabilis and Nephentes ampullaria
Tissue culture of Nephentes mirabilis  and Nephentes ampullariaTissue culture of Nephentes mirabilis  and Nephentes ampullaria
Tissue culture of Nephentes mirabilis and Nephentes ampullaria
 
Bunga sawit
Bunga sawitBunga sawit
Bunga sawit
 
Sejarah Dulmuluk di Palembang dan Keberadaannya Sekarang
Sejarah Dulmuluk di Palembang dan Keberadaannya SekarangSejarah Dulmuluk di Palembang dan Keberadaannya Sekarang
Sejarah Dulmuluk di Palembang dan Keberadaannya Sekarang
 
Tafsir Hadist
Tafsir HadistTafsir Hadist
Tafsir Hadist
 
Administrasi humas pendidikan ii
Administrasi humas pendidikan iiAdministrasi humas pendidikan ii
Administrasi humas pendidikan ii
 
Riwayat Hidup Kyai yang Berjasa di Palembang
Riwayat Hidup Kyai yang Berjasa di PalembangRiwayat Hidup Kyai yang Berjasa di Palembang
Riwayat Hidup Kyai yang Berjasa di Palembang
 
Psikologi pendidikan
Psikologi pendidikanPsikologi pendidikan
Psikologi pendidikan
 
Phylum Annelids
Phylum AnnelidsPhylum Annelids
Phylum Annelids
 
Elaeis guineensis
Elaeis guineensisElaeis guineensis
Elaeis guineensis
 
Phylum Annelida
Phylum AnnelidaPhylum Annelida
Phylum Annelida
 

praktikum morfologi tumbuhan

  • 1. LAPORAN PRAKTIKUM I BAGIAN-BAGIAN DAUN (FOLIUM) Oleh: Evitia Yuliani (13 222 039) Dosen Pembimbing: Riri Novita S. M.Si. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG 2014
  • 2. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari daun yang melekat pada batang tumbuhan sering dijumpai oleh manusia. Pada kenyataannya daun yang melekat tersebut memiliki perbedaan antara tumbuhan yang satu dengan tumbuhan yang lainnya. Perbedaan yang ada tersebut baik berdasarkan bentuk, ukuran maupun ketebalan yang dimiliki oleh setiap tumbuhan dan akan menjadi ciri khas yang dimiliki oleh tumbuhan tersebut. Daun (folium) merupakan suatu bagian tumbuhan yang penting dan pada umumnya tiap tumbuhan mempunyai sejumlah besar daun. Daun merupakan bagian dari tumbuh-tumbuhan yang mempunyai fungsi dan peran penting untuk melangsungkan kelangsungan hidup tumbuh- tumbuhan itu sendiri. Ciri khas dari daun pada umumnya berwarna hijau bentuk dari daun bagian besar adalah melebar. Daun juga mempunyai bagian- bagian yang berperan penting untuk membantu proses pertumbuhan pada tumbuhan, setelah dipelajari dan dipahami secara mendalam, maka manusia akan menyadari betapa pentingnya daun pada tumbuhan. Daun telah banyak membantu manusia dalam menjalani kehidupan, salah satu kegiatan manusia yang selalu berlangsung dan tidak akan pernah berhenti selama manusia tersebut hidup adalah kegiatan bernafas. Dalam memenuhi aktivitas tersebut manusia membutuhkan oksigen (𝑂2) yang hanya bisa dihasilkan oleh daun melalui mekanisme fotosintesis yang kemudian akan menghasilkan oksigen dengan bantuan sinar matahari (Sativa, 2012). Daun merupakan bagian tumbuhan yang biasa disebut dengan dapurnya tumbuhan. Daun hanya terdapat dan melekat pada bagian batang dan tidak pernah dijumpai pada bagian-bagian lain dari tumbuhan. Meskipun daun mempunyai fungsi yang berguna bagi manusia, akan tetapi masa hidup daun cenderung singkat dan akan digantikan dengan daun-daun yang baru. Daun yang semulanya berwarna hijau karena mengandung klorofil (zat hijau daun)
  • 3. akan berubah warna menjadi kuning serta akan mengalami pembusukkan hingga berwarna coklat bahkan menghitam (Hidayat, 1995). Adapun bentuk daun yang kebanyakan mempunyai ketebalan yang tipis melebar ditambah dengan berwarna hijau serta menghadap ke atas karena telah sesuai dengan fungsi-fungsi daun tersebut. Daun dapat dikatakan lengkap apabila telah memiliki bagian-bagian seperti pelepah (vagina), tangkai (petiolus) dan helaian (lamina). Akan tetapi kebanyakan dari manusia tidak mengetahui letak atau tempat dari pelepah (vagina), tangkai (petiolus) dan helaian (lamina). Selain itu, tidak semua daun mempunyai bagian yang lengkap tersebut. Ada beberapa tumbuhan yang hanya mempunyai daun berupa tangkai dan helaian juga ada beberapa tumbuhan yang mempunyai daun berupa bagian tangkai. Sebagai contoh daun yang biasa dilihat dan dimanfaatkan oleh manusia adalah daun bambu, daun jagung, serta daun talas/keladi. Beberapa contoh dari daun tersebut mempunyai bagian-bagian daun yang mempunyai kelengkapan serta tidak lengkap. Meskipun telah dipahami mengenai kelengkapan bagian-bagian daun tersebut yang menyangkut dengan helaian, tangkai serta pelepah. Bagian- bagian daun lain yang akan menjadi ciri tumbuhan seperti bentuk daun, bentuk apeks serta pangkal daun ditambah pertulangan daun dan tepi daun tidak dapat dipahamai serta diketahui tanpa adanya pengamatan secara langsung. Akibat banyaknya jenis daun yang perlu dipelajari bagaimana bentuk dan pembagiannya. Namun dalam penentuan jenis-jenis daun tumbuhan tidaklah mudah, seringkali terjadi kekeliruan. Sehingga teori perlu didukung dengan adanya praktikum. B. Tujuan Praktikum Adapun tujuan dari praktikum tentang bagian-bagian daun (folium) adalah sebagai berikut : 1. Mengenal dan membedakan bagian-bagian daun dengan bagian-bagian tumbuhan lainnya.
  • 4. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Daun dan Fungsinya Daun merupakan suatu bagian tumbuhan yang penting, dan pada umumnya tiap tumbuhan mempunyai sejumlah besar daun. Alat ini hanya terdapat pada batang saja dan tidak pernah terdapat pada bagian lain pada tubuh tumbuhan. Bagian-bagian batang tempat duduknya atau melekatnya daun dinamakan buku-buku (nodus) batang, dan tempat di atas daun yang merupakan sudut antara batang dan daun dinamakan ketiak daun (axilla) (Tjitrosoepomo, 2001). Biasanya ada hubungan antara anatomi buku dan stipula pada dikotil atau pelepah pada monokotil. Kebanyakan tumbuhan yang memiliki buku (nodus) trilakuna juga memiliki stipula, sedangkan yang bukunya bersifat multilakuna memiliki dasar daun berupa pelepah. Pertumbuhan awal pada daun biasanya dibagi menjadi pertumbuhan apikal dan marginal. Pertumbuhan apikal terjadi di ujung oleh sel pemula apikal dan mengakibatkan primordium menjadi lebih tinggi. Pertumbuhan marginal diakibatkan oleh pemula marginal dan menghasilkan pelebaran lateral, membentuk kedua panel helai daun (Hidayat, 1995). Daun pada ranting tersusun secara tetap bagi suatu spesies tertentu. Setiap daun letaknya agak berjauhan dari yang di dekatnya. Jika pada buku hanya terdapat satu daun, maka daun-daun itu tersusun berseling. Jika ada dua daun pada buku yang sama secara berhadap-hadapan, maka disebut berhadapan atau selentang. Pada sejumlah kecil tumbuhan lebih dari dua daun tersusun pada satu buku, maka kedudukan daun itu terpusat atau berkarang. Susunan seperti itu dijumpai pada batang tumbuhan herba (Tjitrosomo, 1983). Daun adalah organ fotosintesis utama pada sebagian besar tumbuhan, meskipun batang yang bewarna hijau juga melakukan fotosintesis. Daun merupakan salah satu bagian penting dari tanaman karena memiliki klorofil, yaitu proses pembentukan tanaman (Sativa, 2012).
  • 5. Daun sesungguhnya adalah cabang atau ranting yang mengalami modifikasi. Pada tumbuhan tingkat tinggi daun merupakan tempat penting untuk fotosintesis. Daun merupakan salah satu organ pokok pada tumbuhan. Daun berbentuk pipih melebar dan pada umumnya berwarna hijau karena mengandung kloroplas di dalam sel-selnya. Daun terdapat di bagian atas tumbuhan dan melekat pada batang (Rianawaty, 2011). Perbedaan antara batang dan daun yaitu batang mempunyai pertumbuhan yang tidak terbatas, sedangkan daun mempunyai pertumbuhan yang terbatas, yang segera berhenti tumbuh, berfungsi untuk beberapa musim dan kemudian akan gugur. Helaian daun ditopang oleh rangka daun yang disusun oleh tulang daun. Tulang daun mengandung jaring-jaring pembuluh xylem dan floem yang menyalurkan air ke daun dan hasil-hasil fotosintesis dari daun (Tjitrosomo, 1983). Daun biasanya tipis dan melebar, kaya akan suatu zat warna hijau yang dinamakan klorofil, oleh karena itu daun biasanya berwarna hijau dan menyebabkan tumbuhan atau daerah-daerah yang ditempati tumbuhan- tumbuhan nampak hijau pula. Bagian tumbuhan ini mempunyai umur yang terbatas, akhirnya akan runtuh dan meninggalkan bekas pada batang. Pada waktu akan runtuh warna daun berubah menjadi kekuning-kuningan dan akhirnya menjadi perang (Tjitrosoepomo, 2001). Menurut Tjitrosoepomo (2001), bentuk daun yang tipis melebar, warna hijau dan duduknya pada batang yang menghadap ke atas itu memang sudah selaras dengan fungsi daun bagi tumbuh-tumbuhan, yaitu sebagai alat untuk: 1. Pengambilan zat-zat makanan (reasorbsi), terutama yang berupa zat gas (𝐶𝑂2). 2. Pengolahan zat-zat makanan (asimilasi). 3. Penguapan air (transpirasi). 4. Pernafasan (respirasi). Tumbuhan mengambil zat-zat makanan dari lingkungannya dan zat yang diambil (diserap) tadi adalah zat-zat yang bersifat anorganik. Air beserta garam-garam diambil dari tanah oleh akar tumbuhan, sedang gas asam arang
  • 6. (𝐶𝑂2) yang merupakan zat makanan pula bagi tumbuhan diambil dari udara melalui celah-celah halus yang disebut mulut daun (stomata). Pengolahan zat anorganik menjadi zat organik dilakukan oleh daun (sesungguhnya zat hijau daun atau klorofilnya) dengan bantuan sinar matahari. Pekerjaan ini disebut asimilasi, jadi daun dapat disamakan dengan dapur bagi tumbuhan. Setiap benda yang basah, di dalam ruang yang belum jenuh dengan uap air akan menguapkan air ke dalam ruang tadi. Peristiwa ini merupakan suatu peristiwa yang ada di dalam alam terkenal sebagai peristiwa difusi, yang bertujuan untuk meniadakan perbedaan konsentrasi kandungan akan air antara ruangan benda dengan benda yang basah itu (Tjitrosoepomo, 2001). Penguapan itu akan berjalan terus sampai konsentrasi atau kadar air dalam ruangan tempat benda itu sama dengan kadar air dalam benda, atau udara dalam ruangan tadi tidak sanggup lagi menerima tambahan uap air, dengan lain perkataan udara dalam ruangan tadi telah jenuh dengan uap air. Penguapan air melalui daun menyebabkan air yang diserap oleh akar dari tanah itu di dalam tubuh tumbuhan bergerak mengalir dari bawah ke atas. Adapun yang dimaksud dengan penetesan air atau gutasi adalah keluarnya air dalam bentuk tetes-tetes (Tjitrosoepomo, 2001). B. Bagian-bagian Daun Struktur jaringan pembuluh dalam tangkai dan tulang daun utama biasanya mirip dengan dalam batang. Istilah bagi seluruh daun pada tanaman adalah phyllom. Namun dikenal juga istilah daun hijau, katafil, hiposofil, kotiledon (keping biji), profil, dll. Daun pertama pada cabang lateral disebut prophyll. Pada monokotil hanya ada satu helai prophyll, pada dikotil ada dua helai. Hiposofil berupa berbagai jenis brakte yang mengiringi bunga dan berfungsi sebagai pelindung (Hidayat, 1995). Menurut Rianawaty (2011), dari segi morfologi dan anatomi daun merupakan organ yang sangat bervariasi. Semua bentuk daun yang terdapat pada suatu tumbuhan disebut phyllome, terdiri dari: 1. Daun sebagai organ fotosintetik utama pada tumbuhan. 2. Katafil
  • 7. a. Sisik yang muncul pada tunas dan pada batang yang tumbuh di bawah tanah. b. Fungsi : pelindung atau penyimpan cadangan makanan. c. Contoh-contoh: 1) Pada tunas: mahoni. 2) Pada batang bawah tanah : kormus Gladiolus, rimpang jahe, sisik tebal Allium. Gambar 1. Cataphyll (Rianawaty, 2011) 3. Hypsophyll, berbagai tipe daun pelindung bunga (braktea) yang berfungsi sebagai pelindung. Kadang hypsophyll berwarna menyala dengan fungsi seperti mahkota bunga. Merah pada saptha bunga Anthurium. Ungu, pink, putih, oranye pada Bougenville sehingga tampak seperti bunga sedang bunganya sendiri tidak menarik. 4. Kotiledon yaitu daun pertama pada tumbuhan bisa berfungsi untuk fotosintesis seperti pada tomat. Selain itu juga sumber makanan yang terdapat pada kacang-kacangan. Gambar 2. Cotyledons pada Tumbuhan (Rianawaty, 2011)
  • 8. Menurut Tjitrosoepomo (2001), daun yang lengkap mempunyai bagian- bagian berikut: 1. Upih Daun atau Pelepah Daun (Vagina) Daun yang berupih umumnya terdapat pada tumbuhan yang berbiji tunggal (Monocotyledoneae), suku rumput (Germineae), suku empon- empon (Zingiberaceae), pisang (Musa sapientum L), golongan palma (Palmae) (Tjitrosoepomo, 2001). Menurut Tjitrosoepomo (2001), upih daun selain merupakan bagian daun yang melekat atau memeluk batang, juga dapat mempunyai fungsi lain: a. Sebagai pelindung kuncup yang masih muda, seperti dapat dilihat pada tanaman tebu (Saccharum offinacarum L). b. Memberi kekuatan pada batang tanaman. Dalam hal ini upih daun- daun semuanya membungkus batang, sehingga batang tidak tampak, bahkan yang tampak sebagai batang dari luar adalah upih-upihnya tadi. 2. Tangkai Daun (Petiolus) Tangkai daun merupakan bagian daun yang mendukung helaiannya dan bertugas untuk menempatkan helaian daun tadi pada posisi sedemikian rupa. Hingga dapat memperoleh cahaya matahari yang sebanyak-banyaknya (Tjitrosoepomo, 2001). Menurut Tjitrosoepomo (2001), bentuk dan ukuran tangkaian daun amat berbeda-beda menurut jenisnya tumbuhan, bahkan pada satu tumbuhan ukuran dan bentuknya dapat berbeda-beda. Umumnya tangkai daun berbentuk silinder dengan sisi atas agak pipih dan menebal pada pangkalnya. Jika berdasarkan pada penampang melintangnya dapat diketahui beberapa kemungkinan berikut: a. Bulat dan berongga, misalnya pada daun papaya (Carica papaya L). b. Pipih dan tepinya melebar (bersayap), misalnya pada jeruk (Citrus sp). c. Bersegi.
  • 9. d. Setengah lingkaran dan seringkali sisi atasnya beralur dangkal atau beralur dalam seperti pada tangkai daun pisang. Daun lengkap dapat dijumpai pada beberapa macam tumbuhan, misalnya pohon pisang (Musa paradisiacal L), pohon pinang (Areca catechu L), bambu (Bambusa sp). Gambar 3. Bentuk Tangkai Daun (Rizal, 2008) Walaupun tangkai daun biasanya menebal pada bagian pangkalnya, ada pula tangkai daun yang menebal pada pangkal dan ujungnya, misalnya pada daun pohon kupu-kupu (Bauhinic purpurea L). Dalam uraian mengenai susunan daun telah dikemukakan pula. Bahwa tangkai daun dapat mengalami pergantian bentuk (metamorfosis) menjadi semacam helaian daun yang dinamakan filodia (Tjitrosoepomo, 2001). 3. Helaian Daun (Lamina) Tumbuhan satu sama lain memiliki helaian daun yang berbeda baik mengenai bentuk, ukuran maupun warnanya. Sebatang pohon dapat mempunyai hanya beberapa helaian daun saja, misalnya pisang, tetapi dapat pula memiliki helaian yang banyak misalnya pohon beringin. Suatu tanaman yang memperlihatkan bentuk daun yang berbeda dalam satu pohon, dikatakan memperlihatkan sifat heterofili, jika masing-masing terdapat pada cabang yang berlainan. Jika pada satu cabang terdapat kedua macam bentuk daun tadi, sifatnya disebut anisofili (Sativa, 2012).
  • 10. Gambar 4. Bagian Daun Lengkap (Rizal, 2008) Menurut Tjitrosoepomo (2001), kebanyakan tumbuhan mempunyai daun yang kehilangan satu atau dua bagian dari tiga bagian tersebut di atas. Daun yang demikian dinamakan daun yang tidak lengkap. Mengenai susunan daun yang tidak lengkap ada beberapa kemungkinan: 1. Hanya terdiri atas tangkaian dan helaian saja; lazimnya lalu disebut daun bertangkai. Susunan daun yang demikian itulah yang paling banyak ditemukan. Sebagian besar tumbuhan mempunyai daun yang demikian tadi, misalnya nangka (Artocarpus integra Merr), mangga (Manginfera indica L). 2. Daun terdiri atas upih dan helaian, daun yang demikian ini disebut daun berupih atau daun berpelepah yang biasa terdapat pada golongan suku rumput, misalnya: padi (Oryza sativa L), jagung (Zea mays). 3. Daun hanya terdiri atas helaian saja, tanpa upih dan tangkaian, sehingga helaian langsung melekat atau duduk pada batang. Daun yang demikian susunannya dinamakan dengan daun duduk (sessilis). Daun yang hanya terdiri atas helaian daun saja dapat mempunyai pangkal yang demikian lebarnya, hingga pangkal daun tadi seakan-akan melingkari batang atau memeluk batang sehingga disebut dengan daun memeluk batang (amplexicaulis) seperti terdapat pada tempuyung (Sonchus oleraceus L). Bagian samping pangkal daun yang memeluk batang itu seringkali bangunannya membulat dan disebut telinga daun. 4. Daun hanya terdiri atas tangkaian saja, dan dalam hal ini tangkaian tadi biasanya lalu menjadi pipih sehingga menyerupai helaian daun, jadi
  • 11. merupakan suatu helaian daun semu atau palsu dinamakan filodia, seperti terdapat pada berbagai jenis pohon Acacia. Menurut Tjitrosoepomo (2001), selain bagian-bagian tersebut di atas dan kemungkinan lengkap atau tidaknya bagian-bagian tadi, daun pada suatu tumbuhan seringkali mempunyai alat-alat tambahan atau pelengkap, antara lain berupa: 1. Daun penumpu (stipula), yang biasanya berupa dua helai lembaran serupa daun yang kecil, yang terdapat dekat dengan pangkal tangkai daun dan umunya berguna untuk melindungi kuncup yang masih muda. Menurut letaknya daun penumpu dapat dibedakan menjadi: a. Daun penumpu yang bebas terdapat di kanan kiri pangkal tangkai daun, disebut daun penumpu bebas (stipulae liberae) misalnya pada kacang tanah (Arachis hypogaea L). b. Daun penumpu yang melekat pada kanan kiri pangkal tangkaian daun (stipulae adnatae) pada mawar (Rosa sp). c. Daun penumpu yang berlekatan menjadi satu yang mengambil tempat berhadapan dengan tangkaian daun dan biasanya agak lebar hingga melingkari batang (stipula petiole opposita atau stipula antidroma). d. Daun penumpu yang berlekatan dan mengambil tempat di antara dua tangkai daun seperti seringkali terjadi pada tumbuhan yang pada satu buku-buku batang mempunyai dua daun yang duduk berhadapan, misalnya pada pohon mengkudu (Morinda citrifolia L). 2. Selaput bumbung (ocrea atau ochrea). Alat ini berupa selaput tipis yang menyelubungi pangkal suatu ruas batang. Jadi terdapat di atas suatu tangkaian daun. Selaput bumbung dianggap sebagai daun penumpu yang kedua sisinya saling berlekatan dan melingkari batang, sebagai contoh Polygonum sp. 3. Lidah-lidah (ligula), suatu selaput kecil yang biasanya terdapat pada batas antara upih dan helaian daun pada rumput. Alat ini berguna untuk mencegah mengalirnya air hujan ke dalam ketiak antara batang dan upih daun. Sehingga kemungkinan pembusukkan dapat dihindarkan.
  • 12. Menurut Tjitrosoepomo (2001), sifat-sifat daun dapat dipakai sebagai petunjuk untuk mengenal suatu jenis tumbuhan. Untuk keperluan itu perlulah diketahui sifat-sifat daun, sehingga dari daun dapat diberikan lukisan yang selengkap mungkin. Sifat-sifat daun yang perlu mendapat perhatian adalah: 1. Bangunan Helai (Circumscription) Bentuk daun pada dasarnya dinyatakan berdasarkan bentuk dari helaiannya tanpa dipengaruhi oleh ada atau tidaknya torehan pada tepi daun. Istilah untuk menyatakan bentuk daun tersebut biasanya digunakan kata-kata yang umum untuk menyatakan bentuk suatu benda. Pada umumnya, istilah untuk menyatakan bentuk suatu benda selau dihubungkan dengan bentuk dua dimensi dari benda tersebut dan sebagian besar didasarkan pada rasio panjang terhadap lebar (Tjitrosoepomo, 2001). Selain itu dalam menyatakan suatu benda, letak bagian yang terlebar perlu diperhatikan apakah bagian terlebar tersebut berada di bawah bagian tengah, di bagian tengah atau di atas bagian tengah helaian. Dalam menyatakan bentuk suatu daun, selain memperhatikan indeks dan letak bagian yang terlebar, dapat pula digunakan bentuk persamaan dengan benda-benda lainnya, seperti tombak, panah dan sebagainya (Tjitrosoepomo, 2001). Gambar 5. Bangun Daun (Rianawaty, 2011) 2. Ujung Daun (Apex) Menurut Tjitrosoepomo (2001), ujung daun dapat pula memperlihatkan bentuk yang beraneka rupa. Bentuk-bentuk ujung daun yang sering dijumpai ialah:
  • 13. a. Runcing (acutus), jika kedua tepi daun di kanan dan di kiri ibu tulang sedikit demi sedikit menuju ke atas dan pertemuannya pada puncak daun membentuk suatu sudut lancip (lebih kecil dari 90°). b. Meruncing (acuminatus), seperti pada ujung yang runcing, tetapi titik pertemuan kedua tepi daunnya jauh lebih tinggi dari dugaan hingga ujung daun nampak sempit panjang dan runcing. c. Tumpul (obtusus), tepi daun yang semula masih agak jauh dari ibu tulang, cepat menuju ke suatu titik pertemuan, hingga terbentuk sudut yang tumpul (lebih besar dari 90°). d. Membulat (rotundatus), seperti pada ujung yang tumpul, tetapi tidak berbentuk sudut sama sekali, hingga ujung daun merupakan semacam suatu busur, terdapat pada daun yang bulat atau jorong, atau pada daun bangun ginjal. e. Rompang (truncatus), ujung daun tampak sebagai garis yang rata, misalnya ujung anak daun semanggi (Marsilea crenata Presl). f. Terbelah (retusus), ujung daun justru memperlihatkan suatu lekukan, kadang-kadang amat jelas. g. Berduri (mucronatus), yaitu jika ujung daun ditutup dengan suatu bagian yang runcing keras, merupakan suatu duri. Gambar 5. Jenis Apex Daun (Rizal, 2008) 3. Pangkal Daun (Basis Folii) Istilah-istilah yang digunakan untuk menyatakan bentuk pangkal daun. Namun, pada beberapa tumbuhan, bentuk pangkal daun berkaitan erat dengan pelekatan daun tersebut terhadap batangnya. Contoh istilah bentuk apeks dan pangkal daun diantaranya acuminatae, acute, apiculate, aristate, caudate, cirrhose dan lain-lain (Tjitrosoepomo, 2001).
  • 14. Pangkal daun merupakan bagian helaian daun yang berhubungan langsung dengan tangkaian daun. Pangkal yang terdapat di kiri-kanan tangkai daun, baik berlekatan atau tidak, dapat dibedakan menjadi enam macam yaitu: a. Runcing (acutus), biasanya terdapat pada bangun memanjang, lanset dan belah ketupat. b. Meruncing (acuminatus), biasanya terdapat pada bangun bulat telur. c. Tumpul (obtusus), biasanya terdapat pada bangun bulat telur. d. Membulat (rotundatus), terdapat bangun bulat telur dan jorong. e. Rompangan/rata (truncatus), terdapat pada bangun segitiga, delta dan tombak. f. Berlekuk (emarginatus), terdapat pada bangun jantung, ginjal dan anak panah (Rosanti, 2013). 4. Susunan Tulang Daun (Nervatio atau Venation) Menurut Rosanti (2013), tulang daun merupakan struktur penguat helaian daun, sama fungsinya dengan tulang manusia yang member kekuatan menunjang berdirinya tubuh. Tulang-tulang daun merupakan jaringan pembuluh yang dapat mengangkut air maupun hasil fotosintesis dari akar dan batang serta menuju batang dan akar. Menurut Sativa (2012), pertulangan daun merupakan suatu karakteristik bagi daun tumbuhan. Dari segi anatomi, pertulangan daun sebenarnya merupakan suatu ikatan pembuluh yang berada pada helaian daun. Susunan pertulangan daun dari daun tumbuhan biasanya terdiri dari: a. Tulang daun primer (Midrib Costa). b. Tulang daun sekunder (tulang daun lateral/nervus lateralis). c. Tulang daun tersier (Veins). d. Tulang daun kuarter (Veinslet). Menurut Tjitrosoepomo (2001), tulang-tulang daun adalah bagian daun yang berguna untuk:
  • 15. a. Memberi kekuatan pada daun, seperti pula halnya dengan tulang- tulang hewan dan manusia, oleh sebab itu seluruh tulang pada daun dinamakan pula rangka daun (skeleton). b. Di samping sebagai penguat, tulang-tulang daun itu sesungguhnya adalah berkas-berkas pembuluh yang berfungsi sebagai jalan untuk pengangkutan zat-zat, yaitu: 1) Jalan pengangkutan zat-zat yang diambil tumbuhan dari tanah, ialah air beserta garam-garam yang terlarut di dalamnya. 2) Jalan pengangkutan hasil-hasil asimilasi dari tempat pembuatannya, yaitu dari daun ke bagian-bagian lain yang memerlukan zat itu. Menurut Tjitrosoepomo (2001), tulang-tulang daun menurut besar kecilnya dibedakan dalam tiga macam yaitu: a. Ibu tulang (costa), ialah tulang yang biasanya terbesar merupakan terusan tangkai daun, dan terdapat di tengah-tengah membujur dan membelah daun. b. Tulang-tulang cabang (nervus lateralis), yakni tulang-tulang yang lebih kecil daripada ibu tulang dan berpangkal pada ibu tulang tadi atau cabang-cabang tulang ini. c. Urat-urat daun (vena) sesungguhnya adalah tulang-tulang cabang pula, tetapi yang lebih kecil atau lembut dan satu sama lain beserta tulang- tulang yang lebih besar membentuk susunan seperti jala, kisi atau lainnya. Pada dasarnya terdapat dua pola pertulangan daun yang umum ditemukan yaitu pertulangan daun menjala (rericulate) yang merupakan karakteristik bagi tumbuhan dikotil dan pertulangan daun sejajar (linier/ striate). Pola pertulangan daun menjala terbentuk bila tulang daun mengalami percabangan yang banyak dan satu sama lain saling beranastomosa serta ujung-ujungnya bebas, sedangkan pola pertulangan daun-daun sejajar terbentuk bila suatu daun mempunyai tiga atau lebih tulang daun primer yang letaknya kurang lebih sejajar satu sama lain mulai
  • 16. dari dasar helaian daun hingga bertemu di bagian apeks daun (Tjitrosoepomo, 2001). Dari uraian mengenai susunan tulang daun itu dapat ditarik kesimpulan bahwa susunan tulang daun dapat dipakai sebagai petunjuk untuk mengenal tumbuhan yaitu; a. Tumbuhan biji belah (Dicotyledonae) mempunyai daun bertulang menyirip atau menjari. b. Tumbuhan biji tunggal (Monocotyledonae) mempunyai daun-daun bertulang melengkung atau sejajar (Tjitrosoepomo, 2001). 5. Tepi Daun (Margo Folii) Pada daun tunggal helaian daun dapat bertepi rata (integer/entire) atau bertoreh. Helaian daun dengan tepi bertoreh dangkal tidak akan merubah bentuk secara keseluruhan, tetapi jika helaian daun bertoreh besar dan dalam dapat mempengaruhi bentuk daun tersebut. Karena terbentuknya torehan (sinus) selalu mengikuti pola pertulangan daun, maka istilah yang digunakan untuk menamakan tepi daun yang bertoreh merupakan kombinasi antara sifat torehan dengan pertulangan daun (Tjitrosoepomo, 2001). Torehan atau lekukan pada helaian daun bermacam-macam. Torehan daun bersifat dua macam. Torehan pertama tidak mengubah bentuk asli daun, hanya sedikit bergelombang di tepinya. Torehan lainnya dapat menyebabkan hilangnya bentuk asli daun, karena daun mengalami lekukan yang banyak akibat torehan-torehannya. Lekukan daun disebut sinus, sedangkan tepi daunnya disebut dengan angulus (Rosanti, 2013). Bila torehan yang terjadi hanya sedikit, kurang dari setengah panjang tulang cabang daun yang di dekatnya, maka torehan daun disebut berlekuk (lobatus). Jika dalamnya torehan mencapai setengah panjang tulang cabang daun, maka disebut sebagai daun yang bercangap (fissus). Dan jika dalamnya torehan melebihi setengah panjang tulang cabang daun di dekatnya, maka tepi daun dikatakan berbagi (partitus) (Rosanti, 2013).
  • 17. Gambar 6. Jenis Tipe Daun (Rizal, 2008) 6. Daging Daun (Intervenium) Daging daun ialah bagian daun yang terdapat di antara tulang-tulang daun dan urat-urat daun. Di bagian ini zat-zat yang diambil dari luar diubah dijadikan zat-zat yang sesuai dengan keperluan kehidupan tumbuh- tumbuhan. Tebal atau tipisnya helaian daun juga bergantung pada tebal tipisnya daging daunnya (Tjitrosoepomo, 2001). Daging daun yang dimiliki oleh tumbuhan bermacam-macam tipis seperti selaput contohnya paku selaput, keras contohnya pisang, tipis lunak seperti yang terdapat pada daun selada air, pekamen sebagai contohnya kelapa dan yang berdaging sebagai contoh lidah buaya (Sativa, 2012). Daging daun merupakan isi dari daun, daun terdiri dari sel-sel yang membentuk berbagai jaringan. Sel dan jaringan ini yang merupakan isi dari daun, yang dibatasi oleh permukaan atas dan permukaan bawah daun. Daging daun berbeda ada yang berdaging tebal dan ada yang berdaging tipis (Tjitrosoepomo, 2001). 7. Keadaan Permukaan Atas dan Bawah Daun Pada umumnya warna daun pada sisi atas dan bawah berwarna berbeda, biasanya sisi atas tampak lebih hijau, licin, atau mengkilat jika dibandingkan dengan sisi bawah daun. Hal ini disebabkan karena warna hijau lebih banyak terdapat pada lapisan atas daripada lapisan bawah. Kadang-kadang pada permukaan daun terdapat alat-alat tambahan seperti licin (laevis), gundul (glaber), kasap (scaber), berkerut (rugosus), berbingkul-bingkul (bullatus), berbulu (pilosus), berbulu halus dan rapat
  • 18. (villosus), berbulu kasar (hispidus) dan bersisik (lepidus) (Tjitrosoepomo, 2001). Menurut Rizal (2008), permukaan daun terdiri dari beberapa jenis yaitu: glabrous (tanpa rambut, licin,gundul), pubescent (berbulu pendek, lembut), villous (berambut panjang, lurus, putih, keperak-perakan), tomentose (berambut seperti wol, ikal), scabrous (berambut pendek, kasar), glaucous (warna putih kebiruan dan berlilin), rugose (berkeriput, karena keadaan tulang, daun yang tenggelam), glandular (berkelenjar resin, minyak). Gambar 7. Permukaan Atas dan Bawah Daun (Rizal, 2008) C. Tanaman Bambu (Bambusa sp) Bambu tergolong keluarga Gramineae (rumput-rumputan) disebut juga Giant grass (rumput raksasa), berumpun dan terdiri dari sejumlah batang (buluh) yang tumbuh secara bertahap, dari mulai rebung, batang muda dan sudah dewasa pada umur 3-4 tahun. Nama lain dari bambu adalah buluh, aur, dan eru. Di dunia ini bambu merupakan salah satu tanaman dengan pertumbuhan paling cepat. Karena memiliki sistem rhizoma-dependen unik, dalam sehari bambu dapat tumbuh sepanjang 60 cm (24 Inchi) bahkan lebih, tergantung pada kondisi tanah dan klimatologi tempat ia ditanam (Tarigan, 2011). Bambu merupakan tanaman yang memiliki manfaat sangat penting bagi kehidupan. Semua bagian tanaman mulai dari akar, batang, daun, kelopak, bahkan rebungnya dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Tanaman bambu menpunyai dua tipe pertumbuhan rumpun, yaitu simpodial (clump type) dan monopodial (running type). Pada tipe simpodial tunas baru keluar dari ujung rimpang. Terdapat dua bentuk bambu secara umum, yaitu bambu berkayu dari suku Arundinarieae dan Bambuseae, dan bambu rerumputan dari
  • 19. suku Olyreae. Analisis molekuler dari pastida menunjukkan bahwa terdapat tiga sampai lima garis keturunan utama dari bambu (Tarigan, 2011). Menurut Tarigan (2011), klasifikasi pada tanaman bambu terdiri dari: Regnum : Plantae Divisio : Magnoliophyta Classis : Liliopsida Subclassis : Commelinidae Ordo : Cyperales Familia : Poaceae Genus : Bambusa Spesies : Bambusa sp. Pada tanaman bambu, daunnya merupakan daun tunggal yang lengkap karena mempunyai bagian daun berupa pelepah daun (vagina), tangkai daun (petiolus), dan helaian daun (lamina). Daun ini mempunyai bangun daun garis (linearis). Ujung daunnya runcing (acutus), pangkal daunnya membulat, memiliki tepi daun yang rata, daging daun seperti perkamen, pertulangan daun sejajar, permukaan atas dan bawah daun kasap, warna daun bagian atas hijau tua sedangkan warna bagian bawah daun hijau muda (Tarigan, 2011). Gambar 8. Bagian Daun Bambu (Rahman, 2014) Bangun atau bentuk dari daun bambu adalah berbentuk pita atau bentuk memanjang dari daun dengan perbandingan panjang dan lebar 3-5 : 1, ujung daun pada daun bambu berbentuk runcing yaitu penyempitan ke arah ujung daun dengan sedikit demi sedikit. Sedangkan untuk pangkal daun membulat karena pada pangkal daunnya tidak terdapat sama sekali sudut pangkal daun,
  • 20. daun bambu memiliki tepi yang rata tidak bergerigi dan bertoreh (Tarigan, 2011). Daging daunnya bertipe perkamen yaitu tipis namun cukup kaku. Pertulangan daunnya sejajar dari pangkal daun ke arah ujung daun. Permukaan atas dan bawah daun cukup kasar karena disebabkan pertulangan daun yang cukup terasa dan adanya semacam bulu-bulu halus. Warna daun pada bagian atas jauh lebih gelap dibanding dengan yang di bawah dan warna yang kebanyakan ditemukan adalah warna hijau, namun ada beberapa jenis bambu yang lain memilki daun yang berwarna kuning (Tarigan, 2011). D. Tanaman Jagung (Zea Mays) Tanaman jagung termasuk famili rumput-rumputan (Graminae) dari subfamili Myadeae. Dua famili yang berdekatan dengan jagung adalah Teosinte dan Tripsacum yang diduga merupakan asal dari tanaman jagung. Teosinte berasal dari Meksico dan Guatemala sebagai tumbuhan liar di daerah pertanaman jagung. Jagung berwarna kuning, batang bulat, masif, tidak bercabang, tinggi kurang lebih 1,5 meter (Sihaloho, 2011). Bunga majemuk, berumah satu, bunga jantan dan betina bentuk bulir, di ujung batang dan di ketiak daun, warna putih. Tanaman jagung adalah tanaman semusim. Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif (Sihaloho, 2011). Menurut Sihaloho (2011), berdasarkan taksonominya tanaman jagung dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Regnum : Plantae Divisio : Angiospermae Kelas : Monocotyledoneae Ordo : Poales Familia : Poaceae Genus : Zea Spesies : Zea mays L.
  • 21. Daun jagung adalah daun sempurna meskipun hanya terdiri atas upih dan helaian yang disebut daun berupih. Bentuknya memanjang, merupakan bangun pita (ligulatus), karena serupa dengan bangun garis, tetapi lebih panjang lagi, daging daun (intervenium) tipis seperti kertas karena tipis tetapi cukup tegar, tepi daun (margo) rata (integer) karena apabila diraba pada pinggirnya rata, tidak bergerigi, ujung daun (apex) runcing (acutus) karena ujung daun memperlihatkan kedua tepi daun di kanan kiri ibu tulang sedikit demi sedikit menuju keatas dan pertemuannya pada puncak daun membentuk suatu sudut lancip (lebih kecil dari 90°), ujung daun yang runcing lain dapat pada daun-daun bangun: bulat, lanset, segitiga, delta, belah ketupat dan sebagainya (Sihaloho, 2011). Pangkal (basis) runcing karena daunnya memanjang, permukaan daun berbulu halus dan rapat karena pada saat diraba terasa seperti laken atau beludru, pertulangan daun (nervatio) sejajar (rectinervis), pertulangan ini umumnya dapat di lihat pada bangun daun pita dan juga daun jagung mempunyai satu tulang di tengah yang besar membusur ke daun, sedang tulang-tulang lainnya tampak lebih kecil dan tampak terlihat semua mempunyai arah yang sejajar dengan satu tulang yang di tengah tadi (Sihaloho, 2011). Gambar 9. Bagian Daun Jagung (Akbar, 2011) Berdasarkan letak posisi daun (sudut daun) terdapat dua tipe daun jagung, yaitu tegak (erect) dan menggantung (pendant). Daun erect biasanya memiliki sudut antara kecil sampai sedang, pola helai daun bisa lurus atau bengkok. Daun pendant umumnya memiliki sudut yang lebar dan pola daun bervariasi dari lurus sampai sangat bengkok. Jagung dengan tipe daun erect
  • 22. memiliki kanopi kecil sehingga dapat ditanam dengan populasi yang tinggi (Sihaloho, 2011). E. Cemara Kipas (Thuja orientalis L) Cemara kipas adalah salah satu tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai bahan untuk penyakit dalam oleh masyarakat Guluk-guluk. tumbuhan ini ditanam di sekitar rumah. Tumbuhan ini dimanfaatkan daunnya oleh masyarakat. Masyarakat menyebut tumbuhan ini dengan nama cemara (Yulianti, 2013). Cupreseaceae dengan genus Thuja atau lebih akrab dikenal dengan Whitecedar adalah salah satu keluarga cemara kipas. Eropalah yang pertama kali memperkenalkan tanaman ini sebagai tanama hias. Pohon ini subur hidup di hutan karena hutan memilki atmosfer yang kondusif dan kaya akan kelembabannya. Beberapa lokasi di Indonesia menyebut tanaman cemara kipas ini dengan ceker ayam (Yulianti, 2013). Menurut Yulianti (2013), klasifikasi dari pohon cemara kipas adalah sebagai berikut: Regnum : Plantae Divisi : Coniferophyta Kelas : Pinopsida Bangsa : Pinales Suku : Cupressaceae Marga : Thuja Jenis : Thuja orientalis L. Gambar 10. Daun Cemara Kipas (Ria, 2012)
  • 23. Daunnya mengerucut ke samping, bersisik, dan membentuk kipas. Tekstur daunnya yang lembut. Daunnya mengandung saponin, selain itu daunnya juga mengandung polifenol. Cemara kipas memiliki daun yang kecil, sedikit kaku dan bentuk crwon yang merimbun. Daun tanaman cemara kipas termasuk mempunyai daun majemuk, pipih dan berwarna hijau tua (Yulianti, 2013). F. Daun Bawang (Allium fistulosum L) Daun bawang sebenarnya istilah umum yang terdiri dari spesies yang berbeda. Jenis yang paling umum dijumpai adalah bawang daun (Allium fistulosum). Jenis lainnya adalah A. ascalonicum, yang masih sejenis dengan bawang merah. Kadang-kadang bawang prei juga disebut sebagai daun bawang (Warintek, 2014). Gambar 11. Daun Bawang (Firli, 2014) Bawang prei termasuk tanaman setahun atau semusim yang berbentuk rumput. Sistem perakarannya termasuk akar serabut yang terpencar ke semua arah pada kedalaman antara 15-30 cm. Daun dan akar Allium fistulosum mengandung saponin dan tanin, di samping itu daunnya mengandung minyak atsiri. Selain itu daun bawang merupakan tumbuhan herba, semusim dengan tinggi 60-70 cm (Warintek, 2014). Daun tanaman bawang daun berbentuk bulat, memanjang, berlubang menyerupai pipa dan bagian ujungnya meruncing. Bawang prei (Allium ampeloprasum L.) memiliki daun berbentuk pipih memanjang, tidak membentuk rongga (seperti pipa), dan bagian ujungnya meruncing. Ukuran panjang daun sangat bervariasa, antara 18-40 cm, tergantung pada varietasnya. Daun berwarna hijau muda sampai hijau tua dan permukaan daun halus. Daun
  • 24. tanaman bawang daun merupakan bagian tanaman yang dikonsumsi (dimakan) sebagai bumbu atau penyedap sayuran. Daun juga berfungsi sebagai tempat berlangsungnya proses fotosintesis tersebut digunakan untuk pertumbuhan tanaman (Cahyono, 2005). Menurut Cahyono (2005), klasifikasi dari daun bawang adalah sebagai berikut: Regnum : Plantae (Tumbuhan) Subdivisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil) Ordo : Liliflorae Famili : Liliaceae Genus : Allium Spesies : Allium fistulosum L. Bentuk daun dari bawang prei yaitu panjang pipih tidak berlubang. Warna daun umumnya hijau muda sampai hijau tua. Panjang daun sangat bervariasi antara 18-30 cm atau lebih, tergantung dari varietas dan kesuburan pertumbuhannya. Bawang prei membentuk daun yang pipih helainya berbentuk talang, pelepahnya cukup panjang, tidak membentuk umbi, hanya batang semunya di bagian bawah agak membengkak (Warintek, 2014). Menurut Warintek (2014), daun bawang mempunyai daun yang berbentuk garis, dengan permukaan daun yang licin suram. Ujung daun runcing (acutus) dengan pangkal daun yang rata. Tepi daun rata ditambah daging daun yang tipis lunak serta tulang daun yang sejajar. G. Daun Kelapa (Cocos nucifera) Tanaman kelapa diperkirakan berasal dari Amerika Selatan. Tanaman kelapa merupakan tanaman asli daerah tropis dan dapat dijumpai di seluruh wilayah Indonesia. Kelapa dapat tumbuh dan berkembang dengan baik bila ditanam di tempat yang sesuai dengan syarat tumbuh tanaman kelapa (Harahap, 2012). Menurut Harahap (2012), klasifikasi dari pohon kelapa adalah sebagai berikut:
  • 25. Divisi : Spermatophyta Sub Divisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledoneae Bangsa : Palmales Suku : Palmae Genus : Cocos Spesies : Cocos nucifera . Daun kelapa berbentuk memanjang dan bertulang sejajar dan tumbuh lebih cepat pada musim hujan. Keluarga Palmae (palem) umumnya tidak bercabang dan mempunyai daun yang berbentuk cincin. Pertumbuhan dan pembentukan mahkota daun, dimulai sejak biji berkecambah dan pada tingkat pertama dibentuk 4–6 helai daun. Daun tersusun saling membalut satu sama lain, merupakan selubung dan mudahkan susunan lembaga serta akar menembus sabut pada waktu tumbuh (Harahap, 2012). Gambar 12. Daun Kelapa (Harahap, 2012) Tanaman kelapa memiliki daun (frond) yang menyerupai bulu burung atau ayam. Di bagian pangkal pelepah daun terbentuk dua baris duri yang sangat tajam dan keras di kedua sisisnya. Anak-anak daun (foliage leaflet) tersusun berbaris dua sampai ke ujung daun. Di tengah-tengah setiap anak daun terbentuk lidi sebagai tulang daun. Daun kelapa membentuk susunan majemuk, bersirip genap, dan bertulang sejajar. Daun sebagai tempat fotosintesis dan sebagai alat respirasi (Harahap, 2012). Daun muda yang masih kuncup berwarna kuning pucat. Duduk pelepah daun pada batang tersusun dalam satu susunan yang melingkari batang dan membentuk spiral. Daun terdiri dari:
  • 26. 1. Kumpulan anak daun (leaf lets) yang mempunyai helaian (lamina) dan tulang anak daun (midrib). 2. Rachis yang merupakan tempat anak daun melekat. 3. Tangkai daun (petiole) yang merupakan bagian antara daun dan batang. 4. Seludang daun (sheath) yang berfungsi sebagai perlindungan dari kuncup dan memberi kekuatan pada batang (Harahap, 2012). H. Talas Pelangi (Colocasia sp) Talas merupakan tanaman pangan berupa herba menahun. Talas termasuk dalam suku talas-talasan (Araceae), berperawakan tegak, tingginya 1 cm atau lebih dan merupakan tanaman semusim atau sepanjang tahun. Tanaman talas mengandung asam perusi (asam biru atau HCN). Sistem perakaran serabut, liar dan pendek. Umbi mempunyai jenis bermacam-macam (Warintek, 2014). Talas mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi. Umbi, pelepah daunnya banyak dimanfaatkan sebagai bahan makanan, obat maupun pembungkus. Daun, sisa umbi dan kulit umbi dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan ikan secara langsung maupun setelah difermentasi. Daunnya berbentuk perisai atau hati, lembaran daunnya 20-50 cm. panjangnya, dengan tangkai mencapai 1 meter panjangnya, warna pelepah bermacam-macam (Warintek, 2014). Menurut Warintek (2014), klasifikasi dari tanaman talas pelangi adalah sebagai berikut : Regnum : Plantae Divisio : Magnoliophyta Classis : Liliopsida Subclassis : Arecidae Ordo : Arales Familia : Areceae Genus : Colocasia Spesies : Colocasia sp.
  • 27. Gambar 13. Daun Talas Pelangi (Rynari, 2012) Tanaman keladi merupakan tanaman yang berdaun lengkap karena mempunyai bagian daun berupa pelepah daun (vagina), tangkai daun (petiolus), dan helaian daun (lamina). Pada daun keladi bangun daunnya seperti perisai dengan ujung daun yang meruncing (acuminatus) dan pangkal daun yang berlekuk (emarginatus). Daun keladi mempunyai tepi daun yang rata (integer), daging daun tipis lunak (herbaceus) dengan pertulangan daun yang menyirip (penninervis). Pada permukaan atas daun terasa licin (laevis) dan berwarna hijau tua, sedangkan pada bagian bawah daun berwarna hijau muda dan juga terasa licin (laevis) (Warintek, 2014). I. Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L) Kembang sepatu merupakan tumbuhan asli daerah tropis di dataran Asia. Tanaman ini kemudian menyebar di berbagai negara, mulai dari Timur Jauh sampai ke Eropa. Daunnya merupakan daun tunggal, berbentuk oval atau hati dengan tepi bergerigi, ujung daun meruncing, urat daun menjari dan menyirip, memiliki daun penumpu. Daun berwarna hijau, Kembang sepatu berbunga tunggal yang ke luar dari ketiak daun, panjang tangkai bunga 1– 4 cm, dan menjurai dengan lima mahkota yang tersusun berbentuk terompet atau lonceng. Helaian mahkota bunga tunggal atau ganda, warna bunga bervariasi, misalnya putih, kuning, merah muda, jingga dan kombinasi warna-warna tersebut. Panjang daun 5–10 cm dan lebar 3- 7,5 cm (Simplisia, 2012). Menurut Simplisia (2012), kalsifikasi dari kembang sepatu adalah sebagai berikut :
  • 28. Regnum : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Malvales Famili : Malvaceae Genus : Hibiscus Spesies : Hibiscus rossa-sinensis. Daun kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) termasuk daun tidak lengkap karena tidak terdapat satu bagian dari daun lengkap yaitu tidak memiliki upih daun atau pelepah daun (vagina). Bangun daun (Circum scription) pada daun kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) adalah daun bulat telur (ovatus). Ujung daun (apex folii) pada daun kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) adalah runcing (acutus). Tepi daun (margo folii) pada daun kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) adalah bergerigi (serratus) karena sinus dan angulus sama lancipnya (Simplisia, 2012). Gambar 14. Bagian Daun Kembang Sepatu (Hanifiyah, 2012) Pangkal daun (basis folii) pada daun kembang sepatu (Hibiscus rosa- sinensis) adalah tumpul (obtusus). Tulang daun (venation) pada daun kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) adalah menyirip (penninervis) karena daun ini mempunyai satu ibu tulang yang berjalan dari pangkal ke ujung dan merupakan terusan tangkai daun. Permukaan daun pada daun kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) adalah licin (laevis). Daging daun (intervenium) pada daun kembang sepatu adalah seperti kertas (papyraceus atau chartaceus) karena tipis tetapi cukup tegar. Warna daunnya adalah hijau tua (Simplisia, 2012).
  • 29. J. Tanaman Euphorbia (Euphorbia milii) Euphorbia berasal dari daerah Madagaskar dan kemudian menyebar ke seluruh dunia, termasuk ke Indonesia. Nama Euphorbia berasal dari nama Euphorbus, seorang dokter dari Mauritania, Afrika Utara, yang telah berjasa pada rajanya. Meskipun demikian, beberapa spesies diakui merupakan tanaman asli daerah lain. Misalnya Euphorbia characias subsp.Wulfenii dari Portugal, Euphorbia griffithii dari Himalaya, dan Euphorbia marganita dari Amerika Utara (Purwanto, 2006). Menurut Purwanto (2006), klasifikasi dari tanaman euphorbia adalah sebagai berikut : Divisi : Spermatophyta Sub Divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Archichlamydeae Famili : Euphorbiaceae Genus : Euphorbia Spesies : Euphorbia milii. Bentuk daun euphorbia bervariasi, meskipun tidak terlalu banyak, ada yang berbentuk bulat telur, memanjang dan jorong. Masing-masing daun mempunyai ketebalan berbeda-beda. Hampir semua daun tidak bertangkai tetapi duduk pada batang. Tepi daun tidak bergerigi. Ujung daun juga bervariasi, ada yang runcing, tumpul dan ujung terbelah. Susunan daun euphorbia berselang-seling atau saling berhadapan dan duduk pada ruas batang tanaman (Purwanto, 2006). Gambar 15. Daun Euphorbia (Tomi, 2010)
  • 30. Tulang daun menonojol, terutama tulang pada bagian tengah keras. Warna bervariasi mulai dari hijau muda hingga tua. Secara umum, daun euphorbia tunggal berbentuk pipih, bergelombang atau melengkung. Munculnya euphorbia impor semakin banyak dengan variasi tanaman yang beragam, termasuk ciri dari daunnya, beberapa variasi bentuk daun sebagai berikut : a. Bentuk daun ada empat macam, yaitu simetri yang ditandai dengan ujung daun lancip, oval dengan ujung daun lancip mengecil, lurus dengan ujung daun agak membulat dan bentuk hati dengan ujung daun terbelah menjadi dua bulatan. b. Pangkal daun ada tiga macam, yaitu pangkal melebar, lanset, dan lancip mengecil (Purwanto, 2006). K. Tomat (Solanum lycopersicum) Tanaman ini berbentuk perdu atau semak dengan tinggi bisa mencapai 2 meter dan berakar tunggang dengan akar samping yang menjalar ke tanah sama seperti tanaman dikotil lainnya. termasuk tanaman setahun (annual) yang berarti umurnya hanya untuk satu kali periode tanam. Tanaman ini akan mati setelah bereproduksi (Arya, 2012). Menurut Arya (2012), secara sistematika para ahli botani mengklasifikasikan tanaman tomat sebagai berikut: Kelas : Dicotyledonae Ordo : Tubiflorae Famili : Solanaceae Genus : Lycopersicum Spesies : Lycopersicum esculentum Mill. Gambar 16. Daun Tomat (Rita, 2012)
  • 31. Daunnya mudah dikenali karena mempunyai bentuk yang khas yaitu berbentuk oval, bergerigi, dan mempunyai celah yang menyirip. Daunnya merupakan daun majemuk ganjil dengan jumlah daun antara 5-7. Umumnya di antara pasangan daun yang besar terdapat 1-2 daun kecil. Daun majemuk tersusun spiral mengelilingi batangnya (Arya, 2012). Ukuran panjang daun sekitar (15–30 cm) dan lebar daun antara (10 x 25 cm) dengan panjang tangkai sekitar 3–6 cm. Tepi daun bergerigi dan membentuk celah-celah yang menyirip. Diantara daun-daun yang bersirip terdapat sirip kecil dan ada pula yang bersirip besar lagi (bipinnatus). Umumnya, daun tomat tumbuh di dekat ujung dahan atau cabang, memiliki warna hijau dan berbulu. Letak daun berseling, bentuknya bulat telur sampai memanjang, ujung runcing (acutus), pangkal membulat, helaian daun yang besar tepinya berlekuk, helaian yang lebih kecil tepinya bergerigi, panjang 10- 40 cm, warnanya hijau muda (Paputungan, 2014).
  • 32. BAB III METODE PRAKTIKUM A. Waktu dan Tempat Praktikum Praktikum ini dilaksanakan pada Senin 03 November 2014 pukul 10.30- 12.00 WIB di Laboratorium Biologi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Raden Fatah Palembang. B. Alat dan Bahan 1. Alat Praktikum a. Lup b. Mikroskop binokuler c. Pensil warna d. Mistar e. Buku gambar 2. Bahan Praktikum a. Daun bambu b. Daun jagung c. Daun cemara kipas d. Daun bawang e. Daun kelapa f. Talas pelangi g. Solanum lycopersicum h. Rosa sinensis C. Cara Kerja 1. Daun bambu, jagung, cemara kipas, daun bawang, daun kelapa, talas pelangi, Solanum lycopersicum, Rosa sinensis dan eforbia. Diamati dan dibandingkan bagian-bagian dari semua jenis daun tersebut. 2. Bagian vagina, petiolus dan lamina digambar dan ditunjukkan.
  • 33. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengamatan No Gambar Keterangan 1. Daun tomat (Solanum lycopersicum) 1. Tangkai daun (petiolus) 2. Helaian daun (lamina) 3. Ujung daun (apex folii) 4. Ibu tulang daun (costa) 5. Pangkal daun (basis folii) 6. Tepi daun (margo folii) 2. Daun kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L) 1. Tangkai daun (petiolus) 2. Helaian daun (lamina) 3. Ujung daun (apex folii) 4. Ibu tulang daun (costa) 5. Pangkal daun (basis folii) 6. Tepi daun (margo folii) 3. Daun jagung (Zea mays) 1. Pelepah daun (vagina) 2. Helaian daun (lamina) 3. Ujung daun (apex folii) 4. Pangkal daun (basis folii) 5. Ibu tulang daun (costa) 6. Tepi daun (margo folii)
  • 34. 4. Daun talas pelangi (Colocasia sp) 1. Pelepah daun (vagina) 2. Tangkai daun (petiolus) 3. Helaian daun (lamina) 4. Ibu tulang daun (costa) 5. Ujung daun (apex folii) 6. Pangkal daun (basis folii) 7. Tepi daun (margo folii) 8. Daging daun (intervenium) 9. Ibu tulang (costa) 10. Urat daun (vena) 5. Daun eforbia (Euphorbia milii) 1. Helaian daun (lamina) 2. Tepi daun (margo folii) 3. Pangkal daun (basis folii) 4. Ibu tulang daun (costa) 5. Ujung daun (apex folii) 6. Daun bambu (Bambusa sp) 1. Tangkai daun (petiolus) 2. Tepi daun (margo folii) 3. Pelepah daun (vagina) 4. Helaian daun (lamina) 5. Ujung daun (apex folii) 6. Pangkal daun (basis folii)
  • 35. 7. Daun cemara kipas (Thuja orientalis) 1. Tangkai daun (petiolus) 2. Helaian daun (lamina) 3. Ujung daun (apex folii) 8. Daun bawang (Allium fistulosum L) 1. Pelepah daun (vagina) 2. Helaian daun (lamina) 3. Tepi daun (margo folii) 4. Pangkal daun (basis folii) 5. Ujung daun (apex folii) 9. Daun kelapa (Cocos nucifera) 1. Pelepah daun (vagina) 2. Helaian daun (lamina) 3. Tangkai daun (petiolus) 4. Tepi daun (margo folii) 5. Tulang daun (nervatio) 6. Pangkal daun (basis folii) 7. Ujung daun (apex folii)
  • 36. B. Pembahasan Pada praktikum tentang bagian-bagian daun terdapat beberapa daun yang diamati yaitu daun tomat, daun kembang sepatu, daun jagung, daun talas pelangi, daun eforbia, daun bambu, daun cemara kipas, daun bawang dan daun yang terkahir adalah daun kelapa. Daun-daun tersebut diamati mulai dari kelengkapannya, bentuk daunnya (circumscriptio), ujung daun (apex folii), pangkal daun (basis folii), tepi daun (margo folii), daging daun (intervenium), warna yang dimiliki oleh daun, permukaan daun, bentuk struktur tulang daun dan pengamatan akan bentuk daun berdasarkan jumlah helaiannya yaitu daun majemuk ataupun daun tunggal. Pengamatan yang pertama kali dilakukan mengenai praktikum bagian- bagian daun adalah daun tomat (Solanum lycopersicum) yang merupakan daun tidak lengkap. Hal tersebut disebabkan karena daun tomat (Solanum lycopersicum) hanya memiliki tangkai daun (petiolus) dan helaian daun (lamina). Sehingga daun tomat termasuk daun yang bertangkai, dengan bentuk bangun daunnya adalah jorong (ovalis) dengan perbandingan panjang dan lebar daunnya 2:1. Pangkal daun pada daun tomat adalah membulat (rotundatus) sedangkan ujung daunnya runcing (acutus). Pada tepi daun tomat terdapat torehan (divisius), memiliki daging daun yang tipis lunak (herbaceus) dan daunnya yang berwarna hijau muda. Pada permukaan daun tomat terdapat bulu-bulu halus yang rapat (villosus), memiliki pertulangan daun menyirip (penninervis) dan merupakan golongan daun majemuk. Sebagaimana Arya (2012), bentuk daun tomat adalah jorong sampai memanjang, ujung runcing (acutus), pangkal membulat, helaian daun yang besar tepinya berlekuk, helaian yang lebih kecil tepinya bergerigi (bertoreh) panjang 10-40 cm. Daun tomat tumbuh di dekat ujung dahan atau cabang, memiliki warna hijau dan berbulu. Mempunyai celah yang menyirip, daunnya merupakan daun majemuk ganjil dengan jumlah daun antara 5-7. Pengamatan kedua yang dilakukan adalah pengamatan terhadap daun kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis). Pada identifikasi akan kelengkapan daun yang dimilikinya, daun Hibiscus rosa-sinensis merupakan daun yang tidak lengkap. Hal tersebut dikarenakan daun kembang sepatu hanya memiliki
  • 37. bagian helaian (lamina) dan bagian tangkai daun (petiolus) sehingga daun kembang sepatu merupakan daun yang bertangkai. Bangun daun pada kembang sepatu tersebut merupakan daun jorng (ovalis) dengan perbandingan 2:1. Ujung daunnya runcing (acutus), sedangkan pada bagian pangkal daunnya tumpul (obtusus). Adapun tepi daun yang dimiliki oleh daun kembang sepatu adalah bertoreh (divisus) dengan daging daun yang tipis lunak (herbaceus). Warna dari daun kembang sepatu berwarna hijau tua dengan permukaan daun yang cenderung licin (laevis), memiliki tulang daun yang menyirip (penninervis) dan termasuk daun tunggal. Sebagaimana menurut Simplisia (2012), daun kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) termasuk daun tidak lengkap karena tidak terdapat satu bagian dari daun lengkap yaitu tidak memiliki upih daun atau pelepah daun (vagina). Bangun daun (Circum scription) pada daun kembang sepatu (Hibiscus rosa- sinensis) adalah daun jorong (ovalis). Ujung daun (apex folii) pada daun kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) adalah runcing (acutus). Pangkal daun (basis folii) pada daun kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) adalah tumpul (obtusus). Tulang daun (venation) pada daun kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) adalah menyirip (penninervis) karena daun ini mempunyai satu ibu tulang yang berjalan dari pangkal ke ujung dan merupakan terusan tangkai daun. Permukaan daun pada daun kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) adalah licin (laevis), dengan warnanya yang hijau tua. Pengamatan daun yang ketiga adalah daun jagung (Zea mays) yang merupakan daun tidak lengkap karena hanya memiliki pelepah (vagina) dan helaian daun (lamina). Sehingga daun jagung termasuk ke dalam daun yang berupih. Pada bangun daun (lebar di tengah helaian) memiliki perbandingan 5:1 antara panjang daun dan lebar daun. Bangun daun (pangkal-ujung) berbentuk pita (ligulatus). Memiliki ujung daun yang runcing (acutus), pangkal daunnya runcing (acutus) dengan tepi daun yang rata (integer). Daun jagung (Zea mays) berwarna hijau tua dengan permukaan daun yang cenderung berbulu halus dan rapat (villosus), daging daun (intervenium) tipis seperti kertas (chartaceus) karena tipis tetapi cukup tegar, merupakan daun
  • 38. yang termasuk ke dalam golongan daun tunggal serta mempunyai tulang daun yang sejajar (rectinervis). Sebagaimana Sihaloho (2011), daun jagung adalah daun yang hanya terdiri atas upih dan helaian sehingga disebut daun berupih. Tepi daun (margo) rata (integer) karena apabila diraba pada pinggirnya rata, tidak bergerigi, ujung daun (apex) runcing (acutus) karena ujung daun memperlihatkan kedua tepi daun di kanan kiri ibu tulang sedikit demi sedikit menuju keatas. Pangkal (basis) runcing karena daunnya memanjang, permukaan daun berbulu halus dan rapat karena pada saat diraba terasa seperti laken atau beludru, pertulangan daun (nervatio) sejajar (rectinervis), pertulangan ini umumnya dapat di lihat pada bangun daun pita. Pengamatan daun yang keempat adalah daun talas pelangi (Colocasia sp) merupakan daun lengkap, karena memiliki upih (vagina), tangkai daun (petiolus) dan helaian (lamina). Daun talas pelangi memiliki bentuk pangkal daun yang berlekuk (emarginatus) dengan bangun daun yang berbentuk perisai (peltatus). Ujung daun talas pelangi berbentuk meruncing (acuminatus) dengan tepi daun yang berombak (repandus) serta daging daun yang tipis lunak (herbaceus). Tulang daun pada daun talas pelangi berwarna merah, sedangkan daunnya berwarna hijau. Pada permukaan daunnya licin (laevis), talas pelangi merupakan daun tunggal karena memiliki satu tangkai, satu daun dan tulang daunnya yang menyirip (penninervis). Sebagaimana Warintek (2014), tanaman keladi merupakan tanaman yang berdaun lengkap karena mempunyai bagian daun berupa pelepah daun (vagina), tangkai daun (petiolus), dan helaian daun (lamina). Daun keladi merupakan daun yang memiliki bangun daun yang unik yaitu berbentuk seperti perisai, ujung daun dari daun keladi adalah meruncing. Tepi daunnya agak berombak dan daging daunnya tipis lunak (herbaceus. Pertulangan daunnya menyirip. Pada permukaan atas daun terasa licin (laevis) dan berwarna hijau tua, sedangkan pada bagian bawah daun berwarna hijau muda dan juga terasa licin (laevis). Pengamatan daun yang kelima adalah daun eforbia (Euphorbia milii) yang merupakan daun tidak lengkap karena hanya memiliki helaian daun (lamina).
  • 39. Sehingga daun eforbia merupakan daun duduk, karena helaian (lamina) langsung melekat atau duduk pada batang. Ujung daun pada daun eforbia adalah tumpul (obtusus) dengan bentuk daun yang memanjang (oblongus) dan pangkal daun yang melebar. Tepi daunnya rata (integer), memiliki daging daun yang berdaging (carnosus), warna daunnya hijau tua. Sedangkan permukaan daun eforbia adalah licin (laevis) serta termasuk ke dalam daun tunggal dengan pertulangannya yang menyirip (penninervis). Sebagaimana Purwanto (2006), bentuk daun euphorbia bervariasi, meskipun tidak terlalu banyak, ada yang berbentuk bulat telur, memanjang dan jorong. Hampir semua daun tidak bertangkai tetapi duduk pada batang. Tepi daun tidak bergerigi. Ujung daun juga bervariasi, ada yang runcing, tumpul dan ujung terbelah. Pangkal daun ada tiga macam, yaitu pangkal melebar, lanset, dan lancip mengecil. Warna bervariasi mulai dari hijau muda hingga tua. Secara umum, daun euphorbia tunggal berbentuk pipih. Pengamatan daun yang keenam adalah daun bambu (Bambusa sp) yang merupakan daun lengkap karena memiliki helaian daun (lamina), tangkai daun (petiolus) dan upih daun (vagina). Bangun daunnya berbentuk pita (liguiatus). Pangkal daunnya membulat (rotundatus) dengan ujung daun yang runcing (acutus). Tepi daun bambu rata (integer) dengan warna daun yang hijau tua serta daging daun yang perkamen. Daun bambu termasuk ke dalam daun tunggal dengan permukaan daun yang berbulu kasar (hispidus) serta pertulangan daun yang sejajar. Sebagaimana Tarigan (2011), pada tanaman bambu daunnya merupakan daun tunggal yang lengkap karena mempunyai bagian daun berupa pelepah daun (vagina), tangkai daun (petiolus), dan helaian daun (lamina). Ujung daunnya runcing (acutus), pangkal daunnya membulat, memiliki tepi daun yang rata, daging daun seperti perkamen, pertulangan daun sejajar, permukaan atas dan bawah daun kasap, warna daun bagian atas hijau tua sedangkan warna bagian bawah daun hijau muda. Pengamatan daun yang ketujuh adalah daun cemara kipas (Thuja orientalis) yang merupakan daun tidak lengkap. Karena hanya terdiri atas helaian (lamina) dan tangkai daun (petiolus) yang merupakan daun bertangkai.
  • 40. Merupakan bangun daun dari jenis lanset (lanceolatus) dengan perbandingan 120:5. Ujung daun pada daun cemara kipas adalah runcing (acutus) dengan tepi yang bertoreh (divisus) serta pangkal daun yang tumpul (obtusus). Adapun warna daun cemara kipas ini adalah hijau tua dengan daging daun yang bertulang serta bersisik. Daun cemara kipas merupakan daun majemuk dengan pertulangan yang menjari (palminervis). Sebagaimana Yulianti (2013), daun tanaman cemara kipas termasuk mempunyai daun majemuk, pipih dan berwarna hijau tua. Daunnya mengerucut ke samping, bersisik, dan membentuk kipas. Mempunyai tangkai daun (petiolus) dan helaian daun (lamina). Cemara kipas memiliki daun yang kecil, sedikit kaku dan bentuk crwon yang merimbun. Pengamatan daun yang kedelapan pada praktikum tentang bagian-bagian tumbuhan adalah daun bawang (Allium fistulosum l.) yang merupakan daun tidak lengkap. Hal tersebut dikarenakan daun bawang hanya terdiri dari bagian helaian (lamina) dan upih daun (vagina) sedangkan batang yang ia miliki adalah batang yang semu, dan termasuk ke dalam golongan daun yang berupih. Bangun daunnya merupakan daun lanset (lanceolatus) dengan ujung daun yang runcing (acutus) dan pangkal daun yang rata (truncatus). Tepi daun pada daun bawang rata (interger) memiliki daging yang tipis lunak (herbaceus). Adapun warna dari daun bawang adalah putih pada bagian upih (vagina) dan hijau pada bagian helaian (lamina). Permukaan daun licin (laevis) karena mengandung zat lilin yang menutupinya dan pertulangan daun yang sejajar (rectinervis) serta termasuk golongan daun yang tunggal. Sebagaimana Warintek (2014), daun bawang mempunyai daun yang berbentuk garis, dengan permukaan daun yang licin suram. Ujung daun runcing (acutus) dengan pangkal daun yang rata. Tepi daun rata ditambah daging daun yang tipis lunak serta tulang daun yang sejajar. Daun tanaman bawang daun berbentuk bulat, memanjang. Daun yang terakhir diamati pada praktikum tentang bagian-bagian daun adalah daun kelapa (Cocos nucifera) merupakan daun yang lengkap karena memiliki tangkai daun (petiolus), helaian daun (lamina) serta upih daun (vagina). Bangun daun pada daun kelapa adalah lanset (lanceolatus) dengan
  • 41. perbanding panjang dan lebarnya adalah 5:1. Pada bagian pangkal daunnya tumpul (obtusus) dengan ujung daun yang runcing (acutus). Mempunyai daging daun yang perkamen (perkamenteus) dengan warna daun yang hijau tua, permukaan daun yang licin (laevis) serta pertulangan yang sejajar. Daun kelapa termasuk ke dalam daun yang majemuk. Sebagaimana Harahap (2012), daun kelapa berbentuk memanjang dan bertulang sejajar. Memiliki pelepah (vagina) dengan tepi daun yang rata ujung daun yang runcing serta berwarna hijau. Serabut dibawah bagian daun dan daging daun yang perkamen.
  • 42. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Adapun kesimpulan dari praktikum tentang bagian-bagian daun (folium) adalah sebagai berikut: 1. Tidak setiap daun memiliki kelengkapan daun yang berhubungan dengan tangkai daun (petiolus), helaian daun (lamina) dan upih daun (vagina). 2. Berdasarkan bangun daun (circumscriptio), ujung daun (apex folii), pangkal daun (basis folii), tepi daun (margo folii), daging daun (intervenium), warna daun, permukaan daun, serta berdasarkan jumlah helaiannya (daun majemuk ataupun daun tunggal) setiap daun memiliki perbedaannya masing-masing antara tumbuhan yang satu dengan tumbuhan yang lainnya, bahkan tumbuhan yang satu jenispun terkadang menunjukkan perbedaan terhadap hal-hal tersebut.
  • 43. DAFTAR PUSTAKA Arya. 2012. Budidaya Tanaman Tomat Secara Komersil. Bandung: Niaga Swadaya. Cahyono, Bambang. 2005. Seri Budi Daya Bawang Daun. Yogyakarta: Kanisius. Harahap. 2012. Tanaman Kelapa. Website: http://.repository.usu.ac.id/bistream/1 23456789/2144/4/Chapter%20II.pdf. Diakses Sabtu, 01 November 2014 pukul 08.20 WIB. Hidayat, Estiti B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung: ITB. Purwanto, Arie W. 2006. Euphorbia Tampil Prima dan Semarak Bunga. Yogyakarta: Kanisius. Rianawaty, Ida. 2011. Struktur Fungsi Organ Tumbuhan. Website: http://idariana waty.files.wordpress.com/211/struktur-fungsi-organ-tumbuhan-pdf. Diakses Sabtu, 01 November 2014 pukul 08.35 WIB. Rizal. 2008. Morfologi Tumbuhan. Website: https://onrizal.files.wordpress.com/ 2008/10/kul-1-5.pdf. Diakses Sabtu, 01 November 2014 pukul 09.00 WIB. Rosanti, Dewi. 2013. Morfologi Tumbuhan. Jakarta: Erlangga. Sativa, Ardinan. 2013. Laporan Botani Morfologi dan Modifikasi Daun. Website: http://blog.ub.ac.id/ardinansativa/files/2013/01/LAPORAN-BOTANI_MOR FOLOGI-DAN-MODIFIKASI-DAUN.pdf. Diakses Sabtu, 01 November 2014 pukul 08.45 WIB. Sihaloho. 2011. Tanaman Jagung. Website: http://repository.usu.ac.id/bitstream/ 123456789/30279/4/Chapter%20II. Diakses Sabtu, 01 November 2014 pukul 07.00 WIB. Simplisia. 2012. Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L). Website: http://agr. 312_handout_simplisia_bunga.pdf. Diakses Sabtu, 01 November 2014 pukul 08.02 WIB. Tarigan. 2011. Morfologi Tanaman Bambu. Website: http://repository.usu.ac.id/b itstream/123456789/250/4/Chapter%20II.pdf. Diakses Sabtu, 01 November 2014 pukul 09.15 WIB. Tjitrosoepomo, Gembong. 2001. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Tjitrosomo, Siti S. 1983. Botani umum. Bandung: Angkasa.
  • 44. Warintek. 2014. Talas. Website: http://warintek.ristek/pangan_kesehatan/223344 tanaman_obat/depkes/2-014.pdf. Diakses Sabtu, 01 November 2014 pukul 07.30 WIB. Yulianti. 2013 Cemara Kipas. Website: http://lib.uin-malang.ac.id/files/thesis/ chapter_iv/07620056.pdf. Diakses Sabtu, 01 November 2014 pukul 09.18 WIB.
  • 45. Gambar Praktikum Bagian-bagian Daun (Folium) Gambar 1. Daun Tomat (Solanum lycopersicum) (Doc. Badriah, 2014) Gambar 2. Daun Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L) (Doc. Badriah, 2014) Gambar 3. Daun Jagung (Zea mays) (Doc. Badriah, 2014)
  • 46. Gambar 4. Daun Talas Pelangi (Colocasia sp) (Doc. Badriah, 2014) Gambar 5. Daun Eforbia (Euphorbia milii) (Doc. Badriah, 2014) Gambar 6. Daun Bambu (Bambusa sp) (Doc. Badriah, 2014)
  • 47. Gambar 7. Daun Cemara Kipas (Thuja orientalis L) (Doc. Badriah, 2014) Gambar 8. Daun Bawang (Alium fistulosum L) (Doc. Badriah, 2014) Gambar 9. Daun Kelapa (Cocus nucifera) (Doc. Badriah, 2014)