Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian dan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial anak serta dampak perkembangan sosial terhadap tingkah laku anak, termasuk bentuk-bentuk tingkah laku sosial, karakteristik perkembangan sosial remaja, dan penggunaan ganjaran dan hukuman yang tepat.
1. Sosialisasi adalah proses belajar individu untuk menyesuaikan diri dengan norma dan nilai sosial kelompoknya agar dapat berfungsi sebagai anggota masyarakat.
2. Faktor-faktor yang membentuk kepribadian antara lain warisan biologis, lingkungan alam, sosial, dan kelompok manusia.
3. Kepribadian merupakan hasil dari proses sosialisasi seseorang dalam lingkungannya.
1. Sosialisasi adalah proses belajar individu untuk menyesuaikan diri dengan norma dan nilai sosial kelompoknya agar dapat berfungsi sebagai anggota masyarakat.
2. Faktor-faktor yang membentuk kepribadian antara lain warisan biologis, lingkungan alam, sosial, dan kelompok manusia.
3. Hubungan antara sosialisasi dan kepribadian adalah kepribadian merupakan hasil dari proses sosial
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian dan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial anak serta dampak perkembangan sosial terhadap tingkah laku anak, termasuk bentuk-bentuk tingkah laku sosial, karakteristik perkembangan sosial remaja, dan penggunaan ganjaran dan hukuman yang tepat.
1. Sosialisasi adalah proses belajar individu untuk menyesuaikan diri dengan norma dan nilai sosial kelompoknya agar dapat berfungsi sebagai anggota masyarakat.
2. Faktor-faktor yang membentuk kepribadian antara lain warisan biologis, lingkungan alam, sosial, dan kelompok manusia.
3. Kepribadian merupakan hasil dari proses sosialisasi seseorang dalam lingkungannya.
1. Sosialisasi adalah proses belajar individu untuk menyesuaikan diri dengan norma dan nilai sosial kelompoknya agar dapat berfungsi sebagai anggota masyarakat.
2. Faktor-faktor yang membentuk kepribadian antara lain warisan biologis, lingkungan alam, sosial, dan kelompok manusia.
3. Hubungan antara sosialisasi dan kepribadian adalah kepribadian merupakan hasil dari proses sosial
Dokumen tersebut membahas tentang sosialisasi dan pembentukan kepribadian melalui proses sosialisasi. Proses sosialisasi dilakukan oleh berbagai agen sosialisasi seperti keluarga, teman sebaya, lembaga pendidikan, dan media massa. Agen-agen tersebut memberikan pengaruh dalam membentuk norma dan nilai seseorang sejak usia dini hingga dewasa.
Teks tersebut membahas tentang pergaulan yang efektif pada masa remaja. Ada tiga faktor yang mempengaruhi perkembangan kemampuan sosial remaja yaitu lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Teks ini juga memberikan prinsip dan tips untuk memilih teman pergaulan yang baik agar tidak terjerumus dalam pergaulan negatif.
Aspek-Aspek Perkembangan Sosial dan Emosi Masa Kanak-Kanak Awal (Psikologi Pe...atone_lotus
Dokumen tersebut membahas tentang perkembangan sosial dan emosi pada masa kanak-kanak awal. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan tersebut antara lain lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan pengalaman sosial awal. Emosi yang umum pada masa kanak-kanak awal dijelaskan beserta perbedaannya dengan emosi orang dewasa.
Dokumen tersebut membahas tentang perkembangan sosial anak usia SD yang meliputi pengertian perkembangan sosial, karakteristik perkembangan sosial anak SD, faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta pengaruh perkembangan sosial terhadap tingkah laku anak. Perkembangan sosial anak SD diawali dengan kemampuan berinteraksi sosial sejak usia 6 bulan yang semakin kompleks seiring bertambahnya usia.
Teman sebaya memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan remaja. Hubungan yang positif dengan teman sebaya dapat meningkatkan aspek fisik, intelektual, emosi, sosial, dan moral remaja, namun kontrol orang tua dan lingkungan yang tepat diperlukan untuk mencegah pengaruh negatif seperti kriminalitas dan seks bebas.
Sosialisasi merupakan proses pembentukan kepribadian melalui penanaman nilai dan norma sosial dari berbagai agen seperti keluarga, sekolah, kelompok sebaya, dan media massa. Proses ini membantu individu belajar peran sosial dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Dokumen tersebut membahas proses sosialisasi dan peranannya dalam pembentukan moral individu. Proses sosialisasi primer melalui keluarga dan sosialisasi sekunder melalui teman sebaya mempengaruhi pembentukan kepribadian seseorang. Ibu bapa memainkan peranan penting dalam menanamkan nilai-nilai moral kepada anak melalui teladan dan komunikasi yang baik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan moral anak antara lain lingkungan, terutama orang tua. Peran orang tua sangat penting karena anak belajar nilai moral dari orang tua. Sikap konsisten orang tua dalam mendidik serta pengamalan agama berpengaruh terhadap perkembangan moral anak.
Dokumen tersebut membahas tentang proses sosialisasi dan agen-agen sosialisasi yang berperan dalam pembentukan moral seseorang, khususnya anak-anak. Keluarga, teman sebaya, guru, sekolah, dan masyarakat semuanya berperan dalam menanamkan nilai-nilai moral melalui interaksi dan pengaruh lingkungan.
Dokumen tersebut membahas tentang perilaku menyimpang pada remaja, termasuk pengertian, bentuk, dan faktor-faktor penyebabnya serta upaya yang dapat dilakukan oleh orang tua dan guru untuk menanggulanginya. Beberapa bentuk perilaku menyimpang yang sering terjadi pada remaja adalah bolos sekolah, berbohong, berkelahi, merusak properti, dan mencuri. Faktor penyebabnya meliputi individu, ling
Dokumen tersebut membahas tentang sosialisasi dan pembentukan kepribadian melalui proses sosialisasi. Proses sosialisasi dilakukan oleh berbagai agen sosialisasi seperti keluarga, teman sebaya, lembaga pendidikan, dan media massa. Agen-agen tersebut memberikan pengaruh dalam membentuk norma dan nilai seseorang sejak usia dini hingga dewasa.
Teks tersebut membahas tentang pergaulan yang efektif pada masa remaja. Ada tiga faktor yang mempengaruhi perkembangan kemampuan sosial remaja yaitu lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Teks ini juga memberikan prinsip dan tips untuk memilih teman pergaulan yang baik agar tidak terjerumus dalam pergaulan negatif.
Aspek-Aspek Perkembangan Sosial dan Emosi Masa Kanak-Kanak Awal (Psikologi Pe...atone_lotus
Dokumen tersebut membahas tentang perkembangan sosial dan emosi pada masa kanak-kanak awal. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan tersebut antara lain lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan pengalaman sosial awal. Emosi yang umum pada masa kanak-kanak awal dijelaskan beserta perbedaannya dengan emosi orang dewasa.
Dokumen tersebut membahas tentang perkembangan sosial anak usia SD yang meliputi pengertian perkembangan sosial, karakteristik perkembangan sosial anak SD, faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta pengaruh perkembangan sosial terhadap tingkah laku anak. Perkembangan sosial anak SD diawali dengan kemampuan berinteraksi sosial sejak usia 6 bulan yang semakin kompleks seiring bertambahnya usia.
Teman sebaya memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan remaja. Hubungan yang positif dengan teman sebaya dapat meningkatkan aspek fisik, intelektual, emosi, sosial, dan moral remaja, namun kontrol orang tua dan lingkungan yang tepat diperlukan untuk mencegah pengaruh negatif seperti kriminalitas dan seks bebas.
Sosialisasi merupakan proses pembentukan kepribadian melalui penanaman nilai dan norma sosial dari berbagai agen seperti keluarga, sekolah, kelompok sebaya, dan media massa. Proses ini membantu individu belajar peran sosial dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Dokumen tersebut membahas proses sosialisasi dan peranannya dalam pembentukan moral individu. Proses sosialisasi primer melalui keluarga dan sosialisasi sekunder melalui teman sebaya mempengaruhi pembentukan kepribadian seseorang. Ibu bapa memainkan peranan penting dalam menanamkan nilai-nilai moral kepada anak melalui teladan dan komunikasi yang baik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan moral anak antara lain lingkungan, terutama orang tua. Peran orang tua sangat penting karena anak belajar nilai moral dari orang tua. Sikap konsisten orang tua dalam mendidik serta pengamalan agama berpengaruh terhadap perkembangan moral anak.
Dokumen tersebut membahas tentang proses sosialisasi dan agen-agen sosialisasi yang berperan dalam pembentukan moral seseorang, khususnya anak-anak. Keluarga, teman sebaya, guru, sekolah, dan masyarakat semuanya berperan dalam menanamkan nilai-nilai moral melalui interaksi dan pengaruh lingkungan.
Dokumen tersebut membahas tentang perilaku menyimpang pada remaja, termasuk pengertian, bentuk, dan faktor-faktor penyebabnya serta upaya yang dapat dilakukan oleh orang tua dan guru untuk menanggulanginya. Beberapa bentuk perilaku menyimpang yang sering terjadi pada remaja adalah bolos sekolah, berbohong, berkelahi, merusak properti, dan mencuri. Faktor penyebabnya meliputi individu, ling
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Fathan Emran
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka.
Universitas Negeri Jakarta banyak melahirkan tokoh pendidikan yang memiliki pengaruh didunia pendidikan. Beberapa diantaranya ada didalam file presentasi
Laporan Pembina Pramuka SD dalam format doc dapat anda jadikan sebagai rujukan dalam membuat laporan. silakan download di sini https://unduhperangkatku.com/contoh-laporan-kegiatan-pramuka-format-word/
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...nasrudienaulia
Dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Talcott Parsons, konsep struktur sosial sangat erat hubungannya dengan kulturalisasi. Struktur sosial merujuk pada pola-pola hubungan sosial yang terorganisir dalam masyarakat, termasuk hierarki, peran, dan institusi yang mengatur interaksi antara individu. Hubungan antara konsep struktur sosial dan kulturalisasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pola Interaksi Sosial: Struktur sosial menentukan pola interaksi sosial antara individu dalam masyarakat. Pola-pola ini dipengaruhi oleh norma-norma budaya yang diinternalisasi oleh anggota masyarakat melalui proses sosialisasi. Dengan demikian, struktur sosial dan kulturalisasi saling memengaruhi dalam membentuk cara individu berinteraksi dan berperilaku.
2. Distribusi Kekuasaan dan Otoritas: Struktur sosial menentukan distribusi kekuasaan dan otoritas dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya yang dianut oleh masyarakat juga memengaruhi bagaimana kekuasaan dan otoritas didistribusikan dalam struktur sosial. Kulturalisasi memainkan peran dalam melegitimasi sistem kekuasaan yang ada melalui nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.
3. Fungsi Sosial: Struktur sosial dan kulturalisasi saling terkait dalam menjalankan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya dan norma-norma yang terinternalisasi membentuk dasar bagi pelaksanaan fungsi-fungsi sosial yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan dan stabilitas dalam masyarakat.
Dengan demikian, konsep struktur sosial dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Parsons tidak dapat dipisahkan dari kulturalisasi karena keduanya saling berinteraksi dan saling memengaruhi dalam membentuk pola-pola hubungan sosial, distribusi kekuasaan, dan pelaksanaan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat.
1. MODUL 3
PERKEMBANGAN MORAL DAN SOSIAL
PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR
Pembuat:
Tarmono Adi Putra (857628111)
Dimas Ngudiono S (857626609)
2. A. Pengertian Moral
Moral berasal dari bahasa latin: mores berarti tata krama
atau kebiasaan. perilaaku moral di kendalikan oleh konsep
moral, yakni aturan aturan dalam bertingkah laku, di mana
anggota anggota masyarakat berperilaku sesuai dengan pola
perilaku yang di harapkam masyarakatnya.
Sedangkan immoral adalah perilaku yang gagal
menyesuaikan pada harapan sosial. perilaku tersebut tidak di
terima oleh norma norma sosial. perilaku unmoral adalah
perilaku yang tidak menghiraukan harapam dari kelompok
sosialnya, perilaku ini cenderung terlihat pada anak anak.
KB 1. PERKEMBANGAN MORAL PADA
ANAK USIA SD
3. B. Cara Mempelajari Moral
Konsep moral pada usia sekolah dasar tidak lagi sesempit, seperti pada awal
masa kanak-kanak. Pada awal masa kanak-kanak, anak berperilaku moral dalam
berbagai situasi yang khusus saja. anak belajar bagaimana bertindak tanpa
mengetahui mengapa mereka melakukan tindakan tertentu.
Menurut Piaget (dalam Taufiq; 3.6), antara usia 5 tahun dan 12 tahun,
konsep anak mengenai keadilan sudah tumbuh. Pengertian yang kaku tentang
benar dan salah yang dipelajari dari orang tua menjadi berubah dan anak mulai
memperhitungkan keadaan khusus di sekitar pelanggaran moral. Sedangkan
Kohlberg menamakan tingkat kedua dari perkembangan moral pada usia sekolah
sebagai tingkat moralitas konvensional. Dalam tingkat ini yang disebut juga
sebagai moralitas anak baik, anak mengikuti peraturan untuk mengambil hati
orang lain dan untuk mempertahankan hubungan-hubungan yang baik.
Hurlock (1978) (dalam Taufiq ; 3.6) mengemukakan bahwa dalam
perkembangan moral ada 4 elemen yang harus diketahui, yaitu : (1). Peran Hukum.
Kebiasaan/Tata Krama dan Aturan dalam Perkembangan Moral. (2). Peran Kata nan
datam rerkembangan Moral. (3). peran rasa bersalah dan malu dalam
perkembangan moral. (4). peran interaksi sosial dalam dalam perkembangan
moral.
4. C. Pengertian Disiplin
Konsep umum dari disiplin. disamakan dengan hukuman. Konsep ini
menyatakan bahwa disiplin digunakan jika anak melanggar aturan-aturan
yang ditetapkan oleh orang tua, guru ataupun orang dewasa lainnya.
Disiplin merupakan cara masyarakat mengajarkan anak berperilaku moral
yang diterima oleh masyarakatnya. Tujuan dari disiplin adalah
membentuk perilaku yang sesuai dengan kelompok sosialnya. Walaupun
demikian, ada orang tua yang takut bahwa dengan menerapkan disiplin
akan menimbulkan masalah dalam hubungan dengan anak-anaknya.
5. D. Pentingnya Disiplin Bagi Anak
Beberapa kebutuhan anak yang dapat dipenuhi melalui disiplin anak
adalah sebagai berikut :
1. Disiplin membuat anak- anak mempunyai perasan aman
tentang apa yang boleh dan tidak boleh di lakukan.
2. Anak belajar mengapa pola perilaku tentu di terima dan
mengapa pola perilaku lain tidak diterima.
3. Melalu disiplin anak-anak dibantu untuk hidup sesuai dengan
norma- norma sosial.
4. Anak – anak pun akan mengembangkan kata hati untuk
membuat keputusan dan pengendalian dan perilakunya.
Menurut ( Hurlock,1980) (dalam Taufiq: 3.8) Hal- Hal yang penting
dari disiplin untuk anak usia SD adalah : (1). Alat untuk membentuk moral.
(2). Penghargaan. (3). Hukuman. (4). Konsistensi.
6. E.Pemberian Hukuman dan Penghargaan.
Menanamkan aturan –aturan dan disiplin melalui hukuman dan
penghargaan tampaknya tidak dapat di abaikan.Dengan
hukuman,anakbelajar mengapa dia di hukum dan anak akan lebih
memahami mengapa perbuatan yang dilakukan itu salah.Adanya hukuman
membuat anak tidak akan mengulangi perilaku yang salah tersebut
sehingga anak belajar tentang baik buruknya perilaku.
Pemberian hukuman pun hendaknya segera,konsisten dan konstruktif
dengan alasan yang jelas.Adapun pemberian hukuman berfungsi untuk:
1. Membatasi anak agar tingka laku yang tidak di inginkan tidak di
ulangi
2. Mendidik
3. Memotivasi,untuk menghindari terjadi sosial yang tidak diinginkan
Bentuk hukuman dapat berbentuk hukuman fisik (misalnya pukulan) ,
mengisolasi anak selama beberapa waktu (misalnya tidak menonton acara
TV yang di sukai).pemberian hukuman fisik tampaknya sudah tidak terlalu
efektif,itulah sebabnya akan lebih baik dan efektif jika pemberian hukuman
disertai pula penjelasan mengapa tingka laku di larang (Stromen ,dkk,1983)
(dalam Taufiq: 3.9).
7. Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang tua yang sering
menghukum anaknya mengakibatkan anak belajar pola-pola tingka laku yang
tidak sehat,seperti suka menyerang yang tidak terkontrol,tidak bisa
berkomunikasi secara efektif,takut pada otoritas,menghindar dari intraksi
sosial,tidak mampu mengekspresi emosinya secara positif, merasa bersalah dan
self esteem (harga diri ) rendah.Selain itu juga perkembangan sosial dan
intelektualnya juga terhambat. Jika anak menjadi orang tua ,Kelak menjadi
orang tua yang sering menghukum anaknya (Gordon & Gordon dalam
Strommen ,1983) (dalam Taufiq: 3.10).
Fungsi pemberian penghargaan adalah:
1. Nilai mendidik karena pemberian penghargaan menunjukan bahwa
tingka laku anak adalah sesuai dengan apa yang diharapkan oleh
lingkungannya.
2. Memotivasi,agar tingka laku yang di terima di ulang kembali
3. Penguat,untuk tingka laku yang di terima secara sosial Bentuk
penghargaan berbentuk nonverbal, seperti senyuman, pelukan,
sedangkan bentuk Verbal seperti melalui ungkapan rasa puas atau
menghargaai usaha anak.
8. F. Arti Agama Bagi Anak Usia Sekolah
Perasaan keagamaan menggerakan hati seorang agar ia lebih banyak melakukan
perbuatan yang baik.Oleh karena itu,perlu memperkenalkan anak agama sejak dini pada
anak- anak.Misalnnya anak-anak di ajarkan memikirkan Tuhan sebagai seseorang akan
marah jika anak- anak berbuat kesalahan dan akan menghukumnya untuk dosa yang akan
di lakukannya juga di perkenalkan pada anak misalnya. Bersalam- salaman untuk saling
memanfaatkan setiap menjelang hari puasa. Memperkenalkan pada anak mengenai
berbagai hari besar,seperti idul fitri,Natal,Nyepi atau waisak,juga memperkenalkan pada
anak mengenai berbagai tempat ibadah.melalui pelajaran agama dan PPKN anak SD dapat
lebih memahami arti agama.
Mengajarkan konsep keagamaan di ajarkan dalam bahasa sehari-hari dan melalui
pengalaman sehari – hari.Misalnya agar dapat memahami tata cara makan tidak boleh
sambil berbicara,sebelum makan harus cuci tangan dan berdoa sebagai pengungkapan
rasa syukur pada Yang Maha Kuasa.Dengan mengenal konsep keagamaan,anak akan
menghindari perbuatan buruk dan meningkatkan perbuatan baik.
9. A. Makna Perkembangan Sosial Bagi Anak Usia Sekolah Dasar.
Perkembangan sosial mempunyai arti kemampuan untuk berperilaku sesuai dengan harapan – harapan
kelompok sosial.dalam hal ini ,terjadi 3 proses sosialisasi,yang saling berkaitan.Kegagalan pada salah satu proses akan
menyebabkan tingkat sosialisasi individu rendah.ketiga proses tersebut adalah sebagai berikut :
1. Belajar untuk bertingka laku sesuai dengan cara/norma yang berlaku.
2. Bermain sesuai peran sosial yang di harapkan.
3. Mengembangkan Sikap –sikap sosial
Faktor –faktor penting dari proses sosialisasi adalah sebagai berikut :
a. Kesempatan untuk sosialisasi merupakan hal yang penting karena anak tidak dapat belajar untuk hidup
secara sosial dengan orang lain jika anak meluangkan sebagai besar waktunya untuk kegiatannya
sendiri.Anak membutuhkan kesempatan lebih banyak untuk berinteraksi dengan teman sebayanya saja,
tetapi juga dengan orang dewasa lain dari berbagai usia dan latar belakang kebudayaan.
b. Anak perlu mengomunikasikan hal –hal yang tidak di pahami dan di minati oleh orang lain.Untuk
itu,perlu komunikasi yang menyenangkan.
c. Anak hanya akan belajar untuk bersosialisai jika termotivasi untuk melakukannya.Hal ini amat
tergantung dari seberapa besar kepuasan dari berbagai aktivitas sosial yang di ikutinya,apakah ia
senang dalam interaksinya dengan orang lain.
d. Bagaimana metode efektif yang digunakan untuk belajar bersosialisasi.Melalui trial & error anak belajar
pola – pola tingka laku yang sesuai dengan penyesuain sosial.
KB 2. PENYESUAIAN DIRI DAN PENERIMAAN SOSIAL
10. Dalam proses sosialisasi, akan menunjukkan perilaku sesuai aturan-aturan sosial yang ditentukan. Anak
pun mulai membutuhkan teman dekat,yaitu teman sebagai orang yang dapat membantu jika di butuhkan.
Umumnya teman dekat ini adalah kelompok sebayanya. Kelompok sebaya dapat sebagai model dalam
berperilaku, dimana anak cendrung meniru perilaku kelompoknya. Jika mempunyai teman berperilaku sesuai
tuntutan masyarakat, anak pun akan mengikutinya. Berbagai karakteristiik dari kelompok sebaya menunjukkan
bahwa kelompok sebaya memiliki keunikan tersendiri yang mungkin tidak di jumpai di kelompok lain. Hal ini
pula yang membuat anak sebagai anggota kelompok dapat mempelajari pola –pola perilaku anggota
kelompoknya. Meskipun kelompok sebaya merupakan hal yang diutamakan dalam Perkembangan seorang
anak, namun peran guru maupun orang tua tetap tetap tetap di perlukan dalam menanamkan norma yang
sesuai dengan tuntutan lingkungan agar apa yang di tuntut oleh kelompok seimbang dengan apa yang di
tuntut oleh lingkungan.
Anggota kelompok sebaya umumnya lebih terseleksi karena mereka melakukan sesuatu juga di sukai
oleh anggotanya,dan bukan karena mereka tinggal berdekatan sehingga dapat melakukan sesuatu secara
bersama – sama.kekhasan dari kelompok sebaya adalah bermain secara kelompok pada usia 6 sampai 7 tahun
,anak laki –laki dan perempuan umumnya menemukan kepuassaan untuk berada dalam kelompoknya sesuai
dengan jenis kelaminnya. Akibat keompok sebaya umunya lebih menggambarkan kelompok jenis kelamin
tertentu.
Hubungan yang baik dengan kelompok sebaya dapat mengurangi efek negatif dari hubungan yang tidak
baik di rumah. Di lain pihak hubungan dengan kelompok sebaya yang buruk dapat membuat anak tidak dapat
menyesuiakan diri di masa sekolah dan kehidupan selanjutnya. Akibatnya dimasa remajanya nanti, akan menjadi
bermasalah.
11. B. Pola-pola Tingkah Laku yang Dapat Dipelajari dari Anggota
Kelompok Sebaya.
1. Hal – hal yang diterima maupun tidak diterima secara
sosial.
2. Terlalu peka/Sensitif.
3. Mudah terpengaruh.
4. Kompetisi (persaingan).
5. Hubungan yang baik.
6. Tanggung jawab.
7. Kesadaran Sosial.
8. Diskriminasi sosial
Year of Birth
12. Number of Notebooks
A. Pengertian Gender.
Dua aspek yang perlu diketahui adalah Identitas gender dan peran gender. Identitas gender adalah suatu
perasaan menjadi laki-laki atau perempuan, dimana hal ini kebanyakan diperoleh anak begitu ia berusia 3 tahun.
Sedangkan peran gender berisi harapan-harapan yang menunjukan bagaimana laki-laki atau perempuan harus
berpikir, bertingkah laku, dan merasakan.
Di lain pihak stereotype gender diartikan sebagai keyakinan (beliefs) tentang karakteristik yang sesuai
menjadi perempuan dan laki-laki. Berk (2000) (dalam Taufiq: 3.25) mengatakan bahwa stereotype gender dan
peran gender dipengaruhi oleh lingkungan keluarga, orang tua, guru, mata pelajara n ataupun teman sebaya.
Berikut ini dijelaskan mengenai apa yang dikemukakan oleh Santrock (1992) (dalam Taufiq : 3.25), hal ini perlu
karena apa yang diungkapkan Santrock berdasarkan teori belajar sosial mengenai gender.
1). Pengaruh Orang Tua.
Orang tua berpengaruh dalam perkembangan gender, tampaknya sudah tidak diragukan lagi.
Ibu dan Ayah secara psikologis berperan dalam perkembangan gender anak. Ibu secara konsisten
bertanggungjawab terhadap pengasuhan, sementara Ayah lebih berperan pada interaksi bermain
dengan anak dan bertanggungjawab menanamkan agar anak laki-laki dan atau perempuan tunduk
pada norma-norma budaya.
KB 3. PERKEMBANGAN PERAN GENDER PADA ANAK USIA SD
13. Number of Notebooks
2). Pengaruh Kelompok Sebaya.
Kelompok sebaya cenderung mendukung anak untuk terlibat dalam aktivitas yang sesuai
dengan jenisnya. Kelompok cenderung mencela anak yang terlibat dalam permainan yang
tidak sesuai dengan jenis kelaminnya. Tuntutan semacam ini akan semakin menonjol
menjelang masa remaja.
3). Pengaruh Sekolah dan Guru.
Ketika memasuki usia sekolah, anak menyadari dan meyakini bahwa ada beberapa
stereotype, seperti pekerjaan, kepribadian atau keinginan berprestasi. Ada keyakinan,
anak laki-laki lebih unggul dalam pelajaran matematika dan atletik, sedangkan perempuan
pada pelajaran seni, musik dan keterampilan. Stereotype gender ini menguatkan perilaku
anak-anak perempuan yang di usia sekolah tidak menonjol pada pelajaran matematika.
4). Pengaruh Media Massa.
Berbagai berita yang disajikan melalu media massa dapat berpengaruh besar
dalam perkembangan gender. Bagaimana cara wanita tampil di televisi, majalah atau
koran amat berbeda dengan laki-laki, wanita lebih banyak ditampilkan di berbagai iklan.
14. B. Peran Gender di Usia Sekolah.
Pada usia sekolah, anak laki-laki mempunyai identifikasi peran masculine,
sedangkan anak perempuan lebih androgyny (yaitu adanya ciri-ciri masculine dan
feminine pada individu yang sama). Orang tua atau guru lebih toleran apabila melihat
anak perempuan menunjukkan peran gender laki-laki, tetapi tidak demikian sebaliknya.
Anak laki-laki, seperti anak perempuan menjadi ejekan.
C. Mengembangkan Stereotype Non-Gender pada Anak.
Untuk mengurangi stereotype gender pada anak-anak perlu dilakukan beberapa
cara oleh orang tua dan guru. Misalnya orang tua maupun guru dapat membantu anak-
anak untuk lebih mengenal peran gender laki-laki dan perempuan. Orang tua atau guru
hendaknya menghargai apapu yang dilakukan anak bukan karena dia laki-laki atau
perempuan. Anak juga perlu menyadari akan stereotype gender di masyarakat.
Meskipun peran gender di masyarakat berbeda antara laki-laki dan perempuan, namun
peran tersebut dapat berganti tergantung situasi dan kebutuhan yang ada.
15. Selesai sudah presentasi kali ini seperti kamu
dan dia yang selesai tanpa pernah dimulai
Jika ada pertanyaan mohon diajukan,
Jika ada perasaan mohon diungkapkan.
Jangan sampai kelupaan karena jika
kehilangan, yang tersisa hanyalah kenangan.