Dokumen ini membahas penyebab kemungkinan kelangkaan reproduksi seksual pada Pellia endiviifolia. Penelitian menunjukkan bahwa reproduksi seksual dan pembentukan sporofit hanya terjadi pada populasi yang tumbuh di tanah lembab, dan tidak terjadi pada populasi epilithik atau yang tumbuh terpisah lebih dari 5 cm. Hal ini mengindikasikan adanya korelasi antara habitat tumbuh dan reproduksi seksual pada spesies ini.
BIOLOGI (TUMBUHAN LUMUT DAN PAKU PAKUAN)Aryansa Dewi
-Dikutip dari berbagai sumber di internet-
HANYA SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN DI SEKOLAH, KRITIK DAN SARAN SANGAT KAMI PERLUKAN DEMI KAMI KEDEPANNYA. SEKIAN DAN TERIMAKASIH.
Materi Tentang Sistem Reproduksi fungi/ Jamuryohanes meor
Fungi melakukan reproduksi secara aseksual dan seksual.
Reproduksi secara aseksual terjadi dengan pembentukan kuncup atau tunas pada jamur uniseluler serta pemutusan benang hifa (fragmentasi miselium) dan pembentukan spora aseksual (spora vegetatif) pada fungi multiseluler. Reproduksi jamur secara seksual dilakukan oleh spora seksual.
Spora seksual dihasilkan secara singami. Singgami terdiri dari dua tahap, yaitu tahap plasmogami dan tahap kariogami.
BIOLOGI (TUMBUHAN LUMUT DAN PAKU PAKUAN)Aryansa Dewi
-Dikutip dari berbagai sumber di internet-
HANYA SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN DI SEKOLAH, KRITIK DAN SARAN SANGAT KAMI PERLUKAN DEMI KAMI KEDEPANNYA. SEKIAN DAN TERIMAKASIH.
Materi Tentang Sistem Reproduksi fungi/ Jamuryohanes meor
Fungi melakukan reproduksi secara aseksual dan seksual.
Reproduksi secara aseksual terjadi dengan pembentukan kuncup atau tunas pada jamur uniseluler serta pemutusan benang hifa (fragmentasi miselium) dan pembentukan spora aseksual (spora vegetatif) pada fungi multiseluler. Reproduksi jamur secara seksual dilakukan oleh spora seksual.
Spora seksual dihasilkan secara singami. Singgami terdiri dari dua tahap, yaitu tahap plasmogami dan tahap kariogami.
Kingdom fungi (jamur) merupakan kingdom yang anggotanya memiliki ciri umum yaitu eukariotik (memiliki membran inti sel), umumnya multiseluler, ada juga yang uniseluler (Saccaromyces cereviceae), bereproduksi dengan pembentukkan spora, tidak memiliki klorofil, memiliki dinding sel yang tersusun atas zat kitin, tubuh disusun oleh benang benang yang disebut hifa dan habitatnya di tempat yang lembab.
Protista ialah kelompok organisme yang memiliki struktur sel eukariotik, uniseluler maupun multiseluler dan tidak memiliki jaringan yang sebenarnya. Anggota Protista berbeda antara satu dengan lainnya dalam hal morfologi maupun cara hidupnya. Anggota Protista ada yang menyerupai sifat-sifat jamur, hewan dan tumbuhan
The Research was conducted to identification species of Odonata, morphological characters difference, predatory test, and copulation test. Experiment was conducted with survey method on lowland plantation in Donggala and Tolitoli. Identification, predatory test, and copulation test has been conduct in laboratory.
The result showed that the Odonata species as predatory on lowland plantation are Orthemis ferruginea (Fabricius), Liriothermis sp., Libellula sp., (Libellulidae); Aeshna sp., Anax sp., Rhionaechna multicolor (Aeshnidae); Gomphus limnae (Gomphidae); Ephitheca spinigera (Corduliidae); and Argia translata (Coenagrionidae). It’s that different with morphological characters and didn’t copulation between species. Result of predatory test showed that the O. ferruginea, Liriothermis sp., Libellula sp., Aeshna sp., Anax sp., R. multicolor, G. limnae, E. spinigera, are predatory on lowland plantation. Only one species is didn’t predatory is A. translate (betina) Male O. ferruginea versus female Liriothermis sp. didn’t copulated. Female Liriothermis sp. didn’t oviposition behavior. The same case didn’t copulate between species O. ferruginea, Libellula sp., Aeshna sp., Anax sp., R. multicolor, G. limnae, E. spinigera, and A. translata.
Kingdom fungi (jamur) merupakan kingdom yang anggotanya memiliki ciri umum yaitu eukariotik (memiliki membran inti sel), umumnya multiseluler, ada juga yang uniseluler (Saccaromyces cereviceae), bereproduksi dengan pembentukkan spora, tidak memiliki klorofil, memiliki dinding sel yang tersusun atas zat kitin, tubuh disusun oleh benang benang yang disebut hifa dan habitatnya di tempat yang lembab.
Protista ialah kelompok organisme yang memiliki struktur sel eukariotik, uniseluler maupun multiseluler dan tidak memiliki jaringan yang sebenarnya. Anggota Protista berbeda antara satu dengan lainnya dalam hal morfologi maupun cara hidupnya. Anggota Protista ada yang menyerupai sifat-sifat jamur, hewan dan tumbuhan
The Research was conducted to identification species of Odonata, morphological characters difference, predatory test, and copulation test. Experiment was conducted with survey method on lowland plantation in Donggala and Tolitoli. Identification, predatory test, and copulation test has been conduct in laboratory.
The result showed that the Odonata species as predatory on lowland plantation are Orthemis ferruginea (Fabricius), Liriothermis sp., Libellula sp., (Libellulidae); Aeshna sp., Anax sp., Rhionaechna multicolor (Aeshnidae); Gomphus limnae (Gomphidae); Ephitheca spinigera (Corduliidae); and Argia translata (Coenagrionidae). It’s that different with morphological characters and didn’t copulation between species. Result of predatory test showed that the O. ferruginea, Liriothermis sp., Libellula sp., Aeshna sp., Anax sp., R. multicolor, G. limnae, E. spinigera, are predatory on lowland plantation. Only one species is didn’t predatory is A. translate (betina) Male O. ferruginea versus female Liriothermis sp. didn’t copulated. Female Liriothermis sp. didn’t oviposition behavior. The same case didn’t copulate between species O. ferruginea, Libellula sp., Aeshna sp., Anax sp., R. multicolor, G. limnae, E. spinigera, and A. translata.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
2. Abstrak:
Reproduksi pada brophyta dilakukan secara aseksual yang
maupun seksual.
Reproduksi aseksual adalah adaptasi yang signifikan
terhadap lingkungan khusus dan terjadi dengan berbagai
macam metode.
Selama beberapa terakhir dekade, banyak bryophytes,
terutama yang dioecious tercatat mengalami penurunan
pada populasi fertile, oleh karena itu dibutuhkan penelitian
untuk memahami alasan populasi fertile pada bryopyta
menghilang.
3. Pengantar
Sangat sedikit perhatian untuk
mengungkap strategi reproduksi pada
tanaman tidak berbunga seperti bryophyta
Bryophyta termasuk tanaman lahan non-
vaskular, habitatnya pada epilithic
(permukaan berbatu), nonepilithic
(permukaan tanah), epifit (pada tanaman
lain) dan air.
4. P.endiviifolia adalah species lumut hati
berumah dua
Reproduksi seksual pada lumut hati
berhubungan dengan mikrohabitat
5. Bahan dan Metode
Bahan:
Penelitian ini menggunakan 6 populasi Pellia endiivifolia
yang berasal dari tiga wilayah di India:
1. Wilayah Nagbani Kab. Jammu (3 populasi): Populasi
yang tumbuh di dinding bata (KA NB1) (Gbr. 2),
dinding semen (KA NB2) (Gbr. 2) dan tanah lembab
(KA NB3) (Gbr. 5)
2. Wilayah Jib Kab. Udhampur (2 Populasi): Populasi
yang tumbuh di dinding bata (KA JB1) (Gbr. 6),
permukaan batu (KA JB2) (Gbr. 7)
3. Wilayah T-Morh Kab. Udhampur (1 populasi):
Populasi P. Endviifolia yang menghuni gua (KA TM)
(Gbr. 8)
6. Tumbuh di dinding bata
(KNB1) / Wilayah Nagbani
Tumbuh di dinding semen
(KNB2) / Wilayah Nagbani
Tumbuh di tanah lembab
(KNB3) / Wilayah Nagbani
7. Tumbuh di dinding dinding
bata (KJB1)/ wilayah Jip
Tumbuh di permukaan batu
(KJB2)/ Wilayah Jip
Menghuni gua (KTM2)
/ Wilayah T-Morh
8. Metode
Pengkoleksian dilakukan antara Januari 2009 -
Februari 2010
Populasi difoto di bawah habitat alami dan
sebagian kecil diawetkan dalam 70% etil
alkohol.
Data reproduksi fenologi (inisiasi, pematangan
dan ketekunan gametangia jantan dan betina
dan sporofit) dicatat di lapangan, sedangkan fitur
anatomi gametangia dan sporophyte dipelajari
di laboratorium di bawah mikroskop.
9. Untuk menentukan keluaran spora elater,
kapsul dihancurkan pada slide kaca
dengan bantuan jarum dan diberikan
setetes gliserin
Rasio Spore-elater dihitung dengan
menggunakan rumus:
Spore / elater rasio =
jumlah spora per kapsul
jumlah elaters per kapsul
10. Hasil:
Talus betina dikumpulkan dari tiga
populasi, semua tumbuh di Nagbani KA
NB1, KA NB2 dan KA NB3, Gamet betina
(arkegonium) tertanam dalam dorsal,
hijau, involucres tubular (gbr. 11) yang
muncul selama minggu pertama Februari
dan bertahan sampai Mei.
11.
12. Diungkapkan adanya masing-masing 1-2 (Gbr.12), 5-6
(Gbr.13) dan 7-10 (Gbr.14) arkegonium pada populasi KA
NB1, KA NB2 dan KA NB3
Tanaman jantan tercatat hanya dalam satu populasi (KA
NB3)
Antheridium muncul selama bulan April dan dilihat sebagai
bintik melingkar tersebar tidak teratur pada talus (gbr. 15)
dan tertanam dalam talus di ruang antheridial (gbr. 16)
Populasi yang menghasilkan tanaman jantan (KA NB3)
tumbuh pada jarak sekitar 20 m dari KA NB1 dan 5 m dari
KA NB2.
Sporofit didapatkan hanya dari talus KNB3 dan dari bagian
yang terendam dalam air.
13.
14. Diskusi:
Reproduksi merupakan salah satu fitur
yang paling penting dari kehidupan, untuk
semua organisme hidup, baik secara
aseksual maupun seksual
Reproduksi seksual merupakan peristiwa
penting dalam siklus hidup karena sarana
mewujudkan variasi genetik. Organ jantan
dan betina sangat seragam dalam struktur
dasar seluruh bryophyta
15. Dari enam populasi yang diselidiki, lima adalah
epilithic (KA NB1, KA NB2, KA JB1, KA JB2 dan
KA TM) dan satu non-epilithic (KA NB3).
Pembentukan sporofit tercatat hanya pada
populasi non-epilithic.
Dinyatakan bahwa sporofit tercatat hanya dalam
thalus dari P.endiviifolia yang terendam air.
Hal ini jelas menunjukkan bahwa takson yang
diselidiki, baik non-epilithic serta ketersediaan
air merupakan faktor utama untuk reproduksi
seksual dan pembentukan sporofit.
Penyebab lain kegagalan produksi sporofit
antara bryophyta dioecious adalah, jangkauan
terbatas dari pembuahan.
16. Sporofit dikembangkan hanya dalam
patch yang tumbuh di tanah yang lembab,
di mana tanaman jantan terletak hampir
satu meter di atas betina
Rydrgen et al. (2006) menemukan 85%
dari tanaman betina dengan tunas sporofit
terletak dalam jarak 5cm dari tanaman
jantan dan jarak maksimum perjalanan
dengan antherozoid itu, 11,6 cm.
17. Pada pengamatan tiga populasi di Nagbani,
Sporofit tercatat hanya dalam satu Populasi di
mana thalus berumah dua tumbuh bercampur
dengan satu sama lain.
Dua populasi dengan thalus betina yang tumbuh
5 cm dan 20 cm terpisah dari thalus jantan tidak
membentuk sporofit.
Maka dapat disimpulkan bahwa dalam Pellia
endiviifolia, jarak agar terjadi penyerbukan
kurang dari 5 cm.
18. Pengaruh mikrohabitat pada produksi
sporofit juga telah diamati dalam kasus
Marchantia nepalensis dan M. palmata.
Dalam kasus ini, sporofit diproduksi hanya
oleh populasi nonepilithic, hal ini
menunjukkan bahwa ada korelasi antara
habitat dan seksualitas dalam spesies ini.
19. Kesimpulan:
Berdasarkan data yang didapat untuk
P.endiviifolia dapat disimpulkan bahwa:
1. Terdapat korelasi antara reproduksi
seksual dan mikrohabitat
2. Kegagalan pembentukan sporofit pada
dua populasi (KA NB1 dan KA NB2)
tanaman betina adalah karena
jangkauan pembuahan yang terbatas
20. Saran:
Disarankan agar populasi dari Marchantia
dan Pellia lebih banyak untuk di tunjukkan
dan taksa lumut hati lainnya harus
dijadikan pembelajaran dalam rangka
untuk mendapatkan gambaran yang jelas.