SlideShare a Scribd company logo
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
                      NOMOR 22 TAHUN 2008
                           TENTANG
        PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA

             DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
                  PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 63 dan Pasal
            69 ayat (4) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
            Penanggulangan Bencana perlu menetapkan Peraturan
            Pemerintah tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan
            Bencana;

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik
               Indonesia Tahun 1945;
            2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
               Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik
               Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran
               Negara Republik Indonesia Nomor 4723);


                          MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENDANAAN DAN
             PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA.

                             BAB I
                        KETENTUAN UMUM

                              Pasal 1
            Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:
            1.   Dana penanggulangan bencana adalah dana yang
                 digunakan bagi penanggulangan bencana untuk tahap
                 prabencana,   saat   tanggap   darurat,  dan/atau
                 pascabencana.
            2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, selanjutnya
               disebut APBN, adalah rencana keuangan tahunan
               pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan
               Perwakilan Rakyat.

                                                  3. Anggaran . . .
-2-



3. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya
   disebut APBD, adalah rencana keuangan tahunan
   pemerintahan daerah yang disetujui oleh Dewan
   Perwakilan Rakyat Daerah.
4. Dana    kontinjensi   bencana  adalah  dana  yang
   dicadangkan     untuk     menghadapi  kemungkinan
   terjadinya bencana tertentu.
5. Dana siap pakai adalah dana yang selalu tersedia dan
   dicadangkan oleh Pemerintah untuk digunakan pada
   saat tanggap darurat bencana sampai dengan batas
   waktu tanggap darurat berakhir.
6.   Dana bantuan sosial berpola hibah adalah dana yang
     disediakan Pemerintah kepada pemerintah daerah
     sebagai bantuan penanganan pascabencana.
7.   Bantuan darurat bencana adalah bantuan untuk
     memenuhi kebutuhan dasar pada saat tanggap darurat.
8.   Penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah
     serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan
     pembangunan yang berisiko timbulnya bencana,
     kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan
     rehabilitasi.
9.   Badan Nasional Penanggulangan Bencana yang
     selanjutnya disingkat dengan BNPB adalah lembaga
     pemerintah non-departemen sesuai dengan ketentuan
     peraturan perundang-undangan.
10. Badan    Penanggulangan    Bencana   Daerah    yang
    selanjutnya disingkat BPBD adalah badan pemerintah
    daerah      yang      melakukan     penyelenggaraan
    penanggulangan bencana.
11. Instansi/lembaga terkait adalah instansi/lembaga yang
    terkait dengan penanggulangan bencana.


                  Pasal 2

Pendanaan dan pengelolaan bantuan bencana ditujukan
untuk mendukung upaya penanggulangan bencana secara
berdayaguna,       berhasilguna,    dan       dapat
dipertanggungjawabkan.

                                              Pasal 3 . . .
-3-



                 Pasal 3

Pengaturan pendanaan dan pengelolaan bantuan bencana
meliputi:
a. sumber dana penanggulangan bencana;
b. penggunaan dana penanggulangan bencana;
c. pengelolaan bantuan bencana; dan
d. pengawasan, pelaporan,     dan pertanggungjawaban
   pendanaan dan pengelolaan bantuan bencana.


               BAB II
SUMBER DANA PENANGGULANGAN BENCANA

                 Pasal 4

(1) Dana penanggulangan bencana menjadi tanggungjawab
    bersama antara Pemerintah dan pemerintah daerah.
(2) Dana penanggulangan bencana sebagaimana dimaksud
    pada ayat (1) berasal dari:
    a. APBN;
    b. APBD; dan/atau
    c. masyarakat.

                 Pasal 5

(1) Pemerintah dan pemerintah daerah mengalokasikan
    anggaran penanggulangan bencana dalam APBN dan
    APBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2)
    huruf a dan huruf b secara memadai.
(2) Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
    disediakan pada tahap prabencana, saat tanggap
    darurat bencana, dan pascabencana.
(3) Dalam anggaran penanggulangan bencana yang
    bersumber dari APBN sebagaimana dimaksud pada ayat
    (1), Pemerintah menyediakan pula:
    a. dana kontinjensi bencana;
    b. dana siap pakai; dan
    c. dana bantuan sosial berpola hibah.

                                           Pasal 6 . . .
-4-



                 Pasal 6

(1) Dana kontinjensi bencana sebagaimana dimaksud
    dalam Pasal 5 ayat (3) huruf a disediakan dalam APBN
    untuk kegiatan kesiapsiagaan pada tahap prabencana.
(2) Dana siap pakai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
    ayat (3) huruf b disediakan dalam APBN yang
    ditempatkan dalam anggaran BNPB untuk kegiatan
    pada saat tanggap darurat.
(3) Pemerintah daerah dapat menyediakan dana siap pakai
    dalam anggaran penanggulangan bencana yang berasal
    dari APBD yang ditempatkan dalam anggaran BPBD.
(4) Dana siap pakai sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
    harus selalu tersedia sesuai dengan kebutuhan pada
    saat tanggap darurat.
(5) Dana bantuan sosial berpola hibah sebagaimana
    dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf c disediakan
    dalam APBN untuk kegiatan pada tahap pascabencana.


                 Pasal 7

(1) Pemerintah dan pemerintah daerah mendorong
    partisipasi masyarakat dalam penyediaan dana yang
    bersumber dari masyarakat sebagaimana dimaksud
    dalam Pasal 4 ayat (2) huruf c.
(2) Dana yang bersumber dari masyarakat sebagaimana
    dimaksud pada ayat (1) yang diterima oleh Pemerintah
    dicatat dalam APBN.
(3) Dana yang bersumber dari masyarakat sebagaimana
    dimaksud pada ayat (1) yang diterima oleh pemerintah
    daerah dicatat dalam APBD.
(4) Pemerintah daerah hanya dapat menerima dana yang
    bersumber dari masyarakat dalam negeri.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pencatatan dana
    sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan
    Peraturan Menteri Keuangan.


                                      (6) Ketentuan . . .
-5-



  (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai pencatatan dana
      sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan
      Peraturan Menteri Dalam Negeri.


                  Pasal 8
  Dalam mendorong partisipasi masyarakat sebagaimana
  dimaksud dalam Pasal 7, Pemerintah atau pemerintah
  daerah dapat:
  a. memfasilitasi masyarakat yang akan memberikan
     bantuan dana penanggulangan bencana;
  b. memfasilitasi masyarakat yang akan melakukan
     pengumpulan dana penanggulangan bencana; dan
  c. meningkatkan       kepedulian    masyarakat untuk
     berpartisipasi dalam penyediaan dana.


                  Pasal 9
  (1) Setiap pengumpulan dana penanggulangan bencana,
      wajib mendapat izin dari instansi/lembaga yang
      berwenang.
  (2) Setiap izin yang diberikan oleh instansi/lembaga
      sebagaimana dimaksud pada ayat (1) salinannya
      disampaikan kepada BNPB atau BPBD.
  (3) Tata    cara     perizinan    pengumpulan   dana
      penanggulangan bencana dilakukan sesuai dengan
      ketentuan peraturan perundang-undangan.


                 BAB III
PENGGUNAAN DANA PENANGGULANGAN BENCANA

               Bagian Kesatu
                  Umum

                  Pasal 10
  (1) Penggunaan     dana   penanggulangan      bencana
      dilaksanakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah,
      BNPB, dan/atau BPBD sesuai dengan tugas pokok dan
      fungsinya.

                                           (2) Dana . . .
-6-



(2) Dana penanggulangan bencana digunakan sesuai
    dengan penyelenggaraan penanggulangan bencana yang
    meliputi tahap prabencana, saat tanggap darurat,
    dan/atau pascabencana sebagaimana dimaksud dalam
    Pasal 6.


              Bagian Kedua
               Prabencana

                 Pasal 11

Perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pelaporan, dan
pertanggungjawaban penggunaan dana penanggulangan
bencana yang bersumber dari APBN atau APBD pada tahap
prabencana dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.


                 Pasal 12

Dana penanggulangan bencana pada tahap prabencana
dialokasikan untuk kegiatan dalam situasi:
a. tidak terjadi bencana; dan
b. terdapat potensi terjadinya bencana.


                 Pasal 13

Penggunaan dana penanggulangan bencana dalam situasi
tidak terjadi bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal
12 huruf a meliputi:
a. fasilitasi   penyusunan     rencana   penanggulangan
    bencana;
b. program pengurangan risiko bencana;
c. program pencegahan bencana;
d. pemaduan       perencanaan     pembangunan    dengan
    perencanaan penanggulangan bencana;
e. penyusunan analisis risiko bencana;
f. fasilitasi pelaksanaan dan penegakan rencana tata
    ruang;
                                g. penyelenggaraan . . .
-7-



g. penyelenggaraan     pendidikan     dan     pelatihan
   penanggulangan bencana; dan
h. penyusunan standar teknis penanggulangan bencana.


                  Pasal 14

(1) Penggunaan dana penanggulangan bencana dalam
    situasi   terdapat     potensi terjadinya  bencana
    sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf b
    meliputi:
    a. kegiatan kesiapsiagaan;
    b. pembangunan sistem peringatan dini; dan
    c. kegiatan mitigasi bencana.
(2) Kegiatan kesiapsiagaan sebagaimana dimaksud pada
    ayat (1) huruf a menggunakan dana kontinjensi
    sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf a.


              Bagian Ketiga
         Tanggap Darurat Bencana

                  Pasal 15

(1) Dana penanggulangan bencana yang digunakan pada
    saat tanggap darurat meliputi:
    a. dana     penanggulangan      bencana    yang   telah
       dialokasikan dalam APBN atau APBD untuk masing-
       masing instansi/lembaga terkait;
    b. dana siap pakai sebagaimana dimaksud dalam Pasal
       5 ayat (3) huruf b yang dialokasikan dalam anggaran
       BNPB; dan
    c. dana siap pakai yang telah dialokasikan pemerintah
       daerah dalam anggaran BPBD.
(2) BNPB atau BPBD sesuai dengan kewenangannya
    mengarahkan penggunaan dana penanggulangan
    bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a.


                                             Pasal 16 . . .
-8-



                 Pasal 16

Penggunaan dana penanggulangan bencana pada saat
tanggap darurat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15
ayat (1) huruf a meliputi:
a. pelaksanaan pengkajian secara cepat dan tepat
   terhadap lokasi, kerusakan, dan sumber daya;
b. kegiatan penyelamatan dan evakuasi masyarakat
   terkena bencana;
c. pemberian bantuan pemenuhan kebutuhan dasar
   korban bencana;
d. pelaksanaan perlindungan terhadap kelompok rentan;
   dan
e. kegiatan pemulihan darurat prasarana dan sarana.


                 Pasal 17

(1) Dana siap pakai sebagaimana dimaksud dalam Pasal
    15 ayat (1) huruf b digunakan sesuai dengan
    kebutuhan tanggap darurat bencana.
(2) Penggunaan dana siap pakai terbatas pada pengadaan
    barang dan/atau jasa untuk:
    a. pencarian dan penyelamatan korban bencana;
    b. pertolongan darurat;
    c. evakuasi korban bencana;
    d. kebutuhan air bersih dan sanitasi;
    e. pangan;
    f. sandang;
    g. pelayanan kesehatan; dan
    h. penampungan serta tempat hunian sementara.
(3) Penggunaan dana siap pakai dilaksanakan berdasarkan
    pedoman yang ditetapkan oleh Kepala BNPB.


                 Pasal 18

Dalam hal pemerintah daerah mengalokasikan dana siap
pakai dalam anggaran BPBD, pengaturan penggunaan dana
siap pakai berlaku mutatis mutandis Pasal 17.


                                   Bagian Keempat . . .
-9-



                Bagian Keempat
                 Pascabencana


                    Pasal 19

Perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pelaporan, dan
pertanggungjawaban penggunaan dana penanggulangan
bencana yang bersumber dari APBN dan APBD pada tahap
pascabencana dilakukan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.


                    Pasal 20

Dana penanggulangan bencana dalam tahap pascabencana
digunakan untuk kegiatan:
a. rehabilitasi; dan
b. rekonstruksi.


                    Pasal 21

Kegiatan rehabilitasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
20 huruf a meliputi:
a. perbaikan lingkungan daerah bencana;
b. perbaikan prasarana dan sarana umum;
c. pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat;
d. pemulihan sosial psikologis;
e.   pelayanan kesehatan;
f.   rekonsiliasi dan resolusi konflik;
g.   pemulihan sosial ekonomi budaya;
h. pemulihan keamanan dan ketertiban;
i.   pemulihan fungsi pemerintahan; atau
j.   pemulihan fungsi pelayanan publik.


                                           Pasal 22 . . .
- 10 -



                    Pasal 22

Kegiatan rekonstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
20 huruf b meliputi:
a. pembangunan kembali prasarana dan sarana;
b. pembangunan kembali sarana sosial masyarakat;
c. pembangkitan       kembali   kehidupan    sosial   budaya
   masyarakat;
d. penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan
   peralatan yang lebih baik dan tahan bencana;
e. partisipasi dan peran serta lembaga dan organisasi
   kemasyarakatan, dunia usaha dan masyarakat;
f.    peningkatan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya;
g. peningkatan fungsi pelayanan publik; atau
h. peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat.


                    Pasal 23

(1)    Pemerintah dapat memberikan bantuan untuk
       pembiayaan pascabencana kepada pemerintah daerah
       yang terkena bencana berupa dana bantuan sosial
       berpola hibah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
       ayat (3) huruf c.
(2) Untuk memperoleh bantuan sebagaimana dimaksud
    pada ayat (1), pemerintah daerah mengajukan
    permohonan tertulis kepada Pemerintah melalui BNPB.
(3) Berdasarkan    permohonan     tertulis  sebagaimana
    dimaksud pada ayat (2), BNPB melakukan evaluasi,
    verifikasi,  dan     mengkoordinasikannya    dengan
    instansi/lembaga terkait.
(4) Hasil evaluasi dan verifikasi sebagaimana dimaksud
    pada ayat (3) ditetapkan oleh Kepala BNPB dan
    disampaikan     kepada    Menteri  Keuangan   untuk
    selanjutnya diajukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat
    untuk mendapatkan persetujuan penggunaan dana
    bantuan sosial berpola hibah.

                                                BAB IV . . .
- 11 -



               BAB IV
    PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA

               Bagian Kesatu
                  Umum

                  Pasal 24

(1) Pemerintah dan pemerintah daerah menyediakan dan
    memberikan bantuan bencana kepada korban bencana.
(2) Bantuan bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
    terdiri dari:
    a. santunan duka cita;
    b. santunan kecacatan;
    c. pinjaman lunak untuk usaha produktif; dan
    d. bantuan pemenuhan kebutuhan dasar.



               Bagian Kedua
            Santunan Duka Cita

                  Pasal 25
(1) Santunan duka cita sebagaimana dimaksud dalam
    Pasal 24 ayat (2) huruf a diberikan kepada korban
    meninggal dalam bentuk:
    a. biaya pemakaman; dan/atau
    b. uang duka.
(2) Santunan duka cita sebagaimana dimaksud pada ayat
    (1), diberikan setelah dilakukan pendataan, identifikasi,
    dan verifikasi oleh instansi/lembaga yang berwenang
    yang dikoordinasikan oleh BNPB atau BPBD sesuai
    dengan kewenangannya.
(3) Santunan duka cita sebagaimana dimaksud pada ayat
    (2) diberikan kepada ahli waris korban.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian dan
    besaran bantuan santunan duka cita sebagaimana
    dimaksud pada ayat (3) diatur dengan peraturan Kepala
    BNPB setelah mendapat persetujuan Menteri Keuangan.


                                         Bagian Ketiga . . .
- 12 -



               Bagian Ketiga
            Santunan Kecacatan

                  Pasal 26

(1) Santunan kecacatan sebagaimana dimaksud dalam
    Pasal 24 ayat (2) huruf b diberikan kepada korban
    bencana yang mengalami kecacatan mental dan/atau
    fisik.
(2) Santunan kecacatan sebagaimana dimaksud pada
    ayat (1), diberikan setelah dilakukan pendataan,
    identifikasi, dan verifikasi oleh instansi/lembaga yang
    berwenang yang dikoordinasikan oleh BNPB atau BPBD
    sesuai dengan kewenangannya.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian dan
    besaran bantuan santunan kecacatan sebagaimana
    dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Kepala
    BNPB setelah mendapat persetujuan Menteri Keuangan.


            Bagian Keempat
  Pinjaman Lunak untuk Usaha Produktif

                  Pasal 27
(1) Pinjaman lunak untuk usaha produktif diberikan
    kepada korban bencana yang kehilangan mata
    pencaharian.
(2) Pinjaman lunak untuk usaha produktif sebagaimana
    dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam bentuk:
    a. kredit usaha produktif; atau
    b. kredit pemilikan barang modal.
(3) Pinjaman lunak sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
    diberikan setelah dilakukan pendataan, identifikasi,
    dan verifikasi oleh instansi/lembaga yang berwenang
    yang dikoordinasikan oleh BNPB atau BPBD sesuai
    dengan kewenangannya.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian dan
    besaran pinjaman lunak sebagaimana dimaksud pada
    ayat (2) diatur dengan Peraturan Kepala BNPB setelah
    mendapat persetujuan Menteri Keuangan.

                                       Bagian Kelima . . .
- 13 -



             Bagian Kelima
   Bantuan Pemenuhan Kebutuhan Dasar

                 Pasal 28
(1) Bantuan pemenuhan kebutuhan dasar sebagaimana
    dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2) huruf d diberikan
    kepada korban bencana dalam bentuk:
    a. penampungan sementara;
    b. bantuan pangan;
    c. sandang;
    d. air bersih dan sanitasi; dan
    e. pelayanan kesehatan.
(2) Bantuan   darurat  bencana   untuk    pemenuhan
    kebutuhan dasar korban bencana diberikan dengan
    memperhatikan standar minimal kebutuhan dasar
    dengan memperhatikan prioritas kepada kelompok
    rentan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian
    bantuan pemenuhan kebutuhan dasar sebagaimana
    dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Kepala
    BNPB.


               Bagian Keenam
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Bantuan

                 Pasal 29
(1) BNPB berwenang mengkoordinasikan pengendalian,
    pengumpulan, dan penyaluran bantuan darurat
    bencana pada tingkat nasional.
(2) BPBD berwenang mengkoordinasikan pengendalian,
    pengumpulan dan penyaluran bantuan    darurat
    bencana pada tingkat daerah.

                 Pasal 30
(1) Tata cara pengelolaan serta pertanggungjawaban
    penggunaan bantuan darurat bencana diberikan
    perlakuan khusus sesuai dengan kebutuhan, situasi,
    dan kondisi kedaruratan.


                                       (2) Ketentuan . . .
- 14 -



    (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengelolaan
        serta   pertanggungjawaban     penggunaan    bantuan
        darurat bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
        diatur dengan Peraturan Kepala BNPB.


                   BAB V
PENGAWASAN DAN LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN

                  Bagian Kesatu
                     Umum

                     Pasal 31
    (1) Pemerintah, pemerintah daerah, BNPB atau BPBD
        sesuai    dengan   kewenangannya     melaksanakan
        pengawasan dan laporan pertanggungjawaban terhadap
        pengelolaan dana dan bantuan penanggulangan
        bencana.
    (2) Instansi/lembaga terkait bersama BNPB atau BPBD
        melakukan pengawasan terhadap penyaluran bantuan
        dana yang dilakukan oleh masyarakat kepada korban
        bencana.


                   Bagian Kedua
                    Pengawasan

                     Pasal 32
    Pemerintah dan pemerintah daerah melaksanakan
    pengawasan terhadap pengelolaan dana dan bantuan pada
    seluruh tahapan penanggulangan bencana.

                  Bagian Ketiga
           Laporan Pertanggungjawaban

                     Pasal 33
    Laporan pertanggungjawaban pelaksanaan penanggulangan
    bencana, baik keuangan maupun kinerja pada tahap
    prabencana dan pascabencana dilakukan sesuai dengan
    ketentuan peraturan perundang-undangan.


                                                Pasal 34 . . .
- 15 -



                 Pasal 34

(1) Pertanggungjawaban penggunaan dana penanggulangan
    bencana pada saat tanggap darurat bencana
    diperlakukan secara khusus sesuai dengan kondisi
    kedaruratan dan dilaksanakan sesuai dengan prinsip
    akuntabilitas dan transparansi.
(2) Laporan         pertanggungjawaban         pelaksanaan
    penanggulangan bencana, baik keuangan maupun
    kinerja pada saat tanggap darurat dilaporkan paling
    lambat 3 (tiga) bulan setelah masa tanggap darurat.


                 Pasal 35

(1) Pelaporan keuangan penanggulangan bencana yang
    bersumber dari APBN atau APBD dilakukan sesuai
    standar akuntansi pemerintahan.
(2) Sistem akuntansi dana penanggulangan bencana yang
    bersumber dari masyarakat dilakukan sesuai pedoman
    yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.


                 Pasal 36

Semua laporan pertanggungjawaban penanggulangan
bencana, baik keuangan maupun kinerjanya, diaudit sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.



                  BAB VI
            KETENTUAN PENUTUP


                   Pasal 37


Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.


                                               Agar . . .
- 16 -



             Agar   setiap orang   mengetahuinya,  memerintahkan
             pengundangan    Peraturan  Pemerintah  ini   dengan
             menempatkannya dalam Lembaran Negara Republik
             Indonesia.


                                Ditetapkan di Jakarta
                                pada tanggal 28 Februari 2008
                                PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

                                              ttd.

                                DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO


Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 28 Februari 2008
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
         REPUBLIK INDONESIA,

                    ttd.

            ANDI MATTALATTA



LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2008 NOMOR 43



       Salinan sesuai dengan aslinya
        SEKRETARIAT NEGARA RI
Kepala Biro Peraturan Perundang-undangan
 Bidang Politik dan Kesejahteraan Rakyat,



             Wisnu Setiawan
- 17 -
PENJELASAN
                                ATAS
          PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
                       NOMOR 22 TAHUN 2008
                              TENTANG
        PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA


I. UMUM


  Indonesia dikenal sebagai daerah rawan bencana. Bencana yang terjadi
  di Indonesia sangatlah beragam baik jenis maupun skalanya
  (magnitude). Di samping bencana alam Indonesia juga rawan terhadap
  bencana akibat ulah manusia. Hal ini disebabkan karena faktor letak
  geografis dan geologi serta demografi.
  Bencana mengakibatkan dampak terhadap kehilangan jiwa manusia,
  harta benda, dan kerusakan prasarana dan sarana. Kerugian harta
  benda dan prasarana dapat mencapai jumlah yang sangat besar dan
  diperlukan dana yang cukup besar pula untuk pemulihannya.
  Penanggulangan bencana merupakan suatu rangkaian kegiatan yang
  bersifat preventif, penyelamatan, dan rehabilitatif yang harus
  diselenggarakan secara koordinatif, komprehensif, serentak, cepat,
  tepat, dan akurat melibatkan lintas sektor dan lintas wilayah sehingga
  memerlukan koordinasi berbagai instansi terkait dengan penekanan
  pada kepedulian publik dan mobilisasi masyarakat.
  Seluruh sistem, pengaturan, organisasi, rencana dan program yang
  berkaitan dengan hal-hal inilah yang disebut penanggulangan
  bencana. Agar menjadi efektif, penanggulangan bencana harus
  melibatkan semua sektor, termasuk sektor non-pemerintah, sektor
  swasta dan masyarakat, melibatkan semua tingkatan masyarakat dari
  tingkat nasional tertinggi sampai ke desa terkecil.
  Guna menghindarkan dan mengurangi kerugian yang sangat besar,
  maka diperlukan upaya penanggulangan sejak dari pencegahan,
  mitigasi, tanggap darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi. Untuk
  melakukan     kegiatan-kegiatan   tersebut,  dibutuhkan    dana
  penanggulangan bencana.
  Dengan telah disahkannya Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007
  tentang Penanggulangan Bencana, merupakan bukti satu langkah
  maju dalam hal upaya Pemerintah dalam menangani bencana.


                                                   Undang-Undang . . .
-2-



  Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Pasal 63 dan 69 ayat (4)
  mengamanatkan perlunya menerbitkan peraturan pemerintah yang
  mengatur tentang mekanisme pengelolaan dana dan tata cara
  pemberian dan besarnya bantuan penanggulangan bencana. Untuk
  melaksanakan kedua ketentuan tersebut, Peraturan Pemerintah
  tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana ini mengatur
  beberapa hal penting, antara lain sumber, alokasi, perencanaan,
  pelaksanaan, pengawasan, pelaporan dan pertanggungjawaban pada
  tahap prabencana, saat tanggap darurat dan pascabencana.
  Terkait dengan pendanaan dan pengelolaan bantuan bencana, Badan
  Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengkoordinasikan
  kegiatan penyusunan rencana penggunaan dana penanggulangan
  bencana pada tahap prabencana dan pascabencana pada tingkat
  pusat, sementara pada tingkat daerah koordinasi dilakukan oleh
  Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Khusus anggaran
  penanggulangan bencana untuk saat tanggap darurat dialokasikan
  oleh Pemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
  (APBN). Sedangkan pemerintah daerah dapat mengalokasikan dana
  siap pakai dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
  Untuk menghindari terjadinya kesalahan dan penyimpangan dalam
  pelaksanaannya, kegiatan penyusunan rencana dan penggunaan dana
  dan bantuan bencana harus dilaporkan dan dipertanggungjawabkan
  sesuai prinsip akuntabilitas dan transparansi. Kegiatan pengawasan
  dan laporan pertanggungjawaban terhadap pengelolaan dana dan
  bantuan bencana dilaksanakan oleh pemerintah, pemerintah daerah,
  BNPB, dan BPBD.
  Pengawasan terhadap seluruh kegiatan penanggulangan bencana
  dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat pada
  setiap tahapan bencana, agar tidak terjadi penyimpangan dalam
  penggunaan dana penanggulangan bencana.

II. PASAL DEMI PASAL

  Pasal 1
        Cukup jelas.
  Pasal 2
        Cukup jelas.
  Pasal 3
        Cukup jelas.



                                                         Pasal 4 . . .
-3-



Pasal 4
      Ayat (1)
           Cukup jelas.
      Ayat (2)
           Huruf a
                 Cukup jelas.
           Huruf b
                 Cukup jelas.
           Huruf c
                 Yang dimaksud dengan “masyarakat” adalah orang
                 perseorangan,   badan   usaha,   lembaga   swadaya
                 masyarakat, baik dalam maupun luar negeri.
Pasal 5
      Ayat (1)
           Cukup jelas.
      Ayat (2)
           Cukup jelas.
      Ayat (3)
           Huruf a
                 Cukup jelas.
           Huruf b
                 Cukup jelas.
           Huruf c.
                 Yang dimaksud dengan “dana bantuan sosial berpola
                 hibah” adalah block grant.
Pasal 6
      Cukup jelas.
Pasal 7
      Cukup jelas.
Pasal 8
      Cukup jelas.

                                                         Pasal 9 . . .
-4-



Pasal 9
      Cukup jelas.
Pasal 10
      Cukup jelas.
Pasal 11
      Cukup jelas.
Pasal 12
      Cukup jelas.
Pasal 13
      Cukup jelas.
Pasal 14
      Cukup jelas.
Pasal 15
      Ayat (1)
           Huruf a
                 Cukup jelas.
           Huruf b
                 Dana siap pakai dalam ketentuan ini digunakan juga
                 dalam status keadaan darurat.
           Huruf c
                 Cukup jelas.
      Ayat (2)
           Cukup jelas.
Pasal 16
      Cukup jelas.
Pasal 17
      Cukup jelas.

                                                    Pasal 18 . . .
-5-



Pasal 18
      Cukup jelas.
Pasal 19
     Cukup jelas.
Pasal 20
     Cukup jelas.
Pasal 21
     Cukup jelas.
Pasal 22
      Cukup jelas.
Pasal 23
     Cukup jelas.
Pasal 24
     Cukup jelas.
Pasal 25
     Cukup jelas.
Pasal 26
     Cukup jelas.
Pasal 27
     Cukup jelas.
Pasal 28
     Cukup jelas.
Pasal 29
     Cukup jelas.
Pasal 30
     Cukup jelas.

                           Pasal 31 . . .
-6-



  Pasal 31
       Cukup jelas.
  Pasal 32
       Cukup jelas.
  Pasal 33
       Cukup jelas.
  Pasal 34
       Ayat (1)
             Yang dimaksud dengan “diperlakukan secara khusus” dalam
             ketentuan ini adalah meskipun bukti pertanggungjawaban
             yang diberikan tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku,
             namun bukti pertanggungjawaban tersebut diperlakukan
             sebagai dokumen pertanggungjawaban keuangan yang sah.
      Ayat (2)
             Cukup jelas.
  Pasal 35
       Cukup jelas.
 Pasal 36
       Cukup jelas.
 Pasal 37
       Cukup jelas.




TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4829

More Related Content

What's hot

Analisis uupb-dan-rencana-aksi-nasional
Analisis uupb-dan-rencana-aksi-nasionalAnalisis uupb-dan-rencana-aksi-nasional
Analisis uupb-dan-rencana-aksi-nasionalina fauzia
 
Perpres Alpalhankam Beredar
Perpres Alpalhankam BeredarPerpres Alpalhankam Beredar
Perpres Alpalhankam Beredar
CIkumparan
 
Perka bnpb 9 2008 protap tim reaksi cepat bnpb
Perka bnpb 9 2008 protap tim reaksi cepat bnpbPerka bnpb 9 2008 protap tim reaksi cepat bnpb
Perka bnpb 9 2008 protap tim reaksi cepat bnpb
Hayatudin Thok
 
Perumahan Permukiman
Perumahan PermukimanPerumahan Permukiman
Perumahan Permukiman
Leks&Co
 
02 OKT Hasil Timus BAB VIII Pengadaan Lahan Pasal 121-140
02 OKT Hasil Timus BAB VIII Pengadaan Lahan Pasal 121-14002 OKT Hasil Timus BAB VIII Pengadaan Lahan Pasal 121-140
02 OKT Hasil Timus BAB VIII Pengadaan Lahan Pasal 121-140
glugutharipamungkas
 
Renkon kompol dadang dk, a md mar,sh.
Renkon kompol dadang dk, a md mar,sh.Renkon kompol dadang dk, a md mar,sh.
Renkon kompol dadang dk, a md mar,sh.
Woro Handayani
 
Perencanaan penanganan korban bencana
Perencanaan penanganan korban bencanaPerencanaan penanganan korban bencana
Perencanaan penanganan korban bencana
BidangTFBBPKCiloto
 
UU 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
UU 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan PermukimanUU 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
UU 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
Penataan Ruang
 
PP No 46/2017 Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup
PP No 46/2017 Instrumen Ekonomi Lingkungan HidupPP No 46/2017 Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup
PP No 46/2017 Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup
LAKSMI WIJAYANTI
 
buletin-apbn-public-67.pdf
buletin-apbn-public-67.pdfbuletin-apbn-public-67.pdf
buletin-apbn-public-67.pdf
SyahrianiRamadhani
 
Perka bnpb 13 2008 pedoman manajemen logistik dan peralatan pb
Perka bnpb 13 2008 pedoman manajemen logistik dan peralatan pbPerka bnpb 13 2008 pedoman manajemen logistik dan peralatan pb
Perka bnpb 13 2008 pedoman manajemen logistik dan peralatan pbAgus Witono
 
UU No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman
UU No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan PermukimanUU No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman
UU No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman
Penataan Ruang
 
Refleksi Akhir Tahun Kementerian Perumahan Rakyat Tahun 2010
Refleksi Akhir Tahun Kementerian Perumahan Rakyat Tahun 2010Refleksi Akhir Tahun Kementerian Perumahan Rakyat Tahun 2010
Refleksi Akhir Tahun Kementerian Perumahan Rakyat Tahun 2010Oswar Mungkasa
 
Tugas perumahan
Tugas perumahanTugas perumahan
Tugas perumahan
Yusuf Wahyu Wibowo
 
Perka bnpb 3 2008 pedoman pembentukan bpbd
Perka bnpb 3 2008  pedoman pembentukan bpbdPerka bnpb 3 2008  pedoman pembentukan bpbd
Perka bnpb 3 2008 pedoman pembentukan bpbd
fswardhana134680
 
Sistem Pengelolaan Bencana
Sistem Pengelolaan BencanaSistem Pengelolaan Bencana
Sistem Pengelolaan Bencana
Prasidananto Nur Santoso
 

What's hot (19)

Analisis uupb-dan-rencana-aksi-nasional
Analisis uupb-dan-rencana-aksi-nasionalAnalisis uupb-dan-rencana-aksi-nasional
Analisis uupb-dan-rencana-aksi-nasional
 
Perpres Alpalhankam Beredar
Perpres Alpalhankam BeredarPerpres Alpalhankam Beredar
Perpres Alpalhankam Beredar
 
Perka bnpb 9 2008 protap tim reaksi cepat bnpb
Perka bnpb 9 2008 protap tim reaksi cepat bnpbPerka bnpb 9 2008 protap tim reaksi cepat bnpb
Perka bnpb 9 2008 protap tim reaksi cepat bnpb
 
Perumahan Permukiman
Perumahan PermukimanPerumahan Permukiman
Perumahan Permukiman
 
02 OKT Hasil Timus BAB VIII Pengadaan Lahan Pasal 121-140
02 OKT Hasil Timus BAB VIII Pengadaan Lahan Pasal 121-14002 OKT Hasil Timus BAB VIII Pengadaan Lahan Pasal 121-140
02 OKT Hasil Timus BAB VIII Pengadaan Lahan Pasal 121-140
 
Renkon kompol dadang dk, a md mar,sh.
Renkon kompol dadang dk, a md mar,sh.Renkon kompol dadang dk, a md mar,sh.
Renkon kompol dadang dk, a md mar,sh.
 
Perencanaan penanganan korban bencana
Perencanaan penanganan korban bencanaPerencanaan penanganan korban bencana
Perencanaan penanganan korban bencana
 
Uu252004
Uu252004Uu252004
Uu252004
 
54
5454
54
 
UU 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
UU 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan PermukimanUU 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
UU 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
 
PP No 46/2017 Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup
PP No 46/2017 Instrumen Ekonomi Lingkungan HidupPP No 46/2017 Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup
PP No 46/2017 Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup
 
buletin-apbn-public-67.pdf
buletin-apbn-public-67.pdfbuletin-apbn-public-67.pdf
buletin-apbn-public-67.pdf
 
Perka bnpb 13 2008 pedoman manajemen logistik dan peralatan pb
Perka bnpb 13 2008 pedoman manajemen logistik dan peralatan pbPerka bnpb 13 2008 pedoman manajemen logistik dan peralatan pb
Perka bnpb 13 2008 pedoman manajemen logistik dan peralatan pb
 
UU No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman
UU No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan PermukimanUU No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman
UU No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman
 
Refleksi Akhir Tahun Kementerian Perumahan Rakyat Tahun 2010
Refleksi Akhir Tahun Kementerian Perumahan Rakyat Tahun 2010Refleksi Akhir Tahun Kementerian Perumahan Rakyat Tahun 2010
Refleksi Akhir Tahun Kementerian Perumahan Rakyat Tahun 2010
 
Tugas perumahan
Tugas perumahanTugas perumahan
Tugas perumahan
 
Perka bnpb 3 2008 pedoman pembentukan bpbd
Perka bnpb 3 2008  pedoman pembentukan bpbdPerka bnpb 3 2008  pedoman pembentukan bpbd
Perka bnpb 3 2008 pedoman pembentukan bpbd
 
Sistem Pengelolaan Bencana
Sistem Pengelolaan BencanaSistem Pengelolaan Bencana
Sistem Pengelolaan Bencana
 
Uu 24 2002
Uu 24 2002Uu 24 2002
Uu 24 2002
 

Viewers also liked

Announcements, 11/8/15
Announcements, 11/8/15Announcements, 11/8/15
Announcements, 11/8/15
CLADSM
 
Announcements, 8/2/15
Announcements, 8/2/15Announcements, 8/2/15
Announcements, 8/2/15CLADSM
 
Announcements, 1/18/15
Announcements, 1/18/15Announcements, 1/18/15
Announcements, 1/18/15CLADSM
 
Announcements, 1/4/15
Announcements, 1/4/15Announcements, 1/4/15
Announcements, 1/4/15CLADSM
 
Governing Complex Education Systems: The Use of Data, Tracey Burns, OECD
Governing Complex Education Systems: The Use of Data, Tracey Burns, OECDGoverning Complex Education Systems: The Use of Data, Tracey Burns, OECD
Governing Complex Education Systems: The Use of Data, Tracey Burns, OECD
EduSkills OECD
 
Announcements, 4/29/12
Announcements, 4/29/12Announcements, 4/29/12
Announcements, 4/29/12CLADSM
 
Harvey circulatory system
Harvey circulatory systemHarvey circulatory system
Harvey circulatory system
敏雄 福岡
 
Announcements, 7/7/13
Announcements, 7/7/13Announcements, 7/7/13
Announcements, 7/7/13CLADSM
 
Historiografia
HistoriografiaHistoriografia
Historiografia
Marta Hernàndez
 
Wilmington's market street
Wilmington's market streetWilmington's market street
Wilmington's market street
Delaware Historical Society
 
Mia031 ppt pitch _IBAR YENSEN P.
Mia031 ppt pitch _IBAR YENSEN P.Mia031 ppt pitch _IBAR YENSEN P.
Mia031 ppt pitch _IBAR YENSEN P.
Ibar Yensen™
 
The Journey From Darkness To Light Slides, 3/31/13
The Journey From Darkness To Light Slides, 3/31/13The Journey From Darkness To Light Slides, 3/31/13
The Journey From Darkness To Light Slides, 3/31/13CLADSM
 
Wood, Hay, Rubble Slides, 3/25/12
Wood, Hay, Rubble Slides, 3/25/12Wood, Hay, Rubble Slides, 3/25/12
Wood, Hay, Rubble Slides, 3/25/12CLADSM
 
Do Not Judge, 11/22/15
Do Not Judge, 11/22/15Do Not Judge, 11/22/15
Do Not Judge, 11/22/15
CLADSM
 
Internet searching
Internet searchingInternet searching
Internet searching
muaz mustafa
 
Don't Go Breaking My Heart Slides, 3/23/14
Don't Go Breaking My Heart Slides, 3/23/14Don't Go Breaking My Heart Slides, 3/23/14
Don't Go Breaking My Heart Slides, 3/23/14CLADSM
 
Jesus Encourages The Twelve, 2/14/16
Jesus Encourages The Twelve, 2/14/16Jesus Encourages The Twelve, 2/14/16
Jesus Encourages The Twelve, 2/14/16
CLADSM
 
Scrap Dryer & Scrap Preheaters
Scrap Dryer & Scrap PreheatersScrap Dryer & Scrap Preheaters
Scrap Dryer & Scrap Preheaters
Stelter & Brinck
 

Viewers also liked (20)

Announcements, 11/8/15
Announcements, 11/8/15Announcements, 11/8/15
Announcements, 11/8/15
 
Gaya komunikasi
Gaya komunikasiGaya komunikasi
Gaya komunikasi
 
Announcements, 8/2/15
Announcements, 8/2/15Announcements, 8/2/15
Announcements, 8/2/15
 
Announcements, 1/18/15
Announcements, 1/18/15Announcements, 1/18/15
Announcements, 1/18/15
 
Announcements, 1/4/15
Announcements, 1/4/15Announcements, 1/4/15
Announcements, 1/4/15
 
Governing Complex Education Systems: The Use of Data, Tracey Burns, OECD
Governing Complex Education Systems: The Use of Data, Tracey Burns, OECDGoverning Complex Education Systems: The Use of Data, Tracey Burns, OECD
Governing Complex Education Systems: The Use of Data, Tracey Burns, OECD
 
Announcements, 4/29/12
Announcements, 4/29/12Announcements, 4/29/12
Announcements, 4/29/12
 
Harvey circulatory system
Harvey circulatory systemHarvey circulatory system
Harvey circulatory system
 
Announcements, 7/7/13
Announcements, 7/7/13Announcements, 7/7/13
Announcements, 7/7/13
 
Historiografia
HistoriografiaHistoriografia
Historiografia
 
Wilmington's market street
Wilmington's market streetWilmington's market street
Wilmington's market street
 
Mia031 ppt pitch _IBAR YENSEN P.
Mia031 ppt pitch _IBAR YENSEN P.Mia031 ppt pitch _IBAR YENSEN P.
Mia031 ppt pitch _IBAR YENSEN P.
 
The Journey From Darkness To Light Slides, 3/31/13
The Journey From Darkness To Light Slides, 3/31/13The Journey From Darkness To Light Slides, 3/31/13
The Journey From Darkness To Light Slides, 3/31/13
 
Wood, Hay, Rubble Slides, 3/25/12
Wood, Hay, Rubble Slides, 3/25/12Wood, Hay, Rubble Slides, 3/25/12
Wood, Hay, Rubble Slides, 3/25/12
 
Do Not Judge, 11/22/15
Do Not Judge, 11/22/15Do Not Judge, 11/22/15
Do Not Judge, 11/22/15
 
Internet searching
Internet searchingInternet searching
Internet searching
 
Rafik ibrahim profile
Rafik ibrahim profileRafik ibrahim profile
Rafik ibrahim profile
 
Don't Go Breaking My Heart Slides, 3/23/14
Don't Go Breaking My Heart Slides, 3/23/14Don't Go Breaking My Heart Slides, 3/23/14
Don't Go Breaking My Heart Slides, 3/23/14
 
Jesus Encourages The Twelve, 2/14/16
Jesus Encourages The Twelve, 2/14/16Jesus Encourages The Twelve, 2/14/16
Jesus Encourages The Twelve, 2/14/16
 
Scrap Dryer & Scrap Preheaters
Scrap Dryer & Scrap PreheatersScrap Dryer & Scrap Preheaters
Scrap Dryer & Scrap Preheaters
 

Similar to Pp No 22 Th 2008

Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008
JalinKrakatau
 
Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008
Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008
Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008
JalinKrakatau
 
Bahan Tayang Modul 02 Peraturan Perundang-undangan dan Kelembagaan Terkait Ba...
Bahan Tayang Modul 02 Peraturan Perundang-undangan dan Kelembagaan Terkait Ba...Bahan Tayang Modul 02 Peraturan Perundang-undangan dan Kelembagaan Terkait Ba...
Bahan Tayang Modul 02 Peraturan Perundang-undangan dan Kelembagaan Terkait Ba...
AnggaTheRevRamadhan
 
Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008
Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008
Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008
JalinKrakatau
 
Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2005
Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2005Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2005
Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2005
JalinKrakatau
 
Peraturan Pemerintah No. 57 Tahun 2005 tentang Hibah Kepada Daerah
Peraturan Pemerintah No. 57 Tahun 2005 tentang Hibah Kepada DaerahPeraturan Pemerintah No. 57 Tahun 2005 tentang Hibah Kepada Daerah
Peraturan Pemerintah No. 57 Tahun 2005 tentang Hibah Kepada Daerah
Penataan Ruang
 
64 pmk.05 2020_per
64 pmk.05 2020_per64 pmk.05 2020_per
64 pmk.05 2020_per
HendriTAsworo
 
1. perpres nomor 54 tahun 2020
1. perpres nomor 54 tahun 20201. perpres nomor 54 tahun 2020
1. perpres nomor 54 tahun 2020
adminrepublikaid
 
Profil BNPB-1-1.pptx
Profil BNPB-1-1.pptxProfil BNPB-1-1.pptx
Profil BNPB-1-1.pptx
HenrikusAdiHernanto
 
PPT PENANGGULANGAN KEDARURATAN PASCA BENCANA.pptx
PPT PENANGGULANGAN KEDARURATAN PASCA BENCANA.pptxPPT PENANGGULANGAN KEDARURATAN PASCA BENCANA.pptx
PPT PENANGGULANGAN KEDARURATAN PASCA BENCANA.pptx
fahlevi1
 
Kelembagaan dan tugas_serta_fungsi_bnpb[1]
Kelembagaan dan tugas_serta_fungsi_bnpb[1]Kelembagaan dan tugas_serta_fungsi_bnpb[1]
Kelembagaan dan tugas_serta_fungsi_bnpb[1]
Iqbal Raditya
 
No. 1a Tentang pedoman umum penggunaan belanja tidak terduga (btt)
No. 1a Tentang pedoman umum penggunaan belanja tidak terduga (btt)No. 1a Tentang pedoman umum penggunaan belanja tidak terduga (btt)
No. 1a Tentang pedoman umum penggunaan belanja tidak terduga (btt)
kabupaten_pakpakbharat
 
Permensos no. 20 tahun 2012 idn journal
Permensos no. 20 tahun 2012 idn journalPermensos no. 20 tahun 2012 idn journal
Permensos no. 20 tahun 2012 idn journalIdnJournal
 
Perpu No 1 2020.pdf
Perpu No 1 2020.pdfPerpu No 1 2020.pdf
Perpu No 1 2020.pdf
JalinKrakatau
 
Perpu Nomor 1 Tahun 2020
Perpu Nomor 1 Tahun 2020Perpu Nomor 1 Tahun 2020
Perpu Nomor 1 Tahun 2020
Iqbal Maulana
 
Perpu nomor 1 tahun 2020
Perpu nomor 1 tahun 2020Perpu nomor 1 tahun 2020
Perpu nomor 1 tahun 2020
Nur Hasan Murtiaji
 
Perpu Nomor 1 Tahun 2020
Perpu Nomor 1 Tahun 2020Perpu Nomor 1 Tahun 2020
Perpu Nomor 1 Tahun 2020
Aulia Risyda Fauzi
 
Perpu nomor 1 tahun 2020
Perpu nomor 1 tahun 2020Perpu nomor 1 tahun 2020
Perpu nomor 1 tahun 2020
adminrepublikaid
 

Similar to Pp No 22 Th 2008 (20)

Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008
 
Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008
Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008
Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008
 
Bahan Tayang Modul 02 Peraturan Perundang-undangan dan Kelembagaan Terkait Ba...
Bahan Tayang Modul 02 Peraturan Perundang-undangan dan Kelembagaan Terkait Ba...Bahan Tayang Modul 02 Peraturan Perundang-undangan dan Kelembagaan Terkait Ba...
Bahan Tayang Modul 02 Peraturan Perundang-undangan dan Kelembagaan Terkait Ba...
 
Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008
Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008
Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008
 
Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2005
Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2005Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2005
Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2005
 
057 05 hibah kpd daerah
057 05 hibah kpd daerah057 05 hibah kpd daerah
057 05 hibah kpd daerah
 
057 05 hibah kpd daerah
057 05 hibah kpd daerah057 05 hibah kpd daerah
057 05 hibah kpd daerah
 
Peraturan Pemerintah No. 57 Tahun 2005 tentang Hibah Kepada Daerah
Peraturan Pemerintah No. 57 Tahun 2005 tentang Hibah Kepada DaerahPeraturan Pemerintah No. 57 Tahun 2005 tentang Hibah Kepada Daerah
Peraturan Pemerintah No. 57 Tahun 2005 tentang Hibah Kepada Daerah
 
64 pmk.05 2020_per
64 pmk.05 2020_per64 pmk.05 2020_per
64 pmk.05 2020_per
 
1. perpres nomor 54 tahun 2020
1. perpres nomor 54 tahun 20201. perpres nomor 54 tahun 2020
1. perpres nomor 54 tahun 2020
 
Profil BNPB-1-1.pptx
Profil BNPB-1-1.pptxProfil BNPB-1-1.pptx
Profil BNPB-1-1.pptx
 
PPT PENANGGULANGAN KEDARURATAN PASCA BENCANA.pptx
PPT PENANGGULANGAN KEDARURATAN PASCA BENCANA.pptxPPT PENANGGULANGAN KEDARURATAN PASCA BENCANA.pptx
PPT PENANGGULANGAN KEDARURATAN PASCA BENCANA.pptx
 
Kelembagaan dan tugas_serta_fungsi_bnpb[1]
Kelembagaan dan tugas_serta_fungsi_bnpb[1]Kelembagaan dan tugas_serta_fungsi_bnpb[1]
Kelembagaan dan tugas_serta_fungsi_bnpb[1]
 
No. 1a Tentang pedoman umum penggunaan belanja tidak terduga (btt)
No. 1a Tentang pedoman umum penggunaan belanja tidak terduga (btt)No. 1a Tentang pedoman umum penggunaan belanja tidak terduga (btt)
No. 1a Tentang pedoman umum penggunaan belanja tidak terduga (btt)
 
Permensos no. 20 tahun 2012 idn journal
Permensos no. 20 tahun 2012 idn journalPermensos no. 20 tahun 2012 idn journal
Permensos no. 20 tahun 2012 idn journal
 
Perpu No 1 2020.pdf
Perpu No 1 2020.pdfPerpu No 1 2020.pdf
Perpu No 1 2020.pdf
 
Perpu Nomor 1 Tahun 2020
Perpu Nomor 1 Tahun 2020Perpu Nomor 1 Tahun 2020
Perpu Nomor 1 Tahun 2020
 
Perpu nomor 1 tahun 2020
Perpu nomor 1 tahun 2020Perpu nomor 1 tahun 2020
Perpu nomor 1 tahun 2020
 
Perpu Nomor 1 Tahun 2020
Perpu Nomor 1 Tahun 2020Perpu Nomor 1 Tahun 2020
Perpu Nomor 1 Tahun 2020
 
Perpu nomor 1 tahun 2020
Perpu nomor 1 tahun 2020Perpu nomor 1 tahun 2020
Perpu nomor 1 tahun 2020
 

More from Pekerja Sosial Masyarakat

PENGENALAN OpenSID.pptx
PENGENALAN OpenSID.pptxPENGENALAN OpenSID.pptx
PENGENALAN OpenSID.pptx
Pekerja Sosial Masyarakat
 
Infaq Dan Shadaqah
Infaq Dan ShadaqahInfaq Dan Shadaqah
Infaq Dan Shadaqah
Pekerja Sosial Masyarakat
 
draf Proposal Ponpes.pdf
draf Proposal Ponpes.pdfdraf Proposal Ponpes.pdf
draf Proposal Ponpes.pdf
Pekerja Sosial Masyarakat
 
prestasi desa.pptx
prestasi desa.pptxprestasi desa.pptx
prestasi desa.pptx
Pekerja Sosial Masyarakat
 
Visi misi desa biaung
Visi misi desa biaungVisi misi desa biaung
Visi misi desa biaung
Pekerja Sosial Masyarakat
 
Buku panduan bpd
Buku panduan bpdBuku panduan bpd
Buku panduan bpd
Pekerja Sosial Masyarakat
 
Modul zakat 2021_kabupaten_sukabumi
Modul zakat 2021_kabupaten_sukabumiModul zakat 2021_kabupaten_sukabumi
Modul zakat 2021_kabupaten_sukabumi
Pekerja Sosial Masyarakat
 
Buku pedoman _rt_rw_pencegahan_covid
Buku pedoman _rt_rw_pencegahan_covidBuku pedoman _rt_rw_pencegahan_covid
Buku pedoman _rt_rw_pencegahan_covid
Pekerja Sosial Masyarakat
 
Paparan strategi percepatan odf
Paparan strategi percepatan odfPaparan strategi percepatan odf
Paparan strategi percepatan odf
Pekerja Sosial Masyarakat
 
Peraturan informasi no_1_2018
Peraturan informasi no_1_2018Peraturan informasi no_1_2018
Peraturan informasi no_1_2018
Pekerja Sosial Masyarakat
 
Power point bpd
Power point  bpdPower point  bpd
Power point bpd
Pekerja Sosial Masyarakat
 
Lampiran 11 Perda Cianjur No 17 2012
Lampiran 11  Perda Cianjur No 17 2012Lampiran 11  Perda Cianjur No 17 2012
Lampiran 11 Perda Cianjur No 17 2012
Pekerja Sosial Masyarakat
 
Lampiran 10 Perda Cianjur No 17 2012
Lampiran 10  Perda Cianjur No 17 2012Lampiran 10  Perda Cianjur No 17 2012
Lampiran 10 Perda Cianjur No 17 2012
Pekerja Sosial Masyarakat
 
Lampiran 06 Perda Cianjur No 17 2012
Lampiran 06   Perda Cianjur No 17 2012Lampiran 06   Perda Cianjur No 17 2012
Lampiran 06 Perda Cianjur No 17 2012
Pekerja Sosial Masyarakat
 
Lampiran 03 Perda Kab. Cianjur no 17 2012
Lampiran 03  Perda Kab. Cianjur no 17 2012Lampiran 03  Perda Kab. Cianjur no 17 2012
Lampiran 03 Perda Kab. Cianjur no 17 2012
Pekerja Sosial Masyarakat
 
Lampiran 02 Perda Cianjur No 17 2012
Lampiran 02   Perda Cianjur No 17 2012Lampiran 02   Perda Cianjur No 17 2012
Lampiran 02 Perda Cianjur No 17 2012
Pekerja Sosial Masyarakat
 
Penjelasan Perda Cianjur No 17 Tahun 2012
Penjelasan Perda Cianjur No 17 Tahun 2012Penjelasan Perda Cianjur No 17 Tahun 2012
Penjelasan Perda Cianjur No 17 Tahun 2012
Pekerja Sosial Masyarakat
 
Perda Cianjur no 17 tahun 2012
Perda Cianjur no 17 tahun 2012Perda Cianjur no 17 tahun 2012
Perda Cianjur no 17 tahun 2012
Pekerja Sosial Masyarakat
 
Kecamatan takokak dalam angka 2018
Kecamatan takokak dalam angka 2018Kecamatan takokak dalam angka 2018
Kecamatan takokak dalam angka 2018
Pekerja Sosial Masyarakat
 
Kecamatan sukanagara dalam angka 2018
Kecamatan sukanagara dalam angka 2018Kecamatan sukanagara dalam angka 2018
Kecamatan sukanagara dalam angka 2018
Pekerja Sosial Masyarakat
 

More from Pekerja Sosial Masyarakat (20)

PENGENALAN OpenSID.pptx
PENGENALAN OpenSID.pptxPENGENALAN OpenSID.pptx
PENGENALAN OpenSID.pptx
 
Infaq Dan Shadaqah
Infaq Dan ShadaqahInfaq Dan Shadaqah
Infaq Dan Shadaqah
 
draf Proposal Ponpes.pdf
draf Proposal Ponpes.pdfdraf Proposal Ponpes.pdf
draf Proposal Ponpes.pdf
 
prestasi desa.pptx
prestasi desa.pptxprestasi desa.pptx
prestasi desa.pptx
 
Visi misi desa biaung
Visi misi desa biaungVisi misi desa biaung
Visi misi desa biaung
 
Buku panduan bpd
Buku panduan bpdBuku panduan bpd
Buku panduan bpd
 
Modul zakat 2021_kabupaten_sukabumi
Modul zakat 2021_kabupaten_sukabumiModul zakat 2021_kabupaten_sukabumi
Modul zakat 2021_kabupaten_sukabumi
 
Buku pedoman _rt_rw_pencegahan_covid
Buku pedoman _rt_rw_pencegahan_covidBuku pedoman _rt_rw_pencegahan_covid
Buku pedoman _rt_rw_pencegahan_covid
 
Paparan strategi percepatan odf
Paparan strategi percepatan odfPaparan strategi percepatan odf
Paparan strategi percepatan odf
 
Peraturan informasi no_1_2018
Peraturan informasi no_1_2018Peraturan informasi no_1_2018
Peraturan informasi no_1_2018
 
Power point bpd
Power point  bpdPower point  bpd
Power point bpd
 
Lampiran 11 Perda Cianjur No 17 2012
Lampiran 11  Perda Cianjur No 17 2012Lampiran 11  Perda Cianjur No 17 2012
Lampiran 11 Perda Cianjur No 17 2012
 
Lampiran 10 Perda Cianjur No 17 2012
Lampiran 10  Perda Cianjur No 17 2012Lampiran 10  Perda Cianjur No 17 2012
Lampiran 10 Perda Cianjur No 17 2012
 
Lampiran 06 Perda Cianjur No 17 2012
Lampiran 06   Perda Cianjur No 17 2012Lampiran 06   Perda Cianjur No 17 2012
Lampiran 06 Perda Cianjur No 17 2012
 
Lampiran 03 Perda Kab. Cianjur no 17 2012
Lampiran 03  Perda Kab. Cianjur no 17 2012Lampiran 03  Perda Kab. Cianjur no 17 2012
Lampiran 03 Perda Kab. Cianjur no 17 2012
 
Lampiran 02 Perda Cianjur No 17 2012
Lampiran 02   Perda Cianjur No 17 2012Lampiran 02   Perda Cianjur No 17 2012
Lampiran 02 Perda Cianjur No 17 2012
 
Penjelasan Perda Cianjur No 17 Tahun 2012
Penjelasan Perda Cianjur No 17 Tahun 2012Penjelasan Perda Cianjur No 17 Tahun 2012
Penjelasan Perda Cianjur No 17 Tahun 2012
 
Perda Cianjur no 17 tahun 2012
Perda Cianjur no 17 tahun 2012Perda Cianjur no 17 tahun 2012
Perda Cianjur no 17 tahun 2012
 
Kecamatan takokak dalam angka 2018
Kecamatan takokak dalam angka 2018Kecamatan takokak dalam angka 2018
Kecamatan takokak dalam angka 2018
 
Kecamatan sukanagara dalam angka 2018
Kecamatan sukanagara dalam angka 2018Kecamatan sukanagara dalam angka 2018
Kecamatan sukanagara dalam angka 2018
 

Recently uploaded

RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
SurosoSuroso19
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
UditGheozi2
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
ssuser289c2f1
 
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
DEVI390643
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
UmyHasna1
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
kinayaptr30
 
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi KomunikasiKarakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
AdePutraTunggali
 
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptxDiseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
LucyKristinaS
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
agusmulyadi08
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
NurSriWidyastuti1
 
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya PositifKoneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Rima98947
 
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdfProgram Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
erlita3
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
EkoPutuKromo
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
Nur afiyah
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
astridamalia20
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
widyakusuma99
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
muhammadRifai732845
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
asyi1
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
agusmulyadi08
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
setiatinambunan
 

Recently uploaded (20)

RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
 
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
 
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi KomunikasiKarakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
 
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptxDiseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
 
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya PositifKoneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
 
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdfProgram Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
 

Pp No 22 Th 2008

  • 1. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 63 dan Pasal 69 ayat (4) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana; Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Dana penanggulangan bencana adalah dana yang digunakan bagi penanggulangan bencana untuk tahap prabencana, saat tanggap darurat, dan/atau pascabencana. 2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, selanjutnya disebut APBN, adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. 3. Anggaran . . .
  • 2. -2- 3. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya disebut APBD, adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. 4. Dana kontinjensi bencana adalah dana yang dicadangkan untuk menghadapi kemungkinan terjadinya bencana tertentu. 5. Dana siap pakai adalah dana yang selalu tersedia dan dicadangkan oleh Pemerintah untuk digunakan pada saat tanggap darurat bencana sampai dengan batas waktu tanggap darurat berakhir. 6. Dana bantuan sosial berpola hibah adalah dana yang disediakan Pemerintah kepada pemerintah daerah sebagai bantuan penanganan pascabencana. 7. Bantuan darurat bencana adalah bantuan untuk memenuhi kebutuhan dasar pada saat tanggap darurat. 8. Penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi. 9. Badan Nasional Penanggulangan Bencana yang selanjutnya disingkat dengan BNPB adalah lembaga pemerintah non-departemen sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 10. Badan Penanggulangan Bencana Daerah yang selanjutnya disingkat BPBD adalah badan pemerintah daerah yang melakukan penyelenggaraan penanggulangan bencana. 11. Instansi/lembaga terkait adalah instansi/lembaga yang terkait dengan penanggulangan bencana. Pasal 2 Pendanaan dan pengelolaan bantuan bencana ditujukan untuk mendukung upaya penanggulangan bencana secara berdayaguna, berhasilguna, dan dapat dipertanggungjawabkan. Pasal 3 . . .
  • 3. -3- Pasal 3 Pengaturan pendanaan dan pengelolaan bantuan bencana meliputi: a. sumber dana penanggulangan bencana; b. penggunaan dana penanggulangan bencana; c. pengelolaan bantuan bencana; dan d. pengawasan, pelaporan, dan pertanggungjawaban pendanaan dan pengelolaan bantuan bencana. BAB II SUMBER DANA PENANGGULANGAN BENCANA Pasal 4 (1) Dana penanggulangan bencana menjadi tanggungjawab bersama antara Pemerintah dan pemerintah daerah. (2) Dana penanggulangan bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal dari: a. APBN; b. APBD; dan/atau c. masyarakat. Pasal 5 (1) Pemerintah dan pemerintah daerah mengalokasikan anggaran penanggulangan bencana dalam APBN dan APBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf a dan huruf b secara memadai. (2) Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disediakan pada tahap prabencana, saat tanggap darurat bencana, dan pascabencana. (3) Dalam anggaran penanggulangan bencana yang bersumber dari APBN sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah menyediakan pula: a. dana kontinjensi bencana; b. dana siap pakai; dan c. dana bantuan sosial berpola hibah. Pasal 6 . . .
  • 4. -4- Pasal 6 (1) Dana kontinjensi bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf a disediakan dalam APBN untuk kegiatan kesiapsiagaan pada tahap prabencana. (2) Dana siap pakai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf b disediakan dalam APBN yang ditempatkan dalam anggaran BNPB untuk kegiatan pada saat tanggap darurat. (3) Pemerintah daerah dapat menyediakan dana siap pakai dalam anggaran penanggulangan bencana yang berasal dari APBD yang ditempatkan dalam anggaran BPBD. (4) Dana siap pakai sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus selalu tersedia sesuai dengan kebutuhan pada saat tanggap darurat. (5) Dana bantuan sosial berpola hibah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf c disediakan dalam APBN untuk kegiatan pada tahap pascabencana. Pasal 7 (1) Pemerintah dan pemerintah daerah mendorong partisipasi masyarakat dalam penyediaan dana yang bersumber dari masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf c. (2) Dana yang bersumber dari masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang diterima oleh Pemerintah dicatat dalam APBN. (3) Dana yang bersumber dari masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang diterima oleh pemerintah daerah dicatat dalam APBD. (4) Pemerintah daerah hanya dapat menerima dana yang bersumber dari masyarakat dalam negeri. (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pencatatan dana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan. (6) Ketentuan . . .
  • 5. -5- (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai pencatatan dana sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri. Pasal 8 Dalam mendorong partisipasi masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Pemerintah atau pemerintah daerah dapat: a. memfasilitasi masyarakat yang akan memberikan bantuan dana penanggulangan bencana; b. memfasilitasi masyarakat yang akan melakukan pengumpulan dana penanggulangan bencana; dan c. meningkatkan kepedulian masyarakat untuk berpartisipasi dalam penyediaan dana. Pasal 9 (1) Setiap pengumpulan dana penanggulangan bencana, wajib mendapat izin dari instansi/lembaga yang berwenang. (2) Setiap izin yang diberikan oleh instansi/lembaga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) salinannya disampaikan kepada BNPB atau BPBD. (3) Tata cara perizinan pengumpulan dana penanggulangan bencana dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB III PENGGUNAAN DANA PENANGGULANGAN BENCANA Bagian Kesatu Umum Pasal 10 (1) Penggunaan dana penanggulangan bencana dilaksanakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, BNPB, dan/atau BPBD sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. (2) Dana . . .
  • 6. -6- (2) Dana penanggulangan bencana digunakan sesuai dengan penyelenggaraan penanggulangan bencana yang meliputi tahap prabencana, saat tanggap darurat, dan/atau pascabencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6. Bagian Kedua Prabencana Pasal 11 Perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban penggunaan dana penanggulangan bencana yang bersumber dari APBN atau APBD pada tahap prabencana dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 12 Dana penanggulangan bencana pada tahap prabencana dialokasikan untuk kegiatan dalam situasi: a. tidak terjadi bencana; dan b. terdapat potensi terjadinya bencana. Pasal 13 Penggunaan dana penanggulangan bencana dalam situasi tidak terjadi bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf a meliputi: a. fasilitasi penyusunan rencana penanggulangan bencana; b. program pengurangan risiko bencana; c. program pencegahan bencana; d. pemaduan perencanaan pembangunan dengan perencanaan penanggulangan bencana; e. penyusunan analisis risiko bencana; f. fasilitasi pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang; g. penyelenggaraan . . .
  • 7. -7- g. penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan penanggulangan bencana; dan h. penyusunan standar teknis penanggulangan bencana. Pasal 14 (1) Penggunaan dana penanggulangan bencana dalam situasi terdapat potensi terjadinya bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf b meliputi: a. kegiatan kesiapsiagaan; b. pembangunan sistem peringatan dini; dan c. kegiatan mitigasi bencana. (2) Kegiatan kesiapsiagaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a menggunakan dana kontinjensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf a. Bagian Ketiga Tanggap Darurat Bencana Pasal 15 (1) Dana penanggulangan bencana yang digunakan pada saat tanggap darurat meliputi: a. dana penanggulangan bencana yang telah dialokasikan dalam APBN atau APBD untuk masing- masing instansi/lembaga terkait; b. dana siap pakai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf b yang dialokasikan dalam anggaran BNPB; dan c. dana siap pakai yang telah dialokasikan pemerintah daerah dalam anggaran BPBD. (2) BNPB atau BPBD sesuai dengan kewenangannya mengarahkan penggunaan dana penanggulangan bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a. Pasal 16 . . .
  • 8. -8- Pasal 16 Penggunaan dana penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) huruf a meliputi: a. pelaksanaan pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan sumber daya; b. kegiatan penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana; c. pemberian bantuan pemenuhan kebutuhan dasar korban bencana; d. pelaksanaan perlindungan terhadap kelompok rentan; dan e. kegiatan pemulihan darurat prasarana dan sarana. Pasal 17 (1) Dana siap pakai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) huruf b digunakan sesuai dengan kebutuhan tanggap darurat bencana. (2) Penggunaan dana siap pakai terbatas pada pengadaan barang dan/atau jasa untuk: a. pencarian dan penyelamatan korban bencana; b. pertolongan darurat; c. evakuasi korban bencana; d. kebutuhan air bersih dan sanitasi; e. pangan; f. sandang; g. pelayanan kesehatan; dan h. penampungan serta tempat hunian sementara. (3) Penggunaan dana siap pakai dilaksanakan berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh Kepala BNPB. Pasal 18 Dalam hal pemerintah daerah mengalokasikan dana siap pakai dalam anggaran BPBD, pengaturan penggunaan dana siap pakai berlaku mutatis mutandis Pasal 17. Bagian Keempat . . .
  • 9. -9- Bagian Keempat Pascabencana Pasal 19 Perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban penggunaan dana penanggulangan bencana yang bersumber dari APBN dan APBD pada tahap pascabencana dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 20 Dana penanggulangan bencana dalam tahap pascabencana digunakan untuk kegiatan: a. rehabilitasi; dan b. rekonstruksi. Pasal 21 Kegiatan rehabilitasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf a meliputi: a. perbaikan lingkungan daerah bencana; b. perbaikan prasarana dan sarana umum; c. pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat; d. pemulihan sosial psikologis; e. pelayanan kesehatan; f. rekonsiliasi dan resolusi konflik; g. pemulihan sosial ekonomi budaya; h. pemulihan keamanan dan ketertiban; i. pemulihan fungsi pemerintahan; atau j. pemulihan fungsi pelayanan publik. Pasal 22 . . .
  • 10. - 10 - Pasal 22 Kegiatan rekonstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf b meliputi: a. pembangunan kembali prasarana dan sarana; b. pembangunan kembali sarana sosial masyarakat; c. pembangkitan kembali kehidupan sosial budaya masyarakat; d. penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan peralatan yang lebih baik dan tahan bencana; e. partisipasi dan peran serta lembaga dan organisasi kemasyarakatan, dunia usaha dan masyarakat; f. peningkatan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya; g. peningkatan fungsi pelayanan publik; atau h. peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat. Pasal 23 (1) Pemerintah dapat memberikan bantuan untuk pembiayaan pascabencana kepada pemerintah daerah yang terkena bencana berupa dana bantuan sosial berpola hibah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf c. (2) Untuk memperoleh bantuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pemerintah daerah mengajukan permohonan tertulis kepada Pemerintah melalui BNPB. (3) Berdasarkan permohonan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (2), BNPB melakukan evaluasi, verifikasi, dan mengkoordinasikannya dengan instansi/lembaga terkait. (4) Hasil evaluasi dan verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan oleh Kepala BNPB dan disampaikan kepada Menteri Keuangan untuk selanjutnya diajukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat untuk mendapatkan persetujuan penggunaan dana bantuan sosial berpola hibah. BAB IV . . .
  • 11. - 11 - BAB IV PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA Bagian Kesatu Umum Pasal 24 (1) Pemerintah dan pemerintah daerah menyediakan dan memberikan bantuan bencana kepada korban bencana. (2) Bantuan bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari: a. santunan duka cita; b. santunan kecacatan; c. pinjaman lunak untuk usaha produktif; dan d. bantuan pemenuhan kebutuhan dasar. Bagian Kedua Santunan Duka Cita Pasal 25 (1) Santunan duka cita sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2) huruf a diberikan kepada korban meninggal dalam bentuk: a. biaya pemakaman; dan/atau b. uang duka. (2) Santunan duka cita sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan setelah dilakukan pendataan, identifikasi, dan verifikasi oleh instansi/lembaga yang berwenang yang dikoordinasikan oleh BNPB atau BPBD sesuai dengan kewenangannya. (3) Santunan duka cita sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan kepada ahli waris korban. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian dan besaran bantuan santunan duka cita sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan peraturan Kepala BNPB setelah mendapat persetujuan Menteri Keuangan. Bagian Ketiga . . .
  • 12. - 12 - Bagian Ketiga Santunan Kecacatan Pasal 26 (1) Santunan kecacatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2) huruf b diberikan kepada korban bencana yang mengalami kecacatan mental dan/atau fisik. (2) Santunan kecacatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan setelah dilakukan pendataan, identifikasi, dan verifikasi oleh instansi/lembaga yang berwenang yang dikoordinasikan oleh BNPB atau BPBD sesuai dengan kewenangannya. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian dan besaran bantuan santunan kecacatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Kepala BNPB setelah mendapat persetujuan Menteri Keuangan. Bagian Keempat Pinjaman Lunak untuk Usaha Produktif Pasal 27 (1) Pinjaman lunak untuk usaha produktif diberikan kepada korban bencana yang kehilangan mata pencaharian. (2) Pinjaman lunak untuk usaha produktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam bentuk: a. kredit usaha produktif; atau b. kredit pemilikan barang modal. (3) Pinjaman lunak sebagaimana dimaksud pada ayat (2), diberikan setelah dilakukan pendataan, identifikasi, dan verifikasi oleh instansi/lembaga yang berwenang yang dikoordinasikan oleh BNPB atau BPBD sesuai dengan kewenangannya. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian dan besaran pinjaman lunak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Kepala BNPB setelah mendapat persetujuan Menteri Keuangan. Bagian Kelima . . .
  • 13. - 13 - Bagian Kelima Bantuan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Pasal 28 (1) Bantuan pemenuhan kebutuhan dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2) huruf d diberikan kepada korban bencana dalam bentuk: a. penampungan sementara; b. bantuan pangan; c. sandang; d. air bersih dan sanitasi; dan e. pelayanan kesehatan. (2) Bantuan darurat bencana untuk pemenuhan kebutuhan dasar korban bencana diberikan dengan memperhatikan standar minimal kebutuhan dasar dengan memperhatikan prioritas kepada kelompok rentan. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian bantuan pemenuhan kebutuhan dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Kepala BNPB. Bagian Keenam Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Bantuan Pasal 29 (1) BNPB berwenang mengkoordinasikan pengendalian, pengumpulan, dan penyaluran bantuan darurat bencana pada tingkat nasional. (2) BPBD berwenang mengkoordinasikan pengendalian, pengumpulan dan penyaluran bantuan darurat bencana pada tingkat daerah. Pasal 30 (1) Tata cara pengelolaan serta pertanggungjawaban penggunaan bantuan darurat bencana diberikan perlakuan khusus sesuai dengan kebutuhan, situasi, dan kondisi kedaruratan. (2) Ketentuan . . .
  • 14. - 14 - (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengelolaan serta pertanggungjawaban penggunaan bantuan darurat bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Kepala BNPB. BAB V PENGAWASAN DAN LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN Bagian Kesatu Umum Pasal 31 (1) Pemerintah, pemerintah daerah, BNPB atau BPBD sesuai dengan kewenangannya melaksanakan pengawasan dan laporan pertanggungjawaban terhadap pengelolaan dana dan bantuan penanggulangan bencana. (2) Instansi/lembaga terkait bersama BNPB atau BPBD melakukan pengawasan terhadap penyaluran bantuan dana yang dilakukan oleh masyarakat kepada korban bencana. Bagian Kedua Pengawasan Pasal 32 Pemerintah dan pemerintah daerah melaksanakan pengawasan terhadap pengelolaan dana dan bantuan pada seluruh tahapan penanggulangan bencana. Bagian Ketiga Laporan Pertanggungjawaban Pasal 33 Laporan pertanggungjawaban pelaksanaan penanggulangan bencana, baik keuangan maupun kinerja pada tahap prabencana dan pascabencana dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 34 . . .
  • 15. - 15 - Pasal 34 (1) Pertanggungjawaban penggunaan dana penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat bencana diperlakukan secara khusus sesuai dengan kondisi kedaruratan dan dilaksanakan sesuai dengan prinsip akuntabilitas dan transparansi. (2) Laporan pertanggungjawaban pelaksanaan penanggulangan bencana, baik keuangan maupun kinerja pada saat tanggap darurat dilaporkan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah masa tanggap darurat. Pasal 35 (1) Pelaporan keuangan penanggulangan bencana yang bersumber dari APBN atau APBD dilakukan sesuai standar akuntansi pemerintahan. (2) Sistem akuntansi dana penanggulangan bencana yang bersumber dari masyarakat dilakukan sesuai pedoman yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Pasal 36 Semua laporan pertanggungjawaban penanggulangan bencana, baik keuangan maupun kinerjanya, diaudit sesuai dengan peraturan perundang-undangan. BAB VI KETENTUAN PENUTUP Pasal 37 Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar . . .
  • 16. - 16 - Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan menempatkannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 28 Februari 2008 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd. DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO Diundangkan di Jakarta pada tanggal 28 Februari 2008 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd. ANDI MATTALATTA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2008 NOMOR 43 Salinan sesuai dengan aslinya SEKRETARIAT NEGARA RI Kepala Biro Peraturan Perundang-undangan Bidang Politik dan Kesejahteraan Rakyat, Wisnu Setiawan
  • 18. PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA I. UMUM Indonesia dikenal sebagai daerah rawan bencana. Bencana yang terjadi di Indonesia sangatlah beragam baik jenis maupun skalanya (magnitude). Di samping bencana alam Indonesia juga rawan terhadap bencana akibat ulah manusia. Hal ini disebabkan karena faktor letak geografis dan geologi serta demografi. Bencana mengakibatkan dampak terhadap kehilangan jiwa manusia, harta benda, dan kerusakan prasarana dan sarana. Kerugian harta benda dan prasarana dapat mencapai jumlah yang sangat besar dan diperlukan dana yang cukup besar pula untuk pemulihannya. Penanggulangan bencana merupakan suatu rangkaian kegiatan yang bersifat preventif, penyelamatan, dan rehabilitatif yang harus diselenggarakan secara koordinatif, komprehensif, serentak, cepat, tepat, dan akurat melibatkan lintas sektor dan lintas wilayah sehingga memerlukan koordinasi berbagai instansi terkait dengan penekanan pada kepedulian publik dan mobilisasi masyarakat. Seluruh sistem, pengaturan, organisasi, rencana dan program yang berkaitan dengan hal-hal inilah yang disebut penanggulangan bencana. Agar menjadi efektif, penanggulangan bencana harus melibatkan semua sektor, termasuk sektor non-pemerintah, sektor swasta dan masyarakat, melibatkan semua tingkatan masyarakat dari tingkat nasional tertinggi sampai ke desa terkecil. Guna menghindarkan dan mengurangi kerugian yang sangat besar, maka diperlukan upaya penanggulangan sejak dari pencegahan, mitigasi, tanggap darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi. Untuk melakukan kegiatan-kegiatan tersebut, dibutuhkan dana penanggulangan bencana. Dengan telah disahkannya Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, merupakan bukti satu langkah maju dalam hal upaya Pemerintah dalam menangani bencana. Undang-Undang . . .
  • 19. -2- Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Pasal 63 dan 69 ayat (4) mengamanatkan perlunya menerbitkan peraturan pemerintah yang mengatur tentang mekanisme pengelolaan dana dan tata cara pemberian dan besarnya bantuan penanggulangan bencana. Untuk melaksanakan kedua ketentuan tersebut, Peraturan Pemerintah tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana ini mengatur beberapa hal penting, antara lain sumber, alokasi, perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pelaporan dan pertanggungjawaban pada tahap prabencana, saat tanggap darurat dan pascabencana. Terkait dengan pendanaan dan pengelolaan bantuan bencana, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengkoordinasikan kegiatan penyusunan rencana penggunaan dana penanggulangan bencana pada tahap prabencana dan pascabencana pada tingkat pusat, sementara pada tingkat daerah koordinasi dilakukan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Khusus anggaran penanggulangan bencana untuk saat tanggap darurat dialokasikan oleh Pemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Sedangkan pemerintah daerah dapat mengalokasikan dana siap pakai dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Untuk menghindari terjadinya kesalahan dan penyimpangan dalam pelaksanaannya, kegiatan penyusunan rencana dan penggunaan dana dan bantuan bencana harus dilaporkan dan dipertanggungjawabkan sesuai prinsip akuntabilitas dan transparansi. Kegiatan pengawasan dan laporan pertanggungjawaban terhadap pengelolaan dana dan bantuan bencana dilaksanakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, BNPB, dan BPBD. Pengawasan terhadap seluruh kegiatan penanggulangan bencana dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat pada setiap tahapan bencana, agar tidak terjadi penyimpangan dalam penggunaan dana penanggulangan bencana. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 Cukup jelas. Pasal 3 Cukup jelas. Pasal 4 . . .
  • 20. -3- Pasal 4 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Huruf a Cukup jelas. Huruf b Cukup jelas. Huruf c Yang dimaksud dengan “masyarakat” adalah orang perseorangan, badan usaha, lembaga swadaya masyarakat, baik dalam maupun luar negeri. Pasal 5 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Huruf a Cukup jelas. Huruf b Cukup jelas. Huruf c. Yang dimaksud dengan “dana bantuan sosial berpola hibah” adalah block grant. Pasal 6 Cukup jelas. Pasal 7 Cukup jelas. Pasal 8 Cukup jelas. Pasal 9 . . .
  • 21. -4- Pasal 9 Cukup jelas. Pasal 10 Cukup jelas. Pasal 11 Cukup jelas. Pasal 12 Cukup jelas. Pasal 13 Cukup jelas. Pasal 14 Cukup jelas. Pasal 15 Ayat (1) Huruf a Cukup jelas. Huruf b Dana siap pakai dalam ketentuan ini digunakan juga dalam status keadaan darurat. Huruf c Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 16 Cukup jelas. Pasal 17 Cukup jelas. Pasal 18 . . .
  • 22. -5- Pasal 18 Cukup jelas. Pasal 19 Cukup jelas. Pasal 20 Cukup jelas. Pasal 21 Cukup jelas. Pasal 22 Cukup jelas. Pasal 23 Cukup jelas. Pasal 24 Cukup jelas. Pasal 25 Cukup jelas. Pasal 26 Cukup jelas. Pasal 27 Cukup jelas. Pasal 28 Cukup jelas. Pasal 29 Cukup jelas. Pasal 30 Cukup jelas. Pasal 31 . . .
  • 23. -6- Pasal 31 Cukup jelas. Pasal 32 Cukup jelas. Pasal 33 Cukup jelas. Pasal 34 Ayat (1) Yang dimaksud dengan “diperlakukan secara khusus” dalam ketentuan ini adalah meskipun bukti pertanggungjawaban yang diberikan tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku, namun bukti pertanggungjawaban tersebut diperlakukan sebagai dokumen pertanggungjawaban keuangan yang sah. Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 35 Cukup jelas. Pasal 36 Cukup jelas. Pasal 37 Cukup jelas. TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4829