Peraturan ini mengatur tentang pedoman pembangunan Unit Percontohan Penyuluhan Kehutanan (UPPK) untuk meningkatkan efektivitas penyuluhan kehutanan. UPPK berfungsi sebagai sarana pembelajaran, model penguatan kelembagaan kelompok tani hutan, dan peningkatan kapasitas penyuluh. Lokasi UPPK ditetapkan melalui sosialisasi, pemilihan calon lokasi, dan pengusulan berdasarkan kriteria tertentu se
Peran Pemuda Dalam Upaya Pelestarian LingkunganPebri Nurhayati
1. Dokumen tersebut menyoroti keanekaragaman hayati Indonesia yang kaya akan jenis tumbuhan, mamalia, dan burung;
2. Indonesia juga dihadapkan pada berbagai tantangan lingkungan seperti pemanasan global, sampah, banjir, dan pertambangan liar;
3. Dokumen ini mendorong generasi muda untuk peduli terhadap lingkungan dan berkontribusi menjadikan Indonesia lebih hijau.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Sampah organik di permukiman perlu dikelola dengan baik untuk mencegah dampaknya yang merugikan bagi kesehatan manusia dan lingkungan sekitar. Kompos merupakan salah satu cara pengelolaan sampah organik yang efektif dan bermanfaat.
Peran Pemuda Dalam Upaya Pelestarian LingkunganPebri Nurhayati
1. Dokumen tersebut menyoroti keanekaragaman hayati Indonesia yang kaya akan jenis tumbuhan, mamalia, dan burung;
2. Indonesia juga dihadapkan pada berbagai tantangan lingkungan seperti pemanasan global, sampah, banjir, dan pertambangan liar;
3. Dokumen ini mendorong generasi muda untuk peduli terhadap lingkungan dan berkontribusi menjadikan Indonesia lebih hijau.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Sampah organik di permukiman perlu dikelola dengan baik untuk mencegah dampaknya yang merugikan bagi kesehatan manusia dan lingkungan sekitar. Kompos merupakan salah satu cara pengelolaan sampah organik yang efektif dan bermanfaat.
Laporan ini membahas tentang litosfer dan proses-proses geografis yang mempengaruhinya. Litosfer adalah lapisan kulit bumi yang terdiri dari batuan silikat dengan ketebalan 70 km. Bentuk permukaan bumi dipengaruhi oleh tenaga dalam (tektonik, vulkanisme, gempa) dan luar (pelapukan, erosi, pergerakan massa). Proses-proses ini secara berkelanjutan mengubah relief dan morfologi permukaan bumi.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian kebakaran hutan, faktor penyebabnya, bentuk-bentuk kebakaran hutan, kebijakan pemerintah dalam pengelolaan dan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan sesuai dengan peraturan perundang-undangan lingkungan hidup dan kehutanan. Dokumen juga menjelaskan struktur organisasi penanggulangan kebakaran hutan di Kabupaten Rokan Hilir.
Keputusan Menteri Agraria dan Tata Ruang menetapkan luas lahan baku sawah nasional tahun 2018 seluas 7,1 juta hektar berdasarkan hasil rapat koordinasi teknis yang menyepakati data luas lahan baku sawah. Informasi geospasial lahan baku sawah akan dikelola oleh Pusat Data dan Informasi Pertanahan, Tata Ruang dan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Kementerian Agraria dan Tata Ruang.
Dokumen ini membahas rencana kick off meeting untuk jasa konsultansi pemantauan lingkungan beberapa proyek pembangunan PLTU di Nusa Tenggara, mencakup kerangka pikir, jadwal, klasifikasi data, dan laporan hasil pemantauan lingkungan.
1. BUMDes (Badan Usaha Milik Desa) dapat memperkuat ekonomi lokal dan menjadi solusi untuk menghadapi ACFTA. BUMDes mampu memanfaatkan sumber daya lokal, menyerap tenaga kerja besar, dan meningkatkan ekspor produk lokal.
2. BUMDes berorientasi pada pengembangan UMKM dan peningkatan pendapatan masyarakat desa. BUMDes dapat memaksimalkan potensi lokal seperti hasil
Dokumen tersebut membahas tentang susunan organisasi perangkat desa dan tugas serta fungsinya. Terdapat informasi mengenai Kepala Desa, Sekretaris Desa, Kepala Urusan, Kepala Seksi, Kepala Dusun beserta tugas dan fungsinya. Juga dijelaskan mengenai pengelolaan keuangan desa berdasarkan Permendagri dan azas-azas pengelolaannya.
Buku ajar ini membahas manajemen hutan dengan fokus pada kaidah ilmiah dan teknis pengelolaan hutan. Definisi manajemen hutan yang diadopsi adalah penerapan prinsip kehutanan dengan mempertimbangkan aspek bisnis dan sosial untuk mencapai tujuan pengelolaan hutan secara berkelanjutan. Bab pendahuluan ini memperkenalkan ruang lingkup dan tujuan manajemen hutan.
[Ringkasan]
Buku ini membahas kebijakan bantuan pengadaan sarana dan prasarana pendukung rumah tidak layak huni bagi masyarakat miskin di Kabupaten Pakpak Bharat. Buku ini menjelaskan latar belakang, tujuan, ruang lingkup, dan peraturan yang menjadi acuan program ini. Buku ini juga menggambarkan kondisi umum Kabupaten Pakpak Bharat dan permasalahan rumah tidak layak huni yang dihadapi masyarakat.
Permenhut ri no 78 th 2014 ttg pedoman penyusunan programa penyuluhan kehutananJhon Blora
Peraturan ini mengatur tentang pedoman penyusunan program penyuluhan kehutanan. Program penyuluhan kehutanan dibagi menjadi beberapa tingkatan yakni tingkat kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, dan nasional. Substansi program penyuluhan kehutanan meliputi matrik dan narasi yang mencakup keadaan wilayah, tujuan, permasalahan, sasaran, dan cara mencapai tujuan. Keadaan wilayah meliputi sumber daya alam, manus
Laporan ini membahas tentang litosfer dan proses-proses geografis yang mempengaruhinya. Litosfer adalah lapisan kulit bumi yang terdiri dari batuan silikat dengan ketebalan 70 km. Bentuk permukaan bumi dipengaruhi oleh tenaga dalam (tektonik, vulkanisme, gempa) dan luar (pelapukan, erosi, pergerakan massa). Proses-proses ini secara berkelanjutan mengubah relief dan morfologi permukaan bumi.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian kebakaran hutan, faktor penyebabnya, bentuk-bentuk kebakaran hutan, kebijakan pemerintah dalam pengelolaan dan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan sesuai dengan peraturan perundang-undangan lingkungan hidup dan kehutanan. Dokumen juga menjelaskan struktur organisasi penanggulangan kebakaran hutan di Kabupaten Rokan Hilir.
Keputusan Menteri Agraria dan Tata Ruang menetapkan luas lahan baku sawah nasional tahun 2018 seluas 7,1 juta hektar berdasarkan hasil rapat koordinasi teknis yang menyepakati data luas lahan baku sawah. Informasi geospasial lahan baku sawah akan dikelola oleh Pusat Data dan Informasi Pertanahan, Tata Ruang dan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Kementerian Agraria dan Tata Ruang.
Dokumen ini membahas rencana kick off meeting untuk jasa konsultansi pemantauan lingkungan beberapa proyek pembangunan PLTU di Nusa Tenggara, mencakup kerangka pikir, jadwal, klasifikasi data, dan laporan hasil pemantauan lingkungan.
1. BUMDes (Badan Usaha Milik Desa) dapat memperkuat ekonomi lokal dan menjadi solusi untuk menghadapi ACFTA. BUMDes mampu memanfaatkan sumber daya lokal, menyerap tenaga kerja besar, dan meningkatkan ekspor produk lokal.
2. BUMDes berorientasi pada pengembangan UMKM dan peningkatan pendapatan masyarakat desa. BUMDes dapat memaksimalkan potensi lokal seperti hasil
Dokumen tersebut membahas tentang susunan organisasi perangkat desa dan tugas serta fungsinya. Terdapat informasi mengenai Kepala Desa, Sekretaris Desa, Kepala Urusan, Kepala Seksi, Kepala Dusun beserta tugas dan fungsinya. Juga dijelaskan mengenai pengelolaan keuangan desa berdasarkan Permendagri dan azas-azas pengelolaannya.
Buku ajar ini membahas manajemen hutan dengan fokus pada kaidah ilmiah dan teknis pengelolaan hutan. Definisi manajemen hutan yang diadopsi adalah penerapan prinsip kehutanan dengan mempertimbangkan aspek bisnis dan sosial untuk mencapai tujuan pengelolaan hutan secara berkelanjutan. Bab pendahuluan ini memperkenalkan ruang lingkup dan tujuan manajemen hutan.
[Ringkasan]
Buku ini membahas kebijakan bantuan pengadaan sarana dan prasarana pendukung rumah tidak layak huni bagi masyarakat miskin di Kabupaten Pakpak Bharat. Buku ini menjelaskan latar belakang, tujuan, ruang lingkup, dan peraturan yang menjadi acuan program ini. Buku ini juga menggambarkan kondisi umum Kabupaten Pakpak Bharat dan permasalahan rumah tidak layak huni yang dihadapi masyarakat.
Permenhut ri no 78 th 2014 ttg pedoman penyusunan programa penyuluhan kehutananJhon Blora
Peraturan ini mengatur tentang pedoman penyusunan program penyuluhan kehutanan. Program penyuluhan kehutanan dibagi menjadi beberapa tingkatan yakni tingkat kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, dan nasional. Substansi program penyuluhan kehutanan meliputi matrik dan narasi yang mencakup keadaan wilayah, tujuan, permasalahan, sasaran, dan cara mencapai tujuan. Keadaan wilayah meliputi sumber daya alam, manus
Peraturan Menteri Kehutanan ini mengatur tentang pemberdayaan masyarakat setempat melalui kemitraan kehutanan dengan tujuan meningkatkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat. Kemitraan kehutanan merupakan kerjasama antara masyarakat setempat dengan pemegang izin pemanfaatan hutan, pengelola hutan, atau kesatuan pengelolaan hutan berdasarkan prinsip-prinsip kesepakatan, kesetaraan, dan sal
03g. P.32 Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (hal 8).pdfMeldaYeni3
Peraturan Menteri ini mengatur tentang pengendalian kebakaran hutan dan lahan dengan menetapkan definisi kawasan hutan dan jenis-jenis hutan serta pengelolaannya, pedoman penanggulangan kebakaran, dan peran berbagai pihak dalam pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan.
Peraturan Menteri Kehutanan ini menetapkan pedoman penyusunan program penyuluhan kehutanan agar penyelenggara penyuluhan di seluruh tingkatan memiliki acuan yang sama dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan penyuluhan. Pedoman ini mengatur tentang ruang lingkup, maksud, tujuan, dan definisi istilah yang terkait dengan penyusunan program penyuluhan kehutanan.
Peraturan Menteri Kehutanan ini mengatur tentang metode dan materi penyuluhan kehutanan yang meliputi pengertian istilah, maksud dan tujuan, metode penyuluhan berdasarkan tujuan, jumlah sasaran, media dan teknik komunikasi, serta pengelompokan metode penyuluhan kehutanan.
Peraturan ini mengatur tentang tata cara pengenaan, pemungutan, dan penyetoran provisi sumber daya hutan, dana reboisasi, penggantian nilai tegakan, dan ganti rugi tegakan. Regulasi ini mendefinisikan berbagai istilah terkait kehutanan dan mengatur ketentuan umum mengenai penerimaan negara bukan pajak di sektor kehutanan.
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 mengatur tentang tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan serta pemanfaatan hutan. Peraturan ini mengatur tentang kesatuan pengelolaan hutan (KPH), yang terdiri dari KPH konservasi, KPH lindung, dan KPH produksi. Peraturan ini juga mengatur tentang penetapan luas wilayah KPH oleh Menteri dengan memperhatikan efisiensi dan efektivitas pengelolaan hutan.
Peraturan Menteri ini menetapkan pedoman umum pengembangan perhutanan masyarakat pedesaan berbasis konservasi. Tujuannya adalah untuk memperbaiki kondisi daerah aliran sungai, mengurangi kemiskinan dan pengangguran, serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat pedesaan. Sasarannya adalah memberikan bantuan langsung kepada kelompok masyarakat di 32 provinsi sebesar maksimal R
Peraturan Menteri Kehutanan No. P.49/Menhut-II/2008 mengatur tentang Hutan Desa. Dokumen ini menjelaskan ketentuan umum seperti definisi istilah, maksud dan tujuan, ruang lingkup pengaturan Hutan Desa. Dokumen ini juga mengatur tentang penetapan areal kerja Hutan Desa melalui proses verifikasi dan penetapan oleh Menteri Kehutanan berdasarkan usulan Bupati/Walikota.
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 mengatur tentang tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan serta pemanfaatan hutan. Peraturan ini mengatur tentang kesatuan pengelolaan hutan (KPH), tata cara penetapan KPH, izin pemanfaatan hutan, dan ketentuan umum lainnya terkait pengelolaan hutan di Indonesia.
Pp no 6_th_2007 tata cara pengelolaan hutanwalhiaceh
Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang tata hutan, penyusunan rencana pengelolaan hutan, dan pemanfaatan hutan. Kawasan hutan terbagi menjadi 3 fungsi pokok yaitu hutan konservasi, hutan lindung, dan hutan produksi. Kawasan hutan dikelola dalam satuan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) yang mencakup satu atau lebih fungsi pokok hutan dan satu wilayah administrasi. Pemerintah dapat melimpahkan pengel
Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Bidang Lingkungan Hidup dan Kehutanan ber...CIFOR-ICRAF
Dokumen tersebut membahas tentang penyelenggaraan urusan pemerintahan bidang kehutanan antara pemerintah pusat dan daerah sesuai dengan UU No. 23 Tahun 2014. Dokumen menjelaskan pembagian urusan kehutanan antara pemerintah pusat dan daerah provinsi serta daerah kabupaten/kota berdasarkan lampiran BB UU 23/2014 yang meliputi perencanaan hutan, pengelolaan hutan, dan pengelolaan kawasan hut
Similar to Permenhut no 44 th 2014 ttg pedoman pembangunan unit percontohan penyuluhan kehutanan (20)
Permenhut ri no 91 th 2014 ttg penatausahaan hasil hutan bukan kayu yang bera...Jhon Blora
Peraturan ini mengatur tentang penatausahaan hasil hutan bukan kayu yang berasal dari hutan negara, mencakup kegiatan pencatatan, dokumentasi, dan pelaporan hasil hutan bukan kayu mulai dari perencanaan, pemanenan, pengukuran, pengangkutan, pengolahan, serta menetapkan definisi hasil hutan bukan kayu, hutan negara, izin usaha, dan pihak-pihak terkait.
Permenhut no 38 th 2014 ttg p engenaan tarif rp.0Jhon Blora
Peraturan Menteri Kehutanan ini mengatur tentang tata cara dan persyaratan kegiatan tertentu yang dikenakan tarif Rp. 0,00 di kawasan konservasi. Kegiatan tertentu tersebut meliputi penelitian, sosial, religi, dan pemanfaatan hasil hutan untuk bantuan bencana. Kelompok yang dikenakan tarif nol rupiah antara lain mahasiswa peneliti, masyarakat sekitar untuk kegiatan sosial dan religi, serta masyar
Permenhut no 24 th 2014 ttg tata cara penulisan pembayaranJhon Blora
Peraturan ini mengatur perubahan kedua atas peraturan sebelumnya tentang tata cara penulisan referensi 15 digit pada pembayaran provisi sumber daya hutan, dana reboisasi, dan iuran izin usaha pemanfaatan hutan. Perubahan ini mengikuti perkembangan pembentukan provinsi dan kabupaten/kota baru serta menyesuaikan ketentuan terkait penentuan kode provinsi dan kabupaten/kota.
Peraturan ini mengatur tentang izin pemanfaatan kayu dari kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi, tukar menukar kawasan hutan, pinjam pakai kawasan hutan, dan areal penggunaan lain. Izin pemanfaatan kayu diberikan untuk memanfaatkan kayu dan/atau bukan kayu dari kawasan-kawasan hutan tersebut melalui kegiatan seperti pemanenan, pengayaan, dan pemasaran hasil hutan. Peraturan ini juga
Peraturan Menteri Kehutanan ini mengatur tentang penatausahaan hasil hutan yang berasal dari hutan hak, meliputi pemanenan, pengukuran, penetapan jenis, pengangkutan, pengolahan, dan pelaporan. Dokumen yang diperlukan untuk pengangkutan hasil hutan hak adalah Nota Angkutan, Nota Angkutan Penggunaan Sendiri, atau Surat Keterangan Asal Usul yang menyatakan kepemilikan dan menjadi bukti legal
Peraturan Menteri Kehutanan mengatur penatausahaan hasil hutan kayu yang berasal dari hutan tanaman pada hutan produksi, mencakup tata cara pencatatan dan pelaporan perencanaan produksi, pemanenan, pengukuran, penandaan, pengangkutan, dan pengolahan hasil hutan kayu bagi pemegang izin pemanfaatan hutan.
Dokumen tersebut memberikan gambaran umum mengenai Kabupaten Blora. Kabupaten Blora terletak di Jawa Tengah bagian timur dengan luas wilayah 182.058,797 km2. Sebagian besar wilayahnya digunakan untuk hutan dan lahan pertanian seperti sawah dan tegalan. Iklimnya panas dengan curah hujan tertinggi di bulan Februari. Tanahnya bervariasi antara aluvial, grumosol, dan mediteran dengan tekstur sedang dan kedal
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai kontribusi sektor usaha terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Blora dari tahun 2009 hingga 2013. Sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar dengan rata-rata di atas 49%, diikuti oleh subsektor tanaman bahan makanan dan kehutanan masing-masing sekitar 30-31% dan 12-13%. Luas hutan rakyat di Kabupaten Blora terus meningkat dari tahun ke tahun.
Permenhut no 44 th 2014 ttg pedoman pembangunan unit percontohan penyuluhan kehutanan
1. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : P.44/Menhut-II/2014
TENTANG
PEDOMAN PEMBANGUNAN UNIT PERCONTOHAN PENYULUHAN KEHUTANAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 31 Undang-Undang Nomor 16
Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian,
Perikanan dan Kehutanan, mengamanatkan untuk
meningkatkan kapasitas kelembagaan penyuluhan dan
kinerja penyuluh, diperlukan sarana dan prasarana yang
memadai agar penyuluhan dapat diselenggarakan dengan
efektif dan efisien;
b. bahwa untuk meningkatkan efektifitas penyelenggaraan
penyuluhan kehutanan diperlukan sarana prasarana
berupa Unit Percontohan Penyuluhan Kehutanan;
c. bahwa Unit Percontohan Penyuluhan Kehutanan
merupakan sarana dan prasarana pembelajaran
masyarakat dan peningkatan kapasitas sumber daya
manusia kehutanan sehingga perlu mendapat dukungan
multi pihak;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan dimaksud huruf a,
huruf b dan huruf c diatas, perlu menetapkan Peraturan
Menteri Kehutanan tentang Pedoman Pembangunan Unit
Percontohan Penyuluhan Kehutanan;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi
Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3419);
2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3888) sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4412);
3. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem
Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor
92, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4660);
Peraturan.....
2. -2-
4. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata
Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Serta
Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4696) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun
2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4814);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4737);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2009 tentang
Pembiayaan, Pembinaan dan Pengawasan Penyuluhan
Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 87, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5018);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2010 tentang
Penelitian dan Pengembangan, serta Pendidikan dan
Pelatihan Kehutanan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 17, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5099);
9. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang
Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan
Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2013;
10. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi Eselon I Kementerian Negara
Republik Indonesia sebagaimana telah diubah beberapa
kali terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 56 Tahun
2013;
11. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 tentang
Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II sebagaimana
telah diubah beberapa kali terakhir dengan Keputusan
Presiden Nomor 5/P Tahun 2013;
12. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.40/Menhut-
II/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Kehutanan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menteri Kehutanan Nomor P.33/Menhut-II/2012;
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEHUTANAN TENTANG PEDOMAN
PEMBANGUNAN UNIT PERCONTOHAN PENYULUHAN
KEHUTANAN.
BAB.....
3. -3-
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:
1. Unit Percontohan Penyuluhan Kehutanan yang selanjutnya disingkat UPPK
adalah lokasi yang ditetapkan untuk memperagakan berbagai aktifitas
kehutanan yang berfungsi sebagai sarana penyuluhan kehutanan, tempat
pembelajaran, model penguatan kelembagaan usaha kelompok
masyarakat/kelompok tani hutan serta model peningkatan kapasitas
penyuluhan kehutanan.
2. Penyuluhan Kehutanan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama dan
pelaku usaha agar mereka mau dan mampu mengorganisasikan dirinya
dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumber daya
lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha,
pendapatan dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam
pelestarian fungsi lingkungan hidup.
3. Penyuluh Kehutanan adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung
jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang
melakukan penyuluhan kehutanan.
4. Penyuluh Kehutanan Swadaya Masyarakat yang selanjutnya disingkat PKSM
adalah pelaku utama atau anggota masyarakat karena kesadaran dan
kepeduliannya terhadap pembangunan kehutanan dan pemberdayaan
masyarakat mau dan mampu melakukan penyuluhan kehutanan secara
swadaya.
5. Penyuluh Kehutanan Swasta yang selanjutnya disingkat PKS adalah pegawai
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Swasta (BUMS)
yang ditetapkan dan diberi tugas melaksanakan penyuluhan kehutanan.
6. Pelaku adalah pihak-pihak yang terlibat langsung dalam penyelenggaraan
pembangunan UPPK yaitu penyuluh kehutanan, kelompok tani hutan dan
pelaku usaha.
7. Pelaku utama adalah masyarakat di dalam dan di sekitar kawasan hutan
yang kehidupannya terkait dengan kehutanan dan atau hasil hutan antara
lain petani hutan, petani dan pengusaha hasil hutan bukan kayu (HHBK)
serta penangkar tumbuhan dan satwa liar, beserta keluarga intinya.
8. Pelaku usaha adalah perorangan warga negara Indonesia atau korporasi
yang dibentuk menurut hukum Indonesia yang mengelola usaha terkait
dengan kehutanan.
9. Hutan Rakyat yang selanjutnya disingkat HR adalah hutan yang tumbuh di
atas tanah yang dibebani hak milik maupun hak lainnya di luar kawasan
hutan dengan ketentuan luas minimum 0,25 hektar, penutupan tajuk
tanaman kayu-kayuan dan tanaman lainnya lebih dari 50%.
10. Hutan Kemasyarakatan yang selanjutnya disingkat HKm adalah hutan
negara yang pemanfaatan utamanya ditujukan untuk memberdayakan
masyarakat.
11. Hutan Desa yang selanjutnya disingkat HD adalah hutan negara yang belum
dibebani izin/hak yang dikelola oleh desa dan dimanfaatkan untuk
kesejahteraan desa.
12. Hutan Tanaman Rakyat yang selanjutnya disingkat HTR adalah hutan
tanaman pada hutan produksi yang dibangun oleh perorangan atau koperasi
untuk meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi dengan
menerapkan silvikultur dalam rangka menjamin kelestarian sumber daya
hutan.
13.Kelompok......
4. -4-
13. Kelompok Tani Hutan yang selanjutnya disingkat KTH adalah kumpulan
petani hutan beserta keluarganya yang tinggal di dalam dan/atau di luar
kawasan hutan yang sebagian atau seluruh usahanya bergerak di bidang
kehutanan termasuk hasil hutan bukan kayu (HHBK).
14. Pendampingan adalah aktivitas penyuluhan kehutanan yang dilakukan
secara terus-menerus pada kegiatan pembangunan kehutanan untuk
mendukung keberhasilan dan keberlanjutan pembangunan kehutanan serta
untuk mewujudkan masyarakat/KTH yang mandiri dan sejahtera.
15. Rancangan pembangunan UPPK adalah dokumen perencanaan
pembangunan UPPK yang disusun oleh kelompok tani hutan bersama
penyuluh kehutanan yang berisi antara lain risalah lokasi, rincian kegiatan,
rincian biaya, tata waktu, serta organisasi UPPK.
Pasal 2
(1) Pembangunan UPPK dimaksudkan sebagai prasarana penyuluhan
kehutanan, tempat pembelajaran dan untuk memperagakan berbagai
aktivitas kehutanan.
(2) Pembangunan UPPK bertujuan untuk model peningkatan kapasitas
penyuluhan kehutanan serta model penguatan kelembagaan usaha
kelompok tani hutan sehingga memberikan dampak dan manfaat terhadap
kelompok tani hutan di sekitarnya.
BAB II
PENETAPAN LOKASI PEMBANGUNAN UPPK
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 3
Penetapan lokasi pembangunan UPPK dilakukan melalui kegiatan:
a. sosialisasi;
b. pemilihan calon lokasi; dan
c. pengusulan dan penetapan lokasi.
Bagian Kedua
Sosialisasi
Pasal 4
(1) Sosialisasi calon lokasi pembangunan UPPK sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 huruf a, dilakukan oleh penyuluh kehutanan kepada kelompok tani
hutan dengan melibatkan kepala desa dan tokoh masyarakat setempat.
(2) Sosialisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan dengan
memberikan materi penjelasan kepada kelompok tani hutan mengenai
pembangunan unit percontohan.
(3) Materi penjelasan yang diberikan dalam sosialisasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) antara lain meliputi :
a. rencana lokasi pembangunan UPPK;
b. rencana kegiatan yang akan dilakukan;
c. para pihak yang terlibat;
d. pembiayaan.
(4)Materi.....
5. -5-
(4) Materi sosialisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disusun oleh penyuluh
kehutanan dengan mempertimbangkan lokasi dan kegiatan masyarakat
kelompok tani hutan yang menjadi sasaran kegiatan pembangunan UPPK.
Bagian Ketiga
Pemilihan Calon Lokasi Pembangunan UUPK
Pasal 5
(1) Calon lokasi pembangunan UPPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
huruf b dipilih dengan persyaratan:
a. memiliki akses yang mudah dijangkau dan strategis;
b. berada di dalam atau di luar kawasan hutan;
c. terdapat kelompok tani hutan yang mempunyai usaha atau
melaksanakan kegiatan di bidang kehutanan;
d. luas lahan lokasi pembangunan UPPK di dalam kawasan hutan minimal
5 (lima) hektar berada dalam satu hamparan;
e. luas lahan lokasi pembangunan UPPK di luar kawasan hutan minimal 5
(lima) hektar dalam pengelolaan kelompok tani hutan.
(2) Dalam hal calon lokasi pembangunan UPPK berada di dalam kawasan hutan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, dipilih pada kawasan yang
sudah dibebani Izin Hutan Kemasyarakatan, Hak Pengelolaan Hutan Desa,
atau Izin Hutan Tanaman Rakyat.
(3) Dalam hal calon lokasi pembangunan UPPK berada di luar kawasan hutan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, dipilih pada lahan milik atau
lahan adat.
Bagian Keempat
Pengusulan dan Penetapan Lokasi
Paragraf 1
Lokasi pembangunan UPPK di dalam kawasan hutan
Pasal 6
(1) Calon lokasi pembangunan UPPK yang berada dalam kawasan hutan yang
telah dibebani izin pemanfaatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat
(2) diusulkan oleh penyuluh kehutanan sebagai lokasi pembangunan UPPK
kepada pemegang IUPHKm, HPHD dan Izin HTR.
(2) Penyuluh Kehutanan dan pemegang izin sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) menyusun rancangan pembangunan UPPK.
(3) Rancangan pembangunan UPPK sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
memuat antara lain:
a. risalah dan sketsa lokasi;
b. rencana kegiatan;
c. identitas anggota kelompok tani hutan;
d. jangka waktu; dan
e. pembiayaan.
(4) Rancangan pembangunan UPPK sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
disetujui oleh instansi penyelenggara pembangunan kehutanan
kabupaten/kota setempat.
Paragraf.....
6. -6-
Paragraf 2
Lokasi pembangunan UPPK di luar kawasan hutan
Pasal 7
(1) Calon lokasi pembangunan UPPK yang berada di luar kawasan hutan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3), diusulkan oleh penyuluh
kehutanan sebagai lokasi pembangunan UPPK kepada kelompok tani hutan
pemilik lahan atau lahan adat.
(2) Penyuluh Kehutanan dan Kelompok Tani Hutan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) menyusun proposal lokasi pembangunan UPPK.
(3) Proposal lokasi pembangunan UPPK sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
memuat antara lain :
a. risalah dan sketsa lokasi;
b. rencana kegiatan;
c. identitas anggota kelompok tani hutan;
d. jangka waktu; dan
e. pembiayaan.
(4) Proposal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disetujui oleh kepala instansi
penyelenggara penyuluhan kehutanan Kabupaten/Kota.
(5) Dalam hal usulan lokasi pembangunan UPPK sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) disetujui oleh kelompok tani hutan pemilik lahan atau lahan adat,
maka disusun perjanjian kerjasama antara instansi penyelenggara
penyuluhan kehutanan kabupaten/kota dengan ketua kelompok tani pemilik
lahan atau lahan adat.
(6) Perjanjian kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (5), memuat antara
lain :
a. letak dan lokasi pembangunan UPPK;
b. luas pembangunan UPPK;
c. jenis kegiatan;
d. sarana penunjang yang akan dibangun;
e. jangka waktu;
f. pembiayaan.
Pasal 8
Format proposal lokasi pembangunan UPPK sebagaimana tercantum dalam
Lampiran I Peraturan ini.
BAB III
RANCANGAN PEMBANGUNAN UPPK
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 9
(1) Untuk menentukan keberhasilan pembangunan UPPK diperlukan rancangan
pembangunan UPPK.
(2)Rancangan......
7. -7-
(2) Rancangan pembangunan UPPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disusun oleh penyuluh kehutanan bersama dengan kelompok tani hutan
secara partisipatif.
(3) Dalam penyusunan rancangan pembangunan UPPK sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dibahas bersama instansi terkait.
Pasal 10
(1) Penyusunan rancangan pembangunan UPPK sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 meliputi kegiatan:
a. pengumpulan data; dan
b. pengolahan data.
(2) Pengumpulan data sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, dilakukan
melalui pengumpulan data primer dan data sekunder.
(3) Data primer sebagaimana dimaksud pada ayat (2), meliputi antara lain luas
dan status lahan, topografi lahan, kondisi vegetatif/penutupan lahan dan
potensi sumber air.
(4) Data sekunder sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi antara lain
data agroklimat, titik koordinat, data sosial ekonomi masyarakat, kelompok
tani hutan, informasi pasar, jenis tanah, jumlah penduduk dan kelembagaan
lainnya.
(5) Pengolahan data sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, dilakukan
dengan cara mengolah data melalui tahapan rekapitulasi, tabulasi, analisis,
dan pembuatan peta lokasi dengan skala 1 : 10.000.
Pasal 11
Format rancangan pembangunan UPPK sebagaimana tercantum dalam Lampiran
II Peraturan ini.
Bagian Kedua
Penilaian dan Pengesahan Rancangan Pembangunan UPPK
Pasal 12
(1) Rancangan pembangunan UPPK yang telah disusun oleh penyuluh
kehutanan bersama kelompok tani hutan dinilai oleh kepala bidang yang
menangani penyuluhan kehutanan pada instansi penyelenggara penyuluhan
kehutanan kabupaten/kota.
(2) Hasil penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disahkan oleh kepala
instansi penyelenggara penyuluhan kabupaten/kota.
Bagian Ketiga
Jangka Waktu Pembangunan UPPK
Pasal 13
(1) Pembangunan UPPK dirancang untuk jangka waktu selama 5 (lima) tahun.
(2)Jangka.....
8. -8-
(2) Jangka waktu 5 (lima) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri
dari tahapan :
a. tahun pertama untuk kegiatan sosialisasi, penetapan lokasi kegiatan
serta penyusunan rancangan pembangunan UPPK.
b. tahun kedua sampai dengan tahun kelima untuk kegiatan penguatan
kelembagaan, peningkatan kapasitas masyarakat dan penyuluh
kehutanan, kegiatan teknis dan penyediaan sarana prasarana,
monitoring dan evaluasi.
c. tahun ketiga sampai dengan tahun kelima, untuk kegiatan lanjutan,
kegiatan pengembangan usaha, kemitraan dan monitoring dan evaluasi,
serta untuk pembelajaran bagi kelompok tani hutan lainnya.
(3) Tahapan jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilanjutkan
pada tahun keenam dan seterusnya dengan kegiatan pendampingan oleh
penyuluh kehutanan sampai terbentuknya kelompok tani hutan mandiri.
Bagian Keempat
Pembiayaan Pembangunan UPPK
Pasal 14
(1) Pembiayaan dalam pembangunan UPPK dialokasikan untuk jangka waktu 5
(lima) tahun.
(2) Pembiayaan pembangunan UPPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
bersumber pada:
a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN);
b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD);
c. Sumber lain yang sah dan tidak mengikat.
Pasal 15
(1) Pelaksanaan pembiayaan pembangunan UPPK dilakukan dengan mengacu
pada peraturan perundang-undangan mengenai pengadaan barang/jasa
pemerintah.
(2) Pembiayaan pembangunan UPPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
digunakan untuk kegiatan:
a. fasilitasi penguatan kelembagaan, kelompok tani hutan dan penyuluh;
b. fasilitasi kegiatan teknis dan pengembangan usaha bidang kehutanan;
c. fasilitasi sarana dan prasarana UPPK;
d. fasilitasi peningkatan kapasitas masyarakat dan kelompok tani hutan
lainnya.
BAB IV
PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBANGUNAN UPPK
Pasal 16
Pelaksanaan pembangunan UPPK meliputi kegiatan :
a. penguatan kelembagaan kelompok tani hutan;
b. pelaksanaan kegiatan teknis dan pengembangan usaha; dan
c. penyediaan sarana dan prasarana.
Pasal......
9. -9-
Pasal 17
Penguatan kelembagaan kelompok tani hutan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 16 huruf a, dilakukan melalui kegiatan :
a. penguatan administrasi kelompok tani hutan;
b. peningkatan kapasitas kelompok tani hutan, yang dilakukan antara lain
dalam bentuk sekolah lapangan, pelatihan, magang, dan studi banding;
c. peningkatan kelembagaan usaha kelompok tani hutan menjadi badan usaha
atau koperasi kelompok tani hutan.
Pasal 18
Pelaksanaan kegiatan teknis dan pengembangan usaha sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 16 huruf b, antara lain dilakukan melalui kegiatan:
a. persiapan;
b. penyediaan sarana dan prasarana produksi;
c. pengembangan usaha;
d. kemitraan dan jejaring usaha.
Pasal 19
Penyediaan sarana prasarana pembangunan UPPK sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 16 huruf c, antara lain:
a. tempat pertemuan;
b. pondok kerja;
c. perpustakaan;
d. papan nama dan papan aktifitas kelompok.
BAB V
PARA PIHAK DALAM PEMBANGUNAN UPPK
Bagian Kesatu
Para Pihak
Pasal 20
Para pihak yang berperan dalam pembangunan UPPK meliputi :
a. pelaku;
b. lembaga/instansi pembina; dan
c. pihak pendukung lainnya.
Pasal 21
Pelaku pembangunan UPPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf a,
terdiri atas :
a. penyuluh kehutanan;
b. kelompok tani hutan;
c. pelaku usaha.
Pasal 22
(1) Penyuluh kehutanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf a,
berperan sebagai pendamping kelompok tani hutan dalam pelaksanaan
pembangunan UPPK sesuai dengan rancangan pembangunan UPPK yang
telah ditetapkan.
(2)Dalam.....
10. -10-
(2) Dalam melaksanakan pendampingan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
penyuluh kehutanan bertugas memfasilitasi pengembangan organisasi
kelompok tani hutan, perencanaan dan pelaksanaan kegiatan, akses
informasi (modal, pasar dan teknologi) serta membangun kemitraan.
Pasal 23
(1) Kelompok tani hutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf b,
berperan sebagai pelaksana pembangunan UPPK.
(2) Dalam pelaksanaan pembangunan UPPK sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), kelompok tani hutan wajib mengembangkan dan memperkuat organisasi,
melaksanakan kegiatan fisik sesuai dengan rancangan pembangunan UPPK
yang telah ditetapkan.
Pasal 24
Pelaku usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf c, berperan sebagai
mitra kelompok tani hutan dan penyuluh kehutanan dalam proses produksi,
paska panen dan akses sumber daya (modal, pasar dan teknologi).
Pasal 25
Lembaga/instansi pembina sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf b terdiri
dari :
a. Bupati/Walikota;
b. Sekretariat Badan Koordinasi Penyuluhan/dinas yang membidangi kehutanan
Provinsi;
c. Instansi Pelaksana Penyuluhan/dinas yang membidangi kehutanan
Kabupaten/Kota;
d. Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian Kehutanan;
e. Badan P2SDM Kehutanan.
Pasal 26
Peran lembaga penyuluhan/instansi pembina sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 25, terdiri atas :
a. Bupati/Walikota berperan sebagai pembina dan penggerak instansi terkait di
daerahnya dalam pelaksanaan pembangunan UPPK.
b. Sekretariat Badan Koordinasi Penyuluhan/dinas yang membidangi kehutanan
Provinsi berperan dalam mengkoordinasikan, integrasi, sinkronisasi kegiatan
dan pendanaan dengan instansi terkait, melakukan pembinaan,
meningkatkan kapasitas penyuluh dan kelompok tani hutan, menyalurkan
sumber dana APBN (dekonsentrasi), monitoring dan evaluasi pembangunan
UPPK.
c. Instansi Pelaksana Penyuluhan Kabupaten/Kota berperan mengalokasikan
sumber dana, pembinaan teknis dan administrasi, koordinasi dengan instansi
terkait, meningkatkan kapasitas penyuluh dan kelompok tani, monitoring dan
evaluasi dalam pembangunan UPPK.
d. Dinas Kehutanan Kabupaten/Kota berperan mengalokasikan sumber dana,
pembinaan teknis, monitoring dan evaluasi dalam pembangunan UPPK.
e.UPT.....
11. -11-
e. UPT Kementerian Kehutanan berperan dalam memberikan bimbingan teknis,
dukungan kegiatan dan dukungan dana sesuai tugas dan fungsi UPT.
f. Badan P2SDM Kehutanan berperan dalam menyiapkan dukungan pendanaan,
pedoman, materi penyuluhan, sarana dan prasarana, meningkatkan kapasitas
penyuluh, serta melakukan pembinaan dan pengendalian pembangunan UPPK.
Pasal 27
Pihak pendukung lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf c, terdiri
dari instansi/lembaga yang mendukung pembangunan UPPK, antara lain :
a. Otoritas Jasa Keuangan;
b. Koperasi; dan
c. Instansi lain yang terkait.
BAB VI
PENGENDALIAN
Pasal 28
(1) Pengendalian dilakukan melalui kegiatan pemantauan, evaluasi dan
pelaporan.
(2) Pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. mengumpulkan data dan informasi pelaksanaan kegiatan pembangunan
UPPK secara terus menerus atau berkala; dan
b. melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan pembangunan UPPK sesuai
dengan target-target yang telah ditetapkan dan mengidentifikasi
hambatan serta solusi pemecahannya.
(3) Pengendalian pembangunan UPPK dilakukan oleh kelompok tani hutan,
instansi penyelenggara penyuluhan kehutanan kabupaten/kota, instansi
koordinasi penyuluhan provinsi dan Badan P2SDM Kehutanan.
(4) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui cara:
a. Penyuluh menyampaikan laporan bulanan, triwulan dan tahunan.
b. Laporan disampaikan kepada instansi pelaksana penyuluhan kehutanan
kabupaten/kota dan/atau dinas kehutanan kabupaten/kota.
c. Instansi pelaksana penyuluhan kehutanan kabupaten/kota dan/atau
dinas kehutanan kabupaten/kota menyampaikan laporan pengendalian
tahunan pembangunan UPPK dan laporan pengendalian akhir
pembangunan UUPK kepada badan koordinasi penyuluhan/dinas
kehutanan provinsi dengan tembusan ke Badan P2SDM Kehutanan.
Pasal 29
(1) Format laporan pelaksanaan kegiatan pembangunan UPPK oleh penyuluh
kehutanan, sebagaimana tercantum dalam Lampiran III Peraturan Menteri
ini.
(2) Format laporan pengendalian tahunan pembangunan UPPK oleh Badan
Pelaksana Penyuluhan/Dinas Kehutanan Kabupaten/Kota sebagaimana
tercantum dalam Lampiran IV Peraturan Menteri ini.
(3)Format....
12. -12-
(3) Format Laporan Pengendalian akhir pembangunan UUPK sebagaimana
tercantum dalam Lampiran V Peraturan Menteri ini.
BAB VII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 30
Kegiatan pembangunan UPPK yang lokasinya berada di luar kawasan hutan dan
ditetapkan sebelum berlakunya Peraturan ini, tetap berlaku sampai berakhirnya
jangka waktu perjanjian.
BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 31
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahui, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri
ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 30 Juni 2014
MENTERI KEHUTANAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
ZULKIFLI HASAN
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 2 Juli 2014
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 903
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM DAN ORGANISASI,
ttd.
KRISNA RYA
13. LAMPIRAN I
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR P.44/Menhut-II/2014
TENTANG
PEDOMAN PEMBANGUNAN UNIT PERCONTOHAN PENYULUHAN
KEHUTANAN
FORMAT PROPOSAL LOKASI PEMBANGUNAN UPPK
COVER : PROPOSAL LOKASI PEMBANGUNAN UPPK
KATA PENGANTAR
LEMBAR PENGESAHAN : Disetujui oleh instansi penyelenggara penyuluhan
kehutanan kabupaten/kota.
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang pemilihan
lokasi pembangunan UPPK
: Diisi dengan latar belakang pemilihan lokasi
pembangunan UPPK
B. Maksud dan tujuan
pembangunan UPPK
: Diisi dengan maksud dan tujuan.
C. Output dan Target UPPK : Diisi dengan penjelasan mengenai output dan target
yang ingin dicapai dalam pembangunan UPPK
II. GAMBARAN UMUM LOKASI UPPK
A. Alamat lokasi pembangunan
UPPK
: Diisi dengan penjelasan mengenai lokasi
pembangunan UPPK, meliputi Desa, Kecamatan,
Kabupaten, Provinsi, koordinat geografis, potensi dan
lain-lain
B. Status lahan dan sketsa lokasi
pembangunan UPPK
: Diisi dengan penjelasan mengenai status lahan
pembangunan UPPK serta dilengkapi dengan sketsa
lokasi pembangunan UPPK
III. GAMBARAN UMUM KELOMPOK TANI
HUTAN
: Diisi dengan profil Kelompok Tani Hutan (nama,
alamat dan tahun berdiri kelompok, struktur
organisasi dan susunan pengurus dan nama-nama
anggota kelompok, pengesahan pembentukan
kelompok tani, prestasi kelompok, dan lain-lain)
IV. KEGIATAN KTH DALAM
PEMBANGUNAN KEHUTANAN
A. Jenis-jenis kegiatan
pembangunan kehutanan yang
telah dan sedang dikerjakan serta
luasannya
: Diisi dengan uraian kegiatan yang sudah dan akan
dilakukan dalam pembangunan UPPK, misalnya
meliputi penguatan kelembagaan, kegiatan fisik,
fasilitasi sarana dan prasarana dan lain-lain
B. Sarana yang dimiliki : Diisi dengan uraian sarana dan prasarana yang
dimiliki yang akan dipergunakan untuk menunjang
pelaksanaan kegiatan
C. Permodalan/keuangan kelompok
dan mitra kelompok
: Diisi dengan penjelasan mengenai permodalan dan
mitra yang dimiliki dalam rangka menunjang kegiatan
pembangunan UPPK
V. RENCANA PEMBANGUNAN UPPK
DAN TATA WAKTU
A. Rencana sosialisasi, penetapan
lokasi dan penyusunan
rancangan
: Diisi dengan penjelasan mengenai rencana sosialisasi,
penetapan lokasi dan penyusunan rancangan
pembangunan UPPK.
B.Rencana......
14. B. Rencana kegiatan penguatan
kelembagaan
: Diisi dengan penjelasan mengenai rencana kegiatan
yang akan dilakukan dalam rangka penguatan
kelembagaan pembangunan UPPK, misalnya:
penguatan administrasi kelompok tani hutan,
pertemuan kelompok (agenda pertemuan), pelatihan
atau peningkatan kapasitas anggota kelompok (jenis
pelatihan, tahun dilaksanakan/mengikuti pelatihan,
satuan dan target pelaksanaan, dan lain-lain),
pembentukan koperasi, peningkatan kapasitas
penyuluh dan lain-lain.
C. Rencana kegiatan teknis dan
pengembangan usaha bidang
kehutanan
: Diisi dengan penjelasan mengenai rencana kegiatan
fisik pembangunan kehutanan yang akan dilakukan,
misalnya pembangunan kebun bibit, pembuatan
demplot, pembangunan pondok kerja, pengembangan
usaha produkstif, dan lain-lain.
D. Rencana penyediaan sarana dan
prasarana
: Diisi dengan penjelasan mengenai sarana dan
prasarana yang akan dipergunakan untuk
menunjang pelaksanaan kegiatan
VI. PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN UPPK : Diisi dengan penjelasan mengenai pembiayaan dalam
pembangunan UPPK, meliputi sumber dana, acuan
peraturan perundangan, dan penggunaan dana
dalam pembangunan UPPK
VII. PENUTUP
Salinan sesuai dengan aslinya MENTERI KEHUTANAN
KEPALA BIRO HUKUM DAN ORGANISASI, REPUBLIK INDONESIA,
ttd. ttd.
KRISNA RYA ZULKIFLI HASAN
15. LAMPIRAN II
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR P.44/Menhut-II/2014
TENTANG
PEDOMAN PEMBANGUNAN UNIT PERCONTOHAN PENYULUHAN
KEHUTANAN
FORMAT RANCANGAN PEMBANGUNAN UPPK
COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
I PENDAHULUAN : Menjelaskan latar belakang dan tujuan
pembangunan UPPK di lokasi yang ditetapkan.
II. RISALAH LOKASI : Menjelaskan risalah umum dan risalah lokasi
pembangunan UPPK.
III. JENIS KEGIATAN : Menguraikan rincian rencana kegiatan
pembangunan UPPK, meliputi : penguatan
kelembagaan, peningkatan kapasitas kelompok
dan penyuluh kehutanan; kegiatan teknis dan
pengembangan usaha; pengembangan sarana
dan prasarana; serta pemanfaatan UPPK untuk
peningkatan masyarakat dan kelompok tani
hutan lainnya.
IV. TATA WAKTU : Menguraikan tata waktu kegiatan selama 1
(satu) tahun dan 5 (lima) tahun.
V. PEMBIAYAAN : Menguraikan tentang fasilitasi pembiayaan,
meliputi sumber pembiayaan dan rincian biaya
tahun pertama sampai dengan tahun kelima.
VI. ORGANISASI
PENYELENGGARA UPPK
: Menjelaskan mengenai organisasi pengelola
pembangunan UPPK, nama pengurus dan
anggota serta rincian tugas.
Apabila ada fasilitasi dana Pemerintah untuk
kegiatan fisik, maka perlu ditetapkan Tim
Perencana, Tim Pelaksana dan Tim Pengawas.
LAMPIRAN-LAMPIRAN : Peta lokasi, peta rencana penggunaan lahan, SK
penetapan lokasi, perjanjian kerjasama,
AD/ART, organisasi dan susunan pengurus, dan
daftar nama anggota kelompok tani hutan.
Salinan sesuai dengan aslinya MENTERI KEHUTANAN
KEPALA BIRO HUKUM DAN ORGANISASI, REPUBLIK INDONESIA,
ttd. ttd.
KRISNA RYA ZULKIFLI HASAN
16. LAMPIRAN III
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR P.44/Menhut-II/2014
TENTANG
PEDOMAN PEMBANGUNAN UNIT PERCONTOHAN PENYULUHAN
KEHUTANAN
FORMAT LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBANGUNAN UPPK
OLEH PENYULUH KEHUTANAN
LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBANGUNAN
UNIT PERCONTOHAN PENYULUHAN KEHUTANAN
TAHUN : I / II / III / IV / V *)
BULAN : ..............................
1. Lokasi Pembangunan UPPK
a. Desa : ................................
b. Kecamatan : ................................
c. Kabupaten/Kota : ................................
d. Provinsi : ................................
e. Koordinat Geografis : ................................
2. Pelaksana Kegiatan
a. Kelompok Tani Hutan : ...............................
b. Tahun berdiri : ...............................
c. Legalitas Kelompok : ...............................
d. Ketua Kelompok : ...............................
3. Kegiatan Pembangunan UUPK : HKm/ HD / Agroforestry/ HHBK / dll
4. Penyuluh Pendamping
a. Nama/NIP : ................................
b. Instansi : ................................
5. Tabel Realisasi Kegiatan Fisik :
Uraikan realisasi kegiatan setiap tahapan dan output yang dihasilkan
sebagaimana pada Tabel 1. Realisasi Kegiatan Unit Percontohan Penyuluhan
Kehutanan.
6. Keterlibatan Multipihak dalam kegiatan pembangunan UPPK (Uraikan berbagai
pihak yang terlibat dan peranannya dalam kegiatan pembangunan UPPK):
…………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………................................
7. Permasalahan yang dihadapi :
…………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………….................
8. Upaya yang akan dan telah dilakukan :
…………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………….................
9. Upaya tindak lanjut :
…………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………….................
17. Tabel Realisasi Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan UPPK
Tahun : I/II/III/IV/V*)
Bulan : ......................
Tahun : ......................
No Kegiatan Satuan Target
Realisasi
Keterangan
Sampai
dengan
bulan
lalu
Bulan
ini
Total
Vol % Vol % Vol %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1. Penguatan Kelembagaan,
Kelompok Tani Hutan
dan Penyuluhan:
a. Penguatan
Administrasi Kelompok
Tani Hutan
b. Pertemuan Kelompok kali/org*) Sebutkan
agenda
pertemuan
c. Pelatihan/Kursus Tani org Sebutkan jenis
pelatihan
d. Magang org Sebutkan jenis
magang
e. Pembentukan Koperasi
dan lain-lain
2. Fasilitasi Kegiatan Teknis
dan Pengembangan
Usaha Kehutanan
a. .......... ha/unit*)
b. .......... ha/unit*)
c. .......... ha/unit*)
d. dan lain-lain
3. Fasilitasi Sarana dan
Prasarana :
a. Pondok Kerja unit
b. Papan Nama unit
c. Papan Kegiatan unit
d. Kelengkapan lainnya
e. dan seterusnya
4. Pemanfaatan UPPK
untuk Peningkatan
Kapasitas Masyarakat
dan Kelompok Tani
Hutan lainnya
a. Menerima kunjungan
kelompok tani hutan
dari .....
b. Membimbing
Penyuluh Kehutanan,
Penyuluh Kehutanan
Swadaya Masyarakat,
Penyuluh Kehutanan
Swasta dan Magang
dari .....
c. Pelatihan Masyarakat
Kelompok Tani Hutan
dari .....
d. dan lain-lain
*) Coret yang tidak perlu
Penyuluh Kehutanan
Pendamping
Nama
NIP...........
Salinan sesuai dengan aslinya MENTERI KEHUTANAN
KEPALA BIRO HUKUM DAN ORGANISASI, REPUBLIK INDONESIA,
ttd. ttd.
KRISNA RYA ZULKIFLI HASAN
18. LAMPIRAN IV
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR P.44/Menhut-II/2014
TENTANG
PEDOMAN PEMBANGUNAN UNIT PERCONTOHAN PENYULUHAN
KEHUTANAN
FORMAT LAPORAN PENGENDALIAN TAHUNAN PEMBANGUNAN UPPK
OLEH BADAN PELAKSANA PENYULUHAN/DINAS KEHUTANAN KABUPATEN/KOTA
LAPORAN PENGENDALIAN TAHUNAN
PEMBANGUNAN UNIT PERCONTOHAN PENYULUHAN KEHUTANAN
TAHUN KE I/II/III/IV/V *)
Desa : ..............................
Kecamatan : ..............................
Kabupaten/Kota : ..............................
Provinsi : ..............................
Kelompok Tani Hutan : ..............................
Penyuluh Kehutanan
: ..............................
Pendamping
BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN
KABUPATEN/KOTA .........................
TAHUN ...................
*) coret yang tidak perlu
CHEK LIST PENGENDALIAN PEMBANGUNAN UPPK
No
Perkembangan Pembangunan
UPPK Uraian Penilaian Keterangan
I Kondisi Pembangunan UPPK
A. Fisik Lokasi :
1. Apakah sudah ada perbaikan
fisik lokasi Pembangunan
UPPK
Belum/sudah
(uraikan apa saja perbaikannya
dan berapa %)
2. Permasalahan Uraikan permasalahan yang ada
3. Arahan tindak lanjut Uraikan tindak lanjut penyelesaian
masalah
B. Sosial Ekonomi Kelompok Tani
Hutan
1. Apakah sudah ada
peningkatanan kesejah-teraan/
pendapatan Kelompok
Tani Hutan
Belum/sudah
(uraikan)
2. Permasalahan
3. Arahan Tindak Lanjut
C. Kelompok Tani Hutan
1. Apakah sudah ada
peningkatan Kelompok Tani
Hutan
Belum/sudah
(uraikan dari level apa ke level apa)
2. Permasalahan
3. Saran tindak lanjut
II.Kegiatan....
19. No
Perkembangan Pembangunan
UPPK Uraian Penilaian Keterangan
II Kegiatan Pembangunan UPPK
A. Penguatan Kelembagaan
1. Apakah penguatan
kelembagaan sudah berjalan
optimal sesuai rencana ?
Belum/sudah
(uraikan)
2. Apakah sudah terbentuk
koperasi Kelompok Tani
Hutan
Belum/sudah
(uraikan)
3. Permasalahan
4. Saran Tindak Lanjut
B. Kegiatan Teknis dan
Penggabungan Usaha
1. Apakah kegiatan-kegiatan
teknis dan penggabungan
usaha sudah optimal sesuai
rencana
Belum/sudah
(uraikan apa saja)
2. Permasalahan
3. Arahan tindak lanjut
C. Sarana dan Prasarana
1. Apakah sarana dan
prasarana sudah lengkap ?
Belum/sudah
(uraikan apa yang sudah dan apa
yang kurang)
2. Permasalahan
3. Saran tindak lanjut
III Pendampingan
1. Apakah pendampingan
Pembangunan UPPK sudah
optimal
Belum/sudah
(uraikan)
2. Permasalahan
3. Arahan tindak lanjut
IV Dampak Pembangunan UPPK
1. Apakah UPPK ini sudah
berdampak positif dan menjadi
tempat pembelajaran bagi
masyarakat dan kelompok tani
hutan lainnya
Belum/sudah
(uraikan)
2. Permasalahan
3. Arah tindak lanjut
V Penilaian secara Keseluruhan
1. Apakah sampai saat ini
program-program
Pembangunan UPPK telah
berjalan sesuai rencana menuju
Pembangunan UPPK
ideal/model
Belum/sudah
(uraikan)
2. Permasalahan
3. Arahan tindak lanjut
Salinan sesuai dengan aslinya MENTERI KEHUTANAN
KEPALA BIRO HUKUM DAN ORGANISASI, REPUBLIK INDONESIA,
ttd. ttd.
KRISNA RYA ZULKIFLI HASAN
20. LAMPIRAN V
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR P.44/Menhut-II/2014
TENTANG
PEDOMAN PEMBANGUNAN UNIT PERCONTOHAN PENYULUHAN
KEHUTANAN
LAPORAN PENGENDALIAN AKHIR
PEMBANGUNAN UNIT PERCONTOHAN PENYULUHAN KEHUTANAN
(TAHUN KE V)
Desa : ........................................
Kecamatan : ........................................
Kabupaten/Kota : ........................................
Provinsi : ........................................
Kelompok Tani Hutan : ........................................
Penyuluh Kehutanan Pendamping : ........................................
BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN
KABUPATEN/KOTA .........................
TAHUN ...................
LAPORAN PENGENDALIAN AKHIR
PEMBANGUNAN UNIT PERCONTOHAN PENYULUHAN KEHUTANAN
COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN : Di isi dengan latar belakang, maksud dan tujuan,
serta output dan capaian target pelaksanaan
kegiatan
II. GAMBARAN UMUM LOKASI
PEMBANGUNAN UPPK
A. Kondisi Fisik Lokasi : Diisi dengan perkembangan fisik lokasi
pembangunan UPPK, meliputi Desa, Kecamatan,
Kabupaten/Kota, Provinsi, koordinat geografis dan
lain-lain
B. Kondisi Sosial Ekonomi
Masyarakat
: Diisi dengan perkembangan kondisi sosial
ekonomi masyarakat sekitar, dan lain-lain
C. Kelompok Tani Hutan : Diisi dengan perkembangan kondisi umum lokasi
KTH, meliputi nama KTH, tahun berdiri, legalitas
kelompok, ketua kelompok, prestasi kelompok,
kegiatan dan lain-lain.
III. PERKEMBANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Penguatan Kelembagaan : Diisi dengan uraian kegiatan membandingkan
rencana target dan realisasi yang telah dilakukan
dalam rangka penguatan kelembagaan
Pembangunan UPPK, misalnya pertemuan
kelompok (agenda pertemuan), pelatihan atau
peningkatan kapasitas anggota kelompok (jenis
pelatihan, tahun dilaksanakan/mengikuti
pelatihan, satuan dan target pelaksanaan, dan
lain-lain), pengembangan koperasi dan lain-lain.
B. Kegiatan Teknis dan Pengembangan
Usaha
: Diisi dengan rencana dan hasil perkembangan
kegiatan fisik pembangunan kehutanan yang telah
dilakukan sesuai dengan perencanaan.
contoh : pembangunan kebun bibit, pembuatan
demplot pengembangan usaha produktif dan lain-lain).
C.Sarana.......
21. C. Sarana dan Prasarana : Diisi dengan uraian rencana sarana dan
prasarana dan yang telah dibangun dan
dipergunakan untuk menunjang pelaksanaan
kegiatan.
D. Dampak Pembangunan UPPK : Diisi manfaat pembangunan UPPK saat ini bagi
peningkatan kapasitas masyarakat, kelompok tani
hutan dan penyuluh dari wilayah lain.
IV PERAN MULTIPIHAK : Diisi dengan uraian berbagai pihak atau
pemangku kepentingan yang berperan dalam
kegiatan pembangunan UPPK
V PERMASALAHAN DAN UPAYA TINDAK
LANJUT
: Diisi dengan permasalahan yang dihadapi dalam
kegiatan pembangunan UPPK dan solusi atau
upaya yang perlu dilakukan untuk memecahkan
permasalahan tersebut.
VI LAMPIRAN
Badan Pelaksana Penyuluhan/Dinas
Kehutanan Kabupaten/Kota
(………Nama………..)
NIP
Salinan sesuai dengan aslinya MENTERI KEHUTANAN
KEPALA BIRO HUKUM DAN ORGANISASI, REPUBLIK INDONESIA,
ttd. ttd.
KRISNA RYA ZULKIFLI HASAN