Jurnal penyesuaian digunakan untuk menyesuaikan saldo akun agar sesuai dengan kondisi sebenarnya, sementara jurnal pembetulan digunakan untuk memperbaiki kesalahan pencatatan. Perbedaan antara jurnal penyesuaian dan pembetulan sangat penting dalam akuntansi.
(Pert 1) bab 6 tujuan dan tanggung jawab auditIlham Sousuke
Ini adalah sebuah resume dari buku Auditing and Assurance Services An Integrated Approach oleh Alvin Aren. I do not own the copyrights, it's only for educational purposes.
Bab ini membahas penyelesaian audit dan tanggung jawab sesudah audit. Penyelesaian audit meliputi prosedur untuk mendapatkan bukti tambahan, mengevaluasi temuan, dan berkomunikasi dengan klien untuk menentukan pendapat audit."
Dokumen tersebut memberikan penjelasan mengenai laporan audit, termasuk:
1. Unsur-unsur laporan audit bentuk baku yang wajar tanpa syarat
2. Kondisi-kondisi yang harus terpenuhi agar laporan bisa dikeluarkan dalam bentuk wajar tanpa syarat
3. Penyebab-penyebab tambahan penjelasan atau modifikasi dalam laporan audit
Konsep materialitas dan penerapan materialitas terhadap proses auditDian Rahmah
1. Konsep Materialitas dan Penerapan Materialitas Terhadap Proses Audit
2. Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji itu.
3. Konsep materialitas berkaitan dengan seberapa salah saji yang terdapat dalam asersi dapat diterima oleh audiotr agar pemakai laporan keuangan tidak terpengaruh oleh besarnya salah saji tersebut.
Konsep risiko audit berkaitan dengan risiko kegagalan auditor dalam mengubah pendapatnya atas laporan keuangan yang sebenarnya berisi salah saji material.
4. MENGAPA KONSEP MATERIALITAS PENTING dalam AUDIT atas LAPORAN KEUANGAN ??
5. Dalam audit atas laporan keuangan, auditor memberikan keyakinan berikut ini : (1) Bahwa jumlah-jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan beserta pengungkapannya telah dicatat, diingkas, digolongkan, dan dikompilasi. (2) Bahwa ia telah mengumpulkan bukti audit kompeten yang cukup sebagai dasar memadai untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan auditan. (3) Dalam bentuk pendapat atau memberikan informasi, dalam hal terdapat perkecualian), bahwa laporan keuangan sebagai keseluruhan disajikan secara wajar dan tidak terdapat salah saji material karena kekeliruan dan kecurangan.
6. Dua konsep yang melandasi keyakinan yang diberikan oleh auditor: (1) Konsep materialitas menunjukan seberapa besar salah saji yangdapat diterima oleh auditor agar pemakai laporan keuangan tidak terpengaruh oleh salah saji tersebut. (2) Konsep risiko audit menunjukan tingkat risiko kegagalan auditor untuk mengubah pendapatnya atas laporan keuangan yang sebenarnya berisi salah saji material.
7. Pertimbangan Awal tentang Materialitas
Pertimbangan materialitas mencakup pertimbangan kuantitatif dan kualitatif.
- Pertimbangan Kuantitatif : Berkaitan dengan hubungan salah saji dengan jumlah kunci tertentu dalam laporan keuangan.
- Pertimbangan Kualitatif : Berkaitan dengan penyebab salah saji.
8. Materialitas dibagi menjadi 2 golongan : (1) Materialitas pada tingkat laporan keuangan. (2) Materialitas pada tingkat saldo akun.
9. Materialitas pada Tingkat Laporan Keuangan
Auditor menggunakan dua cara dalam menerapkan materialitas :
Pertama, auditor menggunakan materialitas dalam perencanaan audit.
10. Kedua, pada saat mengevaluasi bukti audit dalam pelaksanan audit.
11. Materialitas pada tingkat saldo akun adalah salah saji minimum yang mungkin terdapat dalam saldo akun yang dipandang sebagai salah saji material. Konsep materialitas pada tingkat saldo akun tidak boleh dicampuradukkan dengan istilah saldo akun material.
12. Alokasi Materialitas Laporan Keuangan ke Akun
13. Hubungan Antara Materialitas Dengan Bukti Audit
Dokumen tersebut merangkum tentang ayat jurnal penyesuaian yang dibuat untuk menyesuaikan saldo akun agar menunjukkan keadaan sebenarnya sebelum penyusunan laporan keuangan, mencakup penjelasan mengenai penyusutan aktiva tetap, beban dibayar dimuka, dan cara membuat jurnal penyesuaian.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang pengertian dan komponen-komponen pengendalian intern serta hubungannya dengan ruang lingkup pemeriksaan auditor.
2. Terdapat lima komponen pengendalian intern yaitu lingkungan pengendalian, penilaian risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi, serta pemantauan.
3. Pengendalian intern hanya dapat memberikan keyakinan yang memadai dan terbat
Dokumen tersebut menjelaskan tentang subsequent events dan penyelesaian pemeriksaan audit. Subsequent events adalah peristiwa setelah tanggal laporan keuangan yang mempengaruhi laporan tersebut. Pemeriksaan subsequent events bertujuan untuk menentukan penyesuaian atau pengungkapan yang diperlukan. Beberapa langkah penyelesaian pemeriksaan audit meliputi mereview hasil audit, menyetujui penyesuaian, menyusun laporan audit, dan memperoleh
(Pert 1) bab 6 tujuan dan tanggung jawab auditIlham Sousuke
Ini adalah sebuah resume dari buku Auditing and Assurance Services An Integrated Approach oleh Alvin Aren. I do not own the copyrights, it's only for educational purposes.
Bab ini membahas penyelesaian audit dan tanggung jawab sesudah audit. Penyelesaian audit meliputi prosedur untuk mendapatkan bukti tambahan, mengevaluasi temuan, dan berkomunikasi dengan klien untuk menentukan pendapat audit."
Dokumen tersebut memberikan penjelasan mengenai laporan audit, termasuk:
1. Unsur-unsur laporan audit bentuk baku yang wajar tanpa syarat
2. Kondisi-kondisi yang harus terpenuhi agar laporan bisa dikeluarkan dalam bentuk wajar tanpa syarat
3. Penyebab-penyebab tambahan penjelasan atau modifikasi dalam laporan audit
Konsep materialitas dan penerapan materialitas terhadap proses auditDian Rahmah
1. Konsep Materialitas dan Penerapan Materialitas Terhadap Proses Audit
2. Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji itu.
3. Konsep materialitas berkaitan dengan seberapa salah saji yang terdapat dalam asersi dapat diterima oleh audiotr agar pemakai laporan keuangan tidak terpengaruh oleh besarnya salah saji tersebut.
Konsep risiko audit berkaitan dengan risiko kegagalan auditor dalam mengubah pendapatnya atas laporan keuangan yang sebenarnya berisi salah saji material.
4. MENGAPA KONSEP MATERIALITAS PENTING dalam AUDIT atas LAPORAN KEUANGAN ??
5. Dalam audit atas laporan keuangan, auditor memberikan keyakinan berikut ini : (1) Bahwa jumlah-jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan beserta pengungkapannya telah dicatat, diingkas, digolongkan, dan dikompilasi. (2) Bahwa ia telah mengumpulkan bukti audit kompeten yang cukup sebagai dasar memadai untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan auditan. (3) Dalam bentuk pendapat atau memberikan informasi, dalam hal terdapat perkecualian), bahwa laporan keuangan sebagai keseluruhan disajikan secara wajar dan tidak terdapat salah saji material karena kekeliruan dan kecurangan.
6. Dua konsep yang melandasi keyakinan yang diberikan oleh auditor: (1) Konsep materialitas menunjukan seberapa besar salah saji yangdapat diterima oleh auditor agar pemakai laporan keuangan tidak terpengaruh oleh salah saji tersebut. (2) Konsep risiko audit menunjukan tingkat risiko kegagalan auditor untuk mengubah pendapatnya atas laporan keuangan yang sebenarnya berisi salah saji material.
7. Pertimbangan Awal tentang Materialitas
Pertimbangan materialitas mencakup pertimbangan kuantitatif dan kualitatif.
- Pertimbangan Kuantitatif : Berkaitan dengan hubungan salah saji dengan jumlah kunci tertentu dalam laporan keuangan.
- Pertimbangan Kualitatif : Berkaitan dengan penyebab salah saji.
8. Materialitas dibagi menjadi 2 golongan : (1) Materialitas pada tingkat laporan keuangan. (2) Materialitas pada tingkat saldo akun.
9. Materialitas pada Tingkat Laporan Keuangan
Auditor menggunakan dua cara dalam menerapkan materialitas :
Pertama, auditor menggunakan materialitas dalam perencanaan audit.
10. Kedua, pada saat mengevaluasi bukti audit dalam pelaksanan audit.
11. Materialitas pada tingkat saldo akun adalah salah saji minimum yang mungkin terdapat dalam saldo akun yang dipandang sebagai salah saji material. Konsep materialitas pada tingkat saldo akun tidak boleh dicampuradukkan dengan istilah saldo akun material.
12. Alokasi Materialitas Laporan Keuangan ke Akun
13. Hubungan Antara Materialitas Dengan Bukti Audit
Dokumen tersebut merangkum tentang ayat jurnal penyesuaian yang dibuat untuk menyesuaikan saldo akun agar menunjukkan keadaan sebenarnya sebelum penyusunan laporan keuangan, mencakup penjelasan mengenai penyusutan aktiva tetap, beban dibayar dimuka, dan cara membuat jurnal penyesuaian.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang pengertian dan komponen-komponen pengendalian intern serta hubungannya dengan ruang lingkup pemeriksaan auditor.
2. Terdapat lima komponen pengendalian intern yaitu lingkungan pengendalian, penilaian risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi, serta pemantauan.
3. Pengendalian intern hanya dapat memberikan keyakinan yang memadai dan terbat
Dokumen tersebut menjelaskan tentang subsequent events dan penyelesaian pemeriksaan audit. Subsequent events adalah peristiwa setelah tanggal laporan keuangan yang mempengaruhi laporan tersebut. Pemeriksaan subsequent events bertujuan untuk menentukan penyesuaian atau pengungkapan yang diperlukan. Beberapa langkah penyelesaian pemeriksaan audit meliputi mereview hasil audit, menyetujui penyesuaian, menyusun laporan audit, dan memperoleh
Dokumen ini membahas perkembangan standar profesional akuntan publik di Indonesia sejak tahun 1972 hingga 2001. Pada tahun 1972 diterbitkan Norma Pemeriksaan Akuntan, kemudian diperbarui pada tahun 1982 dan 1994 dengan diterbitkannya Standar Profesional Akuntan Publik. Pada tahun 1999, Komite Norma Pemeriksaan Akuntan diubah menjadi Dewan Standar Profesional Akuntan Publik. Pada tahun 2001, Standar Profesional Akuntan Publ
Dokumen ini membahas pengendalian internal dan sistem kas perusahaan. Ia menjelaskan pengertian pengendalian internal, lingkungan pengendalian, sistem akuntansi, dan prosedur pengendalian kas seperti penerimaan tunai, penerbitan cek, rekonsiliasi rekening bank. Dokumen ini juga memberikan contoh soal rekonsiliasi bank dan jawabannya beserta entry jurnal yang dibutuhkan.
Kertas kerja auditor berisi catatan mengenai prosedur audit, bukti, dan simpulan. Terdiri dari program audit, working trial balance, ringkasan jurnal penyesuaian, skedul utama dan pendukung. Bertujuan memenuhi standar kerja lapangan dan menyimpan bukti audit selama 10 tahun.
Kebijakan akuntansi, perubahan estimasi akuntansi & kesalahanGendro Budi Purnomo
PSAK 25 mengatur tentang perubahan kebijakan akuntansi, perubahan estimasi akuntansi, dan koreksi kesalahan. Standar ini mewajibkan pengungkapan yang lebih rinci terkait perubahan kebijakan akuntansi dan dampaknya. Perubahan estimasi akuntansi diakui secara prospektif jika akibat informasi baru, sedangkan koreksi kesalahan diakui secara retrospektif.
Bab ini membahas strategi audit yang digunakan auditor untuk mengumpulkan bukti audit. Terdapat dua pendekatan strategi audit yaitu pendekatan terutama substantif yang mengandalkan pengujian substantif dan pendekatan tingkat resiko pengendalian taksiran rendah yang meletakkan kepercayaan pada pengendalian intern. Kedua pendekatan ini memiliki perbedaan dalam ruang lingkup prosedur, pengujian kontrol, dan pengujian substantif yang dilakukan.
Bukti audit dan kertas kerja audit_pertemuan 7.pptxRiaMennita
Dokumen tersebut membahas tentang bukti audit dan kertas kerja audit. Bukti audit adalah informasi yang digunakan auditor untuk menentukan apakah laporan keuangan sesuai dengan standar. Bukti berasal dari catatan akuntansi, informasi lain, prosedur audit, dan dievaluasi oleh auditor. Kertas kerja berisi dokumen pelaksanaan audit dan bermanfaat untuk perencanaan, koordinasi, kontrol, bukti, dan pendukung kesimpulan audit.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian auditing, perbedaan antara auditing dan akuntansi, tahap-tahap audit, jenis laporan keuangan yang perlu diaudit dan alasannya. Juga membahas standar profesional akuntan publik, kode etik profesi, tuntutan hukum yang dihadapi akuntan publik dan jenis laporan yang diberikan akuntan setelah audit.
Dokumen tersebut membahas tentang kecurangan, pengendalian internal, dan kas. Secara singkat, dibahas mengenai definisi kecurangan dan pengendalian internal, prinsip-prinsip aktivitas pengendalian internal yang meliputi penentuan tanggung jawab, pemisahan tugas, prosedur dokumentasi, pengendalian fisik, verifikasi internal independen, dan pengendalian sumber daya manusia, serta penerapan prinsip-prinsip pengendalian internal pada penerimaan dan pen
Dokumen tersebut menjelaskan siklus akuntansi umum terpadu yang meliputi bukti transaksi, jurnal, buku besar, neraca saldo, jurnal penyesuaian, laporan keuangan, dan jurnal penutup. Siklus ini dimulai dari pencatatan transaksi ke dalam buku harian, kemudian posting ke buku besar, disusul penyusunan neraca saldo dan jurnal penyesuaian. Langkah selanjutnya adalah penutupan buku untuk menghasilk
Dokumen tersebut membahas perencanaan program audit secara keseluruhan untuk IBM ASMI yang mencakup jenis-jenis pengujian audit, pendekatan merencanakan program audit, dan ikhtisar proses audit secara keseluruhan."
Dokumen tersebut membahas tentang pengklasifikasian kas, pengendalian kas melalui penggunaan rekening bank, sistem kas kecil, dan rekonsiliasi bank. Dokumen tersebut juga menjelaskan bagaimana merangkum dan melaporkan pos kas dalam laporan keuangan.
Makalah ini membahas tentang utang jangka pendek yang meliputi pengertian, jenis-jenis, dan contoh pencatatan akuntansi utang jangka pendek seperti utang dagang, utang dividen, utang biaya, utang gaji, dan pendapatan diterima dimuka.
Ringkasan materi Audit keuangan internal dan pemerintah dan audit operasional...dewi masita
Dokumen tersebut membahas tentang audit internal dan audit operasional. Audit internal melakukan audit keuangan dan operasional perusahaan, sementara audit operasional lebih fokus pada efisiensi dan efektivitas organisasi. Terdapat beberapa perbedaan antara audit operasional dengan audit keuangan, seperti tujuan, ruang lingkup, dan area yang diaudit. Audit operasional dilakukan oleh auditor internal, auditor pemerintah, atau KAP untuk menilai kinerja suatu organis
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Dokumen tersebut membahas tentang akuntansi perpajakan dan pembukuan dalam perspektif perpajakan di Indonesia.
2) Menguraikan definisi akuntansi dan akuntansi perpajakan serta ketentuan pembukuan menurut undang-undang perpajakan di Indonesia.
3) Membandingkan SPT tahunan PPh badan dengan laporan keuangan komersial dari beberapa aspek seperti pedoman penyusunan
Bab 4 membahas mengapa diperlukan penyesuaian dalam akuntansi, terutama untuk menentukan laba bersih perusahaan. Prinsip-prinsip akuntansi seperti dasar akrual, periode akuntansi, prinsip pendapatan dan penandingan, serta tujuan penyesuaian yaitu agar setiap akun menunjukkan jumlah yang sebenarnya pada akhir periode. Terdapat dua kategori penyesuaian yakni deferral dan akrual.
Artikel ini menjelaskan langkah-langkah rekonsiliasi bank dengan membandingkan saldo rekening koran dan buku kas, mencari transaksi otomatis, membuat lembar kerja, mencari setoran dan cek beredar, serta menelusuri transaksi untuk mengidentifikasi perbedaan.
Dokumen ini membahas perkembangan standar profesional akuntan publik di Indonesia sejak tahun 1972 hingga 2001. Pada tahun 1972 diterbitkan Norma Pemeriksaan Akuntan, kemudian diperbarui pada tahun 1982 dan 1994 dengan diterbitkannya Standar Profesional Akuntan Publik. Pada tahun 1999, Komite Norma Pemeriksaan Akuntan diubah menjadi Dewan Standar Profesional Akuntan Publik. Pada tahun 2001, Standar Profesional Akuntan Publ
Dokumen ini membahas pengendalian internal dan sistem kas perusahaan. Ia menjelaskan pengertian pengendalian internal, lingkungan pengendalian, sistem akuntansi, dan prosedur pengendalian kas seperti penerimaan tunai, penerbitan cek, rekonsiliasi rekening bank. Dokumen ini juga memberikan contoh soal rekonsiliasi bank dan jawabannya beserta entry jurnal yang dibutuhkan.
Kertas kerja auditor berisi catatan mengenai prosedur audit, bukti, dan simpulan. Terdiri dari program audit, working trial balance, ringkasan jurnal penyesuaian, skedul utama dan pendukung. Bertujuan memenuhi standar kerja lapangan dan menyimpan bukti audit selama 10 tahun.
Kebijakan akuntansi, perubahan estimasi akuntansi & kesalahanGendro Budi Purnomo
PSAK 25 mengatur tentang perubahan kebijakan akuntansi, perubahan estimasi akuntansi, dan koreksi kesalahan. Standar ini mewajibkan pengungkapan yang lebih rinci terkait perubahan kebijakan akuntansi dan dampaknya. Perubahan estimasi akuntansi diakui secara prospektif jika akibat informasi baru, sedangkan koreksi kesalahan diakui secara retrospektif.
Bab ini membahas strategi audit yang digunakan auditor untuk mengumpulkan bukti audit. Terdapat dua pendekatan strategi audit yaitu pendekatan terutama substantif yang mengandalkan pengujian substantif dan pendekatan tingkat resiko pengendalian taksiran rendah yang meletakkan kepercayaan pada pengendalian intern. Kedua pendekatan ini memiliki perbedaan dalam ruang lingkup prosedur, pengujian kontrol, dan pengujian substantif yang dilakukan.
Bukti audit dan kertas kerja audit_pertemuan 7.pptxRiaMennita
Dokumen tersebut membahas tentang bukti audit dan kertas kerja audit. Bukti audit adalah informasi yang digunakan auditor untuk menentukan apakah laporan keuangan sesuai dengan standar. Bukti berasal dari catatan akuntansi, informasi lain, prosedur audit, dan dievaluasi oleh auditor. Kertas kerja berisi dokumen pelaksanaan audit dan bermanfaat untuk perencanaan, koordinasi, kontrol, bukti, dan pendukung kesimpulan audit.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian auditing, perbedaan antara auditing dan akuntansi, tahap-tahap audit, jenis laporan keuangan yang perlu diaudit dan alasannya. Juga membahas standar profesional akuntan publik, kode etik profesi, tuntutan hukum yang dihadapi akuntan publik dan jenis laporan yang diberikan akuntan setelah audit.
Dokumen tersebut membahas tentang kecurangan, pengendalian internal, dan kas. Secara singkat, dibahas mengenai definisi kecurangan dan pengendalian internal, prinsip-prinsip aktivitas pengendalian internal yang meliputi penentuan tanggung jawab, pemisahan tugas, prosedur dokumentasi, pengendalian fisik, verifikasi internal independen, dan pengendalian sumber daya manusia, serta penerapan prinsip-prinsip pengendalian internal pada penerimaan dan pen
Dokumen tersebut menjelaskan siklus akuntansi umum terpadu yang meliputi bukti transaksi, jurnal, buku besar, neraca saldo, jurnal penyesuaian, laporan keuangan, dan jurnal penutup. Siklus ini dimulai dari pencatatan transaksi ke dalam buku harian, kemudian posting ke buku besar, disusul penyusunan neraca saldo dan jurnal penyesuaian. Langkah selanjutnya adalah penutupan buku untuk menghasilk
Dokumen tersebut membahas perencanaan program audit secara keseluruhan untuk IBM ASMI yang mencakup jenis-jenis pengujian audit, pendekatan merencanakan program audit, dan ikhtisar proses audit secara keseluruhan."
Dokumen tersebut membahas tentang pengklasifikasian kas, pengendalian kas melalui penggunaan rekening bank, sistem kas kecil, dan rekonsiliasi bank. Dokumen tersebut juga menjelaskan bagaimana merangkum dan melaporkan pos kas dalam laporan keuangan.
Makalah ini membahas tentang utang jangka pendek yang meliputi pengertian, jenis-jenis, dan contoh pencatatan akuntansi utang jangka pendek seperti utang dagang, utang dividen, utang biaya, utang gaji, dan pendapatan diterima dimuka.
Ringkasan materi Audit keuangan internal dan pemerintah dan audit operasional...dewi masita
Dokumen tersebut membahas tentang audit internal dan audit operasional. Audit internal melakukan audit keuangan dan operasional perusahaan, sementara audit operasional lebih fokus pada efisiensi dan efektivitas organisasi. Terdapat beberapa perbedaan antara audit operasional dengan audit keuangan, seperti tujuan, ruang lingkup, dan area yang diaudit. Audit operasional dilakukan oleh auditor internal, auditor pemerintah, atau KAP untuk menilai kinerja suatu organis
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Dokumen tersebut membahas tentang akuntansi perpajakan dan pembukuan dalam perspektif perpajakan di Indonesia.
2) Menguraikan definisi akuntansi dan akuntansi perpajakan serta ketentuan pembukuan menurut undang-undang perpajakan di Indonesia.
3) Membandingkan SPT tahunan PPh badan dengan laporan keuangan komersial dari beberapa aspek seperti pedoman penyusunan
Bab 4 membahas mengapa diperlukan penyesuaian dalam akuntansi, terutama untuk menentukan laba bersih perusahaan. Prinsip-prinsip akuntansi seperti dasar akrual, periode akuntansi, prinsip pendapatan dan penandingan, serta tujuan penyesuaian yaitu agar setiap akun menunjukkan jumlah yang sebenarnya pada akhir periode. Terdapat dua kategori penyesuaian yakni deferral dan akrual.
Artikel ini menjelaskan langkah-langkah rekonsiliasi bank dengan membandingkan saldo rekening koran dan buku kas, mencari transaksi otomatis, membuat lembar kerja, mencari setoran dan cek beredar, serta menelusuri transaksi untuk mengidentifikasi perbedaan.
Dokumen tersebut membahas tentang jurnal, posting, neraca saldo, dan jurnal koreksi dalam akuntansi. Jurnal adalah catatan transaksi perusahaan secara kronologis untuk kemudian diposting ke buku besar. Neraca saldo adalah daftar saldo rekening untuk menguji keseimbangan buku besar. Jurnal koreksi digunakan untuk memperbaiki kesalahan pencatatan dengan menetralkan efeknya.
1. Jurnal adalah catatan transaksi perusahaan secara kronologis dengan menunjukkan rekening debit dan kredit beserta jumlahnya.
2. Posting adalah memindahkan data jurnal ke buku besar.
3. Neraca saldo adalah daftar saldo rekening untuk menguji keseimbangan debit dan kredit serta mempersiapkan laporan keuangan.
Dokumen tersebut merupakan bagian pendahuluan dari buku panduan membuat aplikasi akuntansi menggunakan Microsoft Excel. Ia menjelaskan latar belakang pembuatan aplikasi tersebut dan tahapan-tahapan dasar dalam membuat aplikasi akuntansi Excel mulai dari persiapan, membuat data perusahaan, membuat tabel chart of account, hingga membuat jurnal umum dan laporan keuangan.
Dokumen tersebut membahas tentang reversing entry atau jurnal pembalik yang digunakan untuk membalik jurnal penyesuaian pada periode berikutnya. Ada lima jenis jurnal penyesuaian yaitu deffered, accrued, dan depreciation. Jurnal pembalik hanya diterapkan untuk jurnal penyesuaian deffered dan accrued yang dicatat menggunakan pendekatan income statement, sedangkan untuk depreciation tidak perlu dibalik.
Dokumen tersebut membahas tentang mengkonfigurasi akuntansi di Odoo, termasuk menginstal aplikasi Akuntansi dan Keuangan, melihat bagan akun, mengikuti transaksi melalui proses penjualan dan piutang, serta melihat entri jurnal yang dibuat saat memvalidasi faktur dan membayar faktur pelanggan.
Modul payroll dalam MYOB v13 membahas pengenalan modul payroll untuk mencatat transaksi penggajian karyawan. Modul ini memungkinkan pencatatan kategori gaji, data karyawan, dan perhitungan gaji beserta potongan-potongannya secara otomatis."
Dokumen tersebut membahas tentang aplikasi akuntansi menggunakan Microsoft Excel. Secara singkat, dokumen tersebut menjelaskan tentang siklus akuntansi secara manual dan menggunakan Microsoft Excel, menu dan fungsi yang digunakan dalam aplikasi tersebut, serta contoh kasus akuntansi bidang jasa dengan langkah-langkah penyelesaiannya menggunakan Microsoft Excel.
Dokumen tersebut membahas tentang aplikasi akuntansi menggunakan Microsoft Excel. Secara singkat, dokumen tersebut menjelaskan tentang siklus akuntansi secara manual dan menggunakan Microsoft Excel, menu dan fungsi yang digunakan dalam aplikasi tersebut, serta contoh kasus akuntansi bidang jasa dengan langkah-langkah penyelesaiannya menggunakan Microsoft Excel.
Dokumen tersebut membahas tentang aplikasi akuntansi menggunakan Microsoft Excel. Secara singkat, dokumen tersebut menjelaskan tentang siklus akuntansi secara manual dan menggunakan program aplikasi Excel, menu dan fungsi yang digunakan dalam program aplikasi tersebut, serta langkah-langkah dalam menyelesaikan kasus akuntansi menggunakan Excel seperti merancang kode rekening, membuat tabel rekening, membuat jurnal umum, dan memb
BAB 3 PROFESI, PELUANG KERJA, DAN PELUANG USAHA BIDANG AKL.pptxanselmusl280
Jurusan akuntansi merupakan salah satu jurusan yang cukup populer di Indonesia. Banyak mahasiswa yang memilih jurusan ini karena prospek kerja yang menjanjikan. Namun, sebelum memilih jurusan ini, sebaiknya Anda mengetahui terlebih dahulu apa itu jurusan akuntansi.
Akuntansi adalah suatu bidang ilmu yang mempelajari tentang pencatatan, pengukuran, pengklasifikasian, dan pelaporan transaksi keuangan. Jurusan akuntansi sendiri merupakan suatu program studi yang mengajarkan ilmu akuntansi, mulai dari dasar-dasar akuntansi hingga akuntansi lanjutan.
Dalam jurusan akuntansi, Anda akan mempelajari berbagai materi, seperti dasar-dasar akuntansi, teori akuntansi, analisis laporan keuangan, audit, pajak, hingga manajemen keuangan. Selain itu, Anda juga akan belajar menggunakan software akuntansi, seperti Microsoft Excel dan SAP.
Gelar akademik yang akan didapatkan oleh para lulusan S-1 jurusan akuntansi adalah Sarjana Akuntansi (S.Ak.). Memiliki gelar sarjana akuntansi merupakan salah satu syarat penting untuk menjadi seorang akuntan profesional.
Dengan memperoleh gelar sarjana akuntansi, seseorang dianggap memiliki pengetahuan yang mendalam mengenai akuntansi, audit, pajak, dan manajemen keuangan.
Setelah lulus dari jurusan akuntansi, Anda memiliki peluang kerja yang sangat luas. Anda bisa bekerja di berbagai bidang, seperti akuntan publik, auditor, konsultan pajak, pegawai bank, pegawai asuransi, broker saham, hingga dosen akuntansi. Bahkan, jika Anda memiliki kemampuan untuk memulai bisnis, Anda juga bisa membuka usaha konsultan akuntansi.
Anda juga bisa memperoleh gaji yang cukup tinggi jika bekerja di bidang akuntansi. Gaji rata-rata untuk lulusan akuntansi di Indonesia bervariasi, tergantung dari posisi dan pengalaman kerja. Namun, umumnya gaji untuk lulusan akuntansi di Indonesia berkisar antara 4 hingga 10 juta rupiah per bulan.
Secara keseluruhan, jurusan akuntansi memiliki prospek kerja yang menjanjikan dan peluang karier yang luas. Namun, sebelum memilih jurusan ini, pastikan Anda memiliki minat dan bakat dalam bidang akuntansi. Selain itu, perlu juga memiliki kemampuan analisis yang baik, teliti, dan detail-oriented.
Salah satu prospek kerja yang menarik bagi lulusan akuntansi adalah menjadi broker saham.
Sebagai broker saham, tugas utama adalah membantu investor dalam membeli dan menjual saham di pasar saham. Selain itu, seorang broker saham juga harus memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam menganalisis data dan memprediksi pergerakan harga saham.
Meskipun menjadi broker saham terdengar menarik dan menjanjikan, tetapi tidak semua lulusan akuntansi bisa menjadi broker saham dengan mudah. Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjadi broker saham, antara lain harus memiliki sertifikasi yang dikeluarkan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) dan harus memiliki lisensi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Namun, bagi lulusan akuntansi yang memiliki sertifikasi dan lisensi tersebut, prospek kerja sebagai broker saham di Indonesia
MATERI AKUNTANSI IJARAH POWER POINT (PPT)ritaseptia16
Ijarah adalah akad sewa-menyewa antara pemilik ma’jur (obyek
sewa) dan musta’jir (penyewa) untuk mendapatkan imbalan atas obyek
sewa yang di sewakannya.
PPT Data Ekonomi Wilayah SULTRA_Andi Zulfikar.pptx
Jurnal penyesuaian v Jurnal Pembetulan?
1. Apa Bedanya Jurnal Penyesuaian dengan Pembetulan?
Salah satu pertanyaan paling klasik di Akuntansi Keuangan adalah “apa bedanya jurnal
penyesuaian dengan pembetulan?” Sebuah pertanyaan yang sangat mendasar.
Dengan logika umum, yang namanya “disesuaikan” dengan “dibetulkan/dikoreksi” memang
mirip-mirip. Ahli bahasa mungkin menyebut kata “disesuaikan” sebagai bentuk eufimisme atau
penghalusan dari istilah “koreksi”. Inilah yang sering membuat masyarakat umum menjadi
bingung ketika mencoba memahami akuntansi.
Masyarakat umum bingung, mungkin tidak apa-apa, toh mereka tidak bekerja di bidang
akuntansi. Namun menjadi repot ketika kebingungan yang sama terjadi pada mereka yang
bekerja di bidang akuntansi. Kebingungan yang sama lumrah terjadi pada pelajar/mahasiswa
jurusan Akuntansi—terutama di tahun-tahun pertama belajar.
Agar terbebas dari kebingungan ini, hal pertama yang perlu disadari adalah: Akuntansi
menggunakan istilah teknis tersendiri yang berbeda dengan istilah umum.
“Penyesuaian” dan “Pembetulan/Koreksi”, dalam akuntansi, adalah dua hal yang samasekali
berbeda, tidak bisa dicampuradukkan. Dan memahami perbedaannya, sangat mendasar bagi
siapapun yang ingin menguasai akuntansi.
Bisa dibilang, mampu atau tidaknya menjawab pertanyaan ini dengan baik,
mencerminkan:
apakah seseorang sudah paham prosedur debit-credit (double-entry) atau belum; dan
apakah sudah menguasai teknik dasar menjurnal atau belum.
Sebab, mustahil bisa membuat jurnal pembetulan dan penyesuaian jika belum paham prosedur
debit-credit dan menjurnal.
Lebih jauh lagi, mampu tidaknya seseorang menjawab pertanyaan yang sama juga
mencerminkan apakah dia paham konsep dasar akrual dan deferal atau belum.
“Okay. Lalu, apa beda jurnal penyesuaian dengan pembetulan?” mungkin ada yang sudah tak
sabar.
Kalau saya jawab “Jurnal penyesuaian untuk menyesuaikan saldo akun agar mewakili kondisi
sebenarnya dan Jurnal pembetulan untuk memperbaiki kesalahan jurnal,” apakah cukup?
2. Jika memang cukup, berarti itulah jawabannya. Jika belum cukup, maka perlu membahas jurnal
pembetulan dan jurnal penyesuaian terlebih dahulu. Silahkan lanjutkan membaca.
Jurnal Pembetulan (Correction Entry)
Jurnal pembetulan adalah jurnal yang dipergunakan untuk membetulkan jurnal yang terlanjur
salah dibuat—entah itu salah angka atau salah akun.
“Untuk melakukan koreksi (pembetulan), mengapa perlu membuat jurnal?” Mungkin ada yang
berpikir demikian. Jawabannya, karena asumsinya:
Pertama, pencatatan transaksi dilakukan secara manual (di atas kertas/buku jurnal).
Kedua, pencoteran atau type-x ditabukan dalam akuntansi. Ditabukan karena disamping
terlihat tidak rapih juga menimbulkan keragu-raguan.
Misalnya: Pada tanggal 10 Januari 2014 Annie menerima slip tunai pembayaran upah buruh.
Untuk itu Annie membuat jurnal sbb:
[Debit]. Upah Buruh = Rp 25,070,000,-
[Kredit]. Kas = Rp 25,070,000,-
Pagi-pagi, keeskokan harinya, tiba di kantor Annie sudah menemukan memo kecil dari Chief
Accountant tertempel di atas mejanya dengan pesan, “Annie, kamu salah masukkan jurnal untuk
pembayaran upah buruh, tolong buat koreksi.”
Selesai membaca “surat cinta” itu, Annie mencari slip pembayaran upah buruh yang dimaksud
dan membandingkannya dengan jurnal yang dimasukkan ke buku. Pada slip pembayaran Annie
menemukan angka 27,700,000. Namun pada jurnal yang Annie masukkan angkanya Rp
27,070,000. Jadi ada KESALAHAN ANGKA, sehingga terjadi selisih Rp 630,000 (=27,700,000
– 27,070,000).
Atas kesalahan tersebut, Annie tidak mencoret atau men-typeX jurnal yang salah, karena hal itu
ditabukan dalam Akuntansi. Sebagai gantinya, Annie memasukkan JURNAL PEMBETULAN
(correction entry), sbb:
[Debit]. Upah Buruh = Rp 630,000,-
[Kredit]. Kas = Rp 630,000,-
Setelah jurnal pembetulan di masukkan maka total upah buruh yang diakui menjadi benar, yakni
Rp 27,070,000 + Rp 630,000 = Rp 27,700,000, sesuai dengan angka yang tertera pada slip
pembayaran upah buruh.
3. Begitu selesai memasukkan jurnal koreksi, Chief Accountant sudah ada di meja Annie. Dan
mengatakan bahwa Annie juga salah memasukkan Pendapatan Bunga Jasa Giro dari bank. Oleh
Annie, pendapatan bunga dari bank dimasukkan ke akun Pendapatan dengan jurnal:
[Debit]. Kas = Rp 750,000
[Kredit]. Pendapatan = Rp 750,000
Seharusnya, pendapatan bunga dari bank dipisahkan dari pendapatan utama (hasil penjualan) dan
dimasukkan ke akun “Pendapatan Jasa Giro.” Artinya, telah terjadi kesalahan akun. Untuk itu
Annie harus membuat JURNAL PEMBETULAN sbb:
[Debit]. Pendapatan = Rp 750,000
[Kredit]. Pendapatan Bunga Jasa Giro = Rp 750,000
CATATAN KHUSUS: Pendapatan bunga pada rekening giro perusahaan di bank TIDAK
DIGABUNG dengan Pendapatan utama dari hasil penjualan. Sebab pendapatan ini sudah
dikenakan “pajak bersifat final” oleh pihak bank, sehingga tidak dikenakan pajak lagi pada PPh
perusahaan. Oleh sebab itu harus dipisahkan. Untuk pendapatan ini, biasanya perusahaan
membuat akun khusus yang disebut “Pendapatan Bunga Jasa Giro.”
Kesalahan akun juga disebut “salah klasifikasi akun,” oleh sebab itu jurnal pembetulan atas
kesalahan akun sering disebut “jurnal reklasifikasi” (reclassification entry). Di tempat kerja, jika
atasan mengatakan “tolong reclass” artinya anda diminta untuk membuat jurnal pembetulan atas
kesalahan akun.
“Pada jurnal reklasifikasi di atas, mengapa akun KAS tidak ikut di reklasifikasi?” mungkin
ada yang berpikir seperti itu.
Jawabannya: Sebab, yang salah klasifikasi hanya akun pendapatan saja, sedangkan akun kasnya
sudah benar, sehingga tak perlu direklasifikasi lagi. Ini versi saat kita belajar di sekolah atau
kampus. Dalam pekerjaan sesungguhnya, terutama jika menggunakan software akuntansi,
prosedurnya sedikit berbeda (baca “Membuat Jurnal Pembetulan Dengan Software Akuntansi”
setelah yang di bawah ini)
Bagaimana jika kesalahan diketahui setelah tutup buku (saldo pendapatan dan beban telah di
nol-kan)? Bagaimana membuat jurnalnya? Pertama, pertimbangkan, apakah perlu dibuatkan
jurnal pembetulan atau tidak. Dasar pertimbangannya: Apakah bisa terkoreksi dengan sendirinya
(self-corrected) atau tidak. Jika bisa terkoreksi dengan sendirinya maka tak perlu dibuatkan
jurnal koreksi. Jika sebaliknya maka jurnal koreksi diperlukan.
4. Membuat Jurnal Pembetulan Dengan Software Akuntansi
Terutama adik-adik pelajar dan mahasiswa, perlu menyadari bahwa contoh-contoh kasus jurnal
pembetulan yang disajikan di sekolah/kampus—entah atas kesalahan angka atau kesalahan
akun—selalu menggunakan asumsi: PROSES PENCATATAN TRANSAKSI DILAKUKAN
SECARA MANUAL (di atas kertas buku jurnal). Contoh kasus di atas pun, juga, menggunakan
asumsi bahwa Annie melakukan pekerjaannya di atas kertas (buku jurnal).
Pada kenyataannya, di era komputer sekarang ini, sudah hampir semua perusahaan
menggunakan software akuntansi. Sehingga, staf accounting pemula (fresh graduate) di
perusahaan sering bingung ketika berhadapan dengan pekerjaan yang sesungguhnya.
Dengan software akuntansi (termasuk Excel), staf accounting bisa memperbaiki kesalahan
dengan cara melakukan editing (perbaikan) langsung pada jurnal yang salah saja, atau dengan
cara menghapus transaksi yang salah untuk kemudian diganti dengan jurnal yang benar.
Sehingga, TIDAK PERLU memasukkan jurnal pembetulan/koreksi lagi.
Pada kasus Annie yang pertama (salah angka transaksi) di atas misalnya, dia bisa langsung
mencari jurnal yang salah, lalu mengganti angka yang salah (27,070,000) dengan angka yang
benar (27,700,000). Sedangkan pada kasus kedua, Annie bisa menghapus jurnal yang salah (pada
akun Pendapatan) dan membuat jurnal baru pada akun yang benar (Pendapatan Jasa Giro)
dengan tanggal yang dimajukan agar sesuai dengan transaksi aslinya.
Namun hal itu tergantung pada kebijakan perusahaan masing-masing yang bisa jadi berbeda
antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Perbedaan kebijakan terletak pada penentuan
saat kapan system (software) dikunci (locked).
Pada umumnya, perusahaan melakukan penguncian system untuk membatasi tindakan
mengubah data tanpa seijin yang punya otorisasi. Begitu system dikunci, staf accounting
tidak bisa lagi:
1. melakukan editing langsung pada jurnal;
2. menghapus catatan transaksi (jurnal); atau
3. termasuk mengubah tanggal.
Sekedar informasi. Perusahaan-perusahaan yang saya kendalikan, melakukan penguncian
system setiap hari, yakni setelah pukul 6 sore. Tujuannya? Membuat staf accounting terbiasa
untuk selalu fokus dan berhati-hati dalam bekerja. Pendekatan yang sama juga—secara
sistemik—memaksa semua Chief Accountant untuk selalu melakukan ledger detail review setiap
hari dan harus kelar sebelum pukul 6 sore.
Jika ditemukan kesalahan pada transaksi yang telah lewat, setelah system dikunci, staf
accounting harus memasukkan JURNAL PEMBETULAN/KOREKSI lewat modul khusus
yang biasanya bisa dibuka oleh orang yang punya otoritas (Chief Accountant dan Controller).
5. Yang artinya juga, jurnal koreksi hanya boleh dilakukan dengan seijin (approval) orang yang
berwenang. Tujuannya? Jelas untuk pengendalian intern—atasan menjadi selalu tahu setiap ada
kesalahan.
Membuat jurnal koreksi dengan menggunakan software akuntansi juga agak berbeda jika
dibandingkan manual. Untuk contoh kasus kedua misalnya, Annie tidak bisa membuat jurnal
dengan cara melawankan Akun pendapatan dengan akun pendapatan lainnya (karena sama-sama
bersaldo kredit). Akun Pendapatan hanya bisa dilawankan dengan akun Piutang atau Kas (dan
akun Biaya hanya bisa dilawankan dengan akun Utang atau Kas).
Untuk melakukan reklasifikasi, bila bekerja menggunakan software, Annie harus membuat jurnal
pembalik (reversal entry) terlebih dahulu, sbb:
[Debit]. Pendapatan = 750,000
[Kredit]. Kas = 750,000
Dengan jurnal pembalik di atas maka posisi saldo masing-masing akun kembali ke posisi semula.
Setelah itu baru membuat jurnal dengan akun yang benar, yakni:
[Debit]. Kas = Rp 750,000
[Kredit]. Pendapatan Bunga Jasa Giro = Rp 750,000
Itulah sedikit perbedaan antara membuat jurnal pembetulan dalam lingkungan manual dan
terkomputerisasi—sekedar untuk diketahui saja, khususnya untuk adik-adik pelajar dan
mahasiswa.
Jurnal Penyesuaian (Adjustment Entry)
Jurnal Penyesuaian (Adjustment Entry) adalah jurnal yang dibuat untuk menyesuaikan nilai
saldo akun-akun tertentu agar sesuai dengan kondisi sebenarnya.
Bagaimana caranya membuat jurnal penyesuaian? Tergantung saldo akun mana yang akan
disesuaikan. Akun yang saldonya perlu disesuaikan biasanya akun yang timbul akibat adanya
pengakuan biaya yang disegerakan (=diakrualkan) atau ditunda (=dideferalkan). Beberapa
contoh akun yang biasanya memerlukan jurnal penyesuaian, antara lain:
1. Deposit Supplier dan Biaya Dibayar Di Muka (Prepaid)
Prinsip Kesesuaian (Matching Principle) menganjurkan agar setiap “Beban/Biaya” dan
“Pendapatan” saling bersesuaian (matched). Konkretnya, dalam konteks ini, beban/Biaya yang
timbul di suatu periode hanya diakui sejumlah yang bisa dihubungkan dengan pendapatan yang
bisa dihasilkan pada periode yang sama.
6. Untuk memenuhi prinsip ini maka, beban/biaya yang kemanfaatannya diperkirakan lebih dari
satu periode TIDAK diakui secara sekaligus pada saat timbul, melainkan dialokasikan dan diakui
secara bertahap sesuai dengan manfaat yang ditimbulkan per periodenya.
CONTOH KASUS:
Untuk rencana penjualan Januari 2014, PT. JAK memesan barang di UD Makmur senilai
Rp 100,000,000 pada tanggal 20 Desember 2013. Barang rencananya akan diterima secara
bertahap mulai tanggal 5 hingga 10 Januri 2014. Untuk pemesanan itu, tanggal 22
Desember 2013 PT JAK membayar UD makmur sebesar nilai pesanan.
Atas pengaluaran tersebut PT JAK tidak mencatatnya sebagai persediaan. Sebagai gantinya PT.
JAK memasukkan jurnal sbb:
[Debit] Deposit Supplier = Rp 100,000,000 (masuk ke Neraca)
[Kredit]. Kas = Rp 100,000,000 (mengurangi saldo Kas di Neraca)
Nah, akun “Deposit Supplier” inilah yang harus disesuaikan dengan kondisi sebenarnya, yakni
setiap kali barang persediaan diterima. Misalnya, ketika barang tahap pertama diterima senilai
Rp 40 juta pada tanggal 5 Januari 2014, PT JAK membuat JURNAL PENYESUAIAN sebagai
berikut:
[Debit]. Persediaan Barang Jadi = Rp 40,000,000 (saldo persediaan di Neraca bertambah 40 juta)
[Kredit]. Deposit Supplier = Rp 40,000,000 (saldo Desposit Supplier di Neraca berkurang 40
juta)
Ketika barang tahap 2 diterima senilai Rp 60 jutaTanggal 8 Januari 2014, PT JAK membuat
JURNAL PENYESUAIAN lagi sbb:
[Debit]. Persediaan Barang Jadi = Rp 60,000,000 (total saldo persediaan menjadi 40+60 juta)
[Kredit]. Deposit Supplier = Rp 60,000,000 (sisa saldo Desposit Supplier di Neraca nol)
(Catatan: Deposit Supplier di atas bisa juga disebut “Persediaan Dibayar Dimuka”, esensinya
sama saja)
Pengakuan bertahap juga diterapkan pada transaksi Sewa yang manfaatnya lebih dari
satu periode.
CONTOH KASUS:
Untuk mengantisipasi pemadaman listrik yang kerap terjadi, tanggal 15 Desember 2013
PT JAK menyewa mesin Genset senilai Rp 75 juta untuk penggunaan hingga 15 Maret
2014.
Saat Sewa dibayar, PT JAK tidak membebankan biaya sewa seketika di bulan Desember 2013.
Sebagai gantinya, PT JAK mencatat dengan jurnal sbb:
7. [Debit]. Sewa Dibayar Di Muka = Rp 75,000,000 (masuk Neraca)
[Kredit]. Kas = Rp 75,000,000 (mengurangi saldo Kas di neraca)
Nah, saldo “Sewa Dibayar Di Muka” inilah yang terus disesuaikan setiap periodenya
berdasarkan penggunaannya sehingga mencerminkan kondisi sebenarnya. Jelang tutup buku 31
Desember 2013 misalnya, PT JAK membuat JURNAL PENYESUAIAN sebagai berikut:
[Debit]. Biaya Sewa = Rp 12,500,000 (dibiayakan dan mengurangi Laba Des 2013)
[Kredit]. Sewa Dibayar Di Muka = Rp 12,500,000 (mengurangi saldo Sewa Dibayar Dimuka di
Neraca)
(Catatan: Rp 12,500,000 adalah porsi biaya sewa untuk Desember 2013 (=75 juta:3)/2)
Pada tanggal 31 Januari 2014 nanti, PT JAK akan membuat penyesuaian saldo Sewa Dibayar Di
Muka lagi, sbb:
[Debit]. Biaya Sewa = Rp 25,000,000 (mengurangi Laba Januari 2014)
[Kredit]. Sewa Dibayar Di Muka = Rp 25,000,000 (mengurangi saldo Sewa Dibayar Dimuka di
Neraca)
(Catatan: Rp 25,000,000 (=75 juta:3) adalah porsi biaya sewa untuk Januari 2014.)
Pada tanggal 28 Februari 2014 nanti, PT JAK akan membuat penyesuaian saldo Sewa Dibayar
Di Muka lagi, sbb:
[Debit]. Biaya Sewa = Rp 25,000,000 (mengurangi Laba Februari 2014)
[Kredit]. Sewa Dibayar Di Muka = Rp 25,000,000 (mengurangi saldo Sewa Dibayar Dimuka di
Neraca)
(Catatan: Rp 25,000,000 (=75 juta:3) adalah porsi biaya sewa untuk Februari 2014).
Pada saat ini saldo Sewa Dibayar Di Muka akan menunjukkan angka Rp 12,500,000 (=75 juta –
12,500,000 – 25,000,000 – 25,000,000). Sehingga, pada tanggal 31 Maret 2014 PT JAK akan
memasukkan jurnal penyesuaian terakhir untuk saldo Sewa Dibayar Di Muka, sbb:
[Debit]. Biaya Sewa = Rp 12,500,000 (mengurangi Laba Maret 2014)
[Kredit]. Sewa Dibayar Di Muka = Rp 12,500,000 (mengurangi saldo Sewa Dibayar Dimuka di
Neraca)
(Catatan: Rp 12,500,000 ((=75 juta:3)/2) adalah porsi biaya sewa untuk Maret 2014).
Setelah jurnal penyesuaian ini dimaksukkan maka saldo Sewa Dibayar Dimuka akan
menunjukkan angka 0 (nol) alias habis.
Catatan: Tidak hanya “Deposit Supplier” dan “Sewa Dibayar Di Muka” saja, pada adasarnya
setiap biaya yang memiliki kemanfaataan lebih dari 1 periode diperlakukan seperti di atas,
sehingga membutuhkan jurnal penyesuaian di setiap akhir periodenya.
8. 2. Akumulasi Penyusutan/Amortisasi
Saldo akun “Akumulasi Penyusutan” (kontra akun Aset Tetap) dan “Akumulasi Amortisasi”
(kontra akun Aset Tak berwujud) juga memerlukan penyesuaian di akhir periode. Sebab saldo
kedua akun ini meningkat seiring dengan semakin berkurangnya nilai manfaat atau nilai buku
Aset.
CONTOH KASUS:
Tanggal 1 Januari 2013 PT. JAK membeli Aset berupa mesin produksi senilai Rp
25,000,000 secara tunai dan langsung dioperasikan. Umur Ekonomis mesin di perkirakan
mencapai 8 tahun. Atas mesin ini, PT JAK tidak mencadangkan nilai residu. Untuk
menyusutan nilai Aset, PT JAK menggunakan Metode Garis Lurus. Penutupan Buku PT
JAK dilakukan secara tahunan, yakni setiap tanggal 31 Desember.
Untuk mengakui aset Mesin Produksi, tangal 1 Januari 2013 PT JAK membuat jurnal sbb:
[Debit]. Mesin = Rp 25,000,000
[Kredit]. Kas = Rp 25,000,000
Atas penggunaan mesin tersebut PT. JAK menghitung penyusutan per tahun sbb:
Tarif Penyusutan Per Tahun = (1/Umur Ekonomis) x 100% = (1/8) x 100% = (100/8)% =12, 5%
per tahun.
Penyusutan Per Tahun = (Nilai Perolehan-Nilai Residu) x Tarif = 25,000,000 x 12,5% = Rp
3,125,000/tahun.
Sehingga jadwal penyusutan mesin menjadi sbb:
Pada jadwal penyusutan di atas terlihat bawa, akumulasi penyusutan—yang mengurangi nilai
buku atau nilai manfaat—terus meningkat seiring dengan lamanya penggunaan mesin. Oleh
sebab itu, PT JAK perlu melakukan PENYESUAIAN saldo “Akumulasi Penyusutan” setiap
akhir periode buku (seperti nampak dalam jadwal di atas) yang dimulai tanggal 31 Desember
2013.
9. Sehingga, pada tanggal 31 Desember 2013 PT JAK mengakui “Beban Penyusutan Mesin
Produksi” di satu sisinya (Laba/Rugi) dan Akumulasi Penyusutan Mesin di sisi lainnya, dengan
jurnal sbb:
[Debit]. Beban Penyusutan Mesin Produksi = Rp 3,125,000 (masuk L/R)
[Kredit]. Akumulasi Penyusutan Mesin produksi = Rp 3,125,000 (Masuk Neraca)
Sejak saat itu, PT JAK terus membuat JURNAL PENYESUAIAN atas saldo akun “Akumulasi
Penyusutan Mesin Produksi “ setiap tanggal 31 Desember, hingga saldonya sama dengan “Nilai
Perolehan Mesin” (Rp 25 Juta) dan Nilai Buku (=Nilai Perolehan Mesin – Akumulasi
Penyusutan) sama dengan nol alias habis, yang menurut jadwal akan terjadi pada tanggal 31
Desember 2019.
Jurnal penyesuaian juga diperlukan untuk saldo akun aset tetap lainnya dan semua saldo akun
“Akumulasi Amortisasi” aset tak berwujud, dengan cara yang sama.
3. Deposit Pelanggan dan Pendapatan Diterima Di Muka
Pendapatan yang diterima di suatu periode, oleh perusahaan hanya boleh diakui sejumlah yang
bisa dihubungkan dengan beban/biaya yang timbul di periode yang sama. Sedangkan selisihnya
diakui entah sebagai “Deposit Pelanggan” atau “Pendapatan Diterima Di Muka”. Saldo akun
inilah yang disesuaikan setiap akhir periodenya.
CONTOH KASUS:
Pada tanggal 25 November 2013 PT JAK menerima pesanan dari True Company Inc
sebesar Rp 750 Juta. Karena keterbatasan kapasitas produksi, maka pengiriman barang
disepakati secara bertahap, dengan jadwal sbb:
Tanggal 25 Januari 2014, senilai Rp 250 Juta;
Tanggal 25 Februari 2014, senilai Rp 250 Juta; dan
Tanggal 25 Maret 2014, senilai Rp 250 Juta.
Dari transaksi tersebut, pada tanggal 1 Desember 2013 PT JAK menerima pembayaran
penuh sebesar Rp 750 Juta. Atas pembayaran yang diterima, oleh PT JAK belum boleh
diakui sebagai Pendapatan.
Sebab belum timbul beban dan biaya sehubungan dengan pemesanan barang tersebut. Untuk
sementara, uang yang diterima diakui sebagai “Deposit Pelanggan” dengan jurnal sbb:
[Debit]. Kas = Rp 750,000,000 (masuk ke Neraca)
[Kredit]. Deposit Pelanggan = Rp 750,000,000 (masuk ke kelompok Liabilitas di Neraca)
10. Nah saldo “Deposit Pelanggan” inilah yang memerlukan JURNAL PENYESUAIAN setiap kali
PT JAK mengakui “Pendapatan” di satu sisinya dan pengakuan “Harga Pokok Penjualan” di sisi
lainnya, yakni saat pengiriman barang.
Sesuai jadwal, PT JAK mengirimkan barang tahap pertama pada tanggal 25 Januari 2014 senilai
Rp 250 Juta dengan Harga Pokok Penjualan sebesar Rp 150 juta, dan memasukkan JURNAL
PENYESUAIAN sbb:
[Debit]. Deposit Pelanggan = 250,000,000 (mengurangi saldo Deposit pelanggan)
[Kredit]. Penjualan = Rp 250,000,000 (masuk Laba/Rugi Januari 2014)
Dan:
[Debit]. Harga Pokok Penjualan = Rp 150,000,000 (masuk Laba/Rugi januari 2014)
[Kredit]. Persediaan = Rp 150,000,000 (mengurangi saldo Persediaan di Neraca)
PT. JAK akan terus membuat JURNAL PENYESUAIAN atas saldo Depostit Pelanggan hingga
nilainya mencapai nol alias habis, yang dijadwalkanakan terjadi pada tanggal 25 Maret 2014.
Disamping akun “Deposit Pelanggan”, akun lain yang perlu penyesuaian adalah akun
“Penadapatan Diterima Di Muka.”
CONTOH KASUS:
PT JAK menyewakan salahsatu ruang kantornya senilai Rp 100 juta kepada PT Maju
Jaya selama 5 tahun. Atas Sewa tersebut PT JAK menerima pembayaran penuh.
Sama seperti Deposit Pelanggan, penerimaan pembayaran sewa ini juga tidak diakui sebagai
pendapatan, melainkan sebagai “Pendapatan Sewa Diterima Di Muka” yang saldonya akan
disesuaikan setiap akhir periode dengan memasukkan JURNAL PENYESUAIAN.
4. Biaya Diakrualkan
Suatu biaya diakrualkan apabila biaya tersebut sudah harus diakui sementara angka pastinya
belum diketahui. Kondisi ini lumrah terjadi pada biaya listrik, biaya telepon dan biaya gaji.
CONTOH KASUS:
Sesuai dengan prinsip kesesuaian (matching principle), pengunaan listrik PT. JAK untuk
bulan Januari 2014 harus diakui di bulan yang sama, sementara tagihan dari PLN
biasanya baru diterima sekitar tanggal 15-20 Februari 2014—sehingga angka “Biaya
Listrik” belum diketahui secara pasti.
11. Agar biaya listrik Januari bisa diakui di bulan Januari maka menjelang penutupan buku (31
Januari 2014) PT JAK mengakrualkan Biaya Listrik dengan menggunakan tagihan bulan
sebelumnya sebagai patokan. Sehingga pengakuan “Biaya Listrik” diakrualkan dengan jurnal
sbb:
[Debit]. Biaya Listrik = Rp 50,500,000 (masuk ke Laba/Rugi)
[Kredit]. Biaya Diakrualkan = Rp 50,500,000 (Masuk ke Liabilita di Neraca)
(Catatan: Angka Rp 50,500,000 diambil dari tagihan listrik bulan sebelumnya).
Disamping itu, PT JAK juga mengakrualkan “Biaya Telpon” untuk Januari 2014, karena
kondisi yang sama dengan Biaya Listrik. Menggunakan biaya telepon bulan sebelumnya, pada
tanggal 31 Januari PT JAK mengakrualkan pengakuan biaya telepon dengan jurnal sbb:
[Debit]. Biaya Telepon = Rp 7,500,000 (masuk ke Laba/Rugi)
[Kredit]. Biaya Diakrualkan = Rp 7,500,000 (Masuk ke Liabilita di Neraca)
(Catatan: Angka Rp 7,500,000 diambil dari tagihan telepon bulan sebelumnya).
PT JAK bayar gaji setiap tanggal 5, sehingga untuk Biaya Gaji bulan Januari 2014 angka
pastinya baru bisa diketahui antara tanggal 2-3 Februari 2014. Agar biaya gaji bulan Januari
bisa diakui diakui di bulan yang sama, maka tanggal 31 Januari 2014 PT JAK mengakrualkan
biaya gaji sbb:
[Debit]. Biaya Gaji = Rp 125,800,000 (masuk ke Laba/Rugi)
[Kredit]. Biaya Diakrualkan = Rp 125,800,000 (Masuk ke Liabilita di Neraca)
(Catatan: Angka Rp 125,800,000 diambil dari catatan Biaya Gaji bulan sebelumnya).
Yang paling penting untuk disadari dalam hal ini adalah: biaya listrik, biaya telepon dan
biaya gaji PT JAK belum mewakili kondisi sebenarnya. Sehingga, pengakuan “Laba/Rugi”
PT JAK untuk periode Januari 2014 bisa jadi lebih besar atau lebih kecil dari yang seharusnya.
Artinya juga, akun “Laba Ditahan” PT JAK di Neraca juga belum mewakili nilai sebenarnya.
Untuk itu perlu di sesuaikan ketika tagihan masing-masing biaya dketahui secara pasti.
Misalnya:
Tanggal 3 Februari 2014, Bagian HRD PT. JAK mengajukan Biaya Gaji untuk Januari
2014 sebesar Rp 128,000,000. Dari sini staf accounting PT JAK mengetahui bahwa Biaya Gaji
yang dibebankan di Januari 2014 lebih kecil Rp 2,200,000 (=128,000,000 – 125,800,000)
diabandingkan biaya sebenarnya. Berarti pengakuan “Laba” PT JAK untuk Januari 2014 menjadi
lebih diakui Rp 2,200,000—thus saldo “Laba Ditahan” juga menjadi lebih diakui sejumlah yang
sama. Untuk itu perlu disesuaikan agar mewakili kondisi sebenaranya dengan memasukkan
JURNAL PENYESUAIAN sbb:
[Debit]. Laba Ditahan = Rp 2,200,000 (Saldo Laba Ditahan berkurang 2,200,000)
[Debit]. Biaya Diakrualkan = Rp 125,800,000 (Saldo Biaya Diakrualkan menjadi nol)
[Kredit]. Utang Gaji = Rp 128,000,000 (Sesuai yang diajukan HRD)
12. Saat gaji dibayarkan (Tanggal 5 Februari 2014), PT. JAK memasukkan Jurnal sbb:
[Debit]. Utang Gaji = Rp 128,000,000 (saldo Utang Gaji menjadi nol)
[Kredit]. Kas = Rp 128,000,000 (saldo Kas berkurang Rp 128,000,000)
Pada tanggal 15 Februari 2014 PT JAK menerima tagihan dari PLN untuk penggunaan
Listrik Januari 2014 sebesar Rp 49,000,000. Sehingga pengakuan Biaya Listrik Januari lebih
besar Rp 1,500,000 (=50,500,000 – 49,000,000) dibandingkan tagihannya. Artinya saldo Laba
Ditahan kurang diakui sebesar yang sama. Agar mewakili kondisi sebenarnya, maka PT. JAK
memasukan JURNAL PENYESUAIAN sbb:
[Debit]. Biaya Diakrualkan = Rp 50,500,000 (Saldo Biaya Diakrualkan menjadi nol)
[Kredit]. Laba Ditahan = Rp 1,500,000 (Saldo Laba Ditahan bertambah 1,500,000)
[Kredit]. Utang – PLN = Rp 49,000,000 (Sesuai tagihan dari PLN)
Saat Listrik di bayar (Tanggal 18 Februari 2014), PT. JAK memasukkan Jurnal sbb:
[Debit]. Utang – PLN = Rp 49,000,000 (saldo Utang-PLN menjadi nol)
[Kredit]. Kas = Rp 49,000,000 (saldo Kas berkurang Rp 49,000,000)
Pada tanggal 17 Februari 2014 PT JAK menerima tagihan dari PT TELKOM
INDONESIA untuk penggunaan telepon Januari 2014 sebesar Rp 7,000,000. Sehingga
pengakuan Biaya Telepon Januari lebih besar Rp 500,000 (=7,500,000-7,000,000) dibandingkan
tagihannya. Artinya saldo Laba Ditahan juga kurang diakui sebesar Rp 500,000. Supaya
mewakili kondisi sebenarnya, maka PT. JAK memasukan JURNAL PENYESUAIAN sbb:
[Debit]. Biaya Diakrualkan = Rp 7,500,000 (Saldo Biaya Diakrualkan menjadi nol)
[Kredit]. Laba Ditahan = Rp 500,000 (Saldo Laba Ditahan bertambah 500,000)
[Kredit]. Utang – PT TELKOM = Rp 7,000,000 (Sesuai tagihan dari PT TELKOM)
Saat Telepon di bayar (Tanggal 19 Februari 2014), PT. JAK memasukkan Jurnal sbb:
[Debit]. Utang – PT TELKOM = Rp 7,000,000 (saldo Utang – PT TELKOM menjadi nol)
[Kredit]. Kas = Rp 7,000,000 (saldo Kas berkurang Rp 49,000,000)
Itulah yang disebut jurnal penyesuaian (adjustment entry).
Kesimpulan: Jurnal Pembetulan vs Penyesuaian
Jurnal pembetulan dan jurnal penyesuaian, 2 jenis jurnal yang dibuat untuk maksud berbeda.
“Jurnal Pembetulan/Koreksi” (Correction Entry), adalah jurnal khusus yang dibuat untuk
memperbaiki keslahan jurnal. Perbaikan atas kesalahan akun sering disebut “reklasifikasi.”
Kesalahan jurnal bisa terjadi pada akun mana saja. Bila kesalahan terjadi pada transaksi di
13. periode yang sama, jurnal pembetulan selalu dianjurkan. Namun bila kesalahan terjadi di periode
berbeda, maka perlu mempertimbangkan apakah kesalahan tergolong self-corrected atau tidak.
Jurnal koreksi diperlukana pada transaksi yang tidak self-corrected.
Sedangkan “Jurnal Penyesuaian” (Adjustment Entry) adalah jurnal yang dibuat untuk
menyesuaikan nilai saldo akun-akun tertentu agar sesuai dengan kondisi sebenarnya. Akun yang
saldonya perlu disesuaikan biasanya akun yang timbul akibat adanya pengakuan biaya yang
disegerakan (=diakrualkan) atau ditunda (=dideferalkan). Beberapa contoh akun yang biasanya
memerlukan jurnal penyesuaian, antara lain: Deposit Supplier, Biaya Dibayar Di Muka
(Prepaid), Akumulasi Penyusutan/Amortisasi, Deposit Pelanggan dan Pendapatan Diterima
Dimuka, Biaya Diakrualkan