SlideShare a Scribd company logo
PEMBERANTASAN PENYAKIT TULAR VEKTOR


TUJUAN: Mencegah kematian
        Mengurangi angka kesakitan
        Mengurangi kerugian sosek

CARA   : 1. Pengobatan penderita
          2. Pengendalian vektor
          3. Meningkatkan pengetahuan
           masyarakat (Penyuluhan)
Untuk dapat melakukan pengandalian vektor:

• Bionomik/Perilaku vektor (hub kehidupan vektor dg lingk)
     – Kebiasaan menggigit & Aktivitas menggigit
• Breeding place (Habitat)
     – Sawah, kubangan, pantai, sungai,
     – Bak mandi, tempat penampungan air, ember dll
• Kerentanan terhadap insektisida
     – OC; OP, K dan PY
• Tempat istirahat vektor
     – Dalam rumah atau luar rumah
     – (PENGGUNAAN KELAMBU BERINSEKTISIDA???)

•   HARUS DIKETAHUI SPESIES/JENIS SERANGGA VEKTOR (SEHINGGA DAPAT
    DILAKUKAN PENGENDALIAN)
Ruang lingkup bionomi vektor malaria
•    Perkembangan daur hidup nyamuk
•    Pertumbuhan
•    waktu dan tempat oviposition,
•    Faktor yang mengendalikan larval pengembangan dan juga kawin,
•    Makanan,
•    Perilaku terbang dan perilaku mencari mangsa
•    Perilaku istirahat
•    Pengaruh lingkungan terhadap populasi nyamuk Berbagai langkah-
     langkah dari jalan kehidupan akan [jadi] dipertimbangkan di
     (dalam) bagian berikut , strating dengan tempat kediaman yang
     yang menternakkan itu
Genangan air
                Lubang Galian                Sawah                 Rawa-rawa               sungai




                                         Genangan air            Genangan air
                  Tambak
                                            hujan                  sungai
                                                                                       Lingk. Hutan




                  Lingk. Barak          Lingk. Persawahan        Lingk. Rawa-rawa




                                                                                     (50 - 100m dpl.)
Pantai                                  (15- 25 m dpl.)         (30 - 40 m dpl.) An.maculatus
                                                            Mansonia uniformis      An. barbirostris
                    (0 – 5 m dpl.)   An. barbirostris
                                                                                    An.balabacensis
                An. barbirostris     An. aconitus           Mn. dives
An. sundaicus   An. aconitus         An. annularis          An. barbirostris        Culex
An. subpictus   An. annularis        Culex                  An. aconitus            Mansonia
Culex           Culex                Mansonia
                                                            An. annularis           Armigeres
                Mansonia             Armigeres                                      Aedes
Aedes                                                       Culex
                Armigeres            Aedes
                                                            Mansonia                Anopheles
                Aedes
                                                            Aedes                   Toxorenchytes
Daur hidup
telur - jentik - kepompong/pupa - nyamuk
(dewasa).
Telur
  Oviposition (peletakan telur) terjadi setelah telur
   benar-benar masak. Peletakan telur tertunda atau
   terhambat karena suhu rendah, tidak ada air atau
   gagal kawin. Daya tetas telur menurun bila tertahan
   lebih dari 15 hari terhitung dari saat penghisapan
   darah
  Telur diletakan di permukaan air
  Jumlah telur nyamuk bervariasi + 100-300 butir (sekali
   bertelur).
  Ukuran telur + 0.5 mm.
  Setelah 1-2 hari, telur akan menetas menjadi jentik
Larva
 Jentik mengalami pergantian kulit sebanyak 4 kali (4
  instar).
 Kecepatan pertumbuhan meningkat dengan naiknya suhu
  dan tersedianya makanan yang cukup.
 Pertumbuhan yang cepat pada suhu tinggi akan
  menghasilkan individu yang kecil. Sementara itu pada suhu
  rendah, pertumbuhan akan lambat dan dihasilkan individu
  yang lebih besar.
 Pengelupasan kulit terjadi pada instar IV merupakan awal
  perubahan bentuk larva menjadi pupa.
 Waktu yang diperlukan jentik menjadi kepompong adalah
  8-10 hari, tergantung suhu, makanan dan spesies nyamuk.
Pupa
 Pupa merupakan stadium perkembangan istirahat, dan
  tidak makan.
 Pada stadium pupa, terjadi proses pembetukan alat-alat
  tubuh nyamuk, seperti: alat kelamin, sayap dan kaki
 Pupasi pada kebanyakan spesies cenderung terjadi pada
  waktu-waktu tertentu seperti pada pagi, siang, senja atau
  malam hari. Pupasi Ae. aegypti tidak terpengaruh oleh
  keadaan gelap atau terang.
 Tahap pupasi memerlukan waktu 1-2 hari.
 Lama stadium pupa pada individu jantan 1-2 jam lebih
  pendek bila dibandingkan dengan lama stadium pupa
  nyamuk betina.
 Dari kepompong akan keluar nyamuk yang dapat
  dibedakan jantan dan betina
Dewasa
 Proses kemunculan tersebut memakan waktu lebih kurang 15
  menit dan 10 menit kemudian mulai dapat terbang di sekitar
  perairan tempat perindukkannya.
 Nyamuk baru dapat terbang normal setelah kurang lebih satu
  jam dan hinggap di tempat istirahatnya.
 Nyamuk jantan belum mampu kawin sebelum ruas abdomen
  paling ujung berputar 180o. (1-2 hr)
 Nyamuk betina akan kawin satu kali dalam hidupnya, (24-48
  jam) setelah keluar dari kepompong.
 Umur nyamuk jantan relatip pendek (+ 1 minggu), sedangkan
  nyamuk betina umurnya lebih panjang, rata-rata 1-2 bulan.
 Nyamuk Anopheles dapat terbang secara aktif mencapai 0.5-2
  km.
BEBERAPA HAL PENTING DALAM USAHA PEMBERANTASAN VEKTOR MALARIA




1. Umur populasi vektor
   Pengetahuan tentang umur nyamuk sangat
   penting untuk mengetahui masa penularan.
2. Distribusi musiman
    memberikan gambaran atau menjelaskan musim
    penularan penyakit yang tepat.
3. Perilaku mencari darah
    Waktu, Tempat, sumber, frekuensi menggigit
4. Perilaku istirahat (sebenarnya, sementara)
5. Pengaruh lingkungan
  (1)faktor lingkungan phisik  angin
  (2)faktor kimiawi  kadar garam
   (3) faktor biologik. lumut ganggang
     predator
APLIKASI INSEKTISIDA
•    Penyemprotan Residu (IRS)
•    Pemolesan Kelambu
•    Fogging
•    ULV
•    Larvasida
    - Penyemprotan
     - Dibungkus kain kasa
Syarat-2 penyemprotan

•   Cakupan bangunan yg disemprot (> 80%)
•   Cakupan permukaan yg disemprot
•   Pemenuhan dosis
•   Ketaraturan (Waktu/siklus harus berdasar data
    entomologi/ kasus)
Pemolesan Kelambu
Kriteria :
1. Masyarakat mau menerima dan
    menggunakan
2. Data nyamuk menggigit malam hari
3. Daerah dg kasus tinggi
4. Cakupan bangunan yg disemprot rendah
5. Konstruksi rmh tdk melindungi gigitan
    nyamuk
APLIKASI LARVASIDA

   1. Persiapan; membuat peta perindukan skala
     1:1000, dilengkapi dengan luas, bentuk, jenis
     kegunaanya, kedalaman, tumbuhan air dll.
   2. Melakukan pengamatan entomologi (pencidukan)
      larva survai.
   3. Pengamatan nyamuk dewasa
   4. Didaerah yang vektornya sudah kebal maka
      dilakukan uji kerentanan jentik terhadap suatu
      larvasida (yang akan digunakan).
• Penebaran ikan
  1. Sekali ditebarkan akan berkembangbiak
  2. Biaya relatif murah
  3. Tidak mencemari
  4. Dapat digunakan di rawa &bertumbuhan air.
  5. Sebelum penebaran perlu inventarisasi
     tempat perindukan
• Pengaturan/pengelolaan lingkungan
SURVAI UJI RESISTENSI
Untuk mengetahui status resistensi vektor terhadap insektisida yang akan dan
telah digunakan.
Cara uji:
1. Alat yang digunakan WHO susceptibility test kit, dilengkapi dengan
   impregnated paper dgn konsentrasi tertentu dan pembanding.
2. Serangga uji adalah nyamuk vektor, diperoleh dengan penangkapan
   nyamuk di alam/ hasil koloni.
3. Untuk nyamuk lapangan masukkan ke dalam tabung yang dilapisi
   kertas HVS, 25 ekor/tabung. Adaptasikan.
3. Nyamuk hasil penangkapan dilapangan/koloni dimasukkan ke dalam
   tabung uji (4 tabung) dan pembanding (1 tabung). Tiap tabung diisi
   nyamuk 20-25 ekor. Dikontakkan selama 1 jam.
4. Nyamuk hasil uji dipelihara 24 jam. Hitung kematiannya.
5. Kriteria : kematian <80% kebal, kematian 80-98 tolerans dan 99-100
   masih peka.
Susceptibility Tes Kit dan Cara Penggunaanya
UJI BIOASSAY

Kontak Langsung
Penentuan daya bunuh residu insektisida pd dinding/kelambu.
Cara kerja:
1. Penangkapan nyamuk di alam/koloni, kondisi abdomen unfed.
2. Tempatkan cones 3 per permukaan dinding/kelambu perlakuan
   dan pembanding.
3. Masukkan nyamuk kedalam cone 10-15 ekor/cone. Biarkan
   nyamuk terpapar 30 menit
4. Nyamuk hasil tes dimasukkan kembali ke dalam gelas kertas,
   simpan selama 24 jam.
5. Hitung kematian nyamuk setelah dipelihara 24 jam
6. Residu insektisida efektif bila kematian nyamuk > 70%
Kontak tidak langsung (air borne)
•   Alat: Kurungan nyamuk 12 m3
•   Menentukan bunuh fumigasi (Uap residu insektisida)

Cara.
1. Masukkan nyamuk ke dalam kurungan (20-25 ekor).
2. Gantung kurungan dl rumah di pojok, jarak ke dinding
    dan atap 0,50 m. Waktu pemaparan 1-4 jam.
3. Setelah pemaparan, nyamuk diambil dengan aspirator
     kemudian masukkan kedalam paper cup atau tetap dalam
     kurungan. Simpan/pelihara 24 jam.
4. Hitung angka kematian.
ANALISA HASIL

UJI RESISTENSI MAUPUN UJI BIOASSAY:

1. Jika kematian kontrol > 20% maka uji diulang.
2. Jika kematian kontrol antara 5-20%, maka hasil
   dikoreksi dgn rumus Abbot:

   Kematian perlakuan- kematian kontrol x 100%
         100% - kematian kontrol

3. Jika kematian kontrol < 5%, hasil perlakuan bisa
  digunakan.
Pengendalian Vektor Tepat Insektisida
Uji Resistensi


Kriteria:
1. Peka     : Kematian Nyamuk 99-100%
2. Tolerans : Kematiannyamuk > 80 – 98%
3. Resisten : Kematian Nyamuk < 80%.
UJI BIOASSAY

Kontak Langsung
Penentuan daya bunuh residu insektisida pd dinding/kelambu.
Cara kerja:
1. Penangkapan nyamuk di alam/koloni, kondisi abdomen unfed.
2. Tempatkan cones 3 per permukaan dinding/kelambu perlakuan
   dan pembanding.
3. Masukkan nyamuk kedalam cone 10-15 ekor/cone. Biarkan
   nyamuk terpapar 30 menit
4. Nyamuk hasil tes dimasukkan kembali ke dalam gelas kertas,
   simpan selama 24 jam.
5. Hitung kematian nyamuk setelah dipelihara 24 jam
6. Residu insektisida efektif bila kematian nyamuk > 70%
Peralatan Uji bioassay
                     Cone
     Isolasi                                                 50 cm

                                                               0,5 cm

                                                                     20-25 ekor

                   Aspirator           0,5 cm
                                                        12 cm 3


               10-15 ekor/cone




    Cone ditempelkan pada dinding yg            Kurungan utk uji bioassay
    sudah disemprot (3 cones/ dd)               td langsung/ fogging
KRITERIA RESISTENSI VEKTOR THDP INSEKTISIDA
1. Puspa Herath, 1 dan Ditjen P2M.,
- Kematian 99-100%, peka (Susceptable)
- Kematian 98-80%, toleran
- Kematian < 80%, resisten
2. WHO, 1967
- Kematian > 50% peka
- Kematian < 50 % resiten

               KRITERIA DAYA BUNUH EFEKTIF (WHO, 1996)
- Dapat membunuh serangga uji > 70 % (WHO, 1996)
- Dapat menekan umur pop. (Parity rate) > 50 %
- Dapat membunuh nyamuk fed 80% yang keluar
  dari dalam rumah setelah aplikasi.

More Related Content

What's hot

Pengendalian klb wabah
Pengendalian klb wabahPengendalian klb wabah
Pengendalian klb wabah
Anggita Dewi
 
Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL)
Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL)Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL)
Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL)
Dhenok Citra Panyuluh
 
Permenkes no. 13 tahun 2015 ttg pelayanan kesling di puskesmas
Permenkes  no. 13 tahun  2015  ttg pelayanan kesling di puskesmasPermenkes  no. 13 tahun  2015  ttg pelayanan kesling di puskesmas
Permenkes no. 13 tahun 2015 ttg pelayanan kesling di puskesmas
Adelina Hutauruk
 
Penanganan Sampah
Penanganan SampahPenanganan Sampah
Penanganan Sampah
Joy Irman
 
Bahan ajar penyakit potensial wabah penyelidikan epidemiologi
Bahan ajar penyakit  potensial wabah  penyelidikan epidemiologiBahan ajar penyakit  potensial wabah  penyelidikan epidemiologi
Bahan ajar penyakit potensial wabah penyelidikan epidemiologi
HMRojali
 
Ppt.pengukuran paparan new
Ppt.pengukuran paparan new Ppt.pengukuran paparan new
Ppt.pengukuran paparan new
Inoy Trisnaini
 
Modul pelaksanaan penyelidikan klb
Modul pelaksanaan penyelidikan klbModul pelaksanaan penyelidikan klb
Modul pelaksanaan penyelidikan klb
WiandhariEsaBBPKCilo
 
Program kesling di puskesmas
Program kesling di puskesmasProgram kesling di puskesmas
Program kesling di puskesmas
Joni Iswanto
 
Langkah langkah investigasi klb wabah
Langkah langkah investigasi klb wabahLangkah langkah investigasi klb wabah
Langkah langkah investigasi klb wabah
rickygunawan84
 
Klinik sanitasi 1
Klinik sanitasi 1Klinik sanitasi 1
Klinik sanitasi 1
Mohammad Ichsan
 
1 paparan stunting-dir.gizi-1222
1 paparan stunting-dir.gizi-12221 paparan stunting-dir.gizi-1222
1 paparan stunting-dir.gizi-1222
candijayaamerta
 
Konsep penyelidikan KLB
Konsep penyelidikan KLBKonsep penyelidikan KLB
Konsep penyelidikan KLB
WiandhariEsaBBPKCilo
 
Fishbone
FishboneFishbone
Fishbone
Ahmad Syahid
 
Penyediaan air minum pasca bencana
Penyediaan air minum pasca bencana Penyediaan air minum pasca bencana
Penyediaan air minum pasca bencana
Gilang Rupaka
 
Laporan Magang Kantor kesehatan pelabuhan kelas 1 surabya
Laporan Magang Kantor kesehatan pelabuhan kelas 1 surabyaLaporan Magang Kantor kesehatan pelabuhan kelas 1 surabya
Laporan Magang Kantor kesehatan pelabuhan kelas 1 surabya
Azmi Umi A
 
Kegiatan pokok surveilans
Kegiatan pokok surveilansKegiatan pokok surveilans
Kegiatan pokok surveilansraysa hasdi
 
Kesehatan lingkungan
Kesehatan lingkunganKesehatan lingkungan
Kesehatan lingkungan
Shoetiaone
 
Demam berdarah dengue
Demam berdarah dengueDemam berdarah dengue
Demam berdarah dengueJoni Iswanto
 
Laporan Identifikasi Tikus
Laporan Identifikasi TikusLaporan Identifikasi Tikus
Laporan Identifikasi Tikus
danivita
 
5.surveilans malaria
5.surveilans malaria5.surveilans malaria
5.surveilans malaria
Joni Iswanto
 

What's hot (20)

Pengendalian klb wabah
Pengendalian klb wabahPengendalian klb wabah
Pengendalian klb wabah
 
Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL)
Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL)Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL)
Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL)
 
Permenkes no. 13 tahun 2015 ttg pelayanan kesling di puskesmas
Permenkes  no. 13 tahun  2015  ttg pelayanan kesling di puskesmasPermenkes  no. 13 tahun  2015  ttg pelayanan kesling di puskesmas
Permenkes no. 13 tahun 2015 ttg pelayanan kesling di puskesmas
 
Penanganan Sampah
Penanganan SampahPenanganan Sampah
Penanganan Sampah
 
Bahan ajar penyakit potensial wabah penyelidikan epidemiologi
Bahan ajar penyakit  potensial wabah  penyelidikan epidemiologiBahan ajar penyakit  potensial wabah  penyelidikan epidemiologi
Bahan ajar penyakit potensial wabah penyelidikan epidemiologi
 
Ppt.pengukuran paparan new
Ppt.pengukuran paparan new Ppt.pengukuran paparan new
Ppt.pengukuran paparan new
 
Modul pelaksanaan penyelidikan klb
Modul pelaksanaan penyelidikan klbModul pelaksanaan penyelidikan klb
Modul pelaksanaan penyelidikan klb
 
Program kesling di puskesmas
Program kesling di puskesmasProgram kesling di puskesmas
Program kesling di puskesmas
 
Langkah langkah investigasi klb wabah
Langkah langkah investigasi klb wabahLangkah langkah investigasi klb wabah
Langkah langkah investigasi klb wabah
 
Klinik sanitasi 1
Klinik sanitasi 1Klinik sanitasi 1
Klinik sanitasi 1
 
1 paparan stunting-dir.gizi-1222
1 paparan stunting-dir.gizi-12221 paparan stunting-dir.gizi-1222
1 paparan stunting-dir.gizi-1222
 
Konsep penyelidikan KLB
Konsep penyelidikan KLBKonsep penyelidikan KLB
Konsep penyelidikan KLB
 
Fishbone
FishboneFishbone
Fishbone
 
Penyediaan air minum pasca bencana
Penyediaan air minum pasca bencana Penyediaan air minum pasca bencana
Penyediaan air minum pasca bencana
 
Laporan Magang Kantor kesehatan pelabuhan kelas 1 surabya
Laporan Magang Kantor kesehatan pelabuhan kelas 1 surabyaLaporan Magang Kantor kesehatan pelabuhan kelas 1 surabya
Laporan Magang Kantor kesehatan pelabuhan kelas 1 surabya
 
Kegiatan pokok surveilans
Kegiatan pokok surveilansKegiatan pokok surveilans
Kegiatan pokok surveilans
 
Kesehatan lingkungan
Kesehatan lingkunganKesehatan lingkungan
Kesehatan lingkungan
 
Demam berdarah dengue
Demam berdarah dengueDemam berdarah dengue
Demam berdarah dengue
 
Laporan Identifikasi Tikus
Laporan Identifikasi TikusLaporan Identifikasi Tikus
Laporan Identifikasi Tikus
 
5.surveilans malaria
5.surveilans malaria5.surveilans malaria
5.surveilans malaria
 

Similar to Pengendalian malaria smt3

Bioekologi dan morfologi 1
Bioekologi dan morfologi 1Bioekologi dan morfologi 1
Bioekologi dan morfologi 1
Semiani Satsuki
 
materi-lengkapvektor menjadi hal penting untuk diperhatikan
materi-lengkapvektor menjadi hal penting untuk diperhatikanmateri-lengkapvektor menjadi hal penting untuk diperhatikan
materi-lengkapvektor menjadi hal penting untuk diperhatikan
hidnisa
 
TEKNIK PENGAMATAN, PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN OPT.pptx
TEKNIK PENGAMATAN, PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN OPT.pptxTEKNIK PENGAMATAN, PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN OPT.pptx
TEKNIK PENGAMATAN, PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN OPT.pptx
BunyaminSidrap
 
HUMAN LICE FOR HUMAN IN THE WORLDSS.pptx
HUMAN LICE FOR HUMAN IN THE WORLDSS.pptxHUMAN LICE FOR HUMAN IN THE WORLDSS.pptx
HUMAN LICE FOR HUMAN IN THE WORLDSS.pptx
nurmaladewiwatukila
 
Kelangsungan hidup makhluk hidup
Kelangsungan hidup makhluk hidupKelangsungan hidup makhluk hidup
Kelangsungan hidup makhluk hidup
mamadila
 
Biologi Udang.pdf
Biologi Udang.pdfBiologi Udang.pdf
Biologi Udang.pdf
RahmadiAziz1
 
nematoda usus
nematoda ususnematoda usus
nematoda usus
cynthia perdana
 
Moluska-1.pdf-Moluska-1.pdf-Moluska-1.pdf
Moluska-1.pdf-Moluska-1.pdf-Moluska-1.pdfMoluska-1.pdf-Moluska-1.pdf-Moluska-1.pdf
Moluska-1.pdf-Moluska-1.pdf-Moluska-1.pdf
AgathaHaselvin
 
presentasi vektor dan pengendalian kesehatan masyarakat
presentasi vektor dan pengendalian kesehatan masyarakatpresentasi vektor dan pengendalian kesehatan masyarakat
presentasi vektor dan pengendalian kesehatan masyarakat
LuthfiNurFitriani
 
Adaptasi dan seleksi makhluk hidup
Adaptasi dan seleksi makhluk hidupAdaptasi dan seleksi makhluk hidup
Adaptasi dan seleksi makhluk hidup
Sugeng Pamudji
 
Pengendalian nyamuk culex sp
Pengendalian nyamuk culex spPengendalian nyamuk culex sp
Pengendalian nyamuk culex sp
Nuris Mauliddah
 
Insecta class.pptx
Insecta class.pptxInsecta class.pptx
Insecta class.pptx
Rakhmatul1
 
Sipunculus norvegicus
Sipunculus norvegicusSipunculus norvegicus
Sipunculus norvegicusIga Wardani
 
5. entomologi
5. entomologi5. entomologi
5. entomologi
Ervan Wulfric
 
PENGENDALIAN LALAT DAN KECOA.pdf
PENGENDALIAN LALAT DAN KECOA.pdfPENGENDALIAN LALAT DAN KECOA.pdf
PENGENDALIAN LALAT DAN KECOA.pdf
TazmanianDevilz
 
Ekologi
EkologiEkologi
Parasitologi. Nematoda
Parasitologi. NematodaParasitologi. Nematoda
Parasitologi. Nematoda
Poltekes TNI AU
 

Similar to Pengendalian malaria smt3 (20)

Bioekologi dan morfologi 1
Bioekologi dan morfologi 1Bioekologi dan morfologi 1
Bioekologi dan morfologi 1
 
materi-lengkapvektor menjadi hal penting untuk diperhatikan
materi-lengkapvektor menjadi hal penting untuk diperhatikanmateri-lengkapvektor menjadi hal penting untuk diperhatikan
materi-lengkapvektor menjadi hal penting untuk diperhatikan
 
TEKNIK PENGAMATAN, PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN OPT.pptx
TEKNIK PENGAMATAN, PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN OPT.pptxTEKNIK PENGAMATAN, PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN OPT.pptx
TEKNIK PENGAMATAN, PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN OPT.pptx
 
HUMAN LICE FOR HUMAN IN THE WORLDSS.pptx
HUMAN LICE FOR HUMAN IN THE WORLDSS.pptxHUMAN LICE FOR HUMAN IN THE WORLDSS.pptx
HUMAN LICE FOR HUMAN IN THE WORLDSS.pptx
 
Kelangsungan hidup makhluk hidup
Kelangsungan hidup makhluk hidupKelangsungan hidup makhluk hidup
Kelangsungan hidup makhluk hidup
 
Vektor
VektorVektor
Vektor
 
Biologi Udang.pdf
Biologi Udang.pdfBiologi Udang.pdf
Biologi Udang.pdf
 
nematoda usus
nematoda ususnematoda usus
nematoda usus
 
Biologi 2
Biologi 2Biologi 2
Biologi 2
 
Biologi 2
Biologi 2Biologi 2
Biologi 2
 
Moluska-1.pdf-Moluska-1.pdf-Moluska-1.pdf
Moluska-1.pdf-Moluska-1.pdf-Moluska-1.pdfMoluska-1.pdf-Moluska-1.pdf-Moluska-1.pdf
Moluska-1.pdf-Moluska-1.pdf-Moluska-1.pdf
 
presentasi vektor dan pengendalian kesehatan masyarakat
presentasi vektor dan pengendalian kesehatan masyarakatpresentasi vektor dan pengendalian kesehatan masyarakat
presentasi vektor dan pengendalian kesehatan masyarakat
 
Adaptasi dan seleksi makhluk hidup
Adaptasi dan seleksi makhluk hidupAdaptasi dan seleksi makhluk hidup
Adaptasi dan seleksi makhluk hidup
 
Pengendalian nyamuk culex sp
Pengendalian nyamuk culex spPengendalian nyamuk culex sp
Pengendalian nyamuk culex sp
 
Insecta class.pptx
Insecta class.pptxInsecta class.pptx
Insecta class.pptx
 
Sipunculus norvegicus
Sipunculus norvegicusSipunculus norvegicus
Sipunculus norvegicus
 
5. entomologi
5. entomologi5. entomologi
5. entomologi
 
PENGENDALIAN LALAT DAN KECOA.pdf
PENGENDALIAN LALAT DAN KECOA.pdfPENGENDALIAN LALAT DAN KECOA.pdf
PENGENDALIAN LALAT DAN KECOA.pdf
 
Ekologi
EkologiEkologi
Ekologi
 
Parasitologi. Nematoda
Parasitologi. NematodaParasitologi. Nematoda
Parasitologi. Nematoda
 

Recently uploaded

Fisiologi Fonasi dan Saluran Napas Atas.pptx
Fisiologi Fonasi dan Saluran Napas Atas.pptxFisiologi Fonasi dan Saluran Napas Atas.pptx
Fisiologi Fonasi dan Saluran Napas Atas.pptx
arielardinda2
 
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdfJuknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
HendraSagita2
 
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdfTugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
nurfaridah271
 
PPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptx
PPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptxPPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptx
PPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptx
SriKuntjoro1
 
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdf
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdfBiografi Presiden Republik Indonesia.pdf
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdf
pristayulianabila
 
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdfAKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
opkcibungbulang
 
92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf
92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf
92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf
tsuroyya38
 
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdfKelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
JALANJALANKENYANG
 
IKLAN PENERIMAAN GURU SEKUM YPS 2024.pdf
IKLAN PENERIMAAN GURU SEKUM YPS 2024.pdfIKLAN PENERIMAAN GURU SEKUM YPS 2024.pdf
IKLAN PENERIMAAN GURU SEKUM YPS 2024.pdf
sriwulandari723
 
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdfTokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Mutia Rini Siregar
 
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdfPanduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
MildayantiMildayanti
 
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptxNovel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
NirmalaJane
 
Pembelajaran Ekosistem Kelas 5 Semester 1
Pembelajaran Ekosistem Kelas 5 Semester 1Pembelajaran Ekosistem Kelas 5 Semester 1
Pembelajaran Ekosistem Kelas 5 Semester 1
niswati10
 
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptxPembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Sosdiklihparmassdm
 
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
nasrudienaulia
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
SABDA
 
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdfKisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
indraayurestuw
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Fathan Emran
 

Recently uploaded (20)

Fisiologi Fonasi dan Saluran Napas Atas.pptx
Fisiologi Fonasi dan Saluran Napas Atas.pptxFisiologi Fonasi dan Saluran Napas Atas.pptx
Fisiologi Fonasi dan Saluran Napas Atas.pptx
 
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdfJuknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
 
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdfTugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
 
PPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptx
PPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptxPPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptx
PPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptx
 
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdf
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdfBiografi Presiden Republik Indonesia.pdf
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdf
 
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdfAKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
 
92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf
92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf
92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf
 
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
 
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdfKelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
 
IKLAN PENERIMAAN GURU SEKUM YPS 2024.pdf
IKLAN PENERIMAAN GURU SEKUM YPS 2024.pdfIKLAN PENERIMAAN GURU SEKUM YPS 2024.pdf
IKLAN PENERIMAAN GURU SEKUM YPS 2024.pdf
 
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdfTokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
 
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
 
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdfPanduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
 
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptxNovel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
 
Pembelajaran Ekosistem Kelas 5 Semester 1
Pembelajaran Ekosistem Kelas 5 Semester 1Pembelajaran Ekosistem Kelas 5 Semester 1
Pembelajaran Ekosistem Kelas 5 Semester 1
 
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptxPembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
 
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
 
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdfKisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
 

Pengendalian malaria smt3

  • 1.
  • 2.
  • 3. PEMBERANTASAN PENYAKIT TULAR VEKTOR TUJUAN: Mencegah kematian Mengurangi angka kesakitan Mengurangi kerugian sosek CARA : 1. Pengobatan penderita 2. Pengendalian vektor 3. Meningkatkan pengetahuan masyarakat (Penyuluhan)
  • 4. Untuk dapat melakukan pengandalian vektor: • Bionomik/Perilaku vektor (hub kehidupan vektor dg lingk) – Kebiasaan menggigit & Aktivitas menggigit • Breeding place (Habitat) – Sawah, kubangan, pantai, sungai, – Bak mandi, tempat penampungan air, ember dll • Kerentanan terhadap insektisida – OC; OP, K dan PY • Tempat istirahat vektor – Dalam rumah atau luar rumah – (PENGGUNAAN KELAMBU BERINSEKTISIDA???) • HARUS DIKETAHUI SPESIES/JENIS SERANGGA VEKTOR (SEHINGGA DAPAT DILAKUKAN PENGENDALIAN)
  • 5. Ruang lingkup bionomi vektor malaria • Perkembangan daur hidup nyamuk • Pertumbuhan • waktu dan tempat oviposition, • Faktor yang mengendalikan larval pengembangan dan juga kawin, • Makanan, • Perilaku terbang dan perilaku mencari mangsa • Perilaku istirahat • Pengaruh lingkungan terhadap populasi nyamuk Berbagai langkah- langkah dari jalan kehidupan akan [jadi] dipertimbangkan di (dalam) bagian berikut , strating dengan tempat kediaman yang yang menternakkan itu
  • 6. Genangan air Lubang Galian Sawah Rawa-rawa sungai Genangan air Genangan air Tambak hujan sungai Lingk. Hutan Lingk. Barak Lingk. Persawahan Lingk. Rawa-rawa (50 - 100m dpl.) Pantai (15- 25 m dpl.) (30 - 40 m dpl.) An.maculatus Mansonia uniformis An. barbirostris (0 – 5 m dpl.) An. barbirostris An.balabacensis An. barbirostris An. aconitus Mn. dives An. sundaicus An. aconitus An. annularis An. barbirostris Culex An. subpictus An. annularis Culex An. aconitus Mansonia Culex Culex Mansonia An. annularis Armigeres Mansonia Armigeres Aedes Aedes Culex Armigeres Aedes Mansonia Anopheles Aedes Aedes Toxorenchytes
  • 7. Daur hidup telur - jentik - kepompong/pupa - nyamuk (dewasa).
  • 8. Telur Oviposition (peletakan telur) terjadi setelah telur benar-benar masak. Peletakan telur tertunda atau terhambat karena suhu rendah, tidak ada air atau gagal kawin. Daya tetas telur menurun bila tertahan lebih dari 15 hari terhitung dari saat penghisapan darah Telur diletakan di permukaan air Jumlah telur nyamuk bervariasi + 100-300 butir (sekali bertelur). Ukuran telur + 0.5 mm. Setelah 1-2 hari, telur akan menetas menjadi jentik
  • 9. Larva  Jentik mengalami pergantian kulit sebanyak 4 kali (4 instar).  Kecepatan pertumbuhan meningkat dengan naiknya suhu dan tersedianya makanan yang cukup.  Pertumbuhan yang cepat pada suhu tinggi akan menghasilkan individu yang kecil. Sementara itu pada suhu rendah, pertumbuhan akan lambat dan dihasilkan individu yang lebih besar.  Pengelupasan kulit terjadi pada instar IV merupakan awal perubahan bentuk larva menjadi pupa.  Waktu yang diperlukan jentik menjadi kepompong adalah 8-10 hari, tergantung suhu, makanan dan spesies nyamuk.
  • 10. Pupa  Pupa merupakan stadium perkembangan istirahat, dan tidak makan.  Pada stadium pupa, terjadi proses pembetukan alat-alat tubuh nyamuk, seperti: alat kelamin, sayap dan kaki  Pupasi pada kebanyakan spesies cenderung terjadi pada waktu-waktu tertentu seperti pada pagi, siang, senja atau malam hari. Pupasi Ae. aegypti tidak terpengaruh oleh keadaan gelap atau terang.  Tahap pupasi memerlukan waktu 1-2 hari.  Lama stadium pupa pada individu jantan 1-2 jam lebih pendek bila dibandingkan dengan lama stadium pupa nyamuk betina.  Dari kepompong akan keluar nyamuk yang dapat dibedakan jantan dan betina
  • 11. Dewasa  Proses kemunculan tersebut memakan waktu lebih kurang 15 menit dan 10 menit kemudian mulai dapat terbang di sekitar perairan tempat perindukkannya.  Nyamuk baru dapat terbang normal setelah kurang lebih satu jam dan hinggap di tempat istirahatnya.  Nyamuk jantan belum mampu kawin sebelum ruas abdomen paling ujung berputar 180o. (1-2 hr)  Nyamuk betina akan kawin satu kali dalam hidupnya, (24-48 jam) setelah keluar dari kepompong.  Umur nyamuk jantan relatip pendek (+ 1 minggu), sedangkan nyamuk betina umurnya lebih panjang, rata-rata 1-2 bulan.  Nyamuk Anopheles dapat terbang secara aktif mencapai 0.5-2 km.
  • 12. BEBERAPA HAL PENTING DALAM USAHA PEMBERANTASAN VEKTOR MALARIA 1. Umur populasi vektor Pengetahuan tentang umur nyamuk sangat penting untuk mengetahui masa penularan. 2. Distribusi musiman memberikan gambaran atau menjelaskan musim penularan penyakit yang tepat. 3. Perilaku mencari darah  Waktu, Tempat, sumber, frekuensi menggigit
  • 13. 4. Perilaku istirahat (sebenarnya, sementara) 5. Pengaruh lingkungan (1)faktor lingkungan phisik  angin (2)faktor kimiawi  kadar garam (3) faktor biologik. lumut ganggang predator
  • 14. APLIKASI INSEKTISIDA • Penyemprotan Residu (IRS) • Pemolesan Kelambu • Fogging • ULV • Larvasida - Penyemprotan - Dibungkus kain kasa
  • 15. Syarat-2 penyemprotan • Cakupan bangunan yg disemprot (> 80%) • Cakupan permukaan yg disemprot • Pemenuhan dosis • Ketaraturan (Waktu/siklus harus berdasar data entomologi/ kasus)
  • 16. Pemolesan Kelambu Kriteria : 1. Masyarakat mau menerima dan menggunakan 2. Data nyamuk menggigit malam hari 3. Daerah dg kasus tinggi 4. Cakupan bangunan yg disemprot rendah 5. Konstruksi rmh tdk melindungi gigitan nyamuk
  • 17. APLIKASI LARVASIDA 1. Persiapan; membuat peta perindukan skala 1:1000, dilengkapi dengan luas, bentuk, jenis kegunaanya, kedalaman, tumbuhan air dll. 2. Melakukan pengamatan entomologi (pencidukan) larva survai. 3. Pengamatan nyamuk dewasa 4. Didaerah yang vektornya sudah kebal maka dilakukan uji kerentanan jentik terhadap suatu larvasida (yang akan digunakan).
  • 18. • Penebaran ikan 1. Sekali ditebarkan akan berkembangbiak 2. Biaya relatif murah 3. Tidak mencemari 4. Dapat digunakan di rawa &bertumbuhan air. 5. Sebelum penebaran perlu inventarisasi tempat perindukan • Pengaturan/pengelolaan lingkungan
  • 19. SURVAI UJI RESISTENSI Untuk mengetahui status resistensi vektor terhadap insektisida yang akan dan telah digunakan. Cara uji: 1. Alat yang digunakan WHO susceptibility test kit, dilengkapi dengan impregnated paper dgn konsentrasi tertentu dan pembanding. 2. Serangga uji adalah nyamuk vektor, diperoleh dengan penangkapan nyamuk di alam/ hasil koloni. 3. Untuk nyamuk lapangan masukkan ke dalam tabung yang dilapisi kertas HVS, 25 ekor/tabung. Adaptasikan. 3. Nyamuk hasil penangkapan dilapangan/koloni dimasukkan ke dalam tabung uji (4 tabung) dan pembanding (1 tabung). Tiap tabung diisi nyamuk 20-25 ekor. Dikontakkan selama 1 jam. 4. Nyamuk hasil uji dipelihara 24 jam. Hitung kematiannya. 5. Kriteria : kematian <80% kebal, kematian 80-98 tolerans dan 99-100 masih peka.
  • 20. Susceptibility Tes Kit dan Cara Penggunaanya
  • 21.
  • 22. UJI BIOASSAY Kontak Langsung Penentuan daya bunuh residu insektisida pd dinding/kelambu. Cara kerja: 1. Penangkapan nyamuk di alam/koloni, kondisi abdomen unfed. 2. Tempatkan cones 3 per permukaan dinding/kelambu perlakuan dan pembanding. 3. Masukkan nyamuk kedalam cone 10-15 ekor/cone. Biarkan nyamuk terpapar 30 menit 4. Nyamuk hasil tes dimasukkan kembali ke dalam gelas kertas, simpan selama 24 jam. 5. Hitung kematian nyamuk setelah dipelihara 24 jam 6. Residu insektisida efektif bila kematian nyamuk > 70%
  • 23. Kontak tidak langsung (air borne) • Alat: Kurungan nyamuk 12 m3 • Menentukan bunuh fumigasi (Uap residu insektisida) Cara. 1. Masukkan nyamuk ke dalam kurungan (20-25 ekor). 2. Gantung kurungan dl rumah di pojok, jarak ke dinding dan atap 0,50 m. Waktu pemaparan 1-4 jam. 3. Setelah pemaparan, nyamuk diambil dengan aspirator kemudian masukkan kedalam paper cup atau tetap dalam kurungan. Simpan/pelihara 24 jam. 4. Hitung angka kematian.
  • 24. ANALISA HASIL UJI RESISTENSI MAUPUN UJI BIOASSAY: 1. Jika kematian kontrol > 20% maka uji diulang. 2. Jika kematian kontrol antara 5-20%, maka hasil dikoreksi dgn rumus Abbot: Kematian perlakuan- kematian kontrol x 100% 100% - kematian kontrol 3. Jika kematian kontrol < 5%, hasil perlakuan bisa digunakan.
  • 25. Pengendalian Vektor Tepat Insektisida Uji Resistensi Kriteria: 1. Peka : Kematian Nyamuk 99-100% 2. Tolerans : Kematiannyamuk > 80 – 98% 3. Resisten : Kematian Nyamuk < 80%.
  • 26. UJI BIOASSAY Kontak Langsung Penentuan daya bunuh residu insektisida pd dinding/kelambu. Cara kerja: 1. Penangkapan nyamuk di alam/koloni, kondisi abdomen unfed. 2. Tempatkan cones 3 per permukaan dinding/kelambu perlakuan dan pembanding. 3. Masukkan nyamuk kedalam cone 10-15 ekor/cone. Biarkan nyamuk terpapar 30 menit 4. Nyamuk hasil tes dimasukkan kembali ke dalam gelas kertas, simpan selama 24 jam. 5. Hitung kematian nyamuk setelah dipelihara 24 jam 6. Residu insektisida efektif bila kematian nyamuk > 70%
  • 27. Peralatan Uji bioassay Cone Isolasi 50 cm 0,5 cm 20-25 ekor Aspirator 0,5 cm 12 cm 3 10-15 ekor/cone Cone ditempelkan pada dinding yg Kurungan utk uji bioassay sudah disemprot (3 cones/ dd) td langsung/ fogging
  • 28.
  • 29.
  • 30. KRITERIA RESISTENSI VEKTOR THDP INSEKTISIDA 1. Puspa Herath, 1 dan Ditjen P2M., - Kematian 99-100%, peka (Susceptable) - Kematian 98-80%, toleran - Kematian < 80%, resisten 2. WHO, 1967 - Kematian > 50% peka - Kematian < 50 % resiten KRITERIA DAYA BUNUH EFEKTIF (WHO, 1996) - Dapat membunuh serangga uji > 70 % (WHO, 1996) - Dapat menekan umur pop. (Parity rate) > 50 % - Dapat membunuh nyamuk fed 80% yang keluar dari dalam rumah setelah aplikasi.