Telah sepakat umat Islam mengenai wajibnya akad Imamah (Khilafah) dan wajibnya umat mentaati Imam yang adil yang menegakkan hukum-hukum Allah di tengah mereka dan mengatur urusan mereka dengan hukum-hukum Syariah yang dibawa Rasulullah SAW.
Dan tak ada yang keluar dari Ijma’ ini orang yang teranggap dengan penyimpangannya dari Ijma’ tersebut.
http://insidewinme.blogspot.com/2015/03/pendapat-ulama-tentang-kewajiban.html
7. PENDAPAT IMAM ABDUL QAHIR
AL BAGHDADI
Imam Abdul Qahir Al Baghdadi (w. 469 H)
berkata,”Mereka [ulama Ahlus Sunnah] berkata
mengenai rukun ke-13 yang disandarkan
kepada Khilafah atau Imamah : bahwa Imamah
atau Khilafah itu fardhu atau wajib atas umat
Islam, agar Imam dapat mengangkat para hakim
dan orang-orang yang diberi amanah, menjaga
perbatasan mereka, menyiapkan tentara
mereka, membagikan fai` mereka, dan
melindungi orang yang dizhalimi dari orang-
orang yang zhalim.”
Abdul Qahir Al Baghdadi, Al Farqu Bainal Firaq,
Juz 1 hlm. 340.
8. PENDAPAT IMAM AL JUWAINI
قءال) اخلجوينني اخلمعءاخلني أبنو المءام478) : (هبُْو صْل نَ(ِة
بِ( صْل نَ(ِة بنُْو وْل جُْو وُْو رَ(ِة رَِّة قَ(ِةَتَ(ِة ذاَ(ِةإِ(فَ(ِة ...بٌ ب جِ( واَ(ِة ننِ( كءاَ(ِة مْل لِ( اْل دَ(ِةنْلعِ( منِ( مءاَ(ِة لِ( اْل
بِ( صْل نَِّةاخل بَ(ِة وْل جُْو وُْو نَِّة أَ(ِة ةِ( مَِّة ئِ(ألَ(ِة اْل رُْو يْلهِ( مءاَ(ِة جَ(ِة هِ( يْلخلَ(ِةإِ( رَ(ِة صءاَ(ِة يْل َذِ(خلَِّةءافَ(ِة مِ( مءاَ(ِة لْلِ( ا
األمم غيءاث .( لِ( وْل قُْونْلمَ(ِة خلْال عِ( رْل شَِّة اخل نَ(ِة مِ( دٌ بفءاَ(ِةتَ(ِةسْل مُْوص17
Imam Al Juwaini (w. 478 H)
berkata,”Mengangkat Imam pada saat ada
kemampuan wajib...Maka jika telah tetap
kewajiban mengangkat seorang Imam, maka
yang menjadi pendapat jumhur para imam
[mazhab] adalah kewajiban mengangkat
imam itu diambil dari syara’ yang dinukil.”
Imam Al Juwaini (Al Haramain), Ghiyatsul Umam, hlm. 17.
10. PENDAPAT IMAM GHAZALI
Imam Ghazali (w. 505 H) berkata,”...maka
jelaslah bahwa kekuasaan itu penting demi
keteraturan agama dan keteraturan dunia.
Keteraturan dunia penting demi keteraturan
agama, sedang keteraturan agama penting
demi keberhasilan mencapai kebahagiaan
akhirat, dan itulah tujuan yang pasti dari para
nabi.
Maka kewajiban adanya Imam (Khalifah)
termasuk hal-hal yang penting dalam syariat
yang tak ada jalan untuk meninggalkannya.
Ketahuilah itu ! ”
Imam Ghazali, Al Iqtishad fi Al I’tiqad, hlm. 99.
12. PENDAPAT IMAM SYAHRASTANI
Imam Syahrastani (w. 548 H) berkata,”...tidak
pernah terlintas dalam hati dia (Abu Bakar
Shiddiq RA) dan juga hati seseorang
(shahabat) bahwa bumi ini boleh kosong dari
seorang imam (khalifah). Maka semua itu
menunjukkan bahwa para shahabat semuanya
tanpa kecuali –sedang mereka itu adalah
generasi awal– sepakat bahwa tidak boleh
harus ada seorang imam (khalifah).
Maka Ijma’ ini dalam bentuk seperti ini [Ijma’
Shahabat], adalah dalil yang pasti mengenai
wajibnya Imamah (Khilafah)...
Imam Syahrastani, Nihayatul Iqdam ‘an Ilmil Kalam, hlm. 480.
14. PENDAPAT IMAM
JAMALUDDIN AL GHAZNAWI
Imam Jamaluddin Al Ghaznawi (w. 593 H)
berkata
”Tidak boleh tidak kaum muslimin harus
mempunyai seorang Imam (Khalifah) yang
menegakkan kepentingan-kepentingan mereka,
seperti menerapkan hukum-hukum mereka
(hukum Islam), menegakkan hudud mereka,
mempersiapkan pasukan mereka, mengambil
zakat-zakat mereka dan menyalurkannya kepada
para mustahiqnya,
Sebab kalau mereka tidak mempunyai seorang
Imam (khalifah), maka hal ini akan membawa
kepada merajalelanya kerusakan di muka bumi.”
15. PENDAPAT IMAM AL QURTHUBI
وقال) القرطمب ي الامام671بِْم وْ م جُ ب وُ ب يمْ م فِْم فمَلا لَلا خِْم الَلا وَلا ) : (ه
ثُ ب يْ محَلا ،مِّي صَلا لْ مَلا ا نِْم عَلا يَلا وِْم رُ ب اماَلا الَّ إِْم ،ةِْم مَّ ئِْملْ مَلا ا نَلا يْ مبَلا الَلا وَلا ةِْم امَّ لْ مُ ب ا نَلا يْ مبَلا كَلا لِْمذَلا
ىَلا علَلا هُ ب عَلا بَلاتَّ واَلا هِْم لِْموْ م قَلابِْم لَلا قاَلا نْ م امَلا لُّ كُ ب كَلا لِْمذَلاكَلا وَلا .مُّ صَلا أَلا ةِْم عَلا يْ مرِْم شَّ ال نِْم عَلا نَلا كاَلا
.( هِْم بِْمهَلا ذْ م امَلا وَلا هِْم يِْمأْ مرَلا
) القرآن لحكام الجاامع1/264(
Imam Qurthubi (w. 671 H) berkata,”Tidak ada
perbedaan pendapat mengenai wajibnya hal itu
(mengangkat Khalifah) di antara umat dan para
imam [mazhab], kecuali apa yang diriwayatkan
dari Al Asham, yang dia itu memang ‘asham’ (tuli)
dari Syariat. Demikian pula setiap orang yang
berkata dengan perkataannya serta mengikutinya
dalam pendapat dan mazhabnya.”
Imam Qurthubi, Al Jami’ li Ahkamil Qur`an, Juz 1 hlm. 264.
18. PENDAPAT IMAM AN NASAFI
Imam Nasafi (w.710 H) berkata,”Kaum muslimin
tidak boleh tidak harus mempunyai seorang
Imam (Khalifah) yang akan menerapkan
hukum-hukum mereka, menegakkan hudud
mereka, menutup tapal batas negeri mereka,
menyiapkan tentara mereka, mengambil zakat
mereka, dan membasmi para perampok dan
pencuri serta pembegal, melaksanakan sholat
Jumat dan hari raya, menerima kesaksian yang
mendasari hak-hak, menikahkan remaja-remaja
baik laki-laki maupun perempuan yang tak
mempunyai wali, dan membagikan harta
rampasan perang.”
Imam Nasafi, Al ‘Aqa`id An Nasafiyyah, hlm. 6
20. PENDAPAT IMAM IBNU TAIMIYAH
Imam Ibnu Taimiyah (w. 728 H) berkata :
”Wajib diketahui bahwa kekuasaan atas
manusia termasuk kewajiban agama
terbesar. Bahkan agama tak akan tegak
tanpa kekuasaan.
Karena manusia tak akan sempurna
kepentingan mereka kecuali dengan
berinteraksi karena adanya hajat dari
sebagian mereka dengan sebagian
lainnya...
21. PENDAPAT IMAM IBNU TAIMIYAH
...Dan tak boleh tidak pada saat berinteraksi
harus ada seorang pemimpin hingga
Rasulullah SAW bersabda,’Jika keluar tiga
orang dalam satu perjalanan maka
hendaklah mereka mengangkat satu orang
dari mereka untuk menjadi pemimpinnya.’
(HR Abu Dawud, dari Abu Said dan Abu
Hurairah)
Dan karena Allah telah mewajibkan amar
ma’ruf nahi mungkar, dan kewajiban ini tak
akan berjalan sempurna kecuali dengan
adanya kekuatan dan kepemimpinan. “
Majmu’ul Fatawa, Juz 28 hlm. 390.
23. PENDAPAT IMAM ‘ADHUDDIN AL IIJI
Imam ‘Adhuddin Al Iiji (w. 756 H)
berkata,”Mengangkat Imam (Khalifah) bagi kami
adalah wajib atas kami secara naqli (sam’an).
Adapun wajibnya hal itu atas kami secara naqli,
karena dua alasan, alasan pertama : telah
diriwayatkan secara mutawatir adanya Ijma’ Kaum
Muslimin generasi awal (para shahabat) setelah
Nabi SAW bahwa tidak boleh adanya kekosongan
waktu dari adanya seorang Imam...
Alasan kedua : sesungguhnya pada yang demikian
itu (pengangkatan Imam) dapat menolak
kemudharatan yang patut diduga akan muncul, dan
bahwa hal itu (menolak kemudharatan) adalah wajib
menurut Ijma’.”
Imam ‘Adhuddin Al Iiji, Al Mawaqif, hlm. 961.
25. PENDAPAT IMAM IBNU KHALDUN
Imam Ibnu Khaldun (w. 808 H) berkata
”Sesungguhnya mengangkat Imam (Khalifah)
adalah wajib yang telah diketahui kewajibannya
dalam Syariat berdasarkan Ijma’ Shahabat dan
Tabi’in, karena para shahabat Nabi SAW pada
saat wafatnya Nabi SAW bersegera membaiat
Abu Bakar RA dan menyerahkan kepadanya
pertimbangan mengenai urusan mereka.
Demikian pula halnya pada setiap masa dan
tidaklah manusia dibiarkan dalam keadaan
kacau. Hal itu sudah menjadi ketetapan
berdasarkan Ijma’, yang menunjukkan wajibnya
mengangkat Imam (Khalifah).”
Ibnu Khaldun, Muqaddimah, hlm. 191.
26. PENDAPAT IMAM
IBNU HAJAR AL ASQALANI
وقال) العسقلن ي حجنر ابنن الامام852: (ه
نَّ أَ ا ا ىَ ا علَ ا وَ ا ةٍ ر فَ ايَْبلِنخَ ا بُ ف صَْب نَ ا بُ ف جِن يَ ا هُ ف نَّ أَ ا ا ىَ ا علَ ا واَْب عُ فمَ ا جَْب أَ اوَ ا )
.( لِن قَْب عَ ا لَْبباِن الَ ا عِن رَْب شَّ بالِن هُ ف بَ اوَْب جُ ف وُ ف
الباري فتحج12ص205
Imam Ibnu Hajar Al Asqalani (w. 852 H)
berkata,”Dan mereka [para ulama] telah
sepakat bahwa wajib hukumnya mengangkat
seorang khalifah dan bahwa kewajiban itu
adalah berdasarkan syara’ bukan akal.”
Fathul Bari, Juz 12 hlm. 205.
28. PENDAPAT IMAM
IBNU HAJAR AL HAITSAMI
Imam Ibnu Hajar Al Haitsami (w. 973 H)
berkata :
”Ketahuilah juga, para shahabat Nabi
SAW telah sepakat bahwa mengangkat
Imam (Khalifah) setelah berakhirnya
zaman kenabian adalah wajib. Bahkan
mereka menjadikan itu sebagai kewajiban
terpenting karena mereka telah
menyibukkan diri dengan hal itu dari
menguburkan jenazah Rasulullah SAW.”
Ibnu Hajar Al Haitsami, As Shawa’iqul Muhriqah, hlm. 17.
30. PENDAPAT IMAM SYAMSUDDIN RAMLI
Imam Syamsuddin Ar Ramli (w. 1004 H)
berkata,”Wajib atas manusia mengangkat seorang
Imam (Khalifah) yang menegakkan kepentingan-
kepentingan mereka, seperti menerapkan hukum-
hukum mereka (hukum Islam), menegakkan hudud
mereka...
Hal itu berdasarkan Ijma’ Shahabat setelah wafatnya
Nabi SAW mengenai pengangkatan imam hingga
mereka menjadikannya sebagai kewajiban yang
terpenting, dan mereka mendahulukan hal itu atas
penguburan jenazah Nabi SAW. Dan manusia
senantiasa pada setiap masa selalu berpendapat
demikian (wajib mengangkat Imam).
Syamsuddin Ar Ramli, Ghayatul Bayan, hlm.
32. PENDAPAT IMAM SYAUKANI
Imam Syaukani (w. 1250 H) berkata,”
Pasal : wajib atas kaum muslimin
mengangkat seorang Imam (Khalifah) :
saya katakan sungguh para ulama telah
membicarakan masalah ini dengan panjang
lebar dalam perkara ushul dan furu’...”
Imam Syaukani, As Sailul Jarar, Juz 4 hlm. 503
Imam Syaukani berkata,”Mayorias ulama
berpendapat Imamah itu wajib...maka
menurut ‘Itrah (Ahlul Bait), mayoritas
Mu’tazilah, dan Asy’ariyah, [Imamah/
Khilafah] itu wajib menurut syara’.”
Imam Syaukani, Nailul Authar, Juz VIII hlm. 265.
34. PENDAPAT SYEIKH
ABDURAHMAN AL JAZIRI
Syeikh Abdurrahman Al Jaziri (w. 1360 H)
berkata:
”Telah sepakat para Imam [Yang Empat]
bahwa Imamah (Khilafah) adalah fardhu; dan
bahwa tak boleh tidak kaum muslimin harus
mempunyai seorang Imam yang menegakkan
syiar-syiar agama dan melindungi orang-
orang yang dizhalimi dari orang-orang
zhalim; dan bahwa tak boleh kaum muslimin
pada waktu yang sama di seluruh dunia
mempunyai dua Imam, baik keduanya
sepakat maupun bertentangan.”
Al Fiqh ‘Ala Al Madzahib Al Arba’ah, Juz V hlm. 416.
36. PENDAPAT SYEIKH WAHBAH AZ
ZUHAILI
Syeikh Wahbah Zuhaili berkata :
”Mayoritas besar dari ulama Islam
--yaitu ulama Ahlus Sunnah, Murji’ah,
Syi’ah, dan Mu’tazilah kecuali segelintir
dari mereka, dan Khawarij kecuali An
Najdat-- berpendapat bahwa Imamah
(Khilafah) adalah perkara yang wajib
atau suatu kefardhuan yang pasti.”
Wahbah Zuhaili, Al Fiqh Al Islami wa
Adillatuhu, Juz VIII hlm. 272.
38. PENDAPAT SYEIKH SA’DI ABU JAIB
Syeikh Sa’di Abu Jaib berkata :
”Mereka (para ulama) telah sepakat bahwa
Imamah (Khilafah) adalah fardhu; dan
bahwa tak boleh tidak harus ada seorang
Imam (khalifah). Berkata sebagian
Khawarij,’Tidak wajib mengangkat seorang
khalifah.’ Sungguh mereka telah
menentang ijma’ dengan pendapat itu. Ad
Dawudi berkata,’Sesungguhnya
mengangkat Khalifah itu sunnah
mu`akkadah.”
Sa’di Abu Jaib, Mausu’ah Al Ijma’ fi Al Fiqh
Al Islami, hlm. 395
40. PENDAPAT SYEIKH ABDULLAH DUMAIJI
Syeikh Abdullah bin Sulaiman bin
Umar Ad Dumaiji berkata :
”Telah sepakat golongan terbesar dari
kaum muslimin atas wajibnya
mengangkat Imam (Khalifah), dan tidak
ada yang menyalahi Ijma’ ini kecuali An
Najdat dari Khawarij, juga Al Asham
dan Al Fuwathi dari Mu’tazilah.”
Abdullah Ad Dumaiji, Al Imamah Al ‘Uzhma
‘Inda Ahlis Sunnah wal Jama’ah, (cet. I,
1407 H / 1987 M), hlm. 48-49.
42. PENDAPAT MAUSU’AH FIQHIYYAH
KUWAITIYYAH
Terdapat dalam kitab Al Mausu’ah Al Fiqhiyyah
Al Kuwaitiyyah (cetakan 1404 H / 1983 M) :
”Telah sepakat umat Islam mengenai wajibnya
akad Imamah (Khilafah) dan wajibnya umat
mentaati Imam yang adil yang menegakkan
hukum-hukum Allah di tengah mereka dan
mengatur urusan mereka dengan hukum-hukum
Syariah yang dibawa Rasulullah SAW.
Dan tak ada yang keluar dari Ijma’ ini orang
yang teranggap dengan penyimpangannya dari
Ijma’ tersebut.”
Al Mausu’ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah, Juz VI
hlm. 217.