Terapi perilaku (ABA) merupakan terapi yang populer untuk autisme. Terapi ini menggunakan prinsip A-B-C untuk menangani perilaku tertentu secara sistematis dan berdasarkan data. Metode utama ABA adalah discrete trial training dan extinction yang bertujuan untuk mengajarkan atau memperbaiki perilaku anak. Terapi ini memerlukan kerja sama yang konsisten antara guru, terapis, dan orangtua.
Dokumen tersebut membahas kasus seorang siswa SD bernama N yang diduga menderita ADHD berdasarkan gejala yang ditunjukkan seperti sulit berkonsentrasi, hiperaktif, dan impulsif. Dokumen ini juga menjelaskan teori ADHD, hasil observasi kasus N, serta intervensi kelas yang dapat diberikan untuk menangani gejala ADHD.
Terapi perilaku (ABA) merupakan terapi yang populer untuk autisme. Terapi ini menggunakan prinsip A-B-C untuk menangani perilaku tertentu secara sistematis dan berdasarkan data. Metode utama ABA adalah discrete trial training dan extinction yang bertujuan untuk mengajarkan atau memperbaiki perilaku anak. Terapi ini memerlukan kerja sama yang konsisten antara guru, terapis, dan orangtua.
Dokumen tersebut membahas kasus seorang siswa SD bernama N yang diduga menderita ADHD berdasarkan gejala yang ditunjukkan seperti sulit berkonsentrasi, hiperaktif, dan impulsif. Dokumen ini juga menjelaskan teori ADHD, hasil observasi kasus N, serta intervensi kelas yang dapat diberikan untuk menangani gejala ADHD.
Gangguan perkembangan pada anak dapat berdampak pada perkembangan mental, motorik, sensorik, dan kemampuan fungsionalnya. Data yang dikumpulkan untuk mengetahui gangguan tersebut dapat berasal dari anak, orang terdekat anak, atau orang lain yang mengenal anak. Anak berkebutuhan khusus membutuhkan layanan pendidikan khusus untuk mengoptimalkan potensinya.
Dokumen tersebut membahas tentang pendidikan anak autisme, meliputi pengertian autisme, karakteristiknya, penyebabnya, tujuan pendidikan untuk anak autisme, jenis terapi yang diberikan, program pendidikan awal dan lanjutan, serta program dan kebijakan pemerintah terkait pendidikan anak autisme.
Dokumen tersebut membahasikan beberapa topik terkait gangguan perkembangan pada anak-anak, antara lain hiperaktif, disruptif, agresif, elektif mutism, dan skizofrenia. Dokumen tersebut menjelaskan ciri-ciri, gejala, penyebab, dan cara penanganan masing-masing gangguan.
Bermasalahtingkahlakudanemosi new-091011024533-phpapp01Ahmad Imran Md Isa
Dokumen tersebut membincangkan tentang ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) dan masalah hiperaktif dan hipoaktif pada kanak-kanak. Ia menjelaskan ciri-ciri, punca, rawatan dan keperluan pendidikan bagi kanak-kanak yang mengalami masalah tersebut.
Teori pelaziman klasik dan operan merupakan teori utama dalam bidang psikologi tingkah laku. Teori pelaziman klasik dibangunkan oleh Pavlov dan Watson manakala teori pelaziman operan pula dibangunkan oleh Thorndike dan Skinner. Kedua-dua teori ini menjelaskan proses pembelajaran melalui rangsangan dan pembinaan hubungan antara rangsangan dengan gerak balas.
Dokumen tersebut membahas tentang ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) yang merupakan gangguan psikologis yang ditandai dengan kurangnya fokus, impulsivitas, dan/atau hiperaktivitas. Dokumen tersebut menjelaskan gejala, penyebab, diagnosis, dan pengobatan ADHD serta peranan orang tua dan guru dalam membantu anak dengan ADHD.
Pengurusan tingkah laku merupakan proses pengajaran dan pembelajaran untuk mengubah tingkah laku murid secara positif. Psikologi mempelajari tingkah laku manusia dari segi jasmani, mental, dan lingkungan sosial untuk memahami sebab-musababnya. Teknik pengurusan meliputi peneguhan tingkah laku positif, penghapusan tingkah laku negatif, dan pemberian pilihan untuk meningkatkan tanggung
Social behavioral approach (pembulatan)Octa Pranata
Sosial Behavioral Approach membahas pendekatan perilaku sosial dalam merubah perilaku. Pendekatan ini fokus pada perilaku yang dapat diamati dan hasil belajar dari lingkungan. Tujuannya menurunkan perilaku tidak diinginkan dan meningkatkan perilaku yang diinginkan dengan teknik seperti penguatan positif, hukuman negatif, desensitisasi sistematis, dan pemberian contoh.
Dokumen tersebut membahas tentang motivasi dalam pembelajaran dan peran guru dalam membangkitkan motivasi belajar siswa. Dokumen juga menjelaskan karakteristik belajar visual, auditorial, dan kinestetik serta tugas-tugas guru dalam proses pembelajaran seperti persiapan mengajar, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, dan evaluasi hasil belajar.
PENYAKIT AKIBAT KERJA DAN PENYAKIT AKIBAT HUBUNGAN KERJA MENURUT PERPRES NO.7...ZulfiaIbrahim1
DOKUMEN INI MEMBAHAS TENTANG PENYAKIT AKIBAT KERJA DAN PENYAKIT AKIBAT HUBUNGAN KERJA YANG MENJELASKAN JENIS PENYAKIT PAK DAN PAHK MENURUT PERPRES NO.7 TAHUN 2019 YAITU: pajanan faktor yang timbul dari aktivitas pekerjaan;
(kimia, fisika, biologi dan penyakit infeksi atau parasit), berdasarkan sistem target organ; (penyakit saluran pernapasan,
penyakit kulit, gangguan otot dan kerangka, gangguan mental
dan prilaku) kanker akibat kerja; dan spesifik lainny
More Related Content
Similar to Pelatihan ABA BAGI ANAK PENYANDANG AUTISTIK
Gangguan perkembangan pada anak dapat berdampak pada perkembangan mental, motorik, sensorik, dan kemampuan fungsionalnya. Data yang dikumpulkan untuk mengetahui gangguan tersebut dapat berasal dari anak, orang terdekat anak, atau orang lain yang mengenal anak. Anak berkebutuhan khusus membutuhkan layanan pendidikan khusus untuk mengoptimalkan potensinya.
Dokumen tersebut membahas tentang pendidikan anak autisme, meliputi pengertian autisme, karakteristiknya, penyebabnya, tujuan pendidikan untuk anak autisme, jenis terapi yang diberikan, program pendidikan awal dan lanjutan, serta program dan kebijakan pemerintah terkait pendidikan anak autisme.
Dokumen tersebut membahasikan beberapa topik terkait gangguan perkembangan pada anak-anak, antara lain hiperaktif, disruptif, agresif, elektif mutism, dan skizofrenia. Dokumen tersebut menjelaskan ciri-ciri, gejala, penyebab, dan cara penanganan masing-masing gangguan.
Bermasalahtingkahlakudanemosi new-091011024533-phpapp01Ahmad Imran Md Isa
Dokumen tersebut membincangkan tentang ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) dan masalah hiperaktif dan hipoaktif pada kanak-kanak. Ia menjelaskan ciri-ciri, punca, rawatan dan keperluan pendidikan bagi kanak-kanak yang mengalami masalah tersebut.
Teori pelaziman klasik dan operan merupakan teori utama dalam bidang psikologi tingkah laku. Teori pelaziman klasik dibangunkan oleh Pavlov dan Watson manakala teori pelaziman operan pula dibangunkan oleh Thorndike dan Skinner. Kedua-dua teori ini menjelaskan proses pembelajaran melalui rangsangan dan pembinaan hubungan antara rangsangan dengan gerak balas.
Dokumen tersebut membahas tentang ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) yang merupakan gangguan psikologis yang ditandai dengan kurangnya fokus, impulsivitas, dan/atau hiperaktivitas. Dokumen tersebut menjelaskan gejala, penyebab, diagnosis, dan pengobatan ADHD serta peranan orang tua dan guru dalam membantu anak dengan ADHD.
Pengurusan tingkah laku merupakan proses pengajaran dan pembelajaran untuk mengubah tingkah laku murid secara positif. Psikologi mempelajari tingkah laku manusia dari segi jasmani, mental, dan lingkungan sosial untuk memahami sebab-musababnya. Teknik pengurusan meliputi peneguhan tingkah laku positif, penghapusan tingkah laku negatif, dan pemberian pilihan untuk meningkatkan tanggung
Social behavioral approach (pembulatan)Octa Pranata
Sosial Behavioral Approach membahas pendekatan perilaku sosial dalam merubah perilaku. Pendekatan ini fokus pada perilaku yang dapat diamati dan hasil belajar dari lingkungan. Tujuannya menurunkan perilaku tidak diinginkan dan meningkatkan perilaku yang diinginkan dengan teknik seperti penguatan positif, hukuman negatif, desensitisasi sistematis, dan pemberian contoh.
Dokumen tersebut membahas tentang motivasi dalam pembelajaran dan peran guru dalam membangkitkan motivasi belajar siswa. Dokumen juga menjelaskan karakteristik belajar visual, auditorial, dan kinestetik serta tugas-tugas guru dalam proses pembelajaran seperti persiapan mengajar, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, dan evaluasi hasil belajar.
PENYAKIT AKIBAT KERJA DAN PENYAKIT AKIBAT HUBUNGAN KERJA MENURUT PERPRES NO.7...ZulfiaIbrahim1
DOKUMEN INI MEMBAHAS TENTANG PENYAKIT AKIBAT KERJA DAN PENYAKIT AKIBAT HUBUNGAN KERJA YANG MENJELASKAN JENIS PENYAKIT PAK DAN PAHK MENURUT PERPRES NO.7 TAHUN 2019 YAITU: pajanan faktor yang timbul dari aktivitas pekerjaan;
(kimia, fisika, biologi dan penyakit infeksi atau parasit), berdasarkan sistem target organ; (penyakit saluran pernapasan,
penyakit kulit, gangguan otot dan kerangka, gangguan mental
dan prilaku) kanker akibat kerja; dan spesifik lainny
FAIROUZ HUDA GELAR BAZAR UMKM DIVILLA BUKIT TIDARslampangkir3
FAIROUZ HUDA GELAR BAZAR UMKM DIVILLA BUKIT TIDAR
Pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Kota Malang resmi mendukung tokoh milenial Jawa Timur, Fairouz Huda, untuk maju di Pilwali Kota Malang 2024. Dukungan ini dideklarasikan dalam acara bazar UMKM yang diadakan di RT 6 Villa Bukit Tidar, Kelurahan Merjosari, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, Sabtu (08/06/2024) malam.
Dalam acara tersebut, sekitar 25 pelaku UMKM membuka stand dan mempromosikan produk mereka dengan antusias. Fairouz Huda, atau akrab disapa Kak Fai, hadir di lokasi dan menyapa setiap pelaku usaha yang berpartisipasi. Yudi Purwanto, Koordinator Jaringan UMKM, mengungkapkan bahwa kepedulian Kak Fai terhadap UMKM terbukti melalui berbagai inisiatif, termasuk penyelenggaraan bazar ini.
Yudi menjelaskan bahwa minat untuk berpartisipasi dalam bazar sangat tinggi, dengan 50 UMKM mendaftar, namun karena keterbatasan tempat, hanya 25 yang terpilih untuk berpartisipasi. Ia memastikan bahwa acara serupa akan diagendakan lagi di masa mendatang.
Fairouz Huda menyampaikan apresiasinya atas dukungan yang diberikan dan menegaskan komitmennya untuk mengembangkan UMKM di Kota Malang. Mantan Ketua PC PMII Kota Malang ini memiliki visi besar menjadikan UMKM sebagai ikon kebangkitan ekonomi dan mendukung terwujudnya kota wisata UMKM di Kota Malang. Ia berharap setiap RT di Kota Malang memiliki wirausaha yang dinaungi oleh Badan Usaha Milik RT (BUMRT) dan setiap kecamatan memiliki sentra UMKM.
#pilkadaMalang #calonwakilwalikota #fairouzhuda #kandidatwakilwalikota #kakfai #GetnoWess #KHhasyim #Cawali #Malang
1. PELATIHAN ABA BAGI ANAK
AUTISTIK
(Applied Behavior Analysis /
Metode Lovaas)
RAHMAHTRISILVIA
2. Autisme
• “Autos” berarti diri sendiri “Isme” berarti suatu
aliran. Berarti suatu paham yg tertarik hanya pd
dunianya sendiri.
• Autisme ; suatu gangguan perkembangan yg
kompleks menyangkut komunikasi, interaksi sosial
dan aktivitas imajinasi
• autisme adlh gangguan perkembangan perpasif yg
ditandai oleh adanya abnormalitas dan kelainan
yang muncul sblm anak berusia 3 tahun, dgn ciri-ciri
fungsi yg abnormal dlm 3 bidang yaitu (1) interaksi
sosial (2) komunikasi (3) prilaku yang terbatas dan
berulang.
3. • Hambatan dalam komunikasi sosial
• Perilaku terbatas dan repetitif
Gejala muncul pada awal perkembangan
Dibagi 3 kategori :level 3 memerlukan dukungan
sangat substansial, level 2 memerlukan
dukungan substansial, level 1 memerlukan
dukungan
DSM V
4. Gejala yang tampak
• Pada komunikasi
– Tidak bicara, terlambat bicara
– Menarik tangan orang dewasa bila menginginkan
sesuatu
– Bahasa "planit" (babling, menceracau)
– Ekolali : membeo apa yang didengar
– Bicara sepatah-dua-patah kata (biasanya terhenti
umur 18-24 bulan
– Yang bisa bicara,pemahaman terbatas pada kata-
kata, tidak keseluruhan
5. Gejala yang tampak
• Gangguan interaksi sosial
– Kontak mata tidak ada / minim / menghindar
– Tidak mau bermain / berinteraksi timbal-balik
dengan anak sebaya
– Kurangnya hubungan sosial dan emosional yang
timbal-balik
– Tidak berespons terhadap orang (didekati,
dijauhi,ditinggal,oleh orang tua/orang asing
6. Gejala yang tampak
• Minat/aktivitas terbatas dan berulang-ulang
– Asyik bermain sendiri
– Ketertarikan/keterlekatan yang aneh terhadap benda-
benda/bagian benda
– Minat berlebihan pada suatu benda / bagian benda
– Ritual (urut-urutan harus selalu sama),tidak mau dirubah
rutinitasnya
– Self-stimulatory (stimulasi diri sendiri), a.l. :
• Mengepak-ngepakkan tangan (hand-flapping)
• Memutar-mutar benda/diri (spinning, twirling)
• Jalan berjinjit (toe-walking)
• Senang menatap benda berputar (kipas angin, roda)
7. Gejala yang tampak
• Gangguan sensori (penginderaan)
– Hiposensitif
• Self-injury (melukai diri sendiri) / self-abuse
– Tak peduli luka/lecet/kena benda panas
– Menggaruk-garuk sampai berdarah
– Hipersensitif
• Tidak suka disentuh
• Tidak suka menyentuh tekstur tertentu
• Tidak suka/tahan suara tertentu mixer/blender,
pemotong rumput, penyedot debu
8. Intervensi Bagi Anak Autistik
• Intervensi dini yang terpadu/komprehensif
• Jenis intervensinya:
– ABA (=Applied Behavior Analysis / Metode Lovaas)
– Biomedical Intervention/Therapy/Treatment
• Diet : GFCFSF
• Medikamentosa (obat)
• Suplemen
– Terapi wicara, terapi okupasi, sensory integration,
auditory integration training (Berard/Tomatis),
edukasi khusus, dll.
10. Sejarah ABA
•Applied behavior analysis= analisis perilaku
terapan
•Dasar teori dari aliran behaviorisme
•Dipublikasikan 1943 oleh Prof.Dr.Ivaar
Lovaas di UCLA AS
•Di kenal dengan metode Lovaas
11. Applied Behavior Analysis (ABA)
• Applied
– Terapan
• Behavior
– Perilaku
• Analysis
– Mengurai / memecah menjadi bagian-bagian kecil
– Mempelajari bagian-bagian tersebut serta
hubungannya
– Melakukan sesuatu serta mempelajari hasilnya
– Kemudian memodifikasi bila perlu
12. Applied Behavior Analysis (ABA)
Ilmu terapan (tehnis-praktis) yang
menggunakan prosedur perubahan perilaku,
untuk mengajarkan seseorang agar menguasai
berbagai kemampuan/aktivitas dengan ukuran
nilai-nilai/standar yang ada (di masyarakat)
• Prosedur yang digunakan
– Berasal dari sejumlah penelitian
– Telah teruji secara empiris
13. sambungan
• Tidak ada hukuman dalam terapi ini akan tetapi
bila anak berespon negative ( salah / tidak
tepat ) atau tidak berespon sama sekali maka ia
tidak mendapatkan reinforcement positif yang
dia sukai
• Dapat dikatakan bahwa Applied Behavioral
Analysis ( ABA ) adalah suatu teknik yang telah
disusun secara sistematis untuk mengurangi
perilaku yang tidak diinginkan dan
meningkatkan perilaku yang diharapkan.
14. Applied Behavior Analysis (ABA)
• Kelebihan
– Sistematik, terstruktur, terukur
– Terbukti efektif dan efisien melalui berbagai
penelitian
15. Penelitian Lovaas
• Anak-anak autistik
– Umur <4 tahun
– IQ rata-rata 60
– Intervensi intensif
• 40 jam seminggu
• 2-4 tahun
16. Penelitian Lovaas
• Hasil
– 89% anak berhasil
• 47% anak : fungsi kognitif normal
– Uji IQ (berbagai standar) : normal
• 42% anak : berbagai tingkat keberhasilan
– Kelas khusus
– 11% anak
• Sedikit kemajuan
17. Penelitian Lovaas
• Saat ini : Anak-anak tsb sudah dewasa
– Tampak normal
– Tidak dapat dibedakan (sosial/akademik) oleh
awam/profesional
18. Dasar Penerapan ABA
• Penerapan teori belajar khususnya prinsip
operant conditioning untuk mengubah
perilaku
• Operant conditioning mengacu pada
hubungan antara kejadian di lingkungan yang
berdampak pada perubahan spesifik perilaku
yang ingin dirubah
• Perilaku + R+ = akan diulangi
Perilaku + R- = akan berkurang/hilang
20. Operant Conditioning
(Prakejadian / Instruksi) (Perilaku) (Reinforcer)
Ibu memanggil anak Anak datang Es-krim
Tidak datang Feed-back
Ulangi memanggil Bantu anak
datang (prompt)
Es-krim
Antescedence Behavior Consequence
21. Discrete Trial Training
Instruksi #1
Instruksi #2
Instruksi #3 + Prompt Imbalan
Bisa Imbalan
Tidak Bisa "Tidak"
Bisa Imbalan
Tidak Bisa "Tidak"
22. Prinsip Operant Conditioning
• Konsekuensi yang menyenangkan
– akan memperkuat perilaku
• disebut REINFORCER /Reward
• Jika perilaku diberi reinforcer
(positive reinforcement)
– perilaku yang sama akan terulang
23. • Perilaku: tindakan yang dapat dilihat, didengar
dan dirasakan orang lain atau diri sendiri
• Tindakan atau reaksi dengan cara
spesifik,tertentu dan juga dapat berupa reflek
yang tidak direncanakan, memliki
tujuan,gerakan tubuh sederhana sampai pada
gerakan yang kompleks
Perilaku
24. Perilaku Autistik
• Berkelebihan (excess):perilaku yang
seharusnya tidak muncul tapi muncul, muncul
pada waktu, tempat, usia yang tidak tepat
baik frekuensi, intensitas, durasinya)
– Stimulasi diri
– Tantrum
– Agresif
25. Perilaku Autistik
• Berkekurangan (deficit):perilaku yang
seharusnya muncul tapi tidak muncul, Gagal
dalam menunjukan suatu perilaku yang
dianggap sesuai dengan usia tertentu, waktu
dan tempat
– Tidak/belum bicara
– Tidak bisa bermain
– Tidak ada kontak sosial
26. Tujuan perilaku yang tidak diinginkan
pada anak autistic
• Mencari perhatian
• Ketidakmampuan untuk memperoleh apa yang
diinginkan
• Menghindar dari sesuatu
• Kebutuhan ransangan dari dalam
• Ketdakmampuan untuk dipahami(khusus anak
yang non verbal)
27. Tujuan ABA
•Komunikasi 2 arah yang aktif
•Sosialisasi ke dalam lingkungan yang umum
(generalisasi subjek, intruksi, objek, respon dan
tempat)
•Menghilangkan dan meminimalkan perilaku yang
tidak wajar
•Mengajarkan akademik
•Kemampuan bina diri dan keterampilan
•Meningkatkan pemahaman dan kepatuhan anak
autis terhadap aturan.
•Dari terapi ini hasil yang didapatkan signifikan bila
mampu diterapkan secara intensif, teratur dan
konsisten pada usia dini.
28. Prinsip-prinsip dalam ABA
• Memecahkan setiap keterampilan : menjadi
bagian-bagian/langkah-langkah kecil
• Diajar secara : Sistematik (apa yang diajarkan,
tahapannya),Terstruktur (bagaimana/cara
mengajarkannya),Terukur (dapat dinilai/sudah
atau belum bisa)
• Metode Pengajaran : sistem one-on-one (satu
guru, satu murid, satu ruangan), instruksi
spesifik : singkat, jelas, konsisten (awalnya
perlu prompt + reinforcer)
• Berulang-ulang sampai respons tanpa prompt
• Bertahap : one-on-one ---kelompok kecil---
kelompok besar
31. Singkat
• sedapat mungkin hanya 1 kata (kata kuncinya
saja) misal : tiru, lihat, masukkan, buka, tutup
• Jangan kalimat panjang berbunga-bunga, Anakku
sayang sekarang kita mau belajar, coba nanti
kamu menirukan saya ya.
• Dengan singkat karena anak mengalami
gangguan/perlambatan/hambatan (suara
hilangm timbul)
• Hanya sekali : jangan mengulang-ulang kata
dengan ucapan yang berbeda ( masukken,
masukkin, masupin dll)
• Hemat kata, hemat gerakan
• Bahasa Indonesia yang baik dan benar
32. Jelas
• Perintah sesuai apa yang ingin diajarkan : misal
mengajarkan imitasi beda dengan mengikuti perintah
sederhana (satu tahap)
• Imitasi : instruksi “tiru”+ model
• Perintah sederhana : instruksi, tepuk tangan tanpa
model
• Bila instruksi “tepuk tangan” + model (terapis
bertepuk tangan) : jangan rancu atau tidak jelas
• 1 saat hanya 1 aktifitas
33. Konsisten
• Tahap awal : satu instruksi harus persis
sama : misal : masukkan jangan masukkin
atau yang lain
• Di luar kamar belajar : teknik tetap
dilakukan untuk kesempatan insidental,
sekali instruksi dilontarkan, harus
dikerjakan
34. Tegas
• Intruksi tidak boleh ditawar dan harus
dilaksanakan sampai selesai
• Jangan hilang ditengah jalan
• Bos yang tidak semena-mena
• Harus menyayangi tapi tidak memanjakan
• Suara netral (cukup keras, tegas, bukan
membentak)
36. Prinsip dalam pemberian
Imbalan/reinforcement
• Pemberian imbalan akan meningkatkan
perilaku (kekuatan dan kejadian berikutnya)
• Sangat individual : bukan yang kita rasa
kualitasnya tetapi telihat perubahan pada
anak (efeknya terlihat)
• Disesuaikan dengan umur perkembangan
anak : Pengecapan (makanan,minuman), Taktil
(sentuhan, rabaan, tepukan), Gerakan
(goyangan, ayunan), Audiovisual/Sosial
(pujian, senyuman, tawa, anggukan,lagu)
37. Menentukan Imbalan
• Menawarkan “menu”: dengan meletakkan
benda-benda, perhatikan yang mana anak
ambil, campur lagi dan ulangi
• Perhatikan benda/mainan yang dipilih anak
saat bermain bebas (benda kecil, berbunyi,
bergerak)
• Makanan/minuman kegemaran anak
• Coba (trial and error) : coba satu per satu ada
penilaian/evaluasi, bisa berubah setiap waktu
• Bila imbalan mengganggu pelatihan, jangan
digunakan : sukar diambil kembali.
38. Cara Memberi Imbalan
• Bervariasi
• Fungsional (melabel/menyebutkan nama)
benda/mainan sebelum diberi, membuka
kotak yang berisi makanan
• Dikaitkan dengan perilaku : diberikansegera
• Konsisten
• Tidak bermakna ganda : pujian “bagus”+ nada
suara senang + coklat, Ganda : hukuman
bersama pernyataan simpatik : tidak tidak
tidak tetapi mama tahu kamu sudah berusaha,
manisnya kamu.
• Jelas untuk perilaku yang mana : jangan
memberi imbalan di tengah-tengah
percakapan
39. Reward Sosial
3 E dalam reward Sosial
• ENERGY - Dengan sepenuh tenaga
• EXCITMENT - Dengan penuh ceria
• ENTHUSIASM - Dengan penuh semangat
40. Selang-waktu uji-coba (intertrial Interval)
• Waktu antara imbalan s/d instruksi untuk uji coba
berikutnya : anak perlu waktu untuk
mengkonsumsi imbalan (menelan jus), 3-5 detik
(hiperaktif/stimulasi diri lebih pendek)
* Gunakan untuk : mencatat pada lembar
penilaian, persiapan bahan untuk instruksi
berikutnya.
41. Prompt ( Bantuan)
• Bantuan yang diberikan oleh terapis maupun
asisten terapis, agar anak berhasil
melaksanakan respons dengan benar.
• Untuk mengajarkan hal/aktivitas baru
(gunakan prompt penuh,misalnya hand-on-
hand (tangan-pada-tangan)
42. Jenis Prompt
• Lisan : ini apa? Promt: gelas
• Fisik : dengan meraih tangan anak (hand on hand)
• Gestural (gerak isyarat tubuh) : membuka pintu
• Posisi/letak : anak didekatkan ke sesuatu yg dituju
• Model (contoh) : mencontohkan respons untuk ditiru
• Dimensional (ukuran) : pintunya berbeda dengan yang lain
• Visual : terapis melirik atau menatap ke pintu
43. Innitial Prompt
( Prompt awal)
• Bantuan/prompt yang diberikan saat diperkirakan
anak tidak bisa (anak berespons
salah/offtas/diam ) suatu aktivitas
Misalnya
- Pada aktivitas baru
- Saat anak selalu salah (XXP) dalam merespons
suatu instruksi (lihat pada penilaian siklus
terakhir )
44. Immediate Prompt
(Prompt segera )
• Bantuan/prompt yang diberikan segera oleh
asisten terapis setelah instruksi diberikan oleh
terapis, lalu dilanjutkan dengan time delay
prompt
45. Beda Innitial Prompt ( Prompt awal) Pada
Program Verbal dan Non Verbal
• Pada Program Non Verbal
- Dilakukan oleh asisten terapis
- Dilakukan setelah instruksi
- Pasti berhasil karena dilakukan hand to hand
• Pada Program Verbal
- Dilakukan oleh terapis
- Dilakukan sebelum instruksi
- Belum pasti berhasil/tergantung respons anak
- Tidak ada pada program menjawab pertanyaan
46. Perbedaan Initial prompt dengan
immediate prompt pada verbal
• Intial prompt pada verbal
1. Dilakukan sebelum instruksi
2. Dilakukan oleh terapis
3. Jika InP tidak berhasil maka dilanjutkan
prompt oleh aster, jika tidak berhasil juga
dilanjutkan oleh terapis, jika perlu terapis
lakukan escalation prompt
47. Perbedaan Initial prompt dengan
immediate prompt pada verbal
• Immediate prompt pada verbal
1. Dilakukan segera setelah instruksi
2. Dilakukan oleh aster
3. Jika ImP tidak berhasil dilanjutkan prompt
oleh terapis, jika perlu terapis lakukan
escalation prompt
48. Escalation Prompt /prompt semakin
meningkat
• Dilakukan pada program verbal dan menjawab
pertanyaan
• Jika prompt telah diambil alih oleh terapis
namun anak tetap berespon salah atau diam
49. Contoh escalation prompt
• T: Merah,warna apa? (InP) atau warna apa?
(tanpa InP)
• A: anak diam/salah
• Aster: merah (prompt)
• A: diam/salah
• T: bilang merah (jika sudah digeneralisasi
antara tiru dengan bilang, jika belum maka
tidak dilakukan bilang,loncati lansung ke tiru
50. Lanjutan EP
• A: diam/salah
• T: tiru merah
• A: diam/salah
• T: konsep tiru, dengan menginstruksikan 3-5
imitasi motorik kasar yang anak pasti bisa
tanpa tersendat/lancar. Kemudian kembali ke
tiru…
• T: tiru merah,jika anak tetap diam/salah stop
pindah ke program lain
51. Discrete Trial Training
• Training
– Mengajar/melatih/latihan/pelatihan
• Trial
– Uji coba/pencobaan/mencoba
• Discrete
– Terpisah/terputus/terputus-putus/terpaket-paket
• Discrete Trial Training
– Mengajarkan/melatih (anak autistik) dengan cara
melakukan uji-coba yang dilakukan secara terpisah paket-
per-paket
53. Discrete Trial Training
• Paket-per-paket
– Ada awal
• Siapkan anak
– Ada proses/aktivitas/respons
– Ada akhir
• Feedback dari terapis
• #1, #2, #3+p+i (imbalan) (NNP/NNS)
– Instruksi hanya diberikan oleh terapis
– Imbalan awalnya hanya diberikan oleh terapis
54. Discrete Trial Training
Siapkan anak
-Duduk dan Posisinya: “duduk manis/tenang”
-Arahan kepatuhan: “tangan dilipat/ke-bawah”
-Kontak matanya (atau kontak materi)
JANGAN memberi instruksi sebelum anak siap
Setelah anak siap
Lakukan:
Instruksi #1 (Pertama)
(SEGERA setelah terjadi kontak mata/materi)
(ump. “Tiru”, meniru tangan ke atas)
55. Discrete Trial Training
Siapkan anak
-Duduk dan Posisinya: “duduk manis/tenang”
-Arahan kepatuhan: “tangan dilipat/ke-bawah”
-Kontak matanya
Jangan memberi instruksi sebelum anak siap
Instruksi #1 (Pertama)
(SEGERA setelah terjadi kontak mata)
(ump. “Tiru”, menirukan tangan ke-atas)
Diam
(tidak berespons)
Off-task
(lepas-tugas)
Salah
(gerakan salah/
ke-arah salah)
Sebagian Benar
(setengah bisa/
ke-arah benar)
Benar
56. Discrete Trial Training
Instruksi #1
Diam
(Tidak berespons)
Beri Kesempatan 3-5 detik
Tetap Diam
(tidak berespons)
Off-task
(lepas-tugas)
Salah
(gerakan salah/
ke-arah salah)
Sebagian Benar
(setengah bisa/
ke-arah benar)
Benar
57. Discrete Trial Training
Instruksi #1
Diam
(Tidak berespons)
Beri Kesempatan 3-5 detik
Tetap Diam
(tidak berespons)
“tidak”
(informational “no”)
Ke Paket Berikutnya
( Instruksi #2 / Kedua )
58. Discrete Trial Training
Instruksi #1
Off-Task
(lepas-tugas)
Ump. anak melengos,
menengok, kontak mata hilang
“tidak”
(informational “no”)
Ke Paket Berikutnya
( Instruksi #2 / Kedua )
59. Discrete Trial Training
Instruksi #1
Salah
(gerakan salah/ke-arah salah)
Ke-arah lain, selain ke arah tangan ke atas
SEGERA tahan dan singkirkan tangan anak
dan katakan
“tidak”
(informational “no”)
Ke Paket Berikutnya
( Instruksi #2 / Kedua )
Prinsipnya:
Jangan kesalahan dibiarkan selesai dilakukan
60. Discrete Trial Training
Instruksi #1
Diam / Off-Task / Salah
( Instruksi #2 / Kedua )
(SEGERA setelah terjadi kontak mata)
ke paket selanjutnya
Siapkan anak
-Duduk dan Posisinya: “duduk manis/tenang”
-Arahan kepatuhan: “tangan dilipat/ke-bawah”
-Kontak matanya
Jangan memberi instruksi sebelum anak siap
61. Discrete Trial Training
Instruksi #1
Setengah bisa
( Instruksi #1 / Pertama )
(SEGERA setelah terjadi kontak mata)
Prompt sebagian oleh Terapis/ Asisten terapis
+Reward oleh Terapis
Lanjutkan ke siklus selanjutnya
Siapkan anak
-Duduk dan Posisinya: “duduk manis/tenang”
-Arahan kepatuhan: “tangan dilipat/ke-bawah”
-Kontak matanya
Jangan memberi instruksi sebelum anak siap
62. Discrete Trial Training
Instruksi #1
Bisa
( Instruksi #1 / Pertama )
(SEGERA setelah terjadi kontak mata)
Reward oleh Terapis
Lanjutkan ke siklus selanjutnya
Siapkan anak
-Duduk dan Posisinya: “duduk manis/tenang”
-Arahan kepatuhan: “tangan dilipat/ke-bawah”
-Kontak matanya
Jangan memberi instruksi sebelum anak siap
63. Discrete Trial Training
Instruksi #2
Tetap Diam
(tidak berespons)
Off-task
(lepas-tugas)
Salah
(gerakan salah/
ke-arah salah)
Sebagian Benar
(setengah bisa/
ke-arah benar)
Benar
64. Discrete Trial Training
Instruksi #3
SEGERA LAKUKAN PROMPT
(Tidak diberi kesempatan)
(tetap diprompt selama model/contoh masih ada)
1-3 detik kemudian
BERIKAN IMBALAN
(reward/reinforcer)
Tangan anak dilepas saja (jangan diturunkan)
Ke SIKLUS Berikutnya
( Instruksi #1 / PERTAMA )
65. HAL-HAL PENTING YANG HARUS
DIPERHATIKAN
• Jangan memberi instruksi sebelum anak siap,
sebelum memberikan instruksi siapkan anak
(duduk dan perhatiannya )
• Jangan kesalahan selesai dilakukan oleh anak,
jika anak akan merespons salah suatu instruksi,
maka terapis/asisten terapis segera tahan dan
singkirkan tangan anak serta bilang “tidak”
• Jika aktivitas menggunakan kartu, saat anak
akan merespons salah, maka terapis segera
tahan tangan anak, ambil kartunya serta bilang
“tidak”
66. Mempersiapkan anak
1. Duduk
Dengan arahan kepatuhan lisan
“duduk manis” /”tangan dilipat”
“tangan kebawah”
2. Perhatian
Dengan instruksi “lihat”, jika perlu lakukan
fiksasi pada anak
67. Discrete Trial Training
• Nilai/Penilaian
(-) = diam
(o) = off-task
(x) = salah
(P) = prompt penuh
(p) Atau (P+) = prompt ringan/sebagian
(+) = benar
(A) = aproksimasi
• Kriteria Pass/Achieved/Lulus/Sudah-Bisa
– Jika 3x >80%, yaitu 3 sesi (session) berturut-turut
mendapat nilai > 80%
68. DT (Discrimination Training)
• Training
– Mengajar/melatih/latihan/pelatihan
• Discrimination (diskriminasi)
– Membedakan/pembedaan
(Ras diskriminasi: Membeda-bedakan orang berdasarkan
ras/keturunannya)
• DT (Discrimination Training)
– Melatih (anak autistik) untuk mampu
membedakan berbagai hal/konsep/benda yang
satu dengan yang lain/lain-lainnya
69. DT (Discrimination Training)
• Aktivitas terdiri dari blok-lima
• Contoh Program Imitasi Gerakan Motorik
Kasar
– Aktivitas #1: Tangan ke-atas
– Aktivitas #2: Tangan ke-samping
– Aktivitas #3: Tolak pinggang
– Aktivitas #4: Bersedekap
– Aktivitas #5: Melambai
70. DT (Discrimination Training)
• Lakukan DTT pada aktivitas #1
– Setelah anak bisa/lulus/pass/achieved
• Simpan, lakukan dalam program maintenance
• Lakukan DTT pada aktivitas #2
– Setelah anak bisa/lulus/pass/achieved
• Lakukan DT (Discrimination Training) terhadap aktivitas
#1 vs aktivitas #2
71. DT (Discrimination Training)
• Prinsipnya: Jangan kesalahan selesai dilakukan
– DTT aktivitas #1 (tangan ke-atas)
– DTT aktivitas #2 (tangan ke-samping)
– DT terhadap aktivitas #1 vs #2
• Instruksi aktivitas #1 (tangan ke atas):
– Jika arah tangan anak bergerak ke arah salah (yaitu ke arah
samping atau lainnya selain ke-atas)
» Jangan dibiarkan
» Segera (aster) tahan -serta- singkirkan tangan anak -dan-
terapis bilang “tidak” (informational “no”)
72. DT (Discrimination Training)
• DTT aktivitas #1 pass maintenance
• DTT aktivitas #2 pass DT 1 vs 2
pass maintenance
• DTT aktivitas #3 pass DT 1 vs 2 vs 3
pass maintenance
• DTT aktivitas #4 pass DT 1 vs 2 vs 3 vs 4
pass maintenance
• DTT aktivitas #5 pass DT 1 vs 2 vs 3 vs 4 vs 5
pass maintenance
• Kemudian lakukan lima blok kedua seperti di atas
pass DT blok-pertama Vs blok-kedua
73. EO (Establishing Operation)
Operasi Pemantapan
• Dilakukan dalam rangkaian DTT, jika suatu
program anak selalu salah sehingga harus
dilakukan rangkaian DTT, saat anak
mendapat nilai + dalam rangkain DTT ini
maka lakukan EO
74. EO (Establishing Operation)
• Setelah anak bisa melakukan TANPA prompt (nilai +)
(kapanpun bisanya, apakah pada instruksi #1 atau instruksi #2):
– Jangan lakukan terus-menerus
– Lakukan EO (TP/RSS)
• Repeat (ulangi) 1-3 kali *
• Jika tetap bisa (nilai tetap +)
• Switch (pindah) ke program/aktivitas lain (atau DT-nya)
• Switch-back (kembali) ke aktivitas target
• Jika tetap bisa (1 kali saja), hentikan, pindah ke program lain
(kita kembali ke aktivitas ini setelah program-program lain selesai
dikerjakan, dan masih ada sisa waktu)
(*) Jika responsnya -/x/o/p : Lakukan DTT
75. EO (Establishing Operation)
+
Repeat 1-3 kali
+
(+)
(+)
Switch
Program Lain
atau Aktivitas DT-nya
-/O/X/P+
DTT
Switch-Back
-/O/X/P+ DTT -/o/x/p
+
Stop
DTT
76. Contoh: Meniru Gerakan Motorik Kasar
• Persiapkan posisi
– Terapis dan anak duduk berhadapan (tanpa meja)
– Asisten terapis duduk tepat di belakang anak
• Persiapkan anak
– Asisten terapis memperbaiki sikap duduk dan perhatian anak
• Terapis ucapkan instruksi #1 "Tiru(kan)" + model (contoh)
– tunggu 3-5 detik, beri umpan balik : "tidak“
• Terapis ucapkan instruksi #2 "Tiru(kan)" + model (contoh)
– tunggu 3-5 detik, beri umpan balik : "tidak“
• Terapis ucapkan instruksi #3 "Tiru(kan)" + model (contoh)
– Asisten segera melakukan prompt persis sama dengan model
– Terapis segera memberi imbalan
77. Penilaian Program
• 80% benar (8 out of 10)
– (Response : Opportunity) x 100%
– Opportunity : jumlah trial selain nilai P
• Achieve/pass (Lulus)
– 3 kali berturut-turut nilai > 80%
• 2-3 hari konsisten
78. Lembar Penilaian
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Op Rp Nilai
x x p x x p x x p x
x p x x p x x p x x
p x x p x x p 18 0 0%
x x p x x p - o p x
x p x p+ x x p + 13 1 7%
- x p + + p+ - + + p+
+ + x - p + + 15 8 53%
79. Lembar Penilaian
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Op Rp Nilai
x x p x x p x x p x
x p x x p x x p x x
p x x p x x p 18 0 0%
x x p x x p - o p x
x p x p+ x x p + 13 1 7%
- x p + + p+ - + + p+
+ + x - p + + 15 8 53%
80. Lembar Penilaian
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Op Rp Nilai
x x p x x p x x p x
x p x x p x x p x x
p x x p x x p 18 0 0%
x x p x x p - o p x
x p x p+ x x p + 13 1 7%
- x p + + p+ - + + p+
+ + x - p + + 15 8 53%
81. Lembar Penilaian
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Op Rp Nilai
x x p x x p x x p x
x p x x p x x p x x
p x x p x x p 18 0 0%
x x p x x p - o p x
x p x p+ x x p + 13 1 7%
- x p + + p+ - + + p+
+ + x - p + + 15 8 53%
82. Lembar Penilaian
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Op Rp Nilai
x x p x x p x x p x
x p x x p x x p x x
p x x p x x p 18 0 0%
x x p x x p - o p x
x p x p+ x x p + 13 1 7%
- x p + + p+ - + + p+
+ + x - p + + 15 8 53%
83. Maintenance
•Mempertahankan efek terapi agar tetap dikuasai
sepanjang waktiu
•Mulai dengan menguirangi sedikit demi sedikit
frekuensi
•Dilakukan setelah program dikuasai anak
•Frekuensi uji coba dikurangi
84. Penilaian Maintenance
• Maintenance (4-6 minggu)
• Achieve bila 80% dari total nilai > 80%
– ump. ada 3 terapis, masing-masing 1x /minggu
• 4 minggu = 12 sessions
– 10 dari 12 nilai, > 80%
• 5 minggu = 15 sessions
– 12 dari 15 nilai, > 80%
• 6 minggu = 18 sessions
– 15 dari 18 nilai, > 80%
85. Penilaian Maintenance Tunggu
• Tidak menunggu 4-6 minggu, segera selesai
saat anak lulus pada suatu aktivitas, meskipun
aktivitas maintenance belum dijalankan
86. Persiapan Hari-hari
Pertama
• Anak melawan
Ingin keluar
Menangis
Mengamuk (lisan, fisik)
Agresi (menyerang)
Self-injury (melukai-diri)
87. Penanganan Hari-hari Pertama
• Anak sudah di ruang belajar sebelum terapis
datang
• Buat jam belajar menyenangkan dan menarik
• Berikan imbalan/pujian yang konstan
– tetap duduk, duduk tenang, kontak mata, mengikuti
perintah
• Campur tugas dan bermain
• Jam belajar singkat (5-10 menit), istirahat sama
panjang
• Jam belajar tingkatkan bertahap
88. Penanganan Hari-hari Pertama
• Jangan sampai anak memperoleh gagasan :
– mengamuk alat untuk menghentikan kegiatan
• Tingkatkan kepatuhan
– Uji coba harus berakhir positif
• Patuh = senyum + imbalan lain
• Tidak patuh = wajah tak senang + aktifitas tak berakhir
• Latih akting anda
– Mula-mula duduk sebentar, biarkan bangkit
• Lama duduk tingkatkan bertahap
• Usahakan semua kegiatan dilakukan dengan anak duduk di
kursi
89. Penanganan Hari-hari Pertama
• Latih dan bangun kepatuhan secara konsisten
• Latihan duduk
• Mengikuti arahan-arahan lisan + prompt
– "Tangan dilipat“
– "Tangan ke bawah“
– "Duduk (yang) manis“
– "Ke sini“
90. Program Awal
• Prasyarat
– Kontak mata
– Duduk
– Kepatuhan (compliance)
• Reseptif / kognitif (pemahaman/pengertian)
– Imitasi (meniru)
• Meniru gerakan motorik kasar
– Mengikuti perintah-sederhana (satu-tahap)
– Mengenal bagian tubuh, benda, gambar, warna, bentuk,
huruf, angka
– Menyamakan/mencocokkan dan mengelompokkan
(identik/non-identik)
• benda, gambar, warna, bentuk, huruf, angka
91. Kontak Mata : Cara Pertama
• Instruksi "Lihat“
– + benda-benda menarik setinggi mata terapis
(segala benda yang ingin diberikan/diraih anak)
• makanan, mainan (warna mencolok, bergerak-gerak,
berbunyi)
• Mungkin perlu
– mencolek/memegang dagu
– menolehkan kepala
92. Kontak Mata : Cara Pertama
• Yakinkan
– Anak melihat ke mata terapis (bukan hanya ke
benda)
– Benda sedekat-dekatnya ke mata terapis
– Benda cukup jauh dari anak (+ 0,5-1 meter)
– Mata anak dan terapis sama tinggi
• bila perlu terapis berlutut
93. Kontak Mata: Cara Pertama
• Awal-awal
– begitu memandang
• segera benda diberikan (ke arah mata anak)
• Setelah kontak mata positif on request (atas
instruksi "Lihat")
– Tingkatkan kontak mata
• perlambat pemberian
• tahan benda, baru berikan
94. Kontak Mata : Cara Kedua
• Duduk di bangku berhadapan dan sama tinggi
• Instruksi "Lihat" setiap 5-10 detik
– Anak memandang selama 1 detik,
2 detik setelah instruksi
• beri imbalan
– Tak memandang 2 detik setelah instruksi
• Terapis memandang ke arah lain + 5 detik
• Ulangi instruksi + pancingan dengan benda-benda
seperti cara pertama
95. Kontak Mata : Cara Ketiga
• Anak duduk/berdiri/berbaring
– Pandangan dihalangi wajah terapis (untuk
melakukan kontak mata) + instruksi "Lihat“
• Anak memalingkan wajah
– Wajah terapis mengikuti arah pandangan + imbalan
audiovisual
96. Latihan Duduk
• Anak berdiri, letakkan kursi tepat di belakang
anak
• Terapis duduk di kursi seukuran anak tepat di
depan anak
– Bila perlu
• jepit anak di antara paha terapis
• tungkai terapis menjepit/merangkum kursi di belakang
anak
• Beri instruksi "Duduk", prompt secara fisik,
– beri imbalan
• Berdirikan anak (tanpa instruksi “berdiri”) dan
ulangi instruksi
97. Latihan duduk
• Melatih compliance (kepatuhan)
• Dibiasakan duduk
• Umumnya kurikulum dalam posisi duduk
• Sudah mulai mengikuti perintah-sederhana
(satu-tahap)
98. Menyusun Program
• B.01. Imitasi (meniru) gerakan motorik kasar
• C.01. Mengikuti perintah-sederhana
(satu-tahap)
• C.02. Identifikasi bagian tubuh (reseptif)
• E.01. Mencocokkan (matching)
• E.03. Identifikasi Warna (reseptif)
• E.04. Identifikasi Bentuk (reseptif)
• E.05. Identifikasi Huruf (reseptif)
• E.06. Identifikasi Angka (reseptif)
99. Menyusun Program
• B.01. Imitasi (meniru) gerakan motorik kasar
(1) Angkat tangan, (2) Pegang hidung, (3) Tepuk-tangan,
(4) Melambai, 5) Tepuk-perut
• C.01. Mengikuti perintah-sederhana (satu-tahap)
(1) Duduk, (2) Angkat tangan, (3) Tepuk-tangan, (4) Melambai,
(5) Toss
• C.02. Identifikasi Bagian tubuh (reseptif)
(1) Kepala, (2) Hidung, (3) Telinga, (4) Perut, (5) Kaki
• E.01. Mencocokkan (matching)
(1) Gambar identik, (2) Warna, (3) Bentuk, (4) Huruf, (5) Angka
• E.03. Identifikasi Warna (reseptif)
(1) Biru, (2) Merah, (3) Kuning
• E.04. Identifikasi Bentuk (reseptif)
(1) Bulat, (2) Kotak, (3) Segi-tiga
• E.05. Identifikasi Huruf (reseptif)
(1) A, (2) I, (3) U, (4) E, (5) O
• E.06. Identifikasi Angka (reseptif)
1 - 5
103. Penilaian Identifikasi
Pada tahap ( 1 A, 1 B, 2 A, 3 A, 4A),
jika anak langsung bisa maka
lakukan EO, jika anak tetap bisa
dilanjutkan dengan tahap berikutnya,
tanpa harus menunggu 3 sesi
berturut-turut .
127. Mencocokkan/ matching
Jika anak bisa merespons
dengan benar (100%) semua
kartu, maka langsung
dilanjukan dengan formasi
berikutnya tanpa harus
menunggu 3 sesi berturut-
turut .