Dokumen tersebut membahas tentang Hari Valentine dari perspektif Islam. Secara ringkas, dokumen menjelaskan bahwa perayaan Valentine berasal dari tradisi pagan Romawi dan mengandung unsur-unsur syirik seperti kepercayaan pada dewa cinta. Oleh karena itu, perayaan Valentine dianggap bertentangan dengan ajaran Islam dan harus dihindari.
4. Valentine‟s Day menurut literatur ilmiyah yang
kita dapat menunjukkan bahwa perayaan itu
bagian dari simbol agama Nasrani.
Bahkan kalau mau dirunut ke belakang,
sejarahnya berasal ari upacara ritual agama
Romawi kuno. Adalah Paus Gelasius I pada tahun
496 yang memasukkan upacara ritual Romawi
kuno ke dalam agama Nasrani, sehingga sejak itu
secara resmi agama Nasrani memiliki hari raya
baru yang bernama Valentine‟s Day.
5.
6. The Encyclopedia Britania, vol. 12, sub judul:
Chistianity, menuliskan penjelasan sebagai
berikut: “Agar lebih mendekatkan lagi kepada
ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I
menjadikan upacara Romawi Kuno ini
menjadi hari perayaan gereja dengan nama
Saint Valentine‟s Day untuk menghormati St.
Valentine yang kebetulan mati pada 14
Februari .
7.
8. Icon si “Cupid ” itu adalah putra Nimrod “the
hunter” dewa matahari.
Dewa cinta yang sering disebut-sebut
sebagai dewa Amor
Islam mengharamkan segala hal yang berbau
syirik, seperti kepercayaan adanya dewa dan
dewi. Padahal atribut dan aksesoris hari
valentine sulit dilepaskan dari urusan dewa
cinta ini.
Valentine adalah cerminan aqidah syirik yang
di dalam Islam harus ditinggalkan jauh-jauh.
9.
10. identik dengan pergaulan bebas muda-mudi.
Pesta, kencan, bertukar hadiah hingga
penghalalan praktek zina secara legal.
berpacaran, bergandeng tangan, berpelukan,
berciuman, hubungan di luar nikah di
kalangan sesama remaja itu menjadi boleh.
Alasannya, semua itu adalah ungkapan rasa
kasih sayang
Semua dengan mengatasnamakan semangat
cinta kasih.
11.
12. ” Kamu tidak akan mendapati
sesuatu kaum yang beriman
kepada Allah dan hari Akhirat,
saling berkasih sayang dengan
orang-orang yang menentang
Allah dan Rasul-Nya.”
(Al-Mujadilah: 22).
13. Katakanlah: Hai orang-orang kafir. Aku tidak
akan menyembah apa yang kamu sembah.
Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang Aku
sembah. Dan Aku tidak pernah menjadi
penyembah apa yang kamu sembah. Dan
kamu tidak pernah menjadi penyembah
Tuhan yang Aku sembah. Untukmu
agamamu, dan untukkulah, agamaku.
14. Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam telah
melarang untuk mengikuti tata cara
peribadatan selain Islam, artinya, ”
Barangsiapa meniru suatu kaum, maka ia
termasuk dari kaum tersebut ”
(HR. At-Tirmidzi) .
15. Ibnu Qayyim al-Jauziyah berkata, ” Memberikan
ucapan selamat terhadap acara ritual orang
kafir yang khusus bagi mereka, telah
disepakati bahwa perbuatan tersebut HARAM“