Dokumen tersebut membahas tentang pembelajaran Pancasila yang berbasis kehidupan nyata dengan menekankan pada pengembangan diri secara utuh dan berkelanjutan. Dokumen juga membandingkan pendekatan pedagogi, andragogi, dan heutagogi dalam pembelajaran, serta menyarankan pendekatan kolaboratif dan peer-learning untuk membangun pemahaman bersama dalam memahami dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila.
2. MANUSIA & “DUNIA” NYA
DUNIA
PIKIRAN
DUNIA FISIK DUNIA SOSIAL
Manusia hidup dalam fisik/tubuh yang terikat oleh ruang dan
waktu (Umwelt). Sebagai mahkluk social manusia terikat dan
terpengaruh oleh nilai-nilai social (Lebenswelt).
Manusia sebagai mahkluk yang berpikir mampu mengambil jarak
dengan sesuatu di luar dirinya sekaligus dari dirinya sehingga
dapat melakukan refleksi sekaligus membangun imaginasi
3. IDEOLOGI & PENDIDIKAN
Ivan Petrovich Pavlov (1849 – 1936) tokoh
kondisioning klasik, membuat eksperimen
perubahan perilaku anjing. Setiap pagi anjing
diberi sarapan. Sebeleum diberi sarapan
dibunyikan bel. Pada hari ketujuh dia
membunyikan bel tetapi tidak memberikan
sarapan….
Apa yang terjadi? Anjing mengeluarkan air
liur. Mengapa Pavlov memiliki pemikiran
seperti itu?
Edward Lee Thorndike (1874 – 1949) dan
Burrhus Frederic Skinner (1904-1990)
termasuk pelopor Pengkondisian operan
banyak menjelaskan relasi stimulus dan
respons (S-R relation).
Mengapa stimulus dan respons dikaitkan
dengan kependtingan diri pelajar?
4. IDEOLOGI DAN METODOLOGI
Freire berpendirian bahwa
kegagalan metodologis selalu
dapat dikembalikan kepada
kekeliruan ideologis… Bila
orang menggunakan metode
yang mendorong dialog dan
resiprositas (hubungan dua
arah), maka pertama-tama ia
harus memeluk ideologi
kesederajatan manusia,
menghapuskan privelese, dan
bentuk kepemimpinan non
5. PENDIDIKAN DAN KEKUASAAN
Pendidikan bukan untuk
mendominasi melainkan untuk
mengembangkan potensi diri
seseorang.
Hal ini harus diawali dengan
memahami hakekat ”power”
bahasa Latin, “posse” yang
berarti to be able. Distorsi
kekuasaan menimbulkan
“power over” (bukan “power
with”), termasuk dalam dunia
Pendidikan.
Pendidikan dkembalikan
6. PENDIDIKAN KEINDONESIAAN
Belajar sebagai apa dan
untuk apa?
Sebagai manusia dan warga
negara Indonesia perlu
mengetahui sejarah dan
antropologi Indonesia.
Materi atau bahan ajar harus
relevan dengan nilai
keindonesiaan
Bagaimana belajar dan
membelajarkan materi
keindonesiaan
7. Mendekatkan Pembelajaran dengan Realitas Kehidupan
PRIBADI UTUH. Terarah pada
pengembangan manusia seutuhnya,
memiliki kapabilitas dan talenta berkembang
secara berkelanjutan
MELEBUR DALAM KEGIATAN
SEHARI-HARI.
Mengkombinasikan kegiatan belajar,
kerja, rekreasi dalam banyak situasi yan
dialami subyek didik
BELAJAR BERKELANJUTAN.
Menyadari dan mempraktikkan
belajar berkelanjutan, adaptif, dan
tangkas (belajar sepanjang hayat)
KONTEKS KEHIDUPAN.
Menggunakan semua konteks
kehidupan untuk belajar. Belajar dari
konteks kehidupan riil dan dialami.
DESAIN BELAJAR.
Pelajar dilibatkan dalam mendesain
belajarnya sendiri
BELAJAR PANCASILA BERBASIS
KEHIDUPAN
8. TANTANGAN
PEMBELAJARAN
Dunia terintegrasi
Revolusi digital membuat dunia tanpa batasan
geografi, sosial, dan budaya
Konvergensi sains dan teknologi
Proliviration and democration have made knowledge
and technology get closed and interect
Laju inovasi dan teknologi desktruktif
The unity of cyber system and physical system in the
4.0 industrial era has led to massive and rapid
development of disruptive technology in all aspects of
life
Lanskap belajar yang makin terbuka dan
tanpa batas innovation and educational technology
have provided all people with opportunities to learn in a
more personal mode, more choices, and autonomous
learning
MEGA TREND
Tantangan Paradigmatis Pembelajaran
• Teaching → learning
• Pedagogi → heutagogy
• Monodisipliner → transdisipliner
• One-size fit all → personalized
• (akumulasi) knowledge → meta knowledge
• kompetensi → kapabilitas
Tantangan Teknologis Pembelajaran
• Informasi berlimpah dan tidak mudah
diverivikasi
• Inovasi belajar disruptif dengan kekuatan
loT, AI, AR/VR
• Sistem jaringan belajar jauh
1
2
9. Level 1 : Pedagogy
(Engagement)
Level 2 : Andragogy
(Cultivation)
Level 3 :
Heutagogy
(Realization)
Instructor control
and course
structuring
required (-)
Instructor control
and course
structuring
required (+)
Learner maturity
and autonomi
required (+)
Learner maturity
and autonomi
required (-)
Otonomi Siswa vs Kontrol Guru
11. Pedagogi
1.Paid dan agogus
(membimbing anak)
2.Pelajar tergantung guru
3.Motivasi eksternal
4.Guru cukup dominan
5.Berorientasi materi
pelajaran
Andragogi
1.Aner/ander dan agogus
(membantu orang dewasa
belajar)
2.Pelajar relatif independen
2. Motivasi instrinsik
3. Guru fasilitator
4. Berorientasi tujuan
Heutagogi
1.Heuriskein dan agogus
(membimbing diri sendiri)
2.Pelajar menemukan
masalah/kebutuhan
3.Motivasi dari pengalaman
hidup
4.Pendidik lebih sebagai
pelatih yang menggali
bakat dan minat
5.Sesuai passion
12. HEUTAGOGI
Masyarakat dan teknologi banyak berubah
Informasi berlimpah, mudah diakses, tidak mudah diverivikasi
Guru bukan satu-satunya sumber informasi
Metode tradisional kurang relevan
Belajar tidak hanya di ruang kelas
Belajar perlu disesuai kebutuhan
masing-masing individu
13. Kolaboratif / Gotong Royong
Lingkungan belajar relatif terbuka & tidak struktur
Membangun saling pemahaman & kepercayaan antar anggota
PEERGOGI/BELAJAR GOTONG
ROYONG
Sumber Informasi:
- Pengalaman riil
- Sumber cetak
- online
Belajar Pancasila; Memadukan
realitas riil dengan realitas digital
14. Belajar lebih otonom dan
memanfaatkan lingkungan virtualuntuk
mendeskripsikan, menganalisis dan
melakukan transformasi diri dan social.
Pemikiran, emosi, dan perilaku pelajar
terkait dengan budaya komputer,
teknologi, dan internet dijadikan
sebagai salah satu sarana dan bahan
pembelajaran
15. Tindakan
Hasil
Refleksi
Pengembangan
Masalah / Problem
PEMBELAJARAN
PANCASILA
Skenario Pembelajaran
Peserta diminta merumuskan
masalah yang dihadapi dalam
memahami & mengaktualisasikan
nilai-nilai Pancasila
Dibahas tentang akar masalah serta
peluang untuk mencari solusi,
termasuk kemungkinan
menyelesaikan masalah secara
bergotong-royong
Dilakukan penilaian otentik, serta
kemungkinan potensi yang masih
bisa dikembangkan
Peserta bisa mengatasi masalah
yang dihadapi
Proses belajar dilanjut secara
lebih sistematis dan mendalam
16. DIMENSI KECERDASAN
INTELEKTUAL/LOG
OS
EMOSIONAL/PATH
OS
SOSIAL/ETHOS
Belajar untuk kehidupan dan atau penghidupan.
Kecerdasan kewargaan: sadar posisi sebagai warga negara yang
memiliki hak dan kewajiban. Menyadari keberagaman
(kebhinekaan) sebagai faktisitas bangsa Indonesia sehingga
memerlukan toleransi untuk merawat persatuan (Pancasila
sebagai meja statis). Pancasila sebagai nilai luhur sarat dengan
17. MERAWAT KECERDASAN
KEWARGAAN
Konsep Diri &
Warga yang
bertanggungjawa
b
Siswa dan mahasiswa
selain objek juga subyek
belajar.
Belajar adalah
pendewasaan diri dalam
realitas yang sedang
bekerja (working reality)
Opini (doxa)
ditransformasi
menjadi sains
(episteme)
Perspektif masa depan
berpijak pada pemahaman
sebagai warga negara
yang dinamis dan
bertanggungjawab