SlideShare a Scribd company logo
STATISTIKA
Ibnu Muttaqin, S.E., M.E.
Pertemuan 5
Konsep-Konsep
Dasar Probabilitas
01
Pengertian Probabilitas
02
Pendekatan Perhitungan
Probabilitas
03
Kejadian/Peristiwa dan
Notasi Himpunan
04
Beberapa Aturan Dasar
Probabilitas
PENGANTAR PROBABILITAS
Sebagai manusia tidak
bisa mengetahui pasti
tentang terjadinya
suatru peristiwa,
terutama kejadian di
masa datang.
Pertanyaan berikut
contohnya :
Jika melempar mata uang
logam, sisi manakan yang
akan keluar?
Jika mengambil kartu bridge,
apakah kita akan memperoleh
As?
Apakah di masa mendatang
hasil penjualan naik?
Apakah akan ada kenaikan
harga mankanan tahun
depan?
Apakah produksi padi akan
naik?
Apakah harga saham, harga
dolar, dan valuta asing lainnya
akan naik?
Untuk menjawab
pertanyaan-
pertanyaan di atas,
kita akan membahas
apa yang disebut
dengan probabilitas.
3
PENGERTIAN PROBABILITAS
 Probabilitas : Peluang : Kesempatan
“Probability” is a measure of a likelihood of the occurance of a
random event.
(Mendenhall dan Reinmuth, 1982)
Probabilitas adalah suatu nilai yang dipergunakan untuk mengukur
tingkat terjadinya suatu kejadian yang acak.
 Probabilitas biasanya ditulis dalam desimal (contoh : 0,50) atau
bilangan pecahan (Contoh :½ ).
 Nilai probabilitas berkisar antara 0 dan 1
 Semakin mendekati nilai 0, semakin kecil kemungkinan terjadi,
semakin mendekati nilai 1 semakin besar peluang kejadian terjadi.
4
PENDEKATAN PERHITUNGAN
PROBABILITAS
5
PENDEKATAN KLASIK
 Didasarkan pada asumsi bahwa seluruh hasil dari suatu
eksperimen mempunyai peluang yang sama.
a) 𝑃 𝐴 =
𝑥
𝑛
P(A) ≥ 0, sebab x ≥ 0, n > 0
𝑥 = jumlah barang/kejadian
n = total barang/kejadian
b) 𝑃 𝐴 = 1 − 𝑃 𝐴 ,
A = bukan A atau komplemen A
6
PENDEKATAN KLASIK
 Contoh Soal 13.1
Kepala pabrik mengatakan bahwa dari 100 barang produksinya, ada
25 yang rusak. Jika barang dibungkus rapi, kemudian seorang
pembeli mengambil satu barang secara acak, berapakah
probabilitasnya bahwa yang diambil adalah barang rusak?
Penyelesaian :
Diketahui n : 100, x : 25
𝑃 𝐴 =
𝑥
𝑛
=
25
100
= 0,25 𝑎𝑡𝑎𝑢 25%
Jadi, besarnya probabilitas memperoleh barang rusak adalah 25%.
7
KONSEP FREKUENSI RELATIF
 Perhitungan didasarkan atas limit dari frekuensi relatif. Besarnya nilai yang
diambil dari suatu variabel juga merupakan kejadian. Rumusnya sebagai
berikut :
𝑃𝑟𝑜𝑏𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑗𝑎𝑑𝑖𝑛𝑦𝑎 𝑘𝑒𝑗𝑎𝑑𝑖𝑎𝑛
𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑏𝑢𝑡 𝑑𝑖 𝑚𝑎𝑠𝑎 𝑙𝑎𝑙𝑢
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑜𝑏𝑠𝑒𝑟𝑣𝑎𝑠𝑖
 Probabilitas suatu kejadian merupakan limit dari frekuensi relatif kejadian
tersebut, secara teoritis berlaku untuk n yang besar sekali. 𝑃 𝑋𝑖 = lim
𝑛→∞
𝑓𝑖
𝑛
. Di dalam praktik sering disebutkan bahwa P(B) = 0,5 (angka setengah
merupakan limit). Jadi, probabilitas suatu kejadian pada dasarnya
merupakan limit dari frekuensi relatif. 8
KONSEP FREKUENSI RELATIF
 Contoh Soal 13.2
Suatu penelitian terhadap 65 karyawan, salah satu
karakteristik yang ditanyakan ialah gaji/upah bulanan
Berapakah probabilitas bertemu dengan karyawan dengan
upah 650.000 dan 1.050.000 rupiah?
Penyelesaian :
𝑃 𝑋 = 65 =
𝑓
𝑛
=
10
65
= 0,15 / 15% 𝑃 𝑋 = 105 =
𝑓
𝑛
=
5
65
= 0,077 / 7%
X (Upah Bulanan Rp10.000) 55 65 75 85 95 105 115
f (Jumlah Karyawan) 8 10 16 14 10 5 2
9
PROBABILITAS SUBJEKTIF
 Probabilitas Subjektif Didasarkan Atas Penilaian Seseorang
Dalam Menyatkaan Tingkat Kepercayaan.
 Jika Tidak Ada Pengalaman/Pengamatan Masa Lalu
Sebagai Dasar Untuk Perhitungan Probabilitas, Maka
Pernyataan Probabilitas Tersebut Bersifat Subjektif.
 Hal Ini Biasanya Terjadi Dalam Bentuk Opini Atau
Pendapat Yang Dinyatakan Dalam Suatu Nilai Probabilitas.
 Contohnya : Peluang kamu menjadi mahasiswa cumlaude
itu 90% loh, karena kamu rajin dan pintar. 10
KEJADIAN/PERISTIWA DAN
NOTASI HIMPUNAN
 Apabila suatu eksperimen dilakukan dengan melemparkan mata
uang logam Rp500 sebanyak dua kali, maka hasil eksperimen itu
salah satu dari empat kemungkinan hasil berikut : BB, BB, BB, BB
Lemparan pertama gambar garuda (B), kedua juga (B)
Lemparan pertama garuda (B), kedua melati (B)
Lemparan pertama melati (B), kedua garuda (B)
Lemparan pertama dan kedua melati (B)
 Hasil yang berbeda-beda dari suatu eksperimen disebut titik
sampel. Contoh di atas ada 4 titik sampel, sedangkan himpunan
dari seluruh kemungkinan hasil disebut ruang sampel (S). 11
KEJADIAN/PERISTIWA DAN
NOTASI HIMPUNAN
 Jika dua dadu kita lempar, akan diperoleh ruang sampel (S) ada 36 sbb :
I = dadu pertama
II = dadu kedua
33 = dadu pertama angka 3, kedua angka 3
 Ruang sampel suatu eksperimen mempunyai dua syarat berikut :
1) Dua hasil atau lebih tidak dapat terjadi secara bersamaan. Misal
melempar uang satu kali hasilnya B atau B, tidak bisa BB. Jika
melempar dua kali hasilnya seperti contoh sebelumnya.
2) Harus terbagi habis (exhaustive). Artinya, ruang sampel (S) harus
memuat seluruh kemungkinan hasil, tidak ada yang terlewat.
I II 1 2 3 4 5 6
1 11 12 13 14 15 16
2 21 22 23 24 25 26
3 31 32 33 34 35 36
4 41 42 43 44 45 46
5 51 52 53 54 55 56
6 61 62 63 64 65 66
12
KEJADIAN/PERISTIWA DAN
NOTASI HIMPUNAN
 Distribusi Probabilitas
Jika kita cari probabilitas untuk setiap nilai variabel, maka nilai seluruh
probabilitas tersebut sama-sama dengan nilai variabel masing-masing.
Contoh untuk data melempar dadu dua kali, jik X adalah jumlah mata dadu.
X = 2, terjadi 1 kali (11) X = 8, terjadi 5 kali (62, 53, 44, 35, 26)
X = 3, terjadi 2 kali (21, 12) X = 9, terjadi 4 kali (63, 54, 45, 36)
X = 4, terjadi 3 kali (31, 22, 13) X = 10, terjadi 3 kali (64, 55, 46)
X = 5, terjadi 4 kali (41, 32, 23, 14) X = 11, terjadi 2 kali (65, 56)
X = 6, terjadi 5 kali (51, 42, 33, 24, 15) X = 12, terjadi 1 kali (66)
X = 7, terjadi 6 kali (61, 52, 43, 34, 25, 16)
13
KEJADIAN/PERISTIWA DAN
NOTASI HIMPUNAN
 Distribusi Probabilitas
Tabel dan Grafik frekuensi dari Eksperimen Dua Kali Pelemparan Dadu
X f fr[=P(X)]
2 1 1/36 = 0,028
3 2 2/36 = 0,056
4 3 3/36 = 0,083
5 4 4/36 = 0,111
6 5 5/36 = 0,139
7 6 6/36 = 0,167
8 5 5/36 = 0,139
9 4 4/36 = 0,111
10 3 3/36 = 0,083
11 2 2/36 = 0,056
12 1 1/36 = 0,028
0
0.04
0.08
0.12
0.16
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
fr[=P(X)]
14
KEJADIAN/PERISTIWA DAN
NOTASI HIMPUNAN
 NOTASI HIMPUNAN
Apabila S merupakan himpunan, maka objek yang terkandung di dalamnya
dinamakan anggota atau elemen. Misalnya suatu mata loga dilempar satu kali S =
{B, B}, maka B dan B adalah anggota atau elemen dari S.
Anggota S dapat berupa variabel Diskrit (tidak mengambil seluruh nilai dalam
interval) dan kontinu (mengambil seluruh nilai dalam suatu interval).
Diskrit : S = {x : x = 0, 1, 2, 3}
∙−∙−∙−∙
0 1 2 3 (nilainya berupa kumpulan beberapa titik)
Kontinu : S = {x : 0 ≤ 0 ≤ 1}
∙ ∙
0 1 (nilainya berupa garis, seluruh titik) 15
KEJADIAN/PERISTIWA DAN
NOTASI HIMPUNAN
 NOTASI HIMPUNAN
Simbol (:) yang memisahkan variabel dengan nilai dalam himpunan dibaca
sedemikian rupa sehingga (s.r.s). Jadi S = {x : 0 ≤ 0 ≤ 1} merupakan himpunan
yang diwakili oleh variabel x, sedemikian rupa sehingga x dapat mengambil nilai
mulai dari 0 sampai dengan 1.
Sering terjadi bahwa X = {x : x ∈ A dan x ∈ B}. Artinya, sebagai anggota X, x
juga anggota (A) dan anggota (B). Misalnya X adalah himpunan mahasiswa FEB-
UP yang pernah ikut Denwa. Jika A adalah mahasiswa FEB-UP, B adalah
mahasiswa UP yang ikut Denwa, maka X = {x : x ∈ A dan x ∈ B}.
Himpunan dari seluruh kejadian yang ada disebut himpunan semesta
(universal set). Himpunan bagian yang paling kecil dari suatu himpunan adalah
himpunan kosong (null set) dengan simbol ∅. Himpunan kosong tidak mempunyai
anggota atau elemen. Misalnya orang tak dapat hidup dan mati sekaligus.
∅ = {x : x = hidup dan x = mati} 16
KEJADIAN/PERISTIWA DAN
NOTASI HIMPUNAN
 KOMPLEMEN SUATU KEJADIAN
Misalkan bahwa S adalah ruang sampel (himpunan dari hasil esksperimen), A
adalah himpunan bagian dari S, dan A adalah komplemen dari A atau semua
anggota S yang bukan anggota A. Hubungan tersebut seperti Diagram Venn ini:
17
KEJADIAN/PERISTIWA DAN
NOTASI HIMPUNAN
 KOMPLEMEN SUATU KEJADIAN
Misalnya dari suatu penelitian terhadap 100 barang, ternyata 10 barang rusak,
maka :
S = seluruh barang (100)
A = barang rusak (10)
A = barang yang tidak rusak (100 – 10 = 90)
P(A) = 1 – P(A) (lihat rumus di sline no 6)
Atau,
S = ruang sampel (seluruh karyawan perusahaan)
A = karyawan yang upahnya ≥ Rp3.000.000,- per bulan
A = karyawan yang upahnya < Rp3.000.000,- per bulan
18
KEJADIAN/PERISTIWA DAN
NOTASI HIMPUNAN
 INTERAKSI DUA KEJADIAN
Interaksi dua kejadian sering ditulis A ∩ B (dibaca A interaksi B) atau AB, terdiri
dari elemen-elemen anggota S yang selain mempunyai sifat atau ciri-ciri A juga B,
artinya selain anggota A juga anggota B. Digambarkan dalam Diagram Venn ini :
𝐴 ∩ 𝐵 = {𝑥: 𝑥 ∈ 𝐴 𝑑𝑎𝑛 𝑥 ∈ 𝐵}
19
KEJADIAN/PERISTIWA DAN
NOTASI HIMPUNAN
 UNION DUA KEJADIAN
Union dua kejadian A dan B ditulis A∪B (dibaca “A union B”) atau A+B merupakan
himpunan bagian S, yang terdiri dari elemen-elemen anggota S yang menjadi
anggota A saja, B saja, atau menjadi anggota A dan B sekaligus)
𝐴 ∪ 𝐵 = {𝑥: 𝑥 ∈ 𝐴, 𝑥 ∈ 𝐵 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑥 ∈ 𝐴𝐵}
20
KEJADIAN/PERISTIWA DAN
NOTASI HIMPUNAN
 Beberapa Aturan/Hukum dalam Himpunan
1. Hukum Penutup (law of Closure)
Untuk setiap pasang himpunan A dan B, terdapat himpunan yang unik, yaitu himpunan A∪B dan A∩B
2. Hukum Komutatif (Commutative Law)
A∪B = B∪A dan A∩B = B∩A
3. Hukum Asosiatif (Associative Law)
(A∪B) ∪C = A∪ (B∪C)
(A∩B) ∩C = A∩ (B∩C)
4. Hukum Distributive (Distributive Law)
A∩ (B∪C) = (A∩B) ∪ (A∩C)
A∪ (B∩C) = (A∪B) ∩ (A∪C)
5. Hukum Identitas (Identity Law)
Ada himpunan ∅ dan S yang unik, sedemikian rupa sehingga untuk setiap himpunan A selalu berlaku persamaan
A∩S = A dan A∩∅ = A∙∅ = himpunan kosong.
6. Hukum Komplementasi (Complementation Law)
Bersesuaian dengan setiap himpunan A ada himpunan A, yang unik sedemikian rupa sehingga A∩A = ∅ dan
A∪A = S. 21
BEBERAPA ATURAN DASAR
PROBABILITAS
 ATURAN PENJUMLAHAN : Kejadian Saling Meniadakan
Kejadian saling meniadakan (Mutually exclusive event) adalah
kejadian di mana jika sebuah kejadian terjadi, maka kejadian ke
dua tak akan terjadi. Misalkan, jika mata dadu 2 yang keluar, mata
dadu 3 tak kan keluar.
𝑃 𝐴 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐵 = 𝑃 𝐴 ∪ 𝐵 = 𝑃 𝐴 + 𝑃(𝐵)
Untuk tiga kejadian A, B, C saling meniadakan ditulis :
𝑃 𝐴 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐵 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐶 = 𝑃 𝐴 ∪ 𝐵 ∪ 𝐶 = 𝑃 𝐴 + 𝑃 𝐵 + 𝑃(𝐶)
22
BEBERAPA ATURAN DASAR
PROBABILITAS
 Contoh 13.3
Sebuah mesin otomatis pengisi kantong plastik dengan campuran beberapa jenis sayuran
menunjukan bahwa sebagian besar kantong plastik berisi sayuran tersebut memuat berat yang
benar dan ada yang lebih berat ada yang lebih ringan, pengecekan 4.000 paket sebagai berikut :
Hitung berapa probabilitas bahwa sebuah paket tertentu beratnya akan lebih ringan atau lebih berat
dari berat standar?
Penyelesaian :
P (A atau C) = 𝑃(𝐴∪𝐶) =𝑃(𝐴)+𝑃(𝐶)
= 0,025 + 0075
= 0,10 atau 10% 23
Berat Kejadian Jumlah Paket Probabilitas
Lebih Ringan A 100 0,025
Standar B 3600 0,900
Lebih Berat C 300 0,075
Jumlah 4000 1,000
BEBERAPA ATURAN DASAR
PROBABILITAS
 ATURAN PENJUMLAHAN : Kejadian Tidak Saling Meniadakan
Jika dua kejadian saling berinteraksi (beririsan), probabilitasnya
disebut sebagai probabilitas bersama (joint probability).
Aturan umumnya pada dua kejadian A dan B ditulis :
𝑃 𝐴 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐵 = 𝑃 𝐴 + 𝑃 𝐵 − 𝑃(𝐴 𝑑𝑎𝑛 𝐵)
Atau
𝑃 𝐴 ∪ 𝐵 = 𝑃 𝐴 + 𝑃 𝐵 − 𝑃(𝐴 ∩ 𝐵)
24
BEBERAPA ATURAN DASAR
PROBABILITAS
 ATURAN PENJUMLAHAN : Kejadian Tidak Saling Meniadakan
Contoh 13.4 : Departemen Pariwisata survey dengan sampel 200
wisatawan yang mengunjungi Jakarta. Hasilnya 120 orang telah
mengunjungi Taman Mini Indonesia Indah (TMII) dan 100 orang telah
mengunjungi Taman Impian Jaya Ancol (Ancol). Berapa probabilitas bahwa
seorang wisatawan tersurvey telah mengunjungi TMII atau Ancol jika 60
orang mengunjungi kedua tempat tersebut?
Penyelesaian :
P (TMII atau TIJA) = P (TMII) + P(Ancol) – P(TMII dan Ancol)
=
120
200
+
100
200
−
60
200
=0,80 (80%) 25
BEBERAPA ATURAN DASAR
PROBABILITAS
 ATURAN PERKALIAN : Kejadian Tak Bebas (Bersyarat)
Probabilitas terjadinya kejadian A dengan syarat bahwa B sudah
terjadi atau akan terjadi disebut probabilitas bersyarat (conditional
probability), atau biasa ditulis P(A/B). Rumusnya :
a) P 𝐴/𝐵 =
𝑃(𝐴∩𝐵)
𝑃(𝐵)
b) P 𝐵/𝐴 =
𝑃(𝐴∩𝐵)
𝑃(𝐴)
Dengan demikian P(A∩B) = P(A)P(B/A) = P(B)P(A/B)
26
BEBERAPA ATURAN DASAR
PROBABILITAS
 ATURAN PERKALIAN : Kejadian Tak Bebas (Bersyarat)
Contoh 13.5 : sebuah dadu dilemparkan ke atas sebanyak dua kali, dan X adalah jumlah
mata dadu dari hasil lemparan tersebut. Apabila lemparan yang pertama keluar mata 2,
dan lemparan kedua keluar mata 4, maka X = 2 + 4 = 6. Juga apabila pada lemparan
pertama yang keluar mata 3 dan yang kedua 5, X = 8, dan seterusnya. Jika A = { x : x < 5}
dan B = {x : x suatu bilangan ganjil}, hitunglah P(A/B) dan P(B/A)!
27
I II 1 2 3 4 5 6
1 11 12 13 (14) 15 (16)
2 21 22 (23) 24 (25) 26
3 31 (32) 33 (34) 35 (36)
4 (41) 42 (43) 44 (45) 46
5 51 (52) 53 (54) 55 (56)
6 (61) 62 (63) 64 (65) 66
BEBERAPA ATURAN DASAR
PROBABILITAS
 ATURAN PERKALIAN : Kejadian Tak Bebas (Bersyarat)
Contoh 13.5 : Penyelesaian
S = 36 titik = 36 hasil eksperimen (N = 36)
A = X kurang dari 5 ada 6, a = 6
B = X bilangan ganjil ada 18, b = 18
(𝐴∩𝐵) = 2 (12 dan 21), semuanya memberikan nilai X kurang dari lima dan ganjil) (c = 2)
P(𝐴/𝐵) =
𝑃(𝐴∪𝐵)
𝑃(𝐵)
P(B/A) =
𝑃(𝐴∪𝐵)
𝑃(𝐵)
=
𝑐/𝑁
𝑏/𝑁
=
𝑐/𝑁
𝑎/𝑁
=
𝑐
𝑏
=
2
18
= 0,11 (11%) =
𝑐
𝑎
=
2
6
= 0,33 (33%)
28
BEBERAPA ATURAN DASAR
PROBABILITAS
 ATURAN PERKALIAN : Kejadian Bebas (Independent Event)
 Dua kejadian atau lebih dikatakan kejadian bebas apabila teradinya kejadian tersebut
tidak saling mempengaruhi. Dua kejadian A dan B, A tidak mempengaruhi B dan
sebaliknya.
 Jika A dan B merupakan kejadian bebas, maka P(A/B) = P(A) dan P(B/A) = P(B)
𝑃 𝐴 ∩ 𝐵 = 𝑃 𝐴 𝑃 𝐵 = 𝑃 𝐵 𝑃(𝐴)
(A dan B merupakan kejadian bebas)
 Kenyataanya kejadian bebas jarang terjadi karena, pada dasarnya, antara kejadian satu
dengan lainnya saling mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak. Contohnya :
kejadian pasang surut Kali Ciliwung di Jakarta dengan harga motor Honda, banyaknya
hujan di Sumatra dengan naiknya produksi padi di Jawa.
29
BEBERAPA ATURAN DASAR
PROBABILITAS
 ATURAN PERKALIAN : Kejadian Bebas (Independent Event)
Contoh 13.6 :
Satu mata uang Rp500 dilemparkan ke atas sebanyak dua kali. Jika A1 adalah lemparan
pertama yang mendapat gambar garuda (B), dan A2 adalah lemparan kedua yang
mendapatkan gambar garuda (B), berapakah P(A1∩A2) ?
Penyelesaian :
Karena pada pelemparan pertama hasilnya tidak mempengaruhi pelemparan kedua dan
P(A1) = P(B) =
1
2
P(A2) = P(B) =
1
2
Maka P(A1∩A2) = P(A1)P(A2) = P(B)P(B) =
1
2
×
1
2
=
1
4
30
P5 Statistika.pptx

More Related Content

Similar to P5 Statistika.pptx

Statistika Probabilitas
Statistika ProbabilitasStatistika Probabilitas
Statistika Probabilitas
Iskandar Tambunan
 
Laporan praktikum teori peluang 1
Laporan praktikum teori peluang 1Laporan praktikum teori peluang 1
Laporan praktikum teori peluang 1
zenardjov
 
Bahan ajar analisis regresi
Bahan ajar analisis regresiBahan ajar analisis regresi
Bahan ajar analisis regresi
Ian Sang Awam
 
PELUANG
PELUANGPELUANG
DIS.pptx
DIS.pptxDIS.pptx
DIS.pptx
RIZKYSETIABUDI
 
Makalah probabilitas
Makalah probabilitasMakalah probabilitas
Makalah probabilitas
UNISBA
 
Ek107 122215-675-6
Ek107 122215-675-6Ek107 122215-675-6
Ek107 122215-675-6
Judianto Nugroho
 
DINDI , desain media pelajaran , materi peluang suatu kejadian
DINDI , desain media pelajaran , materi peluang suatu kejadian DINDI , desain media pelajaran , materi peluang suatu kejadian
DINDI , desain media pelajaran , materi peluang suatu kejadian
Dindi2
 
Pertemuan 9 (kombinasi, permutasi, peluang)
Pertemuan 9 (kombinasi, permutasi, peluang)Pertemuan 9 (kombinasi, permutasi, peluang)
Pertemuan 9 (kombinasi, permutasi, peluang)
reno sutriono
 
Kombinasi, Permutasi dan Peluang ppt
Kombinasi, Permutasi dan Peluang pptKombinasi, Permutasi dan Peluang ppt
Kombinasi, Permutasi dan Peluang ppt
Aisyah Turidho
 
Bab1peluang 130318191228-phpapp02
Bab1peluang 130318191228-phpapp02Bab1peluang 130318191228-phpapp02
Bab1peluang 130318191228-phpapp02Wayan Sudiarta
 
Makalah Peluang Dalam Pelajaran Matematika
Makalah Peluang Dalam Pelajaran MatematikaMakalah Peluang Dalam Pelajaran Matematika
Makalah Peluang Dalam Pelajaran Matematika
Amnil Wardiah
 
Distribusi binomial dan poisson baru
Distribusi binomial dan poisson baruDistribusi binomial dan poisson baru
Distribusi binomial dan poisson baruratuilma
 
KONSEP DASAR PROBABILITAS
KONSEP DASAR PROBABILITASKONSEP DASAR PROBABILITAS
KONSEP DASAR PROBABILITAS
Husna Sholihah
 
statistik
statistikstatistik
statistik
Sartika Eka
 
1 PROBABILITAS new.pptx
1 PROBABILITAS new.pptx1 PROBABILITAS new.pptx
1 PROBABILITAS new.pptx
AkuMalas2
 
Stat prob06 probabilitytheory_samplespace
Stat prob06 probabilitytheory_samplespaceStat prob06 probabilitytheory_samplespace
Stat prob06 probabilitytheory_samplespace
Arif Rahman
 

Similar to P5 Statistika.pptx (20)

Statistika Probabilitas
Statistika ProbabilitasStatistika Probabilitas
Statistika Probabilitas
 
Laporan praktikum teori peluang 1
Laporan praktikum teori peluang 1Laporan praktikum teori peluang 1
Laporan praktikum teori peluang 1
 
Bahan ajar analisis regresi
Bahan ajar analisis regresiBahan ajar analisis regresi
Bahan ajar analisis regresi
 
PELUANG
PELUANGPELUANG
PELUANG
 
DIS.pptx
DIS.pptxDIS.pptx
DIS.pptx
 
Makalah probabilitas
Makalah probabilitasMakalah probabilitas
Makalah probabilitas
 
Ek107 122215-675-6
Ek107 122215-675-6Ek107 122215-675-6
Ek107 122215-675-6
 
DINDI , desain media pelajaran , materi peluang suatu kejadian
DINDI , desain media pelajaran , materi peluang suatu kejadian DINDI , desain media pelajaran , materi peluang suatu kejadian
DINDI , desain media pelajaran , materi peluang suatu kejadian
 
Pertemuan 9 (kombinasi, permutasi, peluang)
Pertemuan 9 (kombinasi, permutasi, peluang)Pertemuan 9 (kombinasi, permutasi, peluang)
Pertemuan 9 (kombinasi, permutasi, peluang)
 
Kombinasi, Permutasi dan Peluang ppt
Kombinasi, Permutasi dan Peluang pptKombinasi, Permutasi dan Peluang ppt
Kombinasi, Permutasi dan Peluang ppt
 
Bab1peluang 130318191228-phpapp02
Bab1peluang 130318191228-phpapp02Bab1peluang 130318191228-phpapp02
Bab1peluang 130318191228-phpapp02
 
Makalah Peluang Dalam Pelajaran Matematika
Makalah Peluang Dalam Pelajaran MatematikaMakalah Peluang Dalam Pelajaran Matematika
Makalah Peluang Dalam Pelajaran Matematika
 
Probabilitas
ProbabilitasProbabilitas
Probabilitas
 
Distribusi binomial dan poisson baru
Distribusi binomial dan poisson baruDistribusi binomial dan poisson baru
Distribusi binomial dan poisson baru
 
KONSEP DASAR PROBABILITAS
KONSEP DASAR PROBABILITASKONSEP DASAR PROBABILITAS
KONSEP DASAR PROBABILITAS
 
3 probabilitas
3 probabilitas3 probabilitas
3 probabilitas
 
statistik
statistikstatistik
statistik
 
1 PROBABILITAS new.pptx
1 PROBABILITAS new.pptx1 PROBABILITAS new.pptx
1 PROBABILITAS new.pptx
 
Matematika-Mutasi dan kombinasi
Matematika-Mutasi dan kombinasiMatematika-Mutasi dan kombinasi
Matematika-Mutasi dan kombinasi
 
Stat prob06 probabilitytheory_samplespace
Stat prob06 probabilitytheory_samplespaceStat prob06 probabilitytheory_samplespace
Stat prob06 probabilitytheory_samplespace
 

Recently uploaded

MATERI KIMIA KELAS X NANOTEKNOLOGI.pptx
MATERI KIMIA KELAS X  NANOTEKNOLOGI.pptxMATERI KIMIA KELAS X  NANOTEKNOLOGI.pptx
MATERI KIMIA KELAS X NANOTEKNOLOGI.pptx
emiliawati098
 
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
nadyahermawan
 
Final_Alur registrasi Plataran Sehat_webinar series HTBS 2024.pdf
Final_Alur registrasi Plataran Sehat_webinar series HTBS 2024.pdfFinal_Alur registrasi Plataran Sehat_webinar series HTBS 2024.pdf
Final_Alur registrasi Plataran Sehat_webinar series HTBS 2024.pdf
FazaKhilwan1
 
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
ArumNovita
 
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptxPPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
emiliawati098
 
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
athayaahzamaulana1
 
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
ProfesorCilikGhadi
 
Tahapan Sinkron kurikulum merdeka pmm.pdf
Tahapan Sinkron kurikulum merdeka pmm.pdfTahapan Sinkron kurikulum merdeka pmm.pdf
Tahapan Sinkron kurikulum merdeka pmm.pdf
NathanielIbram
 
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptxMI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
almiraulimaz2521988
 
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
LEESOKLENGMoe
 

Recently uploaded (10)

MATERI KIMIA KELAS X NANOTEKNOLOGI.pptx
MATERI KIMIA KELAS X  NANOTEKNOLOGI.pptxMATERI KIMIA KELAS X  NANOTEKNOLOGI.pptx
MATERI KIMIA KELAS X NANOTEKNOLOGI.pptx
 
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
 
Final_Alur registrasi Plataran Sehat_webinar series HTBS 2024.pdf
Final_Alur registrasi Plataran Sehat_webinar series HTBS 2024.pdfFinal_Alur registrasi Plataran Sehat_webinar series HTBS 2024.pdf
Final_Alur registrasi Plataran Sehat_webinar series HTBS 2024.pdf
 
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
 
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptxPPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
 
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
 
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
 
Tahapan Sinkron kurikulum merdeka pmm.pdf
Tahapan Sinkron kurikulum merdeka pmm.pdfTahapan Sinkron kurikulum merdeka pmm.pdf
Tahapan Sinkron kurikulum merdeka pmm.pdf
 
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptxMI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
 
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
 

P5 Statistika.pptx

  • 2. Pertemuan 5 Konsep-Konsep Dasar Probabilitas 01 Pengertian Probabilitas 02 Pendekatan Perhitungan Probabilitas 03 Kejadian/Peristiwa dan Notasi Himpunan 04 Beberapa Aturan Dasar Probabilitas
  • 3. PENGANTAR PROBABILITAS Sebagai manusia tidak bisa mengetahui pasti tentang terjadinya suatru peristiwa, terutama kejadian di masa datang. Pertanyaan berikut contohnya : Jika melempar mata uang logam, sisi manakan yang akan keluar? Jika mengambil kartu bridge, apakah kita akan memperoleh As? Apakah di masa mendatang hasil penjualan naik? Apakah akan ada kenaikan harga mankanan tahun depan? Apakah produksi padi akan naik? Apakah harga saham, harga dolar, dan valuta asing lainnya akan naik? Untuk menjawab pertanyaan- pertanyaan di atas, kita akan membahas apa yang disebut dengan probabilitas. 3
  • 4. PENGERTIAN PROBABILITAS  Probabilitas : Peluang : Kesempatan “Probability” is a measure of a likelihood of the occurance of a random event. (Mendenhall dan Reinmuth, 1982) Probabilitas adalah suatu nilai yang dipergunakan untuk mengukur tingkat terjadinya suatu kejadian yang acak.  Probabilitas biasanya ditulis dalam desimal (contoh : 0,50) atau bilangan pecahan (Contoh :½ ).  Nilai probabilitas berkisar antara 0 dan 1  Semakin mendekati nilai 0, semakin kecil kemungkinan terjadi, semakin mendekati nilai 1 semakin besar peluang kejadian terjadi. 4
  • 6. PENDEKATAN KLASIK  Didasarkan pada asumsi bahwa seluruh hasil dari suatu eksperimen mempunyai peluang yang sama. a) 𝑃 𝐴 = 𝑥 𝑛 P(A) ≥ 0, sebab x ≥ 0, n > 0 𝑥 = jumlah barang/kejadian n = total barang/kejadian b) 𝑃 𝐴 = 1 − 𝑃 𝐴 , A = bukan A atau komplemen A 6
  • 7. PENDEKATAN KLASIK  Contoh Soal 13.1 Kepala pabrik mengatakan bahwa dari 100 barang produksinya, ada 25 yang rusak. Jika barang dibungkus rapi, kemudian seorang pembeli mengambil satu barang secara acak, berapakah probabilitasnya bahwa yang diambil adalah barang rusak? Penyelesaian : Diketahui n : 100, x : 25 𝑃 𝐴 = 𝑥 𝑛 = 25 100 = 0,25 𝑎𝑡𝑎𝑢 25% Jadi, besarnya probabilitas memperoleh barang rusak adalah 25%. 7
  • 8. KONSEP FREKUENSI RELATIF  Perhitungan didasarkan atas limit dari frekuensi relatif. Besarnya nilai yang diambil dari suatu variabel juga merupakan kejadian. Rumusnya sebagai berikut : 𝑃𝑟𝑜𝑏𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑗𝑎𝑑𝑖𝑛𝑦𝑎 𝑘𝑒𝑗𝑎𝑑𝑖𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑏𝑢𝑡 𝑑𝑖 𝑚𝑎𝑠𝑎 𝑙𝑎𝑙𝑢 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑜𝑏𝑠𝑒𝑟𝑣𝑎𝑠𝑖  Probabilitas suatu kejadian merupakan limit dari frekuensi relatif kejadian tersebut, secara teoritis berlaku untuk n yang besar sekali. 𝑃 𝑋𝑖 = lim 𝑛→∞ 𝑓𝑖 𝑛 . Di dalam praktik sering disebutkan bahwa P(B) = 0,5 (angka setengah merupakan limit). Jadi, probabilitas suatu kejadian pada dasarnya merupakan limit dari frekuensi relatif. 8
  • 9. KONSEP FREKUENSI RELATIF  Contoh Soal 13.2 Suatu penelitian terhadap 65 karyawan, salah satu karakteristik yang ditanyakan ialah gaji/upah bulanan Berapakah probabilitas bertemu dengan karyawan dengan upah 650.000 dan 1.050.000 rupiah? Penyelesaian : 𝑃 𝑋 = 65 = 𝑓 𝑛 = 10 65 = 0,15 / 15% 𝑃 𝑋 = 105 = 𝑓 𝑛 = 5 65 = 0,077 / 7% X (Upah Bulanan Rp10.000) 55 65 75 85 95 105 115 f (Jumlah Karyawan) 8 10 16 14 10 5 2 9
  • 10. PROBABILITAS SUBJEKTIF  Probabilitas Subjektif Didasarkan Atas Penilaian Seseorang Dalam Menyatkaan Tingkat Kepercayaan.  Jika Tidak Ada Pengalaman/Pengamatan Masa Lalu Sebagai Dasar Untuk Perhitungan Probabilitas, Maka Pernyataan Probabilitas Tersebut Bersifat Subjektif.  Hal Ini Biasanya Terjadi Dalam Bentuk Opini Atau Pendapat Yang Dinyatakan Dalam Suatu Nilai Probabilitas.  Contohnya : Peluang kamu menjadi mahasiswa cumlaude itu 90% loh, karena kamu rajin dan pintar. 10
  • 11. KEJADIAN/PERISTIWA DAN NOTASI HIMPUNAN  Apabila suatu eksperimen dilakukan dengan melemparkan mata uang logam Rp500 sebanyak dua kali, maka hasil eksperimen itu salah satu dari empat kemungkinan hasil berikut : BB, BB, BB, BB Lemparan pertama gambar garuda (B), kedua juga (B) Lemparan pertama garuda (B), kedua melati (B) Lemparan pertama melati (B), kedua garuda (B) Lemparan pertama dan kedua melati (B)  Hasil yang berbeda-beda dari suatu eksperimen disebut titik sampel. Contoh di atas ada 4 titik sampel, sedangkan himpunan dari seluruh kemungkinan hasil disebut ruang sampel (S). 11
  • 12. KEJADIAN/PERISTIWA DAN NOTASI HIMPUNAN  Jika dua dadu kita lempar, akan diperoleh ruang sampel (S) ada 36 sbb : I = dadu pertama II = dadu kedua 33 = dadu pertama angka 3, kedua angka 3  Ruang sampel suatu eksperimen mempunyai dua syarat berikut : 1) Dua hasil atau lebih tidak dapat terjadi secara bersamaan. Misal melempar uang satu kali hasilnya B atau B, tidak bisa BB. Jika melempar dua kali hasilnya seperti contoh sebelumnya. 2) Harus terbagi habis (exhaustive). Artinya, ruang sampel (S) harus memuat seluruh kemungkinan hasil, tidak ada yang terlewat. I II 1 2 3 4 5 6 1 11 12 13 14 15 16 2 21 22 23 24 25 26 3 31 32 33 34 35 36 4 41 42 43 44 45 46 5 51 52 53 54 55 56 6 61 62 63 64 65 66 12
  • 13. KEJADIAN/PERISTIWA DAN NOTASI HIMPUNAN  Distribusi Probabilitas Jika kita cari probabilitas untuk setiap nilai variabel, maka nilai seluruh probabilitas tersebut sama-sama dengan nilai variabel masing-masing. Contoh untuk data melempar dadu dua kali, jik X adalah jumlah mata dadu. X = 2, terjadi 1 kali (11) X = 8, terjadi 5 kali (62, 53, 44, 35, 26) X = 3, terjadi 2 kali (21, 12) X = 9, terjadi 4 kali (63, 54, 45, 36) X = 4, terjadi 3 kali (31, 22, 13) X = 10, terjadi 3 kali (64, 55, 46) X = 5, terjadi 4 kali (41, 32, 23, 14) X = 11, terjadi 2 kali (65, 56) X = 6, terjadi 5 kali (51, 42, 33, 24, 15) X = 12, terjadi 1 kali (66) X = 7, terjadi 6 kali (61, 52, 43, 34, 25, 16) 13
  • 14. KEJADIAN/PERISTIWA DAN NOTASI HIMPUNAN  Distribusi Probabilitas Tabel dan Grafik frekuensi dari Eksperimen Dua Kali Pelemparan Dadu X f fr[=P(X)] 2 1 1/36 = 0,028 3 2 2/36 = 0,056 4 3 3/36 = 0,083 5 4 4/36 = 0,111 6 5 5/36 = 0,139 7 6 6/36 = 0,167 8 5 5/36 = 0,139 9 4 4/36 = 0,111 10 3 3/36 = 0,083 11 2 2/36 = 0,056 12 1 1/36 = 0,028 0 0.04 0.08 0.12 0.16 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 fr[=P(X)] 14
  • 15. KEJADIAN/PERISTIWA DAN NOTASI HIMPUNAN  NOTASI HIMPUNAN Apabila S merupakan himpunan, maka objek yang terkandung di dalamnya dinamakan anggota atau elemen. Misalnya suatu mata loga dilempar satu kali S = {B, B}, maka B dan B adalah anggota atau elemen dari S. Anggota S dapat berupa variabel Diskrit (tidak mengambil seluruh nilai dalam interval) dan kontinu (mengambil seluruh nilai dalam suatu interval). Diskrit : S = {x : x = 0, 1, 2, 3} ∙−∙−∙−∙ 0 1 2 3 (nilainya berupa kumpulan beberapa titik) Kontinu : S = {x : 0 ≤ 0 ≤ 1} ∙ ∙ 0 1 (nilainya berupa garis, seluruh titik) 15
  • 16. KEJADIAN/PERISTIWA DAN NOTASI HIMPUNAN  NOTASI HIMPUNAN Simbol (:) yang memisahkan variabel dengan nilai dalam himpunan dibaca sedemikian rupa sehingga (s.r.s). Jadi S = {x : 0 ≤ 0 ≤ 1} merupakan himpunan yang diwakili oleh variabel x, sedemikian rupa sehingga x dapat mengambil nilai mulai dari 0 sampai dengan 1. Sering terjadi bahwa X = {x : x ∈ A dan x ∈ B}. Artinya, sebagai anggota X, x juga anggota (A) dan anggota (B). Misalnya X adalah himpunan mahasiswa FEB- UP yang pernah ikut Denwa. Jika A adalah mahasiswa FEB-UP, B adalah mahasiswa UP yang ikut Denwa, maka X = {x : x ∈ A dan x ∈ B}. Himpunan dari seluruh kejadian yang ada disebut himpunan semesta (universal set). Himpunan bagian yang paling kecil dari suatu himpunan adalah himpunan kosong (null set) dengan simbol ∅. Himpunan kosong tidak mempunyai anggota atau elemen. Misalnya orang tak dapat hidup dan mati sekaligus. ∅ = {x : x = hidup dan x = mati} 16
  • 17. KEJADIAN/PERISTIWA DAN NOTASI HIMPUNAN  KOMPLEMEN SUATU KEJADIAN Misalkan bahwa S adalah ruang sampel (himpunan dari hasil esksperimen), A adalah himpunan bagian dari S, dan A adalah komplemen dari A atau semua anggota S yang bukan anggota A. Hubungan tersebut seperti Diagram Venn ini: 17
  • 18. KEJADIAN/PERISTIWA DAN NOTASI HIMPUNAN  KOMPLEMEN SUATU KEJADIAN Misalnya dari suatu penelitian terhadap 100 barang, ternyata 10 barang rusak, maka : S = seluruh barang (100) A = barang rusak (10) A = barang yang tidak rusak (100 – 10 = 90) P(A) = 1 – P(A) (lihat rumus di sline no 6) Atau, S = ruang sampel (seluruh karyawan perusahaan) A = karyawan yang upahnya ≥ Rp3.000.000,- per bulan A = karyawan yang upahnya < Rp3.000.000,- per bulan 18
  • 19. KEJADIAN/PERISTIWA DAN NOTASI HIMPUNAN  INTERAKSI DUA KEJADIAN Interaksi dua kejadian sering ditulis A ∩ B (dibaca A interaksi B) atau AB, terdiri dari elemen-elemen anggota S yang selain mempunyai sifat atau ciri-ciri A juga B, artinya selain anggota A juga anggota B. Digambarkan dalam Diagram Venn ini : 𝐴 ∩ 𝐵 = {𝑥: 𝑥 ∈ 𝐴 𝑑𝑎𝑛 𝑥 ∈ 𝐵} 19
  • 20. KEJADIAN/PERISTIWA DAN NOTASI HIMPUNAN  UNION DUA KEJADIAN Union dua kejadian A dan B ditulis A∪B (dibaca “A union B”) atau A+B merupakan himpunan bagian S, yang terdiri dari elemen-elemen anggota S yang menjadi anggota A saja, B saja, atau menjadi anggota A dan B sekaligus) 𝐴 ∪ 𝐵 = {𝑥: 𝑥 ∈ 𝐴, 𝑥 ∈ 𝐵 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑥 ∈ 𝐴𝐵} 20
  • 21. KEJADIAN/PERISTIWA DAN NOTASI HIMPUNAN  Beberapa Aturan/Hukum dalam Himpunan 1. Hukum Penutup (law of Closure) Untuk setiap pasang himpunan A dan B, terdapat himpunan yang unik, yaitu himpunan A∪B dan A∩B 2. Hukum Komutatif (Commutative Law) A∪B = B∪A dan A∩B = B∩A 3. Hukum Asosiatif (Associative Law) (A∪B) ∪C = A∪ (B∪C) (A∩B) ∩C = A∩ (B∩C) 4. Hukum Distributive (Distributive Law) A∩ (B∪C) = (A∩B) ∪ (A∩C) A∪ (B∩C) = (A∪B) ∩ (A∪C) 5. Hukum Identitas (Identity Law) Ada himpunan ∅ dan S yang unik, sedemikian rupa sehingga untuk setiap himpunan A selalu berlaku persamaan A∩S = A dan A∩∅ = A∙∅ = himpunan kosong. 6. Hukum Komplementasi (Complementation Law) Bersesuaian dengan setiap himpunan A ada himpunan A, yang unik sedemikian rupa sehingga A∩A = ∅ dan A∪A = S. 21
  • 22. BEBERAPA ATURAN DASAR PROBABILITAS  ATURAN PENJUMLAHAN : Kejadian Saling Meniadakan Kejadian saling meniadakan (Mutually exclusive event) adalah kejadian di mana jika sebuah kejadian terjadi, maka kejadian ke dua tak akan terjadi. Misalkan, jika mata dadu 2 yang keluar, mata dadu 3 tak kan keluar. 𝑃 𝐴 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐵 = 𝑃 𝐴 ∪ 𝐵 = 𝑃 𝐴 + 𝑃(𝐵) Untuk tiga kejadian A, B, C saling meniadakan ditulis : 𝑃 𝐴 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐵 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐶 = 𝑃 𝐴 ∪ 𝐵 ∪ 𝐶 = 𝑃 𝐴 + 𝑃 𝐵 + 𝑃(𝐶) 22
  • 23. BEBERAPA ATURAN DASAR PROBABILITAS  Contoh 13.3 Sebuah mesin otomatis pengisi kantong plastik dengan campuran beberapa jenis sayuran menunjukan bahwa sebagian besar kantong plastik berisi sayuran tersebut memuat berat yang benar dan ada yang lebih berat ada yang lebih ringan, pengecekan 4.000 paket sebagai berikut : Hitung berapa probabilitas bahwa sebuah paket tertentu beratnya akan lebih ringan atau lebih berat dari berat standar? Penyelesaian : P (A atau C) = 𝑃(𝐴∪𝐶) =𝑃(𝐴)+𝑃(𝐶) = 0,025 + 0075 = 0,10 atau 10% 23 Berat Kejadian Jumlah Paket Probabilitas Lebih Ringan A 100 0,025 Standar B 3600 0,900 Lebih Berat C 300 0,075 Jumlah 4000 1,000
  • 24. BEBERAPA ATURAN DASAR PROBABILITAS  ATURAN PENJUMLAHAN : Kejadian Tidak Saling Meniadakan Jika dua kejadian saling berinteraksi (beririsan), probabilitasnya disebut sebagai probabilitas bersama (joint probability). Aturan umumnya pada dua kejadian A dan B ditulis : 𝑃 𝐴 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐵 = 𝑃 𝐴 + 𝑃 𝐵 − 𝑃(𝐴 𝑑𝑎𝑛 𝐵) Atau 𝑃 𝐴 ∪ 𝐵 = 𝑃 𝐴 + 𝑃 𝐵 − 𝑃(𝐴 ∩ 𝐵) 24
  • 25. BEBERAPA ATURAN DASAR PROBABILITAS  ATURAN PENJUMLAHAN : Kejadian Tidak Saling Meniadakan Contoh 13.4 : Departemen Pariwisata survey dengan sampel 200 wisatawan yang mengunjungi Jakarta. Hasilnya 120 orang telah mengunjungi Taman Mini Indonesia Indah (TMII) dan 100 orang telah mengunjungi Taman Impian Jaya Ancol (Ancol). Berapa probabilitas bahwa seorang wisatawan tersurvey telah mengunjungi TMII atau Ancol jika 60 orang mengunjungi kedua tempat tersebut? Penyelesaian : P (TMII atau TIJA) = P (TMII) + P(Ancol) – P(TMII dan Ancol) = 120 200 + 100 200 − 60 200 =0,80 (80%) 25
  • 26. BEBERAPA ATURAN DASAR PROBABILITAS  ATURAN PERKALIAN : Kejadian Tak Bebas (Bersyarat) Probabilitas terjadinya kejadian A dengan syarat bahwa B sudah terjadi atau akan terjadi disebut probabilitas bersyarat (conditional probability), atau biasa ditulis P(A/B). Rumusnya : a) P 𝐴/𝐵 = 𝑃(𝐴∩𝐵) 𝑃(𝐵) b) P 𝐵/𝐴 = 𝑃(𝐴∩𝐵) 𝑃(𝐴) Dengan demikian P(A∩B) = P(A)P(B/A) = P(B)P(A/B) 26
  • 27. BEBERAPA ATURAN DASAR PROBABILITAS  ATURAN PERKALIAN : Kejadian Tak Bebas (Bersyarat) Contoh 13.5 : sebuah dadu dilemparkan ke atas sebanyak dua kali, dan X adalah jumlah mata dadu dari hasil lemparan tersebut. Apabila lemparan yang pertama keluar mata 2, dan lemparan kedua keluar mata 4, maka X = 2 + 4 = 6. Juga apabila pada lemparan pertama yang keluar mata 3 dan yang kedua 5, X = 8, dan seterusnya. Jika A = { x : x < 5} dan B = {x : x suatu bilangan ganjil}, hitunglah P(A/B) dan P(B/A)! 27 I II 1 2 3 4 5 6 1 11 12 13 (14) 15 (16) 2 21 22 (23) 24 (25) 26 3 31 (32) 33 (34) 35 (36) 4 (41) 42 (43) 44 (45) 46 5 51 (52) 53 (54) 55 (56) 6 (61) 62 (63) 64 (65) 66
  • 28. BEBERAPA ATURAN DASAR PROBABILITAS  ATURAN PERKALIAN : Kejadian Tak Bebas (Bersyarat) Contoh 13.5 : Penyelesaian S = 36 titik = 36 hasil eksperimen (N = 36) A = X kurang dari 5 ada 6, a = 6 B = X bilangan ganjil ada 18, b = 18 (𝐴∩𝐵) = 2 (12 dan 21), semuanya memberikan nilai X kurang dari lima dan ganjil) (c = 2) P(𝐴/𝐵) = 𝑃(𝐴∪𝐵) 𝑃(𝐵) P(B/A) = 𝑃(𝐴∪𝐵) 𝑃(𝐵) = 𝑐/𝑁 𝑏/𝑁 = 𝑐/𝑁 𝑎/𝑁 = 𝑐 𝑏 = 2 18 = 0,11 (11%) = 𝑐 𝑎 = 2 6 = 0,33 (33%) 28
  • 29. BEBERAPA ATURAN DASAR PROBABILITAS  ATURAN PERKALIAN : Kejadian Bebas (Independent Event)  Dua kejadian atau lebih dikatakan kejadian bebas apabila teradinya kejadian tersebut tidak saling mempengaruhi. Dua kejadian A dan B, A tidak mempengaruhi B dan sebaliknya.  Jika A dan B merupakan kejadian bebas, maka P(A/B) = P(A) dan P(B/A) = P(B) 𝑃 𝐴 ∩ 𝐵 = 𝑃 𝐴 𝑃 𝐵 = 𝑃 𝐵 𝑃(𝐴) (A dan B merupakan kejadian bebas)  Kenyataanya kejadian bebas jarang terjadi karena, pada dasarnya, antara kejadian satu dengan lainnya saling mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak. Contohnya : kejadian pasang surut Kali Ciliwung di Jakarta dengan harga motor Honda, banyaknya hujan di Sumatra dengan naiknya produksi padi di Jawa. 29
  • 30. BEBERAPA ATURAN DASAR PROBABILITAS  ATURAN PERKALIAN : Kejadian Bebas (Independent Event) Contoh 13.6 : Satu mata uang Rp500 dilemparkan ke atas sebanyak dua kali. Jika A1 adalah lemparan pertama yang mendapat gambar garuda (B), dan A2 adalah lemparan kedua yang mendapatkan gambar garuda (B), berapakah P(A1∩A2) ? Penyelesaian : Karena pada pelemparan pertama hasilnya tidak mempengaruhi pelemparan kedua dan P(A1) = P(B) = 1 2 P(A2) = P(B) = 1 2 Maka P(A1∩A2) = P(A1)P(A2) = P(B)P(B) = 1 2 × 1 2 = 1 4 30