SlideShare a Scribd company logo
1 of 19
Download to read offline
MENDORONG PRODUKTIVITAS,
MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN BANGSA
Yang terhormat,
Pimpinan dan anggota Majelis Wali Amanat ITB,
Pimpinan dan anggota Senat Akademik ITB,
Rektor dan Wakil Rektor ITB,
Pimpinan dan anggota Forum Guru Besar ITB,
Ketua dan Anggota Tim Promotor,
Serta para undangan dan hadirin sekalian,
Assalaamu’alaikum Wr. Wb dan Salam Sejahtera,
Sungguh suatu kehormatan bagi saya, untuk menjadi penerima Doktor Honoris Causa dari
institusi penting seperti ITB. Ijinkan saya pada kesempatan ini mengucapkan terima kasih
dan menyampaikan penghargaan yang tinggi, khususnya kepada civitas akademika ITB.
Saya berdiri di sini bukanlah sebagai seorang akademisi yang mengupas teori, tetapi untuk
berbagi pengalaman saya yang selama lebih dari 50 tahun di dunia bisnis, politik dan
pemerintahan. Oleh karenanya, ijinkanlah saya menyampaikan pidato yang merupakan
uraian dari beberapa pengalaman tersebut dalam melaksanakan proyek, menjalankan
program atau menciptakan produk dengan hasil yang lebih baik dan cara yang lebih
efisien; dalam kata lain melalui upaya peningkatan produktivitas.
Para hadirin yang terhormat,
Saat ini terdapat hampir 200 negara di dunia dengan berbagai variasi. Ada negara yang
memiliki kekayaan alam berlimpah, ada pula yang tidak. Ada negara berpopulasi besar,
ada juga yang kecil. Ada negara yang terletak di daerah beriklim panas, ada pula yang
dingin. Terlepas dari variasi tersebut, seluruh bangsa memimpikan kemakmuran, dimana
saat ini Produk Domestik Bruto per-kapita (PDB per-kapita) adalah ukuran yang paling
banyak dipakai.
Data PDB per-kapita menunjukkan tidak adanya kaitan yang kuat antara jumlah populasi
suatu negara dengan dengan tingkat kemakmuran. Ada negara berpopulasi besar yang
makmur, ada juga yang miskin. Hal yang sama juga terjadi pada negara berpopulasi kecil.
Fakta juga menunjukkan tidak adanya korelasi yang kuat antara letak geografis suatu
negara dengan tingkat kemakmuran. Ada negara di lingkar kutub, sub-tropis dan tropis
yang makmur, tetapi ada juga yang miskin.
Kekayaan alam pun bukan merupakan jaminan kemakmuran. Banyak negara makmur
tetapi memiliki kekayaan alam yang terbatas, sebaliknya banyak negara yang kaya dengan
sumber daya alam tetapi justru gagal mewujudkan kemakmuran. Bahkan kekayaan alam
seringkali membuat suatu bangsa terjebak dalam kebijakan yang salah dan konflik
berkepanjangan; fenomena yang sering disebut dengan natural resources trap atau Dutch
deseases. Mereka fokus pada upaya mengeksploitasi, lupa berkreasi.
Lalu, apa yang sebenarnya menjadi kunci bagi kemakmuran bangsa? Apa yang menjadi
kesamaan negara-negara makmur? Berbagai studi menunjukkan bahwa semangat dan
produktivitas adalah kunci. Negara dengan produktivitas tinggi, akan mampu
memproduksi barang dan jasa melebihi kebutuhannya. Selisih antara apa yang diproduksi
dan dikonsumsi memungkinkan mereka melakukan investasi yang pada gilirannya
mendongkrak produktivitas dan kemakmuran ke taraf yang lebih tinggi lagi.
Para hadirin yang berbahagia,
PDB merupakan agregat produksi dan pendapatan kita. Ia menggambarkan ukuran kue
ekonomi yang dapat dinikmati oleh seluruh bangsa Indonesia. Pertumbuhan PDB yang
tinggi dan berkesinambungan merupakan kunci bagi kita untuk dapat bergeser dari
middle income saat ini, menjadi high middle income dalam jangka menengah, untuk
memasuki high income dalam jangka panjang.
Untuk terhindar dari middle income trap dan mampu tinggal landas menjadi negara maju,
ekonomi kita harus selalu tumbuh diatas enam persen per-tahun dalam 20 tahun
mendatang. Jika gagal mewujudkan tingkat pertumbuhan yang meyakinkan, maka kita
berpotensi kehilangan momentum bonus demografi, dan akan menjadi tua sebelum kaya.
Sejalan dengan pengalaman bangsa-bangsa di dunia, pertumbuhan yang tinggi dan
berkelanjutan tersebut hanya akan terwujud jika bangsa Indonesia mampu meningkatkan
produktivitas SDM dan produktivitas pemanfaatan kapital, baik itu di perusahaan maupun
di instansi pemerintahan.
Paul Krugman, pemenang Nobel bidang ekonomi, mengatakan bahwa suatu negara akan
mampu tumbuh berkelanjutan dengan inspiration not perspiration, dengan inspirasi
bukan hanya dengan memeras keringat. Artinya, peningkatan jumlah SDM dan modal
adalah penting, tetapi kualitas SDM dan investasi jauh lebih penting. Saat ini kerja cerdas
seringkali lebih menentukan daripada sekedar kerja keras.
Penurunan tingkat kemiskinan di Indonesia dari kisaran 60 persen di tahun 70-an menjadi
di bawah 10 persen saat ini, tidak terlepas dari sukses upaya meningkatkan produktivitas
terutama di sektor pertanian. Kombinasi Revolusi Hijau melalui perbaikan bibit, pupuk,
irigasi dan akses kredit lewat BIMAS/INMAS serta Revolusi Pendidikan melalui pendirian
SD/SMP Inpres di seluruh pelosok Indonesia, telah berhasil meningkatkan produktivitas.
Produktivitas pertanian pun meningkat dari hanya tiga ton padi per-hektar pada era 70-
an, menjadi sekitar lima ton per-hektar saat ini. Peningkatan ini berbanding lurus dengan
perbaikan tingkat kemakmuran rakyat. Proses seperti ini tidak boleh berhenti demi
perbaikan ekonomi, khususnya di pedesaan. Dengan luas lahan yang terbatas,
peningkatan produktivitas merupakan solusi bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat
pedesaan.
Pada akhir 80-an investasi di bidang industri dan jasa mulai dilakukan, membawa
produktivitas nasional ke taraf yang lebih tinggi yang dilakukan oleh swasta dalam negeri
ataupun asing, sejalan dengan infrastruktur yang dibangun Pemerintah.
Bagi Indonesia, peningkatan produktivitas akan berdampak besar, apalagi saat ini masih
terdapat gap produktivitas yang lebar antara berbagai jenis usaha; misalnya, kesenjangan
produktivitas antara usaha kecil, usaha menengah dan usaha besar. Bahkan di BUMN
yang seharusnya lebih terorganisir, kesenjangan ini masih lebar. Jika kita berhasil
menekan kesenjangan tersebut, maka produktivitas nasional akan terdongkrak.
Produktivitas meningkat pada dasarnya apabila kita dapat memproduksi atau
menjalankan kegiatan dengan lebih baik, lebih murah dan lebih cepat.
Para hadirin yang berbahagia,
Ijinkan dalam kesempatan ini saya berbagi pengalaman dalam upaya meningkatkan
produktivitas, baik di sektor swasta maupun di pemerintahan. Banyak pihak terlibat
dalam pengalaman yang akan saya sampaikan, tanpa kontribusi mereka keberhasilan ini
tidak akan pernah ada. Saya merasa bangga dan bahagia pernah bekerja bersama mereka
semua.
Pertama, menjadikan Bukaka produsen dan eksportir garbarata. Dirintis bersama lima
insinyur muda ITB diawal tahun-80 an – Ahmad Kalla, Fadel, Imron, Erwin dan Azhary;
Bukaka mempunyai visi untuk mendorong inovasi teknologi dan meningkatkan peran
produk nasional. Pembangunan Bandara Soekarno-Hatta tahap 2, pada era 90-an
merupakan salah satu momen penting bagi Bukaka, perusahaan yang namanya diambil
dari nama kampung kami di Bone. Proyek strategis nasional itu menjadi titik awal bagi
kiprah Bukaka di dunia internasional, sebagai satu dari hanya lima produsen garbarata di
dunia; empat lainnya dari Amerika Serikat, Jerman, China dan Jepang.
Bukaka memandang rencana pemerintah membangun tahap 2 bandara tersebut sebagai
kesempatan besar. Bukaka melakukan observasi tentang apa saja yang bisa
dikontribusikan. Sebagai perusahaan enjiniring, perhatian tertuju pada boarding brigde
yang berfungsi untuk mengantarkan penumpang dari terminal menuju pesawat. Selain
menarik secara bisnis, fasilitas yang relatif baru saat itu sangat menantang dari sisi ilmu
rekayasa. Kendatipun belum mempunyai pengalaman, kami yakin Bukaka bisa mendisain
dan mewujudkannya.
Bukaka pun mengirim tim insinyur ke berbagai bandara terbaik di dunia, untuk melihat
garbarata. Selain mengamati dan memotret, tim pun melakukan diskusi-diskusi informal
dengan para teknisi dan operator di beberapa bandara tersebut. Paling tidak tim
memahami komponen utama garbarata berikut merk-nya. Tim kemudian memetakan
dari mana komponen tersebut diperoleh dan perkiraan harganya. Setelah data
terkumpul, para insinyur kemudian menyusun disain garbarata nasional, berikut
anggarannya. Tanpa disadari sebenarnya saat itu Bukaka sedang melakukan apa yang
para pakar sebut sebagai reverse engineering.
Akhirnya, Bukaka pun berpartisipasi dalam tender penyediaan garbarata dengan modal
disain dan tekad. Saya yakinkan beberapa menteri, termasuk Pak Habibie sebagai Menteri
Ristek saat itu, bahwa kita mampu. Saya sampaikan bahwa beliau bisa membangun
pesawat terbang, masa jembatannya saja kami tidak mampu bangun; dan beliau pun
mendukung rencana kami.
Akhirnya Bukaka masuk dalam shortlisted. Kendatipun memiliki harga penawaran yang
lebih rendah, Bukaka dikalahkan oleh perusahaan yang dekat dengan pusat kekuasaan,
keluarga Pak Harto. Sesungguhnya perusahaan tersebut hanya berperan sebagai agen
dari produsen garbarata asing. Nuansa KKN memang sangat kental saat itu.
Saya pun mendatangi pengusaha yang bersangkutan. Saya sampaikan bahwa kami
menawarkan produk dalam negeri, sesuatu yang dianjurkan oleh Presiden saat itu. Lalu
saya katakan bahwa proyek itu kecil bagi mereka, tetapi adalah hidup-mati bagi ribuan
karyawan Bukaka dan puluhan ribu keluarganya. Saya juga sampaikan bahwa saya orang
Bugis yang lebih baik mati berdarah daripada mati kelaparan. Dia pun terkejut lalu
mundur. Akhirnya Bukaka pun mendapatkan proyek tersebut dan Pak Harto kemudian
memberi nama Garbarata pada produk tersebut.
Proyek garbarata Bandara Soekarno-Hatta menjadi pembelajaran sekaligus batu pijakan
bagi Bukaka untuk merambah dunia internasional. Hingga saat ini produk Bukaka, telah
dipakai di banyak bandara terbaik di dunia, mulai dari Singapura, Jepang, Thailand, India,
Malaysia, Myanmar, Hongkong, hingga Chile. Bukaka menjadi pemain dunia karena fakor
kualitas dan harga artinya produktivitas; hal ini tentunya sangat membanggakan kami.
Kedua, Konversi Energi. Pada tahun 2005 terjadi krisis energi sehingga harga minyak naik
mencapai US $ 70 per barrel. Sebagai antisipasi, Pemerintah mengambil tiga kebijakan:
menaikkan harga BBM, menghemat pemakaian listrik, dan mengkonversi minyak tanah
ke gas LPG. Pada periode awal pemerintahan SBY-JK, kemampuan pemerintah
menjalankan program pembangunan sangatlah terbatas akibat situasi fiskal yang sulit.
Pada tahun 2005, subsidi energi mencapai Rp 94 triliun, atau mewakili 21 persen belanja
negara. Mengurangi subsidi merupakan langkah yang harus ditempuh.
Pada bulan Maret dan Oktober 2015, harga BBM dinaikkan 120 persen; kendatipun
demikian suasana tetap tenang karena dibarengi dengan pemberian Bantuan Langsung
Tunai (BLT) kepada masyarakat miskin. Selain itu, keputusan menaikkan harga
dilaksanakan diawal bulan puasa sehingga sulit menggerakkan masyarakat untuk
berdemo. Pasca kenaikan harga BBM, saya melihat adanya peluang penguatan fiskal lebih
lanjut dengan mengurangi subsidi minyak tanah melalui konversi ke sumber energi yang
lebih murah. Saat itu subsidi minyak tanah telah mencapai lebih dari 40 persen subsidi
energi, dengan tingkat kebocoran subsidi mencapai 20-30 persen. Di sisi lain, minyak
tanah adalah produk yang inferior, selain berbau dan berasap, ia juga berbahaya – saat
itu kompor meledak yang seringkali menyebabkan kebakaran rumah umum terjadi. Kita
perlu alternatif lain.
Kami melakukan studi dan percobaan di rumah, di Bukaka dan di Universitas Trisakti.
Percobaan tersebut menunjukkan bahwa kalori dalam satu liter minyak tanah setara
dengan kalori dalam 0,4 kilogram gas LPG; artinya harga per-kalori gas LPG jauh lebih
rendah daripada minyak tanah. Akhirnya gas LPG pun diputuskan menjadi pilihan
pengganti. Tetapi konversi minyak tanah bukan masalah teknis semata, ia juga masalah
mindset, budaya dan keuangan. Perlu waktu dan investasi besar untuk menjalankan
rencana, padahal situasi fiskal negara memerlukan solusi cepat.
Akhirnya, diambil beberapa langkah strategis yang dilaksanakan secara bersamaan.
Pemerintah menugaskan Pertamina sebagai kordinator pelaksana. Krakatau Steel
ditunjuk sebagai suplier jutaan ton baja, melalui kontrak jangka panjang. Lebih dari 40
perusahaan pabrikasi tabung ikut tumbuh dan terlibat dalam program tersebut. Mereka
memproduksi 125 juta tabung gas LPG dan 60 juta kompor gas dalam waktu singkat.
Ukuran tabung dibuat relatif kecil (tiga kilogram) sehingga mudah dipindahkan oleh ibu
rumah tangga dan gampang dijinjing oleh para pedagang kaki lima, bahkan warna tabung
pun dipilih warna yang netral agar tidak diasosiasikan dengan partai tertentu. Harga satu
tabung gas LPG juga didisain setara dengan biaya minyak tanah seminggu yaitu Rp.
14.000,- selain itu tabung gas LPG pertama termasuk isi dan kompor dibagikan secara
gratis untuk dicoba oleh masyarakat.
Setelah gas LPG disiapkan, fasilitas stasiun pengisian dibangun di berbagai daerah dalam
jumlah yang memadai dan edukasi masyarakat telah dilaksanakan, maka subsidi minyak
tanah pun dicabut secara bertahap (per-provinsi) untuk diganti dengan gas LPG tiga
kilogram. Sebagian masyarakat melakukan protes karena harus membeli minyak tanah
dengan harga yang jauh lebih mahal, tetapi mayoritas mulai melakukan konversi. Mereka
yang tadinya menolak pun akhirnya ikut bergabung.
Program edukasi dan insentif yang tepat ternyata mampu mengubah pola hidup 60 juta
keluarga yang sudah terbiasa memakai minyak tanah selama 50 tahun. Alhasil, proses
konversi pun tuntas dalam waktu tiga tahun dan oleh Asosiasi Gas International program
ini dinilai sebagai salah satu yang tercepat dan terbaik di dunia. Pasca kebijakan konversi,
banyak negara datang ke Indonesia untuk belajar dan saya pun diundang berbicara di
banyak forum untuk berbagi pengalaman.
Bagaimana dengan sumber pembiayaan program konversi minyak tanah? Biaya subsidi
minyak tanah saat itu mencapai sekitar Rp 40 triliun per-tahun, sedangkan biaya konversi
hanya sekitar Rp 20 triliun. Artinya, biaya konversi setara dengan 50 persen biaya subsidi
minyak tanah dalam satu tahun; padahal penghematan subsidi akan terus terjadi selama
bertahun-tahun. Jika kita perhitungkan keuntungan non finansial berupa penurunan
polusi udara, peningkatan kenyamanan dan keamanan, maka manfaat program ini akan
jauh lebih besar lagi. Artinya produktivitas negara dan rumah tangga naik.
Dewasa ini subsidi LPG meningkat karena selama 14 tahun harga LPG tidak pernah
berubah.
Ketiga, mengubah pembangunan bandara di Indonesia. Berbagai bandara terbaik di
dunia memiliki kesamaan, yaitu nyaman, efisien dan simpel. Prinsipnya sederhana saja,
bandara harus memungkinkan penumpang yang baru mendarat untuk segera
meninggalkan bandara, dan memfasilitasi penumpang yang akan terbang untuk
menikmati suasana sambil menunggu keberangkatan.
Bandara Sultan Hasanuddin di Makasar dan Bandara Kuala Namu di Medan adalah dua
bandara pertama di Indonesia yang didisain menggunakan prinsip-prinsip di atas.
Sebelum keberadaan kedua bandara tersebut, pembangunan bandara di Indonesia selalu
melibatkan arsitek asing dengan disain yang didominasi oleh unsur bangunan adat yang
seringkali mengorbankan faktor kenyamanan, fungsi dan efisiensi. Bandara Soekarno-
Hatta di Banten bergaya Jawa, Bandara Juanda di Surabaya, dan Bandara Minangkabau di
Padang adalah beberapa dari banyak contoh.
Mindset bahwa bandara harus didominasi oleh unsur adat setempat juga terjadi dalam
proses penentuan disain Bandara Kuala Namu di tahun 2006. Saya mendorong agar
segera dibangun bandara baru di Medan karena bandara Polonia sudah tidak memadai
lagi. Kemudian Kementrian Perhubungan dan Pemda Sumatera Utara membuat dua
alternatif disain, yaitu disain adat Batak dan adat Melayu. Saya katakan kepada Gubernur
Sumut saat itu, jika yang dipilih adalah disain adat Batak, maka masyarakat Melayu pasti
akan protes dan demikian juga sebaliknya; padahal sesungguhnya suku terbanyak yang
tinggal di Sumatera Utara adalah suku Jawa.
Karena Gubernur Sumut pada waktu itu tidak berani merubah dengan alasan aspirasi
masyarakat, akhirnya saya, sebagai Wakil Presiden, memutuskan agar bandara
mengedepankan disain modern yang mengutamakan fungsi, efisiensi dan kenyamanan.
Saya juga menginstruksikan agar disain dan konstruksi dilakukan sepenuhnya oleh arsitek
dan insinyur Indonesia, dengan menggunakan material dalam negeri. Akhirnya, setelah
melakukan desain ulang, terwujudlah Bandara Kuala Namu seperti yang dapat kita lihat
saat ini, yang menjadi kebanggaan masyarakat Sumut.
Diskusi dan proses yang sama juga terjadi sebelumnya pada tahun 2005 saat membangun
bandara Sultan Hasanuddin di Makasar. Pada awalnya bandara baru tersebut didisain
dengan gaya Bugis dan Toraja oleh arsitek Perancis, dengan dana pinjaman dari Perancis.
Karena disain dan biaya tidak sesuai dengan harapan, saya pun meminta untuk
dibatalkan.
Pemerintah pun memutuskan agar disain dan pelaksanaan kontruksi dilakukan oleh
arsitek dan kontraktor nasional, dengan dana dalam negeri dan material produk sendiri.
Sama dengan pengalaman proyek garbarata, saya tugaskan para arsitek kita untuk pergi
mempelajari dan mengamati bandara-bandara modern di beberapa negara di kota
dengan penduduk lebih dari 10 juta jiwa. Alhamdulillah, dengan tenaga dan sumberdaya
sendiri, akhirnya terwujudlah bandara seperti yang bisa kita lihat dan nikmati saat ini.
Bandara tersebut tuntas dengan proses pembangunan yang lebih cepat dan dan biaya
yang lebih murah yaitu sekitar 40 persen dari disain awal oleh arsitek Perancis; biaya
berhasil dihemat dari semula Rp. 4,5 triliun menjadi hanya Rp. 1,8 triliun.
Pembangunan dua bandara yang mengedepankan prinsip kemandirian dan fungsional
tersebut telah mengubah mindset kita tentang pembangunan bandara yang ideal dan
tentang kemampuan insinyur-insinyur kita dalam membangunnya. Saat ini, jika bepergian
keliling Indonesia, kita akan menemukan bandara-bandara yang nyaman, efisien, estetis
dan modern; yang lebih membanggakan, bandara-bandara tersebut merupakan karya
para anak bangsa, dengan material dan pendanaan dari dalam negeri.
Keempat, mewujudkan panser produk Indonesia. Pada awal tahun 2000-an, kondisi
perlengkapan militer kita sangat memprihatinkan. Jangankan untuk bertempur, sekedar
untuk latihan atau bahkan menjalankan tugas rutin saja kendaraan tempur kita jauh dari
layak sehingga sering terjadi kecelakaan dimana putra-putri terbaik bangsa menjadi
korban. Bahkan dalam operasi militer, seperti di Aceh, TNI memanfaatkan mobil truk
biasa yang dilapisi batang pohon kelapa atau plat baja biasa sebagai kendaraan
pengangkut tentara. Pada saat yang bersamaan, kita tidak mempunyai keleluasaan fiskal
untuk pengadaan persenjataan.
Berbagai solusi pun dicari. Kami mengunjungi PT. Pindad (Persero) di Bandung, untuk
melihat kapasitas mereka memproduksi kendaraan tempur. Hasilnya, Pindad saat itu
tidak mempunyai sistim industri dan kapabilitas untuk memproduksi panser, tetapi jika
upaya dilakukan secara kolaboratif dengan berbagai pihak kami yakin Pindad bisa. Dalam
berbagai pameran ada panser prototipe yang dibuat tapi tidak bisa diproduksi dan
operasional di lapangan
Tim kami pun mulai menganalisa komponen-komponen utama panser, yang ternyata
terdiri dari baja anti peluru, mesin, elektronik, persenjataan dan chasis. Kami kumpulkan
beberapa pihak yang mempunyai keahlian dibidang itu, kami adakan diskusi dengan
mengundang PT. Pindad (Persero), PT. Krakatau Steel (Persero), PT. LEN Industri
(Persero), PT. United Tractor, PT. Bukaka serta beberapa pakar dari BPPT dan ITB. Sangat
menggembirakan, ternyata mereka semua mempunyai keahlian yang dibutuhkan.
Hampir seluruh bagian panser dapat diproduksi oleh Pindad, kecuali mesin dan
perlengkapan persenjataan yang tetap harus diimpor dari Eropa. Dalam waktu singkat,
dengan bantuan dari para pelaku industri, Pindad pun bertransformasi dari sebuah
bengkel besar menjadi industri manufaktur persenjataan.
Permasalahan pembiayaan pun dipecahkan dengan mengundang PT. Bank Rakyat
Indonesia untuk memberikan kredit modal awal. Dengan cara pikir konvensional, proyek
ini tidak akan layak mendapat pinjaman, tetapi dengan kreatifitas finansial dan demi
kepentingan nasional, program ini pun layak dibiayai. BRI minta jaminan Menteri
Keuangan, Menteri Keuangan minta rencana Bappenas, Bappenas minta usulan
Departemen Pertahanan. Proses birokrasi ini selesai dalam 3 hari.
Pada tahun 2006 sebanyak 70 panser type APS-3 ANOA diserahterimakan ke TNI. Hingga
saat ini telah diproduksi lebih dari 400 unit panser Anoa dengan harga sekitar 50 persen
dari harga impor, bahkan panser Anoa telah memenuhi spesifikasi UN dan dipakai oleh
Pasukan Pemelihara Perdamaian di berbagai wilayah konflik. Beberapa negara pun telah
menggunakan panser kebanggaan Indonesia tersebut sebagai kendaraan tempur mereka.
Babak baru telah kita masuki. Dengan kekuatan sendiri, PT. Pindad (Persero) berhasil
memproduksi panser serta tipe2 lainnya. Prestasi ini tidak saja merupakan kebanggaan,
tetapi juga berpotensi menekan impor dan mendongkrak ekpsor, selain meningkatkan
kemandirian kita di bidang persenjataan.
Kelima, PLTA yang mandiri. Untuk mengantisipasi dunia bisnis yang terus berubah dan
belajar dari pengalaman bisnis berbagai bidang, termasuk telekomunikasi, Kalla Group
memutuskan untuk fokus pada bisnis yang stabil dalam jangka panjang. Kami yakin listrik
memenuhi kriteria tersebut. Kehidupan modern akan selalu membutuhkan listrik dan
teknologi listrik tidak cepat berubah seperti teknologi telekomunikasi. Di bidang listrik
pun kami fokus pada PLTA karena energi terbarukan, yang tidak memerlukan batu-bara,
minyak bumi, atau gas yang harganya naik turun mengikuti supply-demand dunia dan nilai
tukar Rupiah. Selain itu PLTA adalah energi bersih dan hijau yang sesuai dengan komitmen
pemerintah dan dunia untuk menjaga lingkungan yang kami sebut “Cahaya dari air”
PLTA pertama kami bangun di Kawasan Danau Poso Sulawesi Tengah, yang baru damai
dari konflik besar, yaitu PLTA Poso II dengan kapasitas 195 MW; proses konstruksi dimulai
tahun 2005 yang diselesaikan dalam tujuh tahun. Dilanjutkan Poso I tahun 2017 dengan
kapasitas mencapai 125 MW yang akan selesai dalam tiga tahun. Dari sisi kesulitan
struktur, Poso I lebih kompleks tetapi dapat diselesaikan dengan lebih cepat, karena
pembelajaran dari PLTA Poso II. Setelah membangun Poso II dan Poso I, kami memulai
konstruksi PLTA Malea di Toraja (300 MW) dan PLTA Kerinci di Jambi. Dari sisi kerumitan
disain dan pengerjaan, Malea dan Kerinci jauh lebih sulit daripada Poso I, karena harus
membuat terowongan sepanjang 10 km dan 14 km, menembus gunung. Keduanya
direncanakan akan mulai beroperasi di tahun 2020 dan tahun 2023.
Sesuai dengan filosofi kemandirian yang kami miliki, dalam proyek ini pun kami
mengandalkan para insinyur Indonesia, baik dalam proses disain, pembangunan dan
operasional.
Kalaupun melibatkan ahli dari luar negeri, mereka sebatas sebagai reviewer atas disain
yang dibuat oleh para insinyur Bukaka, untuk memastikan bahwa proyek memenuhi
standar internasional.
Setelah tujuh tahun, pada tahun 2012 PLTA Poso II mulai beroperasi. Saat hari pertama
beroperasi, saya sedang melakukan perjalanan ke Rumania untuk berbicara di suatu
konferensi; dari lobi sebuah hotel di Bucharest, melalui hand phone sederhana, saya bisa
memantau saat listrik pertama dihasilkan. Bahkan, lewat handphone itu juga saya bisa
memonitor keadaan PLTA dengan sangat detail. Sistim monitoring handal ini juga
dikembangkan oleh para ahli Indonesia dari Bandung.
Pembangunan PLTA memberikan pengalaman berharga. Kita selalu dihadapkan pada
keadaan dimana kita tidak punya pilihan. PLTA harus dibangun di lokasi energi itu berada,
tidak peduli betapa sulit tantangan alam yang harus dihadapi. Untungnya, dalam proses
pembangunan PLTA pertama hingga ke empat, seolah Allah SWT memberikan
kesempatan bagi kami untuk belajar secara bertahap dari tingkat dasar menuju tingkat
mahir. Tantangan PLTA Poso II lebih mudah dari Poso I, Poso I lebih mudah dari Malea,
dan akhirnya sampai pada tantangan terberat yaitu PLTA Kerinci.
Saat ini, para insinyur dan teknisi lulusan universitas, politeknik dan STM dari seluruh
Indonesia, sudah lebih dari siap untuk membangun PLTA di mana pun walau mempunyai
tingkat kesulitan yang tinggi. Hal ini tentunya merupakan prestasi yang menggembirakan,
karena dimasa lalu setiap pembangunan PLTA di Indonesia, selalu tergantung pada
insinyur, konsultan dan pendananaan asing, yang tentunya dengan biaya yang lebih
mahal.
Keenam, Asian Games 2018. Poduktivitas bukan hanya dalam membuat sesuatu berupa
phisik, tetapi juga dalam melaksanakan program atau proyek dengan prinsip lebih baik,
lebih cepat dan lebih murah dengan sistim yang lebih sederhana.
Asian Games di Jakarta-Palembang telah selesai bulan Agustus/September 2018 yang lalu,
dan membanggakan bangsa dengan 3 sukses, sukses pembangunan prasarana,
pelaksanaan dan prestasi.
Pelaksanaan Asian Games dengan Keputusan Presiden sudah berjalan 4 tahun sebelum
pelaksanaan, namun sampai awal tahun 2017 belum banyak kemajuan dan rencana, OCA
(Olympic Council of Asia) sudah memberi warning akan hal tersebut.
Karena itu Presiden memberikan tugas kepada saya untuk menyelesaikan Asian Games
itu dengan sisa waktu 15 bulan pada bulan Mei 2017 sebagai Ketua Dewan Pengarah. Hal
pertama yang saya lakukan adalah menyederhanakan organisasi dari sebelumnya 4
tingkat, yaitu pengarah, penanggung jawab, penyelenggara dan pelaksana (INASGOC)
yang diketuai oleh Eric Thohir. Sedang pembangunan sarana tetap oleh Menteri PUPR
dengan anggaran tersendiri. Dibidang prestasi, sebelumnya 3 jenjang Menteri Olah Raga.
Setelah ....................... di cabang olah raga, menjadi chief de misson dan KONI langsung
ke cabang OR. Sedangkan urusan di daerah tetap oleh Gubernur DKI dan Gubernur
Sumsel.
Anggaran pelaksanaan semula dibuat oleh tim yang lama sebesar Rp. 8,5 T, setelah
dipelajari kita potong menjadi hanya Rp. 4,5 T, dengan efisiensi dan renegosiasi dengan
OCA dan para sponsor dan vendor.
Dengan kecepatan organisasi yang lebih sederhana serta transparansi anggaran serta
INASGOC yang diisi oleh tenaga-tenaga dari mantan TNI POLRI dan para profesional dapat
bekerja dengan efektif. Pengawasan dan rapat dilakukan setiap bulan untuk semua
bidang sehingga terjadi koordinasi yang baik.
Dengan cara tersebut Asian Games 2018 berlangsung dengan semarak dan sukses
pembangunan sarana, penyelengaraan dan prestasi serta membanggakan, dan
mendapat apresiasi dari OCA dan IOC sebagai Asian Games yang paling sukses. Dengan
pengalaman itu Indonesia mengajukan minat menjadi penyelenggara Olimpiade tahun
2032.
Para Hadirin yang berbahagia,
Enam pengalaman di atas hanyalah sebagian dari begitu banyak pembelajaran yang saya
dapatkan dari perjalanan panjang di dunia bisnis, dunia politik dan pemerintahan. Hampir
kesemuanya secara langsung dan tidak langsung terkait dengan upaya meningkatkan
produktivitas. Saya pun baru menyadari, bahwa ternyata slogan yang selalu saya ucapkan
“Lebih Cepat Lebih Baik” adalah esensi produktivitas. Pada kesempatan ini, saya ingin
menyampaikan risalah dari pengalaman panjang tersebut. Semoga bermanfaat bagi para
hadirin terutama para generasi penerus.
Pertama, pentingnya keberanian dan ketegasan untuk memulai dan mengambil risiko.
Tim yang handal tanpa keberanian untuk memulai tidak akan mampu mewujudkan
rencana. Seperti mengayuh sepeda, kayuhan pertamalah yang paling berat, kayuhan
berikutnya akan terasa lebih mudah. Sesuatu yang awalnya sulit, lama kelamaan akan
menjadi ringan, karena manusia adalah mahluk pembelajar dan makluk yang cepat
belajar.
Cerita sukses garbarata, panser Anoa, konversi minyak tanah, pembangunan bandara,
dan pembangunan PLTA, tidak akan terjadi tanpa keberanian untuk memulai langkah
pertama dan mengambil risiko. Dalam konteks ini, keberanian dan ketegasan pemimpin
dalam mengambil keputusan sangat diperlukan. Ketika sang nakoda sudah memutuskan
maka kapal pun akan berlayar mencapai tujuan.
Kedua, pentingnya kualitas sumber daya manusia. Di era yang cepat berubah ini, kita
harus dapat menyesuaikan diri bahkan berusaha untuk ikut menjadi dirijen perubahan.
Tetap di tempat atau berjalan lambat berarti tertinggal. Inovasi untuk meningkatkan
produktivitas tidak boleh berhenti, dan ini memerlukan sumber daya manusia yang
mumpuni. Karena itulah, saya tidak pernah berhenti menyuarakan pentingnya kita
memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia.
Ketiga, pentingnya manajemen dan akumulasi knowledge. Setiap proyek merupakan
ajang pembelajaran bagi organisasi. Setiap tantangan dan halangan sesungguhnya adalah
berkah, karena ia memaksa kita untuk berpikir dan berusaha keras hingga menyentuh
batas kemampuan kita. Sayangnya, banyak institusi tidak mengelola pengalaman dan
knowledge tersebut dengan baik.
Akumulasi pengetahuan melalui knowledge management yang handal perlu dilakukan,
agar kita tidak melakukan kesalahan yang sama, dan agar kita bisa terus memperbaiki
cara kerja untuk mendongkrak produktivitas. Riset dan observasi yang dilakukan oleh
para senior dan pendahulu harus disimpan dengan baik, untuk dijadikan pembelajaran
bagi generasi selanjutnya.
Keempat, pentingnya peran entrepreneur. Sebenarnya ada begitu banyak bakat, otak
cerdas, semangat dan keahlian disekitar kita. Sayangnya berbagai kemampuan tersebut
seringkali berjalan sendiri-sendiri sehingga tidak berdampak bagi peningkatan
produktivitas ekonomi. Diperlukan entrepreneur yang mampu melihat peluang dan
menggabungkan potensi-potensi tersebut untuk berkolaborasi.
Indonesia tidak saja perlu lebih banyak entrepreneur, tetapi juga akademisi dan birokrat
yang berjiwa entrepreneurial; yaitu akademisi dan birokrat yang memandang tantangan
sebagai peluang dan berusaha mencari terobosan baru dengan tetap memperhitungkan
risiko dan mencari solusi bagi setiap permasalahan. Keberadaan sosok-sosok seperti
itulah yang akan menjadikan Indonesia lebih produktif di masa mendatang.
Kelima, pentingnya peranan Perguruan Tinggi. Produktivitas ataupun nilai tambah, tidak
bisa lepas dari peran ilmu dan teknologi yang keduanya didapat dari pendidikan dan riset
di perguruan tinggi. Begitu pula dengan SDM yang berkualitas, mereka adalah produk
perguruan tinggi dan pengalaman di lapangan; karenanya, perguruan tinggi berperan
penting dalam peningkatan produktivitas nasional.
Keenam, pentingnya wisdom. Almarhum Haji Kalla, ayah saya, pada saat melimpahkan
tanggung jawab untuk menjalankan perusahaan setelah krisis tahun 1967, berpesan agar
perusahaan kami harus selalu mendatangkan manfaat bagi semua pihak; yaitu bagi
masyarakat melalui produk yang bermanfaat, bagi pekerja melalui penghasilan yang
berkah, bagi negara melalui pajak yang dibayarkan, dan baru kemudian bagi pemilik
perusahaan melalui dividen yang dibagikan. Berbisnis harus dipandang sebagai ibadah,
yaitu sebagai cara untuk berbagi rejeki, membantu sesama serta peluang membayar zakat
dengan tepat.
Begitu juga dalam pemerintahan setiap kebijakan harus bermanfaat bagi seluruh
masyarakat untuk kemakmuran yang adil, karena itulah tujuan kita bernegara.
Dalam kata lain, Pemerintah dan bisnis harus memberikan impak yang positif bagi
sekeliling, apa pun bidangnya. Sukses kita harus sejalan dengan peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Sukses kita tidak diukur hanya dari seberapa hebat kita
berkarya, tetapi lebih penting lagi adalah dari seberapa besar manfaat dari karya kita bagi
sesama.
Akhirnya, pada kesempatan ini saya ingin berpesan kepada civitas akademika ITB agar
jangan pernah berhenti melakukan dan menebar inovasi. Anda semua adalah generasi
terbaik bangsa. Anda adalah lokomotif kemajuan dimana bangsa ini berharap peran besar
ITB sebagai inisiator dan motor peningkatan produktivitas. ITB tidak boleh terkungkung
dalam jeratan sistim yang birokratis, karena birokrasi yang berlebihan akan mengekang
kreatifitas dan daya berinovasi.
Sekali lagi terima kasih, dan selamat berkarya.
Wassalaamu’alaikum Wr. Wb.
6/1/2020;09.00

More Related Content

Similar to Orasi Djusuf Kalla, itb koreksi 6 januari 2020. MENDORONG PRODUKTIVITAS, MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN BANGSA

Pusat-Pusat Ekonomi di Indonesia
Pusat-Pusat Ekonomi di IndonesiaPusat-Pusat Ekonomi di Indonesia
Pusat-Pusat Ekonomi di IndonesiaFatahillah17
 
Sumberdaya Manusia Andalan Masyarakat Madani
Sumberdaya Manusia Andalan Masyarakat MadaniSumberdaya Manusia Andalan Masyarakat Madani
Sumberdaya Manusia Andalan Masyarakat MadaniGuru Online
 
Enterpreneurship Menyongsong Krisis Globanisasi Dengan Msdam Yang Modern
Enterpreneurship Menyongsong Krisis Globanisasi Dengan Msdam Yang ModernEnterpreneurship Menyongsong Krisis Globanisasi Dengan Msdam Yang Modern
Enterpreneurship Menyongsong Krisis Globanisasi Dengan Msdam Yang Modernguest3dafe35
 
Enterpreneurship Menyongsong Krisis Globanisasi Dengan Msdam Yang Modern
Enterpreneurship Menyongsong Krisis Globanisasi Dengan Msdam Yang ModernEnterpreneurship Menyongsong Krisis Globanisasi Dengan Msdam Yang Modern
Enterpreneurship Menyongsong Krisis Globanisasi Dengan Msdam Yang Modernguest3dafe35
 
Kongres Kebudayaan Peni Cameron
Kongres Kebudayaan Peni CameronKongres Kebudayaan Peni Cameron
Kongres Kebudayaan Peni CameronCatur PW
 
Dampak perkembangan teknologi
Dampak perkembangan teknologiDampak perkembangan teknologi
Dampak perkembangan teknologichris_william
 
Inovasi1 747 - Program Strategis Inovasi Indonesia
Inovasi1 747 - Program Strategis Inovasi IndonesiaInovasi1 747 - Program Strategis Inovasi Indonesia
Inovasi1 747 - Program Strategis Inovasi IndonesiaPuguh Nugroho
 
Resume Ekonomi Internasional UTS
Resume Ekonomi Internasional UTSResume Ekonomi Internasional UTS
Resume Ekonomi Internasional UTSAnggi Ferdianza
 
BAPPENAS_RISET_5 SEPT 2018.pptx
BAPPENAS_RISET_5 SEPT 2018.pptxBAPPENAS_RISET_5 SEPT 2018.pptx
BAPPENAS_RISET_5 SEPT 2018.pptxImanuellpmukp
 
BAPPENAS_RISET_5 SEPT 2018.pptx
BAPPENAS_RISET_5 SEPT 2018.pptxBAPPENAS_RISET_5 SEPT 2018.pptx
BAPPENAS_RISET_5 SEPT 2018.pptxbayu silvat
 
Progres Hilirisasi Nikel
Progres Hilirisasi NikelProgres Hilirisasi Nikel
Progres Hilirisasi NikelFeriKurniawan44
 
pembelajaran sekolah dasar
pembelajaran sekolah dasarpembelajaran sekolah dasar
pembelajaran sekolah dasarMayasari Amay
 
MEDIA pembelajaran TIK SEKOLAH DASAR KELAS 5
MEDIA pembelajaran TIK SEKOLAH DASAR KELAS 5MEDIA pembelajaran TIK SEKOLAH DASAR KELAS 5
MEDIA pembelajaran TIK SEKOLAH DASAR KELAS 5mayasarifirmanzah
 
MEDIA pembelajaran TIK SEKOLAH DASAR KELAS 5
MEDIA pembelajaran TIK SEKOLAH DASAR KELAS 5MEDIA pembelajaran TIK SEKOLAH DASAR KELAS 5
MEDIA pembelajaran TIK SEKOLAH DASAR KELAS 5mayasarifirmanzah
 
BISNIS INTER & DIGIMARK.docx
BISNIS INTER & DIGIMARK.docxBISNIS INTER & DIGIMARK.docx
BISNIS INTER & DIGIMARK.docxNadhiraMasya
 
A180570_Lmcp1552 Pembangunan mapan dalam islam.pdf
A180570_Lmcp1552 Pembangunan mapan dalam islam.pdfA180570_Lmcp1552 Pembangunan mapan dalam islam.pdf
A180570_Lmcp1552 Pembangunan mapan dalam islam.pdfa180570
 
Perdagangan Internasional dan Ekonomi Kreatif
Perdagangan Internasional dan Ekonomi KreatifPerdagangan Internasional dan Ekonomi Kreatif
Perdagangan Internasional dan Ekonomi KreatifBangHak
 

Similar to Orasi Djusuf Kalla, itb koreksi 6 januari 2020. MENDORONG PRODUKTIVITAS, MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN BANGSA (20)

Pusat-Pusat Ekonomi di Indonesia
Pusat-Pusat Ekonomi di IndonesiaPusat-Pusat Ekonomi di Indonesia
Pusat-Pusat Ekonomi di Indonesia
 
Sumberdaya Manusia Andalan Masyarakat Madani
Sumberdaya Manusia Andalan Masyarakat MadaniSumberdaya Manusia Andalan Masyarakat Madani
Sumberdaya Manusia Andalan Masyarakat Madani
 
Enterpreneurship Menyongsong Krisis Globanisasi Dengan Msdam Yang Modern
Enterpreneurship Menyongsong Krisis Globanisasi Dengan Msdam Yang ModernEnterpreneurship Menyongsong Krisis Globanisasi Dengan Msdam Yang Modern
Enterpreneurship Menyongsong Krisis Globanisasi Dengan Msdam Yang Modern
 
Enterpreneurship Menyongsong Krisis Globanisasi Dengan Msdam Yang Modern
Enterpreneurship Menyongsong Krisis Globanisasi Dengan Msdam Yang ModernEnterpreneurship Menyongsong Krisis Globanisasi Dengan Msdam Yang Modern
Enterpreneurship Menyongsong Krisis Globanisasi Dengan Msdam Yang Modern
 
Kongres Kebudayaan Peni Cameron
Kongres Kebudayaan Peni CameronKongres Kebudayaan Peni Cameron
Kongres Kebudayaan Peni Cameron
 
Dampak perkembangan teknologi
Dampak perkembangan teknologiDampak perkembangan teknologi
Dampak perkembangan teknologi
 
Inovasi1 747 - Program Strategis Inovasi Indonesia
Inovasi1 747 - Program Strategis Inovasi IndonesiaInovasi1 747 - Program Strategis Inovasi Indonesia
Inovasi1 747 - Program Strategis Inovasi Indonesia
 
Resume Ekonomi Internasional UTS
Resume Ekonomi Internasional UTSResume Ekonomi Internasional UTS
Resume Ekonomi Internasional UTS
 
BAPPENAS_RISET_5 SEPT 2018.pptx
BAPPENAS_RISET_5 SEPT 2018.pptxBAPPENAS_RISET_5 SEPT 2018.pptx
BAPPENAS_RISET_5 SEPT 2018.pptx
 
BAPPENAS_RISET_5 SEPT 2018.pptx
BAPPENAS_RISET_5 SEPT 2018.pptxBAPPENAS_RISET_5 SEPT 2018.pptx
BAPPENAS_RISET_5 SEPT 2018.pptx
 
Progres Hilirisasi Nikel
Progres Hilirisasi NikelProgres Hilirisasi Nikel
Progres Hilirisasi Nikel
 
pembelajaran sekolah dasar
pembelajaran sekolah dasarpembelajaran sekolah dasar
pembelajaran sekolah dasar
 
TIK SD KELAS 5
TIK SD KELAS 5TIK SD KELAS 5
TIK SD KELAS 5
 
MEDIA pembelajaran TIK SEKOLAH DASAR KELAS 5
MEDIA pembelajaran TIK SEKOLAH DASAR KELAS 5MEDIA pembelajaran TIK SEKOLAH DASAR KELAS 5
MEDIA pembelajaran TIK SEKOLAH DASAR KELAS 5
 
MEDIA pembelajaran TIK SEKOLAH DASAR KELAS 5
MEDIA pembelajaran TIK SEKOLAH DASAR KELAS 5MEDIA pembelajaran TIK SEKOLAH DASAR KELAS 5
MEDIA pembelajaran TIK SEKOLAH DASAR KELAS 5
 
Landasan pemikiran
Landasan pemikiranLandasan pemikiran
Landasan pemikiran
 
BISNIS INTER & DIGIMARK.docx
BISNIS INTER & DIGIMARK.docxBISNIS INTER & DIGIMARK.docx
BISNIS INTER & DIGIMARK.docx
 
Kajian Pembangunan
Kajian PembangunanKajian Pembangunan
Kajian Pembangunan
 
A180570_Lmcp1552 Pembangunan mapan dalam islam.pdf
A180570_Lmcp1552 Pembangunan mapan dalam islam.pdfA180570_Lmcp1552 Pembangunan mapan dalam islam.pdf
A180570_Lmcp1552 Pembangunan mapan dalam islam.pdf
 
Perdagangan Internasional dan Ekonomi Kreatif
Perdagangan Internasional dan Ekonomi KreatifPerdagangan Internasional dan Ekonomi Kreatif
Perdagangan Internasional dan Ekonomi Kreatif
 

More from temanna #LABEDDU

Dinamika kelompok pelatihan dasar bencana rinra 1492020 png
Dinamika kelompok pelatihan dasar bencana  rinra 1492020 pngDinamika kelompok pelatihan dasar bencana  rinra 1492020 png
Dinamika kelompok pelatihan dasar bencana rinra 1492020 pngtemanna #LABEDDU
 
Webinar sabtu 150820 perencanaan anggaran pemda
Webinar sabtu 150820   perencanaan anggaran pemdaWebinar sabtu 150820   perencanaan anggaran pemda
Webinar sabtu 150820 perencanaan anggaran pemdatemanna #LABEDDU
 
Permenpan no 37 tahun 2020 ttg jft analis sdm
Permenpan no 37 tahun 2020 ttg jft analis sdmPermenpan no 37 tahun 2020 ttg jft analis sdm
Permenpan no 37 tahun 2020 ttg jft analis sdmtemanna #LABEDDU
 
PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUB...
PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUB...PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUB...
PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUB...temanna #LABEDDU
 
Permenpan no 38 tahun 2020
Permenpan no 38 tahun 2020Permenpan no 38 tahun 2020
Permenpan no 38 tahun 2020temanna #LABEDDU
 
Perpres nomor 39_tahun_2019 satu data
Perpres nomor 39_tahun_2019 satu dataPerpres nomor 39_tahun_2019 satu data
Perpres nomor 39_tahun_2019 satu datatemanna #LABEDDU
 
Perpres nomor 95 tahun 2018 sistem pemerintahan berbasis eletronik
Perpres nomor 95 tahun 2018 sistem pemerintahan berbasis eletronikPerpres nomor 95 tahun 2018 sistem pemerintahan berbasis eletronik
Perpres nomor 95 tahun 2018 sistem pemerintahan berbasis eletroniktemanna #LABEDDU
 
KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL PENGEMBANGAN E-GOVERNMENT
KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL PENGEMBANGAN E-GOVERNMENTKEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL PENGEMBANGAN E-GOVERNMENT
KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL PENGEMBANGAN E-GOVERNMENTtemanna #LABEDDU
 
uu no 11 tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik
uu no 11 tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronikuu no 11 tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik
uu no 11 tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektroniktemanna #LABEDDU
 
Rundown e LEARNING PENULISAN ARTIKEL ILMIAH
Rundown e LEARNING PENULISAN ARTIKEL ILMIAHRundown e LEARNING PENULISAN ARTIKEL ILMIAH
Rundown e LEARNING PENULISAN ARTIKEL ILMIAHtemanna #LABEDDU
 
Panduan pelatihan pka pkp masa pandemi covid
Panduan pelatihan pka pkp masa pandemi covidPanduan pelatihan pka pkp masa pandemi covid
Panduan pelatihan pka pkp masa pandemi covidtemanna #LABEDDU
 
Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah Selama Wabah Covid-19
Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah Selama Wabah Covid-19Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah Selama Wabah Covid-19
Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah Selama Wabah Covid-19temanna #LABEDDU
 
Pedoman Pelatihan pka pkp masa pandemi covid 19
Pedoman Pelatihan pka pkp masa pandemi covid 19Pedoman Pelatihan pka pkp masa pandemi covid 19
Pedoman Pelatihan pka pkp masa pandemi covid 19temanna #LABEDDU
 
Se Menpan RB No 52 tahun 2020 tentang pelaksanaan pengisian jpt
Se Menpan RB No 52 tahun 2020 tentang pelaksanaan pengisian jptSe Menpan RB No 52 tahun 2020 tentang pelaksanaan pengisian jpt
Se Menpan RB No 52 tahun 2020 tentang pelaksanaan pengisian jpttemanna #LABEDDU
 
Perkalan no.5-tahun-2008-tentang-standar-kompetensi-widyaiswara
Perkalan no.5-tahun-2008-tentang-standar-kompetensi-widyaiswaraPerkalan no.5-tahun-2008-tentang-standar-kompetensi-widyaiswara
Perkalan no.5-tahun-2008-tentang-standar-kompetensi-widyaiswaratemanna #LABEDDU
 
Instrumen Penilaian Kompetensi Widyaiswara
Instrumen Penilaian Kompetensi Widyaiswara Instrumen Penilaian Kompetensi Widyaiswara
Instrumen Penilaian Kompetensi Widyaiswara temanna #LABEDDU
 
Se menpanrb 51 Jam Kerja Ramadhan masa Pandemi Covid 19
Se menpanrb 51  Jam Kerja Ramadhan masa Pandemi Covid 19Se menpanrb 51  Jam Kerja Ramadhan masa Pandemi Covid 19
Se menpanrb 51 Jam Kerja Ramadhan masa Pandemi Covid 19temanna #LABEDDU
 
Se menpanrb 50 perubahankedua
Se menpanrb 50 perubahankeduaSe menpanrb 50 perubahankedua
Se menpanrb 50 perubahankeduatemanna #LABEDDU
 

More from temanna #LABEDDU (20)

Dinamika kelompok pelatihan dasar bencana rinra 1492020 png
Dinamika kelompok pelatihan dasar bencana  rinra 1492020 pngDinamika kelompok pelatihan dasar bencana  rinra 1492020 png
Dinamika kelompok pelatihan dasar bencana rinra 1492020 png
 
Perencanaan anggaran pp
Perencanaan anggaran ppPerencanaan anggaran pp
Perencanaan anggaran pp
 
Webinar sabtu 150820 perencanaan anggaran pemda
Webinar sabtu 150820   perencanaan anggaran pemdaWebinar sabtu 150820   perencanaan anggaran pemda
Webinar sabtu 150820 perencanaan anggaran pemda
 
Permenpan no 37 tahun 2020 ttg jft analis sdm
Permenpan no 37 tahun 2020 ttg jft analis sdmPermenpan no 37 tahun 2020 ttg jft analis sdm
Permenpan no 37 tahun 2020 ttg jft analis sdm
 
PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUB...
PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUB...PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUB...
PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUB...
 
Permenpan no 38 tahun 2020
Permenpan no 38 tahun 2020Permenpan no 38 tahun 2020
Permenpan no 38 tahun 2020
 
Perpres nomor 39_tahun_2019 satu data
Perpres nomor 39_tahun_2019 satu dataPerpres nomor 39_tahun_2019 satu data
Perpres nomor 39_tahun_2019 satu data
 
Perpres nomor 95 tahun 2018 sistem pemerintahan berbasis eletronik
Perpres nomor 95 tahun 2018 sistem pemerintahan berbasis eletronikPerpres nomor 95 tahun 2018 sistem pemerintahan berbasis eletronik
Perpres nomor 95 tahun 2018 sistem pemerintahan berbasis eletronik
 
KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL PENGEMBANGAN E-GOVERNMENT
KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL PENGEMBANGAN E-GOVERNMENTKEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL PENGEMBANGAN E-GOVERNMENT
KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL PENGEMBANGAN E-GOVERNMENT
 
uu no 11 tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik
uu no 11 tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronikuu no 11 tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik
uu no 11 tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik
 
Rundown e LEARNING PENULISAN ARTIKEL ILMIAH
Rundown e LEARNING PENULISAN ARTIKEL ILMIAHRundown e LEARNING PENULISAN ARTIKEL ILMIAH
Rundown e LEARNING PENULISAN ARTIKEL ILMIAH
 
Panduan pelatihan pka pkp masa pandemi covid
Panduan pelatihan pka pkp masa pandemi covidPanduan pelatihan pka pkp masa pandemi covid
Panduan pelatihan pka pkp masa pandemi covid
 
Perpu nomor 2 tahun 2020
Perpu nomor 2 tahun 2020Perpu nomor 2 tahun 2020
Perpu nomor 2 tahun 2020
 
Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah Selama Wabah Covid-19
Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah Selama Wabah Covid-19Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah Selama Wabah Covid-19
Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah Selama Wabah Covid-19
 
Pedoman Pelatihan pka pkp masa pandemi covid 19
Pedoman Pelatihan pka pkp masa pandemi covid 19Pedoman Pelatihan pka pkp masa pandemi covid 19
Pedoman Pelatihan pka pkp masa pandemi covid 19
 
Se Menpan RB No 52 tahun 2020 tentang pelaksanaan pengisian jpt
Se Menpan RB No 52 tahun 2020 tentang pelaksanaan pengisian jptSe Menpan RB No 52 tahun 2020 tentang pelaksanaan pengisian jpt
Se Menpan RB No 52 tahun 2020 tentang pelaksanaan pengisian jpt
 
Perkalan no.5-tahun-2008-tentang-standar-kompetensi-widyaiswara
Perkalan no.5-tahun-2008-tentang-standar-kompetensi-widyaiswaraPerkalan no.5-tahun-2008-tentang-standar-kompetensi-widyaiswara
Perkalan no.5-tahun-2008-tentang-standar-kompetensi-widyaiswara
 
Instrumen Penilaian Kompetensi Widyaiswara
Instrumen Penilaian Kompetensi Widyaiswara Instrumen Penilaian Kompetensi Widyaiswara
Instrumen Penilaian Kompetensi Widyaiswara
 
Se menpanrb 51 Jam Kerja Ramadhan masa Pandemi Covid 19
Se menpanrb 51  Jam Kerja Ramadhan masa Pandemi Covid 19Se menpanrb 51  Jam Kerja Ramadhan masa Pandemi Covid 19
Se menpanrb 51 Jam Kerja Ramadhan masa Pandemi Covid 19
 
Se menpanrb 50 perubahankedua
Se menpanrb 50 perubahankeduaSe menpanrb 50 perubahankedua
Se menpanrb 50 perubahankedua
 

Recently uploaded

Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxPurmiasih
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 

Recently uploaded (20)

Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 

Orasi Djusuf Kalla, itb koreksi 6 januari 2020. MENDORONG PRODUKTIVITAS, MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN BANGSA

  • 1. MENDORONG PRODUKTIVITAS, MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN BANGSA Yang terhormat, Pimpinan dan anggota Majelis Wali Amanat ITB, Pimpinan dan anggota Senat Akademik ITB, Rektor dan Wakil Rektor ITB, Pimpinan dan anggota Forum Guru Besar ITB, Ketua dan Anggota Tim Promotor, Serta para undangan dan hadirin sekalian, Assalaamu’alaikum Wr. Wb dan Salam Sejahtera, Sungguh suatu kehormatan bagi saya, untuk menjadi penerima Doktor Honoris Causa dari institusi penting seperti ITB. Ijinkan saya pada kesempatan ini mengucapkan terima kasih dan menyampaikan penghargaan yang tinggi, khususnya kepada civitas akademika ITB. Saya berdiri di sini bukanlah sebagai seorang akademisi yang mengupas teori, tetapi untuk berbagi pengalaman saya yang selama lebih dari 50 tahun di dunia bisnis, politik dan pemerintahan. Oleh karenanya, ijinkanlah saya menyampaikan pidato yang merupakan uraian dari beberapa pengalaman tersebut dalam melaksanakan proyek, menjalankan program atau menciptakan produk dengan hasil yang lebih baik dan cara yang lebih efisien; dalam kata lain melalui upaya peningkatan produktivitas.
  • 2. Para hadirin yang terhormat, Saat ini terdapat hampir 200 negara di dunia dengan berbagai variasi. Ada negara yang memiliki kekayaan alam berlimpah, ada pula yang tidak. Ada negara berpopulasi besar, ada juga yang kecil. Ada negara yang terletak di daerah beriklim panas, ada pula yang dingin. Terlepas dari variasi tersebut, seluruh bangsa memimpikan kemakmuran, dimana saat ini Produk Domestik Bruto per-kapita (PDB per-kapita) adalah ukuran yang paling banyak dipakai. Data PDB per-kapita menunjukkan tidak adanya kaitan yang kuat antara jumlah populasi suatu negara dengan dengan tingkat kemakmuran. Ada negara berpopulasi besar yang makmur, ada juga yang miskin. Hal yang sama juga terjadi pada negara berpopulasi kecil. Fakta juga menunjukkan tidak adanya korelasi yang kuat antara letak geografis suatu negara dengan tingkat kemakmuran. Ada negara di lingkar kutub, sub-tropis dan tropis yang makmur, tetapi ada juga yang miskin. Kekayaan alam pun bukan merupakan jaminan kemakmuran. Banyak negara makmur tetapi memiliki kekayaan alam yang terbatas, sebaliknya banyak negara yang kaya dengan sumber daya alam tetapi justru gagal mewujudkan kemakmuran. Bahkan kekayaan alam seringkali membuat suatu bangsa terjebak dalam kebijakan yang salah dan konflik berkepanjangan; fenomena yang sering disebut dengan natural resources trap atau Dutch deseases. Mereka fokus pada upaya mengeksploitasi, lupa berkreasi. Lalu, apa yang sebenarnya menjadi kunci bagi kemakmuran bangsa? Apa yang menjadi kesamaan negara-negara makmur? Berbagai studi menunjukkan bahwa semangat dan produktivitas adalah kunci. Negara dengan produktivitas tinggi, akan mampu
  • 3. memproduksi barang dan jasa melebihi kebutuhannya. Selisih antara apa yang diproduksi dan dikonsumsi memungkinkan mereka melakukan investasi yang pada gilirannya mendongkrak produktivitas dan kemakmuran ke taraf yang lebih tinggi lagi. Para hadirin yang berbahagia, PDB merupakan agregat produksi dan pendapatan kita. Ia menggambarkan ukuran kue ekonomi yang dapat dinikmati oleh seluruh bangsa Indonesia. Pertumbuhan PDB yang tinggi dan berkesinambungan merupakan kunci bagi kita untuk dapat bergeser dari middle income saat ini, menjadi high middle income dalam jangka menengah, untuk memasuki high income dalam jangka panjang. Untuk terhindar dari middle income trap dan mampu tinggal landas menjadi negara maju, ekonomi kita harus selalu tumbuh diatas enam persen per-tahun dalam 20 tahun mendatang. Jika gagal mewujudkan tingkat pertumbuhan yang meyakinkan, maka kita berpotensi kehilangan momentum bonus demografi, dan akan menjadi tua sebelum kaya. Sejalan dengan pengalaman bangsa-bangsa di dunia, pertumbuhan yang tinggi dan berkelanjutan tersebut hanya akan terwujud jika bangsa Indonesia mampu meningkatkan produktivitas SDM dan produktivitas pemanfaatan kapital, baik itu di perusahaan maupun di instansi pemerintahan. Paul Krugman, pemenang Nobel bidang ekonomi, mengatakan bahwa suatu negara akan mampu tumbuh berkelanjutan dengan inspiration not perspiration, dengan inspirasi bukan hanya dengan memeras keringat. Artinya, peningkatan jumlah SDM dan modal adalah penting, tetapi kualitas SDM dan investasi jauh lebih penting. Saat ini kerja cerdas seringkali lebih menentukan daripada sekedar kerja keras.
  • 4. Penurunan tingkat kemiskinan di Indonesia dari kisaran 60 persen di tahun 70-an menjadi di bawah 10 persen saat ini, tidak terlepas dari sukses upaya meningkatkan produktivitas terutama di sektor pertanian. Kombinasi Revolusi Hijau melalui perbaikan bibit, pupuk, irigasi dan akses kredit lewat BIMAS/INMAS serta Revolusi Pendidikan melalui pendirian SD/SMP Inpres di seluruh pelosok Indonesia, telah berhasil meningkatkan produktivitas. Produktivitas pertanian pun meningkat dari hanya tiga ton padi per-hektar pada era 70- an, menjadi sekitar lima ton per-hektar saat ini. Peningkatan ini berbanding lurus dengan perbaikan tingkat kemakmuran rakyat. Proses seperti ini tidak boleh berhenti demi perbaikan ekonomi, khususnya di pedesaan. Dengan luas lahan yang terbatas, peningkatan produktivitas merupakan solusi bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan. Pada akhir 80-an investasi di bidang industri dan jasa mulai dilakukan, membawa produktivitas nasional ke taraf yang lebih tinggi yang dilakukan oleh swasta dalam negeri ataupun asing, sejalan dengan infrastruktur yang dibangun Pemerintah. Bagi Indonesia, peningkatan produktivitas akan berdampak besar, apalagi saat ini masih terdapat gap produktivitas yang lebar antara berbagai jenis usaha; misalnya, kesenjangan produktivitas antara usaha kecil, usaha menengah dan usaha besar. Bahkan di BUMN yang seharusnya lebih terorganisir, kesenjangan ini masih lebar. Jika kita berhasil menekan kesenjangan tersebut, maka produktivitas nasional akan terdongkrak. Produktivitas meningkat pada dasarnya apabila kita dapat memproduksi atau menjalankan kegiatan dengan lebih baik, lebih murah dan lebih cepat.
  • 5. Para hadirin yang berbahagia, Ijinkan dalam kesempatan ini saya berbagi pengalaman dalam upaya meningkatkan produktivitas, baik di sektor swasta maupun di pemerintahan. Banyak pihak terlibat dalam pengalaman yang akan saya sampaikan, tanpa kontribusi mereka keberhasilan ini tidak akan pernah ada. Saya merasa bangga dan bahagia pernah bekerja bersama mereka semua. Pertama, menjadikan Bukaka produsen dan eksportir garbarata. Dirintis bersama lima insinyur muda ITB diawal tahun-80 an – Ahmad Kalla, Fadel, Imron, Erwin dan Azhary; Bukaka mempunyai visi untuk mendorong inovasi teknologi dan meningkatkan peran produk nasional. Pembangunan Bandara Soekarno-Hatta tahap 2, pada era 90-an merupakan salah satu momen penting bagi Bukaka, perusahaan yang namanya diambil dari nama kampung kami di Bone. Proyek strategis nasional itu menjadi titik awal bagi kiprah Bukaka di dunia internasional, sebagai satu dari hanya lima produsen garbarata di dunia; empat lainnya dari Amerika Serikat, Jerman, China dan Jepang. Bukaka memandang rencana pemerintah membangun tahap 2 bandara tersebut sebagai kesempatan besar. Bukaka melakukan observasi tentang apa saja yang bisa dikontribusikan. Sebagai perusahaan enjiniring, perhatian tertuju pada boarding brigde yang berfungsi untuk mengantarkan penumpang dari terminal menuju pesawat. Selain menarik secara bisnis, fasilitas yang relatif baru saat itu sangat menantang dari sisi ilmu rekayasa. Kendatipun belum mempunyai pengalaman, kami yakin Bukaka bisa mendisain dan mewujudkannya. Bukaka pun mengirim tim insinyur ke berbagai bandara terbaik di dunia, untuk melihat garbarata. Selain mengamati dan memotret, tim pun melakukan diskusi-diskusi informal
  • 6. dengan para teknisi dan operator di beberapa bandara tersebut. Paling tidak tim memahami komponen utama garbarata berikut merk-nya. Tim kemudian memetakan dari mana komponen tersebut diperoleh dan perkiraan harganya. Setelah data terkumpul, para insinyur kemudian menyusun disain garbarata nasional, berikut anggarannya. Tanpa disadari sebenarnya saat itu Bukaka sedang melakukan apa yang para pakar sebut sebagai reverse engineering. Akhirnya, Bukaka pun berpartisipasi dalam tender penyediaan garbarata dengan modal disain dan tekad. Saya yakinkan beberapa menteri, termasuk Pak Habibie sebagai Menteri Ristek saat itu, bahwa kita mampu. Saya sampaikan bahwa beliau bisa membangun pesawat terbang, masa jembatannya saja kami tidak mampu bangun; dan beliau pun mendukung rencana kami. Akhirnya Bukaka masuk dalam shortlisted. Kendatipun memiliki harga penawaran yang lebih rendah, Bukaka dikalahkan oleh perusahaan yang dekat dengan pusat kekuasaan, keluarga Pak Harto. Sesungguhnya perusahaan tersebut hanya berperan sebagai agen dari produsen garbarata asing. Nuansa KKN memang sangat kental saat itu. Saya pun mendatangi pengusaha yang bersangkutan. Saya sampaikan bahwa kami menawarkan produk dalam negeri, sesuatu yang dianjurkan oleh Presiden saat itu. Lalu saya katakan bahwa proyek itu kecil bagi mereka, tetapi adalah hidup-mati bagi ribuan karyawan Bukaka dan puluhan ribu keluarganya. Saya juga sampaikan bahwa saya orang Bugis yang lebih baik mati berdarah daripada mati kelaparan. Dia pun terkejut lalu mundur. Akhirnya Bukaka pun mendapatkan proyek tersebut dan Pak Harto kemudian memberi nama Garbarata pada produk tersebut.
  • 7. Proyek garbarata Bandara Soekarno-Hatta menjadi pembelajaran sekaligus batu pijakan bagi Bukaka untuk merambah dunia internasional. Hingga saat ini produk Bukaka, telah dipakai di banyak bandara terbaik di dunia, mulai dari Singapura, Jepang, Thailand, India, Malaysia, Myanmar, Hongkong, hingga Chile. Bukaka menjadi pemain dunia karena fakor kualitas dan harga artinya produktivitas; hal ini tentunya sangat membanggakan kami. Kedua, Konversi Energi. Pada tahun 2005 terjadi krisis energi sehingga harga minyak naik mencapai US $ 70 per barrel. Sebagai antisipasi, Pemerintah mengambil tiga kebijakan: menaikkan harga BBM, menghemat pemakaian listrik, dan mengkonversi minyak tanah ke gas LPG. Pada periode awal pemerintahan SBY-JK, kemampuan pemerintah menjalankan program pembangunan sangatlah terbatas akibat situasi fiskal yang sulit. Pada tahun 2005, subsidi energi mencapai Rp 94 triliun, atau mewakili 21 persen belanja negara. Mengurangi subsidi merupakan langkah yang harus ditempuh. Pada bulan Maret dan Oktober 2015, harga BBM dinaikkan 120 persen; kendatipun demikian suasana tetap tenang karena dibarengi dengan pemberian Bantuan Langsung Tunai (BLT) kepada masyarakat miskin. Selain itu, keputusan menaikkan harga dilaksanakan diawal bulan puasa sehingga sulit menggerakkan masyarakat untuk berdemo. Pasca kenaikan harga BBM, saya melihat adanya peluang penguatan fiskal lebih lanjut dengan mengurangi subsidi minyak tanah melalui konversi ke sumber energi yang lebih murah. Saat itu subsidi minyak tanah telah mencapai lebih dari 40 persen subsidi energi, dengan tingkat kebocoran subsidi mencapai 20-30 persen. Di sisi lain, minyak tanah adalah produk yang inferior, selain berbau dan berasap, ia juga berbahaya – saat itu kompor meledak yang seringkali menyebabkan kebakaran rumah umum terjadi. Kita perlu alternatif lain.
  • 8. Kami melakukan studi dan percobaan di rumah, di Bukaka dan di Universitas Trisakti. Percobaan tersebut menunjukkan bahwa kalori dalam satu liter minyak tanah setara dengan kalori dalam 0,4 kilogram gas LPG; artinya harga per-kalori gas LPG jauh lebih rendah daripada minyak tanah. Akhirnya gas LPG pun diputuskan menjadi pilihan pengganti. Tetapi konversi minyak tanah bukan masalah teknis semata, ia juga masalah mindset, budaya dan keuangan. Perlu waktu dan investasi besar untuk menjalankan rencana, padahal situasi fiskal negara memerlukan solusi cepat. Akhirnya, diambil beberapa langkah strategis yang dilaksanakan secara bersamaan. Pemerintah menugaskan Pertamina sebagai kordinator pelaksana. Krakatau Steel ditunjuk sebagai suplier jutaan ton baja, melalui kontrak jangka panjang. Lebih dari 40 perusahaan pabrikasi tabung ikut tumbuh dan terlibat dalam program tersebut. Mereka memproduksi 125 juta tabung gas LPG dan 60 juta kompor gas dalam waktu singkat. Ukuran tabung dibuat relatif kecil (tiga kilogram) sehingga mudah dipindahkan oleh ibu rumah tangga dan gampang dijinjing oleh para pedagang kaki lima, bahkan warna tabung pun dipilih warna yang netral agar tidak diasosiasikan dengan partai tertentu. Harga satu tabung gas LPG juga didisain setara dengan biaya minyak tanah seminggu yaitu Rp. 14.000,- selain itu tabung gas LPG pertama termasuk isi dan kompor dibagikan secara gratis untuk dicoba oleh masyarakat. Setelah gas LPG disiapkan, fasilitas stasiun pengisian dibangun di berbagai daerah dalam jumlah yang memadai dan edukasi masyarakat telah dilaksanakan, maka subsidi minyak tanah pun dicabut secara bertahap (per-provinsi) untuk diganti dengan gas LPG tiga kilogram. Sebagian masyarakat melakukan protes karena harus membeli minyak tanah dengan harga yang jauh lebih mahal, tetapi mayoritas mulai melakukan konversi. Mereka yang tadinya menolak pun akhirnya ikut bergabung.
  • 9. Program edukasi dan insentif yang tepat ternyata mampu mengubah pola hidup 60 juta keluarga yang sudah terbiasa memakai minyak tanah selama 50 tahun. Alhasil, proses konversi pun tuntas dalam waktu tiga tahun dan oleh Asosiasi Gas International program ini dinilai sebagai salah satu yang tercepat dan terbaik di dunia. Pasca kebijakan konversi, banyak negara datang ke Indonesia untuk belajar dan saya pun diundang berbicara di banyak forum untuk berbagi pengalaman. Bagaimana dengan sumber pembiayaan program konversi minyak tanah? Biaya subsidi minyak tanah saat itu mencapai sekitar Rp 40 triliun per-tahun, sedangkan biaya konversi hanya sekitar Rp 20 triliun. Artinya, biaya konversi setara dengan 50 persen biaya subsidi minyak tanah dalam satu tahun; padahal penghematan subsidi akan terus terjadi selama bertahun-tahun. Jika kita perhitungkan keuntungan non finansial berupa penurunan polusi udara, peningkatan kenyamanan dan keamanan, maka manfaat program ini akan jauh lebih besar lagi. Artinya produktivitas negara dan rumah tangga naik. Dewasa ini subsidi LPG meningkat karena selama 14 tahun harga LPG tidak pernah berubah. Ketiga, mengubah pembangunan bandara di Indonesia. Berbagai bandara terbaik di dunia memiliki kesamaan, yaitu nyaman, efisien dan simpel. Prinsipnya sederhana saja, bandara harus memungkinkan penumpang yang baru mendarat untuk segera meninggalkan bandara, dan memfasilitasi penumpang yang akan terbang untuk menikmati suasana sambil menunggu keberangkatan. Bandara Sultan Hasanuddin di Makasar dan Bandara Kuala Namu di Medan adalah dua bandara pertama di Indonesia yang didisain menggunakan prinsip-prinsip di atas. Sebelum keberadaan kedua bandara tersebut, pembangunan bandara di Indonesia selalu
  • 10. melibatkan arsitek asing dengan disain yang didominasi oleh unsur bangunan adat yang seringkali mengorbankan faktor kenyamanan, fungsi dan efisiensi. Bandara Soekarno- Hatta di Banten bergaya Jawa, Bandara Juanda di Surabaya, dan Bandara Minangkabau di Padang adalah beberapa dari banyak contoh. Mindset bahwa bandara harus didominasi oleh unsur adat setempat juga terjadi dalam proses penentuan disain Bandara Kuala Namu di tahun 2006. Saya mendorong agar segera dibangun bandara baru di Medan karena bandara Polonia sudah tidak memadai lagi. Kemudian Kementrian Perhubungan dan Pemda Sumatera Utara membuat dua alternatif disain, yaitu disain adat Batak dan adat Melayu. Saya katakan kepada Gubernur Sumut saat itu, jika yang dipilih adalah disain adat Batak, maka masyarakat Melayu pasti akan protes dan demikian juga sebaliknya; padahal sesungguhnya suku terbanyak yang tinggal di Sumatera Utara adalah suku Jawa. Karena Gubernur Sumut pada waktu itu tidak berani merubah dengan alasan aspirasi masyarakat, akhirnya saya, sebagai Wakil Presiden, memutuskan agar bandara mengedepankan disain modern yang mengutamakan fungsi, efisiensi dan kenyamanan. Saya juga menginstruksikan agar disain dan konstruksi dilakukan sepenuhnya oleh arsitek dan insinyur Indonesia, dengan menggunakan material dalam negeri. Akhirnya, setelah melakukan desain ulang, terwujudlah Bandara Kuala Namu seperti yang dapat kita lihat saat ini, yang menjadi kebanggaan masyarakat Sumut. Diskusi dan proses yang sama juga terjadi sebelumnya pada tahun 2005 saat membangun bandara Sultan Hasanuddin di Makasar. Pada awalnya bandara baru tersebut didisain dengan gaya Bugis dan Toraja oleh arsitek Perancis, dengan dana pinjaman dari Perancis. Karena disain dan biaya tidak sesuai dengan harapan, saya pun meminta untuk dibatalkan.
  • 11. Pemerintah pun memutuskan agar disain dan pelaksanaan kontruksi dilakukan oleh arsitek dan kontraktor nasional, dengan dana dalam negeri dan material produk sendiri. Sama dengan pengalaman proyek garbarata, saya tugaskan para arsitek kita untuk pergi mempelajari dan mengamati bandara-bandara modern di beberapa negara di kota dengan penduduk lebih dari 10 juta jiwa. Alhamdulillah, dengan tenaga dan sumberdaya sendiri, akhirnya terwujudlah bandara seperti yang bisa kita lihat dan nikmati saat ini. Bandara tersebut tuntas dengan proses pembangunan yang lebih cepat dan dan biaya yang lebih murah yaitu sekitar 40 persen dari disain awal oleh arsitek Perancis; biaya berhasil dihemat dari semula Rp. 4,5 triliun menjadi hanya Rp. 1,8 triliun. Pembangunan dua bandara yang mengedepankan prinsip kemandirian dan fungsional tersebut telah mengubah mindset kita tentang pembangunan bandara yang ideal dan tentang kemampuan insinyur-insinyur kita dalam membangunnya. Saat ini, jika bepergian keliling Indonesia, kita akan menemukan bandara-bandara yang nyaman, efisien, estetis dan modern; yang lebih membanggakan, bandara-bandara tersebut merupakan karya para anak bangsa, dengan material dan pendanaan dari dalam negeri. Keempat, mewujudkan panser produk Indonesia. Pada awal tahun 2000-an, kondisi perlengkapan militer kita sangat memprihatinkan. Jangankan untuk bertempur, sekedar untuk latihan atau bahkan menjalankan tugas rutin saja kendaraan tempur kita jauh dari layak sehingga sering terjadi kecelakaan dimana putra-putri terbaik bangsa menjadi korban. Bahkan dalam operasi militer, seperti di Aceh, TNI memanfaatkan mobil truk biasa yang dilapisi batang pohon kelapa atau plat baja biasa sebagai kendaraan pengangkut tentara. Pada saat yang bersamaan, kita tidak mempunyai keleluasaan fiskal untuk pengadaan persenjataan.
  • 12. Berbagai solusi pun dicari. Kami mengunjungi PT. Pindad (Persero) di Bandung, untuk melihat kapasitas mereka memproduksi kendaraan tempur. Hasilnya, Pindad saat itu tidak mempunyai sistim industri dan kapabilitas untuk memproduksi panser, tetapi jika upaya dilakukan secara kolaboratif dengan berbagai pihak kami yakin Pindad bisa. Dalam berbagai pameran ada panser prototipe yang dibuat tapi tidak bisa diproduksi dan operasional di lapangan Tim kami pun mulai menganalisa komponen-komponen utama panser, yang ternyata terdiri dari baja anti peluru, mesin, elektronik, persenjataan dan chasis. Kami kumpulkan beberapa pihak yang mempunyai keahlian dibidang itu, kami adakan diskusi dengan mengundang PT. Pindad (Persero), PT. Krakatau Steel (Persero), PT. LEN Industri (Persero), PT. United Tractor, PT. Bukaka serta beberapa pakar dari BPPT dan ITB. Sangat menggembirakan, ternyata mereka semua mempunyai keahlian yang dibutuhkan. Hampir seluruh bagian panser dapat diproduksi oleh Pindad, kecuali mesin dan perlengkapan persenjataan yang tetap harus diimpor dari Eropa. Dalam waktu singkat, dengan bantuan dari para pelaku industri, Pindad pun bertransformasi dari sebuah bengkel besar menjadi industri manufaktur persenjataan. Permasalahan pembiayaan pun dipecahkan dengan mengundang PT. Bank Rakyat Indonesia untuk memberikan kredit modal awal. Dengan cara pikir konvensional, proyek ini tidak akan layak mendapat pinjaman, tetapi dengan kreatifitas finansial dan demi kepentingan nasional, program ini pun layak dibiayai. BRI minta jaminan Menteri Keuangan, Menteri Keuangan minta rencana Bappenas, Bappenas minta usulan Departemen Pertahanan. Proses birokrasi ini selesai dalam 3 hari. Pada tahun 2006 sebanyak 70 panser type APS-3 ANOA diserahterimakan ke TNI. Hingga saat ini telah diproduksi lebih dari 400 unit panser Anoa dengan harga sekitar 50 persen
  • 13. dari harga impor, bahkan panser Anoa telah memenuhi spesifikasi UN dan dipakai oleh Pasukan Pemelihara Perdamaian di berbagai wilayah konflik. Beberapa negara pun telah menggunakan panser kebanggaan Indonesia tersebut sebagai kendaraan tempur mereka. Babak baru telah kita masuki. Dengan kekuatan sendiri, PT. Pindad (Persero) berhasil memproduksi panser serta tipe2 lainnya. Prestasi ini tidak saja merupakan kebanggaan, tetapi juga berpotensi menekan impor dan mendongkrak ekpsor, selain meningkatkan kemandirian kita di bidang persenjataan. Kelima, PLTA yang mandiri. Untuk mengantisipasi dunia bisnis yang terus berubah dan belajar dari pengalaman bisnis berbagai bidang, termasuk telekomunikasi, Kalla Group memutuskan untuk fokus pada bisnis yang stabil dalam jangka panjang. Kami yakin listrik memenuhi kriteria tersebut. Kehidupan modern akan selalu membutuhkan listrik dan teknologi listrik tidak cepat berubah seperti teknologi telekomunikasi. Di bidang listrik pun kami fokus pada PLTA karena energi terbarukan, yang tidak memerlukan batu-bara, minyak bumi, atau gas yang harganya naik turun mengikuti supply-demand dunia dan nilai tukar Rupiah. Selain itu PLTA adalah energi bersih dan hijau yang sesuai dengan komitmen pemerintah dan dunia untuk menjaga lingkungan yang kami sebut “Cahaya dari air” PLTA pertama kami bangun di Kawasan Danau Poso Sulawesi Tengah, yang baru damai dari konflik besar, yaitu PLTA Poso II dengan kapasitas 195 MW; proses konstruksi dimulai tahun 2005 yang diselesaikan dalam tujuh tahun. Dilanjutkan Poso I tahun 2017 dengan kapasitas mencapai 125 MW yang akan selesai dalam tiga tahun. Dari sisi kesulitan struktur, Poso I lebih kompleks tetapi dapat diselesaikan dengan lebih cepat, karena pembelajaran dari PLTA Poso II. Setelah membangun Poso II dan Poso I, kami memulai konstruksi PLTA Malea di Toraja (300 MW) dan PLTA Kerinci di Jambi. Dari sisi kerumitan disain dan pengerjaan, Malea dan Kerinci jauh lebih sulit daripada Poso I, karena harus
  • 14. membuat terowongan sepanjang 10 km dan 14 km, menembus gunung. Keduanya direncanakan akan mulai beroperasi di tahun 2020 dan tahun 2023. Sesuai dengan filosofi kemandirian yang kami miliki, dalam proyek ini pun kami mengandalkan para insinyur Indonesia, baik dalam proses disain, pembangunan dan operasional. Kalaupun melibatkan ahli dari luar negeri, mereka sebatas sebagai reviewer atas disain yang dibuat oleh para insinyur Bukaka, untuk memastikan bahwa proyek memenuhi standar internasional. Setelah tujuh tahun, pada tahun 2012 PLTA Poso II mulai beroperasi. Saat hari pertama beroperasi, saya sedang melakukan perjalanan ke Rumania untuk berbicara di suatu konferensi; dari lobi sebuah hotel di Bucharest, melalui hand phone sederhana, saya bisa memantau saat listrik pertama dihasilkan. Bahkan, lewat handphone itu juga saya bisa memonitor keadaan PLTA dengan sangat detail. Sistim monitoring handal ini juga dikembangkan oleh para ahli Indonesia dari Bandung. Pembangunan PLTA memberikan pengalaman berharga. Kita selalu dihadapkan pada keadaan dimana kita tidak punya pilihan. PLTA harus dibangun di lokasi energi itu berada, tidak peduli betapa sulit tantangan alam yang harus dihadapi. Untungnya, dalam proses pembangunan PLTA pertama hingga ke empat, seolah Allah SWT memberikan kesempatan bagi kami untuk belajar secara bertahap dari tingkat dasar menuju tingkat mahir. Tantangan PLTA Poso II lebih mudah dari Poso I, Poso I lebih mudah dari Malea, dan akhirnya sampai pada tantangan terberat yaitu PLTA Kerinci.
  • 15. Saat ini, para insinyur dan teknisi lulusan universitas, politeknik dan STM dari seluruh Indonesia, sudah lebih dari siap untuk membangun PLTA di mana pun walau mempunyai tingkat kesulitan yang tinggi. Hal ini tentunya merupakan prestasi yang menggembirakan, karena dimasa lalu setiap pembangunan PLTA di Indonesia, selalu tergantung pada insinyur, konsultan dan pendananaan asing, yang tentunya dengan biaya yang lebih mahal. Keenam, Asian Games 2018. Poduktivitas bukan hanya dalam membuat sesuatu berupa phisik, tetapi juga dalam melaksanakan program atau proyek dengan prinsip lebih baik, lebih cepat dan lebih murah dengan sistim yang lebih sederhana. Asian Games di Jakarta-Palembang telah selesai bulan Agustus/September 2018 yang lalu, dan membanggakan bangsa dengan 3 sukses, sukses pembangunan prasarana, pelaksanaan dan prestasi. Pelaksanaan Asian Games dengan Keputusan Presiden sudah berjalan 4 tahun sebelum pelaksanaan, namun sampai awal tahun 2017 belum banyak kemajuan dan rencana, OCA (Olympic Council of Asia) sudah memberi warning akan hal tersebut. Karena itu Presiden memberikan tugas kepada saya untuk menyelesaikan Asian Games itu dengan sisa waktu 15 bulan pada bulan Mei 2017 sebagai Ketua Dewan Pengarah. Hal pertama yang saya lakukan adalah menyederhanakan organisasi dari sebelumnya 4 tingkat, yaitu pengarah, penanggung jawab, penyelenggara dan pelaksana (INASGOC) yang diketuai oleh Eric Thohir. Sedang pembangunan sarana tetap oleh Menteri PUPR dengan anggaran tersendiri. Dibidang prestasi, sebelumnya 3 jenjang Menteri Olah Raga. Setelah ....................... di cabang olah raga, menjadi chief de misson dan KONI langsung
  • 16. ke cabang OR. Sedangkan urusan di daerah tetap oleh Gubernur DKI dan Gubernur Sumsel. Anggaran pelaksanaan semula dibuat oleh tim yang lama sebesar Rp. 8,5 T, setelah dipelajari kita potong menjadi hanya Rp. 4,5 T, dengan efisiensi dan renegosiasi dengan OCA dan para sponsor dan vendor. Dengan kecepatan organisasi yang lebih sederhana serta transparansi anggaran serta INASGOC yang diisi oleh tenaga-tenaga dari mantan TNI POLRI dan para profesional dapat bekerja dengan efektif. Pengawasan dan rapat dilakukan setiap bulan untuk semua bidang sehingga terjadi koordinasi yang baik. Dengan cara tersebut Asian Games 2018 berlangsung dengan semarak dan sukses pembangunan sarana, penyelengaraan dan prestasi serta membanggakan, dan mendapat apresiasi dari OCA dan IOC sebagai Asian Games yang paling sukses. Dengan pengalaman itu Indonesia mengajukan minat menjadi penyelenggara Olimpiade tahun 2032. Para Hadirin yang berbahagia, Enam pengalaman di atas hanyalah sebagian dari begitu banyak pembelajaran yang saya dapatkan dari perjalanan panjang di dunia bisnis, dunia politik dan pemerintahan. Hampir kesemuanya secara langsung dan tidak langsung terkait dengan upaya meningkatkan produktivitas. Saya pun baru menyadari, bahwa ternyata slogan yang selalu saya ucapkan “Lebih Cepat Lebih Baik” adalah esensi produktivitas. Pada kesempatan ini, saya ingin menyampaikan risalah dari pengalaman panjang tersebut. Semoga bermanfaat bagi para hadirin terutama para generasi penerus.
  • 17. Pertama, pentingnya keberanian dan ketegasan untuk memulai dan mengambil risiko. Tim yang handal tanpa keberanian untuk memulai tidak akan mampu mewujudkan rencana. Seperti mengayuh sepeda, kayuhan pertamalah yang paling berat, kayuhan berikutnya akan terasa lebih mudah. Sesuatu yang awalnya sulit, lama kelamaan akan menjadi ringan, karena manusia adalah mahluk pembelajar dan makluk yang cepat belajar. Cerita sukses garbarata, panser Anoa, konversi minyak tanah, pembangunan bandara, dan pembangunan PLTA, tidak akan terjadi tanpa keberanian untuk memulai langkah pertama dan mengambil risiko. Dalam konteks ini, keberanian dan ketegasan pemimpin dalam mengambil keputusan sangat diperlukan. Ketika sang nakoda sudah memutuskan maka kapal pun akan berlayar mencapai tujuan. Kedua, pentingnya kualitas sumber daya manusia. Di era yang cepat berubah ini, kita harus dapat menyesuaikan diri bahkan berusaha untuk ikut menjadi dirijen perubahan. Tetap di tempat atau berjalan lambat berarti tertinggal. Inovasi untuk meningkatkan produktivitas tidak boleh berhenti, dan ini memerlukan sumber daya manusia yang mumpuni. Karena itulah, saya tidak pernah berhenti menyuarakan pentingnya kita memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia. Ketiga, pentingnya manajemen dan akumulasi knowledge. Setiap proyek merupakan ajang pembelajaran bagi organisasi. Setiap tantangan dan halangan sesungguhnya adalah berkah, karena ia memaksa kita untuk berpikir dan berusaha keras hingga menyentuh batas kemampuan kita. Sayangnya, banyak institusi tidak mengelola pengalaman dan knowledge tersebut dengan baik.
  • 18. Akumulasi pengetahuan melalui knowledge management yang handal perlu dilakukan, agar kita tidak melakukan kesalahan yang sama, dan agar kita bisa terus memperbaiki cara kerja untuk mendongkrak produktivitas. Riset dan observasi yang dilakukan oleh para senior dan pendahulu harus disimpan dengan baik, untuk dijadikan pembelajaran bagi generasi selanjutnya. Keempat, pentingnya peran entrepreneur. Sebenarnya ada begitu banyak bakat, otak cerdas, semangat dan keahlian disekitar kita. Sayangnya berbagai kemampuan tersebut seringkali berjalan sendiri-sendiri sehingga tidak berdampak bagi peningkatan produktivitas ekonomi. Diperlukan entrepreneur yang mampu melihat peluang dan menggabungkan potensi-potensi tersebut untuk berkolaborasi. Indonesia tidak saja perlu lebih banyak entrepreneur, tetapi juga akademisi dan birokrat yang berjiwa entrepreneurial; yaitu akademisi dan birokrat yang memandang tantangan sebagai peluang dan berusaha mencari terobosan baru dengan tetap memperhitungkan risiko dan mencari solusi bagi setiap permasalahan. Keberadaan sosok-sosok seperti itulah yang akan menjadikan Indonesia lebih produktif di masa mendatang. Kelima, pentingnya peranan Perguruan Tinggi. Produktivitas ataupun nilai tambah, tidak bisa lepas dari peran ilmu dan teknologi yang keduanya didapat dari pendidikan dan riset di perguruan tinggi. Begitu pula dengan SDM yang berkualitas, mereka adalah produk perguruan tinggi dan pengalaman di lapangan; karenanya, perguruan tinggi berperan penting dalam peningkatan produktivitas nasional. Keenam, pentingnya wisdom. Almarhum Haji Kalla, ayah saya, pada saat melimpahkan tanggung jawab untuk menjalankan perusahaan setelah krisis tahun 1967, berpesan agar perusahaan kami harus selalu mendatangkan manfaat bagi semua pihak; yaitu bagi
  • 19. masyarakat melalui produk yang bermanfaat, bagi pekerja melalui penghasilan yang berkah, bagi negara melalui pajak yang dibayarkan, dan baru kemudian bagi pemilik perusahaan melalui dividen yang dibagikan. Berbisnis harus dipandang sebagai ibadah, yaitu sebagai cara untuk berbagi rejeki, membantu sesama serta peluang membayar zakat dengan tepat. Begitu juga dalam pemerintahan setiap kebijakan harus bermanfaat bagi seluruh masyarakat untuk kemakmuran yang adil, karena itulah tujuan kita bernegara. Dalam kata lain, Pemerintah dan bisnis harus memberikan impak yang positif bagi sekeliling, apa pun bidangnya. Sukses kita harus sejalan dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Sukses kita tidak diukur hanya dari seberapa hebat kita berkarya, tetapi lebih penting lagi adalah dari seberapa besar manfaat dari karya kita bagi sesama. Akhirnya, pada kesempatan ini saya ingin berpesan kepada civitas akademika ITB agar jangan pernah berhenti melakukan dan menebar inovasi. Anda semua adalah generasi terbaik bangsa. Anda adalah lokomotif kemajuan dimana bangsa ini berharap peran besar ITB sebagai inisiator dan motor peningkatan produktivitas. ITB tidak boleh terkungkung dalam jeratan sistim yang birokratis, karena birokrasi yang berlebihan akan mengekang kreatifitas dan daya berinovasi. Sekali lagi terima kasih, dan selamat berkarya. Wassalaamu’alaikum Wr. Wb. 6/1/2020;09.00