SlideShare a Scribd company logo
TUGAS
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR BUANGAN
ON SITE SANITATION PADA KAWASAN BENCANA

OLEH:
NURUL FITRIA

0910942013

LUCIANA GUSTIN

0910942043

NADIA PUTRI

1010941001

WIDIA YULIANTI

1010941009

DOSEN:
Dr. PUTI SRI KOMALA

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air buangan diartikan sebagai kejadian dimasukkannya benda padat, cair dan gas ke dalam
air dengan sifatnya berupa endapan, atau padat,padat tersuspensi, terlarut, koloid, dan
emulsi yang menyebabkan air tersebut harus dipisahkan atau dibuang dengan saluran air
buangan. Air buangan dapat berasal dari buangan rumah tangga, sekolah, perkantoran,
hotel rumah sakit, pasar restoran dan lain-lain.
Prinsip air buangan harus dapat mengalir secara terus menerus dan cepat terbuang,akan
tetapi tidak boleh mengganggu estetika seperti terjadinya endapan di sepanjang saluran
buangan dengan bau dan warna air buangan yang mengganggu kesehatan. Air buangan
terjadi bila air bersih terkontaminasi oleh material proses dalam proses pencucian. Selain itu
air buangan juga diproduksi oleh sistem utilitas seperti proses pengolahan air umpan boiler,
boiler blowdown, cooling tower blowdown dan lain-lain. Karateristik Air buangan meliputi
jumlah dan kandungan kontaminan.
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat rawan bencana yang tinggi.
Seperti seringnya terjadi bencana gempa, tanah longsor ataupun banjir. Tentu dalam kondisi
seperti ini diperlukan suatu pengolahan air buangan yang lebih spesifik. Seperti pada
kawasan rawan banjir, akan berbeda pengolahan air buangannya dengan kawasan yang
tidak rawan banjir, karena ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengolahan air
buangannya.

1.2 Tujuan
Adapun maksud dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari mata kuliah
dan dapat sebagai pembelajaran akan ilmu tentang Onsite Sanitation pada kawasan
bencana.
Sedangkan Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Memahami jenis penerapan on site sanitation pada daerah rawan bencana banjir;
2. Memahami jenis penerapan on site sanitation pada daerah rawan bencana gempa bumi.

1.3 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
HALAMAN JUDUL
BAB I : PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, maksud dan tujuan, serta sistematika penulisan
makalah;
BAB II: ISI
Berisi penjelasan mengenai Onsite Sanitation yang digunakan dalam pengolahan air
buangan pada institusi (contohnya Rumah Sakit);
BAB III:PENUTUP
Berisi kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
ISI
Sistem pembuangan setempat adalah fasilitas sanitasi yang berada di dalam daerah persil
(batas tanah yang dimiliki). Sarana sistem pembuangan setempat dapat dibagi 2 (dua)
yaitu: - Sistem individual: tangki septic, cubluk - Sistem komunal: MCK
KeuntunganSistem pembuangan setempat:
a.

Biaya pembuatan murah

b.

Biasanya dibuat oleh sector swasta/pribadi

c.

Teknologi dan pembangunannya sederhana

d.

Sistem yang terpisah bagi tiap-tiap rumah dapat menjaga privacy yang aman dan bebas

e.

Operasi dan pemeliharaannya mudah dan umumnya merupakan tanggung jawab
pribadi masing-masing, kecuali yang tidak terpisah atau dalam kelompok/blok, dan

f.

Manfaatnya dapat dirasakan segera, yaitu: (1) Jamban bersih (2) Saluran air hujan tidak
lagi dibuangi limbah air cucian, tidak lagi selalu tergenang. Aliran limbah air cucian kecil
pada musim kemarau setiap harinya, yang biasanya anak balita suka main dalam aliran
air tersebut, yang bisa mengakibatkan penyakit. (3) Terhidar dari bau (4) Estetika
pekarangan, pekarangan menjadi terbebas dari saluran dengan aliran air berwarna
hitam dan becek-becek tiap hari (5) Populasi nyamuk berkurang

Kerugian Sistem pembuangan setempat :
a.

Tidak cocok bagi daerah dengan kepadatan penduduk sangat tinggi sehingga lahan
yang tersedia sangat sempit, dan muka air tanah tinggi, kecuali jika daya resap tanah
yang rendah.

b.

Sukar mengontrol operasi dan pemeliharaannya (terutama untuk sistem tangki septik)

c.

Kesalahan pengertian bahwa limbah air cucian (air cucian dapur, kamar mandi, kamar
cuci, wastafel) tidak boleh masuk ke cubluk atau tangki septik, langsung dibuang ke
saluran drainase, sehingga terus mengakibatkan adanya air becek tiap hari, mencemari
pemandangan, terutama badan-badan air, dan bau busuk juga mungkin terjadi

d.

Mencemari air tanah (sumur dangkal) bila pemeliharaannya tidak dilakukan dengan
baik.

Pada penerapan sistem setempat ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi (DPU 1989)
antara lain:
a.

Kepadatan penduduk kurang dari 200 jiwa /ha.

b.

Kepadatan penduduk 200-5— jiwa/ha masih memungkinkan dengan syarat penduduk
tidak menggunakan air tanah.
c.

Tersedia truk penyedotan tinja.

Untuk kawasan yang memiliki tingkat rawan terhadap bencana lebih tinggi akan memiliki
karakteristik pemilihan bentuk pengolahan onsite sanitation yang berbeda.
2.1 Onsite Sanitation di Daerah Rawan Banjir
Teknologi dalam Pengolahan Limbah Rumah Tangga
A. Tangki Septik Konvensional
Fungsi tangki septik konvensional adalah untuk mengolah air limbah domestik dengan
memanfaatkan proses biologis melalui pemisahan padatan dari cairan dimana padatan
tersebut akan secara anaerobik terdekomposisi sementara airnya akan dialirkan ke sistem
pembuangan. Tangki septic konvensional yang dilengkapi dengan sistem resapan
merupakan metode yang paling umum untuk pengolahan air limbah rumah tangga dari
perumahan yang tidak tersambung dengan sistem perpipaan air buangan.
Tangki septik konvensional merupakan sistem pengolahan air limbah rumah tangga yang
paling banyak digunakan untuk sistem individual di Indonesia

Gambar 1 Tangki Septik Konvensional

B. Anaerobic Baffled Reactor
Anaerobic baffled reactor (ABR) dapat dikatakan sebagai pengembangan tangki septik
konvensional. ABR terdiri dari kompartemen pengendap yang diikuti oleh beberapa reaktor
baffle. Baffle ini digunakan untuk mengarahkan aliran air ke atas (upflow) melalui beberapa
seri reactor selimut lumpur (sludge blanket). Konfigurasi ini memberikan waktu kontak yang
lebih lama antara biomasa anaerobic dengan air limbah sehingga akan meningkatkan
kinerja pengolahan. Dari setiap kompartemen tersebut akan dihasilkan gas.
Teknologi sanitasi ini dirancang menggunakan beberapa baffle vertikal yang akan memaksa
air limbah mengalir keatas melalui media lumpur aktif. Pada ABR ini terdapat tiga zone
operasional: asidifikasi, fermentasi, dan buffer. Zone asidifikasi terjadi pada kompartemen
pertama dimana nilai pH akan menurun karena terbentuknya asam lemak volatil dan
setelahnya akan meningkat lagi karena meningkatnya kapasitas buffer. Zona buffer
digunakan untuk menjaga agar proses berjalan dengan baik. Gas methan dihasilkan pada
zona fermentasi.

Gambar 2. Anaerobic Baffled Reactor

C. Anaerobic Upflow Filter
Anaerobic upflow filter (AUF) merupakan proses pengolahan air limbah dengan metode
pengaliran air limbah ke atas melalui media filter anaerobik. Sistem AUF ini memiliki waktu
detensi yang panjang dan akan menghasilkan efluen anaerob serta biasanya digunakan
untuk mengolah air limbah yang telah diolah sebelumnya dan juga perlu ada pengolahan
lanjutan untuk mendapatkan efluen yang memenuhi standar.
Mekanisme dasar pengolahan pada sistem ini adalah secara fisik, yaitu flokulasi,
sedimentasi dan adsorpsi. Proses atau reaksi biologis secara anaerob sangatlah lambat dan
tidak memiliki dampak penurunan BOD yang signifikan kecuali dengan waktu detensi yang
lama. Namun beberapa organik toksik dapat dikurangi melalui mekanisme fisik dan
presipitasi kimiawi (misalnya dengan sulfit) pada waktu detensi yang lebih pendek

Gambar 3. Anaerobic Upflow Filter
D. Rotating Biological Contactor
Rotating biological contactor (RBC) merupakan salah satu sistem pengolahan air limbah
secara aerobik dengan system lapisan tetap (aerobic fixed film system). RBC sendiri
merupakan media tempat menempelnya mikroorganisme aerobik. Dalam sistem RBC
terdapat tiga unit utama, yaitu: (Elisabeth v. Münch, 2005)
a. Zona primer: tangki sedimentasi dimana air limbah masuk dan padatan akan terendapkan
untuk kemudian dibuang dengan penyedotan
b. RBC: dimana pengolahan secara biologis terjadi. Sejumlah cakram (disk) menempel pada
tuas pemutar dan sebagian dari cakram ini akan terendam oleh air buangan sehingga akan
terbentuk lingkungan biomasa aktif pada media. RBC ini secara perlahan berputar pada
porosnya sehingga biomasa yang ada dapat kontak dengan air limbah maupun oksigen di
atmosfir secara bergantian
c. Zona pengendapan akhir: dimana terjadi pengendapan campuran air limbah yang telah
terolah dan biomasa yang berlebih

Gambar 4. Rotating Biological Contactor

E. Biofiltrasi
Biofiltrasi merupakan teknologi pengolahan air limbah yang memanfaatkan material hidup
untuk menangkap dan secara biologis mendegradasi polutan didalamnya. Biofiltrasi air
limbah domestik merupakan proses pengolahan yang unik dibandingkan dengan
pengolahan biologis lainnya dimana mikroorganisme menempel pada media kontak dan air
limbah dialirkan melewatinya untuk diolah.
Teknologi biofiltrasi ini secara umum dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu
1. Sistem konvensional dimana mikroorganisme menempel secara alami pada media
kontak
2. Penempelan mikroorganisme secara artifisial pada material polimer. Dalam sistem
biofiltrasi modern, mikroorganisme ditempelkan pada media kontak atau diperangkap
dalam suatu membran sehingga dapat lebih meningkatkan penyisihan BOD dan
padatan tersuspensi dibandingkan dengan teknologi biofiltrasi konvensional.
Lebih jauh lagi, penyisihan BOD dan padatan tersuspensi dalam air limbah dapat tercapai
dengan baik apabila mekanisme dan parameter yang mempengaruhi kekuatan penempelan
biofilm pada permukaan artifisial dapat diketahui dan dikontrol
F. Tripikon-S dan T-Pikon-H
Tripikon-S (Tri/Tiga Pipa Konsentris-Septik) merupakan salah satu alternatif pengolahan air
limbah domestik pada daerah yang terpengaruh pasang surut, seperti misalnya daerah
pesisir pantai, muara, sungai, maupun rawa.Teknologi ini dapat diterapkan untuk toilet
individual maupun komunal.
Kemudian teknologi Tripikon-S ini dikembangkan lebih lanjut menjadi T-Pikon-H (T Pipa
Horisontal).Pengolahan yang terjadi dalam T-Pikon-H ini adalah secara semi-aerob dan
anaerob.
Konsep dasar pengolahan adalahdengan menggunakan 3 pipa, yaitu:
1. pipa kecil sebagi inlet dari toilet;
2. pipa medium sebagai tempat terjadinya proses dekomposisi biologis,
3. pipa besar sebagai pelimpah (overflow) efluen. Ketiga pipa tersebut diatur secara
konsentris.

Gambar 5. Tripikon-S
Gambar 6. T-Pikon-H

Sistem Perencanaan Pengelolaan Air Buangan Pada Daerah Banjir
Pengolahan air limbah domestik di daerah banjir dapat menggunakan jenis teknologi apa
saja selama tetap memperhatikan ketinggian muka tanah serta ketinggian banjir maksimal.
Teknologi untuk masing-masing daerah spesifik dapat dilihat pada opsi-opsi untuk rumah
yang berada di darat.Yang sangat diperlukan adalah teknik untuk mencegah air banjir
masuk ke dalam sistem pengolahan, baik melalui lubang kloset, lubang di lantai, lubang
kontrol, ataupun outlet sistem pengolahan.Instalasi pengolahan yang aman dari banjir
mensyaratkan posisi lubang jamban, lubang hawa dan outlet instalasi pengolahan yang
berada di posisi terlindung dari rendaman banjir, khususnya untuk daerah rawan banjir. Hal
ini untuk mencegah masuknya air banjir ke dalam sistem yang akan menyebabkan instalasi
pengolahan lebih cepat penuh atau bahkan melimpah sehingga mencemari lingkungan.
Algoritma Pilihan Sanitasi Pada Daerah Rawan Banjir
Dari algoritma banjir tersebut dapat dijelaskan bahwa:
Sistem B1
merupakan sistem sestempat (jamban pribadi atau jamban bersama) sesuai untuk daerah
rawan banjir dengan kepadatan penduduk kurang dari 200 jiwa/ Ha dan muka air tanah < 2
m
Pada sistem ini pengolahan air buangan menggunakan tangki septik fiberglass, Tripkon-S
atau T-Pikon-H.Tripikon-S (Tri/Tiga Pipa Konsentris-Septik) merupakan salah satu alternatif
pengolahan air limbah domestic.
Efluen dari pengolahan tangki septik fiberglass sebaiknya diolah dengan sistem klorinasi
yang tersedia pada sistem tersebut. Hal ini untuk memperkecil potensi pencemaran
lingkungan apabila terjadi banjir dan agar efluen dapat langsung dibuang ke badan air
terdekat
T-Pikon-H & Tripikon-S disambungkan pada lubang jamban yang ada. Apabila
menggunakan ring beton sebagai material pembuat T-Pikon-H ataupun Tripikon-S, maka
sambungan antar ring beton harus dibuat kedap dengan menambahkan karet diantara ring
beton sebelum diplester
T-Pikon-H (T Pipa Horisontal).merupakan Tripikon-S yang dikembangkan lebih lanjut.
Pengolahan yang terjadi dalam T-Pikon-H ini adalah secara semi-aerob dan anaerob.
Konsep dasar pengolahan adalah dengan menggunakan 3 pipa, yaitu:
(a) pipa kecil sebagi inlet dari toilet;
(b) pipa medium sebagai tempat terjadinya proses dekomposisi biologis, dan (c) pipa besar
sebagai pelimpah (overflow) efluen. Ketiga pipa tersebut diatur secara konsentris.
Hal yang harus diperhatikan:
1. Untuk daerah kumuh dan miskin, pengadaan tangki septik fiberglass yang cukup
mahal perlu didukung sistem pembiayaan yang dapat diterima masyarakat, seperti
misalnya arisan.
2. Sistem pengolahan yang kedap air merupakan suatu keharusan untuk mencegah air
banjir masuk ke dalam sistem pengolahan.
3. Tinggi jamban sebaiknya disesuaikan dengan ketinggian banjir rata-rata.
4. Pipa hawa pada sistem pengolahan harus lebih tinggi dari rata-rata banjir tertinggi
Sistem B2
Pada sistem ini memiliki kawasan dengan ketinggian muka air >2 m. Sistem setempat
(jamban pribadi/bersama) sesuai untuk rumah di darat dengan kepadatan <200jiwa/Ha dan
taraf muka air tanah >2m
Teknologi pengolahan yang direkomendasikan adalah tangki septik, T-Pikon-H, Tripikon-S
dan biofiltrasi tangki fiber. Efluen dari instalasi pengolahan tersebut perlu diolah dengan
sistem resapan, kecuali pada biofiltrasi tangki fiber yang diaktifkan sistem klorinasinya
Penggunaan plastik yang diikatkan pada penutup tangki fiberglass dapat mencegah air
banjir masuk ke dalamnya
T-Pikon-H dan Tripikon-S disambungkan pada lubang jamban yang ada. Apabila
menggunakan ring beton sebagai material pembuat T-Pikon-H ataupun Tripikon-S, maka
sambungan antar ring beton harus dibuat kedap dengan menambahkan karet diantara ring
beton sebelum diplester
T-Pikon-H dan Tripikon-S sebaiknya dibuat dari bahan PVC ataupun ring beton, tergantung
dari kapasitas pengolahan yang diperlukan
Hal yang harus diperhatikan:
1. Tangki septik dan sistem resapan yang dibuat harus sesuai dengan SNI 03-23982002
2. Untuk daerah kumuh dan miskin, pengadaan tangki septik fiberglass yang cukup
mahal perlu didukung sistem pembiayaan yang dapat diterima masyarakat, seperti
misalnya arisan
3. Sistem pengolahan yang kedap air merupakan suatu keharusan untuk mencegah air
banjir masuk ke dalam sistem pengolahan.
4. Apabila memungkinkan, tinggi jamban sebaiknya disesuaikan dengan ketinggian
banjir rata-rata
5. Pipa hawa pada sistem pengolahan harus lebih tinggi dari rata-rata banjir tertinggi
Sistem B3
Sistem setempat untuk jamban umum sesuai untuk daerah rawan banjir dengan kepadatan
>200jiwa/Ha, dimana masyarakatnya tidak memiliki jamban sendiri.
Kualitas efluen perlu diperhatikan mengingat potensi pencemaran air tanah sehingga
penggunaan ABR + AUF yang dilengkapi wetland direkomendasikan.
Ketinggian wetland perlu disesuaikan dengan ketinggian banjir rata-rata (apabila
memungkinkan terkait dengan posisi instalasi pengolahannya), atau setidaknya memiliki
dinding yang cukup tinggi untuk mencegah air banjir masuk.
Sistem pondasi instalasi pengolahan menggunakan teknik pondasi yang disokong sistem
cerucuk untuk menghindari amblasan, apabila konstruksi dibangun di lokasi tanah yang
lembek dan tidak stabil.
Tangki septik fiberglass disambungkan pada lubang jamban yang ada. Tangki fiber ini
sebaiknya dilindungi dengan boks beton sehingga tidak mudah hanyut atau terangkat oleh
banjir.
Penggunaan plastik yang diikatkan pada penutup tangki fiberglass dapat mencegah air
banjir masuk ke dalamnya.
Efluen dari pengolahan tangki septik fiberglass sebaiknya diolah dengan sistem klorinasi
yang tersedia pada sistem tersebut.Hal ini untuk memperkecil potensi pencemaran
lingkungan apabila terjadi banjir, dan agar efluen dapat langsung dibuang ke badan air
terdekat.
Hal yang mesti diperhatikan:
1. Konstruksi cerucuk dapat mengacu pada ―Tata Cara Pelaksanaan Pondasi Cerucuk
Kayu di Atas Tanah Lembek dan Tanah Gambut‖.
2. Sistem pengolahan yang kedap air merupakan suatu keharusan untuk mencegah air
banjir masuk ke dalam sistem pengolahan.
3. Apabila memungkinkan, tinggi jamban sebaiknya disesuaikan dengan ketinggian
banjir rata-rata.
4. Pipa hawa pada sistem pengolahan harus lebih tinggi dari rata-rata banjir tertinggi
Sistem B4
Sistem perpipaan sesuai untuk rumah di daerah rawan banjir dengan kepadatan penduduk
>200jiwa/Ha, dimana masyarakat telah memiliki jamban sendiri dengan atau tanpa
pengolahan.
Pengolahan air buangan menggunakan teknologi ABR atau menerapkan sistem small bore
sewer dimana tinja diolah di pengolahan individual (misalnya tangki septik) dan efluennya
dialirkan menuju AUF.
Pengolahan efluen sangat diperlukan mengingat risiko pencemaran air tanah yang
tinggi.Penerapan wetland ataupun RBC sangat dianjurkan apabila memungkinkan.
Kapasitas pengolahan harus disesuaikan dengan beban air limbah yang masuk. Penerapan
system small bore sewer ini dapat mengurangi kapasitas pengolahan.
Perpipaan harus tertanam ataupun terlindung dengan baik dari sinar matahari langsung
maupun dari kerusakan oleh kegiatan di sekitarnya (misalnya terinjak, tergilas, atau
tertabrak).
Sambungan pipa harus dibuat kokoh dan kedap sehingga air dari luar tidak dapat masuk ke
dalam sistem, terutama di daerah yang tergenang setiap saat.
Hal yang mesti diperhatikan:
1. Perlu ada kelompok pengelola yang bertanggung jawab dalam O&M.
2. Pihak penyedia jasa penyedotan tinja perlu dilengkapi kendaraan penyedot tinja yang
mampu menjangkau medan sulit (misalnya motor tinja).
3. Kelompok pengelola perlu dibekali kemampuan perbaikan, minimal untuk perbaikan
minor
2.2 Onsite Sanitation Pasca Gempa Bumi
Salah satu contoh pengolahan air buangan yang dapat digunakan pada kawasan pasca
terjadinya bencana gempa adalah sistem sanitasi kompos. Sebuah sistem sanitasi kompos
didasarkan pada konsep dan prinsip-prinsip termofilik (panas)kompos. Ada tiga komponen
dasar yang diperlukan untuk sistem tersebut untuk berhasilberoperasi:
1) Toilet itu sendiri;
2) Bahan penutup berbasis karbon;
3) Sampah kompos. .
Toilet pada sistem ini bertujuan untuk mengumpulkan kotoran manusia, air seni dan tinja tak
terpisahkan kedalam wadah tahan air. Kotoran manusia yang telah terkumpul tersebut akan
didaur ulang melalui pengomposan.
Sistem sanitasi kompos ini adalah sistem sanitasi yang melibatkan baik limbah
ataupembuangan. Ukuran dan jenis toilet dapat bervariasi dari tempat ke tempat, tergantung
pada ketersediaandan tujuan. Wadah galon ukuranlima galon (20 liter) yang umum
digunakan dan sesuai untuk sistem skala kecil karena wadah dapat dengan mudah
dikosongkan oleh satu orang. Jenis toilet ini juga akan menghemat pemakaian air.
Tujuan dari toilet adalah untuk mengumpulkan kotoran, urin,kertas, dan serbuk gergaji (atau
lainnya

penutupmaterial)

sehingga

dapat

mencegah

kontak

tidak

sehat

dengan

lingkungan.Selain itu, toiletini memungkinkan pengumpulan kotoran manusia untuk
pengomposan termofilik karena ini dikombinasikan dalam toilet dengan carbonbasedbahan
organik oleh tindakan sederhana menutupi isi toilet.Tujuanpengomposan termofilik adalah
sebagai untuk meningkatkan aktivitas mikroba termofilik yangmenghasilkan panas. Proses
ini telahterbukti secara ilmiah untuk menghancurkan pathogensi manusia, rendering bahan
toilet higienisaman dan memenuhi syarat sanitasi.
Kotoran manusia tidak akanbisa dijadikan bahan kompos tunggal, karena memiliki tingkat
kelembaban yang terlalu tinggi. Dengan menambahkan bahan mengandung karbon ke toilet
setiap kali selesai digunakan, isi toilet bisa menjadi seimbang antara karbon dan nitrogen
dan dapat mencapai tingkat kelembaban yang optimal, selain itu juga dapat mengurangi bau
dari toilet tersebut.
Pada toilet ini, urine dibiarkan tercampur dengan tinja ketika didalam wadah toilet. Karena
untuk sanitasi kompos ini diperlukan kelembaban dan kadar nitrogen untuk mengimbangi
kekeringan dan karbon dari bahan penutupnya. Bila urin dipisahkan dari toilet tersebut,
dapat membuat massa organik kering yang dapat menyebabkan kekurangan kelembaban
dannitrogen. Hal ini dapatmenghambat fase termofilik pengomposan.
Selain itu, bahan-bahan kertas disarankan untuk ditambahkan ke isi toilet , seperti tissu
toilet.Sebaiknya sangat dihindari memasukkan bahan berbahan plastik kedalam wadah
toilet. Karena bahan plastik tidak akan dapat terurau dan tidak mempunyai peran dalam
pengomposan termofilik. Toilet ini dapat digunakan untuk ukuran rumah tangga, baik unutuk
satu orang ataupun beberapa orang, untuk kelompok orang sepeeti di posko-posko
pengungsian saat terjadi bencana.
Gambar diatas menggambarkan kapasitas 20 liter toilet kompos di Haiti. Di bawah toilet
duduk adalahwadah toilet di mana urin dan feses dikumpulkan dan ditutupi dengan serbuk
gergaji , gulatebu, atau bahan lain yang mengandung selulosa seperti dari tanaman
lokal.kandungan dan jumlah bahan penutup yang dimasukkan dengan kadar yang seimbang
akan dapat mengusir bau dan lalat. Ketika penuh, wadah toilet dapat diambil dari toiletdan
sisihkan untuk dikumpulkan dan kompos di lokasi terpisah.

Bahan penutup mengandung karbon digunakan dalam toiket kompos ini. Bahan-bahan
penutup ini akan menutupi tinja yang terdapat dalam wadah toilet tersebut.Bahan penutup
yang cukup akan dapat menghilangkan bau dan lalat. Pengukuran jumlkah bahan penutup
hanya dengan mencium toilet ataupun tumpukan kompos tersebut. Jika ada bau yang
ofensif, bahan penutup lainnya, bahan penutup halus, ataubahan dengan kadar air lebih
harus digunakan untuk menutupi .Demikian juga dengan keberadaan lalat pada toilet
tersebut.
Bahan penutup harus memiliki kadar karbon dan selulosa tanaman untuk dapat
mengoptimalkan kerja pengomposan terfmoilik. Salah satu bahan penutup yang paling
banyak digunakan adalah serbuk gergaji dari pohon.Bahan penutup lainnya seperti lahan
gambut dan sekam padi.Ketersediaan bahan penutup yang tepat penting untuk keberhasilan
operasi dari toilet kompos ini.Bahan penutup tidak boleh terlalu kasar seperti potongan
kayu.Serutan kayu dapat menghambat kerja termofilikkompos karena tidak dapat
diaksesnya karbon untuk mikroorganisme kompos karenapartikel kayu terlalu besar,
meskipun serutan kayu dapat digunakan.
Pengomposan termofilik adalah dekomposisi aerobik bahan organik yang mencakup
panasdidominasi oleh bakteri penghasil panas. Tahap panas dapat berlangsung beberapa
hari, beberapa minggu atau beberapa bulan,tergantung pada faktor-faktor seperti bahan
organik, ukuran massa kompos, suhu, lokasi geografis dan/ atau waktu tahun, dan kadar air.
Suhu termofilik umumnya di kisaran 45 derajat C atau lebih panas .
Banyak penelitian ilmiah telah dilakukan mengenai efektivitas termofiliklingkungan kompos
dalam menghancurkan patogen manusia seperti virus, protozoa, mikroba usus, dan bakteri.
Penelitian telah menunjukkan bahwa patogen manusia akan cepat terdegradasi pada
lingkungan yang termofilik.
Tumpukan kompos akan menjalani beberapa tahapan dekomposisi di samping tahap awal
termofilik. Setelah fase panas telah berakhir, bahan organik akan melanjutkanproses
degradasi

biologis

dan

transformasi

menjadi

humus

dibantu

oleh

non

–

termofilikmikroorganisme, macroorganisme seperti cacing tanah dan serangga lainnya , dan
jamur. Initahap tambahan memungkinkan untuk dekomposisi lebih lanjut dari bahan organik
untuk menghasilkanproduk akhir yang ramah dan menguntungkan untuk tanaman pertanian.
Proses pengomposan yang menggabungkan unsur suhu dan waktu akanmenghasilkan
produk akhir yang aman, sanitasi, menyenangkan,tidak berbau dapat disimpantanpa batas
waktu dan dapat digunakan untuk menanam makanan manusia.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah:
1. Dalam menentukan jenis pengolahan air buangan untuk daerah yang rawan bencana
banjir, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, seperti jumlah penduduk, bentuk
rumah penduduk dan tinggi muka air tanah;
2. Jenis pengolahan onsite sanitation air buangan yang dapat digunakan adalah tangki
septik, biofiltrasi, ABR, Tripikon S dan T – Pikon H;
3. Toilet kompos dapat dijadikan alternatif pengolahan air buangan pasca terjadinya gempa
bumi ataupun bencana lain yang menyebabkan kurangnya jumlah air di kawasan
tersebut;
4. 3 komponen penting dalam toilet kompos adalah toilet itusendiri, bahan penutup
mengandung karbon dan sampah kompos.
3.2 Saran
Saran yang dapat penuli berikan adalah Indonesia perlu merencanakan bentuk pengolahan
tepat guna yang cocok digunakan pada saat ataupun sebelum terjadinya bencana. Karena
mengingat negara Indonesia salah satu negara yang rawan terhadap bencana.
DAFTAR PUSTAKA
Jenkins, Joseph. 2010. Title: Compost-Based Sanitation In Post-Earthquake Haiti In Urban
And Rural Locations
Water and sanitation program. Buku Penuntun Opsi Sanitasi yang Terjangkau untuk Daerah
Spesifik.

More Related Content

What's hot

Ipal tahu.
Ipal tahu.Ipal tahu.
Ipal tahu.
jokorahmaddianto
 
Pengolahan Limbah Secara Alamiah
Pengolahan Limbah Secara AlamiahPengolahan Limbah Secara Alamiah
Pengolahan Limbah Secara Alamiah
Luthfiana Rahmasari
 
Lagun pengudaraan
Lagun pengudaraan Lagun pengudaraan
Lagun pengudaraan
Mohd Zakir Syamsu
 
Kinetika Proses dan Rancangan Variabel Pengolahan Limbah Cair
Kinetika Proses dan Rancangan Variabel Pengolahan Limbah CairKinetika Proses dan Rancangan Variabel Pengolahan Limbah Cair
Kinetika Proses dan Rancangan Variabel Pengolahan Limbah Cair
Syauqy Nurul Aziz
 
Makalah aerob anaerob
Makalah aerob anaerobMakalah aerob anaerob
Makalah aerob anaerob
Yusra Yuliana
 
Pengolahan air limbah
Pengolahan air limbah Pengolahan air limbah
Pengolahan air limbah
Amelia Rahmadiyan
 
Pengolahan limbah secara biologi
Pengolahan limbah secara biologi Pengolahan limbah secara biologi
Pengolahan limbah secara biologi Lia Murti Tirtayasa
 
Opsi Teknologi Pengelolaan Air Limbah Sistem Terpusat - Pengelolaan Akhir (IPAL)
Opsi Teknologi Pengelolaan Air Limbah Sistem Terpusat - Pengelolaan Akhir (IPAL)Opsi Teknologi Pengelolaan Air Limbah Sistem Terpusat - Pengelolaan Akhir (IPAL)
Opsi Teknologi Pengelolaan Air Limbah Sistem Terpusat - Pengelolaan Akhir (IPAL)
Joy Irman
 
pengolahan Limbah padat organik menjadi produk fungsional
pengolahan Limbah padat organik menjadi produk fungsionalpengolahan Limbah padat organik menjadi produk fungsional
pengolahan Limbah padat organik menjadi produk fungsional
Zuhriah As'ad
 
Sistem pengolahan air limbah terpusat off-site system
Sistem pengolahan air limbah terpusat   off-site systemSistem pengolahan air limbah terpusat   off-site system
Sistem pengolahan air limbah terpusat off-site system
Joy Irman
 
teknologi pemcemaran air
teknologi pemcemaran airteknologi pemcemaran air
teknologi pemcemaran air
My own home
 
Utilitas pengolahan air secara kimia
Utilitas pengolahan air secara kimiaUtilitas pengolahan air secara kimia
Utilitas pengolahan air secara kimia
Diyah Ayu Ayu
 
Penanganan Limbah Cair
Penanganan Limbah CairPenanganan Limbah Cair
Penanganan Limbah Cair
Aprillia P
 
Teknologi pengelolaan limbah rumahsakit
Teknologi pengelolaan limbah rumahsakitTeknologi pengelolaan limbah rumahsakit
Teknologi pengelolaan limbah rumahsakit
Muhammad Solihin
 
Pengolahan air bersih
Pengolahan air bersihPengolahan air bersih
Pengolahan air bersihKartika Syafitri
 
Studi kasus pdam tirtanadi medan new
Studi kasus pdam tirtanadi medan newStudi kasus pdam tirtanadi medan new
Studi kasus pdam tirtanadi medan new
Arie Julianda
 
Tertiary Treatment
Tertiary TreatmentTertiary Treatment
Tertiary Treatment
Suci Fitriana Bangun
 
Informed Choices Catalogue Sanitasi Berbasis Masyarakat (2003)
Informed Choices Catalogue Sanitasi Berbasis Masyarakat (2003)Informed Choices Catalogue Sanitasi Berbasis Masyarakat (2003)
Informed Choices Catalogue Sanitasi Berbasis Masyarakat (2003)
Yuyun Ismawati Drwiega
 
Penanganan limbah
Penanganan  limbahPenanganan  limbah
Penanganan limbah
salmafirda
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
Ryan Pratikto
 

What's hot (20)

Ipal tahu.
Ipal tahu.Ipal tahu.
Ipal tahu.
 
Pengolahan Limbah Secara Alamiah
Pengolahan Limbah Secara AlamiahPengolahan Limbah Secara Alamiah
Pengolahan Limbah Secara Alamiah
 
Lagun pengudaraan
Lagun pengudaraan Lagun pengudaraan
Lagun pengudaraan
 
Kinetika Proses dan Rancangan Variabel Pengolahan Limbah Cair
Kinetika Proses dan Rancangan Variabel Pengolahan Limbah CairKinetika Proses dan Rancangan Variabel Pengolahan Limbah Cair
Kinetika Proses dan Rancangan Variabel Pengolahan Limbah Cair
 
Makalah aerob anaerob
Makalah aerob anaerobMakalah aerob anaerob
Makalah aerob anaerob
 
Pengolahan air limbah
Pengolahan air limbah Pengolahan air limbah
Pengolahan air limbah
 
Pengolahan limbah secara biologi
Pengolahan limbah secara biologi Pengolahan limbah secara biologi
Pengolahan limbah secara biologi
 
Opsi Teknologi Pengelolaan Air Limbah Sistem Terpusat - Pengelolaan Akhir (IPAL)
Opsi Teknologi Pengelolaan Air Limbah Sistem Terpusat - Pengelolaan Akhir (IPAL)Opsi Teknologi Pengelolaan Air Limbah Sistem Terpusat - Pengelolaan Akhir (IPAL)
Opsi Teknologi Pengelolaan Air Limbah Sistem Terpusat - Pengelolaan Akhir (IPAL)
 
pengolahan Limbah padat organik menjadi produk fungsional
pengolahan Limbah padat organik menjadi produk fungsionalpengolahan Limbah padat organik menjadi produk fungsional
pengolahan Limbah padat organik menjadi produk fungsional
 
Sistem pengolahan air limbah terpusat off-site system
Sistem pengolahan air limbah terpusat   off-site systemSistem pengolahan air limbah terpusat   off-site system
Sistem pengolahan air limbah terpusat off-site system
 
teknologi pemcemaran air
teknologi pemcemaran airteknologi pemcemaran air
teknologi pemcemaran air
 
Utilitas pengolahan air secara kimia
Utilitas pengolahan air secara kimiaUtilitas pengolahan air secara kimia
Utilitas pengolahan air secara kimia
 
Penanganan Limbah Cair
Penanganan Limbah CairPenanganan Limbah Cair
Penanganan Limbah Cair
 
Teknologi pengelolaan limbah rumahsakit
Teknologi pengelolaan limbah rumahsakitTeknologi pengelolaan limbah rumahsakit
Teknologi pengelolaan limbah rumahsakit
 
Pengolahan air bersih
Pengolahan air bersihPengolahan air bersih
Pengolahan air bersih
 
Studi kasus pdam tirtanadi medan new
Studi kasus pdam tirtanadi medan newStudi kasus pdam tirtanadi medan new
Studi kasus pdam tirtanadi medan new
 
Tertiary Treatment
Tertiary TreatmentTertiary Treatment
Tertiary Treatment
 
Informed Choices Catalogue Sanitasi Berbasis Masyarakat (2003)
Informed Choices Catalogue Sanitasi Berbasis Masyarakat (2003)Informed Choices Catalogue Sanitasi Berbasis Masyarakat (2003)
Informed Choices Catalogue Sanitasi Berbasis Masyarakat (2003)
 
Penanganan limbah
Penanganan  limbahPenanganan  limbah
Penanganan limbah
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 

Similar to On site sanitation kawasan bencana

PPT Sistem Rekayasa Air Limbah dan Pembuangannya.pptx
PPT Sistem Rekayasa Air Limbah dan Pembuangannya.pptxPPT Sistem Rekayasa Air Limbah dan Pembuangannya.pptx
PPT Sistem Rekayasa Air Limbah dan Pembuangannya.pptx
magangfim17
 
63207008 430633541-dasar-pengelolaan-air-limbah
63207008 430633541-dasar-pengelolaan-air-limbah63207008 430633541-dasar-pengelolaan-air-limbah
63207008 430633541-dasar-pengelolaan-air-limbah
Edison Mega Dima
 
Materi Pembuka Pedoman Umum Tempat Pengelolaan Akhir Sampah
Materi Pembuka Pedoman Umum Tempat Pengelolaan Akhir SampahMateri Pembuka Pedoman Umum Tempat Pengelolaan Akhir Sampah
Materi Pembuka Pedoman Umum Tempat Pengelolaan Akhir Sampah
HarryPrasadya1
 
Ecodrain
EcodrainEcodrain
Ecodrain
infosanitasi
 
Pengolahan limbah
Pengolahan limbahPengolahan limbah
Pengolahan limbah
RATNATRI
 
Modul SANIMAS. Aspek Teknik dan Implementasi
Modul SANIMAS. Aspek Teknik dan ImplementasiModul SANIMAS. Aspek Teknik dan Implementasi
Modul SANIMAS. Aspek Teknik dan Implementasi
Oswar Mungkasa
 
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Kamus, Daftar Istilah dan Def...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Kamus, Daftar Istilah dan Def...Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Kamus, Daftar Istilah dan Def...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Kamus, Daftar Istilah dan Def...
Joy Irman
 
Perencanaan Teknis Bangunan Pengolahan Air Limbah secara Gabungan
Perencanaan Teknis Bangunan Pengolahan Air Limbah secara GabunganPerencanaan Teknis Bangunan Pengolahan Air Limbah secara Gabungan
Perencanaan Teknis Bangunan Pengolahan Air Limbah secara Gabungan
Joy Irman
 
Opsi Teknologi Air Limbah Domestik Sistem Setempat (On-Site)
Opsi Teknologi Air Limbah Domestik Sistem Setempat (On-Site)Opsi Teknologi Air Limbah Domestik Sistem Setempat (On-Site)
Opsi Teknologi Air Limbah Domestik Sistem Setempat (On-Site)
Joy Irman
 
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - MCK Umum - Perencanaan Teknis
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - MCK Umum - Perencanaan TeknisSistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - MCK Umum - Perencanaan Teknis
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - MCK Umum - Perencanaan Teknis
Joy Irman
 
Jaringan air bersih
Jaringan air bersihJaringan air bersih
Jaringan air bersih
rio aditama
 
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Upflow Anaerobic Filter - Per...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Upflow Anaerobic Filter - Per...Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Upflow Anaerobic Filter - Per...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Upflow Anaerobic Filter - Per...
Joy Irman
 
Pedoman Penyusunan Buku Putih Sanitasi (BPS) 2014
Pedoman Penyusunan Buku Putih Sanitasi (BPS) 2014Pedoman Penyusunan Buku Putih Sanitasi (BPS) 2014
Pedoman Penyusunan Buku Putih Sanitasi (BPS) 2014
infosanitasi
 
Makalah Desalinasi - Pengertian dan Perkembangan Desalinasi, Teknologi dan Je...
Makalah Desalinasi - Pengertian dan Perkembangan Desalinasi, Teknologi dan Je...Makalah Desalinasi - Pengertian dan Perkembangan Desalinasi, Teknologi dan Je...
Makalah Desalinasi - Pengertian dan Perkembangan Desalinasi, Teknologi dan Je...
Luhur Moekti Prayogo
 
Hengkyprabowoirianto
HengkyprabowoiriantoHengkyprabowoirianto
Hengkyprabowoirianto
Hengky Irianto
 
MI.4-Pengolahan-Limbah-Cair-Fasyankes_Edit.pdf
MI.4-Pengolahan-Limbah-Cair-Fasyankes_Edit.pdfMI.4-Pengolahan-Limbah-Cair-Fasyankes_Edit.pdf
MI.4-Pengolahan-Limbah-Cair-Fasyankes_Edit.pdf
HendrawanSetya
 
PLH- Sistem Pengelolaan Air Limbah
PLH- Sistem Pengelolaan Air LimbahPLH- Sistem Pengelolaan Air Limbah
PLH- Sistem Pengelolaan Air Limbah
Adinda Anindya Nur Fadillah
 
PPT Of Sewerage System
PPT Of Sewerage SystemPPT Of Sewerage System
PPT Of Sewerage Systemhesli oktavia
 
Produk, Sistem dan Teknologi Pengolahan Air Limbah Domestik
Produk, Sistem dan Teknologi Pengolahan Air Limbah DomestikProduk, Sistem dan Teknologi Pengolahan Air Limbah Domestik
Produk, Sistem dan Teknologi Pengolahan Air Limbah Domestik
Joy Irman
 
Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga Skala Kecil.ppt
Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga Skala Kecil.pptPengolahan Air Limbah Rumah Tangga Skala Kecil.ppt
Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga Skala Kecil.ppt
Riffidoresson1
 

Similar to On site sanitation kawasan bencana (20)

PPT Sistem Rekayasa Air Limbah dan Pembuangannya.pptx
PPT Sistem Rekayasa Air Limbah dan Pembuangannya.pptxPPT Sistem Rekayasa Air Limbah dan Pembuangannya.pptx
PPT Sistem Rekayasa Air Limbah dan Pembuangannya.pptx
 
63207008 430633541-dasar-pengelolaan-air-limbah
63207008 430633541-dasar-pengelolaan-air-limbah63207008 430633541-dasar-pengelolaan-air-limbah
63207008 430633541-dasar-pengelolaan-air-limbah
 
Materi Pembuka Pedoman Umum Tempat Pengelolaan Akhir Sampah
Materi Pembuka Pedoman Umum Tempat Pengelolaan Akhir SampahMateri Pembuka Pedoman Umum Tempat Pengelolaan Akhir Sampah
Materi Pembuka Pedoman Umum Tempat Pengelolaan Akhir Sampah
 
Ecodrain
EcodrainEcodrain
Ecodrain
 
Pengolahan limbah
Pengolahan limbahPengolahan limbah
Pengolahan limbah
 
Modul SANIMAS. Aspek Teknik dan Implementasi
Modul SANIMAS. Aspek Teknik dan ImplementasiModul SANIMAS. Aspek Teknik dan Implementasi
Modul SANIMAS. Aspek Teknik dan Implementasi
 
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Kamus, Daftar Istilah dan Def...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Kamus, Daftar Istilah dan Def...Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Kamus, Daftar Istilah dan Def...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Kamus, Daftar Istilah dan Def...
 
Perencanaan Teknis Bangunan Pengolahan Air Limbah secara Gabungan
Perencanaan Teknis Bangunan Pengolahan Air Limbah secara GabunganPerencanaan Teknis Bangunan Pengolahan Air Limbah secara Gabungan
Perencanaan Teknis Bangunan Pengolahan Air Limbah secara Gabungan
 
Opsi Teknologi Air Limbah Domestik Sistem Setempat (On-Site)
Opsi Teknologi Air Limbah Domestik Sistem Setempat (On-Site)Opsi Teknologi Air Limbah Domestik Sistem Setempat (On-Site)
Opsi Teknologi Air Limbah Domestik Sistem Setempat (On-Site)
 
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - MCK Umum - Perencanaan Teknis
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - MCK Umum - Perencanaan TeknisSistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - MCK Umum - Perencanaan Teknis
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - MCK Umum - Perencanaan Teknis
 
Jaringan air bersih
Jaringan air bersihJaringan air bersih
Jaringan air bersih
 
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Upflow Anaerobic Filter - Per...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Upflow Anaerobic Filter - Per...Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Upflow Anaerobic Filter - Per...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Upflow Anaerobic Filter - Per...
 
Pedoman Penyusunan Buku Putih Sanitasi (BPS) 2014
Pedoman Penyusunan Buku Putih Sanitasi (BPS) 2014Pedoman Penyusunan Buku Putih Sanitasi (BPS) 2014
Pedoman Penyusunan Buku Putih Sanitasi (BPS) 2014
 
Makalah Desalinasi - Pengertian dan Perkembangan Desalinasi, Teknologi dan Je...
Makalah Desalinasi - Pengertian dan Perkembangan Desalinasi, Teknologi dan Je...Makalah Desalinasi - Pengertian dan Perkembangan Desalinasi, Teknologi dan Je...
Makalah Desalinasi - Pengertian dan Perkembangan Desalinasi, Teknologi dan Je...
 
Hengkyprabowoirianto
HengkyprabowoiriantoHengkyprabowoirianto
Hengkyprabowoirianto
 
MI.4-Pengolahan-Limbah-Cair-Fasyankes_Edit.pdf
MI.4-Pengolahan-Limbah-Cair-Fasyankes_Edit.pdfMI.4-Pengolahan-Limbah-Cair-Fasyankes_Edit.pdf
MI.4-Pengolahan-Limbah-Cair-Fasyankes_Edit.pdf
 
PLH- Sistem Pengelolaan Air Limbah
PLH- Sistem Pengelolaan Air LimbahPLH- Sistem Pengelolaan Air Limbah
PLH- Sistem Pengelolaan Air Limbah
 
PPT Of Sewerage System
PPT Of Sewerage SystemPPT Of Sewerage System
PPT Of Sewerage System
 
Produk, Sistem dan Teknologi Pengolahan Air Limbah Domestik
Produk, Sistem dan Teknologi Pengolahan Air Limbah DomestikProduk, Sistem dan Teknologi Pengolahan Air Limbah Domestik
Produk, Sistem dan Teknologi Pengolahan Air Limbah Domestik
 
Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga Skala Kecil.ppt
Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga Skala Kecil.pptPengolahan Air Limbah Rumah Tangga Skala Kecil.ppt
Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga Skala Kecil.ppt
 

Recently uploaded

Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
muhammadRifai732845
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
ferrydmn1999
 
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdfProgram Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
erlita3
 
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
AgusRahmat39
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
PURWANTOSDNWATES2
 
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
nawasenamerta
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
kinayaptr30
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
SEMUELSAMBOKARAENG
 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
EkoPutuKromo
 
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
SABDA
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
agusmulyadi08
 
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfLaporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
gloriosaesy
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
astridamalia20
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
setiatinambunan
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
EkoPutuKromo
 
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdfLaporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
yuniarmadyawati361
 
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
RinawatiRinawati10
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
d2spdpnd9185
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
lindaagina84
 

Recently uploaded (20)

Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
 
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdfProgram Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
 
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
 
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
 
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
 
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfLaporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
 
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdfLaporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
 
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
 

On site sanitation kawasan bencana

  • 1. TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR BUANGAN ON SITE SANITATION PADA KAWASAN BENCANA OLEH: NURUL FITRIA 0910942013 LUCIANA GUSTIN 0910942043 NADIA PUTRI 1010941001 WIDIA YULIANTI 1010941009 DOSEN: Dr. PUTI SRI KOMALA JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2013
  • 2. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air buangan diartikan sebagai kejadian dimasukkannya benda padat, cair dan gas ke dalam air dengan sifatnya berupa endapan, atau padat,padat tersuspensi, terlarut, koloid, dan emulsi yang menyebabkan air tersebut harus dipisahkan atau dibuang dengan saluran air buangan. Air buangan dapat berasal dari buangan rumah tangga, sekolah, perkantoran, hotel rumah sakit, pasar restoran dan lain-lain. Prinsip air buangan harus dapat mengalir secara terus menerus dan cepat terbuang,akan tetapi tidak boleh mengganggu estetika seperti terjadinya endapan di sepanjang saluran buangan dengan bau dan warna air buangan yang mengganggu kesehatan. Air buangan terjadi bila air bersih terkontaminasi oleh material proses dalam proses pencucian. Selain itu air buangan juga diproduksi oleh sistem utilitas seperti proses pengolahan air umpan boiler, boiler blowdown, cooling tower blowdown dan lain-lain. Karateristik Air buangan meliputi jumlah dan kandungan kontaminan. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat rawan bencana yang tinggi. Seperti seringnya terjadi bencana gempa, tanah longsor ataupun banjir. Tentu dalam kondisi seperti ini diperlukan suatu pengolahan air buangan yang lebih spesifik. Seperti pada kawasan rawan banjir, akan berbeda pengolahan air buangannya dengan kawasan yang tidak rawan banjir, karena ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengolahan air buangannya. 1.2 Tujuan Adapun maksud dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari mata kuliah dan dapat sebagai pembelajaran akan ilmu tentang Onsite Sanitation pada kawasan bencana. Sedangkan Tujuan dari penulisan makalah ini adalah: 1. Memahami jenis penerapan on site sanitation pada daerah rawan bencana banjir; 2. Memahami jenis penerapan on site sanitation pada daerah rawan bencana gempa bumi. 1.3 Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
  • 3. HALAMAN JUDUL BAB I : PENDAHULUAN Berisi tentang latar belakang, maksud dan tujuan, serta sistematika penulisan makalah; BAB II: ISI Berisi penjelasan mengenai Onsite Sanitation yang digunakan dalam pengolahan air buangan pada institusi (contohnya Rumah Sakit); BAB III:PENUTUP Berisi kesimpulan dan saran. DAFTAR PUSTAKA
  • 4. BAB II ISI Sistem pembuangan setempat adalah fasilitas sanitasi yang berada di dalam daerah persil (batas tanah yang dimiliki). Sarana sistem pembuangan setempat dapat dibagi 2 (dua) yaitu: - Sistem individual: tangki septic, cubluk - Sistem komunal: MCK KeuntunganSistem pembuangan setempat: a. Biaya pembuatan murah b. Biasanya dibuat oleh sector swasta/pribadi c. Teknologi dan pembangunannya sederhana d. Sistem yang terpisah bagi tiap-tiap rumah dapat menjaga privacy yang aman dan bebas e. Operasi dan pemeliharaannya mudah dan umumnya merupakan tanggung jawab pribadi masing-masing, kecuali yang tidak terpisah atau dalam kelompok/blok, dan f. Manfaatnya dapat dirasakan segera, yaitu: (1) Jamban bersih (2) Saluran air hujan tidak lagi dibuangi limbah air cucian, tidak lagi selalu tergenang. Aliran limbah air cucian kecil pada musim kemarau setiap harinya, yang biasanya anak balita suka main dalam aliran air tersebut, yang bisa mengakibatkan penyakit. (3) Terhidar dari bau (4) Estetika pekarangan, pekarangan menjadi terbebas dari saluran dengan aliran air berwarna hitam dan becek-becek tiap hari (5) Populasi nyamuk berkurang Kerugian Sistem pembuangan setempat : a. Tidak cocok bagi daerah dengan kepadatan penduduk sangat tinggi sehingga lahan yang tersedia sangat sempit, dan muka air tanah tinggi, kecuali jika daya resap tanah yang rendah. b. Sukar mengontrol operasi dan pemeliharaannya (terutama untuk sistem tangki septik) c. Kesalahan pengertian bahwa limbah air cucian (air cucian dapur, kamar mandi, kamar cuci, wastafel) tidak boleh masuk ke cubluk atau tangki septik, langsung dibuang ke saluran drainase, sehingga terus mengakibatkan adanya air becek tiap hari, mencemari pemandangan, terutama badan-badan air, dan bau busuk juga mungkin terjadi d. Mencemari air tanah (sumur dangkal) bila pemeliharaannya tidak dilakukan dengan baik. Pada penerapan sistem setempat ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi (DPU 1989) antara lain: a. Kepadatan penduduk kurang dari 200 jiwa /ha. b. Kepadatan penduduk 200-5— jiwa/ha masih memungkinkan dengan syarat penduduk tidak menggunakan air tanah.
  • 5. c. Tersedia truk penyedotan tinja. Untuk kawasan yang memiliki tingkat rawan terhadap bencana lebih tinggi akan memiliki karakteristik pemilihan bentuk pengolahan onsite sanitation yang berbeda. 2.1 Onsite Sanitation di Daerah Rawan Banjir Teknologi dalam Pengolahan Limbah Rumah Tangga A. Tangki Septik Konvensional Fungsi tangki septik konvensional adalah untuk mengolah air limbah domestik dengan memanfaatkan proses biologis melalui pemisahan padatan dari cairan dimana padatan tersebut akan secara anaerobik terdekomposisi sementara airnya akan dialirkan ke sistem pembuangan. Tangki septic konvensional yang dilengkapi dengan sistem resapan merupakan metode yang paling umum untuk pengolahan air limbah rumah tangga dari perumahan yang tidak tersambung dengan sistem perpipaan air buangan. Tangki septik konvensional merupakan sistem pengolahan air limbah rumah tangga yang paling banyak digunakan untuk sistem individual di Indonesia Gambar 1 Tangki Septik Konvensional B. Anaerobic Baffled Reactor Anaerobic baffled reactor (ABR) dapat dikatakan sebagai pengembangan tangki septik konvensional. ABR terdiri dari kompartemen pengendap yang diikuti oleh beberapa reaktor baffle. Baffle ini digunakan untuk mengarahkan aliran air ke atas (upflow) melalui beberapa seri reactor selimut lumpur (sludge blanket). Konfigurasi ini memberikan waktu kontak yang lebih lama antara biomasa anaerobic dengan air limbah sehingga akan meningkatkan kinerja pengolahan. Dari setiap kompartemen tersebut akan dihasilkan gas.
  • 6. Teknologi sanitasi ini dirancang menggunakan beberapa baffle vertikal yang akan memaksa air limbah mengalir keatas melalui media lumpur aktif. Pada ABR ini terdapat tiga zone operasional: asidifikasi, fermentasi, dan buffer. Zone asidifikasi terjadi pada kompartemen pertama dimana nilai pH akan menurun karena terbentuknya asam lemak volatil dan setelahnya akan meningkat lagi karena meningkatnya kapasitas buffer. Zona buffer digunakan untuk menjaga agar proses berjalan dengan baik. Gas methan dihasilkan pada zona fermentasi. Gambar 2. Anaerobic Baffled Reactor C. Anaerobic Upflow Filter Anaerobic upflow filter (AUF) merupakan proses pengolahan air limbah dengan metode pengaliran air limbah ke atas melalui media filter anaerobik. Sistem AUF ini memiliki waktu detensi yang panjang dan akan menghasilkan efluen anaerob serta biasanya digunakan untuk mengolah air limbah yang telah diolah sebelumnya dan juga perlu ada pengolahan lanjutan untuk mendapatkan efluen yang memenuhi standar. Mekanisme dasar pengolahan pada sistem ini adalah secara fisik, yaitu flokulasi, sedimentasi dan adsorpsi. Proses atau reaksi biologis secara anaerob sangatlah lambat dan tidak memiliki dampak penurunan BOD yang signifikan kecuali dengan waktu detensi yang lama. Namun beberapa organik toksik dapat dikurangi melalui mekanisme fisik dan presipitasi kimiawi (misalnya dengan sulfit) pada waktu detensi yang lebih pendek Gambar 3. Anaerobic Upflow Filter
  • 7. D. Rotating Biological Contactor Rotating biological contactor (RBC) merupakan salah satu sistem pengolahan air limbah secara aerobik dengan system lapisan tetap (aerobic fixed film system). RBC sendiri merupakan media tempat menempelnya mikroorganisme aerobik. Dalam sistem RBC terdapat tiga unit utama, yaitu: (Elisabeth v. Münch, 2005) a. Zona primer: tangki sedimentasi dimana air limbah masuk dan padatan akan terendapkan untuk kemudian dibuang dengan penyedotan b. RBC: dimana pengolahan secara biologis terjadi. Sejumlah cakram (disk) menempel pada tuas pemutar dan sebagian dari cakram ini akan terendam oleh air buangan sehingga akan terbentuk lingkungan biomasa aktif pada media. RBC ini secara perlahan berputar pada porosnya sehingga biomasa yang ada dapat kontak dengan air limbah maupun oksigen di atmosfir secara bergantian c. Zona pengendapan akhir: dimana terjadi pengendapan campuran air limbah yang telah terolah dan biomasa yang berlebih Gambar 4. Rotating Biological Contactor E. Biofiltrasi Biofiltrasi merupakan teknologi pengolahan air limbah yang memanfaatkan material hidup untuk menangkap dan secara biologis mendegradasi polutan didalamnya. Biofiltrasi air limbah domestik merupakan proses pengolahan yang unik dibandingkan dengan pengolahan biologis lainnya dimana mikroorganisme menempel pada media kontak dan air limbah dialirkan melewatinya untuk diolah. Teknologi biofiltrasi ini secara umum dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu 1. Sistem konvensional dimana mikroorganisme menempel secara alami pada media kontak
  • 8. 2. Penempelan mikroorganisme secara artifisial pada material polimer. Dalam sistem biofiltrasi modern, mikroorganisme ditempelkan pada media kontak atau diperangkap dalam suatu membran sehingga dapat lebih meningkatkan penyisihan BOD dan padatan tersuspensi dibandingkan dengan teknologi biofiltrasi konvensional. Lebih jauh lagi, penyisihan BOD dan padatan tersuspensi dalam air limbah dapat tercapai dengan baik apabila mekanisme dan parameter yang mempengaruhi kekuatan penempelan biofilm pada permukaan artifisial dapat diketahui dan dikontrol F. Tripikon-S dan T-Pikon-H Tripikon-S (Tri/Tiga Pipa Konsentris-Septik) merupakan salah satu alternatif pengolahan air limbah domestik pada daerah yang terpengaruh pasang surut, seperti misalnya daerah pesisir pantai, muara, sungai, maupun rawa.Teknologi ini dapat diterapkan untuk toilet individual maupun komunal. Kemudian teknologi Tripikon-S ini dikembangkan lebih lanjut menjadi T-Pikon-H (T Pipa Horisontal).Pengolahan yang terjadi dalam T-Pikon-H ini adalah secara semi-aerob dan anaerob. Konsep dasar pengolahan adalahdengan menggunakan 3 pipa, yaitu: 1. pipa kecil sebagi inlet dari toilet; 2. pipa medium sebagai tempat terjadinya proses dekomposisi biologis, 3. pipa besar sebagai pelimpah (overflow) efluen. Ketiga pipa tersebut diatur secara konsentris. Gambar 5. Tripikon-S
  • 9. Gambar 6. T-Pikon-H Sistem Perencanaan Pengelolaan Air Buangan Pada Daerah Banjir Pengolahan air limbah domestik di daerah banjir dapat menggunakan jenis teknologi apa saja selama tetap memperhatikan ketinggian muka tanah serta ketinggian banjir maksimal. Teknologi untuk masing-masing daerah spesifik dapat dilihat pada opsi-opsi untuk rumah yang berada di darat.Yang sangat diperlukan adalah teknik untuk mencegah air banjir masuk ke dalam sistem pengolahan, baik melalui lubang kloset, lubang di lantai, lubang kontrol, ataupun outlet sistem pengolahan.Instalasi pengolahan yang aman dari banjir mensyaratkan posisi lubang jamban, lubang hawa dan outlet instalasi pengolahan yang berada di posisi terlindung dari rendaman banjir, khususnya untuk daerah rawan banjir. Hal ini untuk mencegah masuknya air banjir ke dalam sistem yang akan menyebabkan instalasi pengolahan lebih cepat penuh atau bahkan melimpah sehingga mencemari lingkungan. Algoritma Pilihan Sanitasi Pada Daerah Rawan Banjir
  • 10. Dari algoritma banjir tersebut dapat dijelaskan bahwa: Sistem B1 merupakan sistem sestempat (jamban pribadi atau jamban bersama) sesuai untuk daerah rawan banjir dengan kepadatan penduduk kurang dari 200 jiwa/ Ha dan muka air tanah < 2 m Pada sistem ini pengolahan air buangan menggunakan tangki septik fiberglass, Tripkon-S atau T-Pikon-H.Tripikon-S (Tri/Tiga Pipa Konsentris-Septik) merupakan salah satu alternatif pengolahan air limbah domestic. Efluen dari pengolahan tangki septik fiberglass sebaiknya diolah dengan sistem klorinasi yang tersedia pada sistem tersebut. Hal ini untuk memperkecil potensi pencemaran lingkungan apabila terjadi banjir dan agar efluen dapat langsung dibuang ke badan air terdekat T-Pikon-H & Tripikon-S disambungkan pada lubang jamban yang ada. Apabila menggunakan ring beton sebagai material pembuat T-Pikon-H ataupun Tripikon-S, maka sambungan antar ring beton harus dibuat kedap dengan menambahkan karet diantara ring beton sebelum diplester T-Pikon-H (T Pipa Horisontal).merupakan Tripikon-S yang dikembangkan lebih lanjut. Pengolahan yang terjadi dalam T-Pikon-H ini adalah secara semi-aerob dan anaerob. Konsep dasar pengolahan adalah dengan menggunakan 3 pipa, yaitu: (a) pipa kecil sebagi inlet dari toilet; (b) pipa medium sebagai tempat terjadinya proses dekomposisi biologis, dan (c) pipa besar sebagai pelimpah (overflow) efluen. Ketiga pipa tersebut diatur secara konsentris. Hal yang harus diperhatikan: 1. Untuk daerah kumuh dan miskin, pengadaan tangki septik fiberglass yang cukup mahal perlu didukung sistem pembiayaan yang dapat diterima masyarakat, seperti misalnya arisan. 2. Sistem pengolahan yang kedap air merupakan suatu keharusan untuk mencegah air banjir masuk ke dalam sistem pengolahan. 3. Tinggi jamban sebaiknya disesuaikan dengan ketinggian banjir rata-rata. 4. Pipa hawa pada sistem pengolahan harus lebih tinggi dari rata-rata banjir tertinggi
  • 11. Sistem B2 Pada sistem ini memiliki kawasan dengan ketinggian muka air >2 m. Sistem setempat (jamban pribadi/bersama) sesuai untuk rumah di darat dengan kepadatan <200jiwa/Ha dan taraf muka air tanah >2m Teknologi pengolahan yang direkomendasikan adalah tangki septik, T-Pikon-H, Tripikon-S dan biofiltrasi tangki fiber. Efluen dari instalasi pengolahan tersebut perlu diolah dengan sistem resapan, kecuali pada biofiltrasi tangki fiber yang diaktifkan sistem klorinasinya Penggunaan plastik yang diikatkan pada penutup tangki fiberglass dapat mencegah air banjir masuk ke dalamnya T-Pikon-H dan Tripikon-S disambungkan pada lubang jamban yang ada. Apabila menggunakan ring beton sebagai material pembuat T-Pikon-H ataupun Tripikon-S, maka sambungan antar ring beton harus dibuat kedap dengan menambahkan karet diantara ring beton sebelum diplester T-Pikon-H dan Tripikon-S sebaiknya dibuat dari bahan PVC ataupun ring beton, tergantung dari kapasitas pengolahan yang diperlukan Hal yang harus diperhatikan: 1. Tangki septik dan sistem resapan yang dibuat harus sesuai dengan SNI 03-23982002 2. Untuk daerah kumuh dan miskin, pengadaan tangki septik fiberglass yang cukup mahal perlu didukung sistem pembiayaan yang dapat diterima masyarakat, seperti misalnya arisan 3. Sistem pengolahan yang kedap air merupakan suatu keharusan untuk mencegah air banjir masuk ke dalam sistem pengolahan. 4. Apabila memungkinkan, tinggi jamban sebaiknya disesuaikan dengan ketinggian banjir rata-rata 5. Pipa hawa pada sistem pengolahan harus lebih tinggi dari rata-rata banjir tertinggi Sistem B3 Sistem setempat untuk jamban umum sesuai untuk daerah rawan banjir dengan kepadatan >200jiwa/Ha, dimana masyarakatnya tidak memiliki jamban sendiri. Kualitas efluen perlu diperhatikan mengingat potensi pencemaran air tanah sehingga penggunaan ABR + AUF yang dilengkapi wetland direkomendasikan.
  • 12. Ketinggian wetland perlu disesuaikan dengan ketinggian banjir rata-rata (apabila memungkinkan terkait dengan posisi instalasi pengolahannya), atau setidaknya memiliki dinding yang cukup tinggi untuk mencegah air banjir masuk. Sistem pondasi instalasi pengolahan menggunakan teknik pondasi yang disokong sistem cerucuk untuk menghindari amblasan, apabila konstruksi dibangun di lokasi tanah yang lembek dan tidak stabil. Tangki septik fiberglass disambungkan pada lubang jamban yang ada. Tangki fiber ini sebaiknya dilindungi dengan boks beton sehingga tidak mudah hanyut atau terangkat oleh banjir. Penggunaan plastik yang diikatkan pada penutup tangki fiberglass dapat mencegah air banjir masuk ke dalamnya. Efluen dari pengolahan tangki septik fiberglass sebaiknya diolah dengan sistem klorinasi yang tersedia pada sistem tersebut.Hal ini untuk memperkecil potensi pencemaran lingkungan apabila terjadi banjir, dan agar efluen dapat langsung dibuang ke badan air terdekat. Hal yang mesti diperhatikan: 1. Konstruksi cerucuk dapat mengacu pada ―Tata Cara Pelaksanaan Pondasi Cerucuk Kayu di Atas Tanah Lembek dan Tanah Gambut‖. 2. Sistem pengolahan yang kedap air merupakan suatu keharusan untuk mencegah air banjir masuk ke dalam sistem pengolahan. 3. Apabila memungkinkan, tinggi jamban sebaiknya disesuaikan dengan ketinggian banjir rata-rata. 4. Pipa hawa pada sistem pengolahan harus lebih tinggi dari rata-rata banjir tertinggi Sistem B4 Sistem perpipaan sesuai untuk rumah di daerah rawan banjir dengan kepadatan penduduk >200jiwa/Ha, dimana masyarakat telah memiliki jamban sendiri dengan atau tanpa pengolahan. Pengolahan air buangan menggunakan teknologi ABR atau menerapkan sistem small bore sewer dimana tinja diolah di pengolahan individual (misalnya tangki septik) dan efluennya dialirkan menuju AUF. Pengolahan efluen sangat diperlukan mengingat risiko pencemaran air tanah yang tinggi.Penerapan wetland ataupun RBC sangat dianjurkan apabila memungkinkan.
  • 13. Kapasitas pengolahan harus disesuaikan dengan beban air limbah yang masuk. Penerapan system small bore sewer ini dapat mengurangi kapasitas pengolahan. Perpipaan harus tertanam ataupun terlindung dengan baik dari sinar matahari langsung maupun dari kerusakan oleh kegiatan di sekitarnya (misalnya terinjak, tergilas, atau tertabrak). Sambungan pipa harus dibuat kokoh dan kedap sehingga air dari luar tidak dapat masuk ke dalam sistem, terutama di daerah yang tergenang setiap saat. Hal yang mesti diperhatikan: 1. Perlu ada kelompok pengelola yang bertanggung jawab dalam O&M. 2. Pihak penyedia jasa penyedotan tinja perlu dilengkapi kendaraan penyedot tinja yang mampu menjangkau medan sulit (misalnya motor tinja). 3. Kelompok pengelola perlu dibekali kemampuan perbaikan, minimal untuk perbaikan minor 2.2 Onsite Sanitation Pasca Gempa Bumi Salah satu contoh pengolahan air buangan yang dapat digunakan pada kawasan pasca terjadinya bencana gempa adalah sistem sanitasi kompos. Sebuah sistem sanitasi kompos didasarkan pada konsep dan prinsip-prinsip termofilik (panas)kompos. Ada tiga komponen dasar yang diperlukan untuk sistem tersebut untuk berhasilberoperasi: 1) Toilet itu sendiri; 2) Bahan penutup berbasis karbon; 3) Sampah kompos. . Toilet pada sistem ini bertujuan untuk mengumpulkan kotoran manusia, air seni dan tinja tak terpisahkan kedalam wadah tahan air. Kotoran manusia yang telah terkumpul tersebut akan didaur ulang melalui pengomposan. Sistem sanitasi kompos ini adalah sistem sanitasi yang melibatkan baik limbah ataupembuangan. Ukuran dan jenis toilet dapat bervariasi dari tempat ke tempat, tergantung pada ketersediaandan tujuan. Wadah galon ukuranlima galon (20 liter) yang umum digunakan dan sesuai untuk sistem skala kecil karena wadah dapat dengan mudah dikosongkan oleh satu orang. Jenis toilet ini juga akan menghemat pemakaian air. Tujuan dari toilet adalah untuk mengumpulkan kotoran, urin,kertas, dan serbuk gergaji (atau lainnya penutupmaterial) sehingga dapat mencegah kontak tidak sehat dengan lingkungan.Selain itu, toiletini memungkinkan pengumpulan kotoran manusia untuk pengomposan termofilik karena ini dikombinasikan dalam toilet dengan carbonbasedbahan
  • 14. organik oleh tindakan sederhana menutupi isi toilet.Tujuanpengomposan termofilik adalah sebagai untuk meningkatkan aktivitas mikroba termofilik yangmenghasilkan panas. Proses ini telahterbukti secara ilmiah untuk menghancurkan pathogensi manusia, rendering bahan toilet higienisaman dan memenuhi syarat sanitasi. Kotoran manusia tidak akanbisa dijadikan bahan kompos tunggal, karena memiliki tingkat kelembaban yang terlalu tinggi. Dengan menambahkan bahan mengandung karbon ke toilet setiap kali selesai digunakan, isi toilet bisa menjadi seimbang antara karbon dan nitrogen dan dapat mencapai tingkat kelembaban yang optimal, selain itu juga dapat mengurangi bau dari toilet tersebut. Pada toilet ini, urine dibiarkan tercampur dengan tinja ketika didalam wadah toilet. Karena untuk sanitasi kompos ini diperlukan kelembaban dan kadar nitrogen untuk mengimbangi kekeringan dan karbon dari bahan penutupnya. Bila urin dipisahkan dari toilet tersebut, dapat membuat massa organik kering yang dapat menyebabkan kekurangan kelembaban dannitrogen. Hal ini dapatmenghambat fase termofilik pengomposan. Selain itu, bahan-bahan kertas disarankan untuk ditambahkan ke isi toilet , seperti tissu toilet.Sebaiknya sangat dihindari memasukkan bahan berbahan plastik kedalam wadah toilet. Karena bahan plastik tidak akan dapat terurau dan tidak mempunyai peran dalam pengomposan termofilik. Toilet ini dapat digunakan untuk ukuran rumah tangga, baik unutuk satu orang ataupun beberapa orang, untuk kelompok orang sepeeti di posko-posko pengungsian saat terjadi bencana.
  • 15. Gambar diatas menggambarkan kapasitas 20 liter toilet kompos di Haiti. Di bawah toilet duduk adalahwadah toilet di mana urin dan feses dikumpulkan dan ditutupi dengan serbuk gergaji , gulatebu, atau bahan lain yang mengandung selulosa seperti dari tanaman lokal.kandungan dan jumlah bahan penutup yang dimasukkan dengan kadar yang seimbang akan dapat mengusir bau dan lalat. Ketika penuh, wadah toilet dapat diambil dari toiletdan sisihkan untuk dikumpulkan dan kompos di lokasi terpisah. Bahan penutup mengandung karbon digunakan dalam toiket kompos ini. Bahan-bahan penutup ini akan menutupi tinja yang terdapat dalam wadah toilet tersebut.Bahan penutup
  • 16. yang cukup akan dapat menghilangkan bau dan lalat. Pengukuran jumlkah bahan penutup hanya dengan mencium toilet ataupun tumpukan kompos tersebut. Jika ada bau yang ofensif, bahan penutup lainnya, bahan penutup halus, ataubahan dengan kadar air lebih harus digunakan untuk menutupi .Demikian juga dengan keberadaan lalat pada toilet tersebut. Bahan penutup harus memiliki kadar karbon dan selulosa tanaman untuk dapat mengoptimalkan kerja pengomposan terfmoilik. Salah satu bahan penutup yang paling banyak digunakan adalah serbuk gergaji dari pohon.Bahan penutup lainnya seperti lahan gambut dan sekam padi.Ketersediaan bahan penutup yang tepat penting untuk keberhasilan operasi dari toilet kompos ini.Bahan penutup tidak boleh terlalu kasar seperti potongan kayu.Serutan kayu dapat menghambat kerja termofilikkompos karena tidak dapat diaksesnya karbon untuk mikroorganisme kompos karenapartikel kayu terlalu besar, meskipun serutan kayu dapat digunakan. Pengomposan termofilik adalah dekomposisi aerobik bahan organik yang mencakup panasdidominasi oleh bakteri penghasil panas. Tahap panas dapat berlangsung beberapa hari, beberapa minggu atau beberapa bulan,tergantung pada faktor-faktor seperti bahan organik, ukuran massa kompos, suhu, lokasi geografis dan/ atau waktu tahun, dan kadar air. Suhu termofilik umumnya di kisaran 45 derajat C atau lebih panas . Banyak penelitian ilmiah telah dilakukan mengenai efektivitas termofiliklingkungan kompos dalam menghancurkan patogen manusia seperti virus, protozoa, mikroba usus, dan bakteri. Penelitian telah menunjukkan bahwa patogen manusia akan cepat terdegradasi pada lingkungan yang termofilik. Tumpukan kompos akan menjalani beberapa tahapan dekomposisi di samping tahap awal termofilik. Setelah fase panas telah berakhir, bahan organik akan melanjutkanproses degradasi biologis dan transformasi menjadi humus dibantu oleh non – termofilikmikroorganisme, macroorganisme seperti cacing tanah dan serangga lainnya , dan jamur. Initahap tambahan memungkinkan untuk dekomposisi lebih lanjut dari bahan organik untuk menghasilkanproduk akhir yang ramah dan menguntungkan untuk tanaman pertanian. Proses pengomposan yang menggabungkan unsur suhu dan waktu akanmenghasilkan produk akhir yang aman, sanitasi, menyenangkan,tidak berbau dapat disimpantanpa batas waktu dan dapat digunakan untuk menanam makanan manusia.
  • 17.
  • 18. BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Kesimpulan dari makalah ini adalah: 1. Dalam menentukan jenis pengolahan air buangan untuk daerah yang rawan bencana banjir, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, seperti jumlah penduduk, bentuk rumah penduduk dan tinggi muka air tanah; 2. Jenis pengolahan onsite sanitation air buangan yang dapat digunakan adalah tangki septik, biofiltrasi, ABR, Tripikon S dan T – Pikon H; 3. Toilet kompos dapat dijadikan alternatif pengolahan air buangan pasca terjadinya gempa bumi ataupun bencana lain yang menyebabkan kurangnya jumlah air di kawasan tersebut; 4. 3 komponen penting dalam toilet kompos adalah toilet itusendiri, bahan penutup mengandung karbon dan sampah kompos. 3.2 Saran Saran yang dapat penuli berikan adalah Indonesia perlu merencanakan bentuk pengolahan tepat guna yang cocok digunakan pada saat ataupun sebelum terjadinya bencana. Karena mengingat negara Indonesia salah satu negara yang rawan terhadap bencana.
  • 19. DAFTAR PUSTAKA Jenkins, Joseph. 2010. Title: Compost-Based Sanitation In Post-Earthquake Haiti In Urban And Rural Locations Water and sanitation program. Buku Penuntun Opsi Sanitasi yang Terjangkau untuk Daerah Spesifik.