SlideShare a Scribd company logo
Notulensi Diskusi Lingkar Belajar
            "Kebijakan Telematika & Pertarungan Wacana
                     di Era Konvergensi Media"
                              SatuDunia, 18 Agustus 2011




Narasumber :
   1. Firdaus Cahyadi, SatuDunia
   2. Andreas Harsono, Yayasan Pantau
   3. Margiono, MAKSI




Pengantar dari Direktur Yayasan SatuDunia, Rini Nasution
SatuDunia sedang mengadakan riset terkait RUU Konvergensi.         Saat ini adalah untuk
mendapatkan masukan terkait hasil riset tersebut.
RUU Konvergensi belum banyak dipahami publik. Perlu melibatkan teman-teman yang ada
di luar lingkaran kita, karena Kebijakan ICT belum popular di masyarakat sipil, padahal ke
depan potensinya cukup tinggi, kalau tidak dikawal dengan baik. Ini upaya untuk
menginisiasi, mengawal salah satu kebijakan payung ICT di negeri ini




Presentasi Firdaus Cahyadi (SatuDunia)
SatuDunia sedang melakukan riset terkait Kebijakan Telematika dan Pertarungan Wacana
di Era Konvergensi Media. Salahsatunya narasumbernya Mas Andreas yang dilakukan
dengan wawancara lewat Skype.


Dari Data Mastel ada kecendurungan penggunaan mobil phone dll yang menunjukkan
adanya perkembangan penggunaan telematika di Indonesia
SERVICES                2004         2005         2006          2007   2008

Fixed Telephones        8,703,300 8,824,467 8,806,702 8,717,872 8,612,872

Fixed WirelessPhones 1,673,081 4,683,363 6,014,031 10,811,635 16,598,550

Mobile Phones           30,336,607 46,992,118 63,803,015 93,386,881 124,805,871


Terjadi demam social media di Indonesia, seperti FB, Twiter, dll.
Berikut data dari Alexa. Facebook menempati peringkat pertama, disusul Youtube dan
Twitter, sampai peringkat sepuluh Indowebster. Ini data awal 2011.

                         No         Site

                         1          Facebook

                         2          Youtube

                         3          Twitter

                         4          Multiply

                         5          Friendster

                         6          Linkedin

                         7          Digg.com

                         8          Myspace.com

                         9          Tagged

                         10         Indowebster


Dan berikut pola produksi dan konsumsi terkait konten internet di Indonesia. Sumber
datanya dari Markplus Insight 2010, milik Hermawan Kertajaya.
Rata-rata perilaku pengguna internet itu seperti updatae Facebook, brosing. Yang pasif,
Cuma menonton saja. Kalau yang aktif seperti menulis di Blog, membuat resensi buku,
mensosialisasikan ide-idenya di Blog. Dan ternyata yang aktif itu hanya 4,4%
                 Kebiasaan        dan     Prilaku Prosentase
                 pengguna         internet      di
                 Indonesia
                 Passive                              13,6 %
                 Average                              81,9 %
                 Active                               4,4 %


Biaya Gaya Hidup Digital Masyarakat
      Para pengguna internet yang menjadi responden survey tersebut menghabiskan Rp
       166,000 hanya untuk akses Internet melalui PC/Laptop. Sementara melalui
       handphone mereka rata-rata menghabiskan Rp 86,000 dalam sebulan.
      Jika diteliti per umur, anak muda lebih sedikit pengeluarannya dibanding orang
       dewasa. Untuk akses intenet melalui handphone dalam sebulan anak muda
       menghabiskan Rp. 85,000 sementara orang dewasa menghabiskan Rp. 95,000.
       Untuk koneksi melalui PC/Laptop dalam sebulan anak muda menghabiskan Rp.
       150,000, sementara orang dewasa menghabiskan Rp. 200,000. (riset Markplus)
      Hasil survey FAKTA, sebuah NGOs yang melakukan pendampingan terhadap warga
       miskin kota Jakarta, mengungkapkan bahwa pada tahun 2010, masyarkaat miskin
       dampingannya       mengeluarkan   uang   rata-rata     Rp   30.000/bulan/KK   untuk
       mengakses internet di warnet dan sebesar Rp 160.000/bulan/KK untuk membeli
       voucher handphone. Jika ditotal maka sekitar Rp. 190 ribu/bulan/KK pengeluaran
       warga miskin kota untuk belanja produk ICT .
      Pengeluaran warga miskin kota untuk produk ICT itu ternyata hampir sama dengan
       pengeluaran per KK warga miskin untuk kebutuhan minimum makanan per kapita
       per bulan atau menurut Badan Pusat Statistics (BPS) dikenal dengan Garis
       Kemiskinan Makanan (GKM). Pada tahun 2010 GKM di Jakarta mencapai Rp
213.487. Bahkan pengeluaran untuk belanja produk ICT warga miskin itu telah
      melebihi pengeluaran kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan,
      dan kesehatan atau Garis Kemiskinan Non-Makanan (GKNM). Pada tahun 2010
      GKNM di Jakarta sebesar Rp 117.682.


Ternyata biaya hidup digital masyarakat di Jakarta sama dengan pengeluaran kebutuhan
untuk makan dan minumnya.


Persoalan yang lain lagi, adalah ketimpangan akses telematika. Jaringan backbone serat
optik di Indonesia tidak merata. Terlihat bahwa konsentasinya masih di Indonesia barat
dan Jawa. Sementara di Indonesia Timur masih kosong.




Dari Data Buku Putih Telematika “Komunikasi dan Informatika tahun 2010” yang
dikeluarkan Kementerian Komunikasi dan Informatika menyebutkan bahwa sinyal HP
yang terbanyak itu terdapat di Jawa dan Sumatera.


Hingga tahun 2008, desa di wilayah Jawa merupakan kawasan yang paling banyak memiliki
infrastruktur telepon kabel. Kemudian menyusul wilayah Sumatera, Sulawesi, Bali, Nusa
Tenggara Timur, Kalimantan, Papua dan Maluku. Kepemilikan telepon kabel (84,79%) pun
paling banyak berada di wilayah Jawa dan Sumatera. Dari data ini mulai muncul indikasi
ketimpangan akses telekomunikasi di Indonesia. Akses telekomunikasi masih didominasi
Jawa dan Indonesia Bagian Barat (Sumatera).


Menurut buku putih itu pula, wilayah Jawa juga merupakan wilayah desa penerima sinyal
selular terbanyak dibandingkan daerah lain di Indonesia. Tak heran pula pada tahun 2008
kepemilikan handphone (81,57%) berada di wilayah Jawa dan Sumatera


Dan ini berimbas ke pengguna Facebook. Pengguna facebook terbesar di Indonesia
didominasi oleh warga Jakarta (50,33%). Pada urutan selanjutnya Bandung (5,2%), Bogor
(3,23%), Yogyakarta (3,09%), Medan (3,04%), Makasar (2,23%) dan Surabaya (2,18%).
Bandingkan dengan pengguna Facebook di Jayapura (0,12%) dan Ternate (0,03%).


Begitu pula produksi tweet di Twitter. Tweet yang diproduksi dari Jakarta mendominasi
seluruh tweet dari Indonesia. Tweet yang diproduksi dari Jakarta sebesar 16,33%, dari
Bandung 13,79%, dari Yogyakarta 11,05%, dari Semarang 8,29% dan dari Surabaya 8,21%.
Bandingkan tweet yang diproduksi dari Palu hanya 0,71%, Ambon 0,35% dan Jayapura
0,23%. (Report Snapshot of Indonesia Social Media Users - Saling Silang Report Feb 2011)


Konglomerasi Media di era Konvergensi Telematika
Sebagai background, di Amerika Serikat, dalam tulisan Veronika Kusuma di
https://fordiletante.wordpress.com/2008/01/29/konglomerasi-media-dalam-grup-mnc-
media-nusantara-citra
Ada penurunan jumlah media di Amerika Serikat dalam kurun waktu 1980an sampai 1996.
Sementara itu, di Indonesia menurut
                                                                    Riset Nielsen, juga terjadi penurunan
                                                                    jumlah        pembacanya.            Hanya
                                                                    pengguna internet yang naik. Ini bisa
                                                                    dikaitkan dengan kesenjangan akses,
                                                                    dominasi terbesar masih di Jawa.
                                                                    Ada kontradiksi, jangan-jangan ini
                                                                    mewakili Indonesia Barat.




Ternyata era konvergensi media dimanfaatkan oleh media-media besar. Menjadikan
produksi berita menjadi efisien. Don Bosco di acara ulang tahun AJI menyampaikan bahwa
di era konvergensi Telematika, konglomerasi media adalah sebuah keniscayaan. Karena
akan membbuat lebih efisien. Sebuah bisa ditayangkan di beberapa channel.


N   Media       Newspaper        Magazine        Radio       Television      Cyber Media Other
o   Group                                        Station     Station                      Bussines
1   Kompas-     Kompas, The      37 Majalah dan Sonora Radio Kompas TV       Kompas.com, Hotel,Printin
    Gramedia    Jakarta Post,    Tabloid, 5 book dan                         Kompasiana.c g,
    Group       Warta     Kota   publisher       Otomotion                   om           House,
                dan 11 surat                     Radio                                    Promotion,
                kabar lokal                                                               Agencies,
                                                                                          University
2   MNC         Seputar          Genie,           Trijaya      RCTI, Global Okezone.com IT Bussines
    (Media      Indonesia        Mom&Kiddy,       FM,Radio     TV, TPI (MNC
    Nusantara                    Realita,         Dangdut TPI, TV),
    Citra)                       Majalah Trust ARH Global, Indovision
                                                  Women        (Televisi
                                                  Radio        Cable)
3   Jawa Pos    Jawa     Pos,    23       majalah Fajar FM di JTV         di              Travel
                Fajar,   Riau    mingguan         Makassar     Surabaya dan               Bureau,
                Pos,   Rakyat                                  3 stasiun TV               Power House
                Merdeka, dan                                   lokal
90 surat kabar
                lokal       di
                berbagai
                daerah
4   Mugi Reka                  Cosmopolitan, Hard Rock O’Channel                           Holder     of
    Aditama                    Harper’s         FM, MTV Sky                                Saveral
    (MRA)                      Bazaar,Esquire,                                             International
                               FHM,       Good                                             Boutique
                               House Keeping
                               dan 10 majalah
                               lainnya
                               (kebanyakan
                               franchise)
5   Bali Post   Bali     post, Tabloid Tokoh                 Bali TV dan 8 Balipost,
                Suluh                                        TV       lokal bisnis bali
                Indonesia dan                                lainnya
                2       koran
                lainnya
6   Mahaka      Harian         Golf     Digest, Radio Jak FM JakTV, TV One                 Entertaiment
    Media       Republika      Arena, Parents                                              .    Outdoor
                               Indonesia, A+                                               Advertisment
7   Femina                     Femina, Gadis, Radio U FM                                   Production
    Group                      Ayah    Bunda,                                              House
                               Dewi dan 10
                               majalah
                               lainnya
8   Bakrie                                                   AnTV, TV One Vivanews.co      Property,
    Group                                                                   m              minning,
                                                                                           palm oil dan
                                                                                           telekomunika
                                                                                           si
9   Lippo       Jakarta Globe,    Majalah                                  Beritasatu.co   Property,hos
    Group       Investor Daily,   Investor, Globe                          m               pital,
                Suara             Asia, Campus                                             Education,
                Pembaruan         Asia                                                     insurance,
                                                                                           internet
                                                                                           service
                                                                                           provider
10 Trans Corp                                               TransTV,       Detik.com
                                                            Trans7
11 Media        Media                                       MetroTv        mediaindone
   Group        Indonesia,                                                 sia.com
                Lampung
                Post, Borneo
                News



Beberapa waktu lalu SatuSunia juga mewawancarai beberapa narasumber, yaitu Ignatius,
Farid Gaban, blogger dari Kalimantan, Nino.


Berikut Dampak konglomerasi media di era konglomerasi di Indonesia
        Hegemoni wacana public, karena persoalan konglomerasi media bukan hanya
         bisnis, memungkinkan hegemoni wacara, karena mereka memiliki beberapa wacana
sekaligus. Seperti yang disampaikan Mas Ignatius, Kasus Prita, Bibit Candra itu
       “sukses di media social” karena tidak berbenturan dengan pemilik konglomerat
       media
      Menurunya kualitas jurnalistik. Potensi dimunculkannya satu berita di beberapa
       channel dapat menyebabkan beberapa hal, yaitu :
          o membebani wartawan, sehingga wartawan kekurangan waktu untuk
               membaca sehingga kualitas liputannya kurang bagus.
          o persoalan daya tawar wartawan terhadap pemilik media. Karena dengan
               ditampilkannya satu berita di beberapa media membuat daya tawar
               wartawan menjadi lemah dan tidak bisa menolak pesanan dari pemilik
               modal
      Dari data di Salingsilang, Media yang
       muncul di twitter kebanyakan yang
       di link adalah media-media besar,
       bukan media milik masyarakat




Contohnya dalam kasus Lapindo, ketika kasus tersebut berbenturan dengan pemilik media.
      Rangking website korban lumpur.info berada di link 6 juta. Jika dibandingkan
       dengan media Group Bakrie, viva news berada di peringkat 13 di alexa indonesia.
       AnTV pemirsanya hampir 87 juta, follower 400 ribuan
NO   Channel                  Jumlah            Ranking di Alexa              Jumlah
                                     pembaca/pemirsa                                 anggota/follower
                                                                                     di media sosial
       Gerakan kampanye publik untuk kasus Lapindo
       1    Website                                    6,167,065         (global),
            korbanlumpur.info                          140,328 (rank in id),
                                                       40 (site link in)
       2    Fanpage facebook                                                         878
       3   Friend of Lapindo                                                         3404
           Victim, Group in
           Facebook
       4   Twitter                                                                   452
           @korbanlapindo
       5   Cause;Dukung                                                              17,238
           Korban        Lapindo
           Mendapatkan
           Keadilan
       Media Group Bakrie
       1    Vivanews.com                               Peringkat            ke-13
                                                       topsite menurut alexa.
                                                       857 (global), 13 (rank
                                                       in Id), 276 (site link in)

            Twitter (@VIVAnews)                                                      185.597
            Vivanews.com        di                                                   4,545
            facebook
            Vivanews.com        di                                                   66,849
            facebook 2
       2    AnTV                     87,4 juta
            AnTV di twitter                                                          30.278
       3    TV One                   108,8
            TV One di Twitter                                                        404,409



Kondisi yang tidak seimbang ini, apakah Kebijakan telematika memberikan pijakan payung
hukum yang seimbang


Kebijakan Telematika dan Masa Depan Gerakan Sosial Digital di Indonesia
      UU ITE  Pasal Karet Pencemaran Nama Baik dan Perbuatan Tidak Menyenangkan.
       Ini akanmenjadi barier baru denga kondisi yang tidak seimbang, yang akan
       memperlemah wacara publik. Karena Media mainstream punya lex spesialis, ketika
terkena kasus pencemaran nama baik, maka akan memakai UU Pers. Sementara di
       masyarakat tidak memakai UU Pers. Seperti di kasus Prita.
      RUU Konvergensi Telematika. Ada 2 yang urgen, terkait :
          o Pembagian penyelenggara telematika yang terbagi dalam komersial dan non
             komersial. Ada kewajiban ijin dan segala macam. Website nantinya harus ijin,
             membayar BHP dan segala macam.
          o Kewajiban pelayanan universal telematika. Ini pelayanan pemerintah terkait
             koneksi internet di tempat-tempat terpencil. Di RUU Konvergensi ada pasal
             itu, tetapi tidak ada ketentuan jika hal tersebut tidak dilaksanakan apakah
             warga di wilayah tersebut bisa complain dan sebagainya. Tak ada payung
             hukumnya. Ada kemungkinan ada kesenjangan akses, sehingga masyarakat
             susah melakukan perlawanan media ketika terjadi masalah di wilayahnya.
             Terutama di dareah-daerah Indonesia timur.




Dalam pasal 38 RUU Konvergensi Telematika memang disebutkan bahwa pelaksanaan
kewajiban pelayanan universal telematika menjadi tanggung jawab pemerintah.
Sayangnya di RUU Konvergensi Telematika itu tidak disebutkan mengenai hak warga
negara jika layanan universal gagal dipenuhi pemerintah. Apakah warga negara berhak
komplain atau bahkan mengajukan gugatan jika layanan universal telematika itu gagal
disediakan pemerintah? Tidak jelas, karena hak warga negara untuk komplain dan
menggugat itu tidak disebutkan dalam RUU. Di RUU Konvergensi Telematika yang diatur
adalah hak konsumen bukan warga negara (sebelum menjadi konsumen).


Presentasi Margiono (MAKSI)
“Membaca Arah kebijakan Konvergensi Media di Indonesia”


Situasi Media saat ini
      Sedang transisi dari analog ke digital, ditandai dengan proses migrasi dari system
       analog dan digital yang menurut blue print pemerintah berakhir di tahun 2017.
       Setelah 2017 tidak ada lagi radio FM, TV UHF. Kita melihatnya TV Digital. Pada 2013
       dilakukan switch di kota-kota besar dahulu. Kalau planning tersebut berjalan, dua
       tahun lagi di Jakarta kita tidak akan bisa lagi ndengar radio FM, nonton TV UHF, kita
       harus beli seatle box terlebih dahulu. Konsekuensinya besar sekali.
      Proses menuju digital, selain industri belum siap, masyarakat juga harus punya
       server box digital. Karena terakhri pemerintah bekerja sama dengan PT Gobel untuk
       menyediakan seatle box sebanyak 300 ribu, ketika dicoba dijajakan ke masyarakat,
       masyarakat bertanya apa yang akan didapat dengan mengeluarkan uang Rp 300
       ribu, dan jawabannya sama, anda akan dapat RCTI, SCTV dll. Masyarakat merasa
       rugi. Karena jika belangganan TV kabel da mendapatkan seatle box, masyarakat bisa
       mendapatkan channel-channel yang lain yang lebih banyak
      Kita menghadapi pertumbuhan era konvergensi media. Istilah konvergensi media
       atau konvergensi teknologi adalah istilah teknologi, bagaimana berbagai media bisa
       bertemu di satu gadget, seperti handphone, laptop, IPad. Memang kalau dari segi
       bisnis istilahnya adalah konglomerasi.
   Proses konvergensi di Indonesia dimulai dari konglomerasi, dimana industri-
       industri media besar membeli/mencaplok media-media lain. Misal portal
       beritasatu.com milik Ulil dibeli Lippo, Detik.com dibeli kelompok Para. Ini tidak
       ahanya terjadi di Indonesia, tetapi juga terjadi di tingkat internasional, sebagaimana
       Google dan Yahoo yang membeli situs-situs/kontak local.
      Google punya modal besar untuk menanamkan asetnya di Indonesia, tetapi masih
       terkendala dengan Menteri Timfakul Sembiring. Google tidak mau nasibnya nanti
       sama seperti RIM
      Konvergensi dan konglomerasi itu dua sisi mata uang. Teknologinya konvergensi
       tetapi bisnisnya konglomerasi


Beberapa Pola Kebijakan Konvergensi Media
      Legislasi: mengatur new media dengan pembuatan undang-undang (pembahasan
       pemerintah dan parlemen)
      Regulasi: mengatur berdasarkan produk legislasi konvensional, dibuat penyesuian
       dengan pengaturan oleh badan-badan pemerintah (departemen, komisi-komisi
       negara, dan lain-lain)
      Self-regulatory Process: pengaturan oleh para stake-holders (entitas bisnis, user,
       masyarakat, dan lain-lain) secara partisipatoris, dengan keterlibatan negara yang
       minim (negara sebagai fasilitator)


Yang paling kuat adalah self regulatory process. Di tingkat internasional ada namanya
Internet Governance Forum. Di tingkat Asia Pasific ada. Di tingkat global, Internet
Governance Forum dilaksanakan di Nairobi. Di Indonesia juga akan dibentuk Internet
Governance Forum tingkat Indonesia. Rencanaya bulan November di Bali.


Ini akan menjadi forum multistakehoder. Pemerintah Indonesia telah setuju untuk duduk
satu meja dengan masyarakat sipil dan bisnis untuk membicarakan Kebijakan terkait
telematika. Tetapi masih belum tahu hasilnya.
Terkait Kebijakan, di Prolegnas 2010-2014 ada beberapa RUU terkait media penyiaran,
yaitu :
         RUU Konvergensi Telematika yang sedang uji public, menggabungkan UU Penyiaran,
          UU Telekomunikasi, UU ITE dan UU KIP.
         RUU Penyiaran yang sudah mulai jadi perdebatan tetapi belum dibahas
         RUU Tindak Pidana TI mulai masuk lagi, ini menjadi cybercrime law nya Indonesia,
          untuk mengatasi jenis-jenis kejahatan baru di internet yang belum diatur undang-
          undang, isinya seperti KUHP untuk dunia maya.
         Revisi UU ITE (respon terhadap keresahan masyarakat), janjinya akan direvisi,
          tetapi karena ada tekanan public yang kuat akhirnya tidak jadi
         RUU Penggunaan Frekuensi yang sekarang menjadi perdebatanlagi karena nantinya
          akan ada badan pengatur frekuensi


Bahanya RUU Tindak Pidana TI ini, kalau disahkan, kita akan punya dua KUHP. Untuk
sebuah kejahatan dunia maya akan ada dua hukuman. Seperti dalam UU ITE,
mencemarkan nama baik lewat Koran hukumannya maksimal satu tahun empat bulan,
tetapi begitu dilaksanakan di website hukumannya menjadi 6 tahun. Tak ada kepastian
hukum, dan akan menjadi diskriminasi bagi masyarakat pengguna internet. Sementara di
situ tak ada mengatur tentang pembuktian. Walaupun di UU ITE diakui pembuktian digital,
tetapi caranya yang belum jelas. Harusnya berfokus di situ. Dan hukumannya harusnya
sama dengan kejahatan lain yang sudah ada aturannya. Seperti pencemaran naman baik dll
sudah ada hukumannya, tinggal pembuktiannya yang masih belum


Paradigma Regulasi Konvergensi
         Sudah terjadi konvergensi teknologi, kemudian terjadi konvergensi media, dan
          tantangannya ada konvergensi hukum, kemudian konvergensi badan regulasi
         Karena selama ini di media ada beberapa badan yang bersentuhan dan bergesekan
          sehingga terjadi pergesekan kewenangan, misalnya antara KPI dengan Dewan Press
sempat terjadi ketegangan ketika KPI memberikan sanksi kepada Metro TV yang
           menanyangkan berita pagi tentang Satpol PP melakukan sweeping internet dan
           situs pornonya tidak disamarkan, KPI memberian sangsi berita pagi tidak boleh
           tayang selama 5 hari. Dewan Press menganggap ini sebagai pembredelan. Belum
           lagi pergesekan dengan pengatur frekuansi dengan BRTI.
          Idenya adalah bagaimana membuat badan regulasi yang terkonvergensi


Badan Konvergensi yang akan diregulasi antara lain KPI, BRTI, Dewan Pers, KI, Badan
Pengawas Sistem elektronik (belum terbentuk), KPPU, Badan Perlindungan Konsumen.
Sementara itu Dewan Pers tidak diutak atik.


Saat ini ada dua alternatif, yaitu :
              Badan tersebut dilebur, dan muncul badan baru yang mengatur semuanya
              Ada badan payung yang mengatur semua badan tersebut(masing-masing SRO
               tetap eksis)


Dari Konvergensi, ada bidang-bisang yang diatur. Ada beberapa bidang yang diatur, yaitu
konten, aplikasi, industri dan infrastruktur.


Bidang              Hak Publik                    Isu Terkait


Konten              Kebebasan berekspresi         Pornografi
                    Hak atas informasi            Defamasi
                    Kebebsan berkomunikasi        Blasphemy
                                                  Cyberbullying
                                                  Hatespeaks
Aplikasi            Akses publik                  Hak Cipta
                    Kebebasan berkomunikasi       Open soure
                                                  netralitas aplikasi
Industri            Persaingan usaha (kebebasan   Monopoli/kartel
                    memasuki suatu bisnis)        Tanggungjawab sosial
                    Perlindungan konusmen         Hak pengguna
                    Kebebasan berkomunikasi
Infrastruktur     Keterbukaan akses                  Digital devide
                  Kebebasan berkomunikasi            Digital exclusion
                  Digital divide/digtal exclussion   Keadilan bandwitch
                                                     Netralitas jaringan



       Cyberbulliying dan hatespeaks belum banyak diatur
       Open source dan netralitas aplikasi belum terjadi. Misal apple membuat program-
        program yang di tempat lain tidak bisa jalan.
       Infrastruktur, ada kesenjangan digital yang diciptakan. Pengakses internet adalah
        18 persen. Banyak hal yang menggunakan online, misalnya pendaftaran UMPTN
        Online, pendaftaran procurement online, ini menyebakan adanya penutupan akses
        karena tak meratanya akses. Kebijakan digital yang tidak diiuti dengan pemerataan
        akses akan mengakibatkan menurup kesempatan orang-orang yang tidak
        menikmati akses digital


Pola-pola Kebijakan Media selama ini
       Kecenderungan untuk over-regulation, negara terlalu banyak mengatur, bukan
        memfasilitasi.
       Kecenderungan over-criminalization: pemidanaan yang berat, bukan ke arah
        mediasi
       Kecenderungan untuk over-limitation: pembatasan konten melalui pelarangan,
        blokir, dan filtering.


Ini adalah Derajat Regulasi Masing-masing Bidang
(Standar Universal, dikutip dari APG)


Regulasi harus berat di infrastruktur. Tetapi selama
ini pemerintah regulasinya malah lebih ke content.
Sehingga kesenjangan digital tidak teratasi. Misal
perusahaan Telkom puya kewajiban USO (Universal
Servise Obligation) membangun infrastruktur di daerah ekonomi kurang mampu, karena
secara ekonomis itu tidak akan dibangun di daerah yang penduduknya sedikit, di sebuah
pulau terpencil, yang secara ekonomi itu tidak akan menutup.
Dengan USO ini Pemerintah memungut 1 % laba dari perusahaan-perusahaan itu, dan saat
ini terkumpul sekitar 3 Triliun, dan dana ini saat ini mengendap, dan pemerintah bingung.
Ada program Internet Kecamatan, tetapi ini juga tidak jalan. Harusnya internet ini sudah
sampai desa. Walau sudah ada dana tetapi belum dilaksanakan karena belum siap secara
budaya.
Kemarin ada diskusi, dana ini akan dijadikan ICT Fund, dijadikan dana mengendap,
bunganya dijadikan proyek-proyek ICT. Ada ide lain, mendorong konten-konten, tetapi ini
juga tidak jelas. Namun masalahnya, ini tidak menjawab 80% orang yang tidak
mendapatkan akses internet tersebut.
Semestinya, ketika ada perusahaan telekomunikasi yang tidak dapat memenuhi kewajiban
1% untuk membangun internet di kawasan terpencil, harusnya ijinnya dicabut. Karena itu
kewajiban universal, dan PBB sudah akan memasukkan internet sebagai salah satu hak
asasi manusia.


Dampak-Dampak Kebijakan
      Demokrasi yang seharusnya lebih maju berkat pertumbuhan new media (digital
       democracy, cyber-democracy) menjadi terhambat, bahkan dihadapkan pada
       kriminalisasi.
      Pemanfaatan ICT masih berat untuk kepentingan dunia bisnis, belum banyak
       berfungsi untuk edukasi, pembukaan kesempatan usaha baru (pemberantasan
       kemiskinan), dan peningkatan kualitas layanan pemerintah (e-government)
      Hal ini membuat usaha mencapa Information Society, yang salah satu cirinya adalah
       self-regulating society, menjadi terhambat (oleh kepentingan-kepentingan politik
       penguasa).
Tiap tahun PBB ada World Summit Society, Kominfo pun memiliki tagline “Menuju
Masyarakat Informasi Indonesia”. Tetapi apa yang menjadi masyarakat informasi
Indonesia, karena dalam kenyataannya kita masih sebagai user. Pertumbuhan pengguna
internet kita sangat tinggi, tetapi kita hanya pengguna Facebook, Twitter, YouTube, dll.
Kalau dilihat di situs Alexa, 10 peringkat tertinggi yang dilihat oleh pengguna internet di
Indonesia selain social media, ada dua, Kaskus dan Detik.com.


RUU Konvergensi pun menghambat, karena disitu disebutkan aplikasi telematika harus ijin.
Di Negara lain tak ada yang seperti itu. Apalagi dengan system perijinan di Negara kita yang
lama, rumit dan belum tereformasi. Kemudian harus membayar pajak BHP. Apakah nanti
membuat blok, aplikasi dll harus ijin. Padahal di berita terbatu, aplikasi-aplikasi dari
Indonesia sudah mulai mendominasi pasar aplikasi di Asia.


Proses regulasi dan pembayaran pajak bagi industri besar tidak akan masalah. Tetapi bagi
creator-kreator individu, ini akan jadi masalah. Era ijin akan menjadi penghambat terbesar.


Negara yang ketat dalam mengatur telematikanya adalah Israel, China dan Myanmar.
Disusul Kamboja dan Vietnam.


RUU Konvergensi menghambat cita-cita masyarakat informasi, yang mana masyarakat
takhanya menjadi user, tetapi juga menyebarkan informasi.




Presentasi Andreas Harsono (Pantau)


Dari pengalaman bulan lalu, saya diminta bersaksi di UN Commission on Human Right di
Jenewa tentang internet freedom. Saat ini di dunia sedang ada upaya agar Internet akan
dijadikan sebagai hak asasi manusia.
Menjadikannya sebagai isu hak asasi manusia tidaklah mudah. Tahun lalu di Sidang Umum
PBB, secara mayoritas memutuskan air bersih dan sanitasi sebagai hak asasi manusia.
Tahun 1948 ketika deklarasi universal tentnag hak asasi manusia ditandatangani, tidak
sekompleks sekarang. Dulu hanya mencakup hak berserikat, hak hidup, hak berbicara, hak
beragama.


Dalam proses memasukkan air sebagai hak sasi manusia, dimulai tahun 1974 saat
dimasukkan ke General Assambly dan baru disetujui tahun 2010. Selama 26 tahun orang
harus melobi 192 negara PBB anggota PBB. Hanya Taiwan, Vatikan dan Greenland yang
tidak masuk menjadi anggota PBB. Ada satu calon Negara baru, yaitu Cosovo yang sudah
ada 77 negara. Sudan Selatan baru mendapat pengakuan Negara.


Internet freedom diusulkan oleh Swedia. Wikileak punya server di Swedia. Swedia punya
policy yang sangat jelas terkait internet. Pemerintah Swedia menyediakan subsidi untuk
membangun bunker untuk server. Karena bagi mereka, data di internet sangat rentan.


Swedia punya kesadaran terkait kerentanan data di internet. Mereka mensubsidi
pengamanan bunker internet. Dan itu berlaku untuk semua organisasi. Swedia adalah
Negara yang pertama kali mencetuskan internet freedom. Ada beberapa Negara lain juga.


Negara lain yang mendukung ini adalah Perancis. Perancis melobi Amerika Serikat untuk
mendukung internet freedom.        Namun agak problematic karena          Amerika juga
memenjarakan sumber datanya wikileaks. Pemerintahan Obama juga yang memerintahkan
agar bank-bank tidak memberikan dana ke wikileaks. Tetapi Hillary Clinton malah
mendukung internet freedom menjadi top priority. Maka bisa kita lihat berita di New York,
beberapa NGO AS, atas bantuan dana USAID membawa server portabel mereka ke
perbatasan Suriah untuk menyalurkan sinyal internet ketika internet diputus oleh
pemerintah Suriah.
Perkembangan internet freedom ini sangat menarik. Bisa jadi tumpang tindih yang terjadi
di Indonesia bisa ditolong di level internasional.
Contohnya saja, perbaikan hukum banyak dilakukan di level internasional. Seperti adanya
ratifikasi ICCPPR yang membuat lebih dari 100 pasal Kebijakan yang terkait dengan
kebebasan berpendapat yang melanggar ICCPPR untuk disesuaikan atau dihapuskan.




Sesi Diskusi


Margiyono
Indonesia masih lebih baik dari Pilipina karena Indonesia punya UU Keterbukaan Informasi
Publik.


Andreas Harsono
Media banyak terpusat di Jakarta. Di era konvergensi, infrastrukturnya juga terpusat di
Jawa. Survei NDI, 92% informasi yang didapatkan public Indonesia (diluar Ambon dan
Maluku) berasal dari media yang pusatnya di Jakarta. Newsroom kita sangat sentralise.
Kalau dikonvergensi, medianya malah makin sentralise.


Padahal, waktu jaman Hindia Belanda, seperti yang disebutkan dalam paper Akhmad Adam
dari Malaysia, kota pers dulu itu ada di beberapa kota. Yang terbesar Semarang, Batavia,
Padang, Medan, Minahasa, Surabaya. Namun sekarang semuanya di Jakarta. Kalaupun ada
surat kabar di Surabaya, itu milik Jakarta.


Dalam jurnalisme, ada proksimiti. Karena pusatnya ada di Jakarta, maka yang jadi berita
adalah Jakarta dan Jawa. Ini terlihat saat ada gempa di Padang, dan pada saat yang sama di
Jakarta terjadi banjir, ternyata yang banyak diliput adalah Jakarta. Padahal tidak ada yang
meninggal di Jakarta. Sementara di Padang banyak yang meninggal.
Saat ini masih terjadi gap yang sangat besar. Waktu buruh-buruh Freeport mogok, mereka
tidak bisa mengunggah video aksinya. Selama satu minggu internet telkomselnya putus-
putus.


Aris Subakti
Internet membuat egaliter. Seperti dalam kasus merapi, masyarakat tidak percaya dengan
media mainstream, dan lebih percaya kepada media komunitas, seperti Jalin Merapi.


Andreas Harsono
Egalitarian di internet juga membuat kelemahan. Namun internet tetap harus bebas.


Margiyono
Upaya internet government Forum (IGF)
   -     Akan diadakan di Bali bulan November. APJI, SAMI.
   -     Tetapi IGF bukan forum pengambil keputusan, terutama yang mengikat. Tetapi itu
         adalah forumnya pembuat keputusan untuk mendiskusikan sebelum mengambil
         keputusan. Tekananya lebih ke diskusi terbuka, bukan pada hal-hal yang sifatnya
         legal. Setidaknya Kebijakan-kebijakannya bisa didiskusikan karena selama ini lebih
         banyak tertutup.


RUU Konvergensi didorong oleh industri telekomunikasi yang masuk ke ranah penyiaran.
Industri penyiaran merasa perlu untuk memproteksi diri. Sekarang pertumbuhan industri
Telkom sudah selesai dengan jumlah pengguna handphone sebanyak 194 juta, sudah
mendekati jumlah penduduk indonesia. Di kota-kota besar, terutama di Jawa, satu orang
bisa punya 1-2 HP. Perebutan pelanggan sudah melambat. Sekarang bagaimana
memaksimalkan agar pelanggan membeli conten yang lain.


Saat ini pertarungannya masuk ke ranah conten, seperti penyiaran, berita, broadcast, dll.
Ketika masuk ke broadcast, kendalanya di Kebijakan, karena di UU Penyiaran dan
Telekomunikasi tidak mengatur hal tersebut. Itu mengapa mereka berharap bisa
menggabungkannya.


Ada sebuah provider di Indonesia yang menyediakan layanan telpon dan sms gratis.
Asalkan boleh beriklan. Tetapi regulasi masih memproteksi layanan tersebut.


Firdaus Cahyadi
Bagaimana public dalam melawan konvergensi, karena ternyata pemilik media juga punya
bisnis yang lain, seperti Group Para yang memiliki Carefour, sehingga jika terjadi
permasalahan di Carefour, pasti group Para tidak bisa kritis


Andreas Harsono
Belum ada media besar yang berani melawan interes atau bisnisnya sendiri. Tempo yang
pernah, melawan Ciputra terkait Pantai Indah Kapuk.
Menurut Woren P, salah satu orang terkaya di dunia, dia bilang “Saya bisa kehilangan duit,
tapi tidak boleh kehilangan reputasi”. Karena begitu kehilangan reputasi, bisa ambrol
semua.
Di Jakarta kebanyakan media belum memahami itu. Kebanyakan pemilik modal belum
sadar. Disinilah pentingnya pagar api dalam reputasi mereka.


Ada peluang civil society untuk melawan. Di Buku Bill Covac berjudul BLUR, bercerita
tentang fungsi wartawan. Ada 8 fungsi wartawan, antara lain investigator, dll. Yang baru
adalah sebagai aggregator (mencari informasi yang bagus dan diberikan kepada orang
lain), empowering/memberdayakan masyarakat yang tertindas, dan sebagai role model.
Citicen reporter membutuhkan role model.


Fungsi wartawan yang hancur karena internet adalah gate keeper untuk menyaring berita.
Internet harus bisa dipakai untuk aggregator, empowering, autentifikasi dan role model.
Rini Nasution
Mengapa Mediawatch di Indonesia lemah?


Andreas Harsono
Pertama, di sini media tidak biasa dikritik. Ini menjadi tradisi yang menyedihkan. Padahal
dulu antar wartawan saling mengkritik.
Kedua, media banyak ditutup sehingga media yang survevi adalah media yang tidak punya
budaya kritis. Jadi tidak maju dari sejarah awal abad 20. Selama 5 tahun, Soekarno
membredel ratusan media, Soeharto membredel ratusan tahun. Sementara itu, di jaman
SBY, dalam 2 tahun ini, ada 1000an media mati karena persaingan usaha.


Firdaus Cahyadi
Bagaimana perlawanan pengguna/netter terhadap media?


Andreas Harsono
Berbeda-beda. Persolaannya di Indonesia, medianya berkumpul di Jakarta. Di Amerika,
spektrumnya beragam, karena media ada di beberapa kawasan.


Amerika Serikat kuat karena penulis-penulis mereka. Selama budaya intelektual itu masih
ada, maka itu akan tetap bertahan. Icon intelektualnya adalah the New Yorker.


Di Amerika tidak ada TV Nasional, adanya TV daerah. Konglomerasinya juga ada. Tetapi
prosentasi penetrasinya rendah. Tidak seperti di Indonesia yang bisa mencapai 90%.


Amerika sebagai Negara liberal, tetapi sangat keras kalau terkait pelanggaran. Di Indonesia
Komisi penyiaran tidak begitu dipandang.

More Related Content

What's hot

Rumus keren #internet baik
Rumus keren #internet baikRumus keren #internet baik
Rumus keren #internet baik
literasi digital
 
Seri buku literasi digital isu-isu masyarakat digital kontemporer
Seri buku literasi digital isu-isu masyarakat digital kontemporerSeri buku literasi digital isu-isu masyarakat digital kontemporer
Seri buku literasi digital isu-isu masyarakat digital kontemporer
literasi digital
 
Tantangan gerakan online satu dunia_epistema
Tantangan gerakan online satu dunia_epistemaTantangan gerakan online satu dunia_epistema
Tantangan gerakan online satu dunia_epistema
SatuDunia
 
Makalah firdaus cahyadi dalam acara Konferensi Negara Hukum di Hotel Bidakara...
Makalah firdaus cahyadi dalam acara Konferensi Negara Hukum di Hotel Bidakara...Makalah firdaus cahyadi dalam acara Konferensi Negara Hukum di Hotel Bidakara...
Makalah firdaus cahyadi dalam acara Konferensi Negara Hukum di Hotel Bidakara...
SatuDunia
 
Budaya internet dan dampaknya ii
Budaya internet dan dampaknya iiBudaya internet dan dampaknya ii
Budaya internet dan dampaknya ii
Mantri Tani
 
E-Literasi di Indonesia
E-Literasi di IndonesiaE-Literasi di Indonesia
E-Literasi di Indonesia
LPSR
 
Seri buku literasi digital - pengantar tata kelola internet edisi revisi 2018...
Seri buku literasi digital - pengantar tata kelola internet edisi revisi 2018...Seri buku literasi digital - pengantar tata kelola internet edisi revisi 2018...
Seri buku literasi digital - pengantar tata kelola internet edisi revisi 2018...
literasi digital
 
Indepth report sisi lain telematika di indonesia oktober 2011
Indepth report sisi lain telematika di indonesia oktober 2011Indepth report sisi lain telematika di indonesia oktober 2011
Indepth report sisi lain telematika di indonesia oktober 2011SatuDunia Foundation
 

What's hot (8)

Rumus keren #internet baik
Rumus keren #internet baikRumus keren #internet baik
Rumus keren #internet baik
 
Seri buku literasi digital isu-isu masyarakat digital kontemporer
Seri buku literasi digital isu-isu masyarakat digital kontemporerSeri buku literasi digital isu-isu masyarakat digital kontemporer
Seri buku literasi digital isu-isu masyarakat digital kontemporer
 
Tantangan gerakan online satu dunia_epistema
Tantangan gerakan online satu dunia_epistemaTantangan gerakan online satu dunia_epistema
Tantangan gerakan online satu dunia_epistema
 
Makalah firdaus cahyadi dalam acara Konferensi Negara Hukum di Hotel Bidakara...
Makalah firdaus cahyadi dalam acara Konferensi Negara Hukum di Hotel Bidakara...Makalah firdaus cahyadi dalam acara Konferensi Negara Hukum di Hotel Bidakara...
Makalah firdaus cahyadi dalam acara Konferensi Negara Hukum di Hotel Bidakara...
 
Budaya internet dan dampaknya ii
Budaya internet dan dampaknya iiBudaya internet dan dampaknya ii
Budaya internet dan dampaknya ii
 
E-Literasi di Indonesia
E-Literasi di IndonesiaE-Literasi di Indonesia
E-Literasi di Indonesia
 
Seri buku literasi digital - pengantar tata kelola internet edisi revisi 2018...
Seri buku literasi digital - pengantar tata kelola internet edisi revisi 2018...Seri buku literasi digital - pengantar tata kelola internet edisi revisi 2018...
Seri buku literasi digital - pengantar tata kelola internet edisi revisi 2018...
 
Indepth report sisi lain telematika di indonesia oktober 2011
Indepth report sisi lain telematika di indonesia oktober 2011Indepth report sisi lain telematika di indonesia oktober 2011
Indepth report sisi lain telematika di indonesia oktober 2011
 

Similar to Notulensi diskusi lingkar_belajar_ruu_konvergensi[1]

233743 tingkat-literasi-teknologi-informasi-kom-6cefe7d4
233743 tingkat-literasi-teknologi-informasi-kom-6cefe7d4233743 tingkat-literasi-teknologi-informasi-kom-6cefe7d4
233743 tingkat-literasi-teknologi-informasi-kom-6cefe7d4
KholilMuhamad
 
233743 tingkat-literasi-teknologi-informasi-kom-6cefe7d4
233743 tingkat-literasi-teknologi-informasi-kom-6cefe7d4233743 tingkat-literasi-teknologi-informasi-kom-6cefe7d4
233743 tingkat-literasi-teknologi-informasi-kom-6cefe7d4
KholilMuhamad
 
SOSIALISASI LITERASI MEDIA DI WILAYAH URBAN KABUPATEN TANGERANG
SOSIALISASI   LITERASI MEDIA DI WILAYAH URBAN KABUPATEN TANGERANGSOSIALISASI   LITERASI MEDIA DI WILAYAH URBAN KABUPATEN TANGERANG
SOSIALISASI LITERASI MEDIA DI WILAYAH URBAN KABUPATEN TANGERANG
Indiwan Seto wahyu wibowo
 
Realitas baru dalam sistem komunikasi indonesia
Realitas baru dalam sistem komunikasi indonesiaRealitas baru dalam sistem komunikasi indonesia
Realitas baru dalam sistem komunikasi indonesia
Muchlis Soleiman
 
GENERASI 4.0 KREATIF BERMEDIASOSIAL
GENERASI 4.0 KREATIF BERMEDIASOSIALGENERASI 4.0 KREATIF BERMEDIASOSIAL
GENERASI 4.0 KREATIF BERMEDIASOSIAL
Indiwan Seto wahyu wibowo
 
Indepth report belajar dari gerakan sosial digital di indonesia
Indepth report belajar dari gerakan sosial digital di indonesiaIndepth report belajar dari gerakan sosial digital di indonesia
Indepth report belajar dari gerakan sosial digital di indonesia
dausinstitute
 
mass communication assignment 14-10a
mass communication assignment 14-10a mass communication assignment 14-10a
mass communication assignment 14-10a
Hesy Immaculata
 
Presentation konferensi negara hukum 2012_Firdaus Cahyadi
Presentation konferensi negara hukum 2012_Firdaus CahyadiPresentation konferensi negara hukum 2012_Firdaus Cahyadi
Presentation konferensi negara hukum 2012_Firdaus Cahyadi
SatuDunia
 
Jurnal weny r
Jurnal weny rJurnal weny r
Jurnal weny r
fadli adnin
 
Pengguna Internet Indonesia
Pengguna Internet IndonesiaPengguna Internet Indonesia
Pengguna Internet Indonesia
Herman Ikhwan
 
Profil Pengguna Internet Indonesia 2014 (Riset oleh APJII dan PUSKAKOM UI)
Profil Pengguna Internet Indonesia 2014 (Riset oleh APJII dan PUSKAKOM UI)Profil Pengguna Internet Indonesia 2014 (Riset oleh APJII dan PUSKAKOM UI)
Profil Pengguna Internet Indonesia 2014 (Riset oleh APJII dan PUSKAKOM UI)
ICT Watch
 
Indonesia internet survey by apjii 2014
Indonesia internet survey by apjii 2014Indonesia internet survey by apjii 2014
Indonesia internet survey by apjii 2014
gx2lin
 
Masyarakat dan Media
Masyarakat dan MediaMasyarakat dan Media
Masyarakat dan Media
Sandrayani Shenja
 
Analisis Pengaruh Ewom terhadap Citra Destinasi, Kepuasan Wisatawan dan Loyal...
Analisis Pengaruh Ewom terhadap Citra Destinasi, Kepuasan Wisatawan dan Loyal...Analisis Pengaruh Ewom terhadap Citra Destinasi, Kepuasan Wisatawan dan Loyal...
Analisis Pengaruh Ewom terhadap Citra Destinasi, Kepuasan Wisatawan dan Loyal...
Salman Paludi
 
DIGITALISASIINDUSTRIPARIWISATAINDONESIA (2).pdf
DIGITALISASIINDUSTRIPARIWISATAINDONESIA (2).pdfDIGITALISASIINDUSTRIPARIWISATAINDONESIA (2).pdf
DIGITALISASIINDUSTRIPARIWISATAINDONESIA (2).pdf
mkhudaa
 
DIGITALISASIINDUSTRIPARIWISATAINDONESIA (2).pdf
DIGITALISASIINDUSTRIPARIWISATAINDONESIA (2).pdfDIGITALISASIINDUSTRIPARIWISATAINDONESIA (2).pdf
DIGITALISASIINDUSTRIPARIWISATAINDONESIA (2).pdf
mkhudaa
 
Bijak bersosmed, Cegah Narkoba.pptx
Bijak bersosmed, Cegah Narkoba.pptxBijak bersosmed, Cegah Narkoba.pptx
Bijak bersosmed, Cegah Narkoba.pptx
bincangcowok
 
Internet masuk desa
Internet masuk desaInternet masuk desa
Internet masuk desa
Hardi Wijaya
 
Daya teknologi informasi untuk nilai manfaat SOSIAL dan daya saing ekonomi
Daya teknologi informasi untuk nilai manfaat SOSIAL dan daya saing ekonomiDaya teknologi informasi untuk nilai manfaat SOSIAL dan daya saing ekonomi
Daya teknologi informasi untuk nilai manfaat SOSIAL dan daya saing ekonomi
Tarmin Abdulghani
 

Similar to Notulensi diskusi lingkar_belajar_ruu_konvergensi[1] (20)

233743 tingkat-literasi-teknologi-informasi-kom-6cefe7d4
233743 tingkat-literasi-teknologi-informasi-kom-6cefe7d4233743 tingkat-literasi-teknologi-informasi-kom-6cefe7d4
233743 tingkat-literasi-teknologi-informasi-kom-6cefe7d4
 
233743 tingkat-literasi-teknologi-informasi-kom-6cefe7d4
233743 tingkat-literasi-teknologi-informasi-kom-6cefe7d4233743 tingkat-literasi-teknologi-informasi-kom-6cefe7d4
233743 tingkat-literasi-teknologi-informasi-kom-6cefe7d4
 
SOSIALISASI LITERASI MEDIA DI WILAYAH URBAN KABUPATEN TANGERANG
SOSIALISASI   LITERASI MEDIA DI WILAYAH URBAN KABUPATEN TANGERANGSOSIALISASI   LITERASI MEDIA DI WILAYAH URBAN KABUPATEN TANGERANG
SOSIALISASI LITERASI MEDIA DI WILAYAH URBAN KABUPATEN TANGERANG
 
Realitas baru dalam sistem komunikasi indonesia
Realitas baru dalam sistem komunikasi indonesiaRealitas baru dalam sistem komunikasi indonesia
Realitas baru dalam sistem komunikasi indonesia
 
GENERASI 4.0 KREATIF BERMEDIASOSIAL
GENERASI 4.0 KREATIF BERMEDIASOSIALGENERASI 4.0 KREATIF BERMEDIASOSIAL
GENERASI 4.0 KREATIF BERMEDIASOSIAL
 
Indepth report belajar dari gerakan sosial digital di indonesia
Indepth report belajar dari gerakan sosial digital di indonesiaIndepth report belajar dari gerakan sosial digital di indonesia
Indepth report belajar dari gerakan sosial digital di indonesia
 
mass communication assignment 14-10a
mass communication assignment 14-10a mass communication assignment 14-10a
mass communication assignment 14-10a
 
Presentation konferensi negara hukum 2012_Firdaus Cahyadi
Presentation konferensi negara hukum 2012_Firdaus CahyadiPresentation konferensi negara hukum 2012_Firdaus Cahyadi
Presentation konferensi negara hukum 2012_Firdaus Cahyadi
 
Jurnal weny r
Jurnal weny rJurnal weny r
Jurnal weny r
 
Pengguna Internet Indonesia
Pengguna Internet IndonesiaPengguna Internet Indonesia
Pengguna Internet Indonesia
 
Profil Pengguna Internet Indonesia 2014 (Riset oleh APJII dan PUSKAKOM UI)
Profil Pengguna Internet Indonesia 2014 (Riset oleh APJII dan PUSKAKOM UI)Profil Pengguna Internet Indonesia 2014 (Riset oleh APJII dan PUSKAKOM UI)
Profil Pengguna Internet Indonesia 2014 (Riset oleh APJII dan PUSKAKOM UI)
 
Indonesia internet survey by apjii 2014
Indonesia internet survey by apjii 2014Indonesia internet survey by apjii 2014
Indonesia internet survey by apjii 2014
 
Masyarakat dan Media
Masyarakat dan MediaMasyarakat dan Media
Masyarakat dan Media
 
Analisis Pengaruh Ewom terhadap Citra Destinasi, Kepuasan Wisatawan dan Loyal...
Analisis Pengaruh Ewom terhadap Citra Destinasi, Kepuasan Wisatawan dan Loyal...Analisis Pengaruh Ewom terhadap Citra Destinasi, Kepuasan Wisatawan dan Loyal...
Analisis Pengaruh Ewom terhadap Citra Destinasi, Kepuasan Wisatawan dan Loyal...
 
DIGITALISASIINDUSTRIPARIWISATAINDONESIA (2).pdf
DIGITALISASIINDUSTRIPARIWISATAINDONESIA (2).pdfDIGITALISASIINDUSTRIPARIWISATAINDONESIA (2).pdf
DIGITALISASIINDUSTRIPARIWISATAINDONESIA (2).pdf
 
DIGITALISASIINDUSTRIPARIWISATAINDONESIA (2).pdf
DIGITALISASIINDUSTRIPARIWISATAINDONESIA (2).pdfDIGITALISASIINDUSTRIPARIWISATAINDONESIA (2).pdf
DIGITALISASIINDUSTRIPARIWISATAINDONESIA (2).pdf
 
Bijak bersosmed, Cegah Narkoba.pptx
Bijak bersosmed, Cegah Narkoba.pptxBijak bersosmed, Cegah Narkoba.pptx
Bijak bersosmed, Cegah Narkoba.pptx
 
media pembelajaran
media pembelajaranmedia pembelajaran
media pembelajaran
 
Internet masuk desa
Internet masuk desaInternet masuk desa
Internet masuk desa
 
Daya teknologi informasi untuk nilai manfaat SOSIAL dan daya saing ekonomi
Daya teknologi informasi untuk nilai manfaat SOSIAL dan daya saing ekonomiDaya teknologi informasi untuk nilai manfaat SOSIAL dan daya saing ekonomi
Daya teknologi informasi untuk nilai manfaat SOSIAL dan daya saing ekonomi
 

More from SatuDunia Foundation

Ubah kebijakan media dan telematika di indonesia upload
Ubah kebijakan media dan telematika di indonesia uploadUbah kebijakan media dan telematika di indonesia upload
Ubah kebijakan media dan telematika di indonesia uploadSatuDunia Foundation
 
A-Z Konvergensi Telematika
A-Z Konvergensi TelematikaA-Z Konvergensi Telematika
A-Z Konvergensi Telematika
SatuDunia Foundation
 
Indepth report belajar dari kasus lapindo
Indepth report belajar dari kasus lapindoIndepth report belajar dari kasus lapindo
Indepth report belajar dari kasus lapindoSatuDunia Foundation
 
Konglomerasi media di Era Digital dan Kebebasan Informasi
Konglomerasi media di Era Digital dan Kebebasan InformasiKonglomerasi media di Era Digital dan Kebebasan Informasi
Konglomerasi media di Era Digital dan Kebebasan Informasi
SatuDunia Foundation
 
Mapping Media Policy in Indonesia
Mapping Media Policy in IndonesiaMapping Media Policy in Indonesia
Mapping Media Policy in Indonesia
SatuDunia Foundation
 
Laporan akhir tahun ruu konvergensi telematika 2011
Laporan akhir tahun ruu konvergensi telematika 2011Laporan akhir tahun ruu konvergensi telematika 2011
Laporan akhir tahun ruu konvergensi telematika 2011SatuDunia Foundation
 
Presentation media briefing (firdaus cahyadi)
Presentation media briefing (firdaus cahyadi)Presentation media briefing (firdaus cahyadi)
Presentation media briefing (firdaus cahyadi)SatuDunia Foundation
 
Warta tkpkd lombok tengah edisi ii
Warta tkpkd lombok tengah edisi iiWarta tkpkd lombok tengah edisi ii
Warta tkpkd lombok tengah edisi iiSatuDunia Foundation
 
Id mdgr2007 advokasi_bahasa
Id mdgr2007 advokasi_bahasaId mdgr2007 advokasi_bahasa
Id mdgr2007 advokasi_bahasa
SatuDunia Foundation
 
2 peta-jalan-percepatan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-di-indonesia -...
2 peta-jalan-percepatan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-di-indonesia -...2 peta-jalan-percepatan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-di-indonesia -...
2 peta-jalan-percepatan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-di-indonesia -...
SatuDunia Foundation
 
1 laporan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-indonesia-2010 -201011181321...
1 laporan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-indonesia-2010 -201011181321...1 laporan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-indonesia-2010 -201011181321...
1 laporan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-indonesia-2010 -201011181321...
SatuDunia Foundation
 
Mereka berani melawan pemiskinan
Mereka berani melawan pemiskinanMereka berani melawan pemiskinan
Mereka berani melawan pemiskinan
SatuDunia Foundation
 
Konvergensi industri media dan hak publik
Konvergensi industri media dan hak publikKonvergensi industri media dan hak publik
Konvergensi industri media dan hak publik
SatuDunia Foundation
 
Hiv aids dan media sosial aditya wardana
Hiv aids dan media sosial  aditya wardanaHiv aids dan media sosial  aditya wardana
Hiv aids dan media sosial aditya wardana
SatuDunia Foundation
 
Ham dan hiv aids harwib
Ham dan hiv aids harwibHam dan hiv aids harwib
Ham dan hiv aids harwib
SatuDunia Foundation
 

More from SatuDunia Foundation (20)

Posterkursuskm 02-2012
Posterkursuskm 02-2012Posterkursuskm 02-2012
Posterkursuskm 02-2012
 
Ubah kebijakan media dan telematika di indonesia upload
Ubah kebijakan media dan telematika di indonesia uploadUbah kebijakan media dan telematika di indonesia upload
Ubah kebijakan media dan telematika di indonesia upload
 
A-Z Konvergensi Telematika
A-Z Konvergensi TelematikaA-Z Konvergensi Telematika
A-Z Konvergensi Telematika
 
Komik publikasi KM 2012
Komik publikasi KM 2012 Komik publikasi KM 2012
Komik publikasi KM 2012
 
Indepth report belajar dari kasus lapindo
Indepth report belajar dari kasus lapindoIndepth report belajar dari kasus lapindo
Indepth report belajar dari kasus lapindo
 
Konglomerasi media di Era Digital dan Kebebasan Informasi
Konglomerasi media di Era Digital dan Kebebasan InformasiKonglomerasi media di Era Digital dan Kebebasan Informasi
Konglomerasi media di Era Digital dan Kebebasan Informasi
 
Mapping Media Policy in Indonesia
Mapping Media Policy in IndonesiaMapping Media Policy in Indonesia
Mapping Media Policy in Indonesia
 
Laporan akhir tahun ruu konvergensi telematika 2011
Laporan akhir tahun ruu konvergensi telematika 2011Laporan akhir tahun ruu konvergensi telematika 2011
Laporan akhir tahun ruu konvergensi telematika 2011
 
Presentation media briefing (firdaus cahyadi)
Presentation media briefing (firdaus cahyadi)Presentation media briefing (firdaus cahyadi)
Presentation media briefing (firdaus cahyadi)
 
120216 digital (mujtaba hamdi)
120216 digital (mujtaba hamdi)120216 digital (mujtaba hamdi)
120216 digital (mujtaba hamdi)
 
Warta tkpkd lombok tengah edisi ii
Warta tkpkd lombok tengah edisi iiWarta tkpkd lombok tengah edisi ii
Warta tkpkd lombok tengah edisi ii
 
Id mdgr2007 bahasa
Id mdgr2007 bahasaId mdgr2007 bahasa
Id mdgr2007 bahasa
 
Id mdgr2007 advokasi_bahasa
Id mdgr2007 advokasi_bahasaId mdgr2007 advokasi_bahasa
Id mdgr2007 advokasi_bahasa
 
2 peta-jalan-percepatan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-di-indonesia -...
2 peta-jalan-percepatan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-di-indonesia -...2 peta-jalan-percepatan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-di-indonesia -...
2 peta-jalan-percepatan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-di-indonesia -...
 
1 laporan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-indonesia-2010 -201011181321...
1 laporan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-indonesia-2010 -201011181321...1 laporan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-indonesia-2010 -201011181321...
1 laporan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-indonesia-2010 -201011181321...
 
Mereka berani melawan pemiskinan
Mereka berani melawan pemiskinanMereka berani melawan pemiskinan
Mereka berani melawan pemiskinan
 
Sapa edisi 1 desember 2011
Sapa edisi 1 desember 2011Sapa edisi 1 desember 2011
Sapa edisi 1 desember 2011
 
Konvergensi industri media dan hak publik
Konvergensi industri media dan hak publikKonvergensi industri media dan hak publik
Konvergensi industri media dan hak publik
 
Hiv aids dan media sosial aditya wardana
Hiv aids dan media sosial  aditya wardanaHiv aids dan media sosial  aditya wardana
Hiv aids dan media sosial aditya wardana
 
Ham dan hiv aids harwib
Ham dan hiv aids harwibHam dan hiv aids harwib
Ham dan hiv aids harwib
 

Notulensi diskusi lingkar_belajar_ruu_konvergensi[1]

  • 1. Notulensi Diskusi Lingkar Belajar "Kebijakan Telematika & Pertarungan Wacana di Era Konvergensi Media" SatuDunia, 18 Agustus 2011 Narasumber : 1. Firdaus Cahyadi, SatuDunia 2. Andreas Harsono, Yayasan Pantau 3. Margiono, MAKSI Pengantar dari Direktur Yayasan SatuDunia, Rini Nasution SatuDunia sedang mengadakan riset terkait RUU Konvergensi. Saat ini adalah untuk mendapatkan masukan terkait hasil riset tersebut. RUU Konvergensi belum banyak dipahami publik. Perlu melibatkan teman-teman yang ada di luar lingkaran kita, karena Kebijakan ICT belum popular di masyarakat sipil, padahal ke depan potensinya cukup tinggi, kalau tidak dikawal dengan baik. Ini upaya untuk menginisiasi, mengawal salah satu kebijakan payung ICT di negeri ini Presentasi Firdaus Cahyadi (SatuDunia) SatuDunia sedang melakukan riset terkait Kebijakan Telematika dan Pertarungan Wacana di Era Konvergensi Media. Salahsatunya narasumbernya Mas Andreas yang dilakukan dengan wawancara lewat Skype. Dari Data Mastel ada kecendurungan penggunaan mobil phone dll yang menunjukkan adanya perkembangan penggunaan telematika di Indonesia
  • 2. SERVICES 2004 2005 2006 2007 2008 Fixed Telephones 8,703,300 8,824,467 8,806,702 8,717,872 8,612,872 Fixed WirelessPhones 1,673,081 4,683,363 6,014,031 10,811,635 16,598,550 Mobile Phones 30,336,607 46,992,118 63,803,015 93,386,881 124,805,871 Terjadi demam social media di Indonesia, seperti FB, Twiter, dll. Berikut data dari Alexa. Facebook menempati peringkat pertama, disusul Youtube dan Twitter, sampai peringkat sepuluh Indowebster. Ini data awal 2011. No Site 1 Facebook 2 Youtube 3 Twitter 4 Multiply 5 Friendster 6 Linkedin 7 Digg.com 8 Myspace.com 9 Tagged 10 Indowebster Dan berikut pola produksi dan konsumsi terkait konten internet di Indonesia. Sumber datanya dari Markplus Insight 2010, milik Hermawan Kertajaya.
  • 3. Rata-rata perilaku pengguna internet itu seperti updatae Facebook, brosing. Yang pasif, Cuma menonton saja. Kalau yang aktif seperti menulis di Blog, membuat resensi buku, mensosialisasikan ide-idenya di Blog. Dan ternyata yang aktif itu hanya 4,4% Kebiasaan dan Prilaku Prosentase pengguna internet di Indonesia Passive 13,6 % Average 81,9 % Active 4,4 % Biaya Gaya Hidup Digital Masyarakat  Para pengguna internet yang menjadi responden survey tersebut menghabiskan Rp 166,000 hanya untuk akses Internet melalui PC/Laptop. Sementara melalui handphone mereka rata-rata menghabiskan Rp 86,000 dalam sebulan.  Jika diteliti per umur, anak muda lebih sedikit pengeluarannya dibanding orang dewasa. Untuk akses intenet melalui handphone dalam sebulan anak muda menghabiskan Rp. 85,000 sementara orang dewasa menghabiskan Rp. 95,000. Untuk koneksi melalui PC/Laptop dalam sebulan anak muda menghabiskan Rp. 150,000, sementara orang dewasa menghabiskan Rp. 200,000. (riset Markplus)  Hasil survey FAKTA, sebuah NGOs yang melakukan pendampingan terhadap warga miskin kota Jakarta, mengungkapkan bahwa pada tahun 2010, masyarkaat miskin dampingannya mengeluarkan uang rata-rata Rp 30.000/bulan/KK untuk mengakses internet di warnet dan sebesar Rp 160.000/bulan/KK untuk membeli voucher handphone. Jika ditotal maka sekitar Rp. 190 ribu/bulan/KK pengeluaran warga miskin kota untuk belanja produk ICT .  Pengeluaran warga miskin kota untuk produk ICT itu ternyata hampir sama dengan pengeluaran per KK warga miskin untuk kebutuhan minimum makanan per kapita per bulan atau menurut Badan Pusat Statistics (BPS) dikenal dengan Garis Kemiskinan Makanan (GKM). Pada tahun 2010 GKM di Jakarta mencapai Rp
  • 4. 213.487. Bahkan pengeluaran untuk belanja produk ICT warga miskin itu telah melebihi pengeluaran kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan atau Garis Kemiskinan Non-Makanan (GKNM). Pada tahun 2010 GKNM di Jakarta sebesar Rp 117.682. Ternyata biaya hidup digital masyarakat di Jakarta sama dengan pengeluaran kebutuhan untuk makan dan minumnya. Persoalan yang lain lagi, adalah ketimpangan akses telematika. Jaringan backbone serat optik di Indonesia tidak merata. Terlihat bahwa konsentasinya masih di Indonesia barat dan Jawa. Sementara di Indonesia Timur masih kosong. Dari Data Buku Putih Telematika “Komunikasi dan Informatika tahun 2010” yang dikeluarkan Kementerian Komunikasi dan Informatika menyebutkan bahwa sinyal HP yang terbanyak itu terdapat di Jawa dan Sumatera. Hingga tahun 2008, desa di wilayah Jawa merupakan kawasan yang paling banyak memiliki infrastruktur telepon kabel. Kemudian menyusul wilayah Sumatera, Sulawesi, Bali, Nusa
  • 5. Tenggara Timur, Kalimantan, Papua dan Maluku. Kepemilikan telepon kabel (84,79%) pun paling banyak berada di wilayah Jawa dan Sumatera. Dari data ini mulai muncul indikasi ketimpangan akses telekomunikasi di Indonesia. Akses telekomunikasi masih didominasi Jawa dan Indonesia Bagian Barat (Sumatera). Menurut buku putih itu pula, wilayah Jawa juga merupakan wilayah desa penerima sinyal selular terbanyak dibandingkan daerah lain di Indonesia. Tak heran pula pada tahun 2008 kepemilikan handphone (81,57%) berada di wilayah Jawa dan Sumatera Dan ini berimbas ke pengguna Facebook. Pengguna facebook terbesar di Indonesia didominasi oleh warga Jakarta (50,33%). Pada urutan selanjutnya Bandung (5,2%), Bogor (3,23%), Yogyakarta (3,09%), Medan (3,04%), Makasar (2,23%) dan Surabaya (2,18%). Bandingkan dengan pengguna Facebook di Jayapura (0,12%) dan Ternate (0,03%). Begitu pula produksi tweet di Twitter. Tweet yang diproduksi dari Jakarta mendominasi seluruh tweet dari Indonesia. Tweet yang diproduksi dari Jakarta sebesar 16,33%, dari Bandung 13,79%, dari Yogyakarta 11,05%, dari Semarang 8,29% dan dari Surabaya 8,21%. Bandingkan tweet yang diproduksi dari Palu hanya 0,71%, Ambon 0,35% dan Jayapura 0,23%. (Report Snapshot of Indonesia Social Media Users - Saling Silang Report Feb 2011) Konglomerasi Media di era Konvergensi Telematika Sebagai background, di Amerika Serikat, dalam tulisan Veronika Kusuma di https://fordiletante.wordpress.com/2008/01/29/konglomerasi-media-dalam-grup-mnc- media-nusantara-citra Ada penurunan jumlah media di Amerika Serikat dalam kurun waktu 1980an sampai 1996.
  • 6. Sementara itu, di Indonesia menurut Riset Nielsen, juga terjadi penurunan jumlah pembacanya. Hanya pengguna internet yang naik. Ini bisa dikaitkan dengan kesenjangan akses, dominasi terbesar masih di Jawa. Ada kontradiksi, jangan-jangan ini mewakili Indonesia Barat. Ternyata era konvergensi media dimanfaatkan oleh media-media besar. Menjadikan produksi berita menjadi efisien. Don Bosco di acara ulang tahun AJI menyampaikan bahwa di era konvergensi Telematika, konglomerasi media adalah sebuah keniscayaan. Karena akan membbuat lebih efisien. Sebuah bisa ditayangkan di beberapa channel. N Media Newspaper Magazine Radio Television Cyber Media Other o Group Station Station Bussines 1 Kompas- Kompas, The 37 Majalah dan Sonora Radio Kompas TV Kompas.com, Hotel,Printin Gramedia Jakarta Post, Tabloid, 5 book dan Kompasiana.c g, Group Warta Kota publisher Otomotion om House, dan 11 surat Radio Promotion, kabar lokal Agencies, University 2 MNC Seputar Genie, Trijaya RCTI, Global Okezone.com IT Bussines (Media Indonesia Mom&Kiddy, FM,Radio TV, TPI (MNC Nusantara Realita, Dangdut TPI, TV), Citra) Majalah Trust ARH Global, Indovision Women (Televisi Radio Cable) 3 Jawa Pos Jawa Pos, 23 majalah Fajar FM di JTV di Travel Fajar, Riau mingguan Makassar Surabaya dan Bureau, Pos, Rakyat 3 stasiun TV Power House Merdeka, dan lokal
  • 7. 90 surat kabar lokal di berbagai daerah 4 Mugi Reka Cosmopolitan, Hard Rock O’Channel Holder of Aditama Harper’s FM, MTV Sky Saveral (MRA) Bazaar,Esquire, International FHM, Good Boutique House Keeping dan 10 majalah lainnya (kebanyakan franchise) 5 Bali Post Bali post, Tabloid Tokoh Bali TV dan 8 Balipost, Suluh TV lokal bisnis bali Indonesia dan lainnya 2 koran lainnya 6 Mahaka Harian Golf Digest, Radio Jak FM JakTV, TV One Entertaiment Media Republika Arena, Parents . Outdoor Indonesia, A+ Advertisment 7 Femina Femina, Gadis, Radio U FM Production Group Ayah Bunda, House Dewi dan 10 majalah lainnya 8 Bakrie AnTV, TV One Vivanews.co Property, Group m minning, palm oil dan telekomunika si 9 Lippo Jakarta Globe, Majalah Beritasatu.co Property,hos Group Investor Daily, Investor, Globe m pital, Suara Asia, Campus Education, Pembaruan Asia insurance, internet service provider 10 Trans Corp TransTV, Detik.com Trans7 11 Media Media MetroTv mediaindone Group Indonesia, sia.com Lampung Post, Borneo News Beberapa waktu lalu SatuSunia juga mewawancarai beberapa narasumber, yaitu Ignatius, Farid Gaban, blogger dari Kalimantan, Nino. Berikut Dampak konglomerasi media di era konglomerasi di Indonesia  Hegemoni wacana public, karena persoalan konglomerasi media bukan hanya bisnis, memungkinkan hegemoni wacara, karena mereka memiliki beberapa wacana
  • 8. sekaligus. Seperti yang disampaikan Mas Ignatius, Kasus Prita, Bibit Candra itu “sukses di media social” karena tidak berbenturan dengan pemilik konglomerat media  Menurunya kualitas jurnalistik. Potensi dimunculkannya satu berita di beberapa channel dapat menyebabkan beberapa hal, yaitu : o membebani wartawan, sehingga wartawan kekurangan waktu untuk membaca sehingga kualitas liputannya kurang bagus. o persoalan daya tawar wartawan terhadap pemilik media. Karena dengan ditampilkannya satu berita di beberapa media membuat daya tawar wartawan menjadi lemah dan tidak bisa menolak pesanan dari pemilik modal  Dari data di Salingsilang, Media yang muncul di twitter kebanyakan yang di link adalah media-media besar, bukan media milik masyarakat Contohnya dalam kasus Lapindo, ketika kasus tersebut berbenturan dengan pemilik media.  Rangking website korban lumpur.info berada di link 6 juta. Jika dibandingkan dengan media Group Bakrie, viva news berada di peringkat 13 di alexa indonesia. AnTV pemirsanya hampir 87 juta, follower 400 ribuan
  • 9. NO Channel Jumlah Ranking di Alexa Jumlah pembaca/pemirsa anggota/follower di media sosial Gerakan kampanye publik untuk kasus Lapindo 1 Website 6,167,065 (global), korbanlumpur.info 140,328 (rank in id), 40 (site link in) 2 Fanpage facebook 878 3 Friend of Lapindo 3404 Victim, Group in Facebook 4 Twitter 452 @korbanlapindo 5 Cause;Dukung 17,238 Korban Lapindo Mendapatkan Keadilan Media Group Bakrie 1 Vivanews.com Peringkat ke-13 topsite menurut alexa. 857 (global), 13 (rank in Id), 276 (site link in) Twitter (@VIVAnews) 185.597 Vivanews.com di 4,545 facebook Vivanews.com di 66,849 facebook 2 2 AnTV 87,4 juta AnTV di twitter 30.278 3 TV One 108,8 TV One di Twitter 404,409 Kondisi yang tidak seimbang ini, apakah Kebijakan telematika memberikan pijakan payung hukum yang seimbang Kebijakan Telematika dan Masa Depan Gerakan Sosial Digital di Indonesia  UU ITE  Pasal Karet Pencemaran Nama Baik dan Perbuatan Tidak Menyenangkan. Ini akanmenjadi barier baru denga kondisi yang tidak seimbang, yang akan memperlemah wacara publik. Karena Media mainstream punya lex spesialis, ketika
  • 10. terkena kasus pencemaran nama baik, maka akan memakai UU Pers. Sementara di masyarakat tidak memakai UU Pers. Seperti di kasus Prita.  RUU Konvergensi Telematika. Ada 2 yang urgen, terkait : o Pembagian penyelenggara telematika yang terbagi dalam komersial dan non komersial. Ada kewajiban ijin dan segala macam. Website nantinya harus ijin, membayar BHP dan segala macam. o Kewajiban pelayanan universal telematika. Ini pelayanan pemerintah terkait koneksi internet di tempat-tempat terpencil. Di RUU Konvergensi ada pasal itu, tetapi tidak ada ketentuan jika hal tersebut tidak dilaksanakan apakah warga di wilayah tersebut bisa complain dan sebagainya. Tak ada payung hukumnya. Ada kemungkinan ada kesenjangan akses, sehingga masyarakat susah melakukan perlawanan media ketika terjadi masalah di wilayahnya. Terutama di dareah-daerah Indonesia timur. Dalam pasal 38 RUU Konvergensi Telematika memang disebutkan bahwa pelaksanaan kewajiban pelayanan universal telematika menjadi tanggung jawab pemerintah.
  • 11. Sayangnya di RUU Konvergensi Telematika itu tidak disebutkan mengenai hak warga negara jika layanan universal gagal dipenuhi pemerintah. Apakah warga negara berhak komplain atau bahkan mengajukan gugatan jika layanan universal telematika itu gagal disediakan pemerintah? Tidak jelas, karena hak warga negara untuk komplain dan menggugat itu tidak disebutkan dalam RUU. Di RUU Konvergensi Telematika yang diatur adalah hak konsumen bukan warga negara (sebelum menjadi konsumen). Presentasi Margiono (MAKSI) “Membaca Arah kebijakan Konvergensi Media di Indonesia” Situasi Media saat ini  Sedang transisi dari analog ke digital, ditandai dengan proses migrasi dari system analog dan digital yang menurut blue print pemerintah berakhir di tahun 2017. Setelah 2017 tidak ada lagi radio FM, TV UHF. Kita melihatnya TV Digital. Pada 2013 dilakukan switch di kota-kota besar dahulu. Kalau planning tersebut berjalan, dua tahun lagi di Jakarta kita tidak akan bisa lagi ndengar radio FM, nonton TV UHF, kita harus beli seatle box terlebih dahulu. Konsekuensinya besar sekali.  Proses menuju digital, selain industri belum siap, masyarakat juga harus punya server box digital. Karena terakhri pemerintah bekerja sama dengan PT Gobel untuk menyediakan seatle box sebanyak 300 ribu, ketika dicoba dijajakan ke masyarakat, masyarakat bertanya apa yang akan didapat dengan mengeluarkan uang Rp 300 ribu, dan jawabannya sama, anda akan dapat RCTI, SCTV dll. Masyarakat merasa rugi. Karena jika belangganan TV kabel da mendapatkan seatle box, masyarakat bisa mendapatkan channel-channel yang lain yang lebih banyak  Kita menghadapi pertumbuhan era konvergensi media. Istilah konvergensi media atau konvergensi teknologi adalah istilah teknologi, bagaimana berbagai media bisa bertemu di satu gadget, seperti handphone, laptop, IPad. Memang kalau dari segi bisnis istilahnya adalah konglomerasi.
  • 12. Proses konvergensi di Indonesia dimulai dari konglomerasi, dimana industri- industri media besar membeli/mencaplok media-media lain. Misal portal beritasatu.com milik Ulil dibeli Lippo, Detik.com dibeli kelompok Para. Ini tidak ahanya terjadi di Indonesia, tetapi juga terjadi di tingkat internasional, sebagaimana Google dan Yahoo yang membeli situs-situs/kontak local.  Google punya modal besar untuk menanamkan asetnya di Indonesia, tetapi masih terkendala dengan Menteri Timfakul Sembiring. Google tidak mau nasibnya nanti sama seperti RIM  Konvergensi dan konglomerasi itu dua sisi mata uang. Teknologinya konvergensi tetapi bisnisnya konglomerasi Beberapa Pola Kebijakan Konvergensi Media  Legislasi: mengatur new media dengan pembuatan undang-undang (pembahasan pemerintah dan parlemen)  Regulasi: mengatur berdasarkan produk legislasi konvensional, dibuat penyesuian dengan pengaturan oleh badan-badan pemerintah (departemen, komisi-komisi negara, dan lain-lain)  Self-regulatory Process: pengaturan oleh para stake-holders (entitas bisnis, user, masyarakat, dan lain-lain) secara partisipatoris, dengan keterlibatan negara yang minim (negara sebagai fasilitator) Yang paling kuat adalah self regulatory process. Di tingkat internasional ada namanya Internet Governance Forum. Di tingkat Asia Pasific ada. Di tingkat global, Internet Governance Forum dilaksanakan di Nairobi. Di Indonesia juga akan dibentuk Internet Governance Forum tingkat Indonesia. Rencanaya bulan November di Bali. Ini akan menjadi forum multistakehoder. Pemerintah Indonesia telah setuju untuk duduk satu meja dengan masyarakat sipil dan bisnis untuk membicarakan Kebijakan terkait telematika. Tetapi masih belum tahu hasilnya.
  • 13. Terkait Kebijakan, di Prolegnas 2010-2014 ada beberapa RUU terkait media penyiaran, yaitu :  RUU Konvergensi Telematika yang sedang uji public, menggabungkan UU Penyiaran, UU Telekomunikasi, UU ITE dan UU KIP.  RUU Penyiaran yang sudah mulai jadi perdebatan tetapi belum dibahas  RUU Tindak Pidana TI mulai masuk lagi, ini menjadi cybercrime law nya Indonesia, untuk mengatasi jenis-jenis kejahatan baru di internet yang belum diatur undang- undang, isinya seperti KUHP untuk dunia maya.  Revisi UU ITE (respon terhadap keresahan masyarakat), janjinya akan direvisi, tetapi karena ada tekanan public yang kuat akhirnya tidak jadi  RUU Penggunaan Frekuensi yang sekarang menjadi perdebatanlagi karena nantinya akan ada badan pengatur frekuensi Bahanya RUU Tindak Pidana TI ini, kalau disahkan, kita akan punya dua KUHP. Untuk sebuah kejahatan dunia maya akan ada dua hukuman. Seperti dalam UU ITE, mencemarkan nama baik lewat Koran hukumannya maksimal satu tahun empat bulan, tetapi begitu dilaksanakan di website hukumannya menjadi 6 tahun. Tak ada kepastian hukum, dan akan menjadi diskriminasi bagi masyarakat pengguna internet. Sementara di situ tak ada mengatur tentang pembuktian. Walaupun di UU ITE diakui pembuktian digital, tetapi caranya yang belum jelas. Harusnya berfokus di situ. Dan hukumannya harusnya sama dengan kejahatan lain yang sudah ada aturannya. Seperti pencemaran naman baik dll sudah ada hukumannya, tinggal pembuktiannya yang masih belum Paradigma Regulasi Konvergensi  Sudah terjadi konvergensi teknologi, kemudian terjadi konvergensi media, dan tantangannya ada konvergensi hukum, kemudian konvergensi badan regulasi  Karena selama ini di media ada beberapa badan yang bersentuhan dan bergesekan sehingga terjadi pergesekan kewenangan, misalnya antara KPI dengan Dewan Press
  • 14. sempat terjadi ketegangan ketika KPI memberikan sanksi kepada Metro TV yang menanyangkan berita pagi tentang Satpol PP melakukan sweeping internet dan situs pornonya tidak disamarkan, KPI memberian sangsi berita pagi tidak boleh tayang selama 5 hari. Dewan Press menganggap ini sebagai pembredelan. Belum lagi pergesekan dengan pengatur frekuansi dengan BRTI.  Idenya adalah bagaimana membuat badan regulasi yang terkonvergensi Badan Konvergensi yang akan diregulasi antara lain KPI, BRTI, Dewan Pers, KI, Badan Pengawas Sistem elektronik (belum terbentuk), KPPU, Badan Perlindungan Konsumen. Sementara itu Dewan Pers tidak diutak atik. Saat ini ada dua alternatif, yaitu :  Badan tersebut dilebur, dan muncul badan baru yang mengatur semuanya  Ada badan payung yang mengatur semua badan tersebut(masing-masing SRO tetap eksis) Dari Konvergensi, ada bidang-bisang yang diatur. Ada beberapa bidang yang diatur, yaitu konten, aplikasi, industri dan infrastruktur. Bidang Hak Publik Isu Terkait Konten Kebebasan berekspresi Pornografi Hak atas informasi Defamasi Kebebsan berkomunikasi Blasphemy Cyberbullying Hatespeaks Aplikasi Akses publik Hak Cipta Kebebasan berkomunikasi Open soure netralitas aplikasi Industri Persaingan usaha (kebebasan Monopoli/kartel memasuki suatu bisnis) Tanggungjawab sosial Perlindungan konusmen Hak pengguna Kebebasan berkomunikasi
  • 15. Infrastruktur Keterbukaan akses Digital devide Kebebasan berkomunikasi Digital exclusion Digital divide/digtal exclussion Keadilan bandwitch Netralitas jaringan  Cyberbulliying dan hatespeaks belum banyak diatur  Open source dan netralitas aplikasi belum terjadi. Misal apple membuat program- program yang di tempat lain tidak bisa jalan.  Infrastruktur, ada kesenjangan digital yang diciptakan. Pengakses internet adalah 18 persen. Banyak hal yang menggunakan online, misalnya pendaftaran UMPTN Online, pendaftaran procurement online, ini menyebakan adanya penutupan akses karena tak meratanya akses. Kebijakan digital yang tidak diiuti dengan pemerataan akses akan mengakibatkan menurup kesempatan orang-orang yang tidak menikmati akses digital Pola-pola Kebijakan Media selama ini  Kecenderungan untuk over-regulation, negara terlalu banyak mengatur, bukan memfasilitasi.  Kecenderungan over-criminalization: pemidanaan yang berat, bukan ke arah mediasi  Kecenderungan untuk over-limitation: pembatasan konten melalui pelarangan, blokir, dan filtering. Ini adalah Derajat Regulasi Masing-masing Bidang (Standar Universal, dikutip dari APG) Regulasi harus berat di infrastruktur. Tetapi selama ini pemerintah regulasinya malah lebih ke content. Sehingga kesenjangan digital tidak teratasi. Misal perusahaan Telkom puya kewajiban USO (Universal
  • 16. Servise Obligation) membangun infrastruktur di daerah ekonomi kurang mampu, karena secara ekonomis itu tidak akan dibangun di daerah yang penduduknya sedikit, di sebuah pulau terpencil, yang secara ekonomi itu tidak akan menutup. Dengan USO ini Pemerintah memungut 1 % laba dari perusahaan-perusahaan itu, dan saat ini terkumpul sekitar 3 Triliun, dan dana ini saat ini mengendap, dan pemerintah bingung. Ada program Internet Kecamatan, tetapi ini juga tidak jalan. Harusnya internet ini sudah sampai desa. Walau sudah ada dana tetapi belum dilaksanakan karena belum siap secara budaya. Kemarin ada diskusi, dana ini akan dijadikan ICT Fund, dijadikan dana mengendap, bunganya dijadikan proyek-proyek ICT. Ada ide lain, mendorong konten-konten, tetapi ini juga tidak jelas. Namun masalahnya, ini tidak menjawab 80% orang yang tidak mendapatkan akses internet tersebut. Semestinya, ketika ada perusahaan telekomunikasi yang tidak dapat memenuhi kewajiban 1% untuk membangun internet di kawasan terpencil, harusnya ijinnya dicabut. Karena itu kewajiban universal, dan PBB sudah akan memasukkan internet sebagai salah satu hak asasi manusia. Dampak-Dampak Kebijakan  Demokrasi yang seharusnya lebih maju berkat pertumbuhan new media (digital democracy, cyber-democracy) menjadi terhambat, bahkan dihadapkan pada kriminalisasi.  Pemanfaatan ICT masih berat untuk kepentingan dunia bisnis, belum banyak berfungsi untuk edukasi, pembukaan kesempatan usaha baru (pemberantasan kemiskinan), dan peningkatan kualitas layanan pemerintah (e-government)  Hal ini membuat usaha mencapa Information Society, yang salah satu cirinya adalah self-regulating society, menjadi terhambat (oleh kepentingan-kepentingan politik penguasa).
  • 17. Tiap tahun PBB ada World Summit Society, Kominfo pun memiliki tagline “Menuju Masyarakat Informasi Indonesia”. Tetapi apa yang menjadi masyarakat informasi Indonesia, karena dalam kenyataannya kita masih sebagai user. Pertumbuhan pengguna internet kita sangat tinggi, tetapi kita hanya pengguna Facebook, Twitter, YouTube, dll. Kalau dilihat di situs Alexa, 10 peringkat tertinggi yang dilihat oleh pengguna internet di Indonesia selain social media, ada dua, Kaskus dan Detik.com. RUU Konvergensi pun menghambat, karena disitu disebutkan aplikasi telematika harus ijin. Di Negara lain tak ada yang seperti itu. Apalagi dengan system perijinan di Negara kita yang lama, rumit dan belum tereformasi. Kemudian harus membayar pajak BHP. Apakah nanti membuat blok, aplikasi dll harus ijin. Padahal di berita terbatu, aplikasi-aplikasi dari Indonesia sudah mulai mendominasi pasar aplikasi di Asia. Proses regulasi dan pembayaran pajak bagi industri besar tidak akan masalah. Tetapi bagi creator-kreator individu, ini akan jadi masalah. Era ijin akan menjadi penghambat terbesar. Negara yang ketat dalam mengatur telematikanya adalah Israel, China dan Myanmar. Disusul Kamboja dan Vietnam. RUU Konvergensi menghambat cita-cita masyarakat informasi, yang mana masyarakat takhanya menjadi user, tetapi juga menyebarkan informasi. Presentasi Andreas Harsono (Pantau) Dari pengalaman bulan lalu, saya diminta bersaksi di UN Commission on Human Right di Jenewa tentang internet freedom. Saat ini di dunia sedang ada upaya agar Internet akan dijadikan sebagai hak asasi manusia.
  • 18. Menjadikannya sebagai isu hak asasi manusia tidaklah mudah. Tahun lalu di Sidang Umum PBB, secara mayoritas memutuskan air bersih dan sanitasi sebagai hak asasi manusia. Tahun 1948 ketika deklarasi universal tentnag hak asasi manusia ditandatangani, tidak sekompleks sekarang. Dulu hanya mencakup hak berserikat, hak hidup, hak berbicara, hak beragama. Dalam proses memasukkan air sebagai hak sasi manusia, dimulai tahun 1974 saat dimasukkan ke General Assambly dan baru disetujui tahun 2010. Selama 26 tahun orang harus melobi 192 negara PBB anggota PBB. Hanya Taiwan, Vatikan dan Greenland yang tidak masuk menjadi anggota PBB. Ada satu calon Negara baru, yaitu Cosovo yang sudah ada 77 negara. Sudan Selatan baru mendapat pengakuan Negara. Internet freedom diusulkan oleh Swedia. Wikileak punya server di Swedia. Swedia punya policy yang sangat jelas terkait internet. Pemerintah Swedia menyediakan subsidi untuk membangun bunker untuk server. Karena bagi mereka, data di internet sangat rentan. Swedia punya kesadaran terkait kerentanan data di internet. Mereka mensubsidi pengamanan bunker internet. Dan itu berlaku untuk semua organisasi. Swedia adalah Negara yang pertama kali mencetuskan internet freedom. Ada beberapa Negara lain juga. Negara lain yang mendukung ini adalah Perancis. Perancis melobi Amerika Serikat untuk mendukung internet freedom. Namun agak problematic karena Amerika juga memenjarakan sumber datanya wikileaks. Pemerintahan Obama juga yang memerintahkan agar bank-bank tidak memberikan dana ke wikileaks. Tetapi Hillary Clinton malah mendukung internet freedom menjadi top priority. Maka bisa kita lihat berita di New York, beberapa NGO AS, atas bantuan dana USAID membawa server portabel mereka ke perbatasan Suriah untuk menyalurkan sinyal internet ketika internet diputus oleh pemerintah Suriah.
  • 19. Perkembangan internet freedom ini sangat menarik. Bisa jadi tumpang tindih yang terjadi di Indonesia bisa ditolong di level internasional. Contohnya saja, perbaikan hukum banyak dilakukan di level internasional. Seperti adanya ratifikasi ICCPPR yang membuat lebih dari 100 pasal Kebijakan yang terkait dengan kebebasan berpendapat yang melanggar ICCPPR untuk disesuaikan atau dihapuskan. Sesi Diskusi Margiyono Indonesia masih lebih baik dari Pilipina karena Indonesia punya UU Keterbukaan Informasi Publik. Andreas Harsono Media banyak terpusat di Jakarta. Di era konvergensi, infrastrukturnya juga terpusat di Jawa. Survei NDI, 92% informasi yang didapatkan public Indonesia (diluar Ambon dan Maluku) berasal dari media yang pusatnya di Jakarta. Newsroom kita sangat sentralise. Kalau dikonvergensi, medianya malah makin sentralise. Padahal, waktu jaman Hindia Belanda, seperti yang disebutkan dalam paper Akhmad Adam dari Malaysia, kota pers dulu itu ada di beberapa kota. Yang terbesar Semarang, Batavia, Padang, Medan, Minahasa, Surabaya. Namun sekarang semuanya di Jakarta. Kalaupun ada surat kabar di Surabaya, itu milik Jakarta. Dalam jurnalisme, ada proksimiti. Karena pusatnya ada di Jakarta, maka yang jadi berita adalah Jakarta dan Jawa. Ini terlihat saat ada gempa di Padang, dan pada saat yang sama di Jakarta terjadi banjir, ternyata yang banyak diliput adalah Jakarta. Padahal tidak ada yang meninggal di Jakarta. Sementara di Padang banyak yang meninggal.
  • 20. Saat ini masih terjadi gap yang sangat besar. Waktu buruh-buruh Freeport mogok, mereka tidak bisa mengunggah video aksinya. Selama satu minggu internet telkomselnya putus- putus. Aris Subakti Internet membuat egaliter. Seperti dalam kasus merapi, masyarakat tidak percaya dengan media mainstream, dan lebih percaya kepada media komunitas, seperti Jalin Merapi. Andreas Harsono Egalitarian di internet juga membuat kelemahan. Namun internet tetap harus bebas. Margiyono Upaya internet government Forum (IGF) - Akan diadakan di Bali bulan November. APJI, SAMI. - Tetapi IGF bukan forum pengambil keputusan, terutama yang mengikat. Tetapi itu adalah forumnya pembuat keputusan untuk mendiskusikan sebelum mengambil keputusan. Tekananya lebih ke diskusi terbuka, bukan pada hal-hal yang sifatnya legal. Setidaknya Kebijakan-kebijakannya bisa didiskusikan karena selama ini lebih banyak tertutup. RUU Konvergensi didorong oleh industri telekomunikasi yang masuk ke ranah penyiaran. Industri penyiaran merasa perlu untuk memproteksi diri. Sekarang pertumbuhan industri Telkom sudah selesai dengan jumlah pengguna handphone sebanyak 194 juta, sudah mendekati jumlah penduduk indonesia. Di kota-kota besar, terutama di Jawa, satu orang bisa punya 1-2 HP. Perebutan pelanggan sudah melambat. Sekarang bagaimana memaksimalkan agar pelanggan membeli conten yang lain. Saat ini pertarungannya masuk ke ranah conten, seperti penyiaran, berita, broadcast, dll. Ketika masuk ke broadcast, kendalanya di Kebijakan, karena di UU Penyiaran dan
  • 21. Telekomunikasi tidak mengatur hal tersebut. Itu mengapa mereka berharap bisa menggabungkannya. Ada sebuah provider di Indonesia yang menyediakan layanan telpon dan sms gratis. Asalkan boleh beriklan. Tetapi regulasi masih memproteksi layanan tersebut. Firdaus Cahyadi Bagaimana public dalam melawan konvergensi, karena ternyata pemilik media juga punya bisnis yang lain, seperti Group Para yang memiliki Carefour, sehingga jika terjadi permasalahan di Carefour, pasti group Para tidak bisa kritis Andreas Harsono Belum ada media besar yang berani melawan interes atau bisnisnya sendiri. Tempo yang pernah, melawan Ciputra terkait Pantai Indah Kapuk. Menurut Woren P, salah satu orang terkaya di dunia, dia bilang “Saya bisa kehilangan duit, tapi tidak boleh kehilangan reputasi”. Karena begitu kehilangan reputasi, bisa ambrol semua. Di Jakarta kebanyakan media belum memahami itu. Kebanyakan pemilik modal belum sadar. Disinilah pentingnya pagar api dalam reputasi mereka. Ada peluang civil society untuk melawan. Di Buku Bill Covac berjudul BLUR, bercerita tentang fungsi wartawan. Ada 8 fungsi wartawan, antara lain investigator, dll. Yang baru adalah sebagai aggregator (mencari informasi yang bagus dan diberikan kepada orang lain), empowering/memberdayakan masyarakat yang tertindas, dan sebagai role model. Citicen reporter membutuhkan role model. Fungsi wartawan yang hancur karena internet adalah gate keeper untuk menyaring berita. Internet harus bisa dipakai untuk aggregator, empowering, autentifikasi dan role model.
  • 22. Rini Nasution Mengapa Mediawatch di Indonesia lemah? Andreas Harsono Pertama, di sini media tidak biasa dikritik. Ini menjadi tradisi yang menyedihkan. Padahal dulu antar wartawan saling mengkritik. Kedua, media banyak ditutup sehingga media yang survevi adalah media yang tidak punya budaya kritis. Jadi tidak maju dari sejarah awal abad 20. Selama 5 tahun, Soekarno membredel ratusan media, Soeharto membredel ratusan tahun. Sementara itu, di jaman SBY, dalam 2 tahun ini, ada 1000an media mati karena persaingan usaha. Firdaus Cahyadi Bagaimana perlawanan pengguna/netter terhadap media? Andreas Harsono Berbeda-beda. Persolaannya di Indonesia, medianya berkumpul di Jakarta. Di Amerika, spektrumnya beragam, karena media ada di beberapa kawasan. Amerika Serikat kuat karena penulis-penulis mereka. Selama budaya intelektual itu masih ada, maka itu akan tetap bertahan. Icon intelektualnya adalah the New Yorker. Di Amerika tidak ada TV Nasional, adanya TV daerah. Konglomerasinya juga ada. Tetapi prosentasi penetrasinya rendah. Tidak seperti di Indonesia yang bisa mencapai 90%. Amerika sebagai Negara liberal, tetapi sangat keras kalau terkait pelanggaran. Di Indonesia Komisi penyiaran tidak begitu dipandang.