KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum. Wr. Wb..
Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul ”DAMPAK GLOBALISASI TERHADAP POLITIK”.
Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini dapat lebih baik lagi.
Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Raha, Desember 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 1
C. Tujuan........................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................ 3
1. Pengetian Globalisasi.............................................................................. 3
2. Dampak Globalisasi Terhadap Bidang Politik Di Indonesia................... 4
3. Langkah Langkah Yang Perlu Diambil Indonesia Dalam Menghadapi
Dampak Globalisasi.................................................................................. 8
BAB III PENUTUP..................................................................................... 10
A. Kesimpulan.......................................................................................... 10
B. Saran.............................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 11
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum. Wr. Wb..
Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul ”DAMPAK GLOBALISASI TERHADAP POLITIK”.
Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini dapat lebih baik lagi.
Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Raha, Desember 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 1
C. Tujuan........................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................ 3
1. Pengetian Globalisasi.............................................................................. 3
2. Dampak Globalisasi Terhadap Bidang Politik Di Indonesia................... 4
3. Langkah Langkah Yang Perlu Diambil Indonesia Dalam Menghadapi
Dampak Globalisasi.................................................................................. 8
BAB III PENUTUP..................................................................................... 10
A. Kesimpulan.......................................................................................... 10
B. Saran.............................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bentuk teori kepribadian dan terapi psikoanalitik ini muncul dalam konteks medis dengan asumsi dasar bahwa klinisi menangani patologi. Pendekatan psikoanalisis juga dikenal dengan istilah psikodinamik yang dikembangkan oleh Sigmund Freud. Pendekatan-pendekatan psianalisis atau psikodinamik menganggap bahwa tingkah laku abnormal disebabkan oleh faktor-faktor intrapsikis (konflik tak sadar, represi, mekanisme defensive), yang mengganggu penyesuaian diri.
Pikoanalisis merupakan sebuah metode yang sangat berpengaruh mengobati gangguan mental, dibentuk oleh teori psikoanalitik, yang menekankan proses mental bawah sadar dan kadang-kadang digambarkan sebagai "psikologi mendalam."
Gerakan psikoanalitik berasal dari pengamatan klinis dan formulasi dari psikiater Austria yang bernama Sigmund Freud, yang menciptakan istilah itu selama 1890-an, Freud dikaitkan dengan yang lain Wina, Josef Breuer, dalam studi pasien neurotik bawah hipnosist. Freud dan Breuer mengamati bahwa, ketika sumber ide pasien dan impuls dibawa ke dalam kesadaran selama kondisi hipnosis, pasien menunjukkan perbaikan.
Norman D. Sundberg dkk (2007:190) Bagaimana Freud memikirkan tentang masalah psikologis? Hal ini dapat dilihat dari ilustrasi pemikiran awal Freud-Katharina disebuah buku terbitan 1895, Studies on Hysteria (Breuer dan Freud, hal. 125-134).Psikoanalisa dapat dikatakan sebagai aliran psikologi yang paling dikenal meskipun mungkin tidak dipahami seluruhnya. Namun psikoanalisa juga merupakan aliran psikologi yang unik, tidak sama seperti aliran lainnya. Aliran ini juga yang paling banyak pengaruhnya pada bidang lain di luar psikologi, melalui pemikiran Freud.
Konsep dari teori Freud yang paling terkenal adalah tentang adanya alam bawah sadar yang mengendalikan sebagian besar perilaku. Selain itu, dia juga memberikan pernyataan pada awalnya bahwa prilaku manusia didasari pada hasrat seksualitas pada awalnya (eros) yang pada awalnya dirasakan oleh manusia semenjak kecil dari ibunya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dengan model Psycoanalytical?
2. Bangaimanakah pendekatan psikoanalisa dalam bidang klinis?
3. Sebutkan dan jelaskan struktur kepribadian ?
4. Bangaimanakah dinamika kepribadian ?
5. Bangaimanakah perkembangan kepribadian?
6. Bangaimanakah proses terapi dalam psikoanalitik?
7. Sebutkan dan jelaskan teknik-teknik dalam psikoanalitik?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pegertian dari model Psycoanalytical.
2. Untuk mengetahui bangaimana pendekatan psikoanalisa dalam bidang klinis.
3. Untuk mengetahui struktur kepribadian .
4. Untuk mengetahui bangaimana dinamika kepribadian .
5. Untuk mengetahui bangaimana perkembangan kepribadian.
6. Untuk mengetahui bangaimana proses terapi dalam psikoanalitik.
7. Untuk mengetahui teknik-teknik dalam psikoanalitik.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Model Psycoanalytical merupakan model yang pertama yang ditemukan oleh Sigmun Freud yang meyakini bahwa penyimpangan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (selanjutnya disebut dengan UU Narkotika) diundangkan pada tanggal 12 Oktober 2009. Undang-undang ini merupakan revisi atas undang-undang sebelumnya yaitu Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 Tentang Narkotika. Terdapat beberapa alasan yang melatarbelakangi direvisinya UU Nomor 22 tahun 1997 tersebut, antara lain: tindak pidana narkotika yang dilakukan dengan modus operandi yang semakin canggih, materi undang-undang yang tidak lagi sesuai dengan perkembangan situasi terkini, dan perlunya penguatan kelembagaan dalam hal pencegahan dan pemberantasan peredaran gelap narkotika.
Secara umum, terdapat beberapa hal baru yang dikenalkan oleh UU Narkotika, antara lain: adanya perubahan dan penambahan definisi di dalam bab tentang Ketentuan Umum, ruang lingkup dan tujuan yang diperluas, perluasan alat bukti dan adanya teknik penyidikan narkotika yang baru, serta ancaman pidana minimal untuk semua golongan narkotika.
Bahaya Penyalahgunaan Narkoba oleh Satresarkoba Polres Bantul dalam acara Jambore Nasional Wahidiyah 29 Desember 2012 – 1 Januari 2013 di Pantai Samas Bantul Jogjakarta Tanggal 8 Desember 2012
Pidana mati merupakan satu jenis pidana dalam usianya, setua usia kehidupan manusia dan paling kontroversial dari semua sistem pidana, baik di negara-negara yang menganut sistem Common Law, maupun di negara-negara yang menganut Civil Law. Mempersoalkan hukuman mati dalam hukum pidana sebagai sarana mencapai tujuan dari hukum pidana itu sendiri, telah banyak menimbulkan perdebatan antar sesama ahli hukum pidana, diantara mereka ada yang pro dan juga ada yang kontra terhadap penggunaan sarana pidana mati sebagai sarana untuk mencapai tujuan hukum pidana yaitu memberikan rasa aman, memberikan keadilan dan sebagainya. Dalam hukum pidana Indonesia penggunaan hukuman mati dirasakan masih sangat efektif dalam mencegah terjadinya kejahatan-kejahatan yang dapat dikualifikasikan kejahatan yang berat. Hal itu dapat dilihat dari KUHP nasional yang masih menempatkan hukuman mati sebagai pidana pokok selain itu terhadap hukum pidana di luar KUHP juga terdapat sebagian yang menempatkan hukuman mati sebagai sanksi dari dilanggarnya perbuatan tersebut. Adapun motif yang melatar belakangi masih digunakannya pidana mati sebagai saranan politik kriminal di Indonesia yakni: hukuman mati memiliki tingkat efektif yang lebih tinggi dari ancaman hukuman mati lainnya karena memiliki efek yang menakutkan (shock therapi) disamping juga lebih hemat. Hukuman mati digunakan agar tidak ada eigenrichting dalam masyarakat. Secara teoritis hukuman mati ini juga akan menimbulkan efek jera (detterent effect) yang sangat tinggi sehingga akan menyebabkan orang mengurungkan niatnya untuk melakukan tindak pidana, sehingga bisa dijadikan sebagai alat yang baik untuk prevensi umum maupun prevensi khusus. Disamping itu masih kuatnya fungsi pemidanaan yang menekankan pada aspek pembalasan (retributive), dan utamanya masih dipertahankannya. . Awal diberlakukannya praktek hukuman mati di Indonesia yaitu pada waktu Indonesia yang bernama Hindia Belanda adalah ketika diberlakukannya kodifikasi hukum pidana dalam Wetboek van Strafrecht voor Inlanders (indonesiers) atau WvSinl pada tanggal 1 Januari 1873. Kemudian karena adanya perkembangan baru dimana lahirnya kodifikasi pertama hukum pidana yang ada di belanda yang maka WvSinl tersebut kemudian disesuaikan dengan perkembangan tersebut dengan melakukan unifikasi hukum pidana di seluruh wilayah Indonesia. Maka pada tahun 1915 diundangkanlah Wetboek van strafrecht voor Indoensie, (WvSI) dan mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 1918. Berbeda dengan Belanda, di Hindia Belanda di dalam WvSi tersebut masih dicantumkan hukuman mati
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bentuk teori kepribadian dan terapi psikoanalitik ini muncul dalam konteks medis dengan asumsi dasar bahwa klinisi menangani patologi. Pendekatan psikoanalisis juga dikenal dengan istilah psikodinamik yang dikembangkan oleh Sigmund Freud. Pendekatan-pendekatan psianalisis atau psikodinamik menganggap bahwa tingkah laku abnormal disebabkan oleh faktor-faktor intrapsikis (konflik tak sadar, represi, mekanisme defensive), yang mengganggu penyesuaian diri.
Pikoanalisis merupakan sebuah metode yang sangat berpengaruh mengobati gangguan mental, dibentuk oleh teori psikoanalitik, yang menekankan proses mental bawah sadar dan kadang-kadang digambarkan sebagai "psikologi mendalam."
Gerakan psikoanalitik berasal dari pengamatan klinis dan formulasi dari psikiater Austria yang bernama Sigmund Freud, yang menciptakan istilah itu selama 1890-an, Freud dikaitkan dengan yang lain Wina, Josef Breuer, dalam studi pasien neurotik bawah hipnosist. Freud dan Breuer mengamati bahwa, ketika sumber ide pasien dan impuls dibawa ke dalam kesadaran selama kondisi hipnosis, pasien menunjukkan perbaikan.
Norman D. Sundberg dkk (2007:190) Bagaimana Freud memikirkan tentang masalah psikologis? Hal ini dapat dilihat dari ilustrasi pemikiran awal Freud-Katharina disebuah buku terbitan 1895, Studies on Hysteria (Breuer dan Freud, hal. 125-134).Psikoanalisa dapat dikatakan sebagai aliran psikologi yang paling dikenal meskipun mungkin tidak dipahami seluruhnya. Namun psikoanalisa juga merupakan aliran psikologi yang unik, tidak sama seperti aliran lainnya. Aliran ini juga yang paling banyak pengaruhnya pada bidang lain di luar psikologi, melalui pemikiran Freud.
Konsep dari teori Freud yang paling terkenal adalah tentang adanya alam bawah sadar yang mengendalikan sebagian besar perilaku. Selain itu, dia juga memberikan pernyataan pada awalnya bahwa prilaku manusia didasari pada hasrat seksualitas pada awalnya (eros) yang pada awalnya dirasakan oleh manusia semenjak kecil dari ibunya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dengan model Psycoanalytical?
2. Bangaimanakah pendekatan psikoanalisa dalam bidang klinis?
3. Sebutkan dan jelaskan struktur kepribadian ?
4. Bangaimanakah dinamika kepribadian ?
5. Bangaimanakah perkembangan kepribadian?
6. Bangaimanakah proses terapi dalam psikoanalitik?
7. Sebutkan dan jelaskan teknik-teknik dalam psikoanalitik?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pegertian dari model Psycoanalytical.
2. Untuk mengetahui bangaimana pendekatan psikoanalisa dalam bidang klinis.
3. Untuk mengetahui struktur kepribadian .
4. Untuk mengetahui bangaimana dinamika kepribadian .
5. Untuk mengetahui bangaimana perkembangan kepribadian.
6. Untuk mengetahui bangaimana proses terapi dalam psikoanalitik.
7. Untuk mengetahui teknik-teknik dalam psikoanalitik.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Model Psycoanalytical merupakan model yang pertama yang ditemukan oleh Sigmun Freud yang meyakini bahwa penyimpangan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (selanjutnya disebut dengan UU Narkotika) diundangkan pada tanggal 12 Oktober 2009. Undang-undang ini merupakan revisi atas undang-undang sebelumnya yaitu Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 Tentang Narkotika. Terdapat beberapa alasan yang melatarbelakangi direvisinya UU Nomor 22 tahun 1997 tersebut, antara lain: tindak pidana narkotika yang dilakukan dengan modus operandi yang semakin canggih, materi undang-undang yang tidak lagi sesuai dengan perkembangan situasi terkini, dan perlunya penguatan kelembagaan dalam hal pencegahan dan pemberantasan peredaran gelap narkotika.
Secara umum, terdapat beberapa hal baru yang dikenalkan oleh UU Narkotika, antara lain: adanya perubahan dan penambahan definisi di dalam bab tentang Ketentuan Umum, ruang lingkup dan tujuan yang diperluas, perluasan alat bukti dan adanya teknik penyidikan narkotika yang baru, serta ancaman pidana minimal untuk semua golongan narkotika.
Bahaya Penyalahgunaan Narkoba oleh Satresarkoba Polres Bantul dalam acara Jambore Nasional Wahidiyah 29 Desember 2012 – 1 Januari 2013 di Pantai Samas Bantul Jogjakarta Tanggal 8 Desember 2012
Pidana mati merupakan satu jenis pidana dalam usianya, setua usia kehidupan manusia dan paling kontroversial dari semua sistem pidana, baik di negara-negara yang menganut sistem Common Law, maupun di negara-negara yang menganut Civil Law. Mempersoalkan hukuman mati dalam hukum pidana sebagai sarana mencapai tujuan dari hukum pidana itu sendiri, telah banyak menimbulkan perdebatan antar sesama ahli hukum pidana, diantara mereka ada yang pro dan juga ada yang kontra terhadap penggunaan sarana pidana mati sebagai sarana untuk mencapai tujuan hukum pidana yaitu memberikan rasa aman, memberikan keadilan dan sebagainya. Dalam hukum pidana Indonesia penggunaan hukuman mati dirasakan masih sangat efektif dalam mencegah terjadinya kejahatan-kejahatan yang dapat dikualifikasikan kejahatan yang berat. Hal itu dapat dilihat dari KUHP nasional yang masih menempatkan hukuman mati sebagai pidana pokok selain itu terhadap hukum pidana di luar KUHP juga terdapat sebagian yang menempatkan hukuman mati sebagai sanksi dari dilanggarnya perbuatan tersebut. Adapun motif yang melatar belakangi masih digunakannya pidana mati sebagai saranan politik kriminal di Indonesia yakni: hukuman mati memiliki tingkat efektif yang lebih tinggi dari ancaman hukuman mati lainnya karena memiliki efek yang menakutkan (shock therapi) disamping juga lebih hemat. Hukuman mati digunakan agar tidak ada eigenrichting dalam masyarakat. Secara teoritis hukuman mati ini juga akan menimbulkan efek jera (detterent effect) yang sangat tinggi sehingga akan menyebabkan orang mengurungkan niatnya untuk melakukan tindak pidana, sehingga bisa dijadikan sebagai alat yang baik untuk prevensi umum maupun prevensi khusus. Disamping itu masih kuatnya fungsi pemidanaan yang menekankan pada aspek pembalasan (retributive), dan utamanya masih dipertahankannya. . Awal diberlakukannya praktek hukuman mati di Indonesia yaitu pada waktu Indonesia yang bernama Hindia Belanda adalah ketika diberlakukannya kodifikasi hukum pidana dalam Wetboek van Strafrecht voor Inlanders (indonesiers) atau WvSinl pada tanggal 1 Januari 1873. Kemudian karena adanya perkembangan baru dimana lahirnya kodifikasi pertama hukum pidana yang ada di belanda yang maka WvSinl tersebut kemudian disesuaikan dengan perkembangan tersebut dengan melakukan unifikasi hukum pidana di seluruh wilayah Indonesia. Maka pada tahun 1915 diundangkanlah Wetboek van strafrecht voor Indoensie, (WvSI) dan mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 1918. Berbeda dengan Belanda, di Hindia Belanda di dalam WvSi tersebut masih dicantumkan hukuman mati
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenAdrianAgoes9
sosialisasi untuk dosen dalam mengisi dan memadankan sister akunnya, sehingga bisa memutakhirkan data di dalam sister tersebut. ini adalah untuk kepentingan jabatan akademik dan jabatan fungsional dosen. penting untuk karir dan jabatan dosen juga untuk kepentingan akademik perguruan tinggi terkait.
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
1. Bedakan antara NARKOTIKA : UU No.
22 TAHUN 1997
Dan 35 Th 2009 ttg Narkotika
Slide selanjutnya masih mengacu
pada UU narkotika yang lama
2. NARKOTIKA : UU No. 22 TAHUN 1997
Barang siapa tanpa hak melawan hukum melakukan:
PENANAM:
Menanam, memelihara, mempunyai dlm persediaan, memiliki, menyimpan atau
menguasai narkotika Gol I dlm bentuk tanaman : Ganja, koka, opium pidana penjara
10 tahun dan denda paling banyak Rp 500.000.000,-
(lima ratus juta rupiah)
PEMILIKAN :
Memiliki,
menyimpan, untuk
memiliki atau untuk
persediaan atau
menguasai
GOLONGAN I GOLONGAN II GOLONGAN III
a.l.heroin/putau,
kokain/crak,
opium/candu dll
a.l. morfina,
petidina, dll
a.l. kodein, etil
morfin (dionina)
Pidana penjara
mak. 10 tahun
dan denda mak
Rp 500.000.000,-
Pidana penjara
mak 7 tahun dan
denda mak
Rp 250.000.000,-
Pidana penjara
mak 5 tahun
dan denda mak
Rp 100.000.000,-
3. PRODUKSI :
Memproduksi,
mengolah,
mengekstrasi,
mengkonversi,
merakit atau
menyediakan
GOLONGAN I GOLONGAN II GOLONGAN III
Pidana mati atau
penjara seumur
hidup atau pidana
penjara maks. 20
th dan denda mak
Rp 1 Milyar
Pidana penjara
mak 15 th dan
denda maks.
Rp 500.000.000,-
Pidana penjara
maks. 7 th dan
denda maks.
Rp 200.000,000,-
MEMBAWA / MENGIRIM:
Membawa,
mengirim,
mengangkut atau
mentransito
GOLONGAN I GOLONGAN II GOLONGAN III
Pidana penjara
maks. 15 th dan
denda maks.
Rp 750.000.000
Pidana penjara
maks. 10 th dan
denda maks.
Rp 500.000.000,-
Pidana penjara
maks. 7 th dan
denda maks.
Rp 200.000,000,-
4. JUAL / BELI / MENAWARKAN
Mengimpor,
mengekspor,
menawarkan utk
dijual, menyalurkan,
menjual, membeli,
menyerahkan,
menerima, menjadi
perantara dlm jual beli
atau menukar
GOLONGAN I GOLONGAN II GOLONGAN III
Pidana mati atau
penjara seumur
hidup atau pidana
penjara maks. 20 th
dan denda mak
Rp 1 Milyar
Pidana penjara
maks. 15 th dan
denda maks.
Rp 750.000.000,-
Pidana penjara
maks. 10 th dan
denda maks.
Rp 300.000,000,-
MEMBERIKAN NARKOTIKA KEPADA ORANG LAIN:
Menggunakan
narkotika thd orang
lain atau
memberikan
narkotika untuk
digunakan orang
lain
GOLONGAN I GOLONGAN II GOLONGAN III
Pidana penjara
maks. 15 th dan
denda maks.
Rp 750.000.000,-
Pidana penjara
maks. 10 th dan
denda maks.
Rp 500.000.000,-
Pidana penjara
maks. 5 th dan
denda maks.
Rp 250.000,000,-
5. MENGGUNAKAN NARKOTIKA BAGI DIRI SENDIRI :
PENYALAHGUNAAN
MENGGUNAKAN
NARKOTIKA BAGI
DIRI SENDIRI :
GOLONGAN I GOLONGAN II GOLONGAN III
Pidana penjara
paling lama
4 th.
Pidana penjara
paling lama
2 th.
Pidana penjara
paling lama
1 th.
Orang tua/wali pecandu yg
belum cukup umur wajib
melaporkan kepada pejabat
pemerintah utk mendapat-kan
pengobatan dan atau perawatan
Pidana kurungan paling
lama 6 bl atau denda
paling banyak Rp 1 juta
Tidak melapor
6. Pidana kurungan maks. 6
bulan atau denda maks.
Rp 2 juta
Pencandu narkotika yang
telah cukup umur wajib
melaporkan diri atau
dilaporkan oleh keluarga
kepada pejabat pemerintah
Pecandu yang
Tidak melapor
Keluarga yang
tidak melapor
Pidana kurungan maks. 6
bulan atau denda maks.
Rp 1 juta
7. PSIKOTROPIKA : UU No. 5 TAHUN 1997
Barang siapa secara tanpa hak melakukan:
PEMILIKAN :
Memiliki,
menyimpan,
dan/atau
membawa
GOLONGAN I GOLONGAN II, III, IV
Pidana penjara minim.
4th, maks. 15 th dan
denda minim.
Rp 150.000.000,-
maks. Rp 750.000.000,-
Pidana penjara maks.
5 th dan denda
maksimal
Rp 100.000.000,-
8. PRODUKSI :
Memproduksi,
dan/atau
menggunakan
bahan proses
produksi
GOLONGAN I GOLONGAN II, III, IV
Pidana penjara minim.
4th, maks. 15 th dan denda
minim.
Rp 150.000.000,-
maks. Rp 750.000.000,-
Pidana penjara maks.
15 th dan denda
maksimal
Rp 200.000.000,-
PENGEDAR :
Mengedarkan
tidak memenuhi
standar an/atau
persyaratan (obat
palsu)
GOLONGAN I GOLONGAN II, III, IV
Pidana penjara minim.
4th, maks. 15 th dan denda
minim.
Rp 150.000.000,-
maks. Rp 750.000.000,-
Pidana penjara maks.
5 th dan denda
maksimal
Rp 100.000.000,-
9. KEWAJIBAN MASYARAKAT
Masyarakat wajib melaporkan
kepada pihak berwenang bila
mengetahui psikotropika yg
disalah gunakan dan/atau
dimiliki secara tdk sah
Barang siapa tdk melapor dpt
dipidana penjara maks. 1 th
dan/atau denda maks.
Rp 20.000.000,-
Pidana penjara maks. 3 th
dan denda maks. Rp
60.000.000,-
Menyerahkan/menerima
psikotropika Gol I, II, III,
dan IV kpd yang tidak
berhak (tanpa resep
dokter)
(bagi
penyerah)
(bagi
penerima)
Pidana penjara maks. 3 th
dan denda maks. Rp
60.000.000,-
10. NARKOTIKA PSIKOTROPIKA
PEMUSNAHAN DENGAN BERITA
ACARA
MEMEMUAT :
• NAMA JENIS SIFAT DAN JUMLAH
• TEMPAT JAM , HARI TGL BULAN
DAN TAHUN.
•TANDA TANGAN IDENTITAS
LENGKAP
PELAKSANA DAN SAKSI.
PEMUSNAHAN DENGAN
BERITA ACARA
MEMEMUAT :
• NAMA JENIS SIFAT DAN JUMLAH
• TEMPAT JAM , HARI TGL BULAN
DAN TAHUN.
•TANDA TANGAN IDENTITAS
LENGKAP
PELAKSANA DAN SAKSI.
12. PERBEDAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 22/1997
DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 35/2009
TENTANG NARKOTIKA
UNDANG-UNDANG NOMOR 22/1997 UNDANG-UNDANG NOMOR 35 /2009
1. PENYIDIK :
A. POLRI
B. PPNS TERTENTU
1. PENYIDIK :
A. POLRI
B. PENYIDIK BNN
C. PPNS TERTENTU
PASAL 81 :” Penyidik Polri dan Penyidik BNN
berwenang melakukan penyidikan terhadap
lahgun dan edar gelap Narkotika dan Prekursor
narkotika ”
PASAL 82 (1) :” PPNS tertentu sebagaimana
dimaksud dlm UU tentang KUHAP berwenang
melakukan penyidikan thd TP lahgun narkotika
dan prekursor narkotika ”
12
13. PERBEDAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 22/1997
DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 35/2009
TENTANG NARKOTIKA
UNDANG-UNDANG NOMOR 22/1997 UNDANG-UNDANG NOMOR 35 /2009
2. KEWENANGAN PENYIDIK :
A. POLRI
B. PPNS TERTENTU ( KAP DAN HAN)
2. KEWENANGAN PENYIDIK :
A. POLRI
B. PENYIDIK BNN = POLRI
C. PPNS TERTENTU ( KAP SAJA)
PASAL 82 (2) huruf h :” Menangkap orang yg
diduga melakukan lahgun narkotika dan
prekursor narkotika ”
13
14. PERBEDAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 22/1997
DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 35/2009
TENTANG NARKOTIKA
UNDANG-UNDANG NOMOR 22/1997 UNDANG-UNDANG NOMOR 35/2009
3. LAMA PENANGKAPAN :
1 X 24 JAM DAN DAPAT DI-
PERPANJANG 2 X 24 JAM
3. LAMA PENANGKAPAN :
3 X 24 JAM DAN DAPAT DI-
PERPANJANG 3 X 24 JAM
PASAL 76 :
Ayat (1) :” Pelaksanaan kewenangan
penangkapan dilakukan paling lama 3X24
jam terhitung sejak surat penangkapan
diterima penyidik ”
Ayat (2) : ” Penangkapan dapat diperpanjang
paling lama 3X24 jam ”
14
15. PERBEDAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 22/1997
DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 35/2009
TENTANG NARKOTIKA
UNDANG-UNDANG NOMOR 22/1997 UNDANG-UNDANG NOMOR 35/2009
4. LAMA PENYADAPAN :
30 HARI
3. LAMA PENYADAPAN :
3 BULAN DAN DAPAT DIPERPANJANG
MAX 3 BULAN ATAS IJIN KETUA PN
PASAL 77 :
Ayat (1) :” Penyadapan dilaksanakan setelah
terdapat bukti permulaan yg cukup dan
dilakukan max 3 bulan ”
Ayat (2) : ” Penyadapan hanya dilaksanakan
atas ijin tertulis dari Ketua Pengadilan”
Ayat (3) : ” Penyadapan dapat diperpanjang 1
kali untuk jangka waktu yg sama ”
PASAL 78 :
Ayat (1) :” Dlm keadaan mendesak dan
Penyidik hrs lakukan sadap, sadap dpt
dilakukan tanpa ijin tertulis dari Ketua PN ”
Ayat (2) :” Dlm wkt max 24 jam Penyidik wajib
minta ijin tertulis kpd Ketua PN mengenai
sadap ”
15
16. PERBEDAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 22/1997
DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 35/2009
TENTANG NARKOTIKA
UNDANG-UNDANG NOMOR 22/1997 UNDANG-UNDANG NOMOR 35/2009
5. ANCAMAN PIDANA MAX UMUM KECUALI
UTK GOL I YG DIDAHULUI DGN
PERMUFAKATAN JAHAT DAN TER
ORGANISIR ADA MIN UMUM DAN MAX
UMUM
5. ANCAMAN PIDANA MIN UMUM DAN MAX
UMUM KECUALI PENYALAHGUNA
Contoh PASAL 111 Ayat (1): ” Setiap org yg
tanpa hak atau melawan hukum menanam,
memelihara, memiliki, menyimpan,
menguasai atau menyediakan narkotika Gol
I dlm btk tanaman dipidana dg pidana
penjara min 4 th dan max 12 th dan denda
min Rp.800 juta max Rp. 8 M ”
16
17. PERBEDAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 22/1997
DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 35/2009
TENTANG NARKOTIKA
UNDANG-UNDANG NOMOR 22/1997 UNDANG-UNDANG NOMOR 35/2009
6. - 6. PEMBERATAN ANCAMAN PIDANA DR
JML BB DIMANA UTK TANAMAN
LEBIH DR 1 KG ATAU LBH DR 5
BATANG ATAU BUKAN TANAMAN
LEBIH DARI 5 GRM ANCAMAN
PIDANA DIPERBERAT DAN
DENDA DITAMBAH 1/3NYA
Contoh PASAL 111 :
Ayat (1) : ” Setiap org yg tanpa hak atau
melawan hukum tanam, pelihara, miliki,
simpan, kuasai atau sediakan narkotika Gol
I dlm btk tanaman dipidana dg pidana
penjara min 4 th dan max 12 th dan denda
min Rp.800 juta max Rp. 8 M ”
Ayat (2) :” Dlm hal perbuatan sebgm ayat (1)
beratnya melebihi 1 KG atau lebih dr 5
batang dipidana seumur hidup atau min 5 th
dan max 20 th dan denda max ditambah dr
ayat (1) 1/3 nya ”
17
18. PERBEDAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 22/1997
DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 35/2009
TENTANG NARKOTIKA
UNDANG-UNDANG NOMOR 22/1997 UNDANG-UNDANG NOMOR 35/2009
7. PREKURSOR YG POTENSIAL DPT
DILAHGUN UTK LAKUKAN TP
NARKOTIKA DITETAPKAN SBG BRG
DIBAWAH WAS PEMERINTAH ( TDK ADA
ANCAMAN PIDANANYA)
7. DIATUR MENGENAI PREKURSOR
NARKOTIKA DG ANCAMAN PIDANANYA
PASAL 129 :Dipidana penjara min 4 th dan
max 20 th dan denda max Rp 5 M setiap
org yg tanpa hak atau melawan hkm :
Huruf a : ” miliki, simpan, kuasai atau sediakan
prekursor narkotika utk buat narkotika ”
Huruf b :” prod, impor, ekspor, atau salurkan
prekursor narkotika utk pembuatan
narkotika ”
Huruf c : ” tawarkan utk dijual, jual, beli, terima,
jadi perantara dlm jual beli, tukar,atau
serahkan prekursor narkotika utk
pembuatan narkotika ”
Huruf d :” bawa, kirim, angkut, atau transito
prekursor narkotika utk pembuatan
narkotika ”
18
19. PERBEDAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 22/1997
DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 35/2009
TENTANG NARKOTIKA
UNDANG-UNDANG NOMOR 22/1997 UNDANG-UNDANG NOMOR 35/2009
8. - 8. ANCAMAN PIDANA BAGI :
A. PENYIDIK POLRI
B. PENYIDIK BNN
C. PPNS
PASAL 140 :
Ayat (1) :” PPNS yg secara melawan hkm tdk
laks ketentuan sebgn psl 88 dan pasal 89
Dipidana penjara min 1 th dan max 10 th
dan denda min Rp 100 juta dan mx Rp 1 M
”
Ayat (2) : ” Penyidik Polri dan Penyidik BNN yg
tdk laks ketentuan sebgm psl 87, 89, 90
ayat (2) dan (3), psl 92 ayat (1), (2),(3) dan
(4) dikenai pidana sebgm ayat (1) ”
19
20. PERBEDAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 22/1997
DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 35/2009
TENTANG NARKOTIKA
UNDANG-UNDANG NOMOR 22/1997 UNDANG-UNDANG NOMOR 35/2009
9. - 9. ANCAMAN PIDANA BAGI :
KEPALA KEJAKSAAN
PASAL 141 : ” Kepala Kejaksaan Negeri yg
secara melawan hkm tdk laks ketentuan
sebgm psl 91 ayat (1) Dipidana penjara min
1 th dan max 10 th dan denda min Rp 100
juta dan mx Rp 1 M ”
20
21. PERBEDAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 22/1997
DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 35/2009
TENTANG NARKOTIKA
UNDANG-UNDANG NOMOR 22/1997 UNDANG-UNDANG NOMOR 35/2009
10. - 10. ANCAMAN PIDANA BAGI :
PETUGAS LABORATORIUM
PASAL 142 : ” Petugas laboratorium yg
memalsukan hasil pengujian atau secara
melawan hkm tdk laks kewajiban laporkan
hsl pengujiannya kpd penyidik atau PU
Dipidana penjara max 7 th dan denda max
Rp 500 juta ”
21
22. PERBEDAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 22/1997
DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 35/2009
TENTANG NARKOTIKA
UNDANG-UNDANG NOMOR 22/1997 UNDANG-UNDANG NOMOR 35/2009
11. SISIH BB UTK KEPENTINGAN :
- PEMBUKTIAN
- PENGEMBANGAN
ILPENG
11. SISIH BB UTK KEPENTINGAN :
- PEMBUKTIAN
- PENGEMBANGAN ILPENG &
TEKNOLOGI
- DIKLAT
(UTK PENGEMBANGAN ILPENG
DISERAHKAN KPD MENKES/
BADAN POM
UTK KEPENTINGAN DIKLAT
DISERAHKAN KPD KEPALA
BNN/POLRI)
PEMANFAATANNYA HRS SEIJIN
MENKES
22
23. PERBEDAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 22/1997
DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 35/2009
TENTANG NARKOTIKA
UNDANG-UNDANG NOMOR 22/1997 UNDANG-UNDANG NOMOR 35/2009
12. - 12. PUTUSAN PIDANA DENDA TDK
DIBAYAR MAKA DIGANTI DGN
PIDANA PENJARA
PASAL 148 :” Apabila putusan pidana denda
sebgm diatur dlm UU ini tdk dibayar oleh
pelaku, pelaku dijatuhi pidana penjara max
2 th sebagai pengganti pidana denda yg tdk
dapat dibayar “
23
24. PERBEDAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 22/1997
DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 35/2009
TENTANG NARKOTIKA
UNDANG-UNDANG NOMOR 22/1997 UNDANG-UNDANG NOMOR 35/2009
13. DIATUR TTG BKNN 13. DIATUR TTG KEDUDUKAN, TUGAS
DAN WEWENANG BNN
24
25. PERBEDAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 22/1997
DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 35/2009
TENTANG NARKOTIKA
UNDANG-UNDANG NOMOR 22/1997 UNDANG-UNDANG NOMOR 35/2009
14. ALAT BUKTI SESUAI KUHAP 14.PERLUASAN ALAT BUKTI
PASAL 86 :
Ayat (1) :” Penyidik dpt peroleh alat bukti selain sebgm
dimaksud dlm UU ttg HAP”
Ayat (2) :” Alat bukti sebgm dimaksud ayat (1) berupa:
a. Info yg diucapkan, dikirimkan, diterima, / disimpan
scr elektronik dg alat optik/ yg serupa dg itu
b. Data rekaman/info yg dpt dilihat, dibaca dan atau
didengar yg dpt dikeluarkan dg atau tanpa bantuan
suatu sarana baik yg tertuang diatas kertas, benda
fisik apapun selain kertas maupun yg terekam scr
elektronik termasuk tetapi tdk terbatas pada :
1. tulisan, suara dan atau gambar
2. peta, ranc, foto atau sejenisnya
3. huruf, tanda, angka, simbol,sandi atau perforasi
yg miliki makna dpt dipahami oleh org yg
mampu membaca / pahami
25
26. PERBEDAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 22/1997
DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 35/2009
TENTANG NARKOTIKA
UNDANG-UNDANG NOMOR 22/1997 UNDANG-UNDANG NOMOR 35/2009
15. - 15.PSIKOTROPIKA GOL I DAN II DR UU
NO. 5/1997 TTG PSIKOTROPIKA
MASUK GOL I NARKOTIKA DLM UU
INI
PASAL 153 huruf b :” Dengan berlakunya
Undang-undang ini Lampiran
mengenai Psikotropika Gol I dan II
sebgm tercantum dalam Lampiran UU
No. 5 / 1997 ttg Psikotropika yg tlh
dipindahkan menjadi Narkotika Gol I
menurut Undang-undang ini
26