Dokumen tersebut membahas pentingnya merubah budaya masyarakat menjadi lebih disiplin, rajin, tekun dan mandiri. Perubahan budaya dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti keinginan untuk berubah, lingkungan, teknologi, dan penguasa. Perubahan dapat dilakukan secara revolusioner, evolusioner, atau reformasi. Untuk meraih cita-cita besar diperlukan budaya disiplin, rajin, tekun, dan mandiri
2. Pengantar
• Pekerjaan yang sangat sulit dilakukan adalah merubah kultur
(budaya). Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta
yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi
atau akal) yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal
dari kata Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Kata culture
dalam bahasa Indonesia sering diterjemahkan sebagai "kultur".
Dengan demikian, budaya menurut Wikipedia Ensiklopedia Bebas
adalah sebagai suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki
bersama oleh sebuah kelompok orang yang diwariskan dari
generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang
rumit, termasuk system, agama dan politik, adat istiadat, bahasa,
perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.
3. Penyebab perubahan
Adat kebiasaan yang telah berurat dan berakar di
masyarakat sangat sulit merubahnya.
Walaupun begitu, harus dilakukan perubahan supaya
relevan dengan upaya yang dilakukan untuk membawa
masyarakat ke arah kemajuan dan kejayaan.
Perubahan bisa disebabkan oleh beberapa faktor.
Pertama, manusia bosan dengan keadaan yang dialami.
Misalnya hidup miskin yang dialami dari satu generasi
kepada generasi berikutnya. Keadaan yang tidak
mengenakkan itu, kemudian muncul keinginan dan
tekad untuk merubahnya.
5. Kedua, dorongan dari
lingkungan. Perubahan terjadi dari
Lingkungan tetangga, teman
sepergaulan, teman sekolah, teman
sesama aktivis, teman bisnis, dan lain
sebagainya bisa menjadi faktor untuk
merubah budaya masyarakat.
7. Keempat, teknologi informasi. Kemajuan teknologi
informasi yang menerobos masuk ke dalam rumah
melalui TV, media sosial seperti facebook, twitter,
google, slideshare, You Tube, sosialisasi,
kampanye dan sebagainya, dapat merubah budaya
yang diamalkan.
Kelima, penguasa. Mereka yang sedang berkuasa,
memiliki kemampuan merubah budaya
masyarakat. Perubahan budaya bisa melalui
pemaksaan seperti indoktrinasi, dan bisa melalui
persuasif. Kunjungan langsung ke masyarakat
seperti yang dilakukan Gubernur Joko
Widodo kemudian dipublikasikan secara luas oleh
berbagai media, bisa merubah budaya masyarakat.
8. Cara merubah budaya
Perubahan budaya bisa melalui tiga cara. Pertama,
revolusi. Mereka yang melakukan revolusi, bisa
merubah budaya masyarakat secara revolusioner
sesuai yang dikehendaki. Perubahan budaya melalui
cara-cara yang revolusioner, hanya bisa dilakukan
jika ada revolusi. Untuk mewujudkan revolusi, tidak
mudah karena memerlukan berbagai persyaratan
seperti ada pemimpin kharismatik yang menjadi
pemimpin revolusi, kondisi sosial sudah matang,
karena pertentangan kaum miskin dan borjuis yang
sangat keras,dan kelas menengah memberi
dukungan terjadinya revolusi.
10. • Kedua, secara evolusioner. Perubahan dalam alam
demokrasi seperti Indonesia sekarang adalah
perubahan yang bersifat evolusiner, melalui
pencerahan, penyadaran, pendidikan, kampanye,
dan lain sebagainya.
12. Cita-cita Besar
Setiap orang, kelompok masyarakat, apalagi sebagai bangsa
Indonesia harus memiliki cita-cita besar yang akan dicapai yang
sering disebut visi. Visi merupakan mimpi besar yang akan dicapai
dalam hidup baik sebagai pribadi maupun pemimpin.
Menurut Anthony D’Souza bahwa visi adalah sesuatu yang pantas
diraih dan merupakan dokumen hidup untuk selalu dikembangkan.
Sebagai pemimpin partai politik, pemimpin organisasi
kemasyarakatan, lembaga swadaya masyarakat, mutlak memiliki
visi untuk selalu diperjuangkan pencapaiannya para pengurus, dan
para anggota.
Dengan memiliki visi, maka akan tumbuh semangat, kemauan,
tekad, disiplin dan kerja keras dan tekun untuk meraih yang
diimpikan (dicita-citakan).
Untuk bisa mewujudkan mimpi besar dalam hidup ini, maka mau
tidak mau dan suka tidak suka harus disiplin dalam arti yang
seluas-luasnya.
14. Budaya Disiplin
Salah satu persoalan besar yang dihadapi masyarakat, partai
politik, organisasi kemasyarakatan, lembaga swadaya
masyarakat (LSM) dan seluruh bangsa Indonesia adalah
masalah disiplin. Belum ada kesadaran, kebiasaan apalagi
budaya disiplin. Pada hal salah satu kunci untuk meraih
kemajuan dan kesuksesan dalam hidup adalah disiplin.
Allah telah bersumpah tentang pentingnya menggunakan
waktu dengan sebaik-baiknya seperti; wasshubhi (demi waktu
subuh), waddhuhaa (demi waktu dhuha (antara pukul 07-10
pagi) wannahaari (demi waktu siang), wal ashri (demi waktu
ashar), dan wallaili (demi waktu malam). Sumpah Tuhan
tentang waktu, menunjukkan pentingnya waktu. Hanya
masyarakat yang sudah berbudaya disiplin yang bisa
menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya.
16. Jepang sebagai contoh, negeri matahari itu sangat
mementingkan disiplin. Mereka yang diterima
magang bekerja di Jepang adalah pemuda yang
memiliki disiplin tinggi dan sehat. Demikian juga
halnya Korea Selatan, sangat mementingkan
disiplin.
Di negara-negara ASEAN yang masyarakatnya sudah
mengamalkan kedisiplinan dalam segala hal ialah
Singapura. Hasilnya, kita menyaksikan dahsyatnya
kemajuan negara pulau itu, sehingga investasi
terbesar di Indonesia adalah dari Singapura, pada
hal negara itu mempunyai kekayaan alam seperti
Indonesia.
21. Budaya Mandiri
Budaya mandiri merupakan hasil dari perwujudan cita-cita
(mimpi) besar dalam hidup ini, yang diupayakan
perwujudannya dengan disiplin, rajin dan tekun. Kemadirian
merupakan hasil dari perjuangan yang tidak mengenal lelah.
Mandiri atau kemandirian bukan berarti tidak perlu orang
lain, karena pada hakikatnya manusia sebagai maklhuk sosial,
tidak mungkin hidup tanpa bantuan orang lain. Akan tetapi,
mandiri dalam arti bisa hidup secara otonom, bebas tanpa
tergantung mati hidupnya kepada pihak lain.
Budaya mandiri, harus diperjuangkan dalam hidup. Tidak ada
kata terlambat untuk mewujudkan budaya mandiri. Yang
penting ada kemauan, tekad merubah nasib yang
ditindaklanjuti dengan disiplin, rajin dan tekun, jangan panas-
panas tahi ayam.
24. Untuk mewujudkan budaya mandiri, maka harus
selalu belajar (live long education), memelihara
komunikasi dan silaturrahim dengan siapapun.
Melalui komunikasi, akan mendapatkan manfaat
dalam hidup, sehingga kemadirian dapat
diwujudkan melalui kerjasama dan saling bantu
membantu (gotong royong).
26. Kesimpulan
Perubahan budaya sangat diperlukan setiap kelompok masyarakat,
bangsa dan negara. Untuk mendorong perubahan datang dari
setiap anggota kelompok masyarakat, maka harus ada mimpi
besar (visi) yang ingin dicapai dalam hidup ini.
Dengan adanya mimpi besar yang ingin dicapai dalam hidup ini,
maka akan merubah budaya setiap anggota masyarakat. Pertama,
budaya apatis, malas, dan pasrah (nrimo), menjadi budaya yang
optimistik, bersemangat, rajin, dan tidak pasrah pada keadaan.
Kedua, budaya ketergantungan. Masyarakat akan berubah menjadi
manusia yang tidak mau bergantung kepada siapapun. Dengan
adanya mimpi besar yang ingin dicapai, masyarakat akan rajin
membaca, suka belajar, rajin mendengar yang bisa membawa
kemajuan, dan menyukai mereka yang berilmu, karena bisa
memberi pencerahan, penyadaran, semangat dan kerja keras
untuk mewujudkan mimpi besar yang ingin dicpi dalam hidupnya.
28. Ketiga, masyarakat akan termotivasi untuk berbudaya
disiplin dalam segala hal, karena disiplin merupakan
kunci untuk meraih dan mewujudkan kemajuan dan
kesuksesan yang telah diimpikan.
Semoga Allah selalu memberi petunjuk, taufik dan
hidayahNya kepada seluruh bangsa Indonesia,
khususnya DKI Jakarta dan lebih khusus lagi Jakarta
Selatan.
* Musni Umar adalah Sosiolog. Makalah singkat ini
dipersiapkan untuk dipresentasikan dalam program
Kesbangpol Jakarta Selatan tentang “Peningkatan
Kemandirian Ormas/LSM serta Komunikasi dengan
Pimpinan Daerah, pada 7 November 2012, di Hotel
Kaisar, Jakarta Selatan.