SlideShare a Scribd company logo
Setelah Membaca,
So What?
Menelusuri Jejak Literasi,
Hingga Literasi Digital
Memaknai Literasi dari
Beragam Perspektif
Peningkatan Literasi Anak,
Cukupkah dengan Gerakan
Literasi Sekolah?
TAJUK EDISI INI
Kilas Pendidikan Edisi 14 | 29 Oktober 2017
Semarak gerakan literasi yang meningkat pesat
sekitar dua tahun belakangan di Indonesia ini
bersambungdengankeluarnyalaporanNewVision
for Education dari World Economic Forum pada
tahun 2015. Pada laporan itu, WEF memaparkan
16 keterampilan yang dibutuhkan oleh siswa pada
abad 21, yang dibagi ke dalam tiga kategori: literasi
dasar, kompetensi, dan kualitas karakter. Literasi
dasar oleh WEF dideskripsikan sederhana, yaitu
bagaimana siswa dapat menerapkan berbagai
keterampilan inti ke dalam kegiatan sehari-hari.
Literasi dasar dalam laporan itu diposisikan
sebagai pemahaman dan keterampilan dasar
yang memampukan siswa untuk meningkatkan
pemahaman dan keterampilan yang lebih lanjut
secara lebih mandiri dan lebih cepat. Laporan New
Vision for Education dari WEF tersebut kemudian
ramaidibahasolehberbagainegaradankomunitas
pendidikan, termasuk didorong oleh UNESCO ke
dalam berbagai pertemuan pendidikan global.
Indonesia tak mau tertinggal. Literasi menjadi
sebuah kata yang begitu sering disebutkan
dalam dunia pendidikan Indonesia belakangan
ini, sampai telah menjadi jargon dengan tanda
salam jari yang populer di kalangan pegiat
pendidikan. Banyak kota di Indonesia turut
dalam euforia literasi dengan mendeklarasikan
diri sebagai “Kota Literasi” dengan rangkaian
program pendukung, mulai dari penyediaan buku
bacaan hingga berbagai kegiatan ko-kurikuler.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tak
kalah giat menyemarakkan literasi dengan
mencanangkan Gerakan Literasi Sekolah. Duta-
duta literasi dari kalangan pendidik hingga
selebrita ditunjuk untuk ikut mempromosikan
literasi kepada masyarakat. Presiden
Joko Widodo bahkan membuat program
menggratiskan pengiriman buku melalui kantor
pos ke seluruh penjuru Indonesia setiap tanggal
17 setiap bulannya sebagai pemenuhan janji
dukungan kepada para pegiat literasi.
Ia juga menjabarkan tentang kontinum
meningkatnya pemahaman literasi
dikaitkan dengan fase perkembangan
seoranganak.Memahamikontiumliterasi
ini akan membantu kita melihat tahapan
perkembangan literasi anak serta kapan
dan bagaimana sebuah pendekatan
atau jenis keterampilan dikenalkan pada
mereka.
Terakhir, Chandra Putri dalam tulisannya,
“Memaknai Literasi dari Berbagai
Perspektif,” mengenalkan sebuah alat
ukur mandiri numerasi dan literasi
yang disebut Pemantik. Sebuah alat
ukur, bila dipahami tujuan, batasan
dan lingkupnya, akan membantu para
pendidik, pegiat literasi, serta pengambil
kebijakan, dalam memetakan kondisi dan
dalam merancang serta melaksanakan
program peningkatan literasi sesuai
dengan kebutuhan unik siswa, sekolah
dan daerah.
Jakarta, Oktober 2017
Pemimpin redaksi,
Ifa H. Misbach, MA., Psi.
KATA PENGANTAR
Dalam edisi Kilas PSPK kali ini, kami
menghadirkan tiga tulisan yang
mengupas lebih dalam tentang semarak
literasi di negara kita. Itje Chodidjah
dalam tulisannya, “Peningkatan Literasi
Anak, Cukupkah dengan Gerakan Literasi
Sekolah (GLS),” menjabarkan tentang
berbagai definisi literasi serta semarak
GLS di berbagai daerah. Apakah GLS
merupakan kegiatan subtantif dalam
peningkatan literasi, kegiatan yang
bersifat seremonial belaka, atau ia
merupakan langkah awal yang masih
perlu dilanjutkan dalam gerakan
peningkatan literasi?
Tati Duriyah Wardi dalam tulisannya,
“Menelusuri Jejak Literasi, Hingga
Literasi Digital,” melangkah lebih jauh
dengan membahas berbagai jenis literasi,
termasuk jenis literasi “baru”, yaitu literasi
digital yang menjadi semakin relevan
untuk dibahas.
“Perilaku positif orang tua juga akan menguatkan pengembangan literasi
ketika usia bertambah.”
-Itje Chodidjah, Peneliti PSPK
Peningkatan Literasi Anak,
Cukupkah dengan Gerakan
Literasi Sekolah?
Dalam beberapa tahun terakhir ini,
informasi mengenai literasi marak
dibicarakan di seluruh dunia, termasuk
Indonesia. Hal ini karena memang
literasi menjadi salah satu penentu
penting kemajuan peradaban sebuah
bangsa. Rendahnya literasi masyarakat
dapat menimbulkan perkembangan
masyarakat yang tidak stabil, meningkat
kriminalitas karena tidak paham hukum,
kesadaran hidup sehat masyarakat
rendah, pelarian ke alkohol dan obat
terlarang tinggi, dsb.
Definisi literasi sampai hari ini masih
bermacam-macam. Ada yang menyebutkan
bahwa literasi adalah kemampuan
membaca, menulis, dan berhitung dan
ada juga yang mendefinisikan literasi
sebagai kemampuan untuk memaknai
kehidupan melalui berbagai teks yang
ada dalam masyarakat. Asosiasi Literasi
Internasional menyebutkan bahwa literasi
adalah kemampuan untuk mengidentifikasi,
memahami, menginterpretasi, menciptakan,
menghitung, dan mengkomunikasikannya
lewat bahan bacaan digital maupun non
digital dalam konteks apapun. Uraian
tersebut memberikan gambaran kepada
kita betapa pentingnya memiliki kualitas
literasi yang tinggi untuk melanjutkan
kehidupan. Oleh sebab itulah setiap
negara berupaya untuk meningkatkan
kualitas literasi bangsanya demi
kelanjutan kehidupan bangsa tersebut.
Data mengenai literasi Indonesia
dilaporkan masih tergolong rendah.
Salah satunya dipaparkan dalam hasil
Pogram Penilaian Pelajar Internasional
atau dikenal dengan PISA1
(Programme
for International Student Assesment)
yang dilakukan oleh OECD (Organisation
of Economic Co-Operation and
Development) pada tahun 2015 yang
menunjukkan bahwa rerata capaian
Indonesia pada ketiga aspek, yakni
kemampuan sains, matematis, dan
membaca dibawah rerata negara
partisipan lainnya. Di mana Indonesia
menempati ranking 62 untuk sains,
63 untuk matematika, dan 64 untuk
membaca dari 70 negara partisipan.
Laporan ini memberikan gambaran
kepada kita bahwa literasi harus menjadi
perhatian seluruh komponen bangsa.
1
OECD. (2016). Programme For International Student Assessment PISA, diakses dari:https://www.oecd.org/
Kilas Pendidikan Edisi 14 | 29 Oktober 2017 | 1
Dalam diskusi Beranda PSPK yang
diselenggarakan oleh Pusat Studi
Pendidikan dan Kebijakan (PSPK)
yang diikuti oleh berbagai komponen
masyarakatpegiatliterasi,kepalasekolah,
pengawas, guru, dan siswa dilahirkan
pemahaman bahwa literasi bukan
sekadar kegiatan membaca. Literasi
adalah fondasi dasar bagi perkembangan
kemampuan anak yang perlu diterapkan
tidak hanya dalam satu bagian kecil atau
mata pelajaran saja, tapi meliputi seluruh
aspek kehidupan anak, mulai dari masuk
Beranda PSPK Jilid IX: Setelah Membaca, So What? |
28 September 2017
Gerakan Literasi Sekolah (GLS)
Pemerintah Indonesia melalui
Permendikbud No. 23 Tahun 2015
tentang Penumbuhan Budi Pekerti
melampirkankan Gerakan Literasi
Sekolah(GLS)sebagaisalahsatukegiatan
wajib dari tujuh tujuan Penumbuhan Budi
Pekerti, yaitu: mengembangkan potensi
diri peserta didik secara utuh.
Peningkatan literasi di sekolah melalui
GLS membaca 15 menit belum dapat
diandalkan untuk meratakan peningkatan
kualitas literasi anak-anak. Beberapa hal
yang menjadi kendala antara lain adalah
pemahaman tentang pelaksanaan
membaca yang belum merata sehingga
pelaksanaannya berbeda-beda antara
satu sekolah dengan sekolah lain.
Sebagian memahami sebagai tugas
memberi bacaan kepada siswa, sebagian
memberi kesempatan berdiskusi setelah
membaca. Selain itu, hambatan sumber
daya berupa koleksi buku yang belum
sesuai dengan kebutuhan baik secara
jumlah maupun kualitas buku. Ruang
penyimpananbukuyangbelummemadai,
dan tentu saja keberlanjutan program
membaca 15 menit itu sendiri.
sekolah, di tiap pelajaran, hingga pulang, dalam ekstrakurikuler, maupun dalam kehidupan
keluarga dengan bimbingan orangtua.
Kilas Pendidikan Edisi 14 | 29 Oktober 2017 | 2
Peningkatan Literasi di Sekolah
Sekolah merupakan tempat subur untuk
dikembangkannya literasi bagi anak.
Perilaku literate yang dicontohkan oleh
para pendidik merupakan cara langsung
untuk membangun literasi anak. Salah
satu contoh adalah pola komunikasi lisan
pendidik yang tepat dan sesuai usia anak.
Jika pendidik terbiasa menggunakan
bahasa lisan yang mampu mengaktifkan
kemampuan berpikir anak, maka
secara otomatis anak-anak sedang
diajak membangun literasinya. Pada
usia dini, literasi dapat dikembangkan
melalui bahasa lisan yang digunakan
oleh pendidik, membacakan cerita dan
membahasnya sesuai dengan bahasa
anak. Seiring dengan perkembangan
teknologi pada abad 21 ini anak-anak
yang memasuki usia dewasa di mana
membaca dan menulis jauh lebih banyak
dibandingkan dengan masa-masa
sebelumnya dalam sejarah hidupnya
manusia2.
Mereka sangat membutuhkan
kemampuan literasi yang tinggi untuk
dapat berpartisipasi dalam dunia kerja
yang makin kompleks, mengatasi
persoalan pribadinya, maupun bertindak
sebagai warga negara.
2
Vacca, R, Vacca, J, Mraz, M. (2011). Content Area Reading: Literacy and Learning Across the Curriculum, 10th edn. Pearson
3
CCSU. (2017). World Most Literate Nation, diakses dari: http://www.ccsu.edu/wmln/
Peningkatan Literasi di Rumah
Keluarga sebagai lembaga pertama
dan utama merupakan tempat pertama
bagi anak untuk mengembangkan
kemampuan literasinya. Anak-anak pada
usia awal selalu diajak berkomunikasi
tentang berbagai hal yang ada di sekitar
mereka walaupun mereka belum mampu
memberi respon secara verbal sekalipun.
Ketika anak sudah mampu memberi
respon secara verbal, mendiskusikan
berbagai hal yang ada di sekitar mereka
akan menguatkan minat mereka
nantinya untuk membaca. Orangtua
perlu membacakan berbagai ragam
cerita dan membahasnya bersama anak,
menanyakan kepada anak bagaimana
perasaan mereka ketika mendengar
cerita yang disampaikan orangtuanya.
Anak diminta untuk memberikan
pendapat tentang tokoh yang ada dalam
cerita dan tanyakan mengapa. Perilaku
positif orangtua juga akan menguatkan
pengembangan literasi ketika usia
bertambah.
Untuk negara seperti Indonesia yang
bahkan indeks perilaku membaca dan aspek
pendukungnyapun rendah3
, peningkatan
kualitas literasi melalui GLS Indonesia tidak
cukup. Central Connecticut State University
menyebutkan bahwa Indonesia berada pada
peringkat terendah kedua dalam hal indeks
perilaku membaca dan pendukungnya,
ranking 60 dari 61 negara (CCSU, 2016).
Indonesia memerlukan upaya yang lebih
serius dengan melibatkan orangtua dan
masyarakat dalam rangka mengingkatkan
kualitas literasi anak-anak Indonesia.
Kilas Pendidikan Edisi 14 | 29 Oktober 2017 | 3
Menelusuri Jejak Literasi,
Hingga Literasi Digital
“Komunikasi dan koneksi adalah basis tentang siapa kita sebagai manusia
dan bagaimana kita hidup bersama dan berinteraksi di dunia.”
-Tati D. Wardi PhD, Peneliti SMRC dan dosen UIN Jakarta
Asosiasi literasi internasional (ILA)4
mengartikan literasi sebagai sebuah
kemampuan untuk mengenali,
memahami, menerjemah, mencipta, dan
berkomunikasi dengan medium cetak,
audio-visual, dan materi digital dalam
berbagai disiplin dan konteks. Literasi
berkaitan erat dengan kemampuan baca
tulis, berkomunikasi, menghubungkan
antarindividu satu sama lain, dan
membuat mereka merasa berdaya untuk
mencapai hal-hal yang awalnya tidak
mungkin. Literasi dengan perspektif ini
menganggap bahwa komunikasi dan
koneksi adalah basis tentang siapa kita
sebagai manusia dan bagaimana kita
hidup bersama dan berinteraksi di dunia.
Bertolak dari definisi di atas, bisa kita katakan
bahwa untuk menjadi seorang yang literate,
ada seperangkat keterampilan yang harus
dikuasai seperti mengenali, memahami,
memaknai, dan memproduksi. Keterampilan
literasi mensyaratkan penguasaan terhadap
penggunaan ragam medium literasi seperti
tulisan, suara, gambar, dan materi digital.
Di samping itu, literasi berhubungan erat
dengan komunikasi dan koneksi dengan
orang lain.
Terdapat dua hal penting yang menjadi
fokus dari tulisan ini. Pembahasan
pertama menjelaskan bagaimana
kontinum tahapan perkembangan literasi
anak sejak usia dini hingga remaja (jelang
dewasa). Kontinum ini memberi orientasi
pemahaman kita tentang keterampilan
literasi yang idealnya dikuasai siswa, dan
kapan tepatnya sebuah keterampilan
diperkenalkan pada mereka (contoh:
keterampilan berliterasi dunia digital).
Pembahasan kedua, berpusat pada
literasi digital dan kaitannya dengan
literasi yang konvensional (berbasis
cetak). Artikel ditutup dengan saran
dan urgensi pengajaran literasi digital di
sekolah.
4
International Literacy Association. (2017, September 27). Why literacy? Retrieved from https://www.literacyworldwide.org/why-literacy
5
Literacy development. (2017, September 27). Retrieved from http://literacy.nationaldb.org/index.php/literacy-development-continuum/
Kilas Pendidikan Edisi 14 | 29 Oktober 2017 | 4
Kontinum perkembangan literasi
siswa dari pra-sekolah hingga SMA5
Desain Infografis: Yuni Sriwitono, sumber ilustrasi: freepik.com
Kilas Pendidikan Edisi 14 | 29 Oktober 2017 | 5
Literasi digital dan Literasi Cetak:
Perbandingan dan Kontras
Di mana posisi literasi digital dan kaitannya
dengan literasi konvensional (berbasis
cetak)? Hutchison, dkk6
(2016) menemukan
bahwa kemajuan dan ketersediaan teknologi
digital tidak menggantikan praktik literasi
yang konvensional. Kegiatan instruksi
pengajaran di sekolah masih didominasi
praktik pengajaran literasi yang tidak beda
jauh dengan pengajaran ketika teknologi
digital belum membudaya. Banyak guru
yang belum nyaman dengan pemanfaatan
optimal teknologi digital, karena berbagai
alasan. Ada kekhawatiran bahwa teknologi
digitaljustrumenjadipenggangguketimbang
memfasilitasi siswa. Fakta ini bisa juga
diartikan bahwa literasi yang konvensional
(berbasis cetak) sudah punya tempat yang
kokoh dan tak tergantikan dalam praktik
pendidikan. Dan fenomena ini masih terus
berkembang bahkan di sekolah di negara
maju seperti di Amerika Serikat di mana
kajian tentang ini banyak tersedia.
Jika sebelumnya literasi digital identik
dengan siswa remaja SMP dan SMA, kajian
serius terakhir mencatat bahwa literasi
digital sudah merambah ke siswa pra-
remaja, yakni tingkat akhir SD. Ini juga yang
ditemukan oleh Hutchison, dkk (2016).
Meskipun dilabeli sebagai digital natives—
istilah populer dari Prensky7
(2001), siswa
usia ini ternyata tidak lebih terampil (less
skilled) menggunakan teknologi digital
untuk menulis dan membaca. Dan memang
benar meskipun di luar sekolah mereka
aktif dalam penggunaan teknologi digital,
kerap kali ketika di kelas hal ini tidak terjadi.
Faktornya adalah karena guru tidak cukup
serius menggunakan teknologi digital dalam
instruksi kelas. Salah satu, kekhawatiran
guru yang ditemukan Hutchison, dkk (2016)
adalah soal waktu yang dihabiskan siswa
untuk kegiatan baca dan tulis di kelas.
Bahkan sekolah yang mengaku tanggap
dengan literasi digital ternyata kebanyakan
pemakaian teknologi digital mereka lebih
bersifat konsumtif: mencari informasi,
membuat dokumen, menonton video,
Kilas Pendidikan Edisi 14 | 29 Oktober 2017 | 6
Desain Infografis: Yuni Sriwitono, sumber ilustrasi: freepik.com
menyerahkan tugas, dan mencari rujukan
daring. Sementara kegiatan literasi digital
yang melibatkan dan bersifat produksi media
kreatif seperti membuat video, ataupun
aktivitas yang melibatkan kolaborasi
melampaui ruang kelas, masih sangat
rendah. Catatan dari studi Hutchison, dkk
(2016) dalam hal penggunaan teknologi
digital yang bersifat produktif adalah faktor
sosialisasi sekeliling sangat menentukan
bagaimana perilaku siswa dengan teknologi
Kilas Pendidikan Edisi 14 | 29 Oktober 2017 | 7
6
Hutchison, H.C., Woodward, L. & Colwell, J. (2016). What are preadolescent readers doing Online? An examination of upper elementary students’
reading, writing, and communication in digital spaces. Reading Research Quarterly, 51(4), 435–454.
7
Prensky, M. (2001). Digital natives, digital immigrants part 1. On the Horizon, 9(5), 1–6.
digital. Kebanyakan siswa ini meskipun
akrab dengan teknologi digital ternyata
mereka kesulitan mendayagunakan.
Mereka akan terbantu ketika ada orang
yang mencontohkan dan menuntun
mereka. Poinnya adalah dalam konteks
pendidikan literasi, siswa akan terbiasa
dengan penggunaan teknologi digital yang
produktif ketika ada guru yang mencontoh
dan mendukung mereka dalam proses
penguasaan keterampilan tersebut.
Penguatan Literasi Digital
Literasi berbasis cetak ternyata tidak
tergantikan. Riset dan kajian mutakhir
tentang literasi mengungkapkan bahwa di
tingkat perkembangan awal, literasi berbasis
cetak tetap dominan. Bahkan pada siswa
yang lebih matang (SMP dan SMA), kegiatan
literasi masih bertumpu pada sumber dan
bahan cetak. Ini ironis mengingat di luar
kelas, mereka ini aktif di dunia digital, meski
masih sebatas mengonsumsi konten dan
mengirim pesan.
Dari kenyataan ini ada hal yang perlu diingat,
karena masih kurang tersentuh pendidikan
literasi digital di sekolah, dan dengan
kenyataan bahwa siswa sangat aktif di dunia
digital, maka itu sama saja dengan menyia-
nyiakan kesempatan siswa untuk ikut ambil
bagian berkontribusi di ruang digital.
Atas dasar itu, siswa tingkat akhir SD-
SMA harusnya mulai diberikan instruksi
pengajaran yang melibatkan penggunaan
teknologi digital. Guru dituntut untuk mulai
memikirkan kegiatan dan tugas sekolah
yang mengoptimalkan kreativitas produk
digital. Langkah awalnya bisa dengan
mengombinasikan dengan tepat tugas
dengan sumber berbasis cetak dan internet.
Untuk bisa berkontribusi di dunia digital
dibutuhkan keterampilan literasi digital dari
yang bersifat teknis (menangkap gambar,
mengunggah, mengklik, dan simpan
informasinya) ke tahap yang lebih maju
seperti mewujudkan ide melalu kombinasi
gambar, suara, dan kata.
Literasi digital mendorong siswa untuk
terlibat dalam pembuatan media kreatif, dan
kemudian membagi produk mereka/bertukar
dengan yang lain di lingkungan digital.
Nantinya mereka bisa turut berpartisipasi
dalam pengayaan pengetahuan bersama
(collectiveknowledge),misalnyadengancara
berkontribusidiruangdigitalsepertiblog,wiki,
membuat video dan gambar, foto dan opini,
dan lain-lain. Dengan ini kita mewujudkan
tujuan menguatkan literasi seperti kutipan
ILA di atas yaitu karena “Komunikasi dan
koneksi adalah basis tentang siapa kita
sebagai manusia dan bagaimana kita hidup
bersama dan berinteraksi di dunia.”
Memaknai Literasi dari
Beragam Perspektif
Pengenalan Pengukuran Mandiri Numerasi
dan Literasi PSPK (PEMANTIK)
“Kita tetap melihat literasi sebagai satu kesatuan utuh, cara kita dalam mencerna
informasi yang didapatkan akan berfokus pada pilihan solusi dan aksi yang berarti
daripada mengadili ‘capaian angka’ tanpa menyisakan ruang untuk memaknai
bagaimana proses di dalamnya.”
-Chandra C. A. Putri, Asisten Peneliti PSPK
Melihat literasi dari perspektif sejarah
perkembangannya menjadi salah satu
pendekatan yang cukup membantu kita
memaknai kebermanfaatan literasi, terutama
dalam kehidupan sehari-hari. Sejumlah literatur
menunjukkan studi yang telah dilakukan
mengenai perkembangan konsep literasi, yang
tidak bisa terlepas dari aktivitas membaca.
Pada tahun 1908, Huey8
(dalam Holdway, 1979)
mengemukakan bahwa membaca merupakan
proses yang alami, ia berpendapat bahwa:
“They grow into it as they learned to talk, with
no special instruction or purposed method, and
usually such readers are our best and most
natural readers.”
Kemampuan membaca bertumbuh sejalan
dengan berkembangnya kemampuan berbicara
individu, tanpa metode dan atau pendekatan
tertentu, setiap individu adalah pembaca yang
baik dan natural. Pandangan Huey tersebut
juga menjadi landasan Holdway 9
(1979) dalam
melakukan studi terkait literasi, di mana ia
memaknai literasi sebagai perkembangan
alami. Salah satu poin yang ditekankanHoldway
adalah pandangannya bahwa sejak anak-anak,
individu sudah memiliki potensi untuk menjadi
seorang yang literate. Sebagai contoh, anak-
anak senang berbagi cerita, sehingga dari kecil
anak-anak sudah bisa diperkenalkan dengan
perilaku-perilaku yang berasosiasi dengan
literasi, bahkan sesederhana memegang
buku, melihat tulisan bergambar, dan lain
sebagainya. Contoh lain, kita sering menemui
seorang anak usia dini-yang meskipun
belum bisa membaca-mampu mengingat
dan menceritakan kembali isi bacaan ketika
ditunjukkan bagian-bagian tertentu dalam
suatu buku cerita. Hal ini menunjukkan
bahwa individu sudah memupuk potensi
mengembangkan kemampuan literasi sejak
dini.
Berangkat dari studi yang dilakukan
Holdway, Hunt10
pada tahun 2003
mulai mengasosiasikan literasi sebagai
kemampuan dasar yang mendukung proses
belajar anak dalam konteks akademis.
Perspektifnya terkait literasi dimaknai
sebagai kemampuan individu (dalam hal ini,
siswa) dalam menggunakan inteligensinya.
Sejumlah perkembangan terkait konsep
literasi tersebut juga menjadi salah satu
pemikiran yang dikembangkan Salkind dan
Rasmussen11
dalam bukunya “Encyclopedia
of Educational Psychology” pada tahun 2008
yang memandang literasi dalam empat
perspektif dasar.
8
Holdaway, D. (1979). The Foundations of Literacy (Review). Sydney, Australia: Ashton Scholastic.
9
Ibid
Kilas Pendidikan Edisi 14 | 29 Oktober 2017 | 8
10
Hunt, E. (2003). Thinking in The Age of The Computing Machine: Review of A. A. DiSessa, Changing Minds: Computers, Learning, and Literacy.
Contemporary Psychology, 48, 549–551.
11
Salkind, N. J., & Rasmussen, K. (2008). Encyclopedia of Educational Psychology: SAGE Publications.
Beragam Perspektif Literasi
Kilas Pendidikan Edisi 14 | 29 Oktober 2017 | 9
Pertama sebagai karakter sosial, literasi
dilihat sebagai praktik yang memunculkan
kebutuhan suatu kelompok masyarakat
untuk mengakses teks dan atau sumber
bacaan. Dalam artian, lingkungan yang
mendukung berkembangnya kemampuan
berpikirindividumenjadiaspekyangtidakbisa
terlepas dari literasi. Survey yang dilakukan
Central Connecticut State University (s.d
2017) menunjukkan peringkat sejumlah
negara dalam mendukung perilaku yang
literate, di antaranya distribusi koran; jumlah
perpustakaan; ketersediaan komputer;
serta input dan output pendidikan, di mana
Indonesia menempati peringkat ke 60 dari 61
negara partisipan WMLN (The World’s Most
Literate Nations). Kembali pada perspektif
Salkind dan Rasmussen terkait literasi,
literasi juga dilihat sebagai suatu kondisi,
di mana individu yang literate digambarkan
sebagai seorang yang mampu beradaptasi
dengan lingkungan-yang menuntutnya
mengembangkan kemampuan literasi-.
Ketiga, literasi dilihat sebagai kompetensi,
di mana untuk bisa beradaptasi dengan
lingkungannya, individu membutuhkan
sejumlah kemampuan yang mendukung
seperti membaca, menghitung, komputasi,
dan lain sebagainya. Sebagai contoh,
asesmen yang dilakukan OECD (Organisation
for Economic of Co-operation and
Development) melalui PISA12
(Programme
for International Assesment) menunjukkan
capaian siswa sejumlah negara dari
pemahaman mereka terhadap konsep
sains (literasi saintifik); matematis (literasi
matematis); dan bacaan (literasi membaca),
di mana capaian siswa Indonesia berada
di bawah negara-negara partisipan OECD
lainnya. Terakhir, Salkind dan Rasmussen
mengemukakan perspektif literasi dari sudut
pandang kemampuan dasar, di mana literasi
dilihat sebagai perangkat yang menjadi
dasar untuk mengembangkan kemampuan
individu sehingga di saat bersamaan juga
berpotensi merepresentasikan kemampuan
individu itu sendiri. Adapun kemampuan
dasar yang dimaksud adalah kemampuan
dalam membaca dan menghitung.
Berbagai studi dengan melakukan asesmen
terhadap kemampuan dasar literasi ini
dilakukan dalam sejumlah kerangka
pemikiran.Sebagaicontoh,globalmonitoring
yang dilakukan oleh UNESCO13
pada tahun
2006 mengasosiasikan sejumlah isu
melalui asesmen literasi dasar, di antaranya
pemerataan dalam pendidikan, kesehatan,
bahkan gender. Selain itu, ASER (Annual
Status of Education Report) yang berfokus
pada kawasan marjinal (berkembang di
India) juga melakukan asesmen kemampuan
literasi dasar anak untuk mendapatkan
sejumlah informasi bermakna terkait
efektivitas sistem pendidikan bahkan pada
level nasional, di antaranya kurikulum
pendidikan dasar. Selain itu, di Indonesia
sendiri asesmen terhadap kemampuan
literasi dasar dilakukan kepada sejumlah
siswa (kelas 2 SD) melalui EGRA14
(Early
Grade Reading Assesment), dengan hasil
sebagai berikut.
12
OECD. (2000). Programme For International Student Assessment PISA, diakses dari: http://www.oecd.org/edu/school/programmeforinterna-
tionalstudentassessmentpisa/33690591.pdf
13
Education for All Global Monitoring Report. (2006). Why Literacy Matters, diakses dari: http://www.unesco.org/education/GMR2006/full/chapt5_
eng.pdf
14
USAID Indonesia. (2014). Indonesia 2014: The National Early Grade Reading Assessment (EGRA) and Snapshot of School Management Effec-
tiveness (SSME) Survey, diakses dari: https://ierc-publicfiles.s3.amazonaws.com/public/resources/Indonesia_EGRA_SSME.pdf
Salah satu informasi bermakna yang ditemui
EGRA dari kemampuan literasi dasar ini
adalah asosiasinya terhadap angka putus
sekolah, sehingga sejumlah isu lain dapat
berkembang dari informasi ini.
Berdasarkan hal tersebut, kebermaknaan
informasi berdasarkan asesmen literasi
dasar menjadi hal yang sangat bermanfaat
dalam mempertimbangkan pengambilan
keputusan suatu cakupan aktivitas tertentu,
bahkandalamberbagaiaspekdanataubidang
yang melingkupi atmosfer pendidikan, dalam
hal ini pendidikan di Indonesia. Oleh karena
itu, asesmen literasi dasar yang dilakukan
kepada semua anak dari berbagai cakupan
baik di kawasan pendidikan (seperti sekolah)
maupun masyarakat pada umumnya
berpotensi memberikan informasi yang
sangat berarti. Artinya, mengetahui status
perkembangan literasi dasar baik anak yang
bersekolah maupun tidak bersekolah akan
bermakna dalam mendapatkan gambaran
pendidikan di Indonesia. Selain itu, asesmen
yang dilakukan kepada anak-anak ini juga
bisa berperan sebagai deteksi dini akan
perkembangan anak di kemudian hari.
Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan
(PSPK) melalui instrumen PEMANTIK
(Pengukuran Mandiri Numerasi dan Literasi
PSPK) sedang melakukan studi untuk
mendapatkan sejumlah informasi bermakna
melalui asesmen literasi dasar kepada
anak, baik anak yang bersekolah maupun
tidak bersekolah ini. Asesmen yang
bersifat citizen-led atau bersumber dari
masyarakat secara langsung ini diharapkan
mampu menggambarkan keadaan tertentu
masyarakat tersebut secara utuh. Untuk
itu, instrumen dirancang untuk mudah
diadministrasikan oleh siapa saja (instrumen
telah diujicobakan kepada lebih dari 800
anak). Saat ini, sejumlah desain pelatihan
sedang dikembangkan PSPK untuk para
calonasesordenganberbagailatarbelakang.
Akhirnya, hal penting yang ingin ditekankan
dalam tulisan ini adalah, berdasarkan
sejumlah data yang dipaparkan melalui
berbagai instrumen tersebut, kita tetap
melihat literasi sebagai satu kesatuan
utuh, salah satunya dengan memaknainya
dalam beragam perspektif yang saling
berhubungan sehingga cara kita dalam
mencerna informasi yang didapatkan akan
berfokus pada pilihan solusi dan aksi yang
berarti daripada mengadili “capaian angka”
tanpa menyisakan ruang untuk memaknai
bagaimana proses di dalamnya, sehingga
harapan bukan menjadi suatu abstraksi
yang jauh dari usaha nyata.
Lancar membaca dan
memahami bacaan
Memahami bacaan
namun tidak lancar
membaca
Lancar membaca
namun pemahaman
terbatas
Tidak bisa membaca
sama sekali
47,2% 26,3% 20,7% 5,8%
Kilas Pendidikan Edisi 14 | 29 Oktober 2017 | 10
Capaian asesmen literasi dasar Indonesia melalui EGRA, sumber ilustrasi: freepik.com
PSPK.Indonesia pspk_idpspk_id
KILAS PENDIDIKAN memberikan informasi dan ulasan
tentang berbagai kebijakan pendidikan secara ringkas
dengan isu-isu kontekstual yang dikeluarkan oleh PSPK
.
KILAS menjadi kumpulan referensi penelitian dan
pengembangan advokasi pendidikan serta menjadi
cerminan misi PSPK.
TERAS SEBELAS
Jl. Jeruk Purut No. 11, Jakarta
Selatan, 12560 | 02178836417
| kilas@pspk.web.id
www.pspk.web.id
Pemimpin Redaksi: Ifa H. Misbach, Redaktur: 1. Henny Supolo 2. Najelaa Shihab
Editor: Chandra C. A. Putri

More Related Content

What's hot

Guru merdeka versi panjang
Guru merdeka   versi panjangGuru merdeka   versi panjang
Guru merdeka versi panjang
Iwan Pranoto
 
Layout panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar 260116
Layout panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar 260116 Layout panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar 260116
Layout panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar 260116
MJUNAEDI1961
 
Cover kelas xii bahasaindonesia bs smt 2
Cover kelas xii bahasaindonesia bs smt 2Cover kelas xii bahasaindonesia bs smt 2
Cover kelas xii bahasaindonesia bs smt 2
Nayantaka Husna Hartono
 
Kelas xii bahasaindonesia bs smt 2
Kelas xii bahasaindonesia bs smt 2Kelas xii bahasaindonesia bs smt 2
Kelas xii bahasaindonesia bs smt 2
Nayantaka Husna Hartono
 
Hsp B.Melayu Tahun 6
Hsp B.Melayu  Tahun 6Hsp B.Melayu  Tahun 6
Hsp B.Melayu Tahun 6PAKLONG CIKGU
 
Artikel literasi daring
Artikel literasi daringArtikel literasi daring
Artikel literasi daring
Frikho Polii
 
FLIP BOOK BILANGAN BULAT SEBAGAI MEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN DI KELAS VII ...
FLIP BOOK BILANGAN BULAT SEBAGAI MEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN DI KELAS VII  ...FLIP BOOK BILANGAN BULAT SEBAGAI MEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN DI KELAS VII  ...
FLIP BOOK BILANGAN BULAT SEBAGAI MEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN DI KELAS VII ...
Herfen Suryati
 
Hsp bm f4
Hsp bm f4Hsp bm f4
Hsp bm f4Eli Za
 
Penguatan nilai nilai kebangasaan dan penghargaan atas kebhinekaaan melalui p...
Penguatan nilai nilai kebangasaan dan penghargaan atas kebhinekaaan melalui p...Penguatan nilai nilai kebangasaan dan penghargaan atas kebhinekaaan melalui p...
Penguatan nilai nilai kebangasaan dan penghargaan atas kebhinekaaan melalui p...
aris margono
 
Hsp bm f5
Hsp bm f5Hsp bm f5
Hsp bm f5Eli Za
 
Contoh karya tulis ilmiah lengkap
Contoh karya tulis ilmiah lengkapContoh karya tulis ilmiah lengkap
Contoh karya tulis ilmiah lengkap
Giyanti Gie
 

What's hot (13)

Guru merdeka versi panjang
Guru merdeka   versi panjangGuru merdeka   versi panjang
Guru merdeka versi panjang
 
Layout panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar 260116
Layout panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar 260116 Layout panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar 260116
Layout panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar 260116
 
Cover kelas xii bahasaindonesia bs smt 2
Cover kelas xii bahasaindonesia bs smt 2Cover kelas xii bahasaindonesia bs smt 2
Cover kelas xii bahasaindonesia bs smt 2
 
Kelas xii bahasaindonesia bs smt 2
Kelas xii bahasaindonesia bs smt 2Kelas xii bahasaindonesia bs smt 2
Kelas xii bahasaindonesia bs smt 2
 
Hsp B.Melayu Tahun 6
Hsp B.Melayu  Tahun 6Hsp B.Melayu  Tahun 6
Hsp B.Melayu Tahun 6
 
Artikel literasi daring
Artikel literasi daringArtikel literasi daring
Artikel literasi daring
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
FLIP BOOK BILANGAN BULAT SEBAGAI MEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN DI KELAS VII ...
FLIP BOOK BILANGAN BULAT SEBAGAI MEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN DI KELAS VII  ...FLIP BOOK BILANGAN BULAT SEBAGAI MEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN DI KELAS VII  ...
FLIP BOOK BILANGAN BULAT SEBAGAI MEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN DI KELAS VII ...
 
Hsp bm f4
Hsp bm f4Hsp bm f4
Hsp bm f4
 
Penguatan nilai nilai kebangasaan dan penghargaan atas kebhinekaaan melalui p...
Penguatan nilai nilai kebangasaan dan penghargaan atas kebhinekaaan melalui p...Penguatan nilai nilai kebangasaan dan penghargaan atas kebhinekaaan melalui p...
Penguatan nilai nilai kebangasaan dan penghargaan atas kebhinekaaan melalui p...
 
Hsp bm f5
Hsp bm f5Hsp bm f5
Hsp bm f5
 
Contoh karya tulis ilmiah lengkap
Contoh karya tulis ilmiah lengkapContoh karya tulis ilmiah lengkap
Contoh karya tulis ilmiah lengkap
 
Sp bm kbsm
Sp bm kbsmSp bm kbsm
Sp bm kbsm
 

Similar to Menelusuri Jejak Literasi Hingga Literasi Digital (hal 4-7)

2 Desain-Induk-Gerakan-Literasi-Sekolah_Edisi-2.pdf
2 Desain-Induk-Gerakan-Literasi-Sekolah_Edisi-2.pdf2 Desain-Induk-Gerakan-Literasi-Sekolah_Edisi-2.pdf
2 Desain-Induk-Gerakan-Literasi-Sekolah_Edisi-2.pdf
Fajar Baskoro
 
Panduan-Gerakan-Literasi-Sekolah-di-SD-OK1.pdf
Panduan-Gerakan-Literasi-Sekolah-di-SD-OK1.pdfPanduan-Gerakan-Literasi-Sekolah-di-SD-OK1.pdf
Panduan-Gerakan-Literasi-Sekolah-di-SD-OK1.pdf
KusnataWijaya1
 
GERAKAN LITERASI SEKOLAH DI SEKOLAH DASAR (SD)
GERAKAN LITERASI SEKOLAH DI SEKOLAH DASAR (SD)GERAKAN LITERASI SEKOLAH DI SEKOLAH DASAR (SD)
GERAKAN LITERASI SEKOLAH DI SEKOLAH DASAR (SD)
EVI PAULINA SIMAREMARE
 
A2 gls smk penyegaran instruktur kur 13
A2 gls smk penyegaran instruktur kur 13A2 gls smk penyegaran instruktur kur 13
A2 gls smk penyegaran instruktur kur 13
khadik25
 
DISKURSUS_LITERASI_ABAD_21_DI_INDONESIA.pdf
DISKURSUS_LITERASI_ABAD_21_DI_INDONESIA.pdfDISKURSUS_LITERASI_ABAD_21_DI_INDONESIA.pdf
DISKURSUS_LITERASI_ABAD_21_DI_INDONESIA.pdf
WalanYudiani2
 
Panduan GLS di SD
Panduan GLS di SDPanduan GLS di SD
Panduan GLS di SD
Mushlihatun Syarifah
 
3 Modul Literasi Sains.pdf
3 Modul Literasi Sains.pdf3 Modul Literasi Sains.pdf
3 Modul Literasi Sains.pdf
trimaghfiroh
 
3 Modul Literasi Sains.pdf
3 Modul Literasi Sains.pdf3 Modul Literasi Sains.pdf
3 Modul Literasi Sains.pdf
ArifSantoso34
 
Panduan Gerakan Literasi SMK
Panduan Gerakan Literasi SMKPanduan Gerakan Literasi SMK
Panduan Gerakan Literasi SMK
Walid Umar
 
Panduan gerakan literasi sekolah di smk
Panduan gerakan literasi sekolah di smkPanduan gerakan literasi sekolah di smk
Panduan gerakan literasi sekolah di smk
AdLys AbeatLy
 
Panduan GLS SD_Edisi 2.pdf
Panduan GLS SD_Edisi 2.pdfPanduan GLS SD_Edisi 2.pdf
Panduan GLS SD_Edisi 2.pdf
PerpustakaanPustakaI
 
1 Modul Literasi Baca Tulis.pdf
1 Modul Literasi Baca Tulis.pdf1 Modul Literasi Baca Tulis.pdf
1 Modul Literasi Baca Tulis.pdf
ArifSantoso34
 
Esai melek literasi
Esai melek literasi Esai melek literasi
Esai melek literasi
Iwan Sumantri
 
Desain induk gerakan literasi sekolah
Desain induk gerakan literasi sekolahDesain induk gerakan literasi sekolah
Desain induk gerakan literasi sekolah
Mushlihatun Syarifah
 
Panduan gerakan literasi sekolah di smp
Panduan gerakan literasi sekolah di smpPanduan gerakan literasi sekolah di smp
Panduan gerakan literasi sekolah di smp
Eri Pradita Hidayat
 
Panduan GLS di SMP
Panduan GLS di SMPPanduan GLS di SMP
Panduan GLS di SMP
Mushlihatun Syarifah
 
6 Modul Literasi Budaya dan Kewargaan.pdf
6 Modul Literasi Budaya dan Kewargaan.pdf6 Modul Literasi Budaya dan Kewargaan.pdf
6 Modul Literasi Budaya dan Kewargaan.pdf
ArifSantoso34
 
Panduan_penguatan_literasi_dan_numerasi.pdf
Panduan_penguatan_literasi_dan_numerasi.pdfPanduan_penguatan_literasi_dan_numerasi.pdf
Panduan_penguatan_literasi_dan_numerasi.pdf
RaminisRaminis
 
Panduan gerakan literasi sekolah di SMP
Panduan gerakan literasi sekolah di SMPPanduan gerakan literasi sekolah di SMP
Panduan gerakan literasi sekolah di SMP
Fajar Baskoro
 
Profile yayasan gemar membaca
Profile yayasan gemar membacaProfile yayasan gemar membaca
Profile yayasan gemar membaca
Hadi Sofian
 

Similar to Menelusuri Jejak Literasi Hingga Literasi Digital (hal 4-7) (20)

2 Desain-Induk-Gerakan-Literasi-Sekolah_Edisi-2.pdf
2 Desain-Induk-Gerakan-Literasi-Sekolah_Edisi-2.pdf2 Desain-Induk-Gerakan-Literasi-Sekolah_Edisi-2.pdf
2 Desain-Induk-Gerakan-Literasi-Sekolah_Edisi-2.pdf
 
Panduan-Gerakan-Literasi-Sekolah-di-SD-OK1.pdf
Panduan-Gerakan-Literasi-Sekolah-di-SD-OK1.pdfPanduan-Gerakan-Literasi-Sekolah-di-SD-OK1.pdf
Panduan-Gerakan-Literasi-Sekolah-di-SD-OK1.pdf
 
GERAKAN LITERASI SEKOLAH DI SEKOLAH DASAR (SD)
GERAKAN LITERASI SEKOLAH DI SEKOLAH DASAR (SD)GERAKAN LITERASI SEKOLAH DI SEKOLAH DASAR (SD)
GERAKAN LITERASI SEKOLAH DI SEKOLAH DASAR (SD)
 
A2 gls smk penyegaran instruktur kur 13
A2 gls smk penyegaran instruktur kur 13A2 gls smk penyegaran instruktur kur 13
A2 gls smk penyegaran instruktur kur 13
 
DISKURSUS_LITERASI_ABAD_21_DI_INDONESIA.pdf
DISKURSUS_LITERASI_ABAD_21_DI_INDONESIA.pdfDISKURSUS_LITERASI_ABAD_21_DI_INDONESIA.pdf
DISKURSUS_LITERASI_ABAD_21_DI_INDONESIA.pdf
 
Panduan GLS di SD
Panduan GLS di SDPanduan GLS di SD
Panduan GLS di SD
 
3 Modul Literasi Sains.pdf
3 Modul Literasi Sains.pdf3 Modul Literasi Sains.pdf
3 Modul Literasi Sains.pdf
 
3 Modul Literasi Sains.pdf
3 Modul Literasi Sains.pdf3 Modul Literasi Sains.pdf
3 Modul Literasi Sains.pdf
 
Panduan Gerakan Literasi SMK
Panduan Gerakan Literasi SMKPanduan Gerakan Literasi SMK
Panduan Gerakan Literasi SMK
 
Panduan gerakan literasi sekolah di smk
Panduan gerakan literasi sekolah di smkPanduan gerakan literasi sekolah di smk
Panduan gerakan literasi sekolah di smk
 
Panduan GLS SD_Edisi 2.pdf
Panduan GLS SD_Edisi 2.pdfPanduan GLS SD_Edisi 2.pdf
Panduan GLS SD_Edisi 2.pdf
 
1 Modul Literasi Baca Tulis.pdf
1 Modul Literasi Baca Tulis.pdf1 Modul Literasi Baca Tulis.pdf
1 Modul Literasi Baca Tulis.pdf
 
Esai melek literasi
Esai melek literasi Esai melek literasi
Esai melek literasi
 
Desain induk gerakan literasi sekolah
Desain induk gerakan literasi sekolahDesain induk gerakan literasi sekolah
Desain induk gerakan literasi sekolah
 
Panduan gerakan literasi sekolah di smp
Panduan gerakan literasi sekolah di smpPanduan gerakan literasi sekolah di smp
Panduan gerakan literasi sekolah di smp
 
Panduan GLS di SMP
Panduan GLS di SMPPanduan GLS di SMP
Panduan GLS di SMP
 
6 Modul Literasi Budaya dan Kewargaan.pdf
6 Modul Literasi Budaya dan Kewargaan.pdf6 Modul Literasi Budaya dan Kewargaan.pdf
6 Modul Literasi Budaya dan Kewargaan.pdf
 
Panduan_penguatan_literasi_dan_numerasi.pdf
Panduan_penguatan_literasi_dan_numerasi.pdfPanduan_penguatan_literasi_dan_numerasi.pdf
Panduan_penguatan_literasi_dan_numerasi.pdf
 
Panduan gerakan literasi sekolah di SMP
Panduan gerakan literasi sekolah di SMPPanduan gerakan literasi sekolah di SMP
Panduan gerakan literasi sekolah di SMP
 
Profile yayasan gemar membaca
Profile yayasan gemar membacaProfile yayasan gemar membaca
Profile yayasan gemar membaca
 

More from Tati D. Wardi Ph.D.

Workshop sarasehan literasi 2020
Workshop sarasehan literasi 2020Workshop sarasehan literasi 2020
Workshop sarasehan literasi 2020
Tati D. Wardi Ph.D.
 
Membaca Nyaring dan Membaca Mandiri: Dua Kegiatan Literasi (Yang Seharusnya) ...
Membaca Nyaring dan Membaca Mandiri: Dua Kegiatan Literasi (Yang Seharusnya) ...Membaca Nyaring dan Membaca Mandiri: Dua Kegiatan Literasi (Yang Seharusnya) ...
Membaca Nyaring dan Membaca Mandiri: Dua Kegiatan Literasi (Yang Seharusnya) ...
Tati D. Wardi Ph.D.
 
The librarian of Basra:A true story from Iraq by JeanetteWinter,and Alia’s mi...
The librarian of Basra:A true story from Iraq by JeanetteWinter,and Alia’s mi...The librarian of Basra:A true story from Iraq by JeanetteWinter,and Alia’s mi...
The librarian of Basra:A true story from Iraq by JeanetteWinter,and Alia’s mi...
Tati D. Wardi Ph.D.
 
Antara Kata dan Gambar: Mengenal Ragam Buku Berilustrasi
Antara Kata dan Gambar: Mengenal Ragam Buku BerilustrasiAntara Kata dan Gambar: Mengenal Ragam Buku Berilustrasi
Antara Kata dan Gambar: Mengenal Ragam Buku Berilustrasi
Tati D. Wardi Ph.D.
 
Pendidikan Literasi Dalam Literasi Digital
Pendidikan Literasi Dalam Literasi DigitalPendidikan Literasi Dalam Literasi Digital
Pendidikan Literasi Dalam Literasi Digital
Tati D. Wardi Ph.D.
 
Pemanfaatan Buku Pengayaan untuk Pembelajaran
Pemanfaatan Buku Pengayaan untuk PembelajaranPemanfaatan Buku Pengayaan untuk Pembelajaran
Pemanfaatan Buku Pengayaan untuk Pembelajaran
Tati D. Wardi Ph.D.
 
Digital Literacy with EFL Student Teachers: Exploring Student Teachers’ Initi...
Digital Literacy with EFL Student Teachers: Exploring Student Teachers’ Initi...Digital Literacy with EFL Student Teachers: Exploring Student Teachers’ Initi...
Digital Literacy with EFL Student Teachers: Exploring Student Teachers’ Initi...
Tati D. Wardi Ph.D.
 
Muslim Representations in Children’s Literature
 Muslim Representations in Children’s Literature Muslim Representations in Children’s Literature
Muslim Representations in Children’s Literature
Tati D. Wardi Ph.D.
 
Peran Guru dalam Pengembangan Literasi Anak
Peran Guru dalam Pengembangan Literasi AnakPeran Guru dalam Pengembangan Literasi Anak
Peran Guru dalam Pengembangan Literasi Anak
Tati D. Wardi Ph.D.
 
What Do We Know About Read Aloud in Teacher Preparation Program: A Summary of...
What Do We Know About Read Aloud in Teacher Preparation Program: A Summary of...What Do We Know About Read Aloud in Teacher Preparation Program: A Summary of...
What Do We Know About Read Aloud in Teacher Preparation Program: A Summary of...
Tati D. Wardi Ph.D.
 
Asesmen Publik Tentang Pendidikan Online di Masa Covid-19
Asesmen Publik Tentang Pendidikan Online di Masa Covid-19Asesmen Publik Tentang Pendidikan Online di Masa Covid-19
Asesmen Publik Tentang Pendidikan Online di Masa Covid-19
Tati D. Wardi Ph.D.
 
3 Opportunities dari Beasiswa Fulbright
3 Opportunities dari Beasiswa Fulbright3 Opportunities dari Beasiswa Fulbright
3 Opportunities dari Beasiswa Fulbright
Tati D. Wardi Ph.D.
 
Liiterasi Dasar dan Masyarakat: Menghubungkan literasi sekolah dan praktik li...
Liiterasi Dasar dan Masyarakat: Menghubungkan literasi sekolah dan praktik li...Liiterasi Dasar dan Masyarakat: Menghubungkan literasi sekolah dan praktik li...
Liiterasi Dasar dan Masyarakat: Menghubungkan literasi sekolah dan praktik li...
Tati D. Wardi Ph.D.
 

More from Tati D. Wardi Ph.D. (13)

Workshop sarasehan literasi 2020
Workshop sarasehan literasi 2020Workshop sarasehan literasi 2020
Workshop sarasehan literasi 2020
 
Membaca Nyaring dan Membaca Mandiri: Dua Kegiatan Literasi (Yang Seharusnya) ...
Membaca Nyaring dan Membaca Mandiri: Dua Kegiatan Literasi (Yang Seharusnya) ...Membaca Nyaring dan Membaca Mandiri: Dua Kegiatan Literasi (Yang Seharusnya) ...
Membaca Nyaring dan Membaca Mandiri: Dua Kegiatan Literasi (Yang Seharusnya) ...
 
The librarian of Basra:A true story from Iraq by JeanetteWinter,and Alia’s mi...
The librarian of Basra:A true story from Iraq by JeanetteWinter,and Alia’s mi...The librarian of Basra:A true story from Iraq by JeanetteWinter,and Alia’s mi...
The librarian of Basra:A true story from Iraq by JeanetteWinter,and Alia’s mi...
 
Antara Kata dan Gambar: Mengenal Ragam Buku Berilustrasi
Antara Kata dan Gambar: Mengenal Ragam Buku BerilustrasiAntara Kata dan Gambar: Mengenal Ragam Buku Berilustrasi
Antara Kata dan Gambar: Mengenal Ragam Buku Berilustrasi
 
Pendidikan Literasi Dalam Literasi Digital
Pendidikan Literasi Dalam Literasi DigitalPendidikan Literasi Dalam Literasi Digital
Pendidikan Literasi Dalam Literasi Digital
 
Pemanfaatan Buku Pengayaan untuk Pembelajaran
Pemanfaatan Buku Pengayaan untuk PembelajaranPemanfaatan Buku Pengayaan untuk Pembelajaran
Pemanfaatan Buku Pengayaan untuk Pembelajaran
 
Digital Literacy with EFL Student Teachers: Exploring Student Teachers’ Initi...
Digital Literacy with EFL Student Teachers: Exploring Student Teachers’ Initi...Digital Literacy with EFL Student Teachers: Exploring Student Teachers’ Initi...
Digital Literacy with EFL Student Teachers: Exploring Student Teachers’ Initi...
 
Muslim Representations in Children’s Literature
 Muslim Representations in Children’s Literature Muslim Representations in Children’s Literature
Muslim Representations in Children’s Literature
 
Peran Guru dalam Pengembangan Literasi Anak
Peran Guru dalam Pengembangan Literasi AnakPeran Guru dalam Pengembangan Literasi Anak
Peran Guru dalam Pengembangan Literasi Anak
 
What Do We Know About Read Aloud in Teacher Preparation Program: A Summary of...
What Do We Know About Read Aloud in Teacher Preparation Program: A Summary of...What Do We Know About Read Aloud in Teacher Preparation Program: A Summary of...
What Do We Know About Read Aloud in Teacher Preparation Program: A Summary of...
 
Asesmen Publik Tentang Pendidikan Online di Masa Covid-19
Asesmen Publik Tentang Pendidikan Online di Masa Covid-19Asesmen Publik Tentang Pendidikan Online di Masa Covid-19
Asesmen Publik Tentang Pendidikan Online di Masa Covid-19
 
3 Opportunities dari Beasiswa Fulbright
3 Opportunities dari Beasiswa Fulbright3 Opportunities dari Beasiswa Fulbright
3 Opportunities dari Beasiswa Fulbright
 
Liiterasi Dasar dan Masyarakat: Menghubungkan literasi sekolah dan praktik li...
Liiterasi Dasar dan Masyarakat: Menghubungkan literasi sekolah dan praktik li...Liiterasi Dasar dan Masyarakat: Menghubungkan literasi sekolah dan praktik li...
Liiterasi Dasar dan Masyarakat: Menghubungkan literasi sekolah dan praktik li...
 

Recently uploaded

Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
rohman85
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
widyakusuma99
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
agusmulyadi08
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
asyi1
 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
MuhammadBagusAprilia1
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
astridamalia20
 
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdfppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
setiatinambunan
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
ferrydmn1999
 
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptxKarier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
adolfnuhujanan101
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
PURWANTOSDNWATES2
 
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenUNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
AdrianAgoes9
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
SEMUELSAMBOKARAENG
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
safitriana935
 
EVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdf
EVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdfEVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdf
EVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdf
Rismawati408268
 
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdfPENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
smp4prg
 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
mattaja008
 
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docxKisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
irawan1978
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
muhammadRifai732845
 
2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx
2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx
2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx
arianferdana
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
setiatinambunan
 

Recently uploaded (20)

Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
 
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdfppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
 
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptxKarier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
 
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenUNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
 
EVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdf
EVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdfEVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdf
EVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdf
 
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdfPENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
 
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docxKisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
 
2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx
2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx
2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
 

Menelusuri Jejak Literasi Hingga Literasi Digital (hal 4-7)

  • 1. Setelah Membaca, So What? Menelusuri Jejak Literasi, Hingga Literasi Digital Memaknai Literasi dari Beragam Perspektif Peningkatan Literasi Anak, Cukupkah dengan Gerakan Literasi Sekolah? TAJUK EDISI INI Kilas Pendidikan Edisi 14 | 29 Oktober 2017 Semarak gerakan literasi yang meningkat pesat sekitar dua tahun belakangan di Indonesia ini bersambungdengankeluarnyalaporanNewVision for Education dari World Economic Forum pada tahun 2015. Pada laporan itu, WEF memaparkan 16 keterampilan yang dibutuhkan oleh siswa pada abad 21, yang dibagi ke dalam tiga kategori: literasi dasar, kompetensi, dan kualitas karakter. Literasi dasar oleh WEF dideskripsikan sederhana, yaitu bagaimana siswa dapat menerapkan berbagai keterampilan inti ke dalam kegiatan sehari-hari. Literasi dasar dalam laporan itu diposisikan sebagai pemahaman dan keterampilan dasar yang memampukan siswa untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan yang lebih lanjut secara lebih mandiri dan lebih cepat. Laporan New Vision for Education dari WEF tersebut kemudian ramaidibahasolehberbagainegaradankomunitas pendidikan, termasuk didorong oleh UNESCO ke dalam berbagai pertemuan pendidikan global. Indonesia tak mau tertinggal. Literasi menjadi sebuah kata yang begitu sering disebutkan dalam dunia pendidikan Indonesia belakangan ini, sampai telah menjadi jargon dengan tanda salam jari yang populer di kalangan pegiat pendidikan. Banyak kota di Indonesia turut dalam euforia literasi dengan mendeklarasikan diri sebagai “Kota Literasi” dengan rangkaian program pendukung, mulai dari penyediaan buku bacaan hingga berbagai kegiatan ko-kurikuler. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tak kalah giat menyemarakkan literasi dengan mencanangkan Gerakan Literasi Sekolah. Duta- duta literasi dari kalangan pendidik hingga selebrita ditunjuk untuk ikut mempromosikan literasi kepada masyarakat. Presiden Joko Widodo bahkan membuat program menggratiskan pengiriman buku melalui kantor pos ke seluruh penjuru Indonesia setiap tanggal 17 setiap bulannya sebagai pemenuhan janji dukungan kepada para pegiat literasi.
  • 2. Ia juga menjabarkan tentang kontinum meningkatnya pemahaman literasi dikaitkan dengan fase perkembangan seoranganak.Memahamikontiumliterasi ini akan membantu kita melihat tahapan perkembangan literasi anak serta kapan dan bagaimana sebuah pendekatan atau jenis keterampilan dikenalkan pada mereka. Terakhir, Chandra Putri dalam tulisannya, “Memaknai Literasi dari Berbagai Perspektif,” mengenalkan sebuah alat ukur mandiri numerasi dan literasi yang disebut Pemantik. Sebuah alat ukur, bila dipahami tujuan, batasan dan lingkupnya, akan membantu para pendidik, pegiat literasi, serta pengambil kebijakan, dalam memetakan kondisi dan dalam merancang serta melaksanakan program peningkatan literasi sesuai dengan kebutuhan unik siswa, sekolah dan daerah. Jakarta, Oktober 2017 Pemimpin redaksi, Ifa H. Misbach, MA., Psi. KATA PENGANTAR Dalam edisi Kilas PSPK kali ini, kami menghadirkan tiga tulisan yang mengupas lebih dalam tentang semarak literasi di negara kita. Itje Chodidjah dalam tulisannya, “Peningkatan Literasi Anak, Cukupkah dengan Gerakan Literasi Sekolah (GLS),” menjabarkan tentang berbagai definisi literasi serta semarak GLS di berbagai daerah. Apakah GLS merupakan kegiatan subtantif dalam peningkatan literasi, kegiatan yang bersifat seremonial belaka, atau ia merupakan langkah awal yang masih perlu dilanjutkan dalam gerakan peningkatan literasi? Tati Duriyah Wardi dalam tulisannya, “Menelusuri Jejak Literasi, Hingga Literasi Digital,” melangkah lebih jauh dengan membahas berbagai jenis literasi, termasuk jenis literasi “baru”, yaitu literasi digital yang menjadi semakin relevan untuk dibahas.
  • 3. “Perilaku positif orang tua juga akan menguatkan pengembangan literasi ketika usia bertambah.” -Itje Chodidjah, Peneliti PSPK Peningkatan Literasi Anak, Cukupkah dengan Gerakan Literasi Sekolah? Dalam beberapa tahun terakhir ini, informasi mengenai literasi marak dibicarakan di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Hal ini karena memang literasi menjadi salah satu penentu penting kemajuan peradaban sebuah bangsa. Rendahnya literasi masyarakat dapat menimbulkan perkembangan masyarakat yang tidak stabil, meningkat kriminalitas karena tidak paham hukum, kesadaran hidup sehat masyarakat rendah, pelarian ke alkohol dan obat terlarang tinggi, dsb. Definisi literasi sampai hari ini masih bermacam-macam. Ada yang menyebutkan bahwa literasi adalah kemampuan membaca, menulis, dan berhitung dan ada juga yang mendefinisikan literasi sebagai kemampuan untuk memaknai kehidupan melalui berbagai teks yang ada dalam masyarakat. Asosiasi Literasi Internasional menyebutkan bahwa literasi adalah kemampuan untuk mengidentifikasi, memahami, menginterpretasi, menciptakan, menghitung, dan mengkomunikasikannya lewat bahan bacaan digital maupun non digital dalam konteks apapun. Uraian tersebut memberikan gambaran kepada kita betapa pentingnya memiliki kualitas literasi yang tinggi untuk melanjutkan kehidupan. Oleh sebab itulah setiap negara berupaya untuk meningkatkan kualitas literasi bangsanya demi kelanjutan kehidupan bangsa tersebut. Data mengenai literasi Indonesia dilaporkan masih tergolong rendah. Salah satunya dipaparkan dalam hasil Pogram Penilaian Pelajar Internasional atau dikenal dengan PISA1 (Programme for International Student Assesment) yang dilakukan oleh OECD (Organisation of Economic Co-Operation and Development) pada tahun 2015 yang menunjukkan bahwa rerata capaian Indonesia pada ketiga aspek, yakni kemampuan sains, matematis, dan membaca dibawah rerata negara partisipan lainnya. Di mana Indonesia menempati ranking 62 untuk sains, 63 untuk matematika, dan 64 untuk membaca dari 70 negara partisipan. Laporan ini memberikan gambaran kepada kita bahwa literasi harus menjadi perhatian seluruh komponen bangsa. 1 OECD. (2016). Programme For International Student Assessment PISA, diakses dari:https://www.oecd.org/ Kilas Pendidikan Edisi 14 | 29 Oktober 2017 | 1
  • 4. Dalam diskusi Beranda PSPK yang diselenggarakan oleh Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan (PSPK) yang diikuti oleh berbagai komponen masyarakatpegiatliterasi,kepalasekolah, pengawas, guru, dan siswa dilahirkan pemahaman bahwa literasi bukan sekadar kegiatan membaca. Literasi adalah fondasi dasar bagi perkembangan kemampuan anak yang perlu diterapkan tidak hanya dalam satu bagian kecil atau mata pelajaran saja, tapi meliputi seluruh aspek kehidupan anak, mulai dari masuk Beranda PSPK Jilid IX: Setelah Membaca, So What? | 28 September 2017 Gerakan Literasi Sekolah (GLS) Pemerintah Indonesia melalui Permendikbud No. 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti melampirkankan Gerakan Literasi Sekolah(GLS)sebagaisalahsatukegiatan wajib dari tujuh tujuan Penumbuhan Budi Pekerti, yaitu: mengembangkan potensi diri peserta didik secara utuh. Peningkatan literasi di sekolah melalui GLS membaca 15 menit belum dapat diandalkan untuk meratakan peningkatan kualitas literasi anak-anak. Beberapa hal yang menjadi kendala antara lain adalah pemahaman tentang pelaksanaan membaca yang belum merata sehingga pelaksanaannya berbeda-beda antara satu sekolah dengan sekolah lain. Sebagian memahami sebagai tugas memberi bacaan kepada siswa, sebagian memberi kesempatan berdiskusi setelah membaca. Selain itu, hambatan sumber daya berupa koleksi buku yang belum sesuai dengan kebutuhan baik secara jumlah maupun kualitas buku. Ruang penyimpananbukuyangbelummemadai, dan tentu saja keberlanjutan program membaca 15 menit itu sendiri. sekolah, di tiap pelajaran, hingga pulang, dalam ekstrakurikuler, maupun dalam kehidupan keluarga dengan bimbingan orangtua. Kilas Pendidikan Edisi 14 | 29 Oktober 2017 | 2
  • 5. Peningkatan Literasi di Sekolah Sekolah merupakan tempat subur untuk dikembangkannya literasi bagi anak. Perilaku literate yang dicontohkan oleh para pendidik merupakan cara langsung untuk membangun literasi anak. Salah satu contoh adalah pola komunikasi lisan pendidik yang tepat dan sesuai usia anak. Jika pendidik terbiasa menggunakan bahasa lisan yang mampu mengaktifkan kemampuan berpikir anak, maka secara otomatis anak-anak sedang diajak membangun literasinya. Pada usia dini, literasi dapat dikembangkan melalui bahasa lisan yang digunakan oleh pendidik, membacakan cerita dan membahasnya sesuai dengan bahasa anak. Seiring dengan perkembangan teknologi pada abad 21 ini anak-anak yang memasuki usia dewasa di mana membaca dan menulis jauh lebih banyak dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya dalam sejarah hidupnya manusia2. Mereka sangat membutuhkan kemampuan literasi yang tinggi untuk dapat berpartisipasi dalam dunia kerja yang makin kompleks, mengatasi persoalan pribadinya, maupun bertindak sebagai warga negara. 2 Vacca, R, Vacca, J, Mraz, M. (2011). Content Area Reading: Literacy and Learning Across the Curriculum, 10th edn. Pearson 3 CCSU. (2017). World Most Literate Nation, diakses dari: http://www.ccsu.edu/wmln/ Peningkatan Literasi di Rumah Keluarga sebagai lembaga pertama dan utama merupakan tempat pertama bagi anak untuk mengembangkan kemampuan literasinya. Anak-anak pada usia awal selalu diajak berkomunikasi tentang berbagai hal yang ada di sekitar mereka walaupun mereka belum mampu memberi respon secara verbal sekalipun. Ketika anak sudah mampu memberi respon secara verbal, mendiskusikan berbagai hal yang ada di sekitar mereka akan menguatkan minat mereka nantinya untuk membaca. Orangtua perlu membacakan berbagai ragam cerita dan membahasnya bersama anak, menanyakan kepada anak bagaimana perasaan mereka ketika mendengar cerita yang disampaikan orangtuanya. Anak diminta untuk memberikan pendapat tentang tokoh yang ada dalam cerita dan tanyakan mengapa. Perilaku positif orangtua juga akan menguatkan pengembangan literasi ketika usia bertambah. Untuk negara seperti Indonesia yang bahkan indeks perilaku membaca dan aspek pendukungnyapun rendah3 , peningkatan kualitas literasi melalui GLS Indonesia tidak cukup. Central Connecticut State University menyebutkan bahwa Indonesia berada pada peringkat terendah kedua dalam hal indeks perilaku membaca dan pendukungnya, ranking 60 dari 61 negara (CCSU, 2016). Indonesia memerlukan upaya yang lebih serius dengan melibatkan orangtua dan masyarakat dalam rangka mengingkatkan kualitas literasi anak-anak Indonesia. Kilas Pendidikan Edisi 14 | 29 Oktober 2017 | 3
  • 6. Menelusuri Jejak Literasi, Hingga Literasi Digital “Komunikasi dan koneksi adalah basis tentang siapa kita sebagai manusia dan bagaimana kita hidup bersama dan berinteraksi di dunia.” -Tati D. Wardi PhD, Peneliti SMRC dan dosen UIN Jakarta Asosiasi literasi internasional (ILA)4 mengartikan literasi sebagai sebuah kemampuan untuk mengenali, memahami, menerjemah, mencipta, dan berkomunikasi dengan medium cetak, audio-visual, dan materi digital dalam berbagai disiplin dan konteks. Literasi berkaitan erat dengan kemampuan baca tulis, berkomunikasi, menghubungkan antarindividu satu sama lain, dan membuat mereka merasa berdaya untuk mencapai hal-hal yang awalnya tidak mungkin. Literasi dengan perspektif ini menganggap bahwa komunikasi dan koneksi adalah basis tentang siapa kita sebagai manusia dan bagaimana kita hidup bersama dan berinteraksi di dunia. Bertolak dari definisi di atas, bisa kita katakan bahwa untuk menjadi seorang yang literate, ada seperangkat keterampilan yang harus dikuasai seperti mengenali, memahami, memaknai, dan memproduksi. Keterampilan literasi mensyaratkan penguasaan terhadap penggunaan ragam medium literasi seperti tulisan, suara, gambar, dan materi digital. Di samping itu, literasi berhubungan erat dengan komunikasi dan koneksi dengan orang lain. Terdapat dua hal penting yang menjadi fokus dari tulisan ini. Pembahasan pertama menjelaskan bagaimana kontinum tahapan perkembangan literasi anak sejak usia dini hingga remaja (jelang dewasa). Kontinum ini memberi orientasi pemahaman kita tentang keterampilan literasi yang idealnya dikuasai siswa, dan kapan tepatnya sebuah keterampilan diperkenalkan pada mereka (contoh: keterampilan berliterasi dunia digital). Pembahasan kedua, berpusat pada literasi digital dan kaitannya dengan literasi yang konvensional (berbasis cetak). Artikel ditutup dengan saran dan urgensi pengajaran literasi digital di sekolah. 4 International Literacy Association. (2017, September 27). Why literacy? Retrieved from https://www.literacyworldwide.org/why-literacy 5 Literacy development. (2017, September 27). Retrieved from http://literacy.nationaldb.org/index.php/literacy-development-continuum/ Kilas Pendidikan Edisi 14 | 29 Oktober 2017 | 4
  • 7. Kontinum perkembangan literasi siswa dari pra-sekolah hingga SMA5 Desain Infografis: Yuni Sriwitono, sumber ilustrasi: freepik.com Kilas Pendidikan Edisi 14 | 29 Oktober 2017 | 5
  • 8. Literasi digital dan Literasi Cetak: Perbandingan dan Kontras Di mana posisi literasi digital dan kaitannya dengan literasi konvensional (berbasis cetak)? Hutchison, dkk6 (2016) menemukan bahwa kemajuan dan ketersediaan teknologi digital tidak menggantikan praktik literasi yang konvensional. Kegiatan instruksi pengajaran di sekolah masih didominasi praktik pengajaran literasi yang tidak beda jauh dengan pengajaran ketika teknologi digital belum membudaya. Banyak guru yang belum nyaman dengan pemanfaatan optimal teknologi digital, karena berbagai alasan. Ada kekhawatiran bahwa teknologi digitaljustrumenjadipenggangguketimbang memfasilitasi siswa. Fakta ini bisa juga diartikan bahwa literasi yang konvensional (berbasis cetak) sudah punya tempat yang kokoh dan tak tergantikan dalam praktik pendidikan. Dan fenomena ini masih terus berkembang bahkan di sekolah di negara maju seperti di Amerika Serikat di mana kajian tentang ini banyak tersedia. Jika sebelumnya literasi digital identik dengan siswa remaja SMP dan SMA, kajian serius terakhir mencatat bahwa literasi digital sudah merambah ke siswa pra- remaja, yakni tingkat akhir SD. Ini juga yang ditemukan oleh Hutchison, dkk (2016). Meskipun dilabeli sebagai digital natives— istilah populer dari Prensky7 (2001), siswa usia ini ternyata tidak lebih terampil (less skilled) menggunakan teknologi digital untuk menulis dan membaca. Dan memang benar meskipun di luar sekolah mereka aktif dalam penggunaan teknologi digital, kerap kali ketika di kelas hal ini tidak terjadi. Faktornya adalah karena guru tidak cukup serius menggunakan teknologi digital dalam instruksi kelas. Salah satu, kekhawatiran guru yang ditemukan Hutchison, dkk (2016) adalah soal waktu yang dihabiskan siswa untuk kegiatan baca dan tulis di kelas. Bahkan sekolah yang mengaku tanggap dengan literasi digital ternyata kebanyakan pemakaian teknologi digital mereka lebih bersifat konsumtif: mencari informasi, membuat dokumen, menonton video, Kilas Pendidikan Edisi 14 | 29 Oktober 2017 | 6 Desain Infografis: Yuni Sriwitono, sumber ilustrasi: freepik.com
  • 9. menyerahkan tugas, dan mencari rujukan daring. Sementara kegiatan literasi digital yang melibatkan dan bersifat produksi media kreatif seperti membuat video, ataupun aktivitas yang melibatkan kolaborasi melampaui ruang kelas, masih sangat rendah. Catatan dari studi Hutchison, dkk (2016) dalam hal penggunaan teknologi digital yang bersifat produktif adalah faktor sosialisasi sekeliling sangat menentukan bagaimana perilaku siswa dengan teknologi Kilas Pendidikan Edisi 14 | 29 Oktober 2017 | 7 6 Hutchison, H.C., Woodward, L. & Colwell, J. (2016). What are preadolescent readers doing Online? An examination of upper elementary students’ reading, writing, and communication in digital spaces. Reading Research Quarterly, 51(4), 435–454. 7 Prensky, M. (2001). Digital natives, digital immigrants part 1. On the Horizon, 9(5), 1–6. digital. Kebanyakan siswa ini meskipun akrab dengan teknologi digital ternyata mereka kesulitan mendayagunakan. Mereka akan terbantu ketika ada orang yang mencontohkan dan menuntun mereka. Poinnya adalah dalam konteks pendidikan literasi, siswa akan terbiasa dengan penggunaan teknologi digital yang produktif ketika ada guru yang mencontoh dan mendukung mereka dalam proses penguasaan keterampilan tersebut. Penguatan Literasi Digital Literasi berbasis cetak ternyata tidak tergantikan. Riset dan kajian mutakhir tentang literasi mengungkapkan bahwa di tingkat perkembangan awal, literasi berbasis cetak tetap dominan. Bahkan pada siswa yang lebih matang (SMP dan SMA), kegiatan literasi masih bertumpu pada sumber dan bahan cetak. Ini ironis mengingat di luar kelas, mereka ini aktif di dunia digital, meski masih sebatas mengonsumsi konten dan mengirim pesan. Dari kenyataan ini ada hal yang perlu diingat, karena masih kurang tersentuh pendidikan literasi digital di sekolah, dan dengan kenyataan bahwa siswa sangat aktif di dunia digital, maka itu sama saja dengan menyia- nyiakan kesempatan siswa untuk ikut ambil bagian berkontribusi di ruang digital. Atas dasar itu, siswa tingkat akhir SD- SMA harusnya mulai diberikan instruksi pengajaran yang melibatkan penggunaan teknologi digital. Guru dituntut untuk mulai memikirkan kegiatan dan tugas sekolah yang mengoptimalkan kreativitas produk digital. Langkah awalnya bisa dengan mengombinasikan dengan tepat tugas dengan sumber berbasis cetak dan internet. Untuk bisa berkontribusi di dunia digital dibutuhkan keterampilan literasi digital dari yang bersifat teknis (menangkap gambar, mengunggah, mengklik, dan simpan informasinya) ke tahap yang lebih maju seperti mewujudkan ide melalu kombinasi gambar, suara, dan kata. Literasi digital mendorong siswa untuk terlibat dalam pembuatan media kreatif, dan kemudian membagi produk mereka/bertukar dengan yang lain di lingkungan digital. Nantinya mereka bisa turut berpartisipasi dalam pengayaan pengetahuan bersama (collectiveknowledge),misalnyadengancara berkontribusidiruangdigitalsepertiblog,wiki, membuat video dan gambar, foto dan opini, dan lain-lain. Dengan ini kita mewujudkan tujuan menguatkan literasi seperti kutipan ILA di atas yaitu karena “Komunikasi dan koneksi adalah basis tentang siapa kita sebagai manusia dan bagaimana kita hidup bersama dan berinteraksi di dunia.”
  • 10. Memaknai Literasi dari Beragam Perspektif Pengenalan Pengukuran Mandiri Numerasi dan Literasi PSPK (PEMANTIK) “Kita tetap melihat literasi sebagai satu kesatuan utuh, cara kita dalam mencerna informasi yang didapatkan akan berfokus pada pilihan solusi dan aksi yang berarti daripada mengadili ‘capaian angka’ tanpa menyisakan ruang untuk memaknai bagaimana proses di dalamnya.” -Chandra C. A. Putri, Asisten Peneliti PSPK Melihat literasi dari perspektif sejarah perkembangannya menjadi salah satu pendekatan yang cukup membantu kita memaknai kebermanfaatan literasi, terutama dalam kehidupan sehari-hari. Sejumlah literatur menunjukkan studi yang telah dilakukan mengenai perkembangan konsep literasi, yang tidak bisa terlepas dari aktivitas membaca. Pada tahun 1908, Huey8 (dalam Holdway, 1979) mengemukakan bahwa membaca merupakan proses yang alami, ia berpendapat bahwa: “They grow into it as they learned to talk, with no special instruction or purposed method, and usually such readers are our best and most natural readers.” Kemampuan membaca bertumbuh sejalan dengan berkembangnya kemampuan berbicara individu, tanpa metode dan atau pendekatan tertentu, setiap individu adalah pembaca yang baik dan natural. Pandangan Huey tersebut juga menjadi landasan Holdway 9 (1979) dalam melakukan studi terkait literasi, di mana ia memaknai literasi sebagai perkembangan alami. Salah satu poin yang ditekankanHoldway adalah pandangannya bahwa sejak anak-anak, individu sudah memiliki potensi untuk menjadi seorang yang literate. Sebagai contoh, anak- anak senang berbagi cerita, sehingga dari kecil anak-anak sudah bisa diperkenalkan dengan perilaku-perilaku yang berasosiasi dengan literasi, bahkan sesederhana memegang buku, melihat tulisan bergambar, dan lain sebagainya. Contoh lain, kita sering menemui seorang anak usia dini-yang meskipun belum bisa membaca-mampu mengingat dan menceritakan kembali isi bacaan ketika ditunjukkan bagian-bagian tertentu dalam suatu buku cerita. Hal ini menunjukkan bahwa individu sudah memupuk potensi mengembangkan kemampuan literasi sejak dini. Berangkat dari studi yang dilakukan Holdway, Hunt10 pada tahun 2003 mulai mengasosiasikan literasi sebagai kemampuan dasar yang mendukung proses belajar anak dalam konteks akademis. Perspektifnya terkait literasi dimaknai sebagai kemampuan individu (dalam hal ini, siswa) dalam menggunakan inteligensinya. Sejumlah perkembangan terkait konsep literasi tersebut juga menjadi salah satu pemikiran yang dikembangkan Salkind dan Rasmussen11 dalam bukunya “Encyclopedia of Educational Psychology” pada tahun 2008 yang memandang literasi dalam empat perspektif dasar. 8 Holdaway, D. (1979). The Foundations of Literacy (Review). Sydney, Australia: Ashton Scholastic. 9 Ibid Kilas Pendidikan Edisi 14 | 29 Oktober 2017 | 8
  • 11. 10 Hunt, E. (2003). Thinking in The Age of The Computing Machine: Review of A. A. DiSessa, Changing Minds: Computers, Learning, and Literacy. Contemporary Psychology, 48, 549–551. 11 Salkind, N. J., & Rasmussen, K. (2008). Encyclopedia of Educational Psychology: SAGE Publications. Beragam Perspektif Literasi Kilas Pendidikan Edisi 14 | 29 Oktober 2017 | 9 Pertama sebagai karakter sosial, literasi dilihat sebagai praktik yang memunculkan kebutuhan suatu kelompok masyarakat untuk mengakses teks dan atau sumber bacaan. Dalam artian, lingkungan yang mendukung berkembangnya kemampuan berpikirindividumenjadiaspekyangtidakbisa terlepas dari literasi. Survey yang dilakukan Central Connecticut State University (s.d 2017) menunjukkan peringkat sejumlah negara dalam mendukung perilaku yang literate, di antaranya distribusi koran; jumlah perpustakaan; ketersediaan komputer; serta input dan output pendidikan, di mana Indonesia menempati peringkat ke 60 dari 61 negara partisipan WMLN (The World’s Most Literate Nations). Kembali pada perspektif Salkind dan Rasmussen terkait literasi, literasi juga dilihat sebagai suatu kondisi, di mana individu yang literate digambarkan sebagai seorang yang mampu beradaptasi dengan lingkungan-yang menuntutnya mengembangkan kemampuan literasi-. Ketiga, literasi dilihat sebagai kompetensi, di mana untuk bisa beradaptasi dengan lingkungannya, individu membutuhkan sejumlah kemampuan yang mendukung seperti membaca, menghitung, komputasi, dan lain sebagainya. Sebagai contoh, asesmen yang dilakukan OECD (Organisation for Economic of Co-operation and Development) melalui PISA12 (Programme for International Assesment) menunjukkan capaian siswa sejumlah negara dari pemahaman mereka terhadap konsep sains (literasi saintifik); matematis (literasi matematis); dan bacaan (literasi membaca), di mana capaian siswa Indonesia berada di bawah negara-negara partisipan OECD lainnya. Terakhir, Salkind dan Rasmussen mengemukakan perspektif literasi dari sudut pandang kemampuan dasar, di mana literasi dilihat sebagai perangkat yang menjadi dasar untuk mengembangkan kemampuan individu sehingga di saat bersamaan juga berpotensi merepresentasikan kemampuan individu itu sendiri. Adapun kemampuan dasar yang dimaksud adalah kemampuan dalam membaca dan menghitung. Berbagai studi dengan melakukan asesmen terhadap kemampuan dasar literasi ini dilakukan dalam sejumlah kerangka pemikiran.Sebagaicontoh,globalmonitoring yang dilakukan oleh UNESCO13 pada tahun 2006 mengasosiasikan sejumlah isu melalui asesmen literasi dasar, di antaranya pemerataan dalam pendidikan, kesehatan, bahkan gender. Selain itu, ASER (Annual Status of Education Report) yang berfokus pada kawasan marjinal (berkembang di India) juga melakukan asesmen kemampuan literasi dasar anak untuk mendapatkan sejumlah informasi bermakna terkait efektivitas sistem pendidikan bahkan pada level nasional, di antaranya kurikulum pendidikan dasar. Selain itu, di Indonesia sendiri asesmen terhadap kemampuan literasi dasar dilakukan kepada sejumlah siswa (kelas 2 SD) melalui EGRA14 (Early Grade Reading Assesment), dengan hasil sebagai berikut.
  • 12. 12 OECD. (2000). Programme For International Student Assessment PISA, diakses dari: http://www.oecd.org/edu/school/programmeforinterna- tionalstudentassessmentpisa/33690591.pdf 13 Education for All Global Monitoring Report. (2006). Why Literacy Matters, diakses dari: http://www.unesco.org/education/GMR2006/full/chapt5_ eng.pdf 14 USAID Indonesia. (2014). Indonesia 2014: The National Early Grade Reading Assessment (EGRA) and Snapshot of School Management Effec- tiveness (SSME) Survey, diakses dari: https://ierc-publicfiles.s3.amazonaws.com/public/resources/Indonesia_EGRA_SSME.pdf Salah satu informasi bermakna yang ditemui EGRA dari kemampuan literasi dasar ini adalah asosiasinya terhadap angka putus sekolah, sehingga sejumlah isu lain dapat berkembang dari informasi ini. Berdasarkan hal tersebut, kebermaknaan informasi berdasarkan asesmen literasi dasar menjadi hal yang sangat bermanfaat dalam mempertimbangkan pengambilan keputusan suatu cakupan aktivitas tertentu, bahkandalamberbagaiaspekdanataubidang yang melingkupi atmosfer pendidikan, dalam hal ini pendidikan di Indonesia. Oleh karena itu, asesmen literasi dasar yang dilakukan kepada semua anak dari berbagai cakupan baik di kawasan pendidikan (seperti sekolah) maupun masyarakat pada umumnya berpotensi memberikan informasi yang sangat berarti. Artinya, mengetahui status perkembangan literasi dasar baik anak yang bersekolah maupun tidak bersekolah akan bermakna dalam mendapatkan gambaran pendidikan di Indonesia. Selain itu, asesmen yang dilakukan kepada anak-anak ini juga bisa berperan sebagai deteksi dini akan perkembangan anak di kemudian hari. Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan (PSPK) melalui instrumen PEMANTIK (Pengukuran Mandiri Numerasi dan Literasi PSPK) sedang melakukan studi untuk mendapatkan sejumlah informasi bermakna melalui asesmen literasi dasar kepada anak, baik anak yang bersekolah maupun tidak bersekolah ini. Asesmen yang bersifat citizen-led atau bersumber dari masyarakat secara langsung ini diharapkan mampu menggambarkan keadaan tertentu masyarakat tersebut secara utuh. Untuk itu, instrumen dirancang untuk mudah diadministrasikan oleh siapa saja (instrumen telah diujicobakan kepada lebih dari 800 anak). Saat ini, sejumlah desain pelatihan sedang dikembangkan PSPK untuk para calonasesordenganberbagailatarbelakang. Akhirnya, hal penting yang ingin ditekankan dalam tulisan ini adalah, berdasarkan sejumlah data yang dipaparkan melalui berbagai instrumen tersebut, kita tetap melihat literasi sebagai satu kesatuan utuh, salah satunya dengan memaknainya dalam beragam perspektif yang saling berhubungan sehingga cara kita dalam mencerna informasi yang didapatkan akan berfokus pada pilihan solusi dan aksi yang berarti daripada mengadili “capaian angka” tanpa menyisakan ruang untuk memaknai bagaimana proses di dalamnya, sehingga harapan bukan menjadi suatu abstraksi yang jauh dari usaha nyata. Lancar membaca dan memahami bacaan Memahami bacaan namun tidak lancar membaca Lancar membaca namun pemahaman terbatas Tidak bisa membaca sama sekali 47,2% 26,3% 20,7% 5,8% Kilas Pendidikan Edisi 14 | 29 Oktober 2017 | 10 Capaian asesmen literasi dasar Indonesia melalui EGRA, sumber ilustrasi: freepik.com
  • 13. PSPK.Indonesia pspk_idpspk_id KILAS PENDIDIKAN memberikan informasi dan ulasan tentang berbagai kebijakan pendidikan secara ringkas dengan isu-isu kontekstual yang dikeluarkan oleh PSPK . KILAS menjadi kumpulan referensi penelitian dan pengembangan advokasi pendidikan serta menjadi cerminan misi PSPK. TERAS SEBELAS Jl. Jeruk Purut No. 11, Jakarta Selatan, 12560 | 02178836417 | kilas@pspk.web.id www.pspk.web.id Pemimpin Redaksi: Ifa H. Misbach, Redaktur: 1. Henny Supolo 2. Najelaa Shihab Editor: Chandra C. A. Putri