Strategi dakwah dalam perspektif kearifan lokal masyarakat Aceh membahas tiga hal: (1) kearifan lokal masyarakat Aceh seperti Petron Aneuk Miet dan Peusijeuk, (2) titik kritis budaya dan agama, dan (3) solusi internalisasi budaya Islam seperti kembali kepada ulama dan memanfaatkan meunasah.
Buku Bagaimana Menyentuh Hati ini, terbit pada saat Mesir tengah diguncang oleh aksi keganasan dan tindakan kekerasan dan beberapa kelompok ekstrem.
Pada judul buku ini terdapat suatu kandungan maksud untuk membersihkan berbagai sikap keras dan tindakan kurang bijak dengan menunjukkan jalan-jalan menuju hati.
2. Latar Belakang
Banyaknya jenis budaya-budaya yang notabene tidak
diterapkan ketika masa Rasululloh, membentuk suatu
paradigma dimana hal tersebut adalah bid’ah, praktik
kemusyrikan, bentuk kezaliman, dan lain sebagainya.
Arus deras sebuah perpecahan di tubuh agama Islam,
membuat pengkaburan-pengkaburan nilai-nilai ke-Islaman
yang haq. Lebih parah akan terbentuk sikap Islamphobia.
Perlu dicari duduk perkara atas semua yang terjadi di ranah
kebudayaan dan keber-Islaman. Selain itu penjelasan yang
lebih mengutamakan pendekatan konklusi tidak akan mudah
diterima, sebelum merasionalisasikan dengan penjelasan
sistematis kepada masyarakat. Dalam penjelasan kali ini akan
dijelaskan lebih sempit tentang budaya di Aceh, meninjau
tentang kearifan lokal dan strategi dakwahnya.
3. Rumusan Permasalahan dan Tujuan
Rumusan Masalah
• Rumusan masalah karya tulis ilmiah ini adalah:
• Bagaimana strategi dakwah dalam perspektif kearifan lokal
masyarakat Aceh?
Tujuan Penelitian
• Tujuan penelitian karya tulis ilmiah ini adalah:
• Mengetahui startegi dakwah.
• Mengetahui kearifan lokal.
• Mengetahui budaya masyarakat Aceh.
• Mengetahui strategi dakwah dalam perspektif kearifan
lokal masyarakat Aceh.
4. Metode Penelitian
Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pendekatan kualitatif karena
pengambilan data hanya dalam bentuk
pendataan saja, sehingga penelitian ini juga di
katakan penelitian deskriptif.
6. Urgensi Dakwah dan Kewajiban
Dakwah
Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan
kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu
kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti)
kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah
memelihara kamu dari (gangguan) manusia.
Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang yang kafir. QS AL Maidah :
67
Dakwah adalah kehidupan yang diridhoi, dan
dakwah adalah kewajiban setiap umat.
7. Substansi(Isi) Dakwah
Dan sungguh, Kami telah mengutus seorang
rasul untuk setiap umat (untuk menyerukan),
“Sembahlah Alloh, dan jauhilah Taghut,”
kemudian diantara mereka ada yang diberi
petunjuk oleh Alloh dan ada pula yang tetap
dalam kesesatan. Maka berjalanlah kamu di
bumi, dan perhatikanlah bagaimana
kesudahan orang-orang yang mendustakan
(rasul-rasul). QS An Nahl: 36
8. Model Dakwah
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan
hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah
mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang
siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah
yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk. QS An Nahl : 125
Disini kami lebih menekankan terhadap
pengajaran yang baik.
9. Karakteristik Objek Dakwah
Dalam buku fiqih Islam dijelaskan beberapa kategori objek
dakwah sebagai berikut:
• Orang yang kurang dalam keimanannya serta bodoh dalam
masalah hukum
• Orang yang kurang dalam sisi keimanannya dan kurang dari
segi keilmuan serta hukum syar'I,
• Orang yang kuat imannya dan bodoh dalam hukum syar'i.
• Orang yang kuat keimanannya serta mengerti hukum-
hukum syar'i.
• Orang yang awam dalam keimanan serta awam dalam
hukum syar'i.
Bahwa, kita perlu mengetahui latar belakang mad’u atau
objek dakwah kita.
10. Profil Pendakwah
• Penyayang
• Belas kasih
• Jujur
• Lemah lembut dan pemaaf
• Bersabar
• Ikhlas
• Murah hati, Khidmah, Tawadhu
• Berpaling dari perhiasan kehidupan duniawi
• Memberikan semangat dalam keta'atan dan
mengancam (siksaan) dari kemaksiatan
• Bergegas dalam beramal kebaikan
• Berjuang dengan harta dan jiwa demi
tegaknya kalimat Allah
• Berjihad dijalan Allah SWT
• Menuntut ilmu dan mengajarkannya
• Membersihkan jiwa, menguatkan ruh dan
badan dengan beristiqomah dalam ibadah
dan dzikir kepada Allah
• Berdoa bagi orang-orang musyrik supaya
mereka mendapat hidayah:
• Bermusyawarah
• Meminta dan mengadu hanya kepada Allah
dalam disetiap keadaan
• Kewajiban untuk bertempat tinggal
dilingkungan orang-orang sholeh, dan
berhijrah dari lingkungan orang-orang yang
jelek (perilaku).
• Berpegang kepada Allah dan meniadakan
tindakan hawa nafsu dan bersaha menelusuri
sebab yang perintahkan dan dibolehkan.
• Bersabar atas segala tuduhan, celaan dan
hinaan:
• Mengambil faedah dan pelajaran dari
ketentuan Allah (takdir), untuk menyingkap
berbagai kesulitan dan melaksanakan
tuntunannya.
• Menjaga orang yang mempunyai kedudukan
• Istiqomah dalam berdakwah, tidak menoleh
pada mereka yang menginkari
_Buku Fiqih Islam_
11. Kearifan Lokal
Pengertian kearifan lokal (local wisdom) dalam
kamus terdiri dari dua kata: kearifan (wisdom)
dan lokal (local). Dalam Kamus Inggris
Indonesia John M. Echols dan Hassan Syadily,
local berarti setempat, sedangkan wisdom
(kearifan) sama dengan kebijaksanaan. Secara
umum maka local wisdom (kearifan setempat)
dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan
setempat (local) yang bersifat bijaksana, penuh
kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti
oleh anggota masyarakatnya. Dalam disiplin
antropologi dikenal istilah local genius.
12. Sifat Kearifan Lokal
Sifat-sifat kearifan lokal dapat dikatakan memiliki karakter
berikut:
• Kearifan lokal memiliki kemampuan merevitalisasi. Artinya
pada diri hal yang disebut memiliki kearifan lokal, secara
meyakinkan dia memiliki kemampuan berkembang
sekalipun dihadapkan pada tantangan dan kesulitan.
• Kearifan lokal memiliki sifat sustainable. Artinya hal yang
dikatakan memiliki kearifan lokal dia bersifat mapan dan
bertahan dalam masa yang tidak terbatas dan dipegang
teguh oleh masyarakat dengan kompak.
• Budaya baru yang masuk dengan memiliki kesesuaian
dengan kearifan lokal membuat berkurangnya mismatch
atau ketertolakan terhadap yang baru masuk itu.
13. Budaya Aceh
• Peutron Aneuk Miet
• Memberikan do’a setelah kematian (tahlil)
• Peusijeuk
• Selamatan ketika hamil
14. HASIL
• Budaya Petron Aneuk Miet dalam Islam sebenarnya
tidak ada, Rasululloh hanya mengajarkan tentang
mengadzankan, kemudian iqomat, tahnik, dan
memberi nama serta aqiqah ketika kelahiran. Setelah
itu hanya ada pengajaran biasa sampai usia dua tahun
penyapihan, dan selanjutnya pengajaran yang baik
sampai baligh.
• Kemudian sama halnya tradisi saat hamil, tidak ada
selamatan.
TITIK KRITIS BUDAYA DAN AGAMA
15. Yang perlu diketahui adalah, ketika masyarakat
mengetahui bahwa syari’at adalah hal yang
sangat tinggi maknanya, maka dengan
sendirinya masyarakat akan memahami
bahwa ibadah yang sesuai sebagai bentuk
diterimanya suatu pengabdian adalah
keharusan. Titik pentingnya adalah rasa
faham tingginya syari’at. Dijelaskan dalam
hadist berikut :
16. “Dari Ibun Abbas ra bahwa ketika Rasulullah SAW mengutus
Mu’adz ke Yaman, beliau bersabda, “ Sesungguhnya kamu
datang kepada suatu kaum dari ahli kitab, hendaknya perkara
pertama yang kamu dakwahkan kepada mereka adalah
syahadat La ilaha illallah. Dalam sebuah riwayat, “Sehingga
mereka mentauhidkan Alloh.” Jika mereka menaatimu untuk
itu maka sampaikanlah kepada mereka bahwa Allah
mewajibkan atas mereka shalat lima waktu sehari semalam.
Jika mereka menaatimu untuk itu, maka sampaikanlah kepada
meraka bahwa Alloh mewajibkan atas mereka sedekah yang
diambil dari orang-orang kaya dari mereka diberikan kepada
orang-orang fakir dari mereka. Jika mereka menaatimu untuk
itu maka jauhilah harta-harta mereka yang berharga.
Takutlah kepada do’a orang yang teraniaya, karena tidak ada
penghalang antara ia dengan Alloh.” HR Bukhari dan Muslim.
Upaya yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :
17. Solusi Internalisasi Budaya Islam
• Kembali kepada ulama, ulama adalah orang-orang yang memiliki
pengetahuan yang benar dan pemahaman yang dalam, (Karzoun,
2003).
• Penghargaan bagi ulama, dan pemangku adat yang konsen
terhadap integrasi agama dan budaya.
• Memfungsikan Meunasah, yakni sebagai :
• Lembaga musyawarah
• Lembaga pendidikan dan pengajian
• Lembaga ibadah (sholat jamaah)
• Lembaga hiburan dan kesenian seperti (dalailkhairat, meusifeuet, ratib du, dll)
• Asah terampil dan asah otak, atau meucabang (diskusi)
• Lembaga berbuka puasa bersama (dengan ie bu da peudah), (Ismail, 2003)
• Penyelesaian sengketa/ damai
• Pembinaan atau posko generasi muda/remaja
• Pusat ibukota pemerintahan, (Puteh, 2012)
18. • Pejadwalan rutin kajian-kajian di Meunasah
• Memfahamkan para pengampu adat, dapat juga
melakukan advokasi dengan para pengampu adat,
yakni : Imum Mukim, Keuchik, Tuha Peut, Tuha Lapan,
Imum Meunasah, Keujren Blang, Panglima Laot, Petua
Seneubok, Haria Peukan, Syahbanda
• Pemahaman atas falsafah budaya Aceh, sebaiknya
dilakukan sesegera mungkin ke semua golongan dan
semua usia berkelanjutan. Demikian pula di lingkungan
pemerintahan, dari pusat hingga gampong.
• Lebih konsen terhadap peningkatan kualitas pendidik
terhadap pengetahuan keagamaan dan adat.
19. • Pengembangan kesenian tradisional dan adat perlu
menjadi perhatian para pemangku adat yang sudah
memahami.
• Peningkatan peran media cetak dan elektronik dan
visual termasuk media luar dan dalam ruangan dalam
membuat kondusif pemahaman falsafah budaya Aceh
dan integrasinya dengan agama Islam.
• Pemanfaatan berbagai prasarana yang ada di
masyarakat dan universitas.
• Pelibatan semua pihak, pemerintah, LSM, kelompok
masyarakat, pemerhati, akademisi, pebisnis.
• Membangun lingkungan yang kondusif dalam
beragama.
20. • Kontroling PERDA yang mengukuhkan budaya
keIslaman baik yag berupa ide, perilaku, maupun fisik.
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1999
Pasal 2 : Hukum Adat, Adat istiadat dan kebiasaan-
kebiasaan yang masih berlaku, hidup dan berkembang
dalam masyarakat Aceh, sepanjang tidak bertentangan
dengan syari’at Islam harus dipertahankan.
Pasal 3 : Syari’at Islam menjadi tolak ukur
penyelenggaraan kehidupan adat di Daerah.
Pasal 4 : Lembaga-lembaga Adat dijadikan alat
sosial kontrol dalam penyelenggaraan Pemerintahan di
Daerah, (Abu Bakar, 2005).
21. • Memberi fasilitas secara berkelanjutan bagi
program-program kebudayaan Islam dan
pengembangan kebudayaan Islam.
• ”Plug in” muatan kebudayaan Islam dan
akhlak di setiap mata pelajaran di lingkungan
pendidikan.
• Pendanaan yang berkelanjutan.
22. THE END OF SLIDE SHOW
ALHAMDULILLAH ... ^^
Wallahu’allam