SlideShare a Scribd company logo
1 of 28
Download to read offline
Pra OSK SMP 2023 - KOJA
PETA KONSEP
POLA-POLA HEREDITAS
POLA-POLA HEREDITAS
Hukum
pewarisan
sifat
Hukum
pewarisan
sifat
Hukum
Mendel I
Hukum
Mendel I
Hukum
Mendel II
Hukum
Mendel II
Testcross,
backcross,
penyilangan
resiprok
Testcross,
backcross,
penyilangan
resiprok
Menghitung
macam
gamet,
genotipe, dan
fenotipe
Menghitung
macam
gamet,
genotipe, dan
fenotipe
Penyimpangan semu
hukum Mendel
Penyimpangan semu
hukum Mendel
Interaksi
antaralel
Interaksi
antaralel
Kodominan
Kodominan
Alel ganda
Alel ganda
Intermediet
Intermediet
Alel letal
Alel letal
Interaksi
genetik
Interaksi
genetik
Atavisme
Atavisme
Polimeri
Polimeri
Epistasis-
hipostasis
Epistasis-
hipostasis
Komplementer
Komplementer
Kriptomeri
Kriptomeri
Tautan, pindah silang,
dan gagal berpisah
Tautan, pindah silang,
dan gagal berpisah
Tautan
autosomal
Tautan
autosomal
Tautan seks
Tautan seks
Crossing over
Crossing over
Nondisjunction
Nondisjunction
Istilah-istilah dalam mempelajari pola-pola hereditas:
• Parental (P): induk yang disilangkan.
• Gamet (G): sel kelamin jantan atau betina.
• Filial (F): hasil keturunan atau anak.
• Gen: faktor pembawa sifat. Gen dominan dituliskan dengan huruf besar,
sedangkan gen resesif dituliskan dengan huruf kecil.
• Alel: pasangan gen yang terdapat pada kromosom sehomolog (dari kedua
induknya) yang menunjukkan sifat alternatif sesamanya.
• Genotipe: keadaan genetik dari suatu individu atau populasi.
• Fenotipe: sifat yang muncul atau dapat diamati dari suatu organisme.
• Karakter: istilah yang digunakan untuk menjelaskan sifat yang dapat
diturunkan, misalnya warna bunga. Setiap varian dari suatu karakter disebut
sifat (trait), misalnya warna bunga ungu atau putih.
Pendahuluan
I. Hukum Pewarisan Sifat
Dicetuskan oleh Gregor Johann Mendel (1856-1863)
berdasarkan eksperimen menggunakan kacang ercis (Pisum
sativum).
Sumber : en.wikipedia.org
I. Hukum Pewarisan Sifat
A. Hukum Mendel I
P1 : ♀UU >< ♂ uu
bunga ungu bunga putih
G1 : U u
F1 : 100% Uu (bunga ungu)
P2 : ♀ Uu >< ♂ Uu
bunga ungu bunga ungu
G2 : U, u U, u
F2 :
u
U
Uu (Ungu)
UU (Ungu)
U
uu (Putih)
Uu (Ungu)
u
Rasio fenotipe F2 = UU : Uu : uu
= 1 : 2 : 1
Rasio genotipe F2 = bunga ungu : bunga putih
= 3 : 1
I. Hukum Pewarisan Sifat
B. Hukum Mendel II
P1 : ♀BBKK >< ♂bbkk
biji bulat warna kuning biji keriput
warna hijau
G1 : BK bk
F1 : 100% BbKk (biji bulat warna
kuning)
P2 : ♀ BbKk >< ♂ BbKk
biji bulat warna kuning biji bulat
warna kuning
G2 : BK, Bk, bK, bk BK, Bk, bK, bk
F2 :
bk
bK
Bk
BK
BbKk
Bulat
kuning
BbKK
Bulat
kuning
BBKk
Bulat
kuning
BBKK
bulat
kuning
BK
Bbkk
Bulat hijau
BbKk
Bulat
kuning
BBkk
bulat
hijau
BBKk
Bulat
kuning
Bk
bbKk
Keriput
kuning
bbKK
keriput
kuning
BbKk
Bulat
kuning
BbKK
Bulat
kuning
bK
bbkk
keriput
hijau
bbKk
Keriput
kuning
Bbkk
Bulat
hijau
BbKk
Bulat
kuning
bk
Rasio genotipe = BBKK : BBKk : BbKK : BBkk : BbKk :
bbKK : Bbkk : bbKk : bbkk
= 1 : 2 : 2 : 1 : 4 : 1 : 2 : 2 : 1
Rasio fenotipe = bulat kuning : bulat hijau : keriput
kuning : keriput hijau
= 9: 3 : 3 : 1
II. Testcross, Backcross, dan Penyilangan Resiprok
penyilangan antara suatu individu yang belum diketahui genotipenya dengan individu homozigot resesif.
Contoh:
Testcross antara marmut jantan berbulu putih (resesif) dengan marmut betina hitam dengan dua kemungkinan
genotipe, yaitu homozigot atau heterozigot.
Skenario 1: marmut hitam
bergenotipe homozigot
P1 : ♀HH >< ♂hh
hitam putih
G1 : H h
F1 : 100% Hh (hitam)
Skenario 2: marmut hitam bergenotipe
heterozigot
P1 : ♀Hh >< ♂hh
hitam putih
G1 : H, h h
F1 :
h
Hh
H
hh
h
A. Testcross (Uji Silang)
Rasio genotipe = Hh : hh = 1 : 1
Rasio fenotipe = hitam : putih
= 1 : 1
B. Backcross (Silang Balik)
II. Testcross, Backcross, dan Penyilangan Resiprok
Backcross adalah penyilangan antara suatu individu dengan salah satu induknya (atau dengan individu yang bergenotipe
identik dengan induknya).
C. Penyilangan Resiprok
Penyilangan resiprok adalah pengilangan ulang dengan menukarkan jenis kelaminnya.
Penyilangan ini tidak memengaruhi hasil penyilangan jika dilakukan terhadap gen-gen yang tidak tertaut pada kromosom
seks.
III. Menghitung Macam Gamet, Genotipe, dan Fenotipe
Jumlah jenis gamet dihitung dengan menggunakan rumus 2n, dengan n adalah jumlah
pasangan alel heterozigot yang bebas memisah.
A. Menghitung Jumlah Macam Gamet
A
B
b
C
C
D
d
D
d
 ABCD
 ABCd
 AbCD
 AbCd
III. Menghitung Macam Gamet, Genotipe, dan Fenotipe
1. Menghitung Fenotipe Hasil Keturunan dengan Diagram Anak Garpu (Cabang/Bracket)
B. Menghitung Genotipe dan Fenotipe Hasil Keturunan
Contoh: penyilangan ercis biji bulat kuning heterozigot (BbKk) dengan sesamanya
BbKk >< BbKk
Jumlah BB = 1 KK = 1
Bb = 2 Kk = 2
bb = 1 kk = 1
1 KK  1 BBKK (bulat, kuning)
1 BB 2 Kk  2 BBKk (bulat, kuning)
1 kk  1 BBkk (bulat, hijau)
1 KK  2 BbKK (bulat, kuning)
2 Bb 2 Kk  4 BbKk (bulat, kuning)
1 kk  2 Bbkk (bulat, hijau)
1 KK  1 bbKK (keriput, kuning)
1 bb 2 Kk  2 bbKk (keriput, kuning)
1 kk  1 bbkk (keriput, hijau)
Rasio fenotipe keturunan
= bulat kuning : bulat hijau : keriput kuning : keriput hijau
= 9 : 3 : 3 : 1
III. Menghitung Macam Gamet, Genotipe, dan Fenotipe
2. Hubungan antara Jumlah Sifat Beda dengan Jumlah Kemungkinan Genotipe pada F2
B. Menghitung Genotipe dan Fenotipe Hasil Keturunan
Perbandingan fenotipe
F2
Jumlah
perbandingan
F2
Jumlah jenis
fenotipe F2
Jumlah jenis
genotipe F2
Jumlah jenis
gamet F2
Jumlah
sifat beda
3 : 1
4
2
31 = 3
21 = 2
1
9 : 3 : 3 : 1
16
4
32 = 9
22 = 4
2
27 : 9 : 9 : 9 : 3 : 3: 3 : 1
64
8
33 = 27
23 = 8
3
81 : 27 : 27 : 27 : 27 : 9 :
9 : 9 : 3 : 3 : 3: 3 : 1
256
16
34 = 81
24 = 26
4
4n
2n
3n
2n
n
C. Menentukan Genotipe Induk
III. Menghitung Macam Gamet, Genotipe, dan Fenotipe
Fenotipe induk dapat ditentukan dengan langkah sebagai berikut:
• Menentukan genotipe keturunannya yang homozigot resesif
• Memisahkan dan meletakkan alel-alel keturunannya yang
homoigot resesif tersebut di kedua induknya
IV. Penyimpangan Semu Hukum Mendel
1. Kodominan (Codominance)
A. Interaksi Antaralel
2. Dominansi Tidak Sempurna
(Incomplete Dominance
Intermediet)
Fenotipe
Jenis gamet
Genotipe
MN
LM dan LN
LMLN
M
LM
LMLM
N
LN
LNLN
Fenotipe
Jenis gamet
Genotipe
Merah
R
RR
Merah muda
R dan r
Rr
Putih
r
rr
IV. Penyimpangan Semu Hukum Mendel
3. Alel Ganda
Merupakan suatu gen yang memiliki lebih dari dua alel.
Contoh:
• Golongan darah sistem ABO, dengan hierarki dominansinya yaitu alel IA = IB > IO
• Warna rambut kelinci dengan hierarki dominansinya yaitu warna penuh abu-abu (C) > chinchilla (cch) >
himalayan (ch) > albino (c).
A. Interaksi Antaralel
Genotipe yang mungkin
Fenotipe
CC, Ccch, Cch, Cc
Warna penuh (abu-abu)
cch cch
Chinchilla
Cch ch, cchc
Abu-abu muda
ch ch, ch c
Himalayan
cc
Albino
Jenis warna rambut kelinci
IV. Penyimpangan Semu Hukum Mendel
Alel ganda pada warna
rambut kelinci
A. Interaksi Antaralel
IV. Penyimpangan Semu Hukum Mendel
4. Alel Letal
Adalah alel yang menyebabkan kematian pada individu yang memilikinya.
A. Interaksi Antaralel
a. Alel letal dominan
Individu dengan alel letal dominan akan letal (mati sebelum
lahir), sedangkan yang bergenotipe heterozigot akan
mengalami subletal
Contoh: ayam creeper (redep)
c
C
Cc (creeper)
CC (letal)
C
cc (normal)
Cc (creeper)
c
b. Alel letal resesif
Alel letal resesif hanya menyebabkan kematian pada individu
yang bergenotipe homozigot resesif.
Contoh: sapi bulldog
g
G
Gg (dexter)
GG (kerry)
G
gg (letal)
Gg (dexter)
g
c. Alel subletal
Adalah alel homozigot dominan atau homozigot resesif yang
menyebabkan kematian individu pada usia anak-anak hingga
dewasa.
Contoh: talasemia
th
Th
Thth (minor)
ThTh
(subletal)
Th
thth (normal)
Thth (minor)
th
B. Interaksi Genetik
IV. Penyimpangan Semu Hukum Mendel
1. Atavisme
Adalah interaksi beberapa gen yang
menghasilkan sifat baru.
Terjadi pada bentuk jengger ayam ras (negeri).
Fenotipe
Genotipe
Walnut
R*P*
Rose
R*pp
Pea
rrP*
Single
rrpp
Keterangan:
Tanda * = gen dominan atau gen resesif
Atavisme pada bentuk jengger ayam
B. Interaksi Genetik
IV. Penyimpangan Semu Hukum Mendel
2. Epistasis dan Hipostasis
Merupakan bentuk interaksi ketika suatu gen mengalahkan gen lainnya yang bukan sealel.
a. Epistasis dominan
Terjadi ketika gen yang menutupi
kerja gen lainnya bersifat dominan.
Contoh: karakter warna buah labu
(Cucurbita pepo L.).
Fenotipe
Genotipe
Putih
P*K*
Putih
P*kk
Kuning
ppK*
Hijau
ppkk
Genotipe dan fenotipe karakter
warna buah labu
b. Epistasis resesif
Terjadi ketika gen yang menutupi
kerja gen lainnya bersifat resesif.
Contoh: karakter warna rambut
tikus.
Fenotipe
Genotipe
Abu-abu
B*G*
Hitam
B*gg
Putih
pp**
Genotipe dan fenotipe karakter
warna rambut tikus
B. Interaksi Genetik
IV. Penyimpangan Semu Hukum Mendel
c. Epistasis gen dominan rangkap
Terjadi jika dua gen dominan atau lebih
menghasilkan satu fenotipe dominan yang
sama
Contoh: karakter bentuk kapsul biji tanaman.
Capsella bursa-pastoris
Fenotipe
Genotipe
Segitiga
A*B*
Segitiga
A*bb
Segitiga
aaB*
Oval
aabb
Genotipe dan fenotipe karakter bentuk kapsul biji
d. Epistasis gen rangkap dengan efek
kumulatif
Terjadi jika kondisi dominan (homozigot atau
heterozigot), pada salah satu lokus
menghasilkan fenotipe yang sama.
Contoh: karakter warna biji gandum
Fenotipe
Genotipe
Ungu tua
A*B*
Ungu
A*bb
Ungu
aaB*
Putih
aabb
Genotipe dan fenotipe karakter warna biji gandum
B. Interaksi Genetik
IV. Penyimpangan Semu Hukum Mendel
3. Polimeri
Adalah interaksi dua gen atau lebih yang memengaruhi dan menguatkan suatu sifat yang sama.
Contoh: karakter warna biji gandum Triticum sp., pigmentasi kulit, tinggi badan, pigmentasi iris mata, dan berat buah-
buahan.
4. Kriptomeri
Adalah sifat gen dominan yang tersembunyi jika berdiri
sendiri, tetapi akan tampak pengaruhnya jika bertemu
dengan gen dominan lainnya yang bukan sealel.
Contoh: karakter warna bunga Linaria maroccana.
5. Komplementer
Adalah interaksi antar gen-gen dominan yang saling
melengkapi dalam mengekspresikan suatu sifat.
Contoh: karakter bunga Lathyrus odoratus.
Genotipe
Plasma sel
Fenotipe
pH
Antosianin
A*B*
Basa
+
Ungu
A*bb
Asam
+
Merah
aaB* atau aabb
Basa/asam
-
Putih
Fenotipe
Genotipe
Ungu
C*P*
Putih
C*pp
Putih
CcP*
Putih
ccpp
A. Tautan (Linkage)
V. Tautan, Pindah Silang, dan Gagal Berpisah
1. Tautan Autosomal
Dipelajari melalui penelitian terhadap karakter sayap lalat buah (Drosophila melanogaster).
Warna hitam dan bersayap vestigial merupakan sifat mutan dari warna abu-abu dan bersayap normal. Gen-gen yang
mengendalikan sifat-sifat tersebut, yaitu B (abu-abu), b (hitam), V (normal), dan v (vestigial).
Jika terjadi tautan gen BV dan bv maka persilangan yang akan terjadi yaitu sebagai berikut.
P : BbVv >< bbvv
abu-abu normal hitam vestigial
G : BV, bv bv
F :
bv
BV
bbvv
BbVv
bv
Tautan adalah peristiwa dua gen atau lebih yang terletak pada kromosom yang sama dan tidak
dapat memisah secara bebas pada waktu pembelahan meiosis.
A. Tautan (Linkage)
V. Tautan, Pindah Silang, dan Gagal Berpisah
2. Tautan Seks (Sex Linkage)
Dipelajari melalui penelitian terhadap karakter warna mata lalat buah (Drosophila melanogaster).
Thomas Hunt Morgan menemukan bahwa gen warna mata tertaut pada kromosom kelamin X. Pada kromosom
kelamin Y, tidak terdapat alel warna mata.
P : XMXm >< XMY
mata merah mata merah
G : XM, Xm XM, Y
F :
Xm
XM
XMXm
♀ mata merah
XMXM
♀ mata merah
XM
XmY
♂ mata putih
XMY
♂ mata merah
Y
Lalat buah yang bermata putih selalu berjenis kelamin jantan.
B. Pindah Silang (Crossing Over)
V. Tautan, Pindah Silang, dan Gagal Berpisah
Pindah silang adalah bertukarnya gen-gen yang terdapat dalam suatu kromosom dengan gen-gen yang
terletak pada kromosom lainnya yang sehomolog maupun yang bukan homolog.
Pindah silang menyebabkan terjadinya rekombinan (RK). Nilai pindah silang (Nps) dapat diketahui dari
perbandingan antara jumlah rekombinan dengan jumlah seluruh keturunan yang dihasilkan.
C. Gagal Berpisah (Nondisjunction)
Gagal berpisah adalah peristiwa gagalnya satu kromosom atau lebih untuk berpisah ke arah kutub yang
berlawanan pada saat anafase meiosis I maupun meiosis II, yang disebabkan oleh mutagen.
Pada manusia, gagal berpisah dapat menyebabkan sindrom Down (45A + XX atau XY), sindrom Turner (44A
+ X), sindrom Klinefelter (44A + XXY), sindrom X tripel atau wanita super (44A + XXX), sindrom Jacobs (44A
+ XXY), dan sindrom Y (44A + Y).
A. Penentuan Jenis Kelamin pada Tumbuhan
VI. Menentukan Jenis Kelamin (Determinasi Seks)
Umumnya hermaprodit dimana kelamin jantan (benang sari) dan betina (putik) ada dalam satu bunga,
Namun beberapa dapat dibedakan dengan system XY, dengan gonosom XY untuk jantan dan gonosom XX
untuk betina
B. Penentuan Jenis Kelamin pada Hewan
a. Tipe X/A
Perimbangan jumlah gonosom X dengan jumlah set autosom.
X/A = 1 menjadi Betina
X/A = 0,5 menjadi Jantan
b. Tipe XO
Individu kromosom XX menjadi betina, sedangkan yang hanya memiliki satu kromosom X (XO) menjadi
jantan
c. Tipe ZW
Individu ZW adalah beetina, dan individu ZZ adalah jantan
d. Tipe ploidi
Individu haploid (n) yang dibuahi spermatozoa haploid (n) akan menjadi individu diploid (2n) berjenis
kelamin betina “ratu”. Individu haploid (n) tidak dibuahi akan berjenis kelamin jantan.
Soal 1
Soal 2
Soal 3
Soal 4

More Related Content

Similar to Materi Pola Pewarisan Sifat.pdf

Pewarisan sifat hk mendel
Pewarisan sifat hk mendelPewarisan sifat hk mendel
Pewarisan sifat hk mendel
Izmoend Dy
 
Pewarisan sifat hk mendel
Pewarisan sifat hk mendelPewarisan sifat hk mendel
Pewarisan sifat hk mendel
Izmoend Dy
 

Similar to Materi Pola Pewarisan Sifat.pdf (20)

Hereditas pada manusia
Hereditas pada manusiaHereditas pada manusia
Hereditas pada manusia
 
Biologi kelas 9 bab pewarisan sifat
Biologi kelas 9 bab pewarisan sifatBiologi kelas 9 bab pewarisan sifat
Biologi kelas 9 bab pewarisan sifat
 
Pewarisan sifat kls.9
Pewarisan sifat kls.9Pewarisan sifat kls.9
Pewarisan sifat kls.9
 
Pewarisan sifat
Pewarisan sifatPewarisan sifat
Pewarisan sifat
 
Kelangsungan Hidup Organisme 1
Kelangsungan Hidup Organisme 1Kelangsungan Hidup Organisme 1
Kelangsungan Hidup Organisme 1
 
Pewarisan sifat
Pewarisan sifatPewarisan sifat
Pewarisan sifat
 
PEWARISAN SIFAT kelas sembilan semester ganjil
PEWARISAN SIFAT kelas sembilan semester ganjilPEWARISAN SIFAT kelas sembilan semester ganjil
PEWARISAN SIFAT kelas sembilan semester ganjil
 
Hereditas
HereditasHereditas
Hereditas
 
Pewarisan sifat
Pewarisan sifatPewarisan sifat
Pewarisan sifat
 
Azkiah rahmi
Azkiah rahmiAzkiah rahmi
Azkiah rahmi
 
MATERI POWER POINT PEWARISAN SIFAT KELAS 9 .pptx
MATERI POWER POINT PEWARISAN SIFAT KELAS 9 .pptxMATERI POWER POINT PEWARISAN SIFAT KELAS 9 .pptx
MATERI POWER POINT PEWARISAN SIFAT KELAS 9 .pptx
 
Pewarisan sifat hk mendel
Pewarisan sifat hk mendelPewarisan sifat hk mendel
Pewarisan sifat hk mendel
 
Pewarisan sifat hk mendel
Pewarisan sifat hk mendelPewarisan sifat hk mendel
Pewarisan sifat hk mendel
 
Buku Hukum Mendel
Buku Hukum MendelBuku Hukum Mendel
Buku Hukum Mendel
 
Buku cetak!
Buku cetak!Buku cetak!
Buku cetak!
 
hereditas
hereditashereditas
hereditas
 
Pola Hereditas
Pola HereditasPola Hereditas
Pola Hereditas
 
Bab 06 hereditas
Bab 06 hereditasBab 06 hereditas
Bab 06 hereditas
 
Pewarisan sifat
Pewarisan sifat Pewarisan sifat
Pewarisan sifat
 
Pewarisan Sifat.pdf
Pewarisan Sifat.pdfPewarisan Sifat.pdf
Pewarisan Sifat.pdf
 

Recently uploaded

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
nabilafarahdiba95
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
ssuser35630b
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
JuliBriana2
 

Recently uploaded (20)

Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptStoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 

Materi Pola Pewarisan Sifat.pdf

  • 1. Pra OSK SMP 2023 - KOJA
  • 2. PETA KONSEP POLA-POLA HEREDITAS POLA-POLA HEREDITAS Hukum pewarisan sifat Hukum pewarisan sifat Hukum Mendel I Hukum Mendel I Hukum Mendel II Hukum Mendel II Testcross, backcross, penyilangan resiprok Testcross, backcross, penyilangan resiprok Menghitung macam gamet, genotipe, dan fenotipe Menghitung macam gamet, genotipe, dan fenotipe Penyimpangan semu hukum Mendel Penyimpangan semu hukum Mendel Interaksi antaralel Interaksi antaralel Kodominan Kodominan Alel ganda Alel ganda Intermediet Intermediet Alel letal Alel letal Interaksi genetik Interaksi genetik Atavisme Atavisme Polimeri Polimeri Epistasis- hipostasis Epistasis- hipostasis Komplementer Komplementer Kriptomeri Kriptomeri Tautan, pindah silang, dan gagal berpisah Tautan, pindah silang, dan gagal berpisah Tautan autosomal Tautan autosomal Tautan seks Tautan seks Crossing over Crossing over Nondisjunction Nondisjunction
  • 3. Istilah-istilah dalam mempelajari pola-pola hereditas: • Parental (P): induk yang disilangkan. • Gamet (G): sel kelamin jantan atau betina. • Filial (F): hasil keturunan atau anak. • Gen: faktor pembawa sifat. Gen dominan dituliskan dengan huruf besar, sedangkan gen resesif dituliskan dengan huruf kecil. • Alel: pasangan gen yang terdapat pada kromosom sehomolog (dari kedua induknya) yang menunjukkan sifat alternatif sesamanya. • Genotipe: keadaan genetik dari suatu individu atau populasi. • Fenotipe: sifat yang muncul atau dapat diamati dari suatu organisme. • Karakter: istilah yang digunakan untuk menjelaskan sifat yang dapat diturunkan, misalnya warna bunga. Setiap varian dari suatu karakter disebut sifat (trait), misalnya warna bunga ungu atau putih. Pendahuluan
  • 4. I. Hukum Pewarisan Sifat Dicetuskan oleh Gregor Johann Mendel (1856-1863) berdasarkan eksperimen menggunakan kacang ercis (Pisum sativum). Sumber : en.wikipedia.org
  • 5. I. Hukum Pewarisan Sifat A. Hukum Mendel I P1 : ♀UU >< ♂ uu bunga ungu bunga putih G1 : U u F1 : 100% Uu (bunga ungu) P2 : ♀ Uu >< ♂ Uu bunga ungu bunga ungu G2 : U, u U, u F2 : u U Uu (Ungu) UU (Ungu) U uu (Putih) Uu (Ungu) u Rasio fenotipe F2 = UU : Uu : uu = 1 : 2 : 1 Rasio genotipe F2 = bunga ungu : bunga putih = 3 : 1
  • 6. I. Hukum Pewarisan Sifat B. Hukum Mendel II P1 : ♀BBKK >< ♂bbkk biji bulat warna kuning biji keriput warna hijau G1 : BK bk F1 : 100% BbKk (biji bulat warna kuning) P2 : ♀ BbKk >< ♂ BbKk biji bulat warna kuning biji bulat warna kuning G2 : BK, Bk, bK, bk BK, Bk, bK, bk F2 : bk bK Bk BK BbKk Bulat kuning BbKK Bulat kuning BBKk Bulat kuning BBKK bulat kuning BK Bbkk Bulat hijau BbKk Bulat kuning BBkk bulat hijau BBKk Bulat kuning Bk bbKk Keriput kuning bbKK keriput kuning BbKk Bulat kuning BbKK Bulat kuning bK bbkk keriput hijau bbKk Keriput kuning Bbkk Bulat hijau BbKk Bulat kuning bk Rasio genotipe = BBKK : BBKk : BbKK : BBkk : BbKk : bbKK : Bbkk : bbKk : bbkk = 1 : 2 : 2 : 1 : 4 : 1 : 2 : 2 : 1 Rasio fenotipe = bulat kuning : bulat hijau : keriput kuning : keriput hijau = 9: 3 : 3 : 1
  • 7. II. Testcross, Backcross, dan Penyilangan Resiprok penyilangan antara suatu individu yang belum diketahui genotipenya dengan individu homozigot resesif. Contoh: Testcross antara marmut jantan berbulu putih (resesif) dengan marmut betina hitam dengan dua kemungkinan genotipe, yaitu homozigot atau heterozigot. Skenario 1: marmut hitam bergenotipe homozigot P1 : ♀HH >< ♂hh hitam putih G1 : H h F1 : 100% Hh (hitam) Skenario 2: marmut hitam bergenotipe heterozigot P1 : ♀Hh >< ♂hh hitam putih G1 : H, h h F1 : h Hh H hh h A. Testcross (Uji Silang) Rasio genotipe = Hh : hh = 1 : 1 Rasio fenotipe = hitam : putih = 1 : 1
  • 8. B. Backcross (Silang Balik) II. Testcross, Backcross, dan Penyilangan Resiprok Backcross adalah penyilangan antara suatu individu dengan salah satu induknya (atau dengan individu yang bergenotipe identik dengan induknya). C. Penyilangan Resiprok Penyilangan resiprok adalah pengilangan ulang dengan menukarkan jenis kelaminnya. Penyilangan ini tidak memengaruhi hasil penyilangan jika dilakukan terhadap gen-gen yang tidak tertaut pada kromosom seks.
  • 9. III. Menghitung Macam Gamet, Genotipe, dan Fenotipe Jumlah jenis gamet dihitung dengan menggunakan rumus 2n, dengan n adalah jumlah pasangan alel heterozigot yang bebas memisah. A. Menghitung Jumlah Macam Gamet A B b C C D d D d  ABCD  ABCd  AbCD  AbCd
  • 10. III. Menghitung Macam Gamet, Genotipe, dan Fenotipe 1. Menghitung Fenotipe Hasil Keturunan dengan Diagram Anak Garpu (Cabang/Bracket) B. Menghitung Genotipe dan Fenotipe Hasil Keturunan Contoh: penyilangan ercis biji bulat kuning heterozigot (BbKk) dengan sesamanya BbKk >< BbKk Jumlah BB = 1 KK = 1 Bb = 2 Kk = 2 bb = 1 kk = 1 1 KK  1 BBKK (bulat, kuning) 1 BB 2 Kk  2 BBKk (bulat, kuning) 1 kk  1 BBkk (bulat, hijau) 1 KK  2 BbKK (bulat, kuning) 2 Bb 2 Kk  4 BbKk (bulat, kuning) 1 kk  2 Bbkk (bulat, hijau) 1 KK  1 bbKK (keriput, kuning) 1 bb 2 Kk  2 bbKk (keriput, kuning) 1 kk  1 bbkk (keriput, hijau) Rasio fenotipe keturunan = bulat kuning : bulat hijau : keriput kuning : keriput hijau = 9 : 3 : 3 : 1
  • 11. III. Menghitung Macam Gamet, Genotipe, dan Fenotipe 2. Hubungan antara Jumlah Sifat Beda dengan Jumlah Kemungkinan Genotipe pada F2 B. Menghitung Genotipe dan Fenotipe Hasil Keturunan Perbandingan fenotipe F2 Jumlah perbandingan F2 Jumlah jenis fenotipe F2 Jumlah jenis genotipe F2 Jumlah jenis gamet F2 Jumlah sifat beda 3 : 1 4 2 31 = 3 21 = 2 1 9 : 3 : 3 : 1 16 4 32 = 9 22 = 4 2 27 : 9 : 9 : 9 : 3 : 3: 3 : 1 64 8 33 = 27 23 = 8 3 81 : 27 : 27 : 27 : 27 : 9 : 9 : 9 : 3 : 3 : 3: 3 : 1 256 16 34 = 81 24 = 26 4 4n 2n 3n 2n n
  • 12. C. Menentukan Genotipe Induk III. Menghitung Macam Gamet, Genotipe, dan Fenotipe Fenotipe induk dapat ditentukan dengan langkah sebagai berikut: • Menentukan genotipe keturunannya yang homozigot resesif • Memisahkan dan meletakkan alel-alel keturunannya yang homoigot resesif tersebut di kedua induknya
  • 13. IV. Penyimpangan Semu Hukum Mendel 1. Kodominan (Codominance) A. Interaksi Antaralel 2. Dominansi Tidak Sempurna (Incomplete Dominance Intermediet) Fenotipe Jenis gamet Genotipe MN LM dan LN LMLN M LM LMLM N LN LNLN Fenotipe Jenis gamet Genotipe Merah R RR Merah muda R dan r Rr Putih r rr
  • 14. IV. Penyimpangan Semu Hukum Mendel 3. Alel Ganda Merupakan suatu gen yang memiliki lebih dari dua alel. Contoh: • Golongan darah sistem ABO, dengan hierarki dominansinya yaitu alel IA = IB > IO • Warna rambut kelinci dengan hierarki dominansinya yaitu warna penuh abu-abu (C) > chinchilla (cch) > himalayan (ch) > albino (c). A. Interaksi Antaralel Genotipe yang mungkin Fenotipe CC, Ccch, Cch, Cc Warna penuh (abu-abu) cch cch Chinchilla Cch ch, cchc Abu-abu muda ch ch, ch c Himalayan cc Albino Jenis warna rambut kelinci
  • 15. IV. Penyimpangan Semu Hukum Mendel Alel ganda pada warna rambut kelinci A. Interaksi Antaralel
  • 16. IV. Penyimpangan Semu Hukum Mendel 4. Alel Letal Adalah alel yang menyebabkan kematian pada individu yang memilikinya. A. Interaksi Antaralel a. Alel letal dominan Individu dengan alel letal dominan akan letal (mati sebelum lahir), sedangkan yang bergenotipe heterozigot akan mengalami subletal Contoh: ayam creeper (redep) c C Cc (creeper) CC (letal) C cc (normal) Cc (creeper) c b. Alel letal resesif Alel letal resesif hanya menyebabkan kematian pada individu yang bergenotipe homozigot resesif. Contoh: sapi bulldog g G Gg (dexter) GG (kerry) G gg (letal) Gg (dexter) g c. Alel subletal Adalah alel homozigot dominan atau homozigot resesif yang menyebabkan kematian individu pada usia anak-anak hingga dewasa. Contoh: talasemia th Th Thth (minor) ThTh (subletal) Th thth (normal) Thth (minor) th
  • 17. B. Interaksi Genetik IV. Penyimpangan Semu Hukum Mendel 1. Atavisme Adalah interaksi beberapa gen yang menghasilkan sifat baru. Terjadi pada bentuk jengger ayam ras (negeri). Fenotipe Genotipe Walnut R*P* Rose R*pp Pea rrP* Single rrpp Keterangan: Tanda * = gen dominan atau gen resesif Atavisme pada bentuk jengger ayam
  • 18. B. Interaksi Genetik IV. Penyimpangan Semu Hukum Mendel 2. Epistasis dan Hipostasis Merupakan bentuk interaksi ketika suatu gen mengalahkan gen lainnya yang bukan sealel. a. Epistasis dominan Terjadi ketika gen yang menutupi kerja gen lainnya bersifat dominan. Contoh: karakter warna buah labu (Cucurbita pepo L.). Fenotipe Genotipe Putih P*K* Putih P*kk Kuning ppK* Hijau ppkk Genotipe dan fenotipe karakter warna buah labu b. Epistasis resesif Terjadi ketika gen yang menutupi kerja gen lainnya bersifat resesif. Contoh: karakter warna rambut tikus. Fenotipe Genotipe Abu-abu B*G* Hitam B*gg Putih pp** Genotipe dan fenotipe karakter warna rambut tikus
  • 19. B. Interaksi Genetik IV. Penyimpangan Semu Hukum Mendel c. Epistasis gen dominan rangkap Terjadi jika dua gen dominan atau lebih menghasilkan satu fenotipe dominan yang sama Contoh: karakter bentuk kapsul biji tanaman. Capsella bursa-pastoris Fenotipe Genotipe Segitiga A*B* Segitiga A*bb Segitiga aaB* Oval aabb Genotipe dan fenotipe karakter bentuk kapsul biji d. Epistasis gen rangkap dengan efek kumulatif Terjadi jika kondisi dominan (homozigot atau heterozigot), pada salah satu lokus menghasilkan fenotipe yang sama. Contoh: karakter warna biji gandum Fenotipe Genotipe Ungu tua A*B* Ungu A*bb Ungu aaB* Putih aabb Genotipe dan fenotipe karakter warna biji gandum
  • 20. B. Interaksi Genetik IV. Penyimpangan Semu Hukum Mendel 3. Polimeri Adalah interaksi dua gen atau lebih yang memengaruhi dan menguatkan suatu sifat yang sama. Contoh: karakter warna biji gandum Triticum sp., pigmentasi kulit, tinggi badan, pigmentasi iris mata, dan berat buah- buahan. 4. Kriptomeri Adalah sifat gen dominan yang tersembunyi jika berdiri sendiri, tetapi akan tampak pengaruhnya jika bertemu dengan gen dominan lainnya yang bukan sealel. Contoh: karakter warna bunga Linaria maroccana. 5. Komplementer Adalah interaksi antar gen-gen dominan yang saling melengkapi dalam mengekspresikan suatu sifat. Contoh: karakter bunga Lathyrus odoratus. Genotipe Plasma sel Fenotipe pH Antosianin A*B* Basa + Ungu A*bb Asam + Merah aaB* atau aabb Basa/asam - Putih Fenotipe Genotipe Ungu C*P* Putih C*pp Putih CcP* Putih ccpp
  • 21. A. Tautan (Linkage) V. Tautan, Pindah Silang, dan Gagal Berpisah 1. Tautan Autosomal Dipelajari melalui penelitian terhadap karakter sayap lalat buah (Drosophila melanogaster). Warna hitam dan bersayap vestigial merupakan sifat mutan dari warna abu-abu dan bersayap normal. Gen-gen yang mengendalikan sifat-sifat tersebut, yaitu B (abu-abu), b (hitam), V (normal), dan v (vestigial). Jika terjadi tautan gen BV dan bv maka persilangan yang akan terjadi yaitu sebagai berikut. P : BbVv >< bbvv abu-abu normal hitam vestigial G : BV, bv bv F : bv BV bbvv BbVv bv Tautan adalah peristiwa dua gen atau lebih yang terletak pada kromosom yang sama dan tidak dapat memisah secara bebas pada waktu pembelahan meiosis.
  • 22. A. Tautan (Linkage) V. Tautan, Pindah Silang, dan Gagal Berpisah 2. Tautan Seks (Sex Linkage) Dipelajari melalui penelitian terhadap karakter warna mata lalat buah (Drosophila melanogaster). Thomas Hunt Morgan menemukan bahwa gen warna mata tertaut pada kromosom kelamin X. Pada kromosom kelamin Y, tidak terdapat alel warna mata. P : XMXm >< XMY mata merah mata merah G : XM, Xm XM, Y F : Xm XM XMXm ♀ mata merah XMXM ♀ mata merah XM XmY ♂ mata putih XMY ♂ mata merah Y Lalat buah yang bermata putih selalu berjenis kelamin jantan.
  • 23. B. Pindah Silang (Crossing Over) V. Tautan, Pindah Silang, dan Gagal Berpisah Pindah silang adalah bertukarnya gen-gen yang terdapat dalam suatu kromosom dengan gen-gen yang terletak pada kromosom lainnya yang sehomolog maupun yang bukan homolog. Pindah silang menyebabkan terjadinya rekombinan (RK). Nilai pindah silang (Nps) dapat diketahui dari perbandingan antara jumlah rekombinan dengan jumlah seluruh keturunan yang dihasilkan. C. Gagal Berpisah (Nondisjunction) Gagal berpisah adalah peristiwa gagalnya satu kromosom atau lebih untuk berpisah ke arah kutub yang berlawanan pada saat anafase meiosis I maupun meiosis II, yang disebabkan oleh mutagen. Pada manusia, gagal berpisah dapat menyebabkan sindrom Down (45A + XX atau XY), sindrom Turner (44A + X), sindrom Klinefelter (44A + XXY), sindrom X tripel atau wanita super (44A + XXX), sindrom Jacobs (44A + XXY), dan sindrom Y (44A + Y).
  • 24. A. Penentuan Jenis Kelamin pada Tumbuhan VI. Menentukan Jenis Kelamin (Determinasi Seks) Umumnya hermaprodit dimana kelamin jantan (benang sari) dan betina (putik) ada dalam satu bunga, Namun beberapa dapat dibedakan dengan system XY, dengan gonosom XY untuk jantan dan gonosom XX untuk betina B. Penentuan Jenis Kelamin pada Hewan a. Tipe X/A Perimbangan jumlah gonosom X dengan jumlah set autosom. X/A = 1 menjadi Betina X/A = 0,5 menjadi Jantan b. Tipe XO Individu kromosom XX menjadi betina, sedangkan yang hanya memiliki satu kromosom X (XO) menjadi jantan c. Tipe ZW Individu ZW adalah beetina, dan individu ZZ adalah jantan d. Tipe ploidi Individu haploid (n) yang dibuahi spermatozoa haploid (n) akan menjadi individu diploid (2n) berjenis kelamin betina “ratu”. Individu haploid (n) tidak dibuahi akan berjenis kelamin jantan.