SlideShare a Scribd company logo
1 of 41
HAK DAN KEWAJIBAN JAMAAH
HAJI
(Konteks Pembinaan,
Pelayanan,Perlindungan)
disampaikan pada Binsik KUA Bogor
Utara
Rabu 1 Juni 2022
Sejarah dan Haji Dalam
Angka
SEJARAH PENYELENGGARAAN HAJI DI
INDONESIA
1893, ketika pemerintah kolonial Hindia Belanda membuka membolehkan pihak-pihak swasta turut
mensukseskan usaha ini. Dan akhirnya menjadi bumerang bagi dirinya. Munculnya berbagai biro swasta
turut melaksanakan perjalanan perjalanan haji ini justru dijadikan kedok mengeruk keuntungan dibalik misi
suci yang selalu diserukan tanpa memperhatikan keselamatan haji. Ini yang banyak dilupakan orang
sekarang, lupa bagaimana bisnis biro haji pertama yang dilakukan oleh Agen Herllots dan Firma Alsegoff&co
yang hanya mencari keuntungan dan tak perduli pada jemaahnya.
1912, Muhammadiyah yang didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan mendirikan Bagian Penolong Haji yang
diketuai oleh KH. M. Sudjak.
1928, Muhammadiyah gencar melakukan sosialisasi perbaikan layanan haji, sedangkan Nahdhatul Ulama
(berdiri 31 Januari 1926 di Jawa Timur) melakukan hubungan kekerabatan dengan Arab Saudi melalui
delegasinya saat itu KH Abdul Wahab Abdullah dan Syeikh Ahmad Chainaim Al Amir untuk menghadap
Raja Saud untuk meminta diberikan kemudahan dan kepastian tarif haji yang kala itu diselenggarakan oleh
para syeikh, namun tetap tarif ditentukan.
SEJARAH PENYELENGGARAAN HAJI DI
INDONESIA
1922, Volksraad (semacam dewan perwakilan rakyat Hindia-Belanda) mengadakan perubahan dalam
ordinasi haji yang dikenal dengan Pilgrim Ordonasi 1922 yang menyebutkan bahwa bangsa pribumi dapat
mengusahakan pengakutan calon haji. Pelgrims Ordonnantie Staatsblad 1922 Nomor 698, Staatsblad 1927-
Nomor 508 seperti telah diubah dan ditambah, terakhir dengan Staatsblad 1931 Nomor 44 tentang Pass
perjalanan haji dan Staatsblad 1947 Nomor 50. (Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun
1960 Tentang Penyelenggaraan Urusan Haji).
1932, Pilgrim ordinantie 1922 pada artikel (semacam pasal dalam undang-undang) 22 diubah dengan
adanya tambahan artikel 22a melalui Staatblaad (semacam lembar negara saat itu) Tahun 1932 Nomor 544.
Perubahan itu yang memberikan dasar hukum atas pemberian ijin bagi organisasi bangsa Indonesia yang
dapat dipercaya dengan baik (banafide) untuk mengadakan pelayaran haji dan perdagangan.
1930, Kongres Muhammadiyah ke-17 di Minangkabau merekomendasikan untuk membangun pelayaran
sendiri bagi jemaah haji Indonesia.
SEJARAH PENYELENGGARAAN HAJI DI
INDONESIA
1947, Masyumi yang dipimpin oleh KH. Hasjim Asj'ari mengeluarkan fatwa dalam Maklumat Menteri Agama
Nomor 4 Tahun 1947, yang menyatakan bahwa ibadah haji dihentikan selama dalam keadaan genting.
1948, Indonesia mengirimkan misi haji ke Makkah dan mendapat sambutan hangat dari Raja Arab Saudi.
Tahun itu, Bendera Merah Putih pertama kali dikibarkan di Arafah.
Dalam perkembangan selanjutnya pada 1948 pemerintah Indonesia dalam hal ini Departemen Agama
dibawah pimpinan Menteri Agama kala itu, KH Masjkur mengambil kebijakan, mengirim misi haji I ke Makkah
di bawah pimpinan KRH Moh Adnan dengan anggotanya antara lain: Ustadz H Ismail Banda (salah satu
pendiri Alwashliyah, Alwashliyah berdiri 30 Nopember 1930), H Saleh Suady, H Samsir Sultan Ameh, untuk
menghadap Raja Saudi Arabia Ibnu Saud.
SEJARAH PENYELENGGARAAN HAJI DI
INDONESIA
1951, Keppres Nomor 53 Tahun 1951, menghentikan keterlibatan pihak swasta dalam penyelenggaraan
ibadah haji dan mengambil alih seluruh penyelenggaraan haji oleh pemerintah.
1952, Dibentuk perusahaan pelayaran PT. Pelayaran Muslim sebagai satu-satunya Panitia Haji dan
diberlakukan sistem quotum (kuota) serta pertama kali diberlakukan transportasi haji udara.
1959, Menteri Agama mengeluarkan SK Menteri Agama Nomor 3170 tanggal 6 Februari 1950 dan Surat
Edaran Menteri Agama di Yogyakarta Nomor A.III/648 tanggal 9 Februari 1959 yang menyatakan bahwa satu-
satunya badan yang ditunjuk secara resmi untuk menyelenggarakan perjalanan haji adalah Yayasan
Penyelenggaraan Haji Indonesia (YPHI).
1960, Keluarnya perturan pertama tentang penyelenggaraan ibadah haji melalui Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 3 Tahun 1960 Tentang Penyelenggaraan Urusan Haji. Hal pertama sekali terbentuk Panitia
Negara Urusan Haji, yang selanjutnya disebutkan PANUHAD yang sekarang disebut PPIH (Panitia
Penyelenggaraan Ibadah Haji). Selanjutnya menjadi PPPH (Panitia Pemberangkatan dan Pemulangan Haji)
Tahun 1962 dan selanjutnya dibubarkan pada tahun 1964 dan kewenangan penyelenggaraan haji diambil alih
oleh pemerintah melalui Dirjen urusan Haji (DUHA).
SEJARAH PENYELENGGARAAN HAJI DI
INDONESIA
1965, Dikeluarkan Kepres Nomor 122 Tahun 1964 tentang Penyelenggaraan Urusan Haji yang PT. Arafat pada
tanggal 1 Desember 1964 yang bergerak di bidang pelayaran dan khusus melayani perjalanan haji (laut).
Hanya mampu memberangkatkan 15.000 jemaah melalui laut.
1969, Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1969, Pemerintah mengeluarkan kebijaksanaan mengambil alih
semua proses penyelenggaraan perjalanan haji oleh Pemerintah. Hal ini disebabkan karena banyaknya calon
jemaah haji yang gagal diberangkatkan oleh orang-orang atau badan-badan swasta, bahkan calon-calon yang
mengadakan kegiatan usaha penyelenggaraan perjalanan haji.
1975, PT Arafah mengalami kesulitan keuangan dan pada tahun 1976 gagal memberangkatkan haji karena
pailit.
1979, Keputusan Menteri Perhubungan No. SK-72/OT.001/Phb-79, memutuskan untuk meniadakan
pengangkutan jemaah haji dengan kapal laut dan menetapkan penyelenggaraan angkutan haji dilaksanakan
dengan pesawat udara.
SEJARAH PENYELENGGARAAN HAJI DI
INDONESIA
1985, Pemerintah kembali mengikutsertakan pihak swasta dalam penyelenggaraan haji.
1999, Pertama sekali adanya dasr hukum tentang penyelenggaraan haji dalam produk hukum Undang-Undang
yaitu dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan
memandatkan pelayanan, pembinaan dan perlindungan bagi jemaah haji. Kuota terbagi menjadi 2, yakni Haji
Reguler dan Haji Khusus. Pendaftaran haji regular melalui Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu.
Perkembangan lanjutan dengan diberlakukannya pertama sekali setoran awal sebesar Rp 5.000.000 yang
disimpan dalam tabungan atas nama jemaah haji.
2001, Setoran awal bagi jemaah haji regular naik menjadi Rp 20.000.000 yang disimpan dalam tabungan atas
nama jemaah haji. Terbitnya Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2001 Tentang Badan
Pengelola Dana Abadi Umat sebagai salah satu mandat Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1999.
2004, Setoran awal bagi jemaah haji reguler sebesar Rp 20.000.000 yang disimpan dalam rekening atas nama
Menteri Agama.
SEJARAH PENYELENGGARAAN HAJI DI
INDONESIA
2008, Penyempurnaan kembali Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1999 dengan ditetapkannya Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji. Pendaftaran dilakukan sepanjang tahun
melalui SISKOHAT dengan prinsip first come first served.
2010, Setoran awal bagi jemaah haji reguler naik menjadi Rp 25.000.000 yang disimpan dalam rekening atas
nama Menteri Agama.
2013, Peluncuran Siskohat Generasi Kedua; Pemotongan Kuota Haji Indonesia sebesar 20% dari Kuota dasar
sebagai dampak proyek perluasan Masjidil Haram; Migrasi Bank Penerima Setoran Biaya Penyelenggaraan
Ibadah Haji dari Bank Konvensional ke Bank Syariah/Unit Usaha Syariah.
SEJARAH PENYELENGGARAAN HAJI DI
INDONESIA
2014, Ditetapkannya Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Haji yang salah
satu mandatnya adalah membentuk Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) dengan target terbentuknya
pada bulan September 2015. Lahirnya UU ini merupakan tekad dan semangat baru dalam pengelolaan
keuangan haji dalam menghadirkan negara dalam keberpihakannya kepada calon/jemaah haji dan
masyarakat; Penyerapan kuota jemaah haji secara transparan dan akuntable sesuai dengan urutan porsi;
Pelayanan akomodasi setara hotel berbintang 3, upgrade bus shalawat dan operasional 24 jam Pemondokan-
Masjidil Haram; Penghematan biaya operasional penyelenggaraan haji dengan tidak mengurangi layanan
kepada jemaah haji; Revitalisasi Asrama Haji.
2015, Tujuh penguatan haji. Pertama, Kebijakan Pelunasan Dalam Dua Tahap. Kedua, Kebijakan Kedatangan
Jemaah Haji Gelombang Pertama. Ketiga, Hotel di Makkah dan Madinah Setara Hotel Bintang Tiga. Keempat,
Upgrade Transportasi Antar Kota Perhajian. Kelima, Layanan Katering. Keenam, Karpet baru dan Penyejuk
Udara di Armina. Ketujuh, Aplikasi Haji Pintar.
MENGURUS
BANYAK
ORANG
MENGELOLA
BANYAK
UANG
NEGERI
ORANG RAGAM
STRATA
SOSIAL
SATU
TEMPAT
DAN
WAKTU
MELIBATKAN
BANYAK
PIHAK
HAJI
Lingkaran
PEMBINAAN PELAYANAN PERLINDUNGAN
PENINGKATAN YANG BERKELANJUTAN
MANDAT UNDANG-UNDANG
PENYELENGGARAAN HAJI
Lima
Budaya
Kerja
Lima
Budaya
Kerja
Lima Budaya Kerja
Lima Budaya Kerja
FUNDAMEN
PENYELENGGARAAN
HAJI
0
100
201000
20000
194000
17000
155200
13600
155200
13600
155200
13600
Kuota Haji Reguler Kuota Haji Khusus
2011 201000 20000
2012 194000 17000
2013 155200 13600
2014 155200 13600
2015 155200 13600
STATISTIK KUOTA HAJI LIMA TAHUN TERAKHIR
2011
2012
2013
2014
2015
2013-2015, masih berlaku
pemotongan kuota sebesar 20
persen dari kuota dasar 211.000
sebagai dampak perluasan
Masjidil Haram
KUOTA HAJI INDONESIA
Berdasarkan keputusan rapat menteri
luar negeri negara-negara Organisasi
Konferensi Islam (OKI) tahun 1978
disepakati pembatasan jumlah
jemaah haji setiap negara sebesar
1:1000 dari total jumlah penduduk
(yang bergama Islam). Kuota jemaah
haji Indonesia yang disepakati dalam
MoU Persiapan Haji 2013 sebanyak
211.000 orang berdasarkan jumlah
penduduk Republik Indonesia yang
tercatat di PBB. Pada 6 Juni 2013
Pemerintah Indonesia mendapat
surat pemberitahuan dari Pemerintah
Arab Saudi tentang kebijakan
pengurangan kuota haji sebesar 20
persen untuk seluruh negara tanpa
terkecuali karena adanya proyek
perluasan Masjidil Haram.
PROFILE JEMAAH HAJI TIBA DI ARAB SAUDI
TAHUN 1436H/2015M
JUMLAH %
1 LAKI - LAKI
69,300 44.87
2 PEREMPUAN
85,154 55.13
JUMLAH
154,454 100.00
Berdasarkan Jenis Kelamin
JUMLAH %
1 BELUM HAJI
152,054 98.45
2 SUDAH HAJI
2,400 1.55
JUMLAH
154,454 100.00
Berdasarkan Status Haji
Berdasarkan Pendidikan
JUMLAH %
1 SD 52,500 33.99
2 SLTP 18,860 12.21
3 SLTA 37,811 24.48
4 SARJANA MUDA 10,247 6.63
5 S1 29,778 19.28
6 S2 4,761 3.08
7 S3 298 0.19
8 LAIN-LAIN 199 0.13
JUMLAH 154,454 100.00
JUMLAH %
1 PNS 31,203 20.20
2 TNI/POLRI 1,271 0.82
3 DAGANG 13,126 8.50
4 TANI 19,801 12.82
5 PEGAWAI SWASTA 34,241 22.17
6 IBU RUMAH TANGGA 42,954 27.81
7 PELAJAR/MAHASISWA 1,682 1.09
8 PEG. BUMN 2,917 1.89
9 PENSIUN/LAIN-LAIN 7,259 4.70
JUMLAH 154,454 100.00
Berdasarkan Pekerjaan
JUMLAH %
1 S.D. 20 TH 283 0.18
2 21 S.D. 30 TH 3,106 2.01
3 31 S.D. 40 TH 16,640 10.77
4 41 S.D. 50 TH 43,082 27.89
5 51 S.D. 60 TH 52,244 33.82
6 61 S.D. 70 TH 28,101 18.19
7 71 S.D. 74 TH 4,340 2.81
8 75 S.D. KE ATAS 6,658 4.31
JUMLAH 154,454 100.00
Berdasarkan Kelompok Umur
STATISTIK JEMAAH HAJI KHUSUS 2015
LAKI - LAKI
45%
PEREMPUAN
55%
PROFIL JEMAAH HAJI KHUSUS
BERDASARKAN JENIS KELAMIN
LAKI - LAKI PEREMPUAN
 Kuota haji khusus sebanyak 13.600. Jumlah yang melunasi tahun
2015 sebanyak 16.797. Adapun jemaah yang berangkat sebanyak
13.116
 Jemaah yang sudah melakukan pelunasan tidak berangkat
disebabkan membatalakan diri, wafat, sakit, alasan kantor dll.
 Menjadi prioritas keberangkatan tahun 2016 (bagi jemaah haji yang
tidak membatalkan diri atau wafat)
96%
4%
PROFIL JEMAAH HAJI KHUSUS BERDASARKAN STATUS
HAJI-BELUM HAJI
BELUM HAJI
SUDAH HAJI
S.D. 20 TH 21 S.D. 30
TH
31 S.D. 40
TH
41 S.D. 50
TH
51 S.D. 60
TH
61 S.D. 70
TH
71 S.D. 74
TH
75 S.D. KE
ATAS
Series1 30 371 2,000 4,159 3,874 1,982 368 298
30
371
2,000
4,159
3,874
1,982
368 298
PROFIL JEMAAH HAJI KHUSUS BERDASARKAN USIA
HAK DAN KEWAJIBAN
JAMAAH HAJI
UU N0 13 TAHUN 2008 TENTANG
PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI
A. Pemerintah berkewajiban melakukan pembinaan, pelayanan, dan perlindungan
dengan menyediakan layanan administrasi, bimbingan Ibadah Haji, Akomodasi,
Transportasi, Pelayanan Kesehatan, keamanan, dan hal-hal lain yang diperlukan
oleh Jemaah Haji. (Pasal 6)
B. Pemerintah sebagai penyelenggara Ibadah Haji berkewajiban mengelola dan
melaksanakan Penyelenggaraan Ibadah Haji. (Pasal 10: 1)
Pembinaan Haji adalah serangkaian kegiatan yang meliputi penyuluhan dan
bimbingan bagi jamaah haji dan petugas haji, PIHK, serta lembaga atau ormas
yang terkait dengan haji.
C. Kewajiban CJH : membayar porsi dan pelunasan BPIH,mengikuti seluruh kebijakan
haji yang dibuat oleh regulator/kemenag sebagai leading sector
D.HAK CJH : MENDAPATKAN PEMBINAAN,PELAYANAN DAN PERLINDUNGAN DAN
HAL-HAL LAIN YANG DIPERLUKAN OLEH CJH
KEBIJAKAN PEMBINAAN HAJI
A. Pembinaan Jemaah di Tanah Air :
1. Tujuan bimbingan : memberikan bekal pengetahuan kepada
jemaah tentang pelaksanaan dan tata cara ibadah haji di
tanah air dan Arab Saudi
2. Ruang lingkup : manasik haji, proses perjalanan haji, akhlakul
karimah, adat istiadat/budaya Arab Saudi agar jemaah haji
dapat melaksanakan ibadah haji dengan tertib, lancar, aman, dan
nyaman sesuai tuntunan syariat agar jemaah haji mandiri
dalam melaksanakan ibadahnya.
3. Bimbingan manasik dan pelayanan haji secara langsung/tatap
muka di Kecamatan dan Kabupaten/kota dan bimbingan
manasik/penyuluhan melalui media TV dalam bentuk talkshow.
4. Bimbingan haji oleh pemerintah, ditingkat KUA Kecamatan
dan ditingkat Kabupaten/Kota.
5. Bimbingan jemaah selama di embarkasi, terkait
dengan kesiapan keberangkatan, kesehatan, penerimaan
uang living cost, paspor, gelang identitas dan
peribadatan, dikoordinasikan oleh PPIH embarkasi dengan
petugas kloter (TPHI, TPIHI dan TKHI).
6. Bimbingan diarahkan pada kemandirian jemaah dalam
melaksanakan kegiatan peribadatan dan manasik haji
dalam rangka mencapai tujuan kemabruran haji.
B. Bimbingan Selama Dalam Perjalanan.
Bimbingan selama dalam perjalanan dan selama dalam penerbangan,
meliputi : manasik haji, peribadatan, ziarah, informasi tentang
perhajian dan peraturan/ketentuan pemerintah Arab Saudi yang harus
diketahui dan dipatuhi setiap jemaah haji.
C. Bimbingan Selama di Saudi Arabiah ;
Bimbingan jemaah selama di Madinah, Makkah dan ARMINA.
1. Di Madinah, meliputi kegiatan shalat Arbain, ziarah dan pelaksanaan
niat ihram bagi jemaah gelombang I.
2. Di Makkah, meliputi tata cara pelaksanaan haji, baik haji
Tamattu, Ifrad maupun Qiran, serta kesiapan keberangkatan ke
Arafah dan pemantauan ibadah bagi jemaah sakit serta DAM.
3. Di ARMINA
- Di Arafah tentang bimbingan wukuf
- Di Muzdalifah tentang bimbingan mabit
- Di Mina tentang mabit, melontar jamarat dan nafar.
BIMBINGAN
JEMAAH HAJI
Nilai Harapan Mendatang:
 Pengembangan struktur
 Intensifikasi pranata sosial
keagamaan
 Peningkatan kompetensi
SDM struktur
 Penambahan jumlah
manasik
KARAKTERISTIK JAMAAH
1. Ikut Kelompok Bimbingan : (Trend, Teman, Ketergantungan,
Mandiri dll).
2. Ikut Bimbingan Kemenag/KUA : ( Merasa Wajib,
mempermantap, dll).
3. Tidak Ikut Kedua-duanya : (Intelektual, sibuk, menambah
biaya, dll) haji-nya minimalis – pake doa sapu jagad.
4. Jamaah yang Mandiri :
Ekonomi
Kesehatan
Pengetahuan Ibadah Haji Maupun Umrah.
Petugas Haji
Penyelenggaraan ibadah haji dilaksanakan oleh :
1. Unit permanen sistem, yaitu Kementerian Agama Pusat (Direktorat
Jenderal PHU), Kanwil Kementerian Agama, Kantor Kementerian
Agama Kabupaten/kota dan Kecamatan.
2. Non permanen sistem yang bersifat ad hoc, terdiri dari PPIH Pusat,
PPIH Embarkasi, PPIH Arab Saudi dan petugas yang menyertai
jemaah (TPHI, TPIHI, TKHI, TPHD/TKHD).
3. Petugas haji harus memiliki komitmen, kompetensi dan integritas
serta bertanggungjawab terhadap ketertiban, keamanan, kelancaran
dan keabsahan jemaah dalam melaksanakan ibadah.
4. Petugas haji harus mampu mengelola kloter dengan baik,
berkoordinasi, mengantisipasi permasalahan yang mungkin timbul dan
memberikan solusi tepat dan cepat bagi kepentingan jemaah.
PETUGAS HAJI
• Materi
pelatihan
• Kemampuan
teknis
lapangan
• Bahasa
• Penguasaan
Area
• Petugas haji
melekat di
Kloter dan
travel (PIHK)
Praktek di
Lapangan
Training
need
assessment
Metode dan
teknik
pelatihan
Monitoring
dan
evaluasi
hasil
pelatihan
Permasalahan Umum
PETUGAS HAJI
PROFESIONAL
DAN MELAYANI
Training
Pre training
Post training
On going
training
Training
need
assesment
Metode dan teknik
pelatihan
Monitoring
dan evaluasi
hasil
pelatihan
EKSPEKTASI PETUGAS
HAJI
 Integritas
 Profesionalitas
 Inovatif
 Bertanggungjawab
 Keteladanan
REKRUITMEN PETUGAS
HAJI
 Terbuka
 Transparan
 Bersaing
 Tidak Diskriminatif
0
200
400
600
800
1000
1200
TPHI TKHI TPIHI Non
Kloter
TPHD
Series1 376 1126 374 631 1141
376
1126
374
631
1141
PETUGAS HAJI INDONESIA
Nilai Harapan Mendatang:
 Pengembangan metode pelatihan
 Spesifikasi rekruitmen
 Rasio
 Pengembangan struktur PPIH
Implementasi:
 Penguatan struktur organisasi
 Rekruitmen
Hasil Survey BPS dan
Biaya Haji: BPIH Turun
Kepuasan Naik
2011 2012 2013 2014 2015
Rata-Rata BPIH 3533 3613 3528 3219 2717
3533 3613 3528
3219
2717
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
RATA-RATA BPIH
Turun 502
Dollar
2011 2012 2013 2014 2015
Rata-Rata Hasil
Survey BPS
83.31 81.32 82.69 81.52 82.6
83.31
81.32
82.69
81.52
82,67
RATA-RATA HASIL SURVEI BPS
BPIH Turun
Kepuasan Naik
RATA-RATA BPIH DAN HASIL SURVEI KEPUASAN HAJI
DALAM LIMA TAHUN TERAKHIR
Faktor pendorong peningkatan pelayanan penerbangan, pemondokan dan katering (±78 persen). Transportasi di Arab Saudi,
pelayanan petugas kloter, petugas non-kloter, pelayanan ibadah, dll (±22 persen). Kepuasan naik dan berbanding terbalik
dengan penurunan BPIH.
B. Pelayanan Dalam Negeri-
Pelayanan Luar Negeri
untuk CJH
B.Kebijakan Pelayanan Haji, adalah
jamaah haji mendapatkan manasik
haji, diberangkatkan ke tanah suci,
mendapatkan pemondokan,
diwukufkan di arafah dan dipulangkan
ke tempat asalnya.
Masalah Umum:
 Peraturan Daerah
 Embarkasi
 Transportasi
 Dokumen Haji
 Terapan Antrian
 Broker
 Majmuah
 Peraturan Arab Saudi
 Diplomatik
 Penerbangan
 Identitas Jemaah
 Haji Khusus
 Keberpihakan Antrian dan Pelunasan
(seuai alokasi)
 Akomodasi (setara hotel bintang 3-4)
 Katering (gratis di Makkah, cita
nusantara)
 Transportasi (upgread)
 Penerbangan (delay rata-rata 1,5 jam)
 Managemen krisis (sukses Linjam)
 Asrama haji (UPT)
Implementasi:  BPKH
 Modernisasi Asrama Haji
 Akomodasi (penguatan)
 Katering (penguatan)
 Penerbangan (penguatan)
 Dokumen haji (penguatan)
 Transportasi (penguatan)
 Penyempurnaan Struktur PPIH
 Open Publik Peserta Haji Online
(finance dan waiting list)
 Short proses daftar dan lunas
(manual dan online)
 Hubungan industrial (Asosiasi-
PIHK-Pemerintah)
Nilai Harapan:
C. Perlindungan CJH
PERLINDUNGAN KESEHATAN
PERLINDUNGAN KEAMANAN
PERLINDUNGAN KENYAMANAN
 Pengetahuan dan pengalaman
 Ketokohan ulama (kharismatik)
 Kejujuran riwayat kesehatan
 Tingkat kepuasan (Utility)
 Penyempurnaan Struktur PPIH
 Kriminalitas
 Budaya lokal
Masalah Umum: Implementasi:
 TNI/POLRI
 Ketokohan ulama
 Kejujuran riwayat kesehatan
 Barang Bawaan
 Pembakuan Managemen Krisis
 Penyempurnaan Struktur PPIH
 Penguatan (perbanyak TNI/POLRI)
 Identitas Jemaah Haji (GPS)
 Kajian budaya local
 Penguatan kekerabatan
professional ulama lokal
Nilai Harapan:
INDIKATOR KEBERHASILAN PENYELENGGARAN HAJI
 Jemaah haji yang telah mendaftar dan memenuhi syarat, seluruhnya dapat
diberangkatkan ke Arab Saudi.
 Jemaah haji yang telah berada di Arab Saudi, seluruhnya memperoleh
pemondokan (akomodasi), katering, transportasi, dan pelayanan kesehatan.
 Seluruh jemaah haji yang berada di Arab Saudi dapat melaksanakan wukuf di
Arafah. Bagi yang sakit disafariwukufkan dan yang meninggal dibadalhajikan.
 Seluruh jemaah haji yang telah menunaikan ibadah haji dipulangkan kembali ke
Tanah Air, kecuali yang wafat.
“Pengelolaan haji itu bukan hanya urusan ibadah, tapi juga urusan
manajerial dan logistik, juga keuangan. Porsi manajerial haji itu jauh lebih
besar ketimbang ibadahnya. Bahkan urusan haji ini bisa lebih
memusingkan ketimbang perang”
___________________________
Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla
"Efisiensi ini tidak boleh menurunkan kualitas layanan jemaah haji. Justru untuk
bisa terus ditingkatkan“
_________________________________
Presiden RI Joko Widodo
Manajemen Haji: Transformasi
Pelayanan Berpihak dan Berkelanjutan
Terima Kasih
Wassalam

More Related Content

Similar to Materi ; Pembinaan,Pelayanan,Perlindungan..pptx

06 petunjuk administrasi perwakafan
06 petunjuk  administrasi perwakafan06 petunjuk  administrasi perwakafan
06 petunjuk administrasi perwakafan
Pristiyanto SS
 
06 petunjuk administrasi perwakafan
06 petunjuk  administrasi perwakafan06 petunjuk  administrasi perwakafan
06 petunjuk administrasi perwakafan
Pristiyanto SS
 

Similar to Materi ; Pembinaan,Pelayanan,Perlindungan..pptx (13)

Pengelolaan wakaf di Pondok Pesantren Darunnajah
Pengelolaan wakaf di Pondok Pesantren DarunnajahPengelolaan wakaf di Pondok Pesantren Darunnajah
Pengelolaan wakaf di Pondok Pesantren Darunnajah
 
Presentasi Sejarah Hukum.pptx
Presentasi Sejarah Hukum.pptxPresentasi Sejarah Hukum.pptx
Presentasi Sejarah Hukum.pptx
 
Peluang dan Tantangan Perkembangan Regulasi Perbankan Syariah di Indonesia
Peluang dan Tantangan Perkembangan Regulasi Perbankan Syariah di IndonesiaPeluang dan Tantangan Perkembangan Regulasi Perbankan Syariah di Indonesia
Peluang dan Tantangan Perkembangan Regulasi Perbankan Syariah di Indonesia
 
06 petunjuk administrasi perwakafan
06 petunjuk  administrasi perwakafan06 petunjuk  administrasi perwakafan
06 petunjuk administrasi perwakafan
 
06 petunjuk administrasi perwakafan
06 petunjuk  administrasi perwakafan06 petunjuk  administrasi perwakafan
06 petunjuk administrasi perwakafan
 
Sejarah tingkatan 4 bab 5 - Kerajaan Islam di Madinah
Sejarah tingkatan 4 bab 5 - Kerajaan Islam di MadinahSejarah tingkatan 4 bab 5 - Kerajaan Islam di Madinah
Sejarah tingkatan 4 bab 5 - Kerajaan Islam di Madinah
 
Ppt kelompok 7
Ppt kelompok 7Ppt kelompok 7
Ppt kelompok 7
 
PPT Pariwisata Halal (1).pdf
PPT Pariwisata Halal (1).pdfPPT Pariwisata Halal (1).pdf
PPT Pariwisata Halal (1).pdf
 
Ppt manajemen koperasi & umkm
Ppt manajemen koperasi & umkmPpt manajemen koperasi & umkm
Ppt manajemen koperasi & umkm
 
kmk4422009.pdf
kmk4422009.pdfkmk4422009.pdf
kmk4422009.pdf
 
Bab 11 agama kelas 10 sma zakat haji waqaf
Bab 11 agama kelas 10 sma zakat haji waqafBab 11 agama kelas 10 sma zakat haji waqaf
Bab 11 agama kelas 10 sma zakat haji waqaf
 
Ekonomi syariah pp
Ekonomi syariah ppEkonomi syariah pp
Ekonomi syariah pp
 
Wakaf di zaman turki
Wakaf di zaman turkiWakaf di zaman turki
Wakaf di zaman turki
 

Recently uploaded

1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
DessyArliani
 
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
DewiUmbar
 

Recently uploaded (20)

Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.pptPenyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
 
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptxPrakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
 
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Materi Modul 1.4_Fitriani Program guru penggerak
Materi Modul 1.4_Fitriani Program guru penggerakMateri Modul 1.4_Fitriani Program guru penggerak
Materi Modul 1.4_Fitriani Program guru penggerak
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
 
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptxPPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
 
sistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
sistem digesti dan ekskresi pada unggas pptsistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
sistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
 
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru PenggerakSkenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
 
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdfWebinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
 
Bioteknologi Konvensional dan Modern kelas 9 SMP
Bioteknologi Konvensional dan Modern  kelas 9 SMPBioteknologi Konvensional dan Modern  kelas 9 SMP
Bioteknologi Konvensional dan Modern kelas 9 SMP
 
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaPengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
 
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
 
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanTopik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 

Materi ; Pembinaan,Pelayanan,Perlindungan..pptx

  • 1. HAK DAN KEWAJIBAN JAMAAH HAJI (Konteks Pembinaan, Pelayanan,Perlindungan) disampaikan pada Binsik KUA Bogor Utara Rabu 1 Juni 2022
  • 2. Sejarah dan Haji Dalam Angka
  • 3. SEJARAH PENYELENGGARAAN HAJI DI INDONESIA 1893, ketika pemerintah kolonial Hindia Belanda membuka membolehkan pihak-pihak swasta turut mensukseskan usaha ini. Dan akhirnya menjadi bumerang bagi dirinya. Munculnya berbagai biro swasta turut melaksanakan perjalanan perjalanan haji ini justru dijadikan kedok mengeruk keuntungan dibalik misi suci yang selalu diserukan tanpa memperhatikan keselamatan haji. Ini yang banyak dilupakan orang sekarang, lupa bagaimana bisnis biro haji pertama yang dilakukan oleh Agen Herllots dan Firma Alsegoff&co yang hanya mencari keuntungan dan tak perduli pada jemaahnya. 1912, Muhammadiyah yang didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan mendirikan Bagian Penolong Haji yang diketuai oleh KH. M. Sudjak. 1928, Muhammadiyah gencar melakukan sosialisasi perbaikan layanan haji, sedangkan Nahdhatul Ulama (berdiri 31 Januari 1926 di Jawa Timur) melakukan hubungan kekerabatan dengan Arab Saudi melalui delegasinya saat itu KH Abdul Wahab Abdullah dan Syeikh Ahmad Chainaim Al Amir untuk menghadap Raja Saud untuk meminta diberikan kemudahan dan kepastian tarif haji yang kala itu diselenggarakan oleh para syeikh, namun tetap tarif ditentukan.
  • 4. SEJARAH PENYELENGGARAAN HAJI DI INDONESIA 1922, Volksraad (semacam dewan perwakilan rakyat Hindia-Belanda) mengadakan perubahan dalam ordinasi haji yang dikenal dengan Pilgrim Ordonasi 1922 yang menyebutkan bahwa bangsa pribumi dapat mengusahakan pengakutan calon haji. Pelgrims Ordonnantie Staatsblad 1922 Nomor 698, Staatsblad 1927- Nomor 508 seperti telah diubah dan ditambah, terakhir dengan Staatsblad 1931 Nomor 44 tentang Pass perjalanan haji dan Staatsblad 1947 Nomor 50. (Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1960 Tentang Penyelenggaraan Urusan Haji). 1932, Pilgrim ordinantie 1922 pada artikel (semacam pasal dalam undang-undang) 22 diubah dengan adanya tambahan artikel 22a melalui Staatblaad (semacam lembar negara saat itu) Tahun 1932 Nomor 544. Perubahan itu yang memberikan dasar hukum atas pemberian ijin bagi organisasi bangsa Indonesia yang dapat dipercaya dengan baik (banafide) untuk mengadakan pelayaran haji dan perdagangan. 1930, Kongres Muhammadiyah ke-17 di Minangkabau merekomendasikan untuk membangun pelayaran sendiri bagi jemaah haji Indonesia.
  • 5. SEJARAH PENYELENGGARAAN HAJI DI INDONESIA 1947, Masyumi yang dipimpin oleh KH. Hasjim Asj'ari mengeluarkan fatwa dalam Maklumat Menteri Agama Nomor 4 Tahun 1947, yang menyatakan bahwa ibadah haji dihentikan selama dalam keadaan genting. 1948, Indonesia mengirimkan misi haji ke Makkah dan mendapat sambutan hangat dari Raja Arab Saudi. Tahun itu, Bendera Merah Putih pertama kali dikibarkan di Arafah. Dalam perkembangan selanjutnya pada 1948 pemerintah Indonesia dalam hal ini Departemen Agama dibawah pimpinan Menteri Agama kala itu, KH Masjkur mengambil kebijakan, mengirim misi haji I ke Makkah di bawah pimpinan KRH Moh Adnan dengan anggotanya antara lain: Ustadz H Ismail Banda (salah satu pendiri Alwashliyah, Alwashliyah berdiri 30 Nopember 1930), H Saleh Suady, H Samsir Sultan Ameh, untuk menghadap Raja Saudi Arabia Ibnu Saud.
  • 6. SEJARAH PENYELENGGARAAN HAJI DI INDONESIA 1951, Keppres Nomor 53 Tahun 1951, menghentikan keterlibatan pihak swasta dalam penyelenggaraan ibadah haji dan mengambil alih seluruh penyelenggaraan haji oleh pemerintah. 1952, Dibentuk perusahaan pelayaran PT. Pelayaran Muslim sebagai satu-satunya Panitia Haji dan diberlakukan sistem quotum (kuota) serta pertama kali diberlakukan transportasi haji udara. 1959, Menteri Agama mengeluarkan SK Menteri Agama Nomor 3170 tanggal 6 Februari 1950 dan Surat Edaran Menteri Agama di Yogyakarta Nomor A.III/648 tanggal 9 Februari 1959 yang menyatakan bahwa satu- satunya badan yang ditunjuk secara resmi untuk menyelenggarakan perjalanan haji adalah Yayasan Penyelenggaraan Haji Indonesia (YPHI). 1960, Keluarnya perturan pertama tentang penyelenggaraan ibadah haji melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1960 Tentang Penyelenggaraan Urusan Haji. Hal pertama sekali terbentuk Panitia Negara Urusan Haji, yang selanjutnya disebutkan PANUHAD yang sekarang disebut PPIH (Panitia Penyelenggaraan Ibadah Haji). Selanjutnya menjadi PPPH (Panitia Pemberangkatan dan Pemulangan Haji) Tahun 1962 dan selanjutnya dibubarkan pada tahun 1964 dan kewenangan penyelenggaraan haji diambil alih oleh pemerintah melalui Dirjen urusan Haji (DUHA).
  • 7. SEJARAH PENYELENGGARAAN HAJI DI INDONESIA 1965, Dikeluarkan Kepres Nomor 122 Tahun 1964 tentang Penyelenggaraan Urusan Haji yang PT. Arafat pada tanggal 1 Desember 1964 yang bergerak di bidang pelayaran dan khusus melayani perjalanan haji (laut). Hanya mampu memberangkatkan 15.000 jemaah melalui laut. 1969, Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1969, Pemerintah mengeluarkan kebijaksanaan mengambil alih semua proses penyelenggaraan perjalanan haji oleh Pemerintah. Hal ini disebabkan karena banyaknya calon jemaah haji yang gagal diberangkatkan oleh orang-orang atau badan-badan swasta, bahkan calon-calon yang mengadakan kegiatan usaha penyelenggaraan perjalanan haji. 1975, PT Arafah mengalami kesulitan keuangan dan pada tahun 1976 gagal memberangkatkan haji karena pailit. 1979, Keputusan Menteri Perhubungan No. SK-72/OT.001/Phb-79, memutuskan untuk meniadakan pengangkutan jemaah haji dengan kapal laut dan menetapkan penyelenggaraan angkutan haji dilaksanakan dengan pesawat udara.
  • 8. SEJARAH PENYELENGGARAAN HAJI DI INDONESIA 1985, Pemerintah kembali mengikutsertakan pihak swasta dalam penyelenggaraan haji. 1999, Pertama sekali adanya dasr hukum tentang penyelenggaraan haji dalam produk hukum Undang-Undang yaitu dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan memandatkan pelayanan, pembinaan dan perlindungan bagi jemaah haji. Kuota terbagi menjadi 2, yakni Haji Reguler dan Haji Khusus. Pendaftaran haji regular melalui Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu. Perkembangan lanjutan dengan diberlakukannya pertama sekali setoran awal sebesar Rp 5.000.000 yang disimpan dalam tabungan atas nama jemaah haji. 2001, Setoran awal bagi jemaah haji regular naik menjadi Rp 20.000.000 yang disimpan dalam tabungan atas nama jemaah haji. Terbitnya Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2001 Tentang Badan Pengelola Dana Abadi Umat sebagai salah satu mandat Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1999. 2004, Setoran awal bagi jemaah haji reguler sebesar Rp 20.000.000 yang disimpan dalam rekening atas nama Menteri Agama.
  • 9. SEJARAH PENYELENGGARAAN HAJI DI INDONESIA 2008, Penyempurnaan kembali Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1999 dengan ditetapkannya Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji. Pendaftaran dilakukan sepanjang tahun melalui SISKOHAT dengan prinsip first come first served. 2010, Setoran awal bagi jemaah haji reguler naik menjadi Rp 25.000.000 yang disimpan dalam rekening atas nama Menteri Agama. 2013, Peluncuran Siskohat Generasi Kedua; Pemotongan Kuota Haji Indonesia sebesar 20% dari Kuota dasar sebagai dampak proyek perluasan Masjidil Haram; Migrasi Bank Penerima Setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji dari Bank Konvensional ke Bank Syariah/Unit Usaha Syariah.
  • 10. SEJARAH PENYELENGGARAAN HAJI DI INDONESIA 2014, Ditetapkannya Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Haji yang salah satu mandatnya adalah membentuk Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) dengan target terbentuknya pada bulan September 2015. Lahirnya UU ini merupakan tekad dan semangat baru dalam pengelolaan keuangan haji dalam menghadirkan negara dalam keberpihakannya kepada calon/jemaah haji dan masyarakat; Penyerapan kuota jemaah haji secara transparan dan akuntable sesuai dengan urutan porsi; Pelayanan akomodasi setara hotel berbintang 3, upgrade bus shalawat dan operasional 24 jam Pemondokan- Masjidil Haram; Penghematan biaya operasional penyelenggaraan haji dengan tidak mengurangi layanan kepada jemaah haji; Revitalisasi Asrama Haji. 2015, Tujuh penguatan haji. Pertama, Kebijakan Pelunasan Dalam Dua Tahap. Kedua, Kebijakan Kedatangan Jemaah Haji Gelombang Pertama. Ketiga, Hotel di Makkah dan Madinah Setara Hotel Bintang Tiga. Keempat, Upgrade Transportasi Antar Kota Perhajian. Kelima, Layanan Katering. Keenam, Karpet baru dan Penyejuk Udara di Armina. Ketujuh, Aplikasi Haji Pintar.
  • 12. PEMBINAAN PELAYANAN PERLINDUNGAN PENINGKATAN YANG BERKELANJUTAN MANDAT UNDANG-UNDANG PENYELENGGARAAN HAJI Lima Budaya Kerja Lima Budaya Kerja Lima Budaya Kerja Lima Budaya Kerja FUNDAMEN PENYELENGGARAAN HAJI 0 100
  • 13. 201000 20000 194000 17000 155200 13600 155200 13600 155200 13600 Kuota Haji Reguler Kuota Haji Khusus 2011 201000 20000 2012 194000 17000 2013 155200 13600 2014 155200 13600 2015 155200 13600 STATISTIK KUOTA HAJI LIMA TAHUN TERAKHIR 2011 2012 2013 2014 2015 2013-2015, masih berlaku pemotongan kuota sebesar 20 persen dari kuota dasar 211.000 sebagai dampak perluasan Masjidil Haram KUOTA HAJI INDONESIA Berdasarkan keputusan rapat menteri luar negeri negara-negara Organisasi Konferensi Islam (OKI) tahun 1978 disepakati pembatasan jumlah jemaah haji setiap negara sebesar 1:1000 dari total jumlah penduduk (yang bergama Islam). Kuota jemaah haji Indonesia yang disepakati dalam MoU Persiapan Haji 2013 sebanyak 211.000 orang berdasarkan jumlah penduduk Republik Indonesia yang tercatat di PBB. Pada 6 Juni 2013 Pemerintah Indonesia mendapat surat pemberitahuan dari Pemerintah Arab Saudi tentang kebijakan pengurangan kuota haji sebesar 20 persen untuk seluruh negara tanpa terkecuali karena adanya proyek perluasan Masjidil Haram.
  • 14. PROFILE JEMAAH HAJI TIBA DI ARAB SAUDI TAHUN 1436H/2015M JUMLAH % 1 LAKI - LAKI 69,300 44.87 2 PEREMPUAN 85,154 55.13 JUMLAH 154,454 100.00 Berdasarkan Jenis Kelamin
  • 15. JUMLAH % 1 BELUM HAJI 152,054 98.45 2 SUDAH HAJI 2,400 1.55 JUMLAH 154,454 100.00 Berdasarkan Status Haji
  • 16. Berdasarkan Pendidikan JUMLAH % 1 SD 52,500 33.99 2 SLTP 18,860 12.21 3 SLTA 37,811 24.48 4 SARJANA MUDA 10,247 6.63 5 S1 29,778 19.28 6 S2 4,761 3.08 7 S3 298 0.19 8 LAIN-LAIN 199 0.13 JUMLAH 154,454 100.00
  • 17. JUMLAH % 1 PNS 31,203 20.20 2 TNI/POLRI 1,271 0.82 3 DAGANG 13,126 8.50 4 TANI 19,801 12.82 5 PEGAWAI SWASTA 34,241 22.17 6 IBU RUMAH TANGGA 42,954 27.81 7 PELAJAR/MAHASISWA 1,682 1.09 8 PEG. BUMN 2,917 1.89 9 PENSIUN/LAIN-LAIN 7,259 4.70 JUMLAH 154,454 100.00 Berdasarkan Pekerjaan
  • 18. JUMLAH % 1 S.D. 20 TH 283 0.18 2 21 S.D. 30 TH 3,106 2.01 3 31 S.D. 40 TH 16,640 10.77 4 41 S.D. 50 TH 43,082 27.89 5 51 S.D. 60 TH 52,244 33.82 6 61 S.D. 70 TH 28,101 18.19 7 71 S.D. 74 TH 4,340 2.81 8 75 S.D. KE ATAS 6,658 4.31 JUMLAH 154,454 100.00 Berdasarkan Kelompok Umur
  • 19. STATISTIK JEMAAH HAJI KHUSUS 2015 LAKI - LAKI 45% PEREMPUAN 55% PROFIL JEMAAH HAJI KHUSUS BERDASARKAN JENIS KELAMIN LAKI - LAKI PEREMPUAN  Kuota haji khusus sebanyak 13.600. Jumlah yang melunasi tahun 2015 sebanyak 16.797. Adapun jemaah yang berangkat sebanyak 13.116  Jemaah yang sudah melakukan pelunasan tidak berangkat disebabkan membatalakan diri, wafat, sakit, alasan kantor dll.  Menjadi prioritas keberangkatan tahun 2016 (bagi jemaah haji yang tidak membatalkan diri atau wafat) 96% 4% PROFIL JEMAAH HAJI KHUSUS BERDASARKAN STATUS HAJI-BELUM HAJI BELUM HAJI SUDAH HAJI
  • 20. S.D. 20 TH 21 S.D. 30 TH 31 S.D. 40 TH 41 S.D. 50 TH 51 S.D. 60 TH 61 S.D. 70 TH 71 S.D. 74 TH 75 S.D. KE ATAS Series1 30 371 2,000 4,159 3,874 1,982 368 298 30 371 2,000 4,159 3,874 1,982 368 298 PROFIL JEMAAH HAJI KHUSUS BERDASARKAN USIA
  • 22. UU N0 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI A. Pemerintah berkewajiban melakukan pembinaan, pelayanan, dan perlindungan dengan menyediakan layanan administrasi, bimbingan Ibadah Haji, Akomodasi, Transportasi, Pelayanan Kesehatan, keamanan, dan hal-hal lain yang diperlukan oleh Jemaah Haji. (Pasal 6) B. Pemerintah sebagai penyelenggara Ibadah Haji berkewajiban mengelola dan melaksanakan Penyelenggaraan Ibadah Haji. (Pasal 10: 1) Pembinaan Haji adalah serangkaian kegiatan yang meliputi penyuluhan dan bimbingan bagi jamaah haji dan petugas haji, PIHK, serta lembaga atau ormas yang terkait dengan haji. C. Kewajiban CJH : membayar porsi dan pelunasan BPIH,mengikuti seluruh kebijakan haji yang dibuat oleh regulator/kemenag sebagai leading sector D.HAK CJH : MENDAPATKAN PEMBINAAN,PELAYANAN DAN PERLINDUNGAN DAN HAL-HAL LAIN YANG DIPERLUKAN OLEH CJH
  • 23. KEBIJAKAN PEMBINAAN HAJI A. Pembinaan Jemaah di Tanah Air : 1. Tujuan bimbingan : memberikan bekal pengetahuan kepada jemaah tentang pelaksanaan dan tata cara ibadah haji di tanah air dan Arab Saudi 2. Ruang lingkup : manasik haji, proses perjalanan haji, akhlakul karimah, adat istiadat/budaya Arab Saudi agar jemaah haji dapat melaksanakan ibadah haji dengan tertib, lancar, aman, dan nyaman sesuai tuntunan syariat agar jemaah haji mandiri dalam melaksanakan ibadahnya. 3. Bimbingan manasik dan pelayanan haji secara langsung/tatap muka di Kecamatan dan Kabupaten/kota dan bimbingan manasik/penyuluhan melalui media TV dalam bentuk talkshow.
  • 24. 4. Bimbingan haji oleh pemerintah, ditingkat KUA Kecamatan dan ditingkat Kabupaten/Kota. 5. Bimbingan jemaah selama di embarkasi, terkait dengan kesiapan keberangkatan, kesehatan, penerimaan uang living cost, paspor, gelang identitas dan peribadatan, dikoordinasikan oleh PPIH embarkasi dengan petugas kloter (TPHI, TPIHI dan TKHI). 6. Bimbingan diarahkan pada kemandirian jemaah dalam melaksanakan kegiatan peribadatan dan manasik haji dalam rangka mencapai tujuan kemabruran haji.
  • 25. B. Bimbingan Selama Dalam Perjalanan. Bimbingan selama dalam perjalanan dan selama dalam penerbangan, meliputi : manasik haji, peribadatan, ziarah, informasi tentang perhajian dan peraturan/ketentuan pemerintah Arab Saudi yang harus diketahui dan dipatuhi setiap jemaah haji. C. Bimbingan Selama di Saudi Arabiah ; Bimbingan jemaah selama di Madinah, Makkah dan ARMINA. 1. Di Madinah, meliputi kegiatan shalat Arbain, ziarah dan pelaksanaan niat ihram bagi jemaah gelombang I.
  • 26. 2. Di Makkah, meliputi tata cara pelaksanaan haji, baik haji Tamattu, Ifrad maupun Qiran, serta kesiapan keberangkatan ke Arafah dan pemantauan ibadah bagi jemaah sakit serta DAM. 3. Di ARMINA - Di Arafah tentang bimbingan wukuf - Di Muzdalifah tentang bimbingan mabit - Di Mina tentang mabit, melontar jamarat dan nafar.
  • 27. BIMBINGAN JEMAAH HAJI Nilai Harapan Mendatang:  Pengembangan struktur  Intensifikasi pranata sosial keagamaan  Peningkatan kompetensi SDM struktur  Penambahan jumlah manasik
  • 28. KARAKTERISTIK JAMAAH 1. Ikut Kelompok Bimbingan : (Trend, Teman, Ketergantungan, Mandiri dll). 2. Ikut Bimbingan Kemenag/KUA : ( Merasa Wajib, mempermantap, dll). 3. Tidak Ikut Kedua-duanya : (Intelektual, sibuk, menambah biaya, dll) haji-nya minimalis – pake doa sapu jagad. 4. Jamaah yang Mandiri : Ekonomi Kesehatan Pengetahuan Ibadah Haji Maupun Umrah.
  • 29. Petugas Haji Penyelenggaraan ibadah haji dilaksanakan oleh : 1. Unit permanen sistem, yaitu Kementerian Agama Pusat (Direktorat Jenderal PHU), Kanwil Kementerian Agama, Kantor Kementerian Agama Kabupaten/kota dan Kecamatan. 2. Non permanen sistem yang bersifat ad hoc, terdiri dari PPIH Pusat, PPIH Embarkasi, PPIH Arab Saudi dan petugas yang menyertai jemaah (TPHI, TPIHI, TKHI, TPHD/TKHD). 3. Petugas haji harus memiliki komitmen, kompetensi dan integritas serta bertanggungjawab terhadap ketertiban, keamanan, kelancaran dan keabsahan jemaah dalam melaksanakan ibadah. 4. Petugas haji harus mampu mengelola kloter dengan baik, berkoordinasi, mengantisipasi permasalahan yang mungkin timbul dan memberikan solusi tepat dan cepat bagi kepentingan jemaah.
  • 30. PETUGAS HAJI • Materi pelatihan • Kemampuan teknis lapangan • Bahasa • Penguasaan Area • Petugas haji melekat di Kloter dan travel (PIHK) Praktek di Lapangan Training need assessment Metode dan teknik pelatihan Monitoring dan evaluasi hasil pelatihan Permasalahan Umum
  • 31. PETUGAS HAJI PROFESIONAL DAN MELAYANI Training Pre training Post training On going training Training need assesment Metode dan teknik pelatihan Monitoring dan evaluasi hasil pelatihan EKSPEKTASI PETUGAS HAJI  Integritas  Profesionalitas  Inovatif  Bertanggungjawab  Keteladanan REKRUITMEN PETUGAS HAJI  Terbuka  Transparan  Bersaing  Tidak Diskriminatif 0 200 400 600 800 1000 1200 TPHI TKHI TPIHI Non Kloter TPHD Series1 376 1126 374 631 1141 376 1126 374 631 1141 PETUGAS HAJI INDONESIA Nilai Harapan Mendatang:  Pengembangan metode pelatihan  Spesifikasi rekruitmen  Rasio  Pengembangan struktur PPIH Implementasi:  Penguatan struktur organisasi  Rekruitmen
  • 32. Hasil Survey BPS dan Biaya Haji: BPIH Turun Kepuasan Naik
  • 33. 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-Rata BPIH 3533 3613 3528 3219 2717 3533 3613 3528 3219 2717 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 RATA-RATA BPIH Turun 502 Dollar 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-Rata Hasil Survey BPS 83.31 81.32 82.69 81.52 82.6 83.31 81.32 82.69 81.52 82,67 RATA-RATA HASIL SURVEI BPS BPIH Turun Kepuasan Naik RATA-RATA BPIH DAN HASIL SURVEI KEPUASAN HAJI DALAM LIMA TAHUN TERAKHIR Faktor pendorong peningkatan pelayanan penerbangan, pemondokan dan katering (±78 persen). Transportasi di Arab Saudi, pelayanan petugas kloter, petugas non-kloter, pelayanan ibadah, dll (±22 persen). Kepuasan naik dan berbanding terbalik dengan penurunan BPIH.
  • 34. B. Pelayanan Dalam Negeri- Pelayanan Luar Negeri untuk CJH
  • 35. B.Kebijakan Pelayanan Haji, adalah jamaah haji mendapatkan manasik haji, diberangkatkan ke tanah suci, mendapatkan pemondokan, diwukufkan di arafah dan dipulangkan ke tempat asalnya.
  • 36. Masalah Umum:  Peraturan Daerah  Embarkasi  Transportasi  Dokumen Haji  Terapan Antrian  Broker  Majmuah  Peraturan Arab Saudi  Diplomatik  Penerbangan  Identitas Jemaah  Haji Khusus  Keberpihakan Antrian dan Pelunasan (seuai alokasi)  Akomodasi (setara hotel bintang 3-4)  Katering (gratis di Makkah, cita nusantara)  Transportasi (upgread)  Penerbangan (delay rata-rata 1,5 jam)  Managemen krisis (sukses Linjam)  Asrama haji (UPT) Implementasi:  BPKH  Modernisasi Asrama Haji  Akomodasi (penguatan)  Katering (penguatan)  Penerbangan (penguatan)  Dokumen haji (penguatan)  Transportasi (penguatan)  Penyempurnaan Struktur PPIH  Open Publik Peserta Haji Online (finance dan waiting list)  Short proses daftar dan lunas (manual dan online)  Hubungan industrial (Asosiasi- PIHK-Pemerintah) Nilai Harapan:
  • 38. PERLINDUNGAN KESEHATAN PERLINDUNGAN KEAMANAN PERLINDUNGAN KENYAMANAN  Pengetahuan dan pengalaman  Ketokohan ulama (kharismatik)  Kejujuran riwayat kesehatan  Tingkat kepuasan (Utility)  Penyempurnaan Struktur PPIH  Kriminalitas  Budaya lokal Masalah Umum: Implementasi:  TNI/POLRI  Ketokohan ulama  Kejujuran riwayat kesehatan  Barang Bawaan  Pembakuan Managemen Krisis  Penyempurnaan Struktur PPIH  Penguatan (perbanyak TNI/POLRI)  Identitas Jemaah Haji (GPS)  Kajian budaya local  Penguatan kekerabatan professional ulama lokal Nilai Harapan:
  • 39. INDIKATOR KEBERHASILAN PENYELENGGARAN HAJI  Jemaah haji yang telah mendaftar dan memenuhi syarat, seluruhnya dapat diberangkatkan ke Arab Saudi.  Jemaah haji yang telah berada di Arab Saudi, seluruhnya memperoleh pemondokan (akomodasi), katering, transportasi, dan pelayanan kesehatan.  Seluruh jemaah haji yang berada di Arab Saudi dapat melaksanakan wukuf di Arafah. Bagi yang sakit disafariwukufkan dan yang meninggal dibadalhajikan.  Seluruh jemaah haji yang telah menunaikan ibadah haji dipulangkan kembali ke Tanah Air, kecuali yang wafat.
  • 40. “Pengelolaan haji itu bukan hanya urusan ibadah, tapi juga urusan manajerial dan logistik, juga keuangan. Porsi manajerial haji itu jauh lebih besar ketimbang ibadahnya. Bahkan urusan haji ini bisa lebih memusingkan ketimbang perang” ___________________________ Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla "Efisiensi ini tidak boleh menurunkan kualitas layanan jemaah haji. Justru untuk bisa terus ditingkatkan“ _________________________________ Presiden RI Joko Widodo Manajemen Haji: Transformasi Pelayanan Berpihak dan Berkelanjutan