SlideShare a Scribd company logo
Arie Garda Nand Jaya, M.Psi., Psikolog
X
STIKES Gunung Maria, Tomohon
Attitude,
Belief, and
Behavior
"Happiness can be found even in the darkest of
times, if one only remembers to turn on the light."
— Albus Dumbledore
Objective
Social Cognitive Theory
01
Addiction and Health
Behavior
02
Stage models of change
03
Unprotected sexual
behaviour
04
Pada tahun 1980 Bandura merubah Social Learning theory menjadi Social Cognitive Theory,
yang mengatakan tindakan perilaku kita bergantung pada pembelajaran observasional dan,
akibatnya, pilihan kita untuk meniru perilaku dari yang kita model.
1930-an melalui karya Holt dan Brown, bahwa Binatang meniru dan mengamati binatang lainya
disekitarnya. Teori ini menjadi dasar dari teori tentang peran lingkungan sosial dan imitasi pada
perilaku manusia, sebuah istilah yang kemudian diciptakan sebagai tori pembelajaran sosial
atau Social Learning Theory.
Overview of the Social Cognitive Theory
Inti dari SCT (Social Cognitive Theory) adalah tiga komponen:
(1) Orang (Person), kepribadian mereka, genetika mereka, dan faktor pribadi lainnya yang
memengaruhi cara individu memandang perilaku;
(2) Perilaku (behavior), apa yang dilakukan orang tersebut dan bagaimana perilaku ini memengaruhi
orang tersebut dan lingkungan, dan terakhir;
(3) Lingkungan (Environment), dunia sosial di sekitar kita dan bagaimana hal ini memengaruhi
perilaku kita dan orang tersebut, misalnya, teman-teman kita dan apa yang mereka lakukan, tempat
di sekitar kita, norma-norma sosial yaitu bagaimana kita berpikir orang lain dan masyarakat akan
mengharapkan kita berperilaku.
Bandura berpendapat bahwa keyakinan self-
efficacy berasal dari empat sumber
informasi, ini meliputi: pencapaian kinerja;
pengalaman yang mewakili; persuasi lisan;
dan keadaan fisiologis kita.
Self-efficacy ‘the belief that we are capable’
Keyakinan self-efficacy adalah keyakinan
pengaturan diri yang menentukan; a) apakah
tindakan akan dimulai; b) berapa banyak
usaha yang akan dikeluarkan; dan terakhir,
c) berapa lama akan bertahan dalam
menghadapi rintangan dan kegagalan.
Keyakinan ini secara kolektif mempengaruhi
kemampuan kita untuk mempersiapkan
tindakan perilaku dan dapat meningkatkan
(atau menghambat) tingkat motivasi kita.
Outcome Expectancies
Harapan ini berhubungan dengan perkiraan
kita bahwa perilaku kita akan mengarah pada
hasil yang diinginkan atau tidak diinginkan. Kita
pada dasarnya menimbang pro dan kontra dari
suatu perilaku dan kemudian memutuskan
apakah hasilnya sepadan.
Jika, misalnya, pergi joging beberapa kali
seminggu, diharapkan dapat meningkatkan
kesehatan dan kesejahteraan, orang tersebut
akan lebih mungkin untuk melakukan jogging.
Jika mereka berharap terlalu lelah atau malu,
mereka cenderung tidak melakukannya.
Menurut SCT kemungkinan perilaku tergantung pada hasil dan harapan kemanjuran. Misalnya, jika perilaku
berhenti merokok, hasilnya adalah kesehatan yang lebih baik, maka kita harus yakin bahwa (1) kita mampu
berhenti merokok (ekspektasi kemanjuran) dan bahwa (2) berhenti merokok akan bermanfaat bagi kesehatan
kita ( harapan hasil)
Why Do People Initiate Potentially Addictive?
Addiction and Health Behavior
Ada sejumlah besar anak muda yang merokok dan mengumpulkan kerusakan paru-paru dan saluran napas,
atau minum dan mempromosikan kerusakan hati yang akan, bagi banyak orang, menciptakan masalah
kesehatan dan sosial yang signifikan di masa depan.
Telah lama diketahui bahwa ada peningkatan risiko kanker paru-paru pada
mereka yang memulai merokok di masa kanak-kanak (sekitar 66 persen
perokok mulai sebelum usia 18 tahun, 40 persen sebelum usia 16, (ONS,
2012)) dibandingkan pada orang dewasa (sekitar sepertiga perokok benar-
benar mulai merokok di awal masa dewasa (19+ tahun)).
Several key factors related to initiation are:
Addiction and Health Behavior
Genetics. Ada beberapa bukti faktor genetik dan penerimaan dan
pengangkutan neurotransmitter dopamin yang terlibat dalam inisiasi
merokok dan mungkin pemeliharaannya, tetapi tidak mungkin bahwa
pengaruh genetik berfungsi secara terpisah (Munaf dan Johnstone,
2008)
Curiosity adalah alasan yang sering dikutip untuk minum alkohol
pertama, rokok pertama, atau ganja pertama (Hecimovic et al.,
2014).
Modelling, social learning and reinforcement. Perilaku dan dinamika
keluarga merupakan proses sosialisasi yang penting
Peer/social pressure. di mana perilaku penggunaan narkoba didorong
secara positif, dan diperkuat oleh tanggapan.
Image and reputation is important during adolescence. Beberapa ahli teori menyatakan bahwa sejumlah besar
perilaku remaja dimotivasi oleh kebutuhan untuk menampilkan diri kepada orang lain (terutama teman sebaya) dengan
cara yang meningkatkan reputasi individu atau identitas sosial (Emler, 1984).
Self-concept and self-esteem. Studi tentang remaja telah
menunjukkan pentingnya konsep diri dan harga diri (yaitu konsep 'nilai'
atau 'nilai' seseorang) dalam menentukan keterlibatan atau non-
keterlibatan dalam perilaku berisiko.
Risk-taking propensity. Merokok, minum minuman keras di bawah umur, dan penggunaan
pertama obat terlarang, biasanya ganja, telah ditemukan menjadi ciri umum dari mereka yang
terlibat dalam serangkaian 'pengambilan risiko' atau perilaku bermasalah yang lebih besar,
termasuk membolos dan pencurian kecil-kecilan ( John ston et al., 2009)
Psychological reasons for continuing:
Addiction and Health Behavior
Kesenangan atau kenikmatan perilaku dan efek peningkatan suasana hati memperkuat sikap positif
terhadapnya (O'Leary et al., 2017).
Bentuk manajemen diri stres, metode pengaturan emosi, pengendalian kecemasan misalnya (Ferrer dan
Mendes, 2018).
Kurangnya kepercayaan pada kemampuan mereka untuk menghentikan perilaku tersebut atau self-efficacy.
Selain itu, perilaku dapat menjadi 'kebiasaan'. Pembentukan kebiasaan adalah penghalang penting
untuk perubahan perilaku. Sementara kebiasaan dapat mencerminkan ketergantungan psikologis
dan/atau fisik, intinya adalah bahwa perilaku tersebut telah menjadi 'dikondisikan' ke eksternal (serta
setiapisyarat fisiologis internal atau keinginan), seperti rokok di perjalanan ke tempat kerja, atau
dengan kopi.
There are six sequential stages of change. These stages are:
1. Prakontemplasi
• Individu tersebut tidak tertarik untuk mengubah perilakunya dalam enam bulan ke depan 'Saya tidak berencana untuk berhenti merokok
dalam bulan-bulan berikutnya'.
2. Kontemplasi
• Individu tersebut memutuskan untuk mengubah perilakunya dalam enam bulan ke depan 'Saya akan memutuskan untuk berhenti merokok
dalam 6 bulan ke depan'.
3. Persiapan
• Individu bersiap untuk berubah dan mengambil tindakan di bulan depan, mereka sedang mengembangkan strategi untuk perubahan dan
memiliki rencana tindakan 'Saya siap untuk berhenti merokok'.
4. Aksi
• Individu tersebut telah mengubah perilakunya dalam enam bulan terakhir 'Saya telah berhenti merokok'.
5. Pemeliharaan
• Individu tersebut telah mengubah perilakunya selama lebih dari enam bulan 'Saya telah berhenti merokok selama lebih dari enam bulan'.
6. Penghentian
• Perubahan perilaku telah diadopsi secara permanen dan individu tidak memiliki godaan untuk kambuh kembali 'Saya tidak merokok selama
lebih dari 5 tahun dan tidak memiliki keinginan untuk merokok di masa depan'.
Why do people not adhere to medical recommendations and treatments?
Alasan ketidakpatuhan banyak dan beragam, tetapi tinjauan sistematis telah mengidentifikasi bahwa faktor-
faktor tersebut termasuk dalam kelompok berikut (Sabaté, 2003; Kardas, Lewek dan Matyjazsczyck, 2013):
 Faktor terkait individu: mis. budaya, kepribadian, pengetahuan, keyakinan pribadi, keluarga dan budaya, sikap terhadap
penyakit dan obat-obatan termasuk kurangnya kepercayaan pada dokter atau perawatan kesehatan, keyakinan efikasi diri
dan rendahnya tingkat dukungan sosial/kohesi keluarga yang rendah.
 Faktor terkait kondisi: mis. jenis gejala, tingkat keparahan yang dirasakan (bukan tingkat keparahan yang sebenarnya,
diMatteo et al., 2007), ada atau tidak adanya nyeri, adanya komorbiditas, prognosis yang lebih baik.
 Faktor terkait pengobatan: mis. kompleksitas (jumlah, jenis, waktu, frekuensi dan durasi) dosis obat, keberadaan dan
tingkat efek samping, biaya.
 Faktor sosial ekonomi: tingkat pendidikan rendah, pengangguran, biaya pengobatan (berkaitan juga dengan kesetaraan
sosial ekonomi yang terkait dengan etnis), akses ke apotek, isolasi sosial, akulturasi rendah.
 Faktor terkait sistem: komunikasi yang buruk dengan penyedia layanan kesehatan mengenai obat-obatan, kebutuhan atau
fungsi, adanya kepercayaan dan sistem penyembuhan tradisional.
Unprotected sexual Behaviour
Praktik seksual pada dasarnya bukanlah perilaku individu tetapi pada dasarnya merupakan perilaku 'sosial' yang timbul dari interaksi antara dua
individu. (Sementara beberapa penggunaan zat dapat dianggap 'sosial', perilaku fisik yang sebenarnya biasanya tergantung pada tindakan
individu).
Negative health consequences of unprotected sexual intercourse
Terlepas dari kehamilan yang tidak diinginkan, hubungan seksual tanpa kondom membawa beberapa risiko: infeksi seperti klamidia dan HIV.
Perilaku seksual sebagai faktor risiko penyakit telah mendapat perhatian yang berkembang sejak 'kedatangan' human immunodeficiency virus
(HIV) pada awal 1980-an dan pengakuan bahwa AIDS mempengaruhi populasi heteroseksual aktif serta populasi homoseksual dan pengguna
narkoba suntik yang berbagi peralatan suntik (Morrison, 1991).
HIV prevalence and incidence
Dari sekitar 8 juta kasus pada tahun 1990, data terbaru dari WHO dan UNAIDS melaporkan bahwa sekitar 38,0 juta orang
saat ini hidup dengan HIV/AIDS, di antaranya sekitar 1,7 juta adalah anak-anak berusia kurang dari 15 tahun (WHO, 2018b).
Thank You
Any Question ?
Referens :
TAYLOR. S. E & STANTON. A. L, (2021). HEALTH PSYCHOLOGY: Eleventh Edition. McGraw Hill LLC. New York
Morrison. V & Bennett. P, (2022). An Introduction to Health Psychology: Fifth edition. Pearson Education Limited: United Kingdom.
Cook, E and Wood, L. 2021. Health Psychology: The Basics. Routledge: New York.

More Related Content

Similar to Materi 3_Attitude, Belief, and Behavior.pdf

Makalah tentang narkoba dan seks bebas di kalangan remaja pelajar wajo
Makalah tentang narkoba dan seks bebas di kalangan remaja   pelajar wajoMakalah tentang narkoba dan seks bebas di kalangan remaja   pelajar wajo
Makalah tentang narkoba dan seks bebas di kalangan remaja pelajar wajoKirana Larasati
 
Diagnosis epidemiologi perilaku
Diagnosis epidemiologi perilakuDiagnosis epidemiologi perilaku
Diagnosis epidemiologi perilaku
Yusriani Yusry
 
Rokok sik
Rokok sikRokok sik
Rokok sik 1
Rokok sik 1Rokok sik 1
Rokok sik 1
ZerinOktariani
 
Makalah Perilaku merokok berdasarkan usia
Makalah Perilaku merokok berdasarkan usiaMakalah Perilaku merokok berdasarkan usia
Makalah Perilaku merokok berdasarkan usia
TiyaPurnanita
 
Makalah Penyajian Data Kesehatan
Makalah Penyajian Data KesehatanMakalah Penyajian Data Kesehatan
Makalah Penyajian Data Kesehatan
MelaFitriyani1
 
Data Perilaku Merokok Berdasarkan Umur Mulai Merokok Di Indonesia
Data Perilaku Merokok Berdasarkan Umur Mulai Merokok Di IndonesiaData Perilaku Merokok Berdasarkan Umur Mulai Merokok Di Indonesia
Data Perilaku Merokok Berdasarkan Umur Mulai Merokok Di Indonesia
mayangsorayabeliana
 
Makalah
MakalahMakalah
Materi 2_Explaining Health Behaviour.pdf
Materi 2_Explaining Health Behaviour.pdfMateri 2_Explaining Health Behaviour.pdf
Materi 2_Explaining Health Behaviour.pdf
ArieGardaNandjaya
 
intervensi-komunitas-untuk-menghentikan-perilaku-merokok-remaja
intervensi-komunitas-untuk-menghentikan-perilaku-merokok-remajaintervensi-komunitas-untuk-menghentikan-perilaku-merokok-remaja
intervensi-komunitas-untuk-menghentikan-perilaku-merokok-remajaSave Joe
 
Penyimpangan Sosial
Penyimpangan SosialPenyimpangan Sosial
Penyimpangan Sosial
pjj_kemenkes
 
Perilaku kesehatan
Perilaku kesehatan Perilaku kesehatan
Model dan NIlai Promkes.ppt
Model dan NIlai Promkes.pptModel dan NIlai Promkes.ppt
Model dan NIlai Promkes.ppt
TirzaSabrina
 
Faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak kuliah tumbang - rangkuman kuliah
Faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak kuliah tumbang - rangkuman kuliahFaktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak kuliah tumbang - rangkuman kuliah
Faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak kuliah tumbang - rangkuman kuliahREISA Class
 
perilaku-kesehatan.ppt
perilaku-kesehatan.pptperilaku-kesehatan.ppt
perilaku-kesehatan.ppt
faridsetyo1
 
Problem behavior theory
Problem behavior theoryProblem behavior theory
Problem behavior theory
Amalia Annisa
 
Raihana khairunisa nurahman
Raihana khairunisa nurahmanRaihana khairunisa nurahman
Raihana khairunisa nurahman
raihanakhairunisaa
 
Makalah hidup sehat dan bersih siti andriani
Makalah hidup sehat dan bersih siti andrianiMakalah hidup sehat dan bersih siti andriani
Makalah hidup sehat dan bersih siti andrianiSeptian Muna Barakati
 
Makalah hidup sehat dan bersih siti andriani
Makalah hidup sehat dan bersih siti andrianiMakalah hidup sehat dan bersih siti andriani
Makalah hidup sehat dan bersih siti andriani
Warnet Raha
 
Perilaku Kesehatan
Perilaku KesehatanPerilaku Kesehatan
Perilaku Kesehatan
Araminta Leilani
 

Similar to Materi 3_Attitude, Belief, and Behavior.pdf (20)

Makalah tentang narkoba dan seks bebas di kalangan remaja pelajar wajo
Makalah tentang narkoba dan seks bebas di kalangan remaja   pelajar wajoMakalah tentang narkoba dan seks bebas di kalangan remaja   pelajar wajo
Makalah tentang narkoba dan seks bebas di kalangan remaja pelajar wajo
 
Diagnosis epidemiologi perilaku
Diagnosis epidemiologi perilakuDiagnosis epidemiologi perilaku
Diagnosis epidemiologi perilaku
 
Rokok sik
Rokok sikRokok sik
Rokok sik
 
Rokok sik 1
Rokok sik 1Rokok sik 1
Rokok sik 1
 
Makalah Perilaku merokok berdasarkan usia
Makalah Perilaku merokok berdasarkan usiaMakalah Perilaku merokok berdasarkan usia
Makalah Perilaku merokok berdasarkan usia
 
Makalah Penyajian Data Kesehatan
Makalah Penyajian Data KesehatanMakalah Penyajian Data Kesehatan
Makalah Penyajian Data Kesehatan
 
Data Perilaku Merokok Berdasarkan Umur Mulai Merokok Di Indonesia
Data Perilaku Merokok Berdasarkan Umur Mulai Merokok Di IndonesiaData Perilaku Merokok Berdasarkan Umur Mulai Merokok Di Indonesia
Data Perilaku Merokok Berdasarkan Umur Mulai Merokok Di Indonesia
 
Makalah
MakalahMakalah
Makalah
 
Materi 2_Explaining Health Behaviour.pdf
Materi 2_Explaining Health Behaviour.pdfMateri 2_Explaining Health Behaviour.pdf
Materi 2_Explaining Health Behaviour.pdf
 
intervensi-komunitas-untuk-menghentikan-perilaku-merokok-remaja
intervensi-komunitas-untuk-menghentikan-perilaku-merokok-remajaintervensi-komunitas-untuk-menghentikan-perilaku-merokok-remaja
intervensi-komunitas-untuk-menghentikan-perilaku-merokok-remaja
 
Penyimpangan Sosial
Penyimpangan SosialPenyimpangan Sosial
Penyimpangan Sosial
 
Perilaku kesehatan
Perilaku kesehatan Perilaku kesehatan
Perilaku kesehatan
 
Model dan NIlai Promkes.ppt
Model dan NIlai Promkes.pptModel dan NIlai Promkes.ppt
Model dan NIlai Promkes.ppt
 
Faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak kuliah tumbang - rangkuman kuliah
Faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak kuliah tumbang - rangkuman kuliahFaktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak kuliah tumbang - rangkuman kuliah
Faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak kuliah tumbang - rangkuman kuliah
 
perilaku-kesehatan.ppt
perilaku-kesehatan.pptperilaku-kesehatan.ppt
perilaku-kesehatan.ppt
 
Problem behavior theory
Problem behavior theoryProblem behavior theory
Problem behavior theory
 
Raihana khairunisa nurahman
Raihana khairunisa nurahmanRaihana khairunisa nurahman
Raihana khairunisa nurahman
 
Makalah hidup sehat dan bersih siti andriani
Makalah hidup sehat dan bersih siti andrianiMakalah hidup sehat dan bersih siti andriani
Makalah hidup sehat dan bersih siti andriani
 
Makalah hidup sehat dan bersih siti andriani
Makalah hidup sehat dan bersih siti andrianiMakalah hidup sehat dan bersih siti andriani
Makalah hidup sehat dan bersih siti andriani
 
Perilaku Kesehatan
Perilaku KesehatanPerilaku Kesehatan
Perilaku Kesehatan
 

Recently uploaded

PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.pptPERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
Jumainmain1
 
Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.pptBahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
UmmyKhairussyifa1
 
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdfDesain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
arikiskandar
 
Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)
Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)
Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)
kirateraofficial
 
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan KeperawatanAplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
BayuEkaKurniawan1
 
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxPPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
EmohAsJohn
 
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskularfarmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
MuhammadAuliaKurniaw1
 
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternakPowerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
adevindhamebrina
 
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.pptCara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
andiulfahmagefirahra1
 
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptxfarmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
MuhammadAuliaKurniaw1
 
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxxCBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
MuhammadAlFarizi88
 
graves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiologygraves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiology
RheginaSalsabila
 
Aspek legal etik keperawatan Maternitas.pptx
Aspek legal etik keperawatan Maternitas.pptxAspek legal etik keperawatan Maternitas.pptx
Aspek legal etik keperawatan Maternitas.pptx
PutriHanny4
 
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.pptAskep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
fitrianakartikasari5
 
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdfpengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
adwinhadipurnadi
 
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptxMalpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
LyanNurse1
 
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteranpemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
hadijaul
 
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
Datalablokakalianda
 
Pelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.ppt
Pelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.pptPelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.ppt
Pelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.ppt
andiaswindahlan1
 

Recently uploaded (19)

PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.pptPERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
 
Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.pptBahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
 
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdfDesain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
 
Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)
Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)
Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)
 
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan KeperawatanAplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
 
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxPPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
 
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskularfarmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
 
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternakPowerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
 
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.pptCara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
 
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptxfarmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
 
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxxCBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
 
graves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiologygraves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiology
 
Aspek legal etik keperawatan Maternitas.pptx
Aspek legal etik keperawatan Maternitas.pptxAspek legal etik keperawatan Maternitas.pptx
Aspek legal etik keperawatan Maternitas.pptx
 
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.pptAskep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
 
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdfpengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
 
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptxMalpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
 
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteranpemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
 
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
 
Pelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.ppt
Pelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.pptPelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.ppt
Pelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.ppt
 

Materi 3_Attitude, Belief, and Behavior.pdf

  • 1. Arie Garda Nand Jaya, M.Psi., Psikolog X STIKES Gunung Maria, Tomohon Attitude, Belief, and Behavior
  • 2. "Happiness can be found even in the darkest of times, if one only remembers to turn on the light." — Albus Dumbledore
  • 3. Objective Social Cognitive Theory 01 Addiction and Health Behavior 02 Stage models of change 03 Unprotected sexual behaviour 04
  • 4. Pada tahun 1980 Bandura merubah Social Learning theory menjadi Social Cognitive Theory, yang mengatakan tindakan perilaku kita bergantung pada pembelajaran observasional dan, akibatnya, pilihan kita untuk meniru perilaku dari yang kita model. 1930-an melalui karya Holt dan Brown, bahwa Binatang meniru dan mengamati binatang lainya disekitarnya. Teori ini menjadi dasar dari teori tentang peran lingkungan sosial dan imitasi pada perilaku manusia, sebuah istilah yang kemudian diciptakan sebagai tori pembelajaran sosial atau Social Learning Theory. Overview of the Social Cognitive Theory Inti dari SCT (Social Cognitive Theory) adalah tiga komponen: (1) Orang (Person), kepribadian mereka, genetika mereka, dan faktor pribadi lainnya yang memengaruhi cara individu memandang perilaku; (2) Perilaku (behavior), apa yang dilakukan orang tersebut dan bagaimana perilaku ini memengaruhi orang tersebut dan lingkungan, dan terakhir; (3) Lingkungan (Environment), dunia sosial di sekitar kita dan bagaimana hal ini memengaruhi perilaku kita dan orang tersebut, misalnya, teman-teman kita dan apa yang mereka lakukan, tempat di sekitar kita, norma-norma sosial yaitu bagaimana kita berpikir orang lain dan masyarakat akan mengharapkan kita berperilaku.
  • 5. Bandura berpendapat bahwa keyakinan self- efficacy berasal dari empat sumber informasi, ini meliputi: pencapaian kinerja; pengalaman yang mewakili; persuasi lisan; dan keadaan fisiologis kita. Self-efficacy ‘the belief that we are capable’ Keyakinan self-efficacy adalah keyakinan pengaturan diri yang menentukan; a) apakah tindakan akan dimulai; b) berapa banyak usaha yang akan dikeluarkan; dan terakhir, c) berapa lama akan bertahan dalam menghadapi rintangan dan kegagalan. Keyakinan ini secara kolektif mempengaruhi kemampuan kita untuk mempersiapkan tindakan perilaku dan dapat meningkatkan (atau menghambat) tingkat motivasi kita.
  • 6. Outcome Expectancies Harapan ini berhubungan dengan perkiraan kita bahwa perilaku kita akan mengarah pada hasil yang diinginkan atau tidak diinginkan. Kita pada dasarnya menimbang pro dan kontra dari suatu perilaku dan kemudian memutuskan apakah hasilnya sepadan. Jika, misalnya, pergi joging beberapa kali seminggu, diharapkan dapat meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan, orang tersebut akan lebih mungkin untuk melakukan jogging. Jika mereka berharap terlalu lelah atau malu, mereka cenderung tidak melakukannya.
  • 7. Menurut SCT kemungkinan perilaku tergantung pada hasil dan harapan kemanjuran. Misalnya, jika perilaku berhenti merokok, hasilnya adalah kesehatan yang lebih baik, maka kita harus yakin bahwa (1) kita mampu berhenti merokok (ekspektasi kemanjuran) dan bahwa (2) berhenti merokok akan bermanfaat bagi kesehatan kita ( harapan hasil)
  • 8. Why Do People Initiate Potentially Addictive? Addiction and Health Behavior Ada sejumlah besar anak muda yang merokok dan mengumpulkan kerusakan paru-paru dan saluran napas, atau minum dan mempromosikan kerusakan hati yang akan, bagi banyak orang, menciptakan masalah kesehatan dan sosial yang signifikan di masa depan. Telah lama diketahui bahwa ada peningkatan risiko kanker paru-paru pada mereka yang memulai merokok di masa kanak-kanak (sekitar 66 persen perokok mulai sebelum usia 18 tahun, 40 persen sebelum usia 16, (ONS, 2012)) dibandingkan pada orang dewasa (sekitar sepertiga perokok benar- benar mulai merokok di awal masa dewasa (19+ tahun)).
  • 9. Several key factors related to initiation are: Addiction and Health Behavior Genetics. Ada beberapa bukti faktor genetik dan penerimaan dan pengangkutan neurotransmitter dopamin yang terlibat dalam inisiasi merokok dan mungkin pemeliharaannya, tetapi tidak mungkin bahwa pengaruh genetik berfungsi secara terpisah (Munaf dan Johnstone, 2008) Curiosity adalah alasan yang sering dikutip untuk minum alkohol pertama, rokok pertama, atau ganja pertama (Hecimovic et al., 2014). Modelling, social learning and reinforcement. Perilaku dan dinamika keluarga merupakan proses sosialisasi yang penting Peer/social pressure. di mana perilaku penggunaan narkoba didorong secara positif, dan diperkuat oleh tanggapan. Image and reputation is important during adolescence. Beberapa ahli teori menyatakan bahwa sejumlah besar perilaku remaja dimotivasi oleh kebutuhan untuk menampilkan diri kepada orang lain (terutama teman sebaya) dengan cara yang meningkatkan reputasi individu atau identitas sosial (Emler, 1984). Self-concept and self-esteem. Studi tentang remaja telah menunjukkan pentingnya konsep diri dan harga diri (yaitu konsep 'nilai' atau 'nilai' seseorang) dalam menentukan keterlibatan atau non- keterlibatan dalam perilaku berisiko. Risk-taking propensity. Merokok, minum minuman keras di bawah umur, dan penggunaan pertama obat terlarang, biasanya ganja, telah ditemukan menjadi ciri umum dari mereka yang terlibat dalam serangkaian 'pengambilan risiko' atau perilaku bermasalah yang lebih besar, termasuk membolos dan pencurian kecil-kecilan ( John ston et al., 2009)
  • 10. Psychological reasons for continuing: Addiction and Health Behavior Kesenangan atau kenikmatan perilaku dan efek peningkatan suasana hati memperkuat sikap positif terhadapnya (O'Leary et al., 2017). Bentuk manajemen diri stres, metode pengaturan emosi, pengendalian kecemasan misalnya (Ferrer dan Mendes, 2018). Kurangnya kepercayaan pada kemampuan mereka untuk menghentikan perilaku tersebut atau self-efficacy. Selain itu, perilaku dapat menjadi 'kebiasaan'. Pembentukan kebiasaan adalah penghalang penting untuk perubahan perilaku. Sementara kebiasaan dapat mencerminkan ketergantungan psikologis dan/atau fisik, intinya adalah bahwa perilaku tersebut telah menjadi 'dikondisikan' ke eksternal (serta setiapisyarat fisiologis internal atau keinginan), seperti rokok di perjalanan ke tempat kerja, atau dengan kopi.
  • 11. There are six sequential stages of change. These stages are: 1. Prakontemplasi • Individu tersebut tidak tertarik untuk mengubah perilakunya dalam enam bulan ke depan 'Saya tidak berencana untuk berhenti merokok dalam bulan-bulan berikutnya'. 2. Kontemplasi • Individu tersebut memutuskan untuk mengubah perilakunya dalam enam bulan ke depan 'Saya akan memutuskan untuk berhenti merokok dalam 6 bulan ke depan'. 3. Persiapan • Individu bersiap untuk berubah dan mengambil tindakan di bulan depan, mereka sedang mengembangkan strategi untuk perubahan dan memiliki rencana tindakan 'Saya siap untuk berhenti merokok'. 4. Aksi • Individu tersebut telah mengubah perilakunya dalam enam bulan terakhir 'Saya telah berhenti merokok'. 5. Pemeliharaan • Individu tersebut telah mengubah perilakunya selama lebih dari enam bulan 'Saya telah berhenti merokok selama lebih dari enam bulan'. 6. Penghentian • Perubahan perilaku telah diadopsi secara permanen dan individu tidak memiliki godaan untuk kambuh kembali 'Saya tidak merokok selama lebih dari 5 tahun dan tidak memiliki keinginan untuk merokok di masa depan'.
  • 12. Why do people not adhere to medical recommendations and treatments? Alasan ketidakpatuhan banyak dan beragam, tetapi tinjauan sistematis telah mengidentifikasi bahwa faktor- faktor tersebut termasuk dalam kelompok berikut (Sabaté, 2003; Kardas, Lewek dan Matyjazsczyck, 2013):  Faktor terkait individu: mis. budaya, kepribadian, pengetahuan, keyakinan pribadi, keluarga dan budaya, sikap terhadap penyakit dan obat-obatan termasuk kurangnya kepercayaan pada dokter atau perawatan kesehatan, keyakinan efikasi diri dan rendahnya tingkat dukungan sosial/kohesi keluarga yang rendah.  Faktor terkait kondisi: mis. jenis gejala, tingkat keparahan yang dirasakan (bukan tingkat keparahan yang sebenarnya, diMatteo et al., 2007), ada atau tidak adanya nyeri, adanya komorbiditas, prognosis yang lebih baik.  Faktor terkait pengobatan: mis. kompleksitas (jumlah, jenis, waktu, frekuensi dan durasi) dosis obat, keberadaan dan tingkat efek samping, biaya.  Faktor sosial ekonomi: tingkat pendidikan rendah, pengangguran, biaya pengobatan (berkaitan juga dengan kesetaraan sosial ekonomi yang terkait dengan etnis), akses ke apotek, isolasi sosial, akulturasi rendah.  Faktor terkait sistem: komunikasi yang buruk dengan penyedia layanan kesehatan mengenai obat-obatan, kebutuhan atau fungsi, adanya kepercayaan dan sistem penyembuhan tradisional.
  • 13. Unprotected sexual Behaviour Praktik seksual pada dasarnya bukanlah perilaku individu tetapi pada dasarnya merupakan perilaku 'sosial' yang timbul dari interaksi antara dua individu. (Sementara beberapa penggunaan zat dapat dianggap 'sosial', perilaku fisik yang sebenarnya biasanya tergantung pada tindakan individu). Negative health consequences of unprotected sexual intercourse Terlepas dari kehamilan yang tidak diinginkan, hubungan seksual tanpa kondom membawa beberapa risiko: infeksi seperti klamidia dan HIV. Perilaku seksual sebagai faktor risiko penyakit telah mendapat perhatian yang berkembang sejak 'kedatangan' human immunodeficiency virus (HIV) pada awal 1980-an dan pengakuan bahwa AIDS mempengaruhi populasi heteroseksual aktif serta populasi homoseksual dan pengguna narkoba suntik yang berbagi peralatan suntik (Morrison, 1991). HIV prevalence and incidence Dari sekitar 8 juta kasus pada tahun 1990, data terbaru dari WHO dan UNAIDS melaporkan bahwa sekitar 38,0 juta orang saat ini hidup dengan HIV/AIDS, di antaranya sekitar 1,7 juta adalah anak-anak berusia kurang dari 15 tahun (WHO, 2018b).
  • 15. Referens : TAYLOR. S. E & STANTON. A. L, (2021). HEALTH PSYCHOLOGY: Eleventh Edition. McGraw Hill LLC. New York Morrison. V & Bennett. P, (2022). An Introduction to Health Psychology: Fifth edition. Pearson Education Limited: United Kingdom. Cook, E and Wood, L. 2021. Health Psychology: The Basics. Routledge: New York.