PPT ini merupakan tugas yang diberikan oleh Dosen: Khoirul Anwar, M.Ag
Disusun oleh kelompok 2 kelas IF B1
Dengan tema Al- Qur'an dan wahyu
Terimakasih....
PPT ini merupakan tugas yang diberikan oleh Dosen: Khoirul Anwar, M.Ag
Disusun oleh kelompok 2 kelas IF B1
Dengan tema Al- Qur'an dan wahyu
Terimakasih....
Secara etimologi kata “thaharah” adalah masdar atau kata benda yang diambil
dari kata kerja yang berarti bersuci. Sedangkan menurut istilah thaharah mempunyai
banyak definisi sebagaimana dikemukakan oleh para imam mazhab berikut ini:
a. Hanafiyyah : thaharah adalah membersihkan hadats dan khobats.
b. Malikiyyah : thaharah adalah sifat hukum yang diwajibkan sifat itu agar bisa
melaksanakan shalat, dengan pakaian yang membawanya untuk melaksanakan
shalat, dan pada tempat untuk melaksanakan shalat.
c. Syafi‟iyyah : thaharah adalah suatu perbuatan yang mengarah untuk
memperbolehkan shalat dari berupa wudhu, membasuh, tayamum, dan
menghilangkan najis.
d. Hanabilah : thahaharah adalah menghilangkan hadats dan apa-apa yang
semacamnya, dan menghilangkan najis.
Ancaman allah bagi orang yang meninggalkan sholatNila Fauziah
File ini di tulis berdasarkan tugas makalah yang diberikan pada mahasiswa, semoga file ini bermanfaat bagi yang membaca atau menggunakannya sebagai referensi tugas lain. Terima kasih
1. KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang maha suci dan mencintai kesucian serta
kebersihan, yang rahman dan yang rahim kepada seluruh mahluknya.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada nabi agung Muhammad SAW.
Yang telah membawa ajaran islam bagi umatnya menuju keselamatan, agama yang menjunjung
tinggi kesucian, kebersihan dan keindahan.
Sebagai muslim, tentu kita ingin tergolong kepada golongan orang yang disebutkan Allah
SWT sebagai orang yang beriman, yaitu mereka yang yang khusyu’ dalam shalatnya (Qs. Al
Mu’minun 23:2). Shalat yang khusyu’ tidak mungkin diperoleh kecuali dengan niat yang
sungguh-sungguh, proses pengalaman yang terus menerus (daimun), pengetahuan yang memadai
tentang hukum-hukum syariah shalat dan juga pemahaman tentang gerakan shalat.
Rasulullah pernah bersabda bahwa adalah amalan yang pertama kali dihisab pada hari
kiamat. Bila shalatnya baik, maka baik pula seluruh amalnya. Dan bila shalatnya buruk, maka
buruk pula seluruh amalnya.
Tiada gading yang tak retak begitu pula dengan pembuatan makalah ini , penulis sadar
akan keterbatasan serta kekurangan dalam penyusunan makalah ini, maka kami sangat berterima
kasih apabila ada sanggahan, kritik serta saran dari pembaca.
Kutacane, November 2014
Penulis
2. BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang maha suci dan mencintai kesucian serta
kebersihan, yang rahman dan yang rahim kepada seluruh mahluknya. Shalawat serta salam
semoga senantiasa tercurah kepada nabi agung Muhammad SAW.
Latar belakang disusunnya makalah ini pertama untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqh
Ibadah, kedua penulis melihat bagaimana pentingnya masalah shalat dalam kehidupan umat
islam, itu terbukti dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits yang selalu menekankan tentang
pentingnya shalat. Oleh karena itu, begitu penting, maka sudah selayaknya kita terus
berusaha menyempurnakan shalat kita dengan mengikuti cara-cara qudwah kita, Rasulullah
Shollallaahu ‘Alaihi Wasallam, dalam melaksanakannya.
2. RUMUSAN MASALAH
Dilihat dari latar belakang penyusunan makalah ini, maka penulis akan mencoba
membahas tentang apa yang dimaksud dengan Shalat, hal-hal yang dilakukan sebelum shalat,
Syarat-syarat sah shalat, shalat wajib, dan tata cara melaksanakan shalat.
3. 3. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini ialah untuk dapat memenuhi tugas mata kuliah
Fiqih dan menambah pengetahuan tentang shalat itu sendiri. Sehingga dengan penulisan
makalah ini kami dapat lebih luas tentang shalat.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Shalat
Asal makna shalat menurut bahasa arab ialah ”Doa” tetapi yang di maksud di sini ialah
shalat yang tersusun dari beberapa pekerjaan dan perbuatan itu yang dimulai dengan takbir
dan di sudahi dengan salam yang hal itu harus memenuhi beberapa syarat yang ditentukan.
Allah berfirman dalam surat At-Ankabut ayat 45:
Artinya: Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan
dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan
mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari
ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Ankabut : 45).
Sedangkan menurut Hasbi Ash Shiddieqy menegaskan bahwa pengertian shalat adalah
doa memohon kebajikan dan pujian. Sehingga jika ada kata-kata yang berbunyi ”shalat Allah
SWT kepada Nabinya” artinya pujian Allah SWT kepada Nabinya, pengertian ini di fahami
oleh orang Arab sebelum islam yang hal itu berada di dalam Al-Qur’an.
Artinya: ”Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa
kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui. (QS:At-Taubah | Ayat: 103)
2. Yang Sunnat Dilakukan Sebelum Shalat
4. Adapun yang sunah dilakukan ketika seseorang tersebut hendak melakukan atau
melaksanakan shalat ialah ketika waktu sampai pada waktunya yang biasanya di tandai
dengan kumandang adzan, maka seorang hamba wajib melaksanakan shlat tersebut.
Adzan memiliki arti ”memberitahukan” yang dimaksud disini ialah ”memberitahukan
bahwa waktu shalat telah tiba dengan lafaz yang ditentukan oleh syarat”. Dalam lafaz adzan
itu terdapat pengertian yang mengandung beberapa maksud penting, yaitu sebagai akidah,
seperti adanya Allah yang Maha Besar bersifat Esa, tidak ada sekutu bagiNya; serta
menerangkan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan allah yang cerdik dan bijaksana untuk
menerima wahyu dari Allah. Sesudah kita bersaksi bahwa tidak ada tuhan melainkan Allah
dan Nabi Muhammad utusan-Nya, kita diajak menanti perintahnya, yakni mengerjakan shalat,
kemudian diajaknya pula pada kemenangan dunia dan akhirat. Akhirnya disudahi dengan
kalimat tauhid.
Adzan dimaksudkan untuk memberitahukan bahwa waktu shalat telah tiba dan
menyerukan untuk melakukan shalat berjamaah. Selain itu untuk mensyiar agama islam di
muka umum. Allah telah berfirman dalam surat Al-Jumuah ayat 9 sebagai berikut :
Artinya: ”Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum´at,
maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang
demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (QS:Al-Jumuah | Ayat: 9)
3. Syarat – Syarat Sah Shalat
1. Syarat Wajib Shalat
Kewajiban shalat itu dibebankan atas orang yang memenuhi syarat-syarat yaitu,
islam, balig, berakal, dan suci. Orang kafir tetap berdosa karena tidak mengerjakan shalat,
sebagaimana ditunjukkan oleh ayat :
Artinya: “Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?". Mereka
menjawab: "Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat.”
(QS:Al-Muddatstsir | Ayat: 43)
Akan tetapi, mereka tidak dituntut melakukannya sebab shalat itu tidak sah
dilakukan oleh kafir. Jika seorang kafir masuk islam, kewajiban shalat sebelumnya
menjadi gugur dan ias tidak dituntut mengqada’ shalat msa kafirnya.
5. Orang murtad, jika masuk islam kembali, wajib mengqada’ shalat yang tinggal
selama murtadnya, sebab kewajiban shalat itu tidak gugur oleh kemurtadannya.
Anak-anak dan orang yang hilang akal karena gila atau sakit, tidak wajib melakukan
shalat berdasarkan sabda Rasulullah saw :
Diangkat qalam dari tiga orang; orang tidur sampai terjaga, anak-anak sampai
dewasa, dan ornga gila sampai ia sadar kembali. (HR. Abu Daud dan Tirmidiy).
Orang yang sedang haid atau nifas tidak wajib shlat, bahkan tidak sah melakukannya
sesuai dengan hadis ”A’isyah;
Kami haid, di sisi Rasulullah saw., kemudian suci kembali, lalu kami disuruhnya
mengqada’ puasa dan tidak disuruh mengqada’ shalat.
Jika orang yang memenuhi persyaratan ini tidak melakukan shalat, karena tidak mengakui
kewajibannya, maka dengan demikian ia telah menjadi kafir dan wajib dihukum bunuh sebagai
orang murtad. Sedangkan orang yang tetap mengakuinya sebagai kewajiban, tetapi tidak
melakukan karena malas atau alasan lainnya, para ulama berbeda pendapat tentang hukumannya.
Ahmad ibn Hanbal, Ishaq, dan Ibn Al-Mubarak berpendapat bahwa orang tersebut telah menjadi
kafir dan wajib dibunuh sebagai orang kafir. Malik, Abu Hanifah, dan Syafi’i, berpendapat
bahwa orang tersebut masih tetap sebagai orang muslim, tetapi ia berdosa besar, dan wjib di
hukum bunuh. Berbeda denganpendapat yang pertama, hukuman ini dipandang sebagai had atas
kesalahannya meningglkan shalat. Menurut Ahl Al-Zair, orang yang meninggalkan shalat
dikenakan hukuman ta’zir,yakni dipenjarakan sampai ia melakukan shalat.
2. Syarat Shah Shalat
Shalat dianggap sah menurut syara’ apabila dilakukan dengan memenuhi
persyaratan tertentu yaitu :
1. Suci badan dari hadats dan najis. Dalam hal ini sebelum melakukan shalat seseorang
harus bersuci dari hadats besar maupun kecil, dengan mandi, wudhu’, atau tayammum
sesuai dengan keadaannya masing-masing. Keharusan bersuci ini didasarkan atas
beberapa dalil ayat Al-Qur’an yang tertera dalam syrat Al-Maidah
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan
shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah
6. kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu
junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali
dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak
memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih);
sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak
menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan
nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.”. (QS:Al-Maidah Ayat: 6)
Jika seseorang melakukan shalat tanpa bersuci dari hadats, baik dengan sengaja
maupun terlupa, maka shalatnya menjadi batal sebab syarat-syarat tidak terpenuhi lagi.
Selain suci dari hadats juga disyaratkan suci badan, pekaian dan tempat shalat dari
najis berdasarkan beberapa dalil sebagai berikut : Ayat Al-Qur’an :
Artinya : ”Dan pakaianmu bersihkanlah” (Al-Muddatstsir : 4).
Hadits :
Apabila datang haid maka tinggalkanlah shalat, dan apabila haid itu telah pergi
maka basuhlah darah itu darimu dan shalatlah.
Ayat dan hadits ini menunjukkan keharusan menyucikan badan dari najis, sedangkan
keharusan kesucian pakaian diambil dari perintah Rasul saw. Untuk mencuci pakaian
yang terkena darah haid.
2. Menutup Aurat Dengan Pakaian yang Bersih. Menurut lughat, aurat berarti
kekurangan, cacat, dan sesuatu yang memalukan. Menutup aurat itu wajib dalam
segala hal, di dalam dan di luar shalat. Kewajiban menutup aurat di dalam shalat
termasuk hal yang disepakati (ijma’) ulama’, dan juga didasarkan pada hadits Rasul
saw .: Allah tidak menerima shalat perempuan yng telah dewasa kecuali dengan
memakai khimar, kerudung. (HR. Tirmiziy).
Bahan penutup aurat itu mestilah cukup tebal dan rapat sehingga dapat menutupi
warna kulit dari pandangan. Orang yang benar-benar tidak mendapatkan pakaian untuk
menutup auratnya dibolehkan shalat dalam keadaan telanjang; shalatnya sah dan tidak
mesti diulang lagi. Adapun batas-batas aurat yang wajib ditutupi itu, bagi laki-laki
7. ialah pusat dengan lutut, sedangkan bagi perempuan iaolah seluruh tubuhnya kecuali
wajah dan kedua telapak tangannya.
Menurut Ahmad ibn Hanbal, aurat laki-laki hanyalah qubul dan duburnya, tetapi
seluruh tubuh perempuan adalah aurat, termasuk wajah dan tangannya. Menurut Abu
Hanifah, telapak kaki perempuan tidak termasuk aurat.
3. Mengetahui Waktu Shalat. Persyaratan ini harus terpenuhi dengan benar-benar
mengetahui masuknya waktu berdasarkan tanda-tanda seperti yang telah dijelaskan
terdahulu, atau melalui ijtihad. Ijtihad yang dimaksudnkan dapat berupa perkiraan
waktu berdasarkan kegiatan tertentu, seperti membaca wirid atau pelajaran, menulis,
menjahit, atau pekerjan lainnya. Dapat juga dengan memperhatikan tanda-tanda lain
seperti kokok ayam, suara azan, posisi bintang-bintang, perhitungan waktu shalat
dengan menggunakan rumus-rumus ilmu falak dan sebagainya. Orang yang tidak
sanggup berijtihad karena tidak mengetahui tanda-tanda terkait dapat bertaqlid
mengikutu ijtihad orang lain.
4. Menghadap Kiblat. Para ulama telah ijma’ mengatakan bahwa tidak sah shalat tanpa
menghadap qiblat. Orang yang melakukan shalat harus menghdap dadanya ke qiblat.
Yang hal ini tertera dalam nas Al-Qur’an yang berbunyi :
Artinya : Palingkanlah wajahmu kearah Masjidil Haram, dan dimana saja kamu
berada, palingkanlah mukamu kearah qiblat. (Al-Baqarah : 144).
4. Shalat yang Wajib di Lakukan Oleh Mukalaf
Shalat yang wajib bagi tiap-tiap dewasa (mukallaf) yang berakal sehat ialah lima kali
sehari semalam, yakni shalat dhuhur, ashar, mghrib, isya’ dan subuh yang hal ini berkumpul
semuanya sebagai kesatuan hanya pada ajaran dibawa oleh Nabi Muhammad saw. Dan
kefardhoan shalat yang lima wktu itu di turunkan malam isro’ malam 27 buln rajab tahun 3
bulan terhitung semenjak Muhammad diangkat menjadi Rasul.
5. Tata Cara Shalat
1. Takbir
8. Shalat langsung diawali dengan takbir, sebab dasaat mau mengambil ir wudhu,
otomatis pada waktu itu niat shalat telah berlaku, sebab wudhu yang dilakukan memang
diperuntukkan niat untuk shalat. Setelah wudhu dengan sempurna, langsung berdiri
menghadap ke kiblat dan takbir.
Ucapan Takbir :
اهَللَُّ اكَْبَرْ
2. Iftitah
Setelah takbir dengan sempurna dalam posisi sendekap, langsung membaca do’ iftitah.
Do’a ini banyak jenisnya, sebab Nabi saw pernah melakukan berbagai macam. Pelaku
shalat dapat memilih slah satu diantara yang ada, sesuai dengan kelonggaran waktu yang
dimiliki, apabila waktunya panjang, dapat memilih yang panjang dan sebaliknya jika
waktunya sempit, boleh memilih yang pendek.
Do;a Iftitah:
Allahu Akbaru kabiraw ,
walhamdu lillahi kathiraw
wasubhanallahhi bukratau waasila
Wajjahtu wajhia lillazi
fataras sama wati wal ardh
hanifam muslimaw wama ana minal musyrikin
Inna solati wanusuki wamahyaya wammamati lillahi rabbil'alamin
La syarikalahu wabiza lika umirtu wa ana minal muslimin
Artinya:
Allah Maha Besar sebesar-besarnya.
Dan puji-pujian bagi Allah sebanyak-banyaknya.
Dan maha suci Allah siang dan malam.
Kuhadapkan mukaku, kepada yang menjadikan langit dan bumi,
aku cenderung lagi berserah kepada Allah dan bukanlah aku dari golongan orang-orang
yang menyekutukan Allah.
Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku kuserahkan hanya pada
Allah tuhan seru sekelian alam.
9. Sekali-kali tidaklah aku menyekutukanNya. Dan dengan demikian aku ditugaskan,
dan aku adalah dari golongan orang-orang Muslim (Islam).
3. Membaca Al-Fatihah dan Salah Satu Surat Al-Qur’an
Setelah selesai membaca do’a iftitah, langsung membaca al-fatihah dan posisi
gerakannya tetap seperti disaat iftitah. Membaca al-fatihah ini mutlak, sebagaimana sabda
Nabi saw :
Dari ‘Ubadah bin Shamid, i berkata : Telah bersabda Rasulullah saw.: Tidak ada
shlat (tidak syah) bagi orang yang tidak membaca ummul Qur’an (Al-Fatihah) (HR.
Bukhari Muslim).
Artinya:
1. Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
2. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.
3. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
4. Yang menguasai[4] di hari Pembalasan.
5. Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta
pertolongan.
6. Tunjukilah Kami jalan yang lurus,
7. (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan
(jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.
Setelah selesai membaca Al-Fatihah, langsung membaca salah satu surat atau ayat Al-
Qur’an dan posisi gerakannya sama (sendekap) sebagaimana disaat membaca Al-Fatihah.
10. Usahakan memilih surat atau ayat yang difahami maknanya agar dapat menjiwai disaat
membaca, adapun panjang pendek surat (ayat) disesuaikan dengan kelonggaran waktu.
Contohnya Q.S Al-Kafirun:
Artinya:
1. Katakanlah: "Hai orang-orang kafir,
2. aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
3. dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.
4. dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,
5. dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.
6. untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku."
4. Ruku’
Setelah selesai membaca salah satu surat (ayat), lalu takbir “Allahu Akbar”, dan
langsung badan membungkuk hingga kedua tangan diletakkan pada kedua lutut kaki.
Adapun bacan yang pernah dilakukan Rasulullah saw juga banyak jenisnya, dibolehkan
memilih salah satu, sesuai kelonggaran waktu. Do’a tersebut sebagai berikut :
Do’a ruku’ yang pernah dibaca Rasulullah saw :
Sub hana rabbiyal’adhim” (3x)
Maha suci Tuhanku, tuhan yang Maha Besar (HR. Muslim dan Ashabus Sunan).
11. Rasulullah saw, kadang-kadang berlama-lama ruku’ membaca do’a sepuluh kali tsbih
ini, kadang lebih dari itu dan sekurang-kurangnya 3 kali, sebab kalau ada keperluan
beliau menyegerakan shalatnya.
5. I’tidal
Setelah ruku’ dilakukan dengan sempurna, lalu bangun sambil mengangkat tangan
sebagaimana cara bertakbir, kemudian tangan lurus dengan badan dan bacaannya sebagai
berikut :
”Sami allahu liman hamidah”
Mudah-mudahan Allah mendengar pujian orang-orang yang memuji-mujinya (HR.
Bukhari, Muslim, Ahmad, Abi Daud dari Ali ra).
Kemudian membaca doa itidal:
”Rabbanaa walakal hamdu”
Wahai Tuhan kami dan segala puji hanyalah milik-Mu
6. Sujud
Setelah membaca do’a I’tidal langsung bersujud dengan cara meletakkan kedua
lututnya terlebih dulu ke depan, kemudian baru meletakkan kedua tangannya di samping
kiri-kanan kepala dan jari-jari tangan rapat sama dengan di saat takbir.
Doa sujud:
“Subhaana robbiyal a'laa”
Maha sucu Tuhanku yang Maha Tinggi
7. Duduk di antara dua sujud
Setelah sujud selesai dengan sempurna, lalu duduk iftirasy dengan cara melipatkan
kaki kiri dan meletakkan punggung (pantat) atasnya serta menegakan kaki kanan serta
menghadapkan ujung-ujung anak jari ke kiblat.
Doa duduj antara dua sujud:
“Rabbighfirlii warhamnii wajburnii warfa'nii warzuqnii wahdinii wa'aaifinii
wa'fuanii “
Artinya ;
12. Ya Allah ampunilah aku, sayangii aku, tutuplah aib-aibku, angkatlah derajatku berilah
aku rezeki, Berilah aku petunjuk, jadikanlah aku sehat, maafkanlah aku.
8. Duduk takhiyat atau tasyahud
Setelah selesai semua prosesi rakaat pertama dan kedua, langsung duduk takhiyat atau
tasyahud dengan cara kaki kiti diletakkan di bawah kaki kanan, sebagaimana posisi
duduk diantara dua sujud dan ia genggam tangannya dengan isyarat telunjuknya.
Doa tasyahud awal:
التهحِيهاتُ هِللَِّ وَالهصلَوَاتُ وَالطهيِِّبَاتُ، السهلاَمُ عَلَيْكَ أيَُّهَا النهبِيُّ وَرَحْمَةُ اهللَّ وَبَرَكَاتهُ ، السهلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَ عِبَا اهللَّ الهصالِحِينَ، أشَْهَد أنَْ لا إِلَه إِهلا اهللَّ وَأشَْهَدُ أهَن مُحَهمدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُه Artinya:
“Segala penghormatan bagi Allah, segala kesejahteraan dan kebaikan bagi Allah.
Semoga keselamatan, rahmat dan barakah Allah senantiasa dilimpahkan kepadamu wahai
Nabi (Muhammad). Semoga juga dilimpahkan kepada kami dan kepada semua hamba
Allah yang shalih. Aku bersaksi sesungguhnya tiada Tuhan kecuali Allah, dan aku
bersaksi sesungguhnya Nabi Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.” (HR. Bukhari,
Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban)
9. Salam (takhiat akhir)
Selesai tasyahud akhir langsung salam, dengan cara menoleh kekanan dan kekiri
sambil membaca :
السلام عليكم ورحمة الله
10. Do’a
Setelah slesai seluruh prosesi shalat yang mulai dari takbir hingga salam,
kemudian membaca do’a-do’a sesuai dengan contoh Rasulullah saw atau dapat juga
ditambah asalkan riwatnya sah. Do’a sesuadah shalat yang pernah dilakukan
Rasulullah saw,:
Adapun do’a yang sering Rasulullah baca ketika selesai shalat ialah sebagai berikut :
لا اله الاالله واحده لاشريك له, له الملك وله الحمد وهو عل كم شئ قدير, اللهم لا مانع أعطية ولا معطي
لما منعت ولاينفع ذالجد اللهم ان اعوذبك من البخل واعوذبك من الجبن واعوذ بك من ان ار ال ارذل العمر
13. واعوذبك من فتنة الدنيا واعوذبك من عذاب القبر اللهم انت لسلام ومنك السلام بتاركت ربنا ياذالجلال
والاكرام
„Tidak ada Tuhan kecuali Allah sendiri, tiada sekutu baginya, kepunyaan-Nyalah
sekalian kerajaan dan bagi-Nyalah sekalian pujian dan ia di atas sesuatu amat
berkuasa. Wahai Tuhan yang tidak ada yang bisa menghlangi apa yang engkau beri
dan tidak ada yang bisa menarik manfaat dari padamu untuk si kaya“ (HR.
Muttafaqun’Alaih). “Wahai Tuhanku, aku berlindung kepadamu dari pada
kebakhilan dan aku berlindung kepadamu dari pada ketakuta, dan aku berlindung
dari padamu daripada umur yang pikun dan aku berlindung kepadamu daripada
percobaan hidup dan aku berlindung kepadamu dari azab kubur“ (HR. Bukhari).
“Wahai Tuhan, tolonglah aku untuk dapat mengingatmu dan berterima kasih
kepadamu dan beribadah yang baik kepadamu“ (HR. Abu Daud, Ahmad dan An-
Nasa’i).
14. BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Sholat merupakan inti (kunci) dari segala ibadah juga merupakan tiang agama,
dengannya agama bisa tegak dengannya pula agama bisa runtuh. Sholat mempunyai dua
unsur yaitu dzohiriyah dan batiniyah. Unsur dzohiriyah adalah yang menyangkut perilaku
berdasar pada gerakan sholat itu sendiri, sedangkan unsur yang bersifat batiniyah adalah
sifatnya tersembunyi dalam hati karena hanya Allah-lah yang dapat menilainya.
Shalat banyak macamnya ada shalat sunnah, ada juga sholat fardhu yang telah di tentukan
waktunya. Khilafiyyah kaum muslimin tentang shalat adalah hal yang biasa karena rujukan
dan pengkajiannya semuanya bersumber dari Al-Qur’an dan hadis, hendaknya perbedaan
tersebut menjadi hikmah keberagaman umat islam.
2. Kritik dan saran
Begitulah makalah ini disusun. Seperti halnya pepatah “tak ada gading yang tak
retak” penulis juga menyadari bahhwa makalah yang telah selesai disusun ini sangalah jauh
dari kesempurnaan. Maka dari itu penulis berharap kritik dan saran yang mebangun.