SlideShare a Scribd company logo
“TEKNOLOGI NON-PHOTO-VOLTAIC SOLAR
 THERMAL COLLECTOR SEBAGAI PEMANFAATAN
ENERGI SURYA UNTUK PEMASAK DAN PENGERING
             HASIL PERTANIAN”
DIAJUKAN UNTUK MENJAWAB SOAL OPEN ENDED DALAM MENGIKUTI SELEKSI
         PROVINSI OLIMPIADE SAINS NASIONAL PERTAMINA 2012


Disusun oleh :
Muya Farizta Avisiena
No. Peserta : 1522069




                   JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

                 UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

                             2012
Kata Pengantar


Bismillahi-rahmanirrahim.
       Alhamdulillah alhamhamdulillahirobbil alamin segala puji syukur kami
panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga
penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Teknologi Non-Photo-Voltaic
Solar Thermal Collector Sebagai Pemanfaatan Energi Surya Untuk Pemasak dan
Pengering Hasil Pertanian” ini tanpa suatu hambatan yang berarti. Tanpa pertolongan-
Nya mungkin penyusun tidak akan menyelesaikan makalah ini dengan baik.
       Makalah ini sengaja sengaja disusun untuk menjawab soal open ended dalam
mengikuti seleksi provinsi Olimpiade Sains Nasional Pertamina 2012. Selain itu
untuk memberi informasi kepada pembaca mengenai pemanfaatan energi surya untuk
keperluan peralatan rumah tangga sehari-hari menggunakan teknologi Solar Thermal
Collector.
       Ucapan terima kasih penyusun haturkan kepada bapak Drs.Supriyadi selaku
dosen mata kuliah Optika Geometri yang telah membantu kami melalui penjelasan
beliau mengenai teknologi non-photo-voltaic dan optika sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
       Penyusun sadar bahwa, “Tiada gading yang tak retak”, oleh karena itulah
kami mohon maaf atas kekurangan dan kelebihan dalam penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Terima kasih.




                                                      Yogyakarta, 06 Oktober 2012




                                                              Penyusun




                                                                                   i
Daftar Isi

Kata Pengantar ……………………………………………………………...i
Daftar Isi ……………………………………………………………………ii
Bab I. Pendahuluan
      1.1 Latar Belakang …………………………………………………...1
      1.2 Perumusan Masalah ……………………………………………. 3
      1.3 Tujuan Penyusunan ……………………………………………....4
Bab II. Tinjauan Pustaka
      2.1 Energi Matahari Dan Pemanfaatannya …………………………...5
      2.2 Perpindahan Panas ………………………………………………. 5
      2.3 Kolektor Surya (SolarThermal Collector) ………………………..5
      2.4 Pemanfaatan Teknologi Surya Termal …………………………...9
Bab III. Pembahasan
      3.1 Kelebihan Solar Thermal Collector …………………………….. 10
      3.2 Aplikasi Solar Thermal Collector ………………………………. 10
      3.3 Model dan Mekanisme Kerja Alat ……………………………… 11
      3.4 Optimalisasi Penggunakan Solar Thermal Collector …………….19
      3.5 Simulasi Perhitungan …………………………………………….20
Bab IV. Penutup
      4.1 Kesimpulan ………………………………………………………22
      4.2 Saran ……………………………………………………………..22
Daftar Pustaka ……………………………………………………………...23




                                                                      ii
BAB 1
                                 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
          Minyak bumi adalah sumber energi yang tidak dapat diperbaharui, dimana jika
    terus menerus dipergunakan akan berkurang bahkan sumber energi ini dapat habis.
    Dengan semakin berkurangnya energi tak terbaharui ini maka banyak penelitian yang
    dilakukan untuk memanfaatkan dan mengoptimalkan penggunaan dari energi yang
    dapat diperbaharui. Energi terbaharui ini merupakan energi yang jika kita manfaatkan
    tidak akan pernah habis, salah satunya adalah energi matahari.
          Energi matahari merupakan salah satu sumber energi alternatif yang sangat
    mudah di peroleh di Indonesia bahkan dianggap gratis, karena Indonesia merupakan
    Negara yang terletak di daerah khatulistiwa. Pemanfaatan energi surya sudah lama di
    lakukan oleh masyarakat Indonesia baik untuk pengering pakaian, kayu, dan hasil
    pertanian. Namun pemanfaatan dari energi matahari ini tidak dilakukan secara
    optimal. Sebagian contoh adalah pengeringan gabah yang mana hanya diletakkan
    pada sebuah areal yang luas dan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk
    mengeringkannya. Oleh karena itu perlu dilakukan sebuah penelitian agar energi
    matahari yang ada ini dapat dimanfaatkan dengan semaksimal mungkin.
           Sinar matahari adalah salah satu gelombang elektromagnetik yang
    memancarkan energi, yang disebut dengan energi surya, ke permukaan bumi secara
    terus menerus. Energi ini mempunyai sifat antara lain tidak bersifat polutan, tidak
    dapat habis (terbarukan) dan juga gratis. Bumi menerima daya radiasi surya sekitar
    108 PW (1PW=1015W), atau dalam 1 tahun total energi surya yang sampai di
    permukaan bumi sekitar 3.400.000 EJ (1EJ=1018J). Hanya diperlukan 2 jam radiasi
    sinar surya untuk memenuhi kebutuhan energi dunia selama satu tahun sebesar 474
    EJ (data tahun 2008). Tetapi, potensi energi yang sangat besar ini belum dimanfatkan
    secara optimal dan masih terbuang begitu saja. Suatu studi menyebutkan energi surya
    yang sudah dimanfaatkan sebesar 5 GW melalui sel surya dan 88 GW melalui
    pemanas air. Jumlah ini tidak ada artinya dibandingkan dengan radiasi yang diterima
    bumi.
          Sebagai negara yang terletak di daerah katulistiwa, yaitu pada 6 o LU – 11o LS
    dan 95o BT – 141o BT, dan dengan memperhatikan peredaran matahari dalam setahun
    yang berada pada daerah 23,5o LU dan 23,5o LS akan mengakibatkan suhu di
    Indonesia cukup tinggi (antara 26º C - 35º C) dan bila saat cuaca cerah akan disinari
    matahari selama 6 –7 jam dalam sehari. Bagian barat Indonesia mendapat rata-rata
    radiasi sebesar 4,5 KWh/m2/hari dengan varisi bulanan sekitar 10% dan bagian timur
    5,1 kWH/m2/hari dengan varisi bulanan sekitar 9%. Sifat radiasi matahari yang
    diperoleh di daerah ini dapat dikatakan lebih kecil perubahannya terhadap rata-rata



                                                                                       1
tiap tahunnya. Dilain pihak, pancaran radiasi ini sifatnya periodik setiap hari dan
setiap tahunnya secara terus menerus.




                     Tabel 1. Intensitas Radiasi Matahari di Indonesia
      Ada dua cara memanfaatkan energi surya yang berlimpah ini, yaitu dengan sel
surya dan surya termal. Teknologi dengan sel surya tergolong efisien dan bersih,
tetapi memerlukan peralatan yang cukup mahal. Sementara, teknologi surya termal
adalah mengumpulkan radiasi surya dalam bentuk panas. Cara ini umumnya tidak
membutuhkan peralatan yang rumit dan relatif lebih mudah untuk dilakukan. Secara
global pemanfaatan energi surya termal masih jauh lebih banyak dibanding sel surya.
Fakta ini menunjukkan bahwa tersedia energi surya yang cukup besar dan dapat
dimanfaatkan dalam bentuk energi termal.
      Salah satu kebutuhan energi sehari-hari dalam rumah tangga adalah untuk
keperluan memasak. Untuk memanfaatkan energi matahari dalam keperluan
memasak dapat digunakan kompor energi surya; dimana sebuah kolektor dengan
bidang berbentuk parabolik digunakan untuk mengumpulkan sinar matahari ke satu
titik fokus sehingga mengahasilkan panas yang besar. Bentuk dan kelengkungan
kolektor parabolik ini sangat menentukan letak titik fokusnya yang nantinya
berpengaruh pada kinerja dari kompor energi surya. Untuk mengetahui seberapa
besar potensi pemanfaatan kompor energi surya untuk keperluan rumah tangga
khususnya memasak ini, perlu dilakukan penelitian/ pengujian.
      Industri pengering, termasuk pengeringan produk pertanian adalah termasuk
salah satu proses produksi yang banyak menggunakan energi. Studi di beberapa
negara menunjukkan bahwa persentasi konsumsi energi nasional untuk pengeringan
                                                                                 2
relatif cukup besar. Menurut studi negara-negara seperti USA, Kanada, Perancis,
   Inggris mengkonsumsi sekitar 10-15% dari energi nasionalnya untuk pengeringan.
   Jerman dan Denmark bahkan lebih besar yaitu sekitar 20-25%. Meskipun belum ada
   studi yang melaporkannya, diperkirakan Indonesia dan negara-negara lainnya,
   menggunakan konsumsi energi nasionalnya untuk pengeringan pada kisaran 5-25%.
   Secara global, data tahun 2007 menyatakan 86,4% konsumsi energi dunia dipasok
   oleh sumber energi berbasis fosil seperti minyak bumi, gas alam, dan batubara.
   Pembakaran sumber energi berbasis fosil ini setara dengan pelepasan 21,3 Gigaton
   karbon dioksida ke alam, tetapi alam dengan bantuan hutan hanya mampu menyerap
   setengah dari jumlah ini. Oleh karena itu akan ada penambahan karbon dioksida
   sekitar 10,6 Gigaton pertahun. Jika tidak ada langkah konkrit, ini akan meningkat
   terus di tahun-tahun mendatang seiring dengan meningkatnya kebutuhan energi
   dunia. Gas inilah salah satu yang akan menyebabkan pemanasan global, dan jika
   lajunya tidak dikurangi akan membahayakan kelangsungan hidup bumi sebagai planet
   yang bisa dihuni umat manusia dan mahluk hidup lainnya. Fakta-fakta ini
   menunjukkan bahwa proses pengeringan termasuk salah satu penyumbang pelepasan
   karbon dioksida ke alam yang relatif besar.
          Untuk mengurangi pemakaian energi berbasis fosil yang akan menyebabkan
   pemanasan global, salah satunya adalah pemanfaatan energi sinar matahari.
   Pemanfaatan energi sinar matahari dapat digunakan pada mesin pengering.
   Pengolahan pasca panen hasil pertanian atau perkebunan mempunyai peranan penting
   dalam kehidupan masyarakat Indonesia, yang sekaligus juga merupakan sumber
   pemasukan devisa negara yang cukup besar. Dengan penerapan sistem energi sinar
   matahari pada teknologi ini, diharapkan akan mempercepat proses pengeringan hasil
   pertanian. Selain untuk mempercepat pengeringan, juga dapat menjaga mutu dan
   kualitas hasil pertanian tersebut.

1.2 Perumusan Masalah
    Adapun rumusan masalah yang sesuai untuk masalah ini adalah:
    1. Apakah kelebihan dan kekurangan Solar Thermal Collector dibandingkan dengan
       yang berbasis photo-voltaic?
    2. Alat-alat rumah tangga apa saja yang mungkin dapat didisain untuk dioperasikan
       dengan energi surya melalui Solar Thermal Collector?
    3. Mengapa dan dalam situasi bagaimana alat pemasak dan pengering hasil-hasil
       pertanian dengan energi surya menjadi penting?
    4. Bagaimana mekanisme kerja alat pemasak dan pengering hasil-hasil pertanian
       dengan energi surya melalui teknologi Solar Thermal Collector?
    5. Bagaimana cara menyusun dan desain model dari alat pemasak dan pengering
       hasil-hasil pertanian menggunakan teknologi Solar Thermal Collector?



                                                                                   3
1.3 Tujuan Penyusunan
    Adapun tujuan penyusunan yang sesuai untuk masalah ini adalah:
    1. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan teknologi Solar Thermal Collector
       dibandingkan dengan yang berbasis photo-voltaic.
    2. Membuat alat-alat rumah tangga apa saja yang mungkin dapat didisain untuk
       dioperasikan dengan energi surya melalui Solar Thermal Collector.
    3. Untuk mengetahui mengapa dan dalam situasi bagaimana alat pemasak dan
       pengering hasil-hasil pertanian dengan energi surya menjadi penting.
    4. Menjelaskan mekanisme kerja alat pemasak dan pengering hasil-hasil pertanian
       dengan energi surya melalui Solar Thermal Collector.
    5. Menjelaskan cara menyusun dan desain model dari alat pemasak dan pengering
       hasil-hasil pertanian menggunakan teknologi Solar Thermal Collector.




                                                                                 4
BAB 2
                              TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Energi Matahari dan Pemanfaatannya
        Sebagai bintang yang paling dekat dari planet biru Bumi, yaitu hanya berjarak
    sekitar 150 juta km, sangatlah alami jika hanya pancaran energi matahari yang
    mempengaruhi dinamika atmosfer dan kehidupan di Bumi. Energi yang datang ke
    Bumi sebagian besar merupakan pancaran radiasi matahari. Energi ini kemudian
    ditransformasikan menjadi bermacam-macam bentuk energi, misalkan pemanasan
    permukaan Bumi, gerak dan pemanasan atmosfer, gelombang lautan, fotosintesa
    tanaman dan reaksi fotokimia lainnya.
        Penyebaran sinar matahari setiap tahun dibelahan bumi bervariasi. Indonesia rata-
    rata menerima sinar matahari delapan jam perhari dan intensitas sinar matahari yang
    masuk ditentukan posisi matahari terhadap kolektor.

2.2 Perpindahan Panas
        Sebagai suatu gambaran mengenai tiga cara perpindahan panas dalam sebuah alat
    pemanas cairan surya, panas mengalir secara konduktif sepanjang pelat penyerap dan
    melalui dinding saluran. Kemudian panas dipindahkan ke fluida dalam saluran
    dengan cara konveksi, apabila sirkulasi dilakukan dengan sebuah pompa, maka
    disebut konveksi paksa. Pelat penyerap yang panas itu melepaskan panas ke plat
    penutup kaca ( umumnya menutupi kolektor) dengan cara konveksi alamiah dan
    dengan cara radiasi.
        Bila dua benda atau lebih terjadi kontak termal maka akan terjadi aliran kalor dari
    benda yang bertemperatur lebih tinggi ke benda yang bertemperatur lebih rendah,
    hingga tercapainya kesetimbangan termal. Proses perpindahan panas ini berlangsung
    dalam 3 mekanisme, yaitu : konduksi, konveksi dan radiasi.

2.3 Kolektor Surya (Solar Thermal Collector)
       2.3.1 Prinsip Solar Thermal Collector
               Kolektor surya merupakan piranti utama dalam sistem surya termal yang
       berfungsi mengumpulkan dan menyerap radiasi sinar matahari dan
       mengkonversinya menjadi energi panas. Ketika cahaya matahari menimpa
       absorber pada kolektor surya, sebagian cahaya akan dipantulkan kembali ke
       lingkungan, sedangkan sebagian besarnya akan diserap dan dikonversi menjadi
       energi panas, lalu panas tersebut dipindahkan kepada fluida yang bersirkulasi di
       dalam kolektor surya untuk kemudian dimanfaatkan pada berbagai aplikasi yang
       membutuhkan panas.
       2.3.2 Tipe kolektor surya



                                                                                         5
Kinerja sistem surya termal sangat dipengaruhi oleh rancangan dan
pemilihan jenis kolektor surya, desain sistem / aplikasi, serta pemilihan material.
Kolektor surya dapat dibuat dalam berbagai bentuk dan ukuran tergantung pada
aplikasi yang dibutuhkan. Saat ini terdapat berbagai jenis kolektor surya termal,
antara lain:
a. Kolektor surya pelat datar
        Kolektor surya pelat datar merupakan jenis kolektor yang saat ini sudah
    banyak dipasaran. Kolektor ini umumnya digunakan untuk memanaskan air
    atau udara dengan suhu operasi yang cukup rendah, yaitu dibawah 800C. Ciri
    khas kolektor pelat datar adalah berupa kotak logam/ baja terisolasi yang
    memiliki pelat penyerap (absorber) berwarna hitam dan ditutupi oleh lapisan
    kaca/plastik transparan/tembus cahaya. Kolektor jenis ini bekerja seperi efek
    rumah kaca yang menjebak panas didalam pelat kaca transparan dan
    kemudian mentransfernya ke fluida cair atau udara. Keuntungan kolektor
    surya jenis ini adalah tidak membutuhkan biaya yang tinggi dan dapat
    menerima radiasi surya langsung maupun radiasi sebaran.
    Kolektor surya pelat datar pada umumnya terdiri dari komponen-komponen,
    seperti:
    1. Lapisan penutup (cover)
        Berfungsi melewatkan sinar radiasi agar diterima oleh pelat penyerap dan
        mengurangi jumlah panas yang keluar dari kolektor.
    2. Pelat penyerap (absorber)
        Berfungsi menyerap sinar matahari sebanyak mungkin dan merubahnya
        menjadi energi panas untuk ditransfer ke fluida pemanas (cairan atau
        udara). Biasanya bagian ini berwarna gelap dan material yang biasa
        digunakan adalah tembaga, aluminium dan baja tahan karat. Plat
        aluminium dipilih karena mempunyai konduktivitas termal yang cukup
        tinggi yaitu sebesar 211 W/m°C, tahan terhadap korosi dan mudah
        didapatkan.
    3. Penyekat / isolasi (insulation)
        Berfungsi untuk meminimalisir panas yang hilang dari absorber menuju
        lingkungan. Isolasi yang baik akan menyebabkan energi surya yang
        diserap akan semakin besar. Panas yang keluar dari kolektor surya
        bervariasi sesuai dengan tingkat isolasi. Dan arah kolektor idealnya
        menghadap ke Utara atau ke Selatan, tergantung pada periode waktu (arah
        matahari). Isolasi diletakkan pada bagian bawah dan samping kolektor,
        dimana bahan isolasi yang dipilih adalah glass wool, karena mempunyai
        konduktivitas thermal yang rendah yaitu 0,043 W/m°C.
    4. Frame / Casing
        Berfungsi sebagai struktur pembentuk dan penahan beban kolektor.


                                                                                 6
Gambar 1. Kolektor Surya Pelat Datar

b. Kolektor tabung hampa (vacuum tubecollector)
       Jenis ini dirancang untuk menghasilkan energi panas dengan temperatur
   yang lebih tinggi. Keistimewaannya terletak pada efisiensi transfer panasnya
   yang tinggi tetapi faktor kehilangan panasnya yang relatif rendah. Hal ini
   dikarenakan fluida yang terjebak diantara absorber dan cover-nya
   dikondisikan dalam keadaan vakum, sehingga mampu meminimalisasi
   kehilangan panas yang terjadi daripermukaan luar absorber menuju
   lingkungan.




               Gambar 2. Kolektor Surya Tabung Hampa

c. Kolektor parabola / konsentrator
       Jenis ini dirancang untuk aplikasi yang membutuhkan energi panas pada
   temperature tinggi di atas 1000C. Kolektor surya jenis ini mampu
   memfokuskan energi radiasi cahaya matahari pada suatu receiver, sehingga
   dapat meningkatkan kuantitas energi panas yang diserap oleh absorber.
   Komponen konsentrator harus terbuat dari material dengan transmisivitas
   tinggi.




                                                                             7
Gambar 3. Kolektor Surya Parabola/Konsentrator

d. Kolektor Prismatik
       Kolektor surya tipe prismatik adalah kolektor surya yang dapat menerima
   energi radiasi dari segala posisi matahari. Kolektor jenis ini juga dapat
   digolongkan dalam kolektor plat datar dengan permukaan kolektor berbentuk
   prisma yang tersusun dari empat bidang yang berbentuk prisma, dua bidang
   berbentuk segitiga sama kaki dan dua bidang berbentuk segi empat siku – siku
   sehingga dapat lebih optimal proses penyerapan. Tipe kolektor jenis
   Prismatik ini dapat dilihat seperti gambar berikut.




                        Gambar 4. Kolektor Surya Prismatik


2.3.3 Pemasangan kolektor surya
        Kolektor surya harus dipasang menghadap matahari. Pada pagi hari
menghadap timur, siang menghadap utara / selatan, sore menghadap barat untuk
yang halamannya luas. Bagi yang halamannya sempit arahkan ke utara bila berada
disebelah selatan khatulistiwa dan arahkan ke selatan bagi yang bertempat tinggal
di sebelah utara khatulistiwa. Pengaturan arah kolektor surya ini diperlukan untuk
mendapatkan intensitas radiasi surya yang optimal.
                                                                                8
2.4 Pemanfaatan Teknologi Surya Termal
    Aplikasi pemanfaatan teknologi surya termal / kolektor surya dibedakan atas :
    1. Aplikasi skala rendah (temperatur kerja lebih kecil, maksimal 60oC)
       Menggunakan teknologi sederhana untuk aplikasi pemanas air rumah tangga,
       pemanas kolam (solar pond), pengering hasil panen dengan menggunakan
       teknologi efek rumah kaca, dll.
    2. Aplikasi skala menengah (temperatur kerja antara 60 -120oC)
       Menggunakan teknologi madya untuk aplikasi sistem pemanas air bangunan
       komersial, memasak (kompor surya), pengering, penyuling air, sterilisator.
    3. Aplikasi skala tinggi (temperatur kerja antara > 120oC)
       Menggunakan teknologi tinggi (seperti kolektor tabung hampa/vacuum tube
       collector, concentrator solar power/CSP, heat pipe dll) untuk aplikasi
       pendinginan (AC/ kulkas) dan sistem pembangkit listrik skala besar. Pemanfaatan
       surya termal yang sesuai untuk daerah pedesaan adalah aplikasi skala kecil dan
       menengah, seperti memasak (kompor surya), pengeringan dan penyulingan air
       minum (desalinasi).




                        Gambar 5. Aplikasi Surya Termal berdasarkan suhu




                                                                                    9
BAB 3
                                 PEMBAHASAN


3.1 Kelebihan Solar Thermal Collector dibandingkan Teknlogi Photo-Voltaic
    Kelebihan dari Solar Thermal Collector jika dibandingkan teknologi Photo-Voltaic
    adalah sebagai berikut :
        1. Alat dan bahan relatif mudah didapat,
        2. Sumber energinya dapat diperoleh dengan gratis,
        3. Biaya operasional sangat rendah karena bahan dan sumber energi dapat
            diperoleh dengan mudah dan gratis,
        4. Tidak mengenal problem limbah karena memang tidak menghasilkan limbah
            berbahaya,
        5. Proses produksinya tidak menyebabkan kenaikan temperatur bumi,
        6. Tidak terpengaruh kenaikkan harga bahan bakar.
        7. Dapat diproduksi sendiri tanpa menggunakan alat produksi yang canggih
            (home made)
    Jika dibandingkan dengan Solar Thermal Collector, teknologi Photo-Voltaic memiliki
    beberapa kelemahan antara lain sebagai berikut :
        1. Bahan baku panel surya mahal dan relatif sulit untuk dibuat,
        2. Biaya operasional dan perawatannya cukup mahal,
        3. Memerlukan rangka atau struktur tersendiri,
        4. Masih membutuhkan atap atau genteng pada bagian bawah panel surya,
        5. Pemasangan sulit, membutuhkan waktu lama,
        6. Berat sehingga menambah beban struktur,
        7. Efisiensi energi listrik yang dihasilkan kurang,
        8. Kurang menarik atau merusak keindahan bangunan,

3.2 Aplikasi Solar Thermal Collector
    Solar Thermal Collector memiliki banyak fungsi dan bisa diaplikasikan dalam
    berbagai peralatan rumah tangga. Beberapa peralatan yang dapat menggunakan
    teknologi Solar Thermal Collector adalah sebagai berikut :
        1. Alat pemanas air
        2. Pembangkit listrik termal
        3. Alat pemanas ruangan
        4. Alat masak (kompor)
        5. Alat pengering hasil pertanian
        6. Alat distilasi air, dll




                                                                                   10
3.3 Model dan Mekanisme Kerja Alat Pemasak dan Pengering Hasil Pertanian
    Menggunakan Solar Thermal Collector
        Solar Thermal Collector dapat disusun menjadi peralatan pemasak dan pengering
    hasil pertanian. Mekanisme kerja dan model Solar Thermal Collector untuk dibuat
    menjadi alat-alat tersebut dijelaskan dalam pemaparan berikut ini.
    3.3.1 Kompor surya
        Ketergantungan masyarakat pedesaan terhadap kebutuhan bahan bakar seperti
    minyak tanah, gas dan dan kayu bakar untuk memasak dapat diatasi dengan
    memanfaatkan kompor/oven surya. Kompor dan oven surya adalah salah satu bentuk
    kolektor surya yang digunakan sebagai perangkat memasak. Secara umum kompor
    surya dibedakan
    atas beberapa tipe, yaitu ;
    1. Kompor surya tipe kotak / oven surya
               Kompor surya tipe ini berbentuk kotak kedap udara dengan interior
        berwarna gelap dan penutup bagian atas yang terbuat dari kaca/cermin untuk
        menjebak panas matahari didalam kotak. Prinsip kerjanya sama dengan kolektor
        surya pelat datar. Kompor tipe ini disebut juga oven surya karena bentuknya
        menyerupai oven.




                            Gambar 6. Kompor Surya Tipe Kotak
       a. Cara Membuat
                Kompor berbentuk kotak dapat dibuat sendiri dengan menggunakan
          bahan seadanya atau dibuat oleh pabrik untuk dijual. Bentuknya berkisar dari
          kompor dari kardus kecil, cocok untuk memasak satu jenis masakan pada saat
          hari terang hingga kompor dari bahan kayu dan gelas yang dibangun di bagian
          rumah yang paling banyak kena sinar matahari. Isolasi panas pada bagian
          dalam kompor berbentuk kotak ini harus mampu menahan panas hingga
          150 °C tanpa meleleh atau menghasilkan gas. Remasan kertas, wol, sisa kain,
          rumput kering, potongan kardus, dan sebagainya dapat digunakan sebagai
          isolasi panas pada dinding kompor. Bagian tutup yang transparan terbuat dari
          gelas, yang tahan lama tapi sulit penggunaannya atau kantong plastik oven
          tahan panas yang lebih mudah digunakan, ringan dan murah tapi tidak tahan


                                                                                   11
lama. Jika panci dan/atau bahan bagian dasar kompor berwarna hitam sulit
       didapatkan, bisa dengan menggunakan cat semprot hitam (yang tidak beracun
       ketika panas), cat tempera hitam (cat berbahan dasar telur), atau jelaga pada
       bagian-bagian yang sebaiknya berwarna gelap

   b. Cara Kerja Alat
             Pengoperasian oven surya sangat simpel dan mudah, tetapi waktu yang
       diperlukan untuk memasak nasi sekitar 3-5 jam. Meskipun suhu didalam oven
       surya tidak sepanas oven konvensional, hanya bisa mencapai 150°C tetapi
       masih dapat mematangkan makanan dalam waktu yang lebih lama. Makanan
       yang mengandung air tidak akan dapat mencapai panas lebih dari 100°C.
       Kompor juga dapat digunakan untuk menghangatkan makanan dan minuman
       serta untuk mempasturisasi air dan susu. Karena tidak dapat mencapai
       temperatur yang tinggi, makanan dapat dimasak sepanjang hari tanpa khawatir
       menjadi hangus. Namun demikian, memasak dengan kompor ini sebaiknya
       dilakukan sebelum tengah hari. Oven surya dengan luas permukaan 0.25 m2
       memiliki kapasitas sebesar 4 kg dan dapat memenuhi kebutuhan keluarga
       beranggota 5 orang.
2. Kompor Surya Tipe Parabola / Konsentrator
           Prinsip kerja kompor parabola ini mirip sama dengan kolektor
   parabola/konsentrator. Kompor parabola terdiri atas sekumpulan cermin pemantul
   yang disusun berbentuk parabola dan dilengkapi dengan tempat panci di titik
   fokus parabola yang berfungsi sebagai receiver. Cermin parabola akan
   memfokuskan sinar radiasi surya ke arah panci untuk memasak makanan yang
   ada didalam panci. Kompor jenis ini biasanya digunakan untuk memasak dalam
   skala besar.




                       Gambar 7. Kompor Surya Tipe Parabola

3. Kompor Surya Tipe Panel
          Kompor panel merupakan kombinasi antara kompor parabola dengan oven
   surya. Kompor jenis ini yang paling banyak digunakan karena memiliki berbagai
   keunggulan, diantaranya adalah temperature yang dihasilkan tidak sepanas
   kompor parabola sehingga relatif aman, bentuknya yang flat juga aman bagi mata,
                                                                                 12
mudah diproduksi dengan teknologi sederhana dan biaya yang murah, serta
   mudah dibawa dan disimpan.




                         Gambar 8. Kompor Surya Tipe Panel
4. Sistem Kompor Surya Indoor
          Memasak menggunakan energi surya juga dapat dilakukan di dalam
   ruangan, yaitu membuat sistem kompor surya dengan menggunakan kolektor
   surya parabola atau tabung hampa. Prinsip kerja sistem kompor surya indoor ini
   adalah mengalirkan/ mengarahkan panas yang dihasilkan oleh kolektor surya ke
   dalam ruang memasak/dapur.




    Gambar 9. Kompor Surya Indoor Menggunakan Kolektor Surya Tabung Hampa

3.2.2 Pengering Tenaga Surya
Energi surya dapat dimanfaatkan untuk mengeringkan produk hasil pertanian,
perikanan dan sebagainya. Secara umum sebuah pengering surya terdiri atas kolektor
surya yang berfungsi menyerap sinar matahari dan ruang pengering yang merupakan
tempat untuk produk yang akan dikeringkan. Klasifikasi pengering surya secara
umum adalah :
1. Pengering Surya Pasif dan Aktif Tipe Langsung
           Pada pengering tipe langsung ini, panas dihasilkan karena adanya
    penyerapan energi matahari oleh bagian dalam ruang pengering. Selain
    memanaskan udara, radiasi matahari juga memanaskan produk yang dikeringkan.
    Sirkulasi udara pada pengering surya pasif tipe langsung mengalir secara
    konveksi bebas, sedangkan pada pengering surya aktif tipe langsung udara
    mengalir karena adanya fan atau blower (konveksi paksa).




                                                                               13
Gambar 10. Pemanas Surya Langsung Pasif (kiri) dan aktif (kanan)

2. Pengering Surya Pasif dan Aktif Tipe Tidak Langsung
           Sistem pengering tipe ini terdiri dari kolektor dan ruang pengering yang
   terpisah. Udara dari luar masuk diantara kaca dan absorber. Udara menjadi panas
   karena terjadi perpindahan panas antara absorber ke udara. Udara panas ini
   kemudian dialirkan ke dalam ruang pengering tempat produk berada dan
   dikeluarkan melalui cerobong. Udara panas yang dihasilkan di kolektor dapat
   dialirkan dengan dua cara yaitu konveksi bebas (pasif) dan konveksi paksa (aktif)
   dengan menggunakan blower.




                          Gambar 11. Pengering Surya Tipe Langsung
3. Pengering Surya Pasif dan Aktif Tipe Gabungan
           Sistem pengering tipe ini merupakan kombinasi dari tipe langsung dan
   tidak langsung. Prinsip kerjanya hampir sama, radiasi matahari selain digunakan
   untuk memanaskan udara yang berada di kolektor juga digunakan untuk
   memanaskan produk yang berada di ruang pengering.




                                                                                 14
Gambar 10. Tipe-tipe Pengering Surya

Pembuatan Mesin Pengering Surya Sederhana :
Dalam perencanaan dan pembuatan alat pengering surya ini konsep perencanaan
yang dipakai adalah konvensional, artinya pengering surya ini dibuat didasarkan
pada ketersediaan bahan yang ada di pasar dan tidak memerlukan peralatan
khusus pada pembuatan pengering ini.
a. Perencanaan Reflektor
   Pembuatan reflektor terdapat beberapa komponen yaitu :
   1. Pembentukan cermin
       Pada tahap ini kita bentuk kaca cermin dengan 2 ukuran yaitu segi empat
       dengan ukuran 40 x 40 Cm dan segetiga dengan ukuran sisi-sisinya 37 x
       37 x 24 cm keduanya masing-masing berjumlah 4 buah




                          Gambar 11. Ukuran Kata Cermin
   2. Pembentukan Kerangka Reflektor
      Buat rangka reflektor dari bahan triplek plat aluminium dan besi batangan.
      Triplek kita potong dengan sesuai ukutan kaca dan jumlah yang sama
      dengan potongan cermin, sedangkan plat alumunium kita bentuk sesuai
      dengan ukuran dengan ketebalan 0,2 mm.




                       Gambar 12. Ukuran Kerangka Reflektor

                                                                             15
Kemudian bentuk pula batangan besi dengan tebal 2 mm potong dengan
       panjang 39 cm dan buat sudut 600 terhadap horizontal seperti Gambar 13
       berikut:




                         Gambar 13. Batang Besi Penyangga
       Kemudian bentuk lagi kerangka bawah sekaligus tempat peletakan kaca
       transparan dengan ukuran 40 x 40 cm




                       Gambar 14. Kerangka Bawah Reflektor
      Pada kaca transparan ini dibuat 8 buah lubang dengan diameter masing –
      masing 2,5cm.
   3. Pembentukan Reflektor
      Pada proses ini bagian-bagian berupa cermin, triplek, almunium dan
      batang besi disusun seperti gambar di bawah ini




                    Gambar 15. Reflektor Pengering Surya

b. Perencanaan Kolektor
   Bagian kolektor yang dirancang oleh penulis terpisah dengan reflektor. Untuk
   perencanaan kolektor dibagi beberapa komponen antara lain :
   1. Perencanaan pelat absorber
       Pembuatan pelat absorber dibuat dengan menggunakan bahan dari
       alumunium yang berukuran 40 x 40 cm dan tinggi 20 cm dan dirakit
       menggunakan paku keling kemudian di cat hitam buram (dop) seperti
       gambar

                                                                                16
Gambar 16. Pelat Absorber
2. Pembuatan rangka kolektor
   Rangka kolektor menggunakan bahan triplek dengan tebal 12 mm dengan
   ukuran-ukuran seperti di bawah ini masing-masing dua buah




                  Gambar 17. Ukuran Kerangka Kolektor
   Kemudian untuk tutup kolektor berbahan almunium dengan ukaran 100 x
   50 cm. Kemudian susun semua bagian dan didapat hasil seperti gambar di
   bawah ini.




                    Gambar 18. Bagian Tempat Pengeringan
3. Pembuatan Isolator
   Isolator kolektor terdapat pada bagian bawah dan ke empat sisi. Isolator
   menggunakan glasswoll yang di isi padat pada rongga kolektor.




                         Gambar 19. Letak Glasswool




                                                                        17
c. Perencanaan kerangka penyangga
   Kerangka dibuat dari besi kotak dengan dimensi 4 x 2 cm dan tebal 2 mm
   kemudian rakit batangan besi dan di beri 2 buah baut 14‘




                    Gambar 20. Kerangka Penyangga Kolektor

d. Perencanaan rak pengering
   Rak pengering dibuat dari aluminium sebagai kerangka dengan tebal
   aluminium 0,2 cm. Dimensi rak pengering 38 cm x 38 cm. dan kawat nyamuk
   sebagai landasan untuk bahan komoditi. Kawat nyamuk di pasang pada
   rangka aluminium dengan menggunakan paku keling.




                       Gambar 21. Gambar Rak Pengering

   Untuk mengoptimalkan kapasitas dari bahan yang akan dikeringkan maka
   dibuat 3 tingkat seperti gambar dibawah




                     Gambar 22. Rak Pengering Tiga Tingkat




                                                                            18
Hasil akhir dari alat pengering setelah dirakit adalah sebagai berikut :




                                    Gambar 22. Pengering Surya

3.4 Optimalisasi Penggunaan Solar Thermal Collector
         Energi dari matahari tiba dibumi dalam bentuk radiasi elektromagnetik yang mirip
dengan gelombang radio tetapi mempunyai kisaran frekuensi yang berbeda. Energi dari
matahari tersebut dikenal di Indonesia sebagai energi surya.
         Energi surya diukur dengan kepadatan daya pada suatu permukaan daerah
penerima dan dikatakan sebagai radiasi surya. Rata-rata nilai dari radiasi surya diluar
atmosfir bumi adalah 1353 W/m, dinyatakan sebagai konstanta surya. Total energi yang
sampai pada permukaan horisontal dibumi adalah konstanta surya dikurangi radiasi
akibat penyerapan dan pemantulan atmosfer sebelum mencapai bumi dan nilai tersebut
disebut sebagai radiasi surya global.
         Radiasi surya global terdiri dari radiasi yang langsung memancar dari matahari
(direct radiation) dan radiasi sebaran yang dipencarkan oleh molekul gas, debu dan uap
air di atmosfer (diffuse radiation).
         Insolasi surya adalah intensitas radiasi surya rata-rata yang diterima selama satu
jam, dinyatakan dengan lambang I dan satuan W/ m2. Nilai insolasi surya dipengaruhi
oleh waktu siklus perputaran bumi, kondisi cuaca meliputi kualitas dan kuantitas awan,
pergantian musim dan posisi garis lintang.
         Intensitas radiasi surya pada kondisi cerah (clear day) akan bertambah dari pagi,
sejak terbit sampai siang hingga tercapainya kondisi puncak dan turun sampai matahari
terbenam pada sore hari. Lamanya matahari bersinar cerah dalam satu hari dinyatakan
sebagai jam surya. Untuk Indonesia, jumlah jam surya adalah sekitar 4 - 5 jam per hari.
Jumlah intensitas radiasi / insolasi surya yang diterima dalam satu hari dinyatakan dengan
satuan kilowatt-hours/m2 (kWh/m2).
Produksi energi surya pada suatu area dapat dihitung sebagai berikut :
        Energi surya yang dihasilkan (Watt)=Insolasi surya (W/m2) x luas area (m2)
Sehingga untuk optimalisasi dan dalam situasi bagaimana alat pemasak dan pengering
hasil-hasil pertanian dengan energi surya menjadi penting adalah ketika sinar matahari
mencapai Insolasi maksimal, yaitu ketika musim kemarau di Indonesia tiba. Penggunaan
Solar Thermal Collector menjadi sangat penting tatkala sinar matahari mencapai

                                                                                        19
intensitas maksimalnya untuk dimanfaatkan. Selain itu ketika matahari sedang mencapai
intensitas radiasi maksimalnya, kita dapat menghemat penggunan bahan bakar fosil yang
notabene telah mencapai titik krisis dengan memanfaatkan energi matahari melalui alat
Solar Thermal Collector.

3.5 Simulasi Perhitungan
  3.5.1 Perpindahan Kalor melalui Konduksi
        Laju perpindahan panas konduksi dapat dinyatakan dengan Hukum Fourrier


                                         =−
        sebagai berikut :


              Dengan :
                            = laju perpindahan panas (W)
                            = Konduktivitas termal (W/(m.K))
                            = luas penampang yang terletak pada aliran panas (m2)
                            = gradient temperature dalam aliran panas (k/m)

         Tanda minus ( - ) digunakan untuk menunjukkan bahwa arah perpindahan kalor
         bergerak dari daerah yang bertemperatur tinggi menuju daerah bertemperatur
         rendah.

 3.5.2   Perpindahan Kalor melalui Konveksi
         Pada umumnya laju perpindahan panas melalui konveksi dapat dinyatakan

                                          =ℎ ( − )
         dengan hukum persamaan pendinginan Newton sbb.

               Dengan :

                          ℎ = koefisien konveksi (W/(m.K))
                             = laju perpindahan panas (W)

                             = luas permukaan kolektor (m2)
                             = temperatur dinding (K)
                             = temperatur fluida (K)
 3.5.3   Radiasi
         Radiasi surya adalah radiasi gelombang pendek yang diserap oleh plat penyerap
         sebuah kolektor surya dan diubah menjadi panas. Oleh karena itu plat penyerap
         harus memiliki harga a yang setinggi – tingginya dalam batas yang masih
         praktis. Salah satu diantaranya adalah khrom hitam (Black chrome) yang
         mempunyai harga a = 0.90 dan e = 0.12.
         Penukaran panas netto secara radiasi termal antara dua badan ideal (Hitam)
         adalah :


                                                                                    20
= . .
             Dengan :
                           = konstanta Stefan – Boltzman (5,67×10-8 W/m2.K4)
                           = luas bidang (m2)
                           = temperatur mutlak benda (K)
3.5.4   Efisiensi Kolektor
              Ukuran tingkat performance kolektor disebut juga efisiensi kolektor.
        Efisiensi kolektor didefinisikan sebagai perbandingan antara energi panas yang
        digunakan untuk menaikkan temperatur udara terhadap energi radiasi yang
        diterima oleh kolektor dalam waktu tertentu.
              Energi panas yang digunakan untuk menaikkan temperatur dapat dihitung

                                           = ̇ × ×∆
        dengan menggunakan persamaan berikut:

              Dimana :

                               ̇
                                     = energi panas untuk menaikkan temperatur (J)
                                     = laju aliran massa yang masuk ke kolektor (kg/s)

                             ∆
                                     = panas jenis udara (J/(kg.K))
                                     = selisih antara udara yang masuk ke kolektor
                                       dengan temperature udara keluar kolektor (K)


                                             = ×
             Energi radiasi yang diterima kolektor dihitung dengan persamaan :

             Dimana :
                                    = energi radiasi (J)
                                    = intensitas radiasi matahari (J/m2)
                                    = luas permukaan kolektor (m2)



                                       =            × 100%
             Sehingga efisiensi kalor dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :




                                                                                   21
BAB 4
                                   PENUTUP

4.1 Kesimpulan
    Dari uraian malakah yang sudah disampaikan di atas, ada beberapa kesimpulan yang
    dapat kita ambil, yaitu:
    1. Teknologi Solar Thermal Collector memiliki kelebihan dibandingkan dengan
       teknologi photo-voltaic dari berbagai segi, baik dari efisiensi alat maupun
       efektivitas dalam pengelolaan energi surya.
    2. Solar Thermal Collector memiliki banyak fungsi dan bisa diaplikasikan dalam
       berbagai peralatan rumah tangga. Beberapa peralatan yang dapat menggunakan
       teknologi Solar Thermal Collector adalah sebagai berikut : alat pemanas air,
       pembangkit listrik termal, alat pemanas ruangan, alat masak (kompor), alat
       pengering hasil pertanian, alat distilasi air, dll.
    3. Penggunaan Solar Thermal Collector sebagai pemasak dan pengering hasil
       pertanian menjadi sangat penting tatkala sinar matahari mencapai intensitas
       maksimalnya untuk dimanfaatkan. Selain itu selagi matahari sedang mencapai
       intensitas radiasi maksimalnya, kita dapat menghemat penggunan bahan bakar
       fosil yang notabene telah mencapai titik krisis dengan memanfaatkan energi
       matahari melalui alat Solar Thermal Collector.

4.2 Saran
    1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk memperbaiki konstruksi kolektor
       secara keseluruhan agar didapatkan effisiensi yang lebih tinggi dan dapat
       beroperasi pada intensitas radiasi termal matahari yang relatif lebih rendah.
    2. Jika produk ini bertarget pasar untuk kalangan menengah kebawah maka mereka
       gunakan sebagai sumber alternatif yang tak akan habis dan jika produk ini
       digunakan untuk masyarakat menengah ke atas maka bagi mereka sebagai alat
       untuk menghemat sumber daya alam di Indonesia.
    3. Pemerintah jangan pernah berhenti untuk memajukan dan memperjuangkan karya
       anak-anak bangsa Indonesia di bidang inovasi teknologi agar menjadi teknologi
       bermanfaat secara global yang diterapkan baik di dalam maupun luar negeri




                                                                                 22
DAFTAR PUSTAKA


I Gst. Ketut Sukadana,dkk.2010.Analisa Performa Kolektor Surya Datar Bersirip dengan
        Aliran di Atas Pelat Penyerap.Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Fakultas Teknik
        Universitas Udayana

Irnanda Priyadi.2008. Rancang Bangun Kolektor Surya Menggunakan Absorber
       Kuningan Sebagai Teknologi Alternatif Sumber Energi Thermal.Prosiding
       SEMNAS Sains dan Teknologi II Universitas Lampung.

Kamaruddin Abdullah.1996.Penerapan Energi Surya Dalam Proses Thermal
      Pengolahan Hasil Pertanian.Bogor:Fakultas Teknologi Pangan IPB.

Kamaruddin Abdullah.2012.Renewable Energy Applications in Sample ESSV/E3i
      Villages.Yogyakarta:Kuliah Umum Pascasarjana Magister Teknik Sistem UGM

Mulyanef dan Gusliyadi.2008.Kaji Eksperimental Kompor Tenaga Surya Tipe Box
      Menggunakan Konsentrator Cermin Datar Pada Empat Sisi Kolektor.Prosiding
      SEMNAS Sains dan Teknologi II Universitas Lampung

Rislima Sitompul.2011.Manual Pelatihan Teknologi Energi Terbarukan Yang Tepat
       Untuk Aplikasi di Masyarakat Perdesaan. Jakarta : PNPM Mandiri

Yazmendra Rosa.____.Rancang Bangun Kolektor Pelat Datar Energi Surya Untuk
     Sistem Pengeringan Pasca Panen.Padang:Politeknik Negeri Padang




                                                                                  23

More Related Content

What's hot

05. op amp 2015 bag 2
05. op amp 2015 bag 205. op amp 2015 bag 2
05. op amp 2015 bag 2
Ali Sadiyoko
 
Learning resources service (latihan soal ep, ek, em)
Learning resources service (latihan soal ep, ek, em)Learning resources service (latihan soal ep, ek, em)
Learning resources service (latihan soal ep, ek, em)SMP Labschool Cibubur
 
Sistem refrigerasi thermoelectric
Sistem refrigerasi thermoelectricSistem refrigerasi thermoelectric
Sistem refrigerasi thermoelectricTriandi Walian
 
Bank soal-un-fisika-smp
Bank soal-un-fisika-smpBank soal-un-fisika-smp
Bank soal-un-fisika-smp
Gie Gie
 
Partiel discharge dan korona
Partiel discharge dan koronaPartiel discharge dan korona
Partiel discharge dan korona
Kornelia Pakiding
 
5 daya listrik
5 daya listrik5 daya listrik
5 daya listrik
Simon Patabang
 
TEMBUS PADA ZAT CAIR
TEMBUS PADA ZAT CAIRTEMBUS PADA ZAT CAIR
TEMBUS PADA ZAT CAIR
Politeknik Negeri Ujung Pandang
 
2. sma kelas x rpp kd 3.2;4.1;4.2 penjumlahan vektor (karlina 1308233)
2. sma kelas x rpp kd 3.2;4.1;4.2 penjumlahan vektor (karlina 1308233)2. sma kelas x rpp kd 3.2;4.1;4.2 penjumlahan vektor (karlina 1308233)
2. sma kelas x rpp kd 3.2;4.1;4.2 penjumlahan vektor (karlina 1308233)
eli priyatna laidan
 
Soal Gelombang Mekanik
Soal Gelombang MekanikSoal Gelombang Mekanik
Soal Gelombang Mekanik
Onto Kisworo
 
Hukum Ampere Untuk Rangkaian Listrik
Hukum Ampere Untuk Rangkaian ListrikHukum Ampere Untuk Rangkaian Listrik
Hukum Ampere Untuk Rangkaian Listrik
Reynes E. Tekay
 
Tes Formatif Getaran & Gelombang
Tes Formatif Getaran & GelombangTes Formatif Getaran & Gelombang
Tes Formatif Getaran & Gelombang
SMPN 3 TAMAN SIDOARJO
 
Rangkaian Listrik R-L
Rangkaian Listrik R-LRangkaian Listrik R-L
Rangkaian Listrik R-L
nova147
 
Makalah sejarah fisika 2
Makalah sejarah fisika 2Makalah sejarah fisika 2
Makalah sejarah fisika 2
andrikagustia
 
Arus dan Konduktor
Arus dan KonduktorArus dan Konduktor
Arus dan Konduktor
Reynes E. Tekay
 
8 rangkaian rlc seri
8 rangkaian rlc seri8 rangkaian rlc seri
8 rangkaian rlc seri
Simon Patabang
 
Olimpiade mipa (ipa)
Olimpiade mipa  (ipa)Olimpiade mipa  (ipa)
Olimpiade mipa (ipa)
SUKAWANGI03
 
Kumpulan Soal UH Kelas X
Kumpulan Soal UH Kelas XKumpulan Soal UH Kelas X
Kumpulan Soal UH Kelas X
Safri Hani
 
DIELEKTRIK PADA TEKNIK TEGANGAN TINGGI
DIELEKTRIK PADA TEKNIK TEGANGAN TINGGI DIELEKTRIK PADA TEKNIK TEGANGAN TINGGI
DIELEKTRIK PADA TEKNIK TEGANGAN TINGGI
Politeknik Negeri Ujung Pandang
 

What's hot (20)

05. op amp 2015 bag 2
05. op amp 2015 bag 205. op amp 2015 bag 2
05. op amp 2015 bag 2
 
Learning resources service (latihan soal ep, ek, em)
Learning resources service (latihan soal ep, ek, em)Learning resources service (latihan soal ep, ek, em)
Learning resources service (latihan soal ep, ek, em)
 
Sistem refrigerasi thermoelectric
Sistem refrigerasi thermoelectricSistem refrigerasi thermoelectric
Sistem refrigerasi thermoelectric
 
Bank soal-un-fisika-smp
Bank soal-un-fisika-smpBank soal-un-fisika-smp
Bank soal-un-fisika-smp
 
Partiel discharge dan korona
Partiel discharge dan koronaPartiel discharge dan korona
Partiel discharge dan korona
 
5 daya listrik
5 daya listrik5 daya listrik
5 daya listrik
 
TEMBUS PADA ZAT CAIR
TEMBUS PADA ZAT CAIRTEMBUS PADA ZAT CAIR
TEMBUS PADA ZAT CAIR
 
2. sma kelas x rpp kd 3.2;4.1;4.2 penjumlahan vektor (karlina 1308233)
2. sma kelas x rpp kd 3.2;4.1;4.2 penjumlahan vektor (karlina 1308233)2. sma kelas x rpp kd 3.2;4.1;4.2 penjumlahan vektor (karlina 1308233)
2. sma kelas x rpp kd 3.2;4.1;4.2 penjumlahan vektor (karlina 1308233)
 
Soal Gelombang Mekanik
Soal Gelombang MekanikSoal Gelombang Mekanik
Soal Gelombang Mekanik
 
Hukum Ampere Untuk Rangkaian Listrik
Hukum Ampere Untuk Rangkaian ListrikHukum Ampere Untuk Rangkaian Listrik
Hukum Ampere Untuk Rangkaian Listrik
 
Dinamika rotasi
Dinamika rotasiDinamika rotasi
Dinamika rotasi
 
Tes Formatif Getaran & Gelombang
Tes Formatif Getaran & GelombangTes Formatif Getaran & Gelombang
Tes Formatif Getaran & Gelombang
 
Rangkaian Listrik R-L
Rangkaian Listrik R-LRangkaian Listrik R-L
Rangkaian Listrik R-L
 
Makalah sejarah fisika 2
Makalah sejarah fisika 2Makalah sejarah fisika 2
Makalah sejarah fisika 2
 
Arus dan Konduktor
Arus dan KonduktorArus dan Konduktor
Arus dan Konduktor
 
8 rangkaian rlc seri
8 rangkaian rlc seri8 rangkaian rlc seri
8 rangkaian rlc seri
 
Olimpiade mipa (ipa)
Olimpiade mipa  (ipa)Olimpiade mipa  (ipa)
Olimpiade mipa (ipa)
 
Kumpulan Soal UH Kelas X
Kumpulan Soal UH Kelas XKumpulan Soal UH Kelas X
Kumpulan Soal UH Kelas X
 
DIELEKTRIK PADA TEKNIK TEGANGAN TINGGI
DIELEKTRIK PADA TEKNIK TEGANGAN TINGGI DIELEKTRIK PADA TEKNIK TEGANGAN TINGGI
DIELEKTRIK PADA TEKNIK TEGANGAN TINGGI
 
Fisika Statistik
Fisika StatistikFisika Statistik
Fisika Statistik
 

Similar to Makalah osn pertamina

Makalah 4
Makalah 4Makalah 4
Makalah 4
pepi rahmayani
 
MAKALAH OSN PERTAMINA 2012 (Pemanfaatan Energi Surya Melalui Teknologi Non-Ph...
MAKALAH OSN PERTAMINA 2012 (Pemanfaatan Energi Surya Melalui Teknologi Non-Ph...MAKALAH OSN PERTAMINA 2012 (Pemanfaatan Energi Surya Melalui Teknologi Non-Ph...
MAKALAH OSN PERTAMINA 2012 (Pemanfaatan Energi Surya Melalui Teknologi Non-Ph...
Ethelbert Phanias
 
materi sumber energi fisika SMA
materi sumber energi fisika SMAmateri sumber energi fisika SMA
materi sumber energi fisika SMA
Ajeng Rizki Rahmawati
 
Energi matahari fisika terapan energi universitas kristen indonesia_krismondi...
Energi matahari fisika terapan energi universitas kristen indonesia_krismondi...Energi matahari fisika terapan energi universitas kristen indonesia_krismondi...
Energi matahari fisika terapan energi universitas kristen indonesia_krismondi...
FISIKAUKI
 
PERAN WARGA NEGARA DALAM MENDUKUNG UPAYA PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK BANGSA I...
PERAN WARGA NEGARA DALAM MENDUKUNG UPAYA PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK BANGSA I...PERAN WARGA NEGARA DALAM MENDUKUNG UPAYA PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK BANGSA I...
PERAN WARGA NEGARA DALAM MENDUKUNG UPAYA PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK BANGSA I...
Muhammad Fajar Muharam
 
Pemanfaatan Energi Surya Melalui Teknologi Non-Photo Voltaic
Pemanfaatan Energi Surya Melalui Teknologi Non-Photo VoltaicPemanfaatan Energi Surya Melalui Teknologi Non-Photo Voltaic
Pemanfaatan Energi Surya Melalui Teknologi Non-Photo Voltaic
Fani Diamanti
 
Makalah Sederhana Bahan Bakar Pengganti Bahan Bakar Fosil
Makalah Sederhana Bahan Bakar Pengganti Bahan Bakar FosilMakalah Sederhana Bahan Bakar Pengganti Bahan Bakar Fosil
Makalah Sederhana Bahan Bakar Pengganti Bahan Bakar Fosil
JasonCundrawijaya
 
Panel Surya
Panel SuryaPanel Surya
Panel Surya
Martalia Martalia
 
PPT_Energi_Surya.pdf
PPT_Energi_Surya.pdfPPT_Energi_Surya.pdf
PPT_Energi_Surya.pdf
nurhidayatiendah
 
Energi Terbarukan
Energi TerbarukanEnergi Terbarukan
Energi Terbarukan
JasonCundrawijaya
 
Presentasi_Energi_terbarukan_dan_tidak_t.pptx
Presentasi_Energi_terbarukan_dan_tidak_t.pptxPresentasi_Energi_terbarukan_dan_tidak_t.pptx
Presentasi_Energi_terbarukan_dan_tidak_t.pptx
SofyanBuluatyNasaru
 
Pemanfaatan Teknologi Hybrid Berbasis Energi Surya dan Angin
Pemanfaatan Teknologi Hybrid Berbasis Energi Surya dan AnginPemanfaatan Teknologi Hybrid Berbasis Energi Surya dan Angin
Pemanfaatan Teknologi Hybrid Berbasis Energi Surya dan Angin
Ethelbert Phanias
 
Liwang Ulama Utama - PPT Makalah EBT.pptx
Liwang Ulama Utama - PPT Makalah EBT.pptxLiwang Ulama Utama - PPT Makalah EBT.pptx
Liwang Ulama Utama - PPT Makalah EBT.pptx
LiwangUlamaUtama
 
TEHNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN(1).pptx
TEHNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN(1).pptxTEHNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN(1).pptx
TEHNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN(1).pptx
ssuser96919e1
 
Presentasi Makalah Open Ended OSN Pertamina 2012
Presentasi Makalah Open Ended OSN Pertamina 2012Presentasi Makalah Open Ended OSN Pertamina 2012
Presentasi Makalah Open Ended OSN Pertamina 2012Fani Diamanti
 
Energi Terbarukan dan Tidak Terbarukan
Energi Terbarukan dan Tidak TerbarukanEnergi Terbarukan dan Tidak Terbarukan
Energi Terbarukan dan Tidak Terbarukan
Kelas Teknisi
 
ANALISIS INOVASI KLOSET DUDUK (GREEN CLOSET)
ANALISIS INOVASI KLOSET DUDUK (GREEN CLOSET)ANALISIS INOVASI KLOSET DUDUK (GREEN CLOSET)
ANALISIS INOVASI KLOSET DUDUK (GREEN CLOSET)Lutfi Hidayat
 

Similar to Makalah osn pertamina (20)

Makalah 4
Makalah 4Makalah 4
Makalah 4
 
MAKALAH OSN PERTAMINA 2012 (Pemanfaatan Energi Surya Melalui Teknologi Non-Ph...
MAKALAH OSN PERTAMINA 2012 (Pemanfaatan Energi Surya Melalui Teknologi Non-Ph...MAKALAH OSN PERTAMINA 2012 (Pemanfaatan Energi Surya Melalui Teknologi Non-Ph...
MAKALAH OSN PERTAMINA 2012 (Pemanfaatan Energi Surya Melalui Teknologi Non-Ph...
 
materi sumber energi fisika SMA
materi sumber energi fisika SMAmateri sumber energi fisika SMA
materi sumber energi fisika SMA
 
Energi matahari fisika terapan energi universitas kristen indonesia_krismondi...
Energi matahari fisika terapan energi universitas kristen indonesia_krismondi...Energi matahari fisika terapan energi universitas kristen indonesia_krismondi...
Energi matahari fisika terapan energi universitas kristen indonesia_krismondi...
 
PERAN WARGA NEGARA DALAM MENDUKUNG UPAYA PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK BANGSA I...
PERAN WARGA NEGARA DALAM MENDUKUNG UPAYA PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK BANGSA I...PERAN WARGA NEGARA DALAM MENDUKUNG UPAYA PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK BANGSA I...
PERAN WARGA NEGARA DALAM MENDUKUNG UPAYA PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK BANGSA I...
 
Pemanfaatan Energi Surya Melalui Teknologi Non-Photo Voltaic
Pemanfaatan Energi Surya Melalui Teknologi Non-Photo VoltaicPemanfaatan Energi Surya Melalui Teknologi Non-Photo Voltaic
Pemanfaatan Energi Surya Melalui Teknologi Non-Photo Voltaic
 
Energi dan penerapannya
Energi dan penerapannyaEnergi dan penerapannya
Energi dan penerapannya
 
Makalah Sederhana Bahan Bakar Pengganti Bahan Bakar Fosil
Makalah Sederhana Bahan Bakar Pengganti Bahan Bakar FosilMakalah Sederhana Bahan Bakar Pengganti Bahan Bakar Fosil
Makalah Sederhana Bahan Bakar Pengganti Bahan Bakar Fosil
 
Panel Surya
Panel SuryaPanel Surya
Panel Surya
 
Panel surya
Panel suryaPanel surya
Panel surya
 
PPT_Energi_Surya.pdf
PPT_Energi_Surya.pdfPPT_Energi_Surya.pdf
PPT_Energi_Surya.pdf
 
Energi Terbarukan
Energi TerbarukanEnergi Terbarukan
Energi Terbarukan
 
Presentasi_Energi_terbarukan_dan_tidak_t.pptx
Presentasi_Energi_terbarukan_dan_tidak_t.pptxPresentasi_Energi_terbarukan_dan_tidak_t.pptx
Presentasi_Energi_terbarukan_dan_tidak_t.pptx
 
Pemanfaatan Teknologi Hybrid Berbasis Energi Surya dan Angin
Pemanfaatan Teknologi Hybrid Berbasis Energi Surya dan AnginPemanfaatan Teknologi Hybrid Berbasis Energi Surya dan Angin
Pemanfaatan Teknologi Hybrid Berbasis Energi Surya dan Angin
 
Liwang Ulama Utama - PPT Makalah EBT.pptx
Liwang Ulama Utama - PPT Makalah EBT.pptxLiwang Ulama Utama - PPT Makalah EBT.pptx
Liwang Ulama Utama - PPT Makalah EBT.pptx
 
Sde tm2ab
Sde tm2abSde tm2ab
Sde tm2ab
 
TEHNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN(1).pptx
TEHNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN(1).pptxTEHNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN(1).pptx
TEHNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN(1).pptx
 
Presentasi Makalah Open Ended OSN Pertamina 2012
Presentasi Makalah Open Ended OSN Pertamina 2012Presentasi Makalah Open Ended OSN Pertamina 2012
Presentasi Makalah Open Ended OSN Pertamina 2012
 
Energi Terbarukan dan Tidak Terbarukan
Energi Terbarukan dan Tidak TerbarukanEnergi Terbarukan dan Tidak Terbarukan
Energi Terbarukan dan Tidak Terbarukan
 
ANALISIS INOVASI KLOSET DUDUK (GREEN CLOSET)
ANALISIS INOVASI KLOSET DUDUK (GREEN CLOSET)ANALISIS INOVASI KLOSET DUDUK (GREEN CLOSET)
ANALISIS INOVASI KLOSET DUDUK (GREEN CLOSET)
 

Makalah osn pertamina

  • 1. “TEKNOLOGI NON-PHOTO-VOLTAIC SOLAR THERMAL COLLECTOR SEBAGAI PEMANFAATAN ENERGI SURYA UNTUK PEMASAK DAN PENGERING HASIL PERTANIAN” DIAJUKAN UNTUK MENJAWAB SOAL OPEN ENDED DALAM MENGIKUTI SELEKSI PROVINSI OLIMPIADE SAINS NASIONAL PERTAMINA 2012 Disusun oleh : Muya Farizta Avisiena No. Peserta : 1522069 JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2012
  • 2. Kata Pengantar Bismillahi-rahmanirrahim. Alhamdulillah alhamhamdulillahirobbil alamin segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Teknologi Non-Photo-Voltaic Solar Thermal Collector Sebagai Pemanfaatan Energi Surya Untuk Pemasak dan Pengering Hasil Pertanian” ini tanpa suatu hambatan yang berarti. Tanpa pertolongan- Nya mungkin penyusun tidak akan menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini sengaja sengaja disusun untuk menjawab soal open ended dalam mengikuti seleksi provinsi Olimpiade Sains Nasional Pertamina 2012. Selain itu untuk memberi informasi kepada pembaca mengenai pemanfaatan energi surya untuk keperluan peralatan rumah tangga sehari-hari menggunakan teknologi Solar Thermal Collector. Ucapan terima kasih penyusun haturkan kepada bapak Drs.Supriyadi selaku dosen mata kuliah Optika Geometri yang telah membantu kami melalui penjelasan beliau mengenai teknologi non-photo-voltaic dan optika sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Penyusun sadar bahwa, “Tiada gading yang tak retak”, oleh karena itulah kami mohon maaf atas kekurangan dan kelebihan dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Terima kasih. Yogyakarta, 06 Oktober 2012 Penyusun i
  • 3. Daftar Isi Kata Pengantar ……………………………………………………………...i Daftar Isi ……………………………………………………………………ii Bab I. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang …………………………………………………...1 1.2 Perumusan Masalah ……………………………………………. 3 1.3 Tujuan Penyusunan ……………………………………………....4 Bab II. Tinjauan Pustaka 2.1 Energi Matahari Dan Pemanfaatannya …………………………...5 2.2 Perpindahan Panas ………………………………………………. 5 2.3 Kolektor Surya (SolarThermal Collector) ………………………..5 2.4 Pemanfaatan Teknologi Surya Termal …………………………...9 Bab III. Pembahasan 3.1 Kelebihan Solar Thermal Collector …………………………….. 10 3.2 Aplikasi Solar Thermal Collector ………………………………. 10 3.3 Model dan Mekanisme Kerja Alat ……………………………… 11 3.4 Optimalisasi Penggunakan Solar Thermal Collector …………….19 3.5 Simulasi Perhitungan …………………………………………….20 Bab IV. Penutup 4.1 Kesimpulan ………………………………………………………22 4.2 Saran ……………………………………………………………..22 Daftar Pustaka ……………………………………………………………...23 ii
  • 4. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minyak bumi adalah sumber energi yang tidak dapat diperbaharui, dimana jika terus menerus dipergunakan akan berkurang bahkan sumber energi ini dapat habis. Dengan semakin berkurangnya energi tak terbaharui ini maka banyak penelitian yang dilakukan untuk memanfaatkan dan mengoptimalkan penggunaan dari energi yang dapat diperbaharui. Energi terbaharui ini merupakan energi yang jika kita manfaatkan tidak akan pernah habis, salah satunya adalah energi matahari. Energi matahari merupakan salah satu sumber energi alternatif yang sangat mudah di peroleh di Indonesia bahkan dianggap gratis, karena Indonesia merupakan Negara yang terletak di daerah khatulistiwa. Pemanfaatan energi surya sudah lama di lakukan oleh masyarakat Indonesia baik untuk pengering pakaian, kayu, dan hasil pertanian. Namun pemanfaatan dari energi matahari ini tidak dilakukan secara optimal. Sebagian contoh adalah pengeringan gabah yang mana hanya diletakkan pada sebuah areal yang luas dan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengeringkannya. Oleh karena itu perlu dilakukan sebuah penelitian agar energi matahari yang ada ini dapat dimanfaatkan dengan semaksimal mungkin. Sinar matahari adalah salah satu gelombang elektromagnetik yang memancarkan energi, yang disebut dengan energi surya, ke permukaan bumi secara terus menerus. Energi ini mempunyai sifat antara lain tidak bersifat polutan, tidak dapat habis (terbarukan) dan juga gratis. Bumi menerima daya radiasi surya sekitar 108 PW (1PW=1015W), atau dalam 1 tahun total energi surya yang sampai di permukaan bumi sekitar 3.400.000 EJ (1EJ=1018J). Hanya diperlukan 2 jam radiasi sinar surya untuk memenuhi kebutuhan energi dunia selama satu tahun sebesar 474 EJ (data tahun 2008). Tetapi, potensi energi yang sangat besar ini belum dimanfatkan secara optimal dan masih terbuang begitu saja. Suatu studi menyebutkan energi surya yang sudah dimanfaatkan sebesar 5 GW melalui sel surya dan 88 GW melalui pemanas air. Jumlah ini tidak ada artinya dibandingkan dengan radiasi yang diterima bumi. Sebagai negara yang terletak di daerah katulistiwa, yaitu pada 6 o LU – 11o LS dan 95o BT – 141o BT, dan dengan memperhatikan peredaran matahari dalam setahun yang berada pada daerah 23,5o LU dan 23,5o LS akan mengakibatkan suhu di Indonesia cukup tinggi (antara 26º C - 35º C) dan bila saat cuaca cerah akan disinari matahari selama 6 –7 jam dalam sehari. Bagian barat Indonesia mendapat rata-rata radiasi sebesar 4,5 KWh/m2/hari dengan varisi bulanan sekitar 10% dan bagian timur 5,1 kWH/m2/hari dengan varisi bulanan sekitar 9%. Sifat radiasi matahari yang diperoleh di daerah ini dapat dikatakan lebih kecil perubahannya terhadap rata-rata 1
  • 5. tiap tahunnya. Dilain pihak, pancaran radiasi ini sifatnya periodik setiap hari dan setiap tahunnya secara terus menerus. Tabel 1. Intensitas Radiasi Matahari di Indonesia Ada dua cara memanfaatkan energi surya yang berlimpah ini, yaitu dengan sel surya dan surya termal. Teknologi dengan sel surya tergolong efisien dan bersih, tetapi memerlukan peralatan yang cukup mahal. Sementara, teknologi surya termal adalah mengumpulkan radiasi surya dalam bentuk panas. Cara ini umumnya tidak membutuhkan peralatan yang rumit dan relatif lebih mudah untuk dilakukan. Secara global pemanfaatan energi surya termal masih jauh lebih banyak dibanding sel surya. Fakta ini menunjukkan bahwa tersedia energi surya yang cukup besar dan dapat dimanfaatkan dalam bentuk energi termal. Salah satu kebutuhan energi sehari-hari dalam rumah tangga adalah untuk keperluan memasak. Untuk memanfaatkan energi matahari dalam keperluan memasak dapat digunakan kompor energi surya; dimana sebuah kolektor dengan bidang berbentuk parabolik digunakan untuk mengumpulkan sinar matahari ke satu titik fokus sehingga mengahasilkan panas yang besar. Bentuk dan kelengkungan kolektor parabolik ini sangat menentukan letak titik fokusnya yang nantinya berpengaruh pada kinerja dari kompor energi surya. Untuk mengetahui seberapa besar potensi pemanfaatan kompor energi surya untuk keperluan rumah tangga khususnya memasak ini, perlu dilakukan penelitian/ pengujian. Industri pengering, termasuk pengeringan produk pertanian adalah termasuk salah satu proses produksi yang banyak menggunakan energi. Studi di beberapa negara menunjukkan bahwa persentasi konsumsi energi nasional untuk pengeringan 2
  • 6. relatif cukup besar. Menurut studi negara-negara seperti USA, Kanada, Perancis, Inggris mengkonsumsi sekitar 10-15% dari energi nasionalnya untuk pengeringan. Jerman dan Denmark bahkan lebih besar yaitu sekitar 20-25%. Meskipun belum ada studi yang melaporkannya, diperkirakan Indonesia dan negara-negara lainnya, menggunakan konsumsi energi nasionalnya untuk pengeringan pada kisaran 5-25%. Secara global, data tahun 2007 menyatakan 86,4% konsumsi energi dunia dipasok oleh sumber energi berbasis fosil seperti minyak bumi, gas alam, dan batubara. Pembakaran sumber energi berbasis fosil ini setara dengan pelepasan 21,3 Gigaton karbon dioksida ke alam, tetapi alam dengan bantuan hutan hanya mampu menyerap setengah dari jumlah ini. Oleh karena itu akan ada penambahan karbon dioksida sekitar 10,6 Gigaton pertahun. Jika tidak ada langkah konkrit, ini akan meningkat terus di tahun-tahun mendatang seiring dengan meningkatnya kebutuhan energi dunia. Gas inilah salah satu yang akan menyebabkan pemanasan global, dan jika lajunya tidak dikurangi akan membahayakan kelangsungan hidup bumi sebagai planet yang bisa dihuni umat manusia dan mahluk hidup lainnya. Fakta-fakta ini menunjukkan bahwa proses pengeringan termasuk salah satu penyumbang pelepasan karbon dioksida ke alam yang relatif besar. Untuk mengurangi pemakaian energi berbasis fosil yang akan menyebabkan pemanasan global, salah satunya adalah pemanfaatan energi sinar matahari. Pemanfaatan energi sinar matahari dapat digunakan pada mesin pengering. Pengolahan pasca panen hasil pertanian atau perkebunan mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia, yang sekaligus juga merupakan sumber pemasukan devisa negara yang cukup besar. Dengan penerapan sistem energi sinar matahari pada teknologi ini, diharapkan akan mempercepat proses pengeringan hasil pertanian. Selain untuk mempercepat pengeringan, juga dapat menjaga mutu dan kualitas hasil pertanian tersebut. 1.2 Perumusan Masalah Adapun rumusan masalah yang sesuai untuk masalah ini adalah: 1. Apakah kelebihan dan kekurangan Solar Thermal Collector dibandingkan dengan yang berbasis photo-voltaic? 2. Alat-alat rumah tangga apa saja yang mungkin dapat didisain untuk dioperasikan dengan energi surya melalui Solar Thermal Collector? 3. Mengapa dan dalam situasi bagaimana alat pemasak dan pengering hasil-hasil pertanian dengan energi surya menjadi penting? 4. Bagaimana mekanisme kerja alat pemasak dan pengering hasil-hasil pertanian dengan energi surya melalui teknologi Solar Thermal Collector? 5. Bagaimana cara menyusun dan desain model dari alat pemasak dan pengering hasil-hasil pertanian menggunakan teknologi Solar Thermal Collector? 3
  • 7. 1.3 Tujuan Penyusunan Adapun tujuan penyusunan yang sesuai untuk masalah ini adalah: 1. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan teknologi Solar Thermal Collector dibandingkan dengan yang berbasis photo-voltaic. 2. Membuat alat-alat rumah tangga apa saja yang mungkin dapat didisain untuk dioperasikan dengan energi surya melalui Solar Thermal Collector. 3. Untuk mengetahui mengapa dan dalam situasi bagaimana alat pemasak dan pengering hasil-hasil pertanian dengan energi surya menjadi penting. 4. Menjelaskan mekanisme kerja alat pemasak dan pengering hasil-hasil pertanian dengan energi surya melalui Solar Thermal Collector. 5. Menjelaskan cara menyusun dan desain model dari alat pemasak dan pengering hasil-hasil pertanian menggunakan teknologi Solar Thermal Collector. 4
  • 8. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Energi Matahari dan Pemanfaatannya Sebagai bintang yang paling dekat dari planet biru Bumi, yaitu hanya berjarak sekitar 150 juta km, sangatlah alami jika hanya pancaran energi matahari yang mempengaruhi dinamika atmosfer dan kehidupan di Bumi. Energi yang datang ke Bumi sebagian besar merupakan pancaran radiasi matahari. Energi ini kemudian ditransformasikan menjadi bermacam-macam bentuk energi, misalkan pemanasan permukaan Bumi, gerak dan pemanasan atmosfer, gelombang lautan, fotosintesa tanaman dan reaksi fotokimia lainnya. Penyebaran sinar matahari setiap tahun dibelahan bumi bervariasi. Indonesia rata- rata menerima sinar matahari delapan jam perhari dan intensitas sinar matahari yang masuk ditentukan posisi matahari terhadap kolektor. 2.2 Perpindahan Panas Sebagai suatu gambaran mengenai tiga cara perpindahan panas dalam sebuah alat pemanas cairan surya, panas mengalir secara konduktif sepanjang pelat penyerap dan melalui dinding saluran. Kemudian panas dipindahkan ke fluida dalam saluran dengan cara konveksi, apabila sirkulasi dilakukan dengan sebuah pompa, maka disebut konveksi paksa. Pelat penyerap yang panas itu melepaskan panas ke plat penutup kaca ( umumnya menutupi kolektor) dengan cara konveksi alamiah dan dengan cara radiasi. Bila dua benda atau lebih terjadi kontak termal maka akan terjadi aliran kalor dari benda yang bertemperatur lebih tinggi ke benda yang bertemperatur lebih rendah, hingga tercapainya kesetimbangan termal. Proses perpindahan panas ini berlangsung dalam 3 mekanisme, yaitu : konduksi, konveksi dan radiasi. 2.3 Kolektor Surya (Solar Thermal Collector) 2.3.1 Prinsip Solar Thermal Collector Kolektor surya merupakan piranti utama dalam sistem surya termal yang berfungsi mengumpulkan dan menyerap radiasi sinar matahari dan mengkonversinya menjadi energi panas. Ketika cahaya matahari menimpa absorber pada kolektor surya, sebagian cahaya akan dipantulkan kembali ke lingkungan, sedangkan sebagian besarnya akan diserap dan dikonversi menjadi energi panas, lalu panas tersebut dipindahkan kepada fluida yang bersirkulasi di dalam kolektor surya untuk kemudian dimanfaatkan pada berbagai aplikasi yang membutuhkan panas. 2.3.2 Tipe kolektor surya 5
  • 9. Kinerja sistem surya termal sangat dipengaruhi oleh rancangan dan pemilihan jenis kolektor surya, desain sistem / aplikasi, serta pemilihan material. Kolektor surya dapat dibuat dalam berbagai bentuk dan ukuran tergantung pada aplikasi yang dibutuhkan. Saat ini terdapat berbagai jenis kolektor surya termal, antara lain: a. Kolektor surya pelat datar Kolektor surya pelat datar merupakan jenis kolektor yang saat ini sudah banyak dipasaran. Kolektor ini umumnya digunakan untuk memanaskan air atau udara dengan suhu operasi yang cukup rendah, yaitu dibawah 800C. Ciri khas kolektor pelat datar adalah berupa kotak logam/ baja terisolasi yang memiliki pelat penyerap (absorber) berwarna hitam dan ditutupi oleh lapisan kaca/plastik transparan/tembus cahaya. Kolektor jenis ini bekerja seperi efek rumah kaca yang menjebak panas didalam pelat kaca transparan dan kemudian mentransfernya ke fluida cair atau udara. Keuntungan kolektor surya jenis ini adalah tidak membutuhkan biaya yang tinggi dan dapat menerima radiasi surya langsung maupun radiasi sebaran. Kolektor surya pelat datar pada umumnya terdiri dari komponen-komponen, seperti: 1. Lapisan penutup (cover) Berfungsi melewatkan sinar radiasi agar diterima oleh pelat penyerap dan mengurangi jumlah panas yang keluar dari kolektor. 2. Pelat penyerap (absorber) Berfungsi menyerap sinar matahari sebanyak mungkin dan merubahnya menjadi energi panas untuk ditransfer ke fluida pemanas (cairan atau udara). Biasanya bagian ini berwarna gelap dan material yang biasa digunakan adalah tembaga, aluminium dan baja tahan karat. Plat aluminium dipilih karena mempunyai konduktivitas termal yang cukup tinggi yaitu sebesar 211 W/m°C, tahan terhadap korosi dan mudah didapatkan. 3. Penyekat / isolasi (insulation) Berfungsi untuk meminimalisir panas yang hilang dari absorber menuju lingkungan. Isolasi yang baik akan menyebabkan energi surya yang diserap akan semakin besar. Panas yang keluar dari kolektor surya bervariasi sesuai dengan tingkat isolasi. Dan arah kolektor idealnya menghadap ke Utara atau ke Selatan, tergantung pada periode waktu (arah matahari). Isolasi diletakkan pada bagian bawah dan samping kolektor, dimana bahan isolasi yang dipilih adalah glass wool, karena mempunyai konduktivitas thermal yang rendah yaitu 0,043 W/m°C. 4. Frame / Casing Berfungsi sebagai struktur pembentuk dan penahan beban kolektor. 6
  • 10. Gambar 1. Kolektor Surya Pelat Datar b. Kolektor tabung hampa (vacuum tubecollector) Jenis ini dirancang untuk menghasilkan energi panas dengan temperatur yang lebih tinggi. Keistimewaannya terletak pada efisiensi transfer panasnya yang tinggi tetapi faktor kehilangan panasnya yang relatif rendah. Hal ini dikarenakan fluida yang terjebak diantara absorber dan cover-nya dikondisikan dalam keadaan vakum, sehingga mampu meminimalisasi kehilangan panas yang terjadi daripermukaan luar absorber menuju lingkungan. Gambar 2. Kolektor Surya Tabung Hampa c. Kolektor parabola / konsentrator Jenis ini dirancang untuk aplikasi yang membutuhkan energi panas pada temperature tinggi di atas 1000C. Kolektor surya jenis ini mampu memfokuskan energi radiasi cahaya matahari pada suatu receiver, sehingga dapat meningkatkan kuantitas energi panas yang diserap oleh absorber. Komponen konsentrator harus terbuat dari material dengan transmisivitas tinggi. 7
  • 11. Gambar 3. Kolektor Surya Parabola/Konsentrator d. Kolektor Prismatik Kolektor surya tipe prismatik adalah kolektor surya yang dapat menerima energi radiasi dari segala posisi matahari. Kolektor jenis ini juga dapat digolongkan dalam kolektor plat datar dengan permukaan kolektor berbentuk prisma yang tersusun dari empat bidang yang berbentuk prisma, dua bidang berbentuk segitiga sama kaki dan dua bidang berbentuk segi empat siku – siku sehingga dapat lebih optimal proses penyerapan. Tipe kolektor jenis Prismatik ini dapat dilihat seperti gambar berikut. Gambar 4. Kolektor Surya Prismatik 2.3.3 Pemasangan kolektor surya Kolektor surya harus dipasang menghadap matahari. Pada pagi hari menghadap timur, siang menghadap utara / selatan, sore menghadap barat untuk yang halamannya luas. Bagi yang halamannya sempit arahkan ke utara bila berada disebelah selatan khatulistiwa dan arahkan ke selatan bagi yang bertempat tinggal di sebelah utara khatulistiwa. Pengaturan arah kolektor surya ini diperlukan untuk mendapatkan intensitas radiasi surya yang optimal. 8
  • 12. 2.4 Pemanfaatan Teknologi Surya Termal Aplikasi pemanfaatan teknologi surya termal / kolektor surya dibedakan atas : 1. Aplikasi skala rendah (temperatur kerja lebih kecil, maksimal 60oC) Menggunakan teknologi sederhana untuk aplikasi pemanas air rumah tangga, pemanas kolam (solar pond), pengering hasil panen dengan menggunakan teknologi efek rumah kaca, dll. 2. Aplikasi skala menengah (temperatur kerja antara 60 -120oC) Menggunakan teknologi madya untuk aplikasi sistem pemanas air bangunan komersial, memasak (kompor surya), pengering, penyuling air, sterilisator. 3. Aplikasi skala tinggi (temperatur kerja antara > 120oC) Menggunakan teknologi tinggi (seperti kolektor tabung hampa/vacuum tube collector, concentrator solar power/CSP, heat pipe dll) untuk aplikasi pendinginan (AC/ kulkas) dan sistem pembangkit listrik skala besar. Pemanfaatan surya termal yang sesuai untuk daerah pedesaan adalah aplikasi skala kecil dan menengah, seperti memasak (kompor surya), pengeringan dan penyulingan air minum (desalinasi). Gambar 5. Aplikasi Surya Termal berdasarkan suhu 9
  • 13. BAB 3 PEMBAHASAN 3.1 Kelebihan Solar Thermal Collector dibandingkan Teknlogi Photo-Voltaic Kelebihan dari Solar Thermal Collector jika dibandingkan teknologi Photo-Voltaic adalah sebagai berikut : 1. Alat dan bahan relatif mudah didapat, 2. Sumber energinya dapat diperoleh dengan gratis, 3. Biaya operasional sangat rendah karena bahan dan sumber energi dapat diperoleh dengan mudah dan gratis, 4. Tidak mengenal problem limbah karena memang tidak menghasilkan limbah berbahaya, 5. Proses produksinya tidak menyebabkan kenaikan temperatur bumi, 6. Tidak terpengaruh kenaikkan harga bahan bakar. 7. Dapat diproduksi sendiri tanpa menggunakan alat produksi yang canggih (home made) Jika dibandingkan dengan Solar Thermal Collector, teknologi Photo-Voltaic memiliki beberapa kelemahan antara lain sebagai berikut : 1. Bahan baku panel surya mahal dan relatif sulit untuk dibuat, 2. Biaya operasional dan perawatannya cukup mahal, 3. Memerlukan rangka atau struktur tersendiri, 4. Masih membutuhkan atap atau genteng pada bagian bawah panel surya, 5. Pemasangan sulit, membutuhkan waktu lama, 6. Berat sehingga menambah beban struktur, 7. Efisiensi energi listrik yang dihasilkan kurang, 8. Kurang menarik atau merusak keindahan bangunan, 3.2 Aplikasi Solar Thermal Collector Solar Thermal Collector memiliki banyak fungsi dan bisa diaplikasikan dalam berbagai peralatan rumah tangga. Beberapa peralatan yang dapat menggunakan teknologi Solar Thermal Collector adalah sebagai berikut : 1. Alat pemanas air 2. Pembangkit listrik termal 3. Alat pemanas ruangan 4. Alat masak (kompor) 5. Alat pengering hasil pertanian 6. Alat distilasi air, dll 10
  • 14. 3.3 Model dan Mekanisme Kerja Alat Pemasak dan Pengering Hasil Pertanian Menggunakan Solar Thermal Collector Solar Thermal Collector dapat disusun menjadi peralatan pemasak dan pengering hasil pertanian. Mekanisme kerja dan model Solar Thermal Collector untuk dibuat menjadi alat-alat tersebut dijelaskan dalam pemaparan berikut ini. 3.3.1 Kompor surya Ketergantungan masyarakat pedesaan terhadap kebutuhan bahan bakar seperti minyak tanah, gas dan dan kayu bakar untuk memasak dapat diatasi dengan memanfaatkan kompor/oven surya. Kompor dan oven surya adalah salah satu bentuk kolektor surya yang digunakan sebagai perangkat memasak. Secara umum kompor surya dibedakan atas beberapa tipe, yaitu ; 1. Kompor surya tipe kotak / oven surya Kompor surya tipe ini berbentuk kotak kedap udara dengan interior berwarna gelap dan penutup bagian atas yang terbuat dari kaca/cermin untuk menjebak panas matahari didalam kotak. Prinsip kerjanya sama dengan kolektor surya pelat datar. Kompor tipe ini disebut juga oven surya karena bentuknya menyerupai oven. Gambar 6. Kompor Surya Tipe Kotak a. Cara Membuat Kompor berbentuk kotak dapat dibuat sendiri dengan menggunakan bahan seadanya atau dibuat oleh pabrik untuk dijual. Bentuknya berkisar dari kompor dari kardus kecil, cocok untuk memasak satu jenis masakan pada saat hari terang hingga kompor dari bahan kayu dan gelas yang dibangun di bagian rumah yang paling banyak kena sinar matahari. Isolasi panas pada bagian dalam kompor berbentuk kotak ini harus mampu menahan panas hingga 150 °C tanpa meleleh atau menghasilkan gas. Remasan kertas, wol, sisa kain, rumput kering, potongan kardus, dan sebagainya dapat digunakan sebagai isolasi panas pada dinding kompor. Bagian tutup yang transparan terbuat dari gelas, yang tahan lama tapi sulit penggunaannya atau kantong plastik oven tahan panas yang lebih mudah digunakan, ringan dan murah tapi tidak tahan 11
  • 15. lama. Jika panci dan/atau bahan bagian dasar kompor berwarna hitam sulit didapatkan, bisa dengan menggunakan cat semprot hitam (yang tidak beracun ketika panas), cat tempera hitam (cat berbahan dasar telur), atau jelaga pada bagian-bagian yang sebaiknya berwarna gelap b. Cara Kerja Alat Pengoperasian oven surya sangat simpel dan mudah, tetapi waktu yang diperlukan untuk memasak nasi sekitar 3-5 jam. Meskipun suhu didalam oven surya tidak sepanas oven konvensional, hanya bisa mencapai 150°C tetapi masih dapat mematangkan makanan dalam waktu yang lebih lama. Makanan yang mengandung air tidak akan dapat mencapai panas lebih dari 100°C. Kompor juga dapat digunakan untuk menghangatkan makanan dan minuman serta untuk mempasturisasi air dan susu. Karena tidak dapat mencapai temperatur yang tinggi, makanan dapat dimasak sepanjang hari tanpa khawatir menjadi hangus. Namun demikian, memasak dengan kompor ini sebaiknya dilakukan sebelum tengah hari. Oven surya dengan luas permukaan 0.25 m2 memiliki kapasitas sebesar 4 kg dan dapat memenuhi kebutuhan keluarga beranggota 5 orang. 2. Kompor Surya Tipe Parabola / Konsentrator Prinsip kerja kompor parabola ini mirip sama dengan kolektor parabola/konsentrator. Kompor parabola terdiri atas sekumpulan cermin pemantul yang disusun berbentuk parabola dan dilengkapi dengan tempat panci di titik fokus parabola yang berfungsi sebagai receiver. Cermin parabola akan memfokuskan sinar radiasi surya ke arah panci untuk memasak makanan yang ada didalam panci. Kompor jenis ini biasanya digunakan untuk memasak dalam skala besar. Gambar 7. Kompor Surya Tipe Parabola 3. Kompor Surya Tipe Panel Kompor panel merupakan kombinasi antara kompor parabola dengan oven surya. Kompor jenis ini yang paling banyak digunakan karena memiliki berbagai keunggulan, diantaranya adalah temperature yang dihasilkan tidak sepanas kompor parabola sehingga relatif aman, bentuknya yang flat juga aman bagi mata, 12
  • 16. mudah diproduksi dengan teknologi sederhana dan biaya yang murah, serta mudah dibawa dan disimpan. Gambar 8. Kompor Surya Tipe Panel 4. Sistem Kompor Surya Indoor Memasak menggunakan energi surya juga dapat dilakukan di dalam ruangan, yaitu membuat sistem kompor surya dengan menggunakan kolektor surya parabola atau tabung hampa. Prinsip kerja sistem kompor surya indoor ini adalah mengalirkan/ mengarahkan panas yang dihasilkan oleh kolektor surya ke dalam ruang memasak/dapur. Gambar 9. Kompor Surya Indoor Menggunakan Kolektor Surya Tabung Hampa 3.2.2 Pengering Tenaga Surya Energi surya dapat dimanfaatkan untuk mengeringkan produk hasil pertanian, perikanan dan sebagainya. Secara umum sebuah pengering surya terdiri atas kolektor surya yang berfungsi menyerap sinar matahari dan ruang pengering yang merupakan tempat untuk produk yang akan dikeringkan. Klasifikasi pengering surya secara umum adalah : 1. Pengering Surya Pasif dan Aktif Tipe Langsung Pada pengering tipe langsung ini, panas dihasilkan karena adanya penyerapan energi matahari oleh bagian dalam ruang pengering. Selain memanaskan udara, radiasi matahari juga memanaskan produk yang dikeringkan. Sirkulasi udara pada pengering surya pasif tipe langsung mengalir secara konveksi bebas, sedangkan pada pengering surya aktif tipe langsung udara mengalir karena adanya fan atau blower (konveksi paksa). 13
  • 17. Gambar 10. Pemanas Surya Langsung Pasif (kiri) dan aktif (kanan) 2. Pengering Surya Pasif dan Aktif Tipe Tidak Langsung Sistem pengering tipe ini terdiri dari kolektor dan ruang pengering yang terpisah. Udara dari luar masuk diantara kaca dan absorber. Udara menjadi panas karena terjadi perpindahan panas antara absorber ke udara. Udara panas ini kemudian dialirkan ke dalam ruang pengering tempat produk berada dan dikeluarkan melalui cerobong. Udara panas yang dihasilkan di kolektor dapat dialirkan dengan dua cara yaitu konveksi bebas (pasif) dan konveksi paksa (aktif) dengan menggunakan blower. Gambar 11. Pengering Surya Tipe Langsung 3. Pengering Surya Pasif dan Aktif Tipe Gabungan Sistem pengering tipe ini merupakan kombinasi dari tipe langsung dan tidak langsung. Prinsip kerjanya hampir sama, radiasi matahari selain digunakan untuk memanaskan udara yang berada di kolektor juga digunakan untuk memanaskan produk yang berada di ruang pengering. 14
  • 18. Gambar 10. Tipe-tipe Pengering Surya Pembuatan Mesin Pengering Surya Sederhana : Dalam perencanaan dan pembuatan alat pengering surya ini konsep perencanaan yang dipakai adalah konvensional, artinya pengering surya ini dibuat didasarkan pada ketersediaan bahan yang ada di pasar dan tidak memerlukan peralatan khusus pada pembuatan pengering ini. a. Perencanaan Reflektor Pembuatan reflektor terdapat beberapa komponen yaitu : 1. Pembentukan cermin Pada tahap ini kita bentuk kaca cermin dengan 2 ukuran yaitu segi empat dengan ukuran 40 x 40 Cm dan segetiga dengan ukuran sisi-sisinya 37 x 37 x 24 cm keduanya masing-masing berjumlah 4 buah Gambar 11. Ukuran Kata Cermin 2. Pembentukan Kerangka Reflektor Buat rangka reflektor dari bahan triplek plat aluminium dan besi batangan. Triplek kita potong dengan sesuai ukutan kaca dan jumlah yang sama dengan potongan cermin, sedangkan plat alumunium kita bentuk sesuai dengan ukuran dengan ketebalan 0,2 mm. Gambar 12. Ukuran Kerangka Reflektor 15
  • 19. Kemudian bentuk pula batangan besi dengan tebal 2 mm potong dengan panjang 39 cm dan buat sudut 600 terhadap horizontal seperti Gambar 13 berikut: Gambar 13. Batang Besi Penyangga Kemudian bentuk lagi kerangka bawah sekaligus tempat peletakan kaca transparan dengan ukuran 40 x 40 cm Gambar 14. Kerangka Bawah Reflektor Pada kaca transparan ini dibuat 8 buah lubang dengan diameter masing – masing 2,5cm. 3. Pembentukan Reflektor Pada proses ini bagian-bagian berupa cermin, triplek, almunium dan batang besi disusun seperti gambar di bawah ini Gambar 15. Reflektor Pengering Surya b. Perencanaan Kolektor Bagian kolektor yang dirancang oleh penulis terpisah dengan reflektor. Untuk perencanaan kolektor dibagi beberapa komponen antara lain : 1. Perencanaan pelat absorber Pembuatan pelat absorber dibuat dengan menggunakan bahan dari alumunium yang berukuran 40 x 40 cm dan tinggi 20 cm dan dirakit menggunakan paku keling kemudian di cat hitam buram (dop) seperti gambar 16
  • 20. Gambar 16. Pelat Absorber 2. Pembuatan rangka kolektor Rangka kolektor menggunakan bahan triplek dengan tebal 12 mm dengan ukuran-ukuran seperti di bawah ini masing-masing dua buah Gambar 17. Ukuran Kerangka Kolektor Kemudian untuk tutup kolektor berbahan almunium dengan ukaran 100 x 50 cm. Kemudian susun semua bagian dan didapat hasil seperti gambar di bawah ini. Gambar 18. Bagian Tempat Pengeringan 3. Pembuatan Isolator Isolator kolektor terdapat pada bagian bawah dan ke empat sisi. Isolator menggunakan glasswoll yang di isi padat pada rongga kolektor. Gambar 19. Letak Glasswool 17
  • 21. c. Perencanaan kerangka penyangga Kerangka dibuat dari besi kotak dengan dimensi 4 x 2 cm dan tebal 2 mm kemudian rakit batangan besi dan di beri 2 buah baut 14‘ Gambar 20. Kerangka Penyangga Kolektor d. Perencanaan rak pengering Rak pengering dibuat dari aluminium sebagai kerangka dengan tebal aluminium 0,2 cm. Dimensi rak pengering 38 cm x 38 cm. dan kawat nyamuk sebagai landasan untuk bahan komoditi. Kawat nyamuk di pasang pada rangka aluminium dengan menggunakan paku keling. Gambar 21. Gambar Rak Pengering Untuk mengoptimalkan kapasitas dari bahan yang akan dikeringkan maka dibuat 3 tingkat seperti gambar dibawah Gambar 22. Rak Pengering Tiga Tingkat 18
  • 22. Hasil akhir dari alat pengering setelah dirakit adalah sebagai berikut : Gambar 22. Pengering Surya 3.4 Optimalisasi Penggunaan Solar Thermal Collector Energi dari matahari tiba dibumi dalam bentuk radiasi elektromagnetik yang mirip dengan gelombang radio tetapi mempunyai kisaran frekuensi yang berbeda. Energi dari matahari tersebut dikenal di Indonesia sebagai energi surya. Energi surya diukur dengan kepadatan daya pada suatu permukaan daerah penerima dan dikatakan sebagai radiasi surya. Rata-rata nilai dari radiasi surya diluar atmosfir bumi adalah 1353 W/m, dinyatakan sebagai konstanta surya. Total energi yang sampai pada permukaan horisontal dibumi adalah konstanta surya dikurangi radiasi akibat penyerapan dan pemantulan atmosfer sebelum mencapai bumi dan nilai tersebut disebut sebagai radiasi surya global. Radiasi surya global terdiri dari radiasi yang langsung memancar dari matahari (direct radiation) dan radiasi sebaran yang dipencarkan oleh molekul gas, debu dan uap air di atmosfer (diffuse radiation). Insolasi surya adalah intensitas radiasi surya rata-rata yang diterima selama satu jam, dinyatakan dengan lambang I dan satuan W/ m2. Nilai insolasi surya dipengaruhi oleh waktu siklus perputaran bumi, kondisi cuaca meliputi kualitas dan kuantitas awan, pergantian musim dan posisi garis lintang. Intensitas radiasi surya pada kondisi cerah (clear day) akan bertambah dari pagi, sejak terbit sampai siang hingga tercapainya kondisi puncak dan turun sampai matahari terbenam pada sore hari. Lamanya matahari bersinar cerah dalam satu hari dinyatakan sebagai jam surya. Untuk Indonesia, jumlah jam surya adalah sekitar 4 - 5 jam per hari. Jumlah intensitas radiasi / insolasi surya yang diterima dalam satu hari dinyatakan dengan satuan kilowatt-hours/m2 (kWh/m2). Produksi energi surya pada suatu area dapat dihitung sebagai berikut : Energi surya yang dihasilkan (Watt)=Insolasi surya (W/m2) x luas area (m2) Sehingga untuk optimalisasi dan dalam situasi bagaimana alat pemasak dan pengering hasil-hasil pertanian dengan energi surya menjadi penting adalah ketika sinar matahari mencapai Insolasi maksimal, yaitu ketika musim kemarau di Indonesia tiba. Penggunaan Solar Thermal Collector menjadi sangat penting tatkala sinar matahari mencapai 19
  • 23. intensitas maksimalnya untuk dimanfaatkan. Selain itu ketika matahari sedang mencapai intensitas radiasi maksimalnya, kita dapat menghemat penggunan bahan bakar fosil yang notabene telah mencapai titik krisis dengan memanfaatkan energi matahari melalui alat Solar Thermal Collector. 3.5 Simulasi Perhitungan 3.5.1 Perpindahan Kalor melalui Konduksi Laju perpindahan panas konduksi dapat dinyatakan dengan Hukum Fourrier =− sebagai berikut : Dengan : = laju perpindahan panas (W) = Konduktivitas termal (W/(m.K)) = luas penampang yang terletak pada aliran panas (m2) = gradient temperature dalam aliran panas (k/m) Tanda minus ( - ) digunakan untuk menunjukkan bahwa arah perpindahan kalor bergerak dari daerah yang bertemperatur tinggi menuju daerah bertemperatur rendah. 3.5.2 Perpindahan Kalor melalui Konveksi Pada umumnya laju perpindahan panas melalui konveksi dapat dinyatakan =ℎ ( − ) dengan hukum persamaan pendinginan Newton sbb. Dengan : ℎ = koefisien konveksi (W/(m.K)) = laju perpindahan panas (W) = luas permukaan kolektor (m2) = temperatur dinding (K) = temperatur fluida (K) 3.5.3 Radiasi Radiasi surya adalah radiasi gelombang pendek yang diserap oleh plat penyerap sebuah kolektor surya dan diubah menjadi panas. Oleh karena itu plat penyerap harus memiliki harga a yang setinggi – tingginya dalam batas yang masih praktis. Salah satu diantaranya adalah khrom hitam (Black chrome) yang mempunyai harga a = 0.90 dan e = 0.12. Penukaran panas netto secara radiasi termal antara dua badan ideal (Hitam) adalah : 20
  • 24. = . . Dengan : = konstanta Stefan – Boltzman (5,67×10-8 W/m2.K4) = luas bidang (m2) = temperatur mutlak benda (K) 3.5.4 Efisiensi Kolektor Ukuran tingkat performance kolektor disebut juga efisiensi kolektor. Efisiensi kolektor didefinisikan sebagai perbandingan antara energi panas yang digunakan untuk menaikkan temperatur udara terhadap energi radiasi yang diterima oleh kolektor dalam waktu tertentu. Energi panas yang digunakan untuk menaikkan temperatur dapat dihitung = ̇ × ×∆ dengan menggunakan persamaan berikut: Dimana : ̇ = energi panas untuk menaikkan temperatur (J) = laju aliran massa yang masuk ke kolektor (kg/s) ∆ = panas jenis udara (J/(kg.K)) = selisih antara udara yang masuk ke kolektor dengan temperature udara keluar kolektor (K) = × Energi radiasi yang diterima kolektor dihitung dengan persamaan : Dimana : = energi radiasi (J) = intensitas radiasi matahari (J/m2) = luas permukaan kolektor (m2) = × 100% Sehingga efisiensi kalor dapat dihitung dengan menggunakan persamaan : 21
  • 25. BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Dari uraian malakah yang sudah disampaikan di atas, ada beberapa kesimpulan yang dapat kita ambil, yaitu: 1. Teknologi Solar Thermal Collector memiliki kelebihan dibandingkan dengan teknologi photo-voltaic dari berbagai segi, baik dari efisiensi alat maupun efektivitas dalam pengelolaan energi surya. 2. Solar Thermal Collector memiliki banyak fungsi dan bisa diaplikasikan dalam berbagai peralatan rumah tangga. Beberapa peralatan yang dapat menggunakan teknologi Solar Thermal Collector adalah sebagai berikut : alat pemanas air, pembangkit listrik termal, alat pemanas ruangan, alat masak (kompor), alat pengering hasil pertanian, alat distilasi air, dll. 3. Penggunaan Solar Thermal Collector sebagai pemasak dan pengering hasil pertanian menjadi sangat penting tatkala sinar matahari mencapai intensitas maksimalnya untuk dimanfaatkan. Selain itu selagi matahari sedang mencapai intensitas radiasi maksimalnya, kita dapat menghemat penggunan bahan bakar fosil yang notabene telah mencapai titik krisis dengan memanfaatkan energi matahari melalui alat Solar Thermal Collector. 4.2 Saran 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk memperbaiki konstruksi kolektor secara keseluruhan agar didapatkan effisiensi yang lebih tinggi dan dapat beroperasi pada intensitas radiasi termal matahari yang relatif lebih rendah. 2. Jika produk ini bertarget pasar untuk kalangan menengah kebawah maka mereka gunakan sebagai sumber alternatif yang tak akan habis dan jika produk ini digunakan untuk masyarakat menengah ke atas maka bagi mereka sebagai alat untuk menghemat sumber daya alam di Indonesia. 3. Pemerintah jangan pernah berhenti untuk memajukan dan memperjuangkan karya anak-anak bangsa Indonesia di bidang inovasi teknologi agar menjadi teknologi bermanfaat secara global yang diterapkan baik di dalam maupun luar negeri 22
  • 26. DAFTAR PUSTAKA I Gst. Ketut Sukadana,dkk.2010.Analisa Performa Kolektor Surya Datar Bersirip dengan Aliran di Atas Pelat Penyerap.Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Udayana Irnanda Priyadi.2008. Rancang Bangun Kolektor Surya Menggunakan Absorber Kuningan Sebagai Teknologi Alternatif Sumber Energi Thermal.Prosiding SEMNAS Sains dan Teknologi II Universitas Lampung. Kamaruddin Abdullah.1996.Penerapan Energi Surya Dalam Proses Thermal Pengolahan Hasil Pertanian.Bogor:Fakultas Teknologi Pangan IPB. Kamaruddin Abdullah.2012.Renewable Energy Applications in Sample ESSV/E3i Villages.Yogyakarta:Kuliah Umum Pascasarjana Magister Teknik Sistem UGM Mulyanef dan Gusliyadi.2008.Kaji Eksperimental Kompor Tenaga Surya Tipe Box Menggunakan Konsentrator Cermin Datar Pada Empat Sisi Kolektor.Prosiding SEMNAS Sains dan Teknologi II Universitas Lampung Rislima Sitompul.2011.Manual Pelatihan Teknologi Energi Terbarukan Yang Tepat Untuk Aplikasi di Masyarakat Perdesaan. Jakarta : PNPM Mandiri Yazmendra Rosa.____.Rancang Bangun Kolektor Pelat Datar Energi Surya Untuk Sistem Pengeringan Pasca Panen.Padang:Politeknik Negeri Padang 23